• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus Di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus Di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI

PADA ANAK TERINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

DI YAYASAN TEGAK TEGAR TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

OKI OKTAVIANI

108101000056

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2013

(3)

iii

Gambaran Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus Di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013

xv + 80 halaman + 9 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Keadaan kurang gizi pada anak terinfeksi HIV sangat berbahaya jika dibiarkan karena dapat mempercepat progresifitas HIV menjadi AIDS, sehingga diperlukan upaya yang lebih untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak terinfeksi HIV. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 38 anak terinfeksi HIV usia 0-12 tahun di Jakarta dan sekitarnya, terdapat 30% anak mengalami gizi kurang. Kemudian setelah dilakukan penilaian konsumsi makanan, ternyata terdapat 90% dari 10 anak yang dinilai mempunyai asupan gizi yang kurang. Walaupun 3 dari 10 anak tersebut adalah anak yang tinggal di Yayasan Tegak Tegar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pemenuhan kebutuhan gizi pada anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar tahun 2013, yang dilakukan sejak bulan Mei-Juli 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian fenomenologi.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan seorang pengasuh sebagai informan utama dan 3 anak terinfeksi HIV yang tinggal di Yayasan Tegak Tegar sebagai informan pendukung. Variabel penelitian yang diteliti adalah perilaku pemenuhan kebutuhan gizi yang terdiri dari ketersediaan makanan, perilaku pemberian makanan dan asupan makanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuh sudah memiliki perilaku yang positif terhadap pemenuhan kebutuhan gizi namun kebutuhan gizi anak masih belum terpenuhi, terutama pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral.

(4)

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR

NUTRITION DEPARTMENT

Undergraduated thesis, August 2013

Oki Oktaviani, NIM : 108101000056

Overview Fulfillment Behavior Nutrition

among Children Living with Human Immunodeficiency Virus at Tegak Tegar Foundation Year in 2013

xv + 80 pages + 9 tables + 2 pictures + 5 attachments

ABSTRACT

State of malnutrition in HIV-infected children is very dangerous, if left as it can accelerate the progression of HIV to AIDS, so it requires more effort to meet the nutritional needs of HIV-infected children. Based on preliminary studies conducted on 38 HIV-infected children aged 0-12 years in Jakarta and surrounding areas, there are 30% of children suffered malnutrition. Then, after an assessment of food consumption, it turns out there is 90% of the 10 children assessed as having less nutrition. Although 3 of the 10 children are children who live at Tegak Tegar Foundation.

This study aims to describe the behavior of the nutritional needs of HIV-infected children in the Tegak Tegar Foundation in 2013, which was conducted from May to July 2013. This study used a qualitative approach to phenomenological research strategy.

Data was collected by in-depth interviews with a caregiver as key informants and 3 HIV-infected children living in Tegak Tegar Foundation as supporters informants. Research variables studied were the nutritional needs of behavior which consists of the availability of food, feeding behavior and food intake.

Results showed that caregivers already have a positive attitude to nutritional needs, but the needs are still unmet child nutrition, especially vitamin and mineral needs.

(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PERILAKU PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK TERINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

DI YAYASAN TEGAK TEGAR TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh

Oki Oktaviani NIM: 108101000056

Pembimbing I Pembimbing II

Raihana Nadra Alkaff, M.MA Ratri Ciptaningtyas, MHS

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(6)

vi

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul GAMBARAN PERILAKU PEMENUHAN KEBUTUHAN

GIZI PADA ANAK TERINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DI YAYASAN TEGAK TEGAR TAHUN 2013 telah diujikan dalam sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 30 Agustus 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program

Studi Kesehatan Masyarakat.

Jakarta, 30 Agustus 2013

Sidang Ujian Skripsi Penguji

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Oki Oktaviani

Tempat, Tgl Lahir : Tangerang, 14 Oktober 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. H. Jali. Kunciran Jaya RT 05/ RW 03 No.14

Kel. Kunciran Jaya, Kec. Pinang, Kota Tangerang, Banten

Tlp/ Hp : 08988844480

Email : vieniee@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Kunciran 2 Tangerang (1995-2000)

2. SD Negeri Pinang 1 Tangerang (2000-2001)

3. SMP Negeri 3 Tangerang (2001-2002)

4. YPI Ma’had Al-Zaytun (2002-2008)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat

dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan

kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan

sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013” dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Penulis menyadari bahwa selama dalam proses penelitian dan penyusunan

hingga terselesainya skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan yang sangat

berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. M.K Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak sekali masukan, perhatian dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini. “Terima kasih banyak ya bu, berkat ibu saya jadi tahu hal-hal detail dalam pembuatan tulisan yang baik, dan berkat penelitian ini saya jadi tahu sisi lain kehidupan”

4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku pembimbing skripsi yang telah

(9)

ix

berkat ibu saya jadi tahu banyak hal, dan saya sangat bersyukur mendapat pembimbing seperti ibu”

5. Ibu Narila Mutia Nasir, Ph.D, dan Ibu Rostini selaku penguji yang telah membuat skripsi ini menjadi lebih baik. “Terima kasih atas kritik dan sarannya ya bu…”

6. Ibu pengasuh dan anak-anak di Yayasan Tegak Tegar, terima kasih karena

telah menerima saya dengan baik sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. “Terima kasih atas pengalaman berharga ini, semoga kalian selalu sehat dan ceria”

7. Kepada kedua orangtua yang dengan sabar memberi dukungan moril dan

materil penulis menyampaikan rasa kasih sayang dan hormat yang tak terhingga. “Terima kasih Mama….. terima kasih Papa…..”

8. Muhammad Amiral Mukminin S.T, terima kasih atas dukungan, do’a dan

kesabarannya. “This is dedicated for you”

9. Fety Fathimah A.M. sahabat seperjuangan. “Semangat dan lanjutkan

perjuangan ini tong…”

10.Sahabat-sahabat yang selalu memberikan motivasi Tihus, Ares, Ika, dan Desly. “Terima kasih ya untuk bantuan dan spiritnya selama ini…”

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih kurang dari

kesempurnaan, sehingga sangat diharapkan saran dan masukannya untuk hasil yang

lebih baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak

pihak.

Jakarta, September 2013

(10)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

(11)

xi

E. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Bagi Yayasan Tegak Tegar ... 5

2. Manfaat Bagi Peneliti ... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. HIV/AIDS ... 6

1. Definisi HIV/AIDS ... 6

2. Patogenesis ... 7

B. HIV/AIDS pada Anak ... 7

C. Hubungan HIV dan Gizi ... 9

D. Kebutuhan Gizi Anak Terinfeksi HIV ... 10

1. Energi ... 13

2. Protein ... 15

3. Vitamin dan Mineral ... 15

E. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi Anak Terinfeksi HIV ... 23

F. Perilaku ... 26

1. Pengetahuan ... 26

2. Kepercayaan ... 28

(12)

xii

4. Orang penting sebagai referensi ... 29

5. Sumber-sumber daya (resources) ... 30

6. Perilaku Normal ... 30

G. Kerangka Teori ... 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 32

A. Kerangka Konsep ... 32

B. Definisi Istilah... 34

1. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi... 34

2. Ketersediaan Makanan ... 34

3. Perilaku Pemberian Makan ... 34

4. Asupan Gizi Anak ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

C. Informan Penelitian... 37

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Pengumpulan Data ... 38

F. Analisis Data ... 39

(13)

xiii

A. Gamabaran Informan ... 41

1. Informan Utama ... 41

2. Informan Pendukung ... 42

B. Hasil Penelitian ... 42

1. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu atau Pengasuh ... 43

2. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi... 46

3. Asupan Gizi Anak Terinfeksi HIV ... 53

BAB VI PEMBAHASAN ... 63

A. Pengetahuan Gizi ... 63

B. Perilaku pemenuhan kebutuhan gizi ... 65

1. Ketersediaan Makanan ... 66

2. Pemberian Makanan ... 68

C. Permasalahan Pemenuhan Kebutuhan Gizi ... 74

D. Asupan Gizi ... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan AMB ... 12

Tabel 2.2 Faktor Aktivitas dan Faktor Trauma atau Stress untuk Menetapkan kebutuhan energi orang sakit ... 12

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi Makro Anak... 13

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Gizi Mikro Anak ... 16

Tabel 5.1 Karakteristik Anak Terinfeksi HIV di Yayasan Tagak tegar ... 42

Tabel 5.2 Angka Kecukupan Gizi Mikro Anak Terinfeksi HIV ... 60

Tabel 5.3 Asupan Vitamin dan Mineral Informan K selama 3 hari ... 61

Tabel 5.4 Asupan Vitamin dan Mineral Informan D selama 3 hari ... 61

(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Siklus HIV dan Gizi Buruk ... 25

(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune

Deficiency Syndrome) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981

pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Menurut

World Health Organization (WHO) (2004), di seluruh dunia AIDS

menyebabkan kematian pada lebih dari 8 ribu orang setiap hari, oleh karena itu

infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis

agen infeksius.

Kemudian, menurut WHO (2011) secara global pada tahun 2010

terdapat 3,4 juta anak yang hidup dengan HIV/AIDS, 390 ribu kasus

diantaranya merupakan infeksi HIV baru pada anak-anak, dan terdapat 250 ribu

kematian pada anak yang disebabkan oleh AIDS.

Sementara itu, jumlah kasus AIDS pada anak (0-14 tahun) di Indonesia

sampai september 2012 sudah mencapai 1.147 anak, dan jumlah terseut belum

termasuk kasus di Jakarta yang merupakan daerah terbesar pertama kasus HIV.

Infeksi HIV pada anak merupakan masalah kesehatan yang sangat besar

di dunia, dan berkembang dengan kecepatan yang sangat berbahaya karena;

pertama, progresivitas penyakit lebih cepat pada anak; kedua, anak mempunyai

(17)

oportunistik sering muncul akibat berkurangnya status imunitas tubuh (Saloojee

& Violari, 2001).

Insidens AIDS yang tertinggi terjadi pada tahun pertama kehidupan dan

hampir seluruh kasus infeksi terjadi pada saat perinatal, dan gejala klinis akan

muncul dalam sepuluh tahun pertama kehidupan. Munculnya penyakit

pnemonia pneumocystis carinii, pnemonia interstisial limfoid, infeksi bakteri

berulang, dan kurang gizi merupakan gejala yang sangat sering ditemukan pada

penderita AIDS (Setiawan, 2009).

Jama (2010) menyatakan bahwa sebagian besar anak terinfeksi HIV

yang berusia kurang dari lima tahun mengalami kekurangan gizi. Pada

umumnya, penderita HIV/AIDS kekurangan asupan gizi karena penurunan

nafsu makan. Seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS biasanya mengalami gejala

yang berpengaruh pada asupan gizi yang bisa mengakibatkan terjadinya

kekurangan gizi. Seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, diare, demam,

mual, muntah, dan infeksi jamur (lesi pada mulut). (Nursalam & Kurniawati,

2009).

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2009), asupan gizi yang sehat dan

seimbang sangat diperlukan bagi anak yang terinfeksi HIV untuk

mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan

kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga tubuh agar tetap aktif

dan produktif. Sementara itu, Gillespie dan Kadiyala (2005) menyatakan bahwa

program perawatan tanpa komponen gizi akan sia-sia, karena khasiat ART

(18)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 38 anak

terinfeksi HIV usia 0-12 tahun di Jakarta dan sekitarnya, terdapat 30% anak

mengalami gizi kurang. Kemudian setelah dilakukan penilaian konsumsi

makanan, ternyata terdapat 90% dari 10 anak yang dinilai mempunyai asupan

gizi yang kurang. Walaupun 3 dari 10 anak tersebut adalah anak yang tinggal di

Yayasan Tegak Tegar.

Yayasan tegak tegar adalah salah satu yayasan pendamping ODHA

(orang dengan HIV/AIDS) yang mempunyai program dan kegiatan untuk anak

terinfeksi HIV. Salah satu programnya yaitu rumah singgah untuk anak

terinfeksi HIV, yang kegiatannya terdiri dari pendampingan dan perawatan

berbasis rumah, bantuan nutrisi dan pendidikan untuk anak terinfeksi HIV.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Gambaran Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi

pada Anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Jumlah penderita HIV pada anak semakin lama semakin meningkat.

Infeksi HIV pada anak merupakan masalah kesehatan yang sangat besar dan

berkembang dengan kecepatan yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, asupan

gizi yang sehat dan seimbang sangat diperlukan bagi anak yang terinfeksi HIV

untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun,

meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga tubuh

(19)

Maka dari itu peneliti terdorong untuk meneliti tentang Gambaran

Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Anak Terinfeksi HIV di Yayasan Tegak

Tegar Tahun 2013.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran perilaku pemenuhan kebutuhan gizi pada anak

terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perilaku pemenuhan kebutuhan gizi pada

anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a Mengetahui upaya ibu atau pengasuh dalam rangka pemenuhan

kebutuhan gizi pada anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar tahun

2013.

b Mengidentifikasi masalah yang dihadapi ibu atau pengasuh dalam

memenuhi kebutuhan gizi pada anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak

Tegar tahun 2013.

c Mengetahui gambaran asupan gizi pada anak terinfeksi HIV di Yayasan

(20)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Yayasan Tegak Tegar

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi

Yayasan Tegak Tegar tentang masalah dan solusi pemenuhan asupan gizi

pada anak terinfeksi HIV.

2. Manfaat Bagi Peneliti

a Memperoleh wawasan dan pengetahuan baru dalam ilmu kesehatan

masyarakat, khususnya masalah gizi pada anak yang terinfeksi

HIV/AIDS.

b Mengerti dan memahami bagaimana cara dan metode dalam melakukan

penelitian ilmiah.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2013 yang

berlokasi di Yayasan Tegak Tegar. Menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan strategi penelitian fenomenologi. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi perilaku pemenuhan

(21)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV/AIDS

1. Definisi HIV/AIDS

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.

HIV termasuk kelompok retrovirus yaitu virus yang mempunyai enzim

(protein) yang dapat mengubah RNA (Ribonucleic Acid), materi genetiknya

menjadi DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kelompok ini disebut retrovirus

karena virus ini membalik urutan normal yaitu DNA diubah menjadi RNA.

Setelah menginfeksi, RNA HIV berubah menjadi DNA oleh enzim reverse

transcriptase. DNA kemudian disisipkan ke dalam sel DNA manusia. DNA

itu kemudian dapat digunakan untuk membuat virus baru yang menginfeksi

sel-sel baru, atau tetap bersembunyi dalam sel-sel hidup dalam waktu yang

panjang, atau tempat penyimpanan, seperti sel-sel CD4 yang istirahat.

Kemampuan HIV untuk tetap bersembunyi menyebabkan virus ini tetap ada

seumur hidup, bahkan dengan pengobatan yang efektif (Gallant, 2010).

Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency

Syndrome yang secara harfiah berarti kumpulan gejala menurunnya

kekebalan tubuh yang diperoleh, AIDS melemahkan atau merusak sistem

pertahanan tubuh sehingga akhirnya berdatanglah berbagai jenis penyakit

(22)

2. Patogenesis

Perjalanan penyakit HIV bermula saat virus HIV masuk ke dalam

tubuh manusia melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi virus,

dapat melalui parenatal (transfusi darah atau alat medis/jarum yang

terkontaminasi), transplasental, air susu ibu, dan hubungan seksual. Virus

selanjutnya berikatan dengan reseptor permukaan sel T CD4 dan bereplikasi

di dalamnya untuk menghasilkan virus baru dan menginfeksi sel T CD4

lain. Akibatnya terjadi penurunan jumlah sel T CD4 sampai akhirnya

mencapai titik dimana sistem imunitas menurun, yang artinya seseorang

akan mudah terserang infeksi oportunistik dan kerentanan terhadap infeksi

baru (Ratridewi, 2009).

Infeksi HIV dan penyakit oportunistik yang berlangsung lama dan

berulang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan nutrisi dan

penurunan berat badan secara progresif. Semakin buruk nutrisi maka akan

semakin rendah berat badan sehingga defisiensi imun semakin buruk,

demikian seterusnya sampai terjadi perburukan kondisi secara umum dan

berakhir pada kematian (Ratridewi, 2009).

B. HIV/AIDS pada Anak

Perjalanan penyakit anak yang terinfeksi HIV memiliki beberapa

perbedaan dengan orang dewasa. Pertama progresivitas penyakit lebih cepat

pada anak; kedua, anak mempunyai jumlah virus yang lebih banyak dibanding

(23)

dengan perjalanan penyakit yang lebih agresif karena berkurangnya status

imunitas tubuh (Saloojee & Violari, 2001).

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2009), biasanya bayi dan anak

terinfeksi HIV melalui:

1. Penularan dari orang tua kepada anak

a. Dari orang tua kepada anak dalam kandungannya (antepartum)

b. Selama persalinan (intrapartum)

c. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh orang tua yang terinfeksi

(postpartum)

d. Bayi tertular melalui pemberian ASI

2. Penularan melalui darah

a. Tranfusi darah atau produk darah yang tercemar HIV

b. Penggunaan alat yang tidak steril di sarana pelayanan kesehatan

c. Penggunaan alat yang tidak steril di sarana pelayanan kesehatan

tradisional misalnya tindik, sirkumsisi, dan lain-lain.

3. Penularan melalui hubungan seks

a. Pelecehan seksual pada anak

b. Pelacuran anak

Bayi yang tertular HIV dari orang tua bisa saja tampak normal secara

klinis selama periode neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang

ditemukan pada anak adalah pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.

(24)

gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau

hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan lien). Anak yang terinfeksi HIV

juga sering mengalami infeksi bakteri kumat-kumatan, gagal tumbuh atau

wasting, limfadenopati menetap, keterlambatan berkembang, sariawan pada

mulut dan faring (Nursalam & Kurniawati, 2009).

Sementara itu, Jama (2010) dalam penelitiannya terhadap 245 anak yang

terinfeksi HIV di Entebbe, Uganda mendapatkan bahwa penyakit yang paling

sering dialami anak-anak dalam 30 hari terakhir sebelum penelitian adalah mual

(14,4%) dan sulit menelan / esofagus candida (6,3%). Sebagian besar

anak-anak (72,7%) juga mengalami efek samping dari penggunaan ARV

(antiretroviral), seperti nafsu makan berkurang (27,3%), sakit kepala (18,4%),

nyeri perut (15,1%), dan mulas (12,7%).

Akibatnya, sebagian besar anak yang terinfeksi HIV mengalami

kekurangan gizi. Kekurangan gizi tersebut terjadi karena asupan makanan yang

kurang, malabsorpsi dan kehilangan zat gizi, peningkatkan kebutuhan energi

karena infeksi HIV, sehingga mempengaruhi status gizi mereka melalui

peningkatan REE (Resting Energy Expenditure), serta perubahan metabolik

yang kompleks yang berujung pada penurunan berat badan dan wasting yang

umum terjadi pada anak yang terinfeksi HIV/AIDS (Jama, 2010).

C. Hubungan HIV dan Gizi

HIV melemahkan respon imunitas tubuh dan kemampuan tubuh untuk

(25)

infeksi oportunistik yang menyebabkan meningkatnya penggunaan tubuh

terhadap energi dan zat gizi lainnya. Selain itu, HIV juga mempengaruhi asupan

makanan anak, sehingga kebutuhan tubuh akan zat gizi tidak terpenuhi, yang

apabila berlanjut akan menyebabkan gizi buruk (Tushemerirwe, 2011).

Gizi buruk yang terjadi pada anak yang terinfeksi HIV dapat

mengurangi keefektifan Anti Retroviral Therapy (ART), merusak sistem

kekebalan tubuh, dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oportunistik

sehingga mempercepat perkembangan HIV menjadi AIDS (East, Central and

Southern African Health Community) (ECSA-HC dkk, 2008).

Sementatra itu RCQHC (Regional Centre for Quality of Health Care)

(2008) menyatakan bahwa sistem kekebalan tubuh seseorang dapat

mempengaruhi asupan makanan dan mengakibatkan kekurangan gizi, sehingga

ART kurang manjur. Sebaliknya, ART juga dapat mempengaruhi konsumsi,

penyerapan, metabolisme dan ekskresi makanan melalui efek samping

(misalnya anemia, mual dan muntah) (Food and Nutrition Technical

Assistance) (FANTA, 2004).

D. Kebutuhan Gizi Anak Terinfeksi HIV

Menurut Almatsier (2005), Angka Kebutuhan Gizi (Dietary

Requirements) adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang

(individu) untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang adekuat.

Penentuan kebutuhan gizi seseorang selain dipengaruhi oleh umur, gender,

(26)

gizi juga harus memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan

metabolik, penyakit kronik, dan kondisi abnormal lainnya.

Menurut Almatsier (2005), komponen utama yang menentukan

kebutuhan energi adalah Angka Metabolisme Basal (AMB) dan aktivitas fisik.

Ada beberapa cara untuk menentukan AMB, yaitu:

1. Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)

Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

Perempuan = 65,5 + ( 9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

Keterangan :

BB = berat badan dalam kg

TB = tinggi badan dalam cm

U = Umur dalam tahun

2. Cara Cepat (2 cara)

a. Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam

Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam

b. Laki-laki = 30 kkal x kg BB

Perempuan = 25 kkal x kg BB

3. Cara FAO/WHO/UNU

Cara ini memperhatikan umur, gender, dan berat ideal. Seperti pada

(27)

Tabel 2.1

Sumber : FAO/WHO/UNU (1985) dalam Almatsier (2005)

Menurut Almatsier (2005) Kebutuhan gizi dalam keadaan sakit, selain

tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat juga

dipengaruhi oleh jenis dan berat ringannya penyakit. kebutuhan energi dalam

keadaan sakit berubah sesuai dengan jenis dan beratnya penyakit. Cara

penentuan kebutuhan energi orang sakit dapat dilakukan dengan cara:

1. Menghitung kebutuhan energi menurut kg berat badan (kkal/kg/hari).

2. Menurut persen kenaikan kebutuhan di atas Angka Metabolisme Basal

(AMB), yaitu dengan mengalikan AMB dengan faktor aktivitas dan faktor

trauma/stres.

Tabel 2.2

Faktor Aktivitas dan Faktor Trauma atau Stress untuk Menetapkan kebutuhan energi orang sakit

No Aktivitas Faktor No Jenis trauma/stres Faktor

1 Istirahat di

Stres ringan: peradangan saluran cerna, kanker, bedah elektif, trauma kerangka moderat.

(28)

Sementara itu AKG (Angka Kecukupan Gizi) atau Recommended

Dietary Allowances (RDA) adalah tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang

dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di

suatu negara atau dapat diartikan sebagai kecukupan zat gizi untuk rata-rata

penduduk (Almatsier, 2005).

Tabel 2.3

Angka Kecukupan Gizi Makro Anak

Sumber: AKG (2004)

1. Energi

Menurut WHO (2003) kebutuhan energi bagi anak yang terinfeksi

HIV berbeda-beda tergantung tipe dan seberapa lama anak terinfeksi HIV,

dan apakah terdapat penurunan berat badan selama terkena infeksi akut.

Penemuan menunjukkan terjadinya kenaikan REE (Resting Energy

Expenditure) pada periode asymtomatic pada anak yang terinfeksi HIV.

Sama dengan asymtomatic pada orang dewasa yang terinfeksi HIV, rata-rata

kenaikan asupan energi yang direkomendasikan pada anak sebesar 10%

untuk menunjang pertumbuhan.

USAID (2007) menambahkan bahwa ketika anak terinfeksi HIV dan

sudah terdapat gelaja (symptomatic) akan tetapi tidak mengalami penurunan

Umur Energi (Kkal) Protein (g)

Laki-laki (10-12 th) 2050 50

Wanita (10-12 th) 2050 50

(29)

berat badan, energi yang dibutuhkan mengalami peningkatan 20%−30% dari

kebutuhan energi anak sehat.

Berdasarkan pengalaman klinis dan pedoman yang ada untuk

mengejar pertumbuhan pada anak-anak tanpa melihat status HIV, asupan

energi bagi anak-anak terinfeksi HIV yang mengalami penurunan berat

badan membutuhkan peningkatan sebesar 50%−100% dari kebutuhan energi

yang direkomendasikan pada anak sehat (WHO, 2003).

Sementara itu Almatsier (2005) menyatakan bahwa pada perhitungan

kebutuhan energi pada anak terinfeksi HIV harus diperhatikan faktor stres,

aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Kenaikan asupan energi yang

dianjurkan yaitu sebanyak 13% untuk setiap kenaikan 10C.

Nursalam dan Kurniawati (2009) menyatakan bahwa Konsumsi

sumber karbohidrat (nasi, gandum, tepung, kentang, ketela, maizena, dan

lain-lain) penting sebagai sumber energi. Sumber energi yang baik lainnya

adalah dengan mengkonsumsi lemak dan gula. Kalori yang dihasilkan oleh

lemak dan gula dapat membantu meningkatkan berat badan. Selain itu lemak

dan gula juga menambah rasa pada makanan sehingga bisa meningkatkan

nafsu makan.

Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari pada anak

terinfeksi HIV juga dapat dilakukan dengan cara memberikan makanan

lengkap sebanyak 3 kali ditambah dengan makanan selingan juga 3 kali

sehari. Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan untuk

(30)

agar penyerapannya lebih baik dan mencegah diare. Kebutuhan zat gizi

makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk mencegah terjadinya penurunan

berat badan yang drastis (Depkes RI, 2003).

2. Protein

WHO saat ini tidak merekomendasikan peningkatan asupan protein

pada anak terinfeksi HIV. Kebutuhan protein tetap normal, yaitu 12-15% dari

total asupan energi. Namun, karena kebutuhan energi meningkat sebesar 10%

atau 20-30%, maka kebutuhan protein juga meningkat, karena protein

dihitung sebagai persentase dari total asupan energi (ECSA-HC dkk, 2008).

Sementara itu, Almatsier (2005) menganjurkan untuk memberikan

diet protein tinggi pada anak terinfeksi HIV, yaitu 1,1-1,5 g/kg BB untuk

memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein

juga disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.

Protein dan sejumlah lain vitamin dan mineral dapat diperoleh dari

kacang-kacangan (kacang tanah, buncis, kedelai, kacang hijau, kacang

almond, dan lain-lain). Selain itu protein juga diperoleh dari konsumsi

sumber protein hewani lainnya secara teratur setiap hari (Nursalam &

Kurniawati, 2009).

3. Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral sangat penting dalam perkembangan dan daya

(31)

baik maka virus akan mudah menyerang dalam kata lain penyakit sangat

mudah untuk memasuki tubuh penderita HIV/AIDS (Jafar, 2004).

Menurut Almatsier (2005) dianjurkan untuk memberikan vitamin dan

mineral 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi (AKG), terutama vitamin A,

B12, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng dan selenium. Bila perlu, dapat

ditambahkan vitamin berupa suplemen, akan tetapi megadosis harus

dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh.

Tabel 2.4

Angka Kecukupan Gizi Mikro Anak

a. Vitamin A

Menurut Almatsier (2004), vitamin A berpengaruh terhadap fungsi

kekebalan tubuh pada manusia dan hewan. Retinol berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam

proses kekebalan tubuh humoral). Di samping itu kekurangan vitamin A

dapat menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel-T (limfosit

(32)

WHO merekomendasikan bagi anak yang terinfeksi HIV untuk

makan makanan sehat yang memenuhi kebutuhan zat gizi mikro.

Sayur-sayuran dan buah-buahan (sayur dan buah berwarna kuning, oranye, hijau

tua misalnya bayam, labu, wortel, apricot, papaya dan mangga yang

merupakan sumber vitamin A yang baik) (Nursalam & Kurniawati, 2009).

Menurut ECSA-HC, dkk (2008) beberapa anak yang terinfeksi

HIV asupan makanannya tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan zat

gizi mikro sehingga mereka memerlukan suplemen, terutama jika terjadi

kekurangan. Suplementasi zat gizi mikro harus mengikuti rekomendasi

WHO dan tidak boleh melebihi tingkat RDA.

WHO merekomendasikan anak-anak 6-59 bulan yang terinfeksi

HIV untuk menerima suplemen vitamin A (200.000 IU untuk anak-anak >

12 bulan) setiap 4-6 bulan. Rekomendasi WHO ini bertujuan untuk

mencegah kekurangan vitamin A pada anak-anak. Akan tetapi tidak

dianjurkan untuk meningkatkan dosis atau frekuensi pemberian vitamin A

pada anak yang terinfeksi HIV (ECSA-HC dkk, 2008).

b. Vitamin B12

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2009), vitamin B12 bagi

penderita HIV penting untuk fungsi dan pengantaran saraf dan mencegah

kelainan sumsum tulang. Sementara itu Nadhiroh (2006) menyatakan

bahwa kelompok vitamin B diperlukan untuk menjaga sistem kekebalan

(33)

Menurut penelitian Tang dkk (1997) terdapat peningkatan risiko

perkembangan AIDS secara signifikan bagi mereka yang mempunyai

serum vitamin B12 yang rendah (RH = 2.21, 95% CI = 1,13-4,34), hal ini

memberikan bukti lebih lanjut bahwa konsentrasi vitamin B-12 yang

rendah mempercepat perkembangan penyakit.

Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein hewani yang

memperolehnya dari hasil sintesis bakteri di dalam usus, seperti hati,

ginjal, disusul oleh susu, telur, ikan, keju, dan daging. Vitamin B12 dalam

sayuran ada apabila terjadi pembusukan atau pada sintesis bakteri

(Almatsier, 2004).

c. Vitamin C

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2009), peran vitamin C pada

infeksi diantaranya memperkuat sel-sel imun dalam melawan dan

menetralkan radikal bebas. Sel-sel imun mengeluarkan bahan toksik untuk

membunuh jamur, kuman, atau virus yang masuk ke dalam tubuh;

“perang” antara sel-sel imun dengan zat asing membuat jaringan

disekitarnya juga ikut rusak; dan radikal bebas yang dihasilkan dapat

memperluas kerusakan itu lebih lanjut. Inilah hal khusus yang

dikhawatirkan pada orang dengan HIV, mengingat virus memerlukan

lingkungan seperti itu.

Buah-buahan berwarna dan sayur-sayuran berwarna gelap

(34)

tahan tubuh dalam melawan infeksi seperti tomat, kubis, jeruk, anggur,

lemon, jambu, nanas, buah beri, dan lain-lain yang dapat dikonsumsi

secara bergantian setiap harinya (Nursalam & Kurniawati, 2009).

Sementara itu menurut Almatsier (2004), vitamin C umumnya

hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama

yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat.

Vitamin C juga banyak terdapat dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.

d. Vitamin E (Tokoferol)

Menurut Almatsier (2004), fungsi utama vitamin E adalah sebagai

antioksidan yang larut dalam lemak. Sifat antioksidannya berfungsi

melindungi dan menstabilkan membran sel (Nursalam & Kurniawati,

2009).

Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan,

terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Minyak kelapa dan

zaitun hanya sedikit mengandung vitamin E. Sayuran dan buah-buahan

juga merupakan sumber vitamin E yang baik. Daging, unggas, ikan, dan

kacang-kacangan mengandung vitamin E dalam jumlah terbatas

(Almatsier, 2004).

e. Folat

Menurut Almatsier (2004), folat dibutuhkan untuk pembentukan

sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk

(35)

daging tanpa lemak, serelia utuh, biji-bijian, kacang-kacangan, dan jeruk.

Vitamin C yang ada dalam jeruk menghambat kerusakan folat. Bahan

makanan yang tidak banyak mengandung folat adalah susu, telur,

umbi-umbian, dan buah, kecuali jeruk.

Akan tetapi AZT (zidovudin) yang dikonsumsi ODHA berperan

dalam terjadinya defisiensi folat. Hal ini juga terjadi pada pemakaian

beberapa jenis obat yang juga biasa dipergunakan seperti: Trimethroprim

dan Bactrim (trimethhropin sulfamethroxazole) yang merupakan antagonis

folat karena mekanisme kerjanya secara langsung memblok folat,

demikian juga Barbiturat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit

dan sebagai obat tidur (Nursalam & Kurniawati, 2009).

Kekurangan folat terutama menyebabkan gangguan metabolisme

DNA. Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi inti sel terutama

sel-sel yang sangat cepat membelah, seperti sel-sel darah merah, sel-sel darah putih

serta sel-sel epitel lambung dan usus, vagina, dan serviks rahim.

Kekurangan folat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia

megaloblastik dan gangguan darah lain, peradangan lidah dan gangguan

saluran cerna (Almatsier, 2004).

f. Zinc (Seng)

Menurut Almatsier (2004), Zinc (seng) berperan dalam fungsi

kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh

(36)

kehilangan indra rasa. Hipogeusia biasanya disertai penurunan nafsu

makan dan hiposmia atau kehilangan indra bau.

Kehilangan Zinc (seng) terjadi jika anak mengalami diare yang

merupakan gejala umum penyakit HIV. Namun, suplementasi seng di atas

tingkat RDA tidak dianjurkan karena akan menyebabkan efek samping

pada sistem kekebalan tubuh. Suplementasi Zinc pada anak yang

mengalami diare kronis harus mengikuti pedoman MTBS atau nasional.

Saat ini tidak ada peningkatan rekomendasi suplemen Zinc pada anak

terinfeksi HIV jika dibandingkan dengan anak yang tidak terinfeksi HIV

(ECSA-HC. dkk, 2008).

Sumber seng yang paling baik adalah sumber protein hewani,

terutama daging, hati, kerang, dan telur. Serelia tumbuk dan

kacang-kacangan juga merupakan sumber yang baik, namun mempunyai

ketersediaan biologik yang rendah (Almatsier, 2004).

g. Selenium

Menurut Almatsier (2004), selenium bekerja sama dengan vitamin

E dalam perannya sebagai antioksidan. Selenium berperan serta dalam

sistem enzim yang mencegah terjadinya radikal bebas dengan menurunkan

konsentrasi peroksida dalam sel, sedangkan vitamin E menghalangi

bekerjanya radikal bebas setelah terbentuk. Dengan demikian konsumsi

(37)

Sumber utama selenium adalah makanan laut, hati dan ginjal.

Daging dan unggas merupakan sumber selenium yang baik. Kandungan

selenium dalam serealia, biji-bijian, dan kacang-kacangan tergantung pada

kondisi tanah tempat tumbuhnya bahan makanan tersebut. kandungan

selenium pada sayur dan buah tergolong rendah (Almatsier, 2004).

Berdasarkan penelitian Campa dkk (1999), kadar plasma selenium

yang rendah merupakan prediktor kematian pada anak terinfeksi HIV, dan

diperkirakan terkait dengan perkembangan penyakit yang lebih cepat.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat plasma selenium merupakan

indikator yang sensitif dari perkembangan penyakit dan kematian pada

pasien HIV anak.

h. Fe (Besi)

Menurut ECSA-HC, dkk (2008), anak yang terinfeksi HIV harus

diberikan suplemen zat besi untuk mencegah anemia. Rekomendasi

suplementasi zat besi pada anak (usia 6-11 tahun) yaitu sebesar 30-60

mg/hari yang bertujuan untuk mencegah anemia.

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon

kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya

pembentukkan sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh

berkurangnya sistesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan

oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi

(38)

adalah mieloperoksidase yang juga terganggu fungsinya pada defisiensi

besi. Di samping itu dua protein pengikat besi transferin dan laktoferin

mencegah terjadinya infeksi dengan cara memisahkan besi dari

mikroorganisme yang membutuhkannya untuk perkembangbiakan

(Almatsier, 2004).

Sumber zat besi yang baik adalah sayuran berdaun hijau,

biji-bijian, produk gandum, kacang-kacangan, daging merah, ayam, hati, ikan,

seafood dan telur (Nadhiroh, 2006).

Menurut Almatsier (2004), di samping jumlah besi, perlu

diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, yang dinamakan juga

dengan ketersediaan biologik (bioavailability). Pada umumnya besi di

dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi,

besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan

biologik sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayur-sayuran, terutama

yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai

ketersediaan biologik yang rendah.

E. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi Anak Terinfeksi HIV

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah “proses,

cara, perbuatan memenuhi”, sedangkan Kebutuhan Gizi menurut Almatsier

(2005) adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang (individu)

untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat. Jadi, Pemenuhan

(39)

zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang (individu) untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi yang adekuat.

Maslow dalam Notoatmodjo (2007) menekankan bahwa ketika

kebutuhan itu muncul pada seseorang, maka berarti hal tersebut merupakan

pendorong dan pengarah untuk terwujudnya perilaku.

Sementara itu menurut Soenardi (2004), perilaku pemenuhan kebutuhan

gizi adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang yang berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan makan untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh baik

yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung.

Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak yang terinfeksi HIV sangat

penting. Menurut FANTA dan AED (2008) jika kebutuhan gizi anak terinfeksi

HIV yang meningkat tidak terpenuhi karena kurangnya ketersediaan makanan,

asupan makanan rendah, pencernaan dan penyerapan (utilisasi) yang buruk,

maka akan mengakibatkan gizi buruk. Akibatnya, perkembangan dari HIV ke

AIDS jadi lebih cepat, sering mengalami infeksi oportunistik dan seperti itu

(40)

Bagan 2.1

Siklus HIV dan Gizi Buruk

Sumber: Diadaptasi dari RCQHC dan FANTA (2003) dalam FANTA (2008)

Orang yang hidup dengan HIV/AIDS seringkali tidak mengkonsumsi

makanan dalam jumlah yang cukup karena beberapa sebab, antara lain:

1. Penyakit HIV/AIDS dan obat-obatan yang dikonsumsi membuat seseorang

mengurangi nafsu makan, karena keduanya mengubah rasa makanan dan

(41)

3. Kelelahan, isolasi, dan depresi membuat ODHA menurun nafsu makannya,

keinginan untuk berusaha mempersiapkan makanan, serta keinginan untuk

makan secara teratur.

4. Tidak cukup uang untuk membeli makanan karena kehilangan sumber

penghasilan akibat kelemahan tubuh atau pemutusan hubungan kerja

(FAO-WHO, 2002).

F. Perilaku

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok. Pemikiran dan

perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi,

sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap

objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan) (Notoatmodjo, 2007).

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman

(42)

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan diperoleh dari

pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh

pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan

atau kakinya terkena api. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya

setelah melihat anak tetangganya terkena penyakit polio sehingga cacat,

karena anak tetangganya tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.

Sementara itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan

gizi seseorang akan mempengaruhi praktik makan seseorang. Sebagaimana

diungkapkan oleh Mandal (2005), pendidikan gizi pada ibu akan berpengaruh

positif terhadap status gizi anak-anak mereka. Lain halnya dengan penelitian

di Uganda yang meneliti tentang kesenjangan pengetahuan gizi, sikap, dan

praktik serta hubungannya dengan karakteristik demografis wanita ODHA di

wilayah perbatasan, menunjukkan bahwa sebagian besar (89,5%) wanita

telah diberikan pelatihan tentang pentingnya gizi bagi ODHA; akan tetapi,

hanya 21,8% yang mengkonsumsi makanan utama 3 kali dalam sehari

(Bukusuba, dkk., 2010).

Segal-Isaacson, dkk (2006) membagi 466 wanita ODHA secara acak

dalam 4 kelompok yang menerima dua kali sesi pelatihan yang terdiri dari

pelatihan pengelolaan stress dan pendidikan gizi. Hasilnya menunjukkan

bahwa pendidikan gizi dapat meningkatkan gizi dan pola makan pada wanita

(43)

2. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu tanpa adanya pembuktian terlebih

dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan

waktu melahirkan Notoatmodjo (2007).

Sementara itu berdasarkan penelitian Komwa, dkk (2010), pada

survei cross-sectional terhadap 322 orang dewasa di Bugosa, Uganda,

menyatakan bahwa 91,6% percaya bahwa orang dengan infeksi HIV harus

makan makanan bergizi khusus, dan peserta dengan infeksi HIV dilaporkan

makan lebih banyak buah (p = 0,020) dan sayuran (p = 0,012) dibandingkan

peserta lainnya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keyakinan kesehatan

yang konsisten tentang HIV/AIDS berhubungan dengan praktik diet

seseorang.

3. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain

yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang

lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu

terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa

alasan, antara lain:

1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat

(44)

ke puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepersen pun

sehingga ia gagal membawa anaknya ke puskesmas.

2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada

pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang

sakit keras ke rumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif

terhadap rumah sakit, sebab ia teringat kepada tetangganya yang

meninggal setelah beberapa hari di rumah sakit.

3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seseorang akseptor KB

dengan alat kontrasepsi IUD mengalami pendarahan, meskipun sikapnya

sudah positif terhadap KB, tetapi ia kemudian tidak mau ikut KB dengan

alat apapun.

4. Nilai (value)

Di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai

yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup

bermasyarakat. Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai yang selalu

hidup di masyarakat.

4. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang

dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia

(45)

5. Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya di sini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan

sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau

kelompok masyarakat.

McLeod dkk (2011) menyatakan bahwa kualitas makan ibu yang

buruk akan berimplikasi terhadap ibu maupun anak. Sosial ekonomi dan

pengetahuan gizi merupakan determinan yang penting terhadap gizi. Oleh

karena itu dibutuhkan intervensi yang efektif untuk membantu ibu dalam

mencapai diet yang sehat baik untuk diri mereka sendiri maupun keluarga

mereka.

6. Perilaku Normal

Perilaku normal, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan

sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini

terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu

masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat,

sesuai dengan peradaban manusia. Perilaku normal adalah salah satu aspek

dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap

perilaku seseorang.

G. Kerangka Teori

Dari uraian tentang teori perilaku WHO dalam Notoatmodjo (2007)

(46)

itu, perilaku yang sama di antara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab

atau latar belakang yang berbeda-beda. Secara sederhana dapat diilustrasikan

sebagai berikut:

B = f (TF, PR, R, C) Dimana:

B = Behaviour PR = Personal Reference

F = fungsi R = Resources

TF = Thoughts and feeling C = Culture

Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat

ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang

dijadikan referensi dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat

(47)

32

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku

pemenuhan kebutuhan gizi pada anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusunlah kerangka berfikir pada

penelitian ini.

Penelitian ini dimulai dari mengetahui gambaran pengetahuan gizi ibu

atau pengasuh, kemudian melihat perilaku ibu atau pengasuh dalam memenuhi

kebutuhan gizi anak yang terdiri dari penyediaan makanan, dan perilaku ibu

atau pengasuh dalam memberikan makanan pada anak.

Setelah itu, peneliti menilai asupan gizi anak menggunakan food recall

24 jam sebagai evaluasi perilaku pemenuhan kebutuhan gizi pada anak

(48)

Kerangka konsep pada penelitian ini digambarkan pada bagan di bawah

ini:

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Pemenuhan Kebutuhan Gizi Anak Terinfeksi HIV

Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi

Asupan Gizi Anak

(49)

B. Definisi Istilah

1. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi

Perilaku pemenuhan kebutuhan gizi yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah upaya-upaya yang dilakukan ibu atau pengasuh untuk memenuhi

kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV yang tinggal di yayasan Tegak Tegar.

Metode yang digunakan untuk menilai perilaku pemenuhan kebutuhan

gizi adalah metode wawancara dan observasi, dengan pengasuh sebagai

informannya.

2. Ketersediaan Makanan

Ketersediaan makanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

ketersediaan makanan yang ada di Yayasan Tegak Tegar yang dapat

mendukung terpenuhinya kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV yang tinggal

di Yayasan Tegak Tegar.

Metode yang digunakan untuk menilai ketersediaan makanan adalah

metode wawancara dan observasi, dengan pengasuh sebagai informannya.

3. Perilaku Pemberian Makan

Perilaku pemberian makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

perilaku pemberian makanan yang dilakukan oleh ibu atau pengasuh sebagai

upaya pemenuhan kebutuhan gizi anak.

Metode yang digunakan untuk menilai perilaku pemberian makanan

adalah metode wawancara dan observasi, dengan pengasuh sebagai

(50)

4. Asupan Gizi Anak

Asupan gizi anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah asupan

gizi yang didapat anak dalam sehari melalui konsumsi makanan dalam

jangka waktu 24 jam.

Metode yang digunakan untuk mengetahui gambaran asupan makan

anak adalah metode wawancara dengan menggunakan form food recall 24

jam dengan anak sebagai informan utamanya dan ibu atau pengasuh sebagai

(51)

36

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi

penelitian fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara mendalam dan observasi. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam

Moleong (2010), penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara holistik (utuh) serta untuk mendapatkan informasi yang

lebih mendalam tentang suatu hal.

Melalui pendekatan kualitatif peneliti berusaha mengeksplorasi dan

memahami permasalahan yang terjadi pada pemenuhan kebutuhan gizi anak

terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013. Peneliti mengumpulkan

data berupa informasi bagaimana cara ibu atau pengasuh dalam memenuhi

kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013 di Yayasan Tegak

Tegar Kota Tangerang Selatan. Yayasan ini mengasuh 4 anak terinfeksi HIV,

(52)

Yayasan Tegak Tegar adalah yayasan yang mayoritasnya beranggotakan

orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dari segala latar belakang resiko penularan.

Salah satu program di Yayasan ini adalah Rumah singgah untuk anak dengan

HIV/AIDS yang kegiatannya meliputi:

 Pendampingan dan perawatan berbasis rumah

 Bantuan nutrisi untuk anak dengan HIV

 Pendidikan anak

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:

1 Informan Utama

Informan utama pada penelitian ini yaitu 1 orang odha. Beliau merupakan

ibu kandung dari salah satu anak sekaligus pengasuh bagi dua anak

terinfeksi HIV lainnya yang tinggal di Yayasan Tegak Tegar tahun 2013.

2 Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini yaitu 3 orang anak terinfeksi HIV

yang tinggal di Yayasan Tegak Tegar tahun 2013.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1 Pedoman wawancara mendalam

2 Pedoman observasi

(53)

E. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan menjamin

kerahasiaan informan yang diwawancarai (Moleong, 2010). Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik

wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Berikut penjelasan

masing-masing teknik:

1 Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam ini dilakukan dengan cara melakukan tanya

jawab dengan informan secara langsung. Wawancara dilakukan langsung

oleh peneliti dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun

terlebih dahulu.

Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali wawancara dengan informan

utama (pengasuh) kurang lebih 30 menit, sedangkan waktu yang dibutuhkan

pada setiap kali wawancara dengan 1 orang informan pendukung (anak)

kurang lebih 15 menit. Wawancara lanjutan dilakukan pada hari dan waktu

yang berbeda jika setelah wawancara sebelumnya terdapat informasi yang

kurang dan harus digali lagi.

2 Observasi

Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain

meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2005).

Observasi pada penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik

(54)

komposisi dan porsi makanan, penyiapan dan penyajian makanan, frekuensi

makan, dan pemberian makanan selingan pada anak.

3 Telaah Dokumen

Telaah dokumen adalah cara pengumpulan informasi yang

didapatkan dari dokumen, arsip-arsip, dan surat-surat pribadi yang memiliki

keterkaitan dengan masalah yang diteliti.

Telaah dokumen pada penelitian ini yaitu dengan melihat profil

yayasan yang terdiri dari visi misi, tujuan dan kegiatan yang dilakukan di

Yayasan Tegak Tegar.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model analisis

interaktif yang dikemukakan Miles dan Huberman. Analisis interaktif ini terdiri

dari tiga komponen utama, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu siklus (Miles dan Hubberman, 1992).

Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transpormasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan dengan memfokuskan data

(55)

yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan

akhir dapat dilakukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah matriks, grafik,

jaringan, bagan, dan lain sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil penelitian dengan

memperhatikan hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen (berupa

data-data awal yang belum siap digunakan dalam analisis), setelah data

(56)

41

BAB V

HASIL

A. Gamabaran Informan 1. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini yaitu ibu kandung dari seorang

anak terinfeksi HIV sekaligus pengasuh dari tiga orang anak terinfeksi HIV

lainnya yang tinggal di Yayasan Tegak Tegak tahun 2013. Beliau berusia 46

tahun. Beliau adalah seorang odha yang tertular dari almarhum suaminya,

almarhum suaminya tertular HIV karena menggunakan narkoba suntik.

Di Yayasan Tegak Tegar beliau menjabat sebagai seorang Project

Manager. Pendidikan terakhir beliau adalah Sarjana Kesejahteraan Sosial

Masyarakat. Kegiatan sehari-hari beliau adalah ibu rumah tangga sekaligus

pelaksana program Yayasan Tegak tegar, tiga hari dalam seminggu beliau

menjadi relawan di rumah sakit dan terkadang sebagai pembicara di acara

seminar HIV.

Pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari ia dan anak-anak yang

tinggal di Yayasan Tegak Tegar biasanya diperoleh dari donatur sebesar 5

juta rupiah per bulan. Pendapatan juga bisa berasal dari warung sembako

(57)

2. Informan Pendukung

Informan pendukung pada penelitian ini yaitu 3 anak terinfeksi HIV

yang tinggal di Yayasan Tegak Tegar tahun 2013. Berikut karakteristik

ketiga anak tersebut:

Tabel 5.1

Karakteristik Anak Terinfeksi HIV di Yayasan Tagak tegar

Karakteristik K D N

Usia 9 tahun

9 bulan 11 tahun

12 tahun

10 bulan

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki

Berat Badan 26,4 kg 29,9 kg 26,25 kg

Tinggi Badan 125,2 cm 140,2 cm 132,2 cm

IMT 16,84 15,21 15,01

Status gizi

menurut IMT/U Normal Normal Normal

Status gizi diadaptasi dari(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

B. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini terdiri dari gambaran pengetahuan gizi ibu atau

pengasuh sebagai komponen dasar dari terbentuknya perilaku pemenuhan

kebutuhan gizi, gambaran perilaku pemenuhan kebutuhan gizi yang meliputi

ketersediaan makanan dan pemberian makan serta permasalahan yang dihadapi

dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi pada anak terinfeksi HIV di Yayasan

(58)

Untuk memvalidasi data mengenai perilaku pemberian makan yang

didapat dari informan utama, maka dilakukan cross cek kepada informan

pendukung yaitu anak terinfeksi HIV itu sendiri. Serta dengan cara observasi

langsung beberapa kali di yayasan Tegak Tegar.

1. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu atau Pengasuh

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama (pengasuh)

diketahui bahwa gizi menurutnya adalah makanan yang bersih, yang

mempunyai kandungan zat gizi yang seimbang seperti karbohidrat, protein,

dan zat gizi lainnya untuk pemenuhan kebutuhan seseorang. Berikut kutipan

hasil wawancara tentang gizi yang pengasuh ketahui:

“gizi itu berarti makanan seimbang, makanan sehat yang

seimbang, bersih, bernutrisi, protein, karbohidrat dan sebagainya buat pemenuhan kebutuhan tubuh gitu” (Pengasuh)

Kemudian untuk mengetahui bahwa informan dapat mengaplikasikan

apa yang diketahuinya tentang gizi, maka kemudian ditanyakan lagi tentang

makanan sumber zat gizi tersebut. Ternyata berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa informan mengetahui makanan-makanan sumber zat-zat

gizi yang disebutkan, seperti makanan yang mengandung karbohidrat,

protein, vitamin, dan serat, bahkan informan menjelaskan tentang makanan

sumber zat-zat gizi tersebut yang biasanya diberikan pada anak-anak.

Berikut kutipan hasil wawancaranya:

a Makanan yang mengandung energi

(59)

b Makanan yang mengandung protein

“telur, ikan, karena yang bisa dijangkau itu, sering sih telur

karena yang paling gampang masaknya itu, apalagi yang kecil suka banget tinggal dikasih lada sama garam dikit dia suka banget

itu….”(Pengasuh)

c Vitamin

“buah-buahan, sayuran. Iya ga sih…..”(Pengasuh)

d Serat

“serat itu… apa ya… buah juga kayanya serat, sayur… sawi..” (Pengasuh)

Kemudian untuk mengetahui pengetahuan gizi informan yang lebih

dalam maka informan diminta untuk menggambarkan apa yang ia ketahui

tentang gizi bagi anak terinfeksi HIV. Berikut kutipan hasil wawancaranya:

“kalo gizi bagi anak HIV ya… makanan-makanan yang baik, kayanya sama dengan anak yang lain, hanya mungkin bedanya bagi anak yang terinfeksi tidak disarankan banyak mengandung micin, minuman-minuman yang bersoda juga tidak dianjurkan, jadi gizi bagi anak yang terinfeksi umumnya sama, yang jelas tadi kalo aku masak ya tidak menggunakan penyedap hanya menggunakan garam dan gula sebagai penyedapnya, minuman bersoda boleh tapi tidak

sering kan sebenarnya itu tidak baik juga” (Pengasuh)

Akan tetapi ketika diobservasi, ternyata informan utama tetap

menggunakan vitsin sebagai penyedap rasa saat ia memasak sayur. Ketika

ditanyakan kembali, beliau berdalih bahwa masakan tersebut bukan untuk

anak, tapi bagi yang dewasa. Pada saat itu memang kebetulan anak-anak

sudah makan dan memang mereka tidak makan sayur karena sayur tersebut

masih diolah. Sementara itu dari pengamatan sebelum dan sesudahnya

Gambar

Tabel 2.2 Faktor Aktivitas dan Faktor Trauma atau Stress untuk Menetapkan
tabel 2.1 di bawah ini:
Tabel 2.2 Faktor Aktivitas dan Faktor Trauma atau Stress untuk Menetapkan kebutuhan
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi Makro Anak
+5

Referensi

Dokumen terkait

20 Saya diberi wewenang atau tanggung jawab penuh dalam melakukan asuhan keperawatan berdasarkan SOP dan SAK 21 Saya merasa atasan saya memberikan contoh disiplin. 22

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengisian form PBSC, seperti penentuan visi serta misi pribadi karyawan, penentuan peran kunci, faktor penentu keberhasilan,

Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan T-test dan Regresi linear berganda yang dimaksud untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja

Establish vegetative barriers and do not spray chemicals near water sources, houses or public roads.. Protective clothing

pengangkutan sampah ini dapat dimodelkan sebagai suatu varian dari masalah penentuan rute kendaraan (vehicle routing problem) dengan adanya rute majemuk (multiple route) dan fasilitas

Sayangnya lembaga keuangan syariah belum memberikan dampak positif terhadap ekspor Indonesia dikarenakan jumlah pemberian kepada setor riil masih lebih sedikit

Tabel yang dibutuhkan dalam perancangan Rancang Bangun Website Informasi pada STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) Rahmaniyah Kabupaten Musi Banyuasin adalah tabel admin,

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan rendemen dan kualitas minyak atsiri kulit jeruk peras (Citrus nobilis L.) yang didapatkan dari beberapa perbandingan