• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resusitasi Bayi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Resusitasi Bayi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

C

Case

ase R

Re

ep

po

orrt Session

t Session

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Oleh : Oleh : Magfira Finalia Magfira Finalia 11103110151110311015 Pembimbing : Pembimbing : dr. Hj. Desmiwarti, Sp.OG ( K ) dr. Hj. Desmiwarti, Sp.OG ( K )

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

2016 2016

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit

manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari)kritis (≤ usia 28 hari),, membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi  patologis

 patologis yang yang mengancam mengancam jiwa jiwa yang yang bias bias saja saja timbul timbul sewaktu-waktu. sewaktu-waktu. Sangat Sangat pentingpenting untuk mengetahui neonatus yang berisiko sebagai deteksi dini kegawatan sehingga untuk mengetahui neonatus yang berisiko sebagai deteksi dini kegawatan sehingga dapat dilakukan pertolongan lebih cepat, tidak menyebabkan kerusakan organ lebih dapat dilakukan pertolongan lebih cepat, tidak menyebabkan kerusakan organ lebih lanjut dan mencegah gangguan tumbuh kembang.

lanjut dan mencegah gangguan tumbuh kembang.1,21,2

Resusitasi bayi merupakan suatu prosedur atau tindakan yang dilakukan dalam Resusitasi bayi merupakan suatu prosedur atau tindakan yang dilakukan dalam upaya membantu dan memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi. Diperkirakan upaya membantu dan memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi. Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada saat lahir dan 1% saja 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada saat lahir dan 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir harus dilakukan yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir harus dilakukan  pada

 pada semua semua bayi. bayi. Penilaian Penilaian awal awal itu itu ialah: ialah: apakah apakah bayi bayi cukup cukup bulan, bulan, apakah apakah bayibayi menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi baik. Jika ketiga indikator tersebut menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi baik. Jika ketiga indikator tersebut terpenuhi, bayi dikeringkan dan dipertahankan tetap

terpenuhi, bayi dikeringkan dan dipertahankan tetap hangat.hangat.1,21,2 Untuk beberapa

Untuk beberapa bayi kebutuhan bayi kebutuhan akan resusitasi dapat dakan resusitasi dapat diantisipasi dengan iantisipasi dengan melihatmelihat faktor risiko yaitu bayi yang

faktor risiko yaitu bayi yang dilahirkan dari ibu yang dilahirkan dari ibu yang pernah mengalami pernah mengalami kematian janinkematian janin atau neonatal, ibu dengan penyakit kronik, kehamilan multi- para, kelainan letak, atau neonatal, ibu dengan penyakit kronik, kehamilan multi- para, kelainan letak, pre-eklampsia, persalinan lama, p

eklampsia, persalinan lama, prolaps tali pusat, kerolaps tali pusat, kelahiran lahiran prematur, ketuban prematur, ketuban pecah dini,pecah dini, cairan amnion tidak bening. Walaupun demikian, pada sebagian bayi baru lahir cairan amnion tidak bening. Walaupun demikian, pada sebagian bayi baru lahir kebutuhan akan resusitasi neonatal tidak dapat diantisipasi sebelum dilahirkan, oleh kebutuhan akan resusitasi neonatal tidak dapat diantisipasi sebelum dilahirkan, oleh karena itu penolong harus selalu siap untuk melakukan resusitasi pada setiap karena itu penolong harus selalu siap untuk melakukan resusitasi pada setiap kelahiran.

kelahiran.1,31,3

Diperkirakan 136 milyar bayi lahir di seluruh dunia setiap tahunnya. Kurang Diperkirakan 136 milyar bayi lahir di seluruh dunia setiap tahunnya. Kurang lebih 5-10%

lebih 5-10% dari bayi ydari bayi yang lahir ang lahir tersebut tersebut memerlukan rangsangan memerlukan rangsangan sederhana untuksederhana untuk membantu mereka bernafas, 3-5% membutuhkan resusitasi dasar, dan <1% memerlukan membantu mereka bernafas, 3-5% membutuhkan resusitasi dasar, dan <1% memerlukan resusitasi lanjutan berupa kompresi dada atau obat-obatan. Diperkirakan pula 814.000 resusitasi lanjutan berupa kompresi dada atau obat-obatan. Diperkirakan pula 814.000  bayi

(3)

kematian bayi tersebut adalah kegagalan respirasi dan kegagalan sirkulasi pada saat bayi  baru lahir.2,3

Kegagalan respirasi biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya pernafasan untuk mendorong cairan untuk keluar dari alveoli, adanya benda asing yang menghalangi jalan nafas dan kehilangan darah yang berlebihan atau kontraktilitas  jantung yang tidak baik atau bradikardi sehingga menyebabkan hipoksia dan iskemia lalu menyebabkan hipotensi sistemik. Berkurangnya ventilasi dari paru sehingga paru akan menghambat oksigenasi darah di arteri sistemik. Perfusi dan oksigenasi ke organ  bayi yang tidak adekuat dan terjadi terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Resusitasi Bayi Baru Lahir

Resusitasi bayi baru lahir adalah usaha dalam memberiksan ventilasi yang adekuat,  pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk disalurkan kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya yang dilakukan pada bayi baru lahir. Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada bayi baru lahir adalah terjadinya asfiksia.2,3

2.2 Tujuan Resusitasi Bayi Baru Lahir 3,4

Resusitasi pada bayi baru lahir (BBL) bertujuan untuk memulihkan fungsi  pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal  persalinan karena disamping menangani ibu bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi

yang mengalami asfiksia. Tujuan Resusitasi:

1. Memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia 2. Untuk oksigenasi darurat

3. Mempertahankan jalan nafas yang bersih 4. Membantu pernapasan

5. Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan 6. Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2

2.3 Penilaian Bayi Baru Lahir 3,4

Penilaian pada bayi baru lahir meliputi penilaian terhadap denyut jantung, pernafasan, tonus otot, reflek, dan warna kulit.

a. Denyut Jantung

 Normalnya denyut jantung pada bayi baru lahir adalah 120 sampai 160 denyut/menit. Walaupun banyak neonatus bertoleransi dengan denyut jantung diatas 220 denyut/menit dengan sedikit pengaruh buruk, denyut jantung dibawah 100 denyut/menit sering sulit ditoleransi sebab terjadi penurunan cardiac output  dan perfusi  jaringan. Elektrokardiogram dan ekokardiogram dapat membantu mendiagnosa masala h

(5)

tersebut sebelum lahir. Jika hal tersebut terjadi, pertama harus dipersiapkan untuk menangani keadaan bradikardinya.

 b. Pernapasan

Bayi biasanya mulai bernapas 30 detik setelah lahir dan perlu bantuan bila tidak  bernafas setelah 90 detik. Beberapa menit setelah lahir, frekuensi napas neonatus antara 30 sampai 60 kali/menit. Apneu dan bradipneu terjadi pada keadaan asidosis berat, asfiksia, infeksi (meningitis, septikemia, pneumonia) dan kerusakan CNS. Takipneu (>60 kali/menit) terjadi pada hipoksemia, hipovolemia, asidosis (metabolik dan respiratorik), perdarahan CNS, kebocoran gas paru, kelainan paru (hyalin membrane disease, sindrom aspirasi, infeksi), udem paru, dan penggunaan obat-obatan oleh ibu (narkotik, alkohol, magnesium, barbiturat).

c. Tonus Otot

Sebagian besar neonatus, termasuk yang preterm akan aktif saat lahir dan menggerakan semua ekstremitas sebagai respon terhadap rangsangan. Asfiksia,  penggunaan obat pada ibu, kerusakan CNS, amiotonia kongenital, dan miastenia grafis akan menurunkan tonus otot. Fleksi kontraktur serta tidak adanya lipatan sendi merupakan tanda kerusakan CNS yang terjadi di dalam rahim.

d. Reflek

 Neonatus normal bergerak ketika salah satu ekstremitas digerakkan dan meringis atau menangis ketika selang dimasukkan ke dalam hidungnya. Tidak adanya respon terjadi pada bayi hipoksia, asidosis, penggunaan obat sedatif pada ibu, trauma CNS dan  penyakit otot kongenital.

e. Warna Kulit

Pada umumnya semua kulit neonatus berwarna biru keunguan sesaat setelah lahir. Sekitar 60 detik, seluruh tubuhnya menjadi merah muda kecuali tangan dan kaki yang tetap biru (sianosis sentral). Sianosis sentral diketahui dengan memeriksa wajah,  punggung dan membran mukosa. Jika sianosis sentral menetap sampai lebih dari 90 detik perlu dipikirkan asfiksia, cardiac output  rendah, udem paru, methemoglobinemia,  polisitemia, penyakit jantung kongenital, aritmia dan kelainan paru (distres pernapasan, obstruksi jalan napas, hipoplastik paru, hernia diafragmatika), terutama bila bayi tetap sianosis dibawah respirasi kendali dan oksigen ysng mencukupi. Pucat menandakan

(6)

2.4 Penilaian APGAR 3,5

Apgar skor adalah ekspresi dari kondisi physiologis bayi baru lahir. Dengan apgar skor (tabel 2.1) memungkinkan dilakukan evaluasi kondisi bayi yang barulahir pada menit pertama dan kelima kehidupannya.Apgar skor pada menit pertama merefleksikan kondisi bayi pada saat lahir dan berhubungan dengan kemampuannya untuk bertahan hidup, apgar skor yang tidak banyak meningkat dari menit pertama hingga menit ke 5 dikatakan meningkatkan resiko kematian pada bayi. Sedangkan apgar skor pada menit ke-5 merefleksikan usaha resusitasi dan mungkin berhubungan dengan neurological outcome, apgar score yang rendah pada menit ke 5 (0-3) dikatakan meningkatkan resiko terjadinya serebral palsy.

Tabel 2.1 APGAR SKOR 

TANDA 0 1 2  Appearance (warna kulit) Biru, pucat Ekstremitas biru Tubuh merah, ektremitas biru Merah seluruh tubuh  Pulse/hearth rate (denyutjantung)

Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit

Grimace (reflek)

Tidak ada Menyeringai Batuk, bersin, menangis  Activity

(tonus otot)

Lemas Fleksi ekstremitas lemah

Gerakan aktif, fleksi ekstremitas  Respiration

(pernafasan)

Tidak ada Tidak teratur, dangkal

Tangis kuat, Teratur

Apgar skor 8-10 umumnya dapat dicapai pada 90% neonatus. Dalam hal ini, diperlukan  suction  oral dan nasal, mengeringkan kulit, dan menjaga temperatur tubuh tetap normal. Reevaluasi kondisi neonatus dilakukan pada menit ke-5 pertama kehidupan.

Pada skor Apgar 5-7 (asfiksia ringan) neonatus akan merespon terhadap rangsangan dan pemberian oksigen. Jika responnya lambat, maka dapat diberikan ventilasi dengan  pemberian oksigen 80-100% melalui bag and mask . Pada menit ke-5 biasanya

(7)

Sedangkan skor 3-4 (asfiksia sedang) neonatus biasanya sianotik dan usaha  pernafasannya berat, tetapi biasanya berespon terhadap bag and mask ventilation  dan

kulitnya menjadi merah muda. Apabila neonatus ini tidak bernafas spontan, maka ventilasi paru dengan bag and mask   akan menjadi sulit, karena terjadi resistensi jalan nafas pada saat melewati esofagus. Apabila neonatus tidak bernafas atau pernafasannya tidak efektif, pemasangan pipa endotrakea diperlukan sebelum dilakukan ventilasi paru. Hasil analisa gas darah seringkali abnormal (PaO2< 20 mmHg, PaCO2> 60 mmHg, pHa

7,15). Apabila pH dan defisit basa tidak berubah atau memburuk, diperlukan  pemasangan kateter arteri umbilikalis dan jika perlu dapat diberikan natrium bikarbonat.

2.5 Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir 1. Persiapan Penolong

Tenaga kesehatan yang bertindak sebagai penolong persalinan harus memiliki kompetensi dan siap untuk melakukan resusitasi tiap kali menolong persalinan.

2. Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalinan, penolong harus memberitahukan kepada keluarga mengenai kemungkinan apa saja yang terjadi pada ibu dan bayi selama dan setelah  persalinan.

3. Persiapan tempat resusitasi

Tempat yang perlu disiapkkan adalah ruangan bersalin dan tempat resusitasi. Ruangan harus hangat dan terang. Tempat resusitasi sebaiknya adalah tempat datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat.

4. Persiapan alat resusitasi

Alat yang diperlukan sebelum menolong persalinan adalah :

a. Kain 3 helai, digunakan untuk mengeringkan bayi, menyelimuti bayi dan mengganja bahu bayi. Kain yang digunakan sebaiknya kain bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan.

 b. Alat penghisap lendir, seperti kateter penghisap (ukuran 5 atau 6 Fr), penghisap DeLee atau bola karet.

c. Balon resusitasi yang mampu memberi O2 90-100%

(8)

e. Sungkup dengan pinggiran bantalan ukuran bayi cukup bulan dan prematur serta kanul nasal

f. Peralatan intubasi, yaitu laringoskop dengan daun lurus, ukuran 00 (sangat  prematur) 0 (prematur) dan 1 (cukup bulan) serta NGT nomor 8

g. Obat-oobatan seperti epinefrin 1:1000 (0.1 mg/ml), dextrosa 10% dalam air (250 ml), natrium bikarbonat 4.2% (5mEq/10ml), air steril, cairan seperti NaCl 0.9% dan RL.

h. Lampu penghangat, infant water atau inkubator i. Sarung tangan

 j. Jam atau pencatat waktu

a.  b.

c.

Gambar 2.1 alat penghisap lendir a. Balon karet b. Kateter c. Penghisap deelee

(9)

Gambar 2.2 Sungkup oksigen

Gambar 2.3 balon resusitasi

(10)

2.5 Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir 2.5.1 Sebelum persalinan dimulai

a. Informasikan unit perinatologi mengenai adanya persalinan resiko tinggi yang akan atau sedang berlangsung

 b. Siapkan dan cek fungsi semua alat

c. Persiapan penolong, yaitu sebagai berikut :

- Memakai alat pelindung diri, yaitu celemek, masker, penutup kepala, kacamata dan sepatu penutup

- Lepaskan perhiasan

- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun - Gunakan sarung tangan

2.5.2 Setelah persalinan

Pada saat bayi lahir, harus dilakukan penilaian sebagai berikut : a. Apakah kehamilan cukup bulan?

 b. Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium? c. Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis?

d. Apakah tonus otot bayi baik?

Jika semua pertanyaan terjawab “ya” maka lakukan asuhan persalinan normal, yaitu memberi kehangatan, membersihkan jalan nafas, mengeringkan badan bayi, sambil menilai skor APGAR. Bila salah satu jawaban adalah “tidak” maka lakukan langkah awal resusitasi.

2.5.3 Langkah Awal Resusitasi

Lakukan penilaian untuk menjawab pertanyaan pada kotak merah muda. Jika semua pertanyaan dijawab YA, cukup dilakukan perawatan rutin.  Namun, bila didapatkan satu jawaban TIDAK, maka dalam waktu ≤ 30 detik lakukan

langkah awal resusitasi, yaitu:

 Berikan kehangatan dengan menempatkan bayi di bawah pemancar panas.

 Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka (lihat gambar),

kemudian jika perlu bersihkan jalan napas dengan melakukan pengisapan pada mulut hingga orofaring kemudian hidung.

(11)

 Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar sedikit

tengadah.

Gambar 2.5 Reposisi Kepala

Jika ketuban tercampur mekonium diperlukan tindakan tambahan dalam membersihkan jalan nafas. Setelah seluruh tubuh bayi lahir lakukan penilaian apakah bayi bugar atau tidak. (Tidak bugar ditandai dengan depresi pernafasan dan atau tonus otot kurang baik atau frekuensi jantung < 100 x / menit).

 Jika bayi bugar tindakan pembersihan seperti langkah di atas.Jika bayi tidak

(12)

Gambar 2.6. Diagram Alur Resusitasi Neonatus7

2.5.4 Venilasi Tekanan Positif (VTP) 7

VTP dilakukan jika terjadi salah satu keadaan berikut : 1. Apneu

(13)

Langkah :

1. Posisikan kepala bayi setengah mengadah

2. Pilih ukuran sungkup yang sesuai, pasang sungkup menutupi muka dan hidung, tidak menekan mata dan mengganggu dagu

3. Tekan sungkup dengan jari tangan.

4. VTP diberikan selama 30 detik dengan kecepatan 40-60 x/menit

5. Pastikan dada bayi bergeak naik-turun, simetris dan tidak terlalu tinggi 6. Lakukan penilain VTP setelah 30 detik

7. Intubasi endotraktea diperlukan jika bayi tidak berespon terhadap VTP dengan  balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan siapkan pemindahan bayi ke NICU

Gambar 2.6 Pemilihan sungkup 2.5.5 Kompresi Dada + VTP 7

Bila setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung masih <60 x/meint, maka lakukan kompresi dada yang terkoordinasi dengan vetilasi selama 3 detik. Kecepatannya adalah 3 kompresi : 1 ventilasi selama 2 detik. Kompresi dilakukan dengan dua ibu jari atau 2 jari (telunjuk dan jari tengah). Lokasinya di sternum,  proximal dari prosesus xiphoideus. Kompresi dilakukan sedalam 1/3 tebal antero- posterior dada.

Setelah 30detik, evaluasi respon. Jika denyut jantung >60 x/menit, kompresi dapat dihentikan dan VTP dilanjutkan hingga denyut jantung 100x/menit dan bunyi nafas

(14)

Gambar 2.7 Kompresi dada 2.5.6 Intubasi Endotrakeal7

Indikasi:

1. Menghisap meconium dalam trakea bila didapatkan meconium dalam air ketuban dan bayi tidak bugar

2. Meningkatkan efektifitas ventilasi bila setelah beberapa menit melakukan ventilasi balon dan sungkup tidak efektif

3. Membantu koordinasi kompresi dada dan ventilasi, serta untuk memaksimalkan efisiensi pada setiap ventilasi

4. Memberikan obat epinefrin bila diperlukan untuk merangsang jantung sambil menunggu akses intravena

5. Kelainan bawaan bedah, misalnya hernia diafragmatica

6. Bayi sangat kurang bulan, untuk ventilasi atau pemberian surfactantd Peralatan yang harus disiapkan, yaitu:

 Laringoskop dengan daun laringoskop no.00 dan no.0 untuk BKB dan

no.1 untuk BCB.

 Lampu cadangan dan baterai cadangan untuk laringoskop

 Pipa endotrakeal no. 2,5-, 3,0-, 3,5-, 4,0- mm diameter internal  Stilet

 Gunting dan plester untuk fiksasi endotrakeal

(15)

2.5.7 Pemberian Obat

Obat-obatan yang digunakan yaitu epinefrin, volumen expander, natrium  bikarbonat, nalokson.

1. Epinefrin

Epinefrin sangat penting penggunaannya dalam resusitasi, terutama saat oksigenasi dengan ventilasi dan kompresi dada tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Epinefrin dapat menyebabkan vasokontriksi perifer, meningkatkan kontraktilitas jantung, dan meningkatkan frekuensi j antung. Dosis yang digunakan 0.01-0.03 mg/kg yang dapat diberikan IV atau dosis yang lebih tinggi 0.01-0.03 sampai 0.1 mg/kg melalui pipa endotrakeal. Pemberian ini dapat diulang setiap 3-5 menit sekali.

2. Volume expanders

Pada neonatus yang membutuhkan resusitasi, harus dipikirkan kemungkinan terjadinya hipovolemia terutama pada neonatus dengan respons yang tidak adekuat terhadap resusitasi yang diberikan. Volume expanders yang dapat digunakan Ringer Lactate 10ml/kg atau normal saline 10 ml/kg. Semuanya ini dapat diberikan secara intra vena selama 5-10 menit.

3.  Naloxone hydrochloride

Merupakan antagonis opioid yang sebaiknya diberikan pada neonatus dengan depresi nafas yang tidak responsif terhadap resusitasi ventilasi yang sebelumnya lahir dari ibu dengan mendapatkan narkotik 4 jam sebelum kelahiran. Dosis yang diberikan 0.1 mg/kg secara IV ataupun melalui pipa endotrakeal. Dosis ini dapat diulangi setiap 5 menit apabila dibutuhkan.

4. Dextrose

Glukosa darah sewaktu harus diperiksa setidaknya 30 menit setelah lahir pada neonatus yang mengalami asfiksia, neonatus yang lahir dari ibu dengan diabetes, atau  prematur. Bolus dextrosa 10% diberikan dengan dosis 1-2 ml/kg IV dan selanjutnya

(16)

2.5.8 Penghentian Resusitasi

1. Jika resusitasi sesuai prosedur diatas sudah dilakukanselama 10 menit, bayi tidak bernafas dan jantung tidak berdenyut, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi

2. Orang tua bayi perlu dilibatjan dalam pengambilan keputusan untuk menghentikan resusitasi.

2.5.9 Perawatan Lanjutan

1. Catat nilai APGAR pada menit 1 dan 5

2. Jika bayi memerlukan perawatan intensif, rujuk ke RS terdekat yang memiliki fasilitas memadai.

3. Jika bayi dalam keaadaan stabil, pindahkan ke ruang neonatal. Pantau tanda vital. Sirkulasi perfusi, status neurologi, jumlah urin serta pemberian ASI. Bila  pemberian minum ditunda, berikan glukosa10% IV. Lakukan uji laboratorium

seperti analisa gas darah, glukosa dan hematokrit

(17)
(18)
(19)

BAB III

LAPORAN KASUS 3.1 Laporan Kasus Ibu

Seorang pasien perempuan berusia 34 tahun datang ke KB Instalasi Gawat Darurat RSUP DR M Djamil Padang, pada tanggal 23 Juli 2016 dengan identitas pasien :

 Nama : Ny. H

Usia : 34 tahun

Alamat : Pasaman Barat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Status Menikah : Menikah Pendidikan : SD

ANAMNESIS

Seorang pasien perempuan 34 tahun, datang ke KB IGD RSUP DR M Djamil Padang tanggal 23 Juli 2016 pukul 15.00 WIB dengan :

Keluhan Utama:

Keluar air-air dari kemaluan sejak 18 jam sebelum masuk RS Riwayat Kehamilan Sekarang:

 Keluar ai-air dari kemaluan sejak 18 jam sebelum masuk rumah sakit   Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada

 Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada

 Keluar darah banyak dari kemaluan tidak ada  Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.

 HPHT : lupa, Taksiran Partus : sulit ditentukan

 Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.

 Riwayat hamil muda : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

 Riwayat ANC : Kontrol kehamilan ke bidan setiap bulan sejak usia kehamilan 2

(20)

 Pasien merupakan rujukan dari RSUD Pasaman Barat dengan diagnosis

G8P7A0H7 gravid aterm + inpartu + KPD + letak lintang + risiko infeksi

Riwayat pernikahan:

Menikah 1x pada tahun 1992 Riwayat Persalinan:

 Tahun 1993, laki-laki, berat badan lupa, cukup bulan, bidan, spontan, hidup  Tahun 1994, perempuan, berat badan lupa, cukup bulan, bidan, spontan, hidup

 Tahun 1996, perempuan, berat badan lupa, cukup bulan, bidan, spontan, hidup

 Tahun 1999, perempuan, berat badan lupa, cukup bulan, bidan, spontan, hidup

 Tahun 2002, perempuan, 2800 gr, cukup bulan, bidan, spontan, hidup  Tahun 2005, perempuan, 3000 gr, cukup bulan, bidan, spontan, hidup

 Tahun 2008, perempuan, 2800 gr, cukup bulan, bidan, spontan, hidup

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Tidak memiliki riwayat penyakit jantung, lien, hepar, paru, diabetes melitus, dan hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit menular, keturunan, kejiwaan Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan :

- Pasien adalah seorang ibu rumah tangga

- Riwayat kebiasaan : merokok, minum alkohol dan narkoba tidak ada - Riwayat imunisasi : tidak ada

- Riwayat kontrasepsi : tidak menggunakan kontrasepsi

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang Nadi : 88 kali/menit Kesadaran : Komposmentis kooperatif Nafas : 22 kali/menit Tekanan Darah : 130/90 mmHg Suhu : 36.6

BB : 72 kg, sebelum hamil 65 kg TB : 153 cm

(21)

STATUS GENERALISATA

Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah rontok

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), pupil isokor. Leher :Tidak ada pembesaran KGB.

Paru

Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis. Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, rhonki , wheezing -/-Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial linea midclavicula sinistra RIC V Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada, gallop (-) Abdomen : Status obstetri

Genitalia : Status obstetri

Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik

Status Obstetri Abdomen

Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan. Palpasi :

L1 : Teraba kosong

L2 : Teraba bagian besar, bulat, keras melenting di sebelah kanan, teraba bagian besar, lunak, tidak melenting di sebelah kiri

L3 : Teraba kosong L4 :

-Auskultasi : DJJ 150-160x/menit Genitalia

(22)

Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium ( 23 Juli 2016) : Hb : 12,3 gr/dl Hematokrit : 38% Leukosit : 6400 mm3 Trombosit : 161.000 mm3 PT : 9,4 APTT : 32,5  b. USG

Kesan : Gravid 37-38 minggu sesuai biometri Janin Hidup

Diagnosis:

1. G8P7A0H7 gravid aterm 34-35 minggu + PRM 18 jam

2. Janin hidup tunggal intrautine letak lintang kepala kanan dorsosuperior Tatalaksana

Terminasi Kehamilan ( SC ) 3.2 Laporan Kasus Bayi

 Telah lahir neonatus berat lahir cukup, perempuan, 3000 gram, dengan

 panjang badan 46 cm, lahir SC atas indikasi Ibu PRM 18 jam + letak lintang Skor APGAR Tanda 0 1 2 Jumlah Frekuensi Jantung [ ] ( ) Tidak ada [ ] ( ) <100 [V] ( x) >100 2 2 Usaha Bernafas [ ] ( ) Tidak ada [V] (x ) lambat [] ( ) Menangis Kuat 1 1

Tonus Otot [ ] ( ) Lumpuh [ v] (x) Ekstremitas sedikit fleksi [ ] ( ) gerakan aktif 1 1 Refleks [ ] ( ) Tidak  bereaksi [ ] () Gerakan sedikit [ v] (x) Reaksi Melawan 2 2 Warna Kulit [ ] ( ) Biru – 

 pucat [ v] ( ) Badan kemerahan tangan/kaki kebiruan [ ] (x) Kemerahan 1 2

(23)

Kesan : APGAR skor 7/8. APGAR skor bayi baik di menit pertama. Terhadap  bayi dilakukan pembersihan jalan nafas dengan menggunakan  suction / pipa

hisap.

Diagnosis : BBLC 3000 gram Tatalaksana : ASI On Demand

(24)

BAB IV DISKUSI

Seorang bayi, dengan berat badan lahir 3000 gram, telah dilahirkan secara SC atas indikasi PRM 18 jam + letak lintang. Pada setiap persalinan di RSUP dr. M. Djamil Padang, baik normal maupun tidak tetap dipersiapkan berbagai alat dan perlengkapan resusitasi bayi baru lahir sebagai salah satu bentuk upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir. Pada pertolongan  persalinan, setiap bayi dapat mengalami asfiksia meski tanpa faktor resiko sekalipun.

Oleh karena itu, dokter harus siap melakukan resusitasi bayi setiap menolong persalinan Asfiksia merupakan kondisi bayi yang tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor baik dari kondisi ibu seperti preeklampsi, perdarahan abnormal; dan keadaan tali pusat seperti lilitan tali  pusat yang akan menyebabkan aliran darah dan oksigen dari ibu ke bayi berkurang. Selain itu keadaan bayi seperti bayi prematur, persalinan sulit dan kelaina kongenital  juga berisiko menyebabkan asfiksia meskipun tanpa didahului tanda gawat janin. Pada

kasus ini terdapat faktor risiko asfiksia bayi baru lahir yang membutuhkan tindakan resusitasi, yaitu Premature Membrane Rupture/ ketuban pecah dini. Hal ini sesuai dengan penelitian Wiradharma, dkk tahun 2013 bahwa ketuban pecah dini merupakan faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir dengan 44,7% bayi kasus KPD≥ 12  jam mengalami asfiksia.

Sebelum bayi lahir telah dipersiapkan berbagai alat resusitasi bayi baru lahir seperti 3 helai kain bayi, alat penghisap lendir, alat intubasi, obat-obatan dan lampu  pemanas. Kelengkapan peralatan ini telah sesuai dengan yang semestinya.

Segera setelah bayi lahir, maka terlebih dahulu dilakukan penilaian awal terhadap bayi. Dari kelima kriteria skor APGAR yaitu warna kulit, denyut jantung, respon reflek, tonus otot dan pernafasan didapatkan nilai 7 untuk 1 menit pertama setelah lahir lengkap. Hal ini menunjukkan bayi normal, yaitu dengan nilai APGAR 7-10. Bayi aktif bergerak. Setelah penilaian awal maka bayi diletakkan dalam box datar yang sudah dilengkapi dengan pencahayaan dan lampu pemanas, bahu diganjal menggunakan lipatan kain yang sudah disiapkan agar memudahkan dalam pengaturan  posisi kepala bayi. Dengan segera dilakukan pengisapan slem dengan menggunakan

(25)

 suction pada mulut dan hidung menggunakan kateter penghisap ukuran 5Fr. Pengisapan lendir dilakukan tidak terlalu dalam, tidak lebih 5 cm ke dalam mulut dan 3 cm ke dalam hidung karena pengisapan yang dalam menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau tiba-tiba berhenti nafas. Bayi dibersihkan menggunakan kain kering, tali pusat diikat lalu dibedung dengan tujuan menjaga kebersihan dan kehangatan tubuh bayi serta mencegah agar bayi tidak hipotermia. Selain itu, bayi juga diberikan rangsangan taktil dengan menepuk dan menyentil telapak kaki. Rangsangan taktil pada bayi baru lahir dapat membantunya mulai bernapas. Selain dengan menepuk telapak kaki juga bisa dengan menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.

Setelah tindakan mencegah bayi agar tidak hipotermia, membersihkan jalan nafas bayi, mengeringkan bayi, dan memberi rangsangan taktil pada bayi maka dilakukan penilaian kembali. Didapatkan bahwa bayi dapat bernapas dengan normal, denyut jantung 136x/menit dan dapat bergerak aktif. Prosedur yang dilakukan pada bayi ini sudah sesuai dengan algoritma resusitasi bayi baru lahir.

Untuk nilai APGAR diperoleh nilai 8 pada 5 menit pertama setelah lahir lengkap sehingga APGAR skor bayi ini adalaj 7/8. Dengan APGAR skor memungkinkan dilakukan evaluasi kondisi bayi yang baru lahir pada menit pertama dan kelima kehidupannya. Apgar skor pada menit pertama merefleksikan kondisi bayi pada saat lahir dan berhubungan dengan kemampuannya untuk bertahan hidup. Apabila terdapat tanda  –   tanda asfiksia pada bayi baru lahir, maka pengananan selanjutnya adalah memberikan resusitasi neonatus secara tepat dan benar.

Setelah asuhan persalinan normal dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan asuhan pasca resusitasi. Bentuk-bentuk asuhan pasca resusitasi antara lain:  pemantauan tanda bahaya, perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini, pencegahan hipotermi, pemberian vitamin K1, pemberian salep antibiotik mata, pemeriksaan fisik,  pencatatan dan pelaporan.

Pada bayi ini diberikan suntikan vitamin K1 di paha kiri anterolateral i mg IM. Kemudian juga diberikan salep antibiotika gentamicin 0,3% pada kedua mata. Hal ini sesuai dengan adanya risiko infeksi pada bayi akibat KPD 18 jam. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik seperti mengukur berat badan, panjang badan, lingkar

(26)

tubuh bayi. Setelah itu, bayi diletakkan di dada ibu sehingga terdapat skin to skin contact dan dilaksanakannya inisiasi menyusui dini. Untuk perawatan selanjutnya, ibu dan bayi dirawat gabung di kamar rawatan kebidanan RSUP dr. M.Djamil Padang.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Pelatihan Klinik- Kesehatan Reproduksi Republik Indonesia. 2008.

2. Wiswell MD,Thomas: Neonatal resuscitation. Respiratory Care. Vol 48 No 3;2003

3. IDAI, 2013. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. (level of evidence IV).Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 272-276.

4. WHO. Buku Saku Kesehatan Anak Indonesia; 2013

5. Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak; Asfiksia neonatorum. Jakarta: Salemba Medika, 2008.h.128-129

6. Cunningham FG, Brahm U. Obstetri Williams; Neonatus. Ed.23. Jakarta: EGC, 2012.h.616-13

7. American Heart Association. Buku Panduan Resusitasi Neonatus. Perinasia. 2007.

8. Wiradharma, dkk. Risiko Asfiksia Pada Ketuban Pecah Dini di RSUP Sanglah. Sari Pediatri, Vol. 14, No. 5. 2013.

(28)

HASIL DISKUSI

Dari pembahasan kasus mengenai resusitasi bayi didapatkan beberapa pertanyaan dan tanggapan, sebagai berikut :

1. Mengapa di anamnesis tidak dicantumkan sisa ketuban?

 pada kasus ini memang ditemukan adanya pecah ketuban dini ±18 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebaiknya di bagian anamnesis dicantumkan, bagaimana kondisi sisa ketuban, hal ini bisa membantu ke arah kondisi bayi. Jika ditemukan  berwarna hijau, tidak kental maka bayi ada risiko mengalami aspirasi mekonium

yang nanti akan menyulitkan dalam bernafas. Pada kasus ini tampak sisa ketuban  berwarna hijau cair.

2. Apakah bayi mendapat bantuan nafas? Melihat skor apgar menit 1 dan 5 bagian  pernafasan sama-sama 1.

 pada bayi ini tidak dilakukan bantuan nafas, cukup pengisapan lendir saja agar memudahkan ventilasi bayi. Sesuai dengan algoritma dari IDAI tahun 2013, bayi akan mendapat bantuan nafas jika tidak bernafas/ megap-megap dan atau laju denyut jantung <100x/menit (VTP); atau bayi bisa bernafas spontan namun terdapat distress nafas (CPAP) atau sianosis sentral persisten tanpa distress nafas (pertimbangkan suplementasi oksigen). Sementara pada kasus ini meskipun usaha nafas bernilai 1 di menit ke 1 dan ke 5, bayi tampak bisa berusaha bernafas dengan  baik tanpa gejala distres nafas dan LDJ 136x/menit sehingga tidak memerlukan  pemberian bantuan nafas.

3. Tambahkan tinggu TFU di palpasi abdomen

seharusnya di bagian palpasi abdomen, sebelum dipaparkan mengenai Leopold, ditentukan berapa tinggi TFU nya agar bisa melihat apa ukurannya sesuai dengan usia kehamilan

4. Resusitasi di M. Djamil mengacu pada apa?

kedua algoritma resusitasi bayi baru lahir baik dari WHO maupun IDAI sudah terstandarisasi. Akan tetapi di RSUP Dr. M. Djamil Padang menggunakan algoritma dari IDAI 2013 yang lebih terbaru.

5. Mengapa tidak dilakukan IMD, padahal ibu dalam keadaan bugar?

hal ini perlu menjadi perhatian dalam asuhan bayi baru lahir. Tidak ada alasan yang tepat mengapa inisiasi menyususi dini ini tidak dilakukan kecuali ibu dan atau

(29)

 bayi dalam keadaan tidak bugar. Pada kasus ini baik ibu maupun bayi sama-sama dalam kondisi bugar. Bagian perinatologi dan kebidanan seharusnya sama-sama  bertanggung jawab akan hal tersebut. Dari segi SDM, kedua bagian tentu telah mengetahui dengan baik arti pentingnya IMD ini. Akan tetapi, dalam aplikasinya  belum terlaksana dengan baik. Dibutuhkan suatu SOP yang jelas agar dalam setiap asuhan bayi baru lahir baik pervaginam maupun perabdominal terdapat program IMD ini dengan pembagian tugas yang jelas.. Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, bayi diletakkan tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. IMD ini memiliki keuntungan baik untuk ibu maupun bayi. Dengan IMD dapat membantu merangsang produksi oksitosin yang menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko perdarahan pascapersalinan serta prolaktin yang membantu meningkatkan produksi ASI. Bagi bayi ASI merupakan makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal, mengandung kolostrum dan membantu meningkatkan kecerdasan. Oleh karena itu, IMD akan sangat dibutuhkan baik bagi ibu maupun anak. Selain itu, biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri apabila sebelumnya tidak  berhasil. Bayi diberi topi dan diselimuti. Pada kasus ini perlengkapan bayi juga terdapat kekurangan, yaitu topi bayi. Kehilangan panas dari tubuh bayi bisa terjadi secara evaporasi, konveksi maupun konduksi. Kepala merupakan 25% dari luas  permukaan tubuh bayi. Dengan tidak adanya topi maka akan terdapat ancaman hipotermi pada bayi yang bisa membahayakan. Usaha IMD dengan  skin to skin contact   juga merupakan salah satu cara mencegah kehilangan panas pada bayi selain dengan pakaian yang lengkap termasuk topi. Idealnya seluruh badan bayi tertutup dengan kain kering kecuali muka saat dilakukan IMD.

Gambar

Tabel 2.1 APGAR SKOR 
Gambar 2.1 alat penghisap lendir a. Balon karet b. Kateter c. Penghisap deelee
Gambar 2.3 balon resusitasi
Gambar 2.5 Reposisi Kepala
+6

Referensi

Dokumen terkait

He removed his family to Hannibal, and in this Mississippi River town the little lad whom the world was to know as Mark Twain spent his early life.. In Tom Sawyer we have a picture

Single link adalah proses clustering yang didasarkan pada jarak terdekat antar obyeknya (minimum distance) (Lance, 1967). Metode ini sangat baik digunakan

Gambar 3.8 menjelaskan proses drag and drop yang terjadi pada game perkalian, yaitu soal yang turun dari atas ke bawah akan mengalami drag and drop ke arah objek

Aji Anung Aryanto, L100110046, Keterbukaan Diri Dalam Ta’aruf Dan Keputusan Menikah (Studi Korelasi Antara Keterbukaan Diri Dalam Ta’aruf Dengan Keputusan Menikah

Kemudian petugas melakukan pen(atatan data diri pasien ke dalam buku register dan buku Kemudian petugas melakukan pen(atatan data diri pasien ke dalam buku register dan buku rekam

Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika awal adalah kepekaan terhadap cara berpikir ilmiah dan membangun konsep yang ditunjukkan dengan

2) Sifat malas yang ada disebagaian masyarakat miskin timbul sebagai akibat dari sikap pesimis terhadap sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Selain permasalahan biaya

Jika matahari tinggi maka radiasi yang jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi, sedangkan jika matahari rendah ma- ka radiasi akan disebarkan dalam area yang luas sehingga