• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUTH VITRIANI GINTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RUTH VITRIANI GINTING"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII-4 SMP NEGERI 1 TIGAPANAH KAB. KARO

TAHUN AJARAN 2014/2015

JURNAL

Oleh:

RUTH VITRIANI GINTING

1103151060

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

2014

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII-4 SMP NEGERI 1 TIGAPANAH KAB. KARO

TAHUN AJARAN 2014/2015

Nani Barorah Nasution, S.Psi, MA

Ruth Vitriani Ginting

ABSTRAK

RUTH VITRIANI GINTING. NIM: 1103351060. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Tigapanah Kabupaten Karo Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2014

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Tigapanah Tahun Ajaran 2014-2015. Untuk memperoleh data, peneliti melakukan pengumpulan data melalui angket. Instrumen yang digunakan adalah angket keterampilan berpikir kritis untuk menjaring data tentang keterampilan berpikir kritis siswa yang sebelumnya diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Instrumen diberikan sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) yang terdiri dari 2 siklus, siklus I dan siklus II masing-masing siklus dilakukan dua kali pertemuan. Analisis data menggunakan perhitungan Persentase.

(3)

Berdasarkan hasil analisis angket sebelum diberikan tindakan, diketahui bahwa dari 31 orang siswa diperoleh 10 orang siswa yang bermasalah dalam

keterampilan berpikir kritis. Sepuluh orang siswa tersebut 2 memperoleh skor dengan

kriteria tinggi dan 2 orang dengan kriteria sedang dan 6 orang dengan kriteria rendah. Dari hasil analisis data pada siklus I setelah diberikan tindakan diketahui 4 orang siswa yang mengalami peningkatan kemampuan keterampilan berpikir, sehingga persentase keberhasilan memperoleh 40%. Pada siklus II terjadi peningkatan pada keterampilan berpikir kritis siswa yaitu 80% karena diperoleh 8 orang siswa yang mengalami peningkatan. Walaupun masih ada 2 orang siswa yang dikategorikan sedang, namun tingkat keberhasilan layanan sudah mencapai target yakni di atas 75%. Sedangkan jika dilihat keberhasilan keseluruhan siswa yang mengikuti kegiatan yaitu mencapai 93,5%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama pada kelas VIII-4 di SMP Negeri 1 Tigapanah Tahun Ajaran 2014-2015.

Kata kunci: keterampilan berpikir kritis, bimbingan kelompok teknik sosiodrama.

PENDAHULUAN

Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang “tidak berpikir” sering kita dengar. Padahal kita tahu bahwa sekolah itu merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian siswa, baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berperilaku. Mereka pergi ke sekolah tetapi cara belajar mereka terbatas mendengarkan keterangan guru, kemudian mencoba memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

Menurut Nunan (Aryesta, 2013 : 7) mengatakan setiap pelajar mempunyai cara belajar yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing siswa, dengan kata lain kebiasaan atau gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal

(4)

dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif, psikologis, latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan

Sayang sekali didalam sistem pendidikan dewasa ini, ada pelajar yang gagal memahami pelajaran adalah pelajar yang cenderung menghafal tanpa mengerti apa yang mereka pelajari. Pada akhirnya, kedua jenis pelajar (mereka yang memahami dan mereka yang menghafal) mampu menjawab soal ujian dengan baik. Meskipun belum ada penelitian yang konkret yang menyatakan jika para pelajar tersebut ditanya setelah ujian selesai, apakah mereka masih ingat ilmu pengetahuan yang telah mereka pelajari tersebut, dan tidak heran juga jika mereka sudah lupa apa yang telah mereka pelajari atau apa yang mereka tuliskan untuk menjawab soal-soal ujian tersebut (Hassoubah, 2004: 11).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2014 di SMP Negeri 1 Tigapanah melalui observasi yang saya lakukan memperlihatkan banyaknya siswa yang belajar dengan cara menghafal, suka menunda-nunda mengerjakan tugas dari guru, sulit berkonsentrasi dalam belajar, rasa ingin tahu yang rendah, kurang percaya diri, dan hanya mendengarkan tanpa mengkaji pelajaran yang sedang berlangsung. Hasil wawancara dengan guru pembimbing di sekolah dan beberapa guru wali kelas mengatakan bahwa kebanyakan siswa kurang memperhatikan pelajaran, ada yang melamun, ada yang pura-pura mengerti tetapi sebenarnya tidak mengerti tentang pelajaran tersebut, juga kebanyakan siswa hanya menggunakan istilah “datang duduk diam” selama pelajaran berlangsung. Oleh karena itu, sangat jarang di temukan siswa yang mengikuti pelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang kritis untuk lebih mendalami pelajaran tersebut. Para pelajar lebih cenderung hanya mendengarkan tanpa mau bersusah payah untuk berpikir tentang pelajaran yang berlangsung (Hassoubah, 2004:86).

Mengingat pentingnya pengembangan cara berpikir kritis bagi peserta didik, maka perlu adanya suatu solusi efektif untuk meningkatkannya, dan salah satu solusi yang dapat di gunakan adalah melalui bimbingan konseling. Bimbingan konseling memiliki berbagai layanan yang dapat digunakan diantaranya adalah bimbingan

(5)

kelompok yang merupakan proses pemberian bantuan kepada sejumlah peserta didik yang dilakukan oleh orang yang ahli atau seorang konselor dalam membahas atau menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.

Melihat permasalahan diatas peneliti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa maka diberikan layanan Bimbingan kelompok dengan teknik

Sosiodrama. Sejalan dengan hal ini maka penulis mengadakan penelitian dengan

mengangkat judul: “Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Tigapanah Kabupaten Karo Tahun Ajaran 2014/2015”

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Tigapanah selama dua bulan mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus Tahun 2014. Pengambilan subjek ini yaitu dengan teknik purposive sampling (pengambilan subjek secara sengaja). Adapun Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 sebanyak 10 orang, yang terdiri dari 6 orang yang memiliki skor kategori rendah, 2 orang kategori sedang, dan 2 orang kategori tinggi yang mengalami kesulitan di bidang keterampilan berpikir kritis agar terjadi dinamika kelompok.

Jenis Penelitian Tindakan Kelas suatu upaya merupakan untuk memecahkan suatu masalah dengan menerapkan suatu perlakuan yaitu bimbingan kelompok. Jenis data termasuk data kualitatif. Disain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan bimbingan konseling (action research) dengan model siklus oleh Kemmis dan Mc Taggart (Rosmala Dewi 2010:177). Setiap siklus ada empat komponen penelitian tindakan, yaitu: 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Keempat tahap tersebut disajikan dalam gambar berikut:

(6)

Keberhasilan penelitian ini akan dievaluasi melalui hasil analisis terhadap data yang didapatkan dari penelitian, kriteria evaluasi (Dewi 2010:184) ditentukan 75% dari jumlah siswa yang berhasil meningkatkan keterampilan berpikir kritisnya setelah mengikuti program ini.

Adapun alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan observasi dan angket.

1. Teknik Analisis Persentase

Teknik analisis persentase ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Maka untuk mengetahui keberhasilan yang diperoleh menggunaka perhitungan Persentase (Sugiono : 2012) sebagai berikut :

P=

Dimana, P = keterampilan berpikir kritis

f = jumlah siswa yang mengalami perubahan n = jumlah seluruh siswa yang diamati

Dan juga menggunakan uji validitas angket dan uji reabilitas angket. . Teknik yang digunakan untuk menghitung validitas adalah teknik Product Moment yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 170) dengan rumus :

Tindakan I Evaluasi Pemantauan Refleksi Perencanaan Selesai Tindakan II Evaluasi Refleks i Pemantauan

(7)

A. } ) ( { } ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan: xy r : Koefesien Korelasi N : Jumlah responden

X : Skor responden untuk tiap item

Y : Total skor tiap responden dari seluruh item

X : Jumlah standar distribusi X

Y : Jumlah standar distribusi Y

2

X : Jumlah Kuadrat masing- masing skor X 2

Y : Jumlah Kuadrat masing- masing skor Y

Untuk mencari reliabilitas instrumen dalam bentuk angket atau dalam bentuk soal uraian (Arikunto, 2006: 196) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

r11 = Realibitas instrument k = Banyaknya butir pernyataan ∑ b2

= Jumlah varians butir = Varians total

Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi dan nilai skor angket yang diberikan kepada siswa yang tergabung dalam bimbingan kelompok teknik sosiodrama setelah diberikan layanan, maka hasil yang didapatkan pada siklus I adalah sebagai berikut: Dari 10 orang siswa didapatkan 4 orang kriteria keterampilan berpikir kritisnya tinggi, 5 orang kriteria

(8)

sedang dan 1 orang kriteria rendah. Tingkat keterampilan berpikir kritis siswa secara keseluruhan adalah 4/10 x 100% = 40%, sedangkan 6/10 x 100% = 60% jumlah siswa yang keterampilan berpikir kritisnya belum mencapai kategori keberhasilan

Gambar 4.2

Diagram Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Siklus I

Karena hasil dari kegiatan siklus I belum mencapai tingkat keberhasilan, maka layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dilanjutkan ke siklus II, adapun hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Tingkat keterampilan berpikir kritis siswa yang meningkat pada siklus II adalah

P=

P = x 100% P = 80% (Berhasil)

Gambar 4.3

Diagram Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Siklus II 0

20 40 60

Tinggi Sedang Rendah

keterampilan berpikir kritis kategori rendah

keterampilan berpikir kritis kategori sedang 0 20 40 60 80 100

Tinggi Sedang Rendah

keterampilan berpikir kritis yang kategori rendah keterampilan berpikir kritis yang kategori sedang keterampilan berpikir kritis kategori tinggi

(9)

Sedangkan jika dinilai secara keseluruhan maka seluruh siswa memperoleh nilai 93,5% yang berada pada kategori Berhasil dengan perhitungan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari evaluasi pada yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II oleh penelitian, maka terjadi perubahan yang terlihat selama penelitian. Siklus I yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Pada siklus I pertemuan I diperoleh 40% dari 10 orang mahasiswa yang mengalami peningkatan pada keterampilan berpikir kritis, dan pada siklus II menjadi 80% dari 10 orang siswa yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritisnya didalam belajar. Peningkatan ini sudah mencapai persentase yang ditargetkan peneliti yaitu 75% yang diaggap sebagai batas keberhasilan penelitian.

Hipotesis penelitian yang menyatakan keterampilan berpikir kritis akan meningkat melalui pemberian layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama bagi siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Tigapanah tahun ajaran 2014/2015 dapat diterima. Dengan demikian berdasarkan hasil temuan dan analisis data penelitian tindakan bimbingan konseling maka dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Tigapanah Kabupaten Karo Tahun Ajaran 2014/2015.

Kesimpulan

Layanan bimbingan kelompok teknik Sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan teknik sosiodrama ini kemampuan kognitif siswa dalam berpikir secara kritis akan semakin terlatih, hal ini terlihat ketika siswa memberikan solusi dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.

Keberhasilan yang diperoleh oleh siswa dalam meningkatkan keterampilann berpikir kritis melalui observasi dilapangan selama proses penelitian berlangsung dan

(10)

juga bukti konkrit berupa skor nilai angket yang meningkat. Pada pembagian angket awal siswa yang bermasalah tersebut hanya sampai pada kriteria Sedang hanya beberapa siswa yang berada pada kriteria tinggi. Namun setelah dilakukannya siklus I, keberhasilan dari siswa tersebut meningkat menjadi 40% pada kategori sedang, dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 80% pada kategori Berhasil. Hal ini membuktikan bahwa penelitian ini berhasil dan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka sebagai saran yang bisa dikemukakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi pihak sekolah disarankan agar memberikan program-program yang baru dan menarik agar siswa lebih mengenal manfaat dari pemberian layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama.

2. Bagi Guru BK sekolah mengingat bahwa layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, maka selayaknya layanan bimbingan kelompok secara berlanjut dapat tetap dilaksanakan oleh Guru BK.

3. Bagi siswa diharapkan agar lebih aktif mengikuti berbagai program BK yang dibuat oleh sekolah agar siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk berpikir secara kritis dalam belajar dan juga dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi sehari-hari.

4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa lainnya dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan berbagai teknik layanan bimbingan konseling lainnya.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A Dan Supriyono, W. 2004. Psikologi Belajar (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Alvonco, J. 2013. The way of Thinking. Jakarta : Penerbit Gramedia

Aryesta, F. 2013. Upaya Meningkatkan Pengendalian Marah Siswa Melalui

Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Di SMP Puteri Sion Medan Tahun Ajaran 2012/ 2013. Medan: Universitas Negeri

Medan. Skripsi tidak dipublikasikan.

Bahriah, Evi. 2011. Indikator Berpikir Kritis Dan Kreatif. (Online), dalam (http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2011/06/30/indikator-berpikir- kritis-dan-kreatif/, diakses 30 juni 2011).

Edi. 2012. Teori Belajar Berpikir Kritis. (Online), dalam

(http://ediconnect.blogspot.com/2012/03hh/teori-belajar-berpikir-kritis/, diakses 18 maret 2012

Damayanti, Nidya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta : Araska.

Dewi, Rosmala. 2012. Penelitian Pendidikan. Medan : Penerbit Pasca Sarjana Unimed.

De Bono, E. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung : Penerbit Kaifa.

Desti, H. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk

Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosidang

Seminar Nasional Penelitian. Yogyakarta:Fakultas MIPA.

Fieldman, Daniel A. 2010. Berpikir Kritis Strategi Pengambilan Keputusan. Jakarta Barat : Indeks

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta : Penerbit Erlangga. Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis Dan Kreatif. Jakarta :

(12)

Hassoubah, Zaleha. 2004. Developing Creative And Crtical Thinking. Bandung : Penerbit Nuansa.

Istarani. 2012. Kumpulan 39 Metode Pembelajaran. Medan : Penerbit Iscom Medan.

Mas, S. 2012. Pengaruh Penggunaan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil pada Pembelajaran Fisika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis. Solo: PPS UNS.

Nasrun, MS,dkk. 2013. Efektifitas Pendekatan Pembelajaran Konstektual Dalam

Meningkatkan Critical Thinking pada Mahasiswa BK Reguler A (PHKI).

Medan: Universitas Negeri Medan.

Paul, Scriven. 2010. Teori belajar berpikir kritis. (Online), dalam (http://jurnal teori belajar berpikir kritis.com/2010/08/, diakses 21 agustus 2010).

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok (Dasar dan

Profil). Jakarta : Ghalia Indonesia.

Prayitno Dan Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Patmawati, H. 2011. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada

Pembelajaran Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Dengan Metode Praktikum. Skripsi. Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Salahuddin. 2010. Bimbingan Kelompok Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi, D, K Dan Kusmawanti, N. 2008. Proses Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifg dan R D. Bandung : Alfabeta

Sutrisno. 2010. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa, (Online), dalam (http://meningkatkan keterampilan berpikir kritis/ diakses 12 Oktober 2010).

(13)

Tohirin. 2008. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Di Madrasah (Berbasis

Integral). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Torres, MR & Cano. J. (1995). Critical Thinking As Influenced By Learning Style.

Journal of Agricultural Education, 36,(4), 35-39

Winkel,W.S Dan Hastuti,S. 2004. Bimbingan Dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

2012. Bimbingan Dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yuniar, Ratna. HB. 2010. Keterampilan Berpikir Kritis. (Online), dalam (http://fisikasma- Online.blogspot.com/2010/12/keterampilan-berpikir-kritis.html, diakses 7 Desember 2010).

Gambar

Diagram Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

dengan transformasi fungsi Ln, digunakan untuk melihat hubungan produksi rumahtangga (nilai penggunaan waktu pekerjaan rumahtangga istri) dan faktor-faktornya yakni usia istri

Jika dilihat dari OR (adjusted) ternyata kebiasaan makan asin sering atau jarang tidak berbeda besar risiko terhadap kejadian hipertensi setelah dikontrol dengan status ekonomi,

Hibah atau wakaf untuk aktiva tetap dengan pembatasan eksplisit yang menyatakan tujuan pemanfaatan aktiva tersebut dan sumbangan berupa kas atau aktiva lain yang harus digunakan

Merumuskan arahan peningkatan pelayanan kereta komuter Surabaya-Lamongan dari segi pelayanan internal dan eksternal berdasarkan preferensi pengguna dengan

menimbulkan bau sesaat ketika terlepas ke udara tetapi setelah itu akan menimbulkan polusi yang sangat mengganggu [2]. Hingga saat ini, terdapat banyak sekali metode deteksi kebocoran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan komitmen terhadap peningkatan komitmen organisasi pada anggota organisasi Ikatan Mahasiswa Semarang

Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Profesional Learning Community Terhadap Kinerja Mengajar

golongan yang berada dalam lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari. apa yang dihargai oleh masyarakat, tetapi kedudukannya yang tinggi itu