PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP
KEGAGALAN KONSTRUKSI YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN DALAM PENGADAAN JASA PEMBORONGAN PEMBANGUNAN JEMBATAN
TESIS
Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Hukum Pada Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Surabaya
OLEH :
CHRISTIANATA, SH NIM : 030810155 M
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM MAGISTER HUKUM SURABAYA
TESIS INI TELAH DISETUJUI Tanggal / / /2009
Oleh :
Pembimbing
Prof. Dr. H. Didik Endro P. SH., MH. NIP.131570341
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum
Dr. A. Yudha Hernoko, SH., MH. NIP. 131 878 393
Tesis ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Tesis, pada hari
Rabu, tanggal 12 Desember 2009.
Penguji Tesis :
Ketua
: Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H.,M.Si.
Anggota
: Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono. S.H., M.H.
Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.H.
Mengetahui,
Prof. Dr. H. Didik Endro P. SH., MH. NIP.131570341
Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum
Dr. A. Yudha Hernoko, SH., MH. NIP. 131 878 393
Tesis ini saya persembahkan untuk Orang tua saya, dan khususnya untuk isteri dan anakku tercinta….
“Takut akan Tuhan adalah awal dari Pengetahuan dan Hikmat”
Kegiatan pengadaan barang/jasa tersebut tidaklah selalu berdampak
positif. Adakalanya terjadi keadaan/peristiwa yang merugikan kepentingan
masyarakat. Misalnya dalam peristiwa hukum yang dianalisis pada tesis ini
tentang kegagalan konstruksi yang menimbulkan korban hilangnya nyawa orang
lain. Keterbatasan ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang
mekanisme pengadaan barang/jasa apabila terjadi peristiwa hukum di atas
menjadi salah satu kendala dalam hal perlindungan hukum terhadap masyarakat
dalam kegiatan pengadaan barang/jasa yang merugikan kepentingan umum. Atas
dasar tersebut penelitian hukum ini diarahkan untuk memberikan pengetahuan
hukum. Sehingga para penegak hukum dapat memberikan perlindungan hukum
secara maksimal kepada korban dan masyarkat luas, di tengah keterbatasan dan
kelemahan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penulisan tesis ini bukanlah tanpa kendala dalam proses penyusunannya.
Dengan keterbatasan referensi dan data yang diperoleh, hasil tesis ini jauh dari
sempurna. Walaupun demikian, dengan penulisan tesis ini, penulis berharap
memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai referensi tambahan pada aspek
hukum pidana khususnya di dalam pengadaan barang dan jasa.
Penulisan tesis ini tidak lepas dari pertolongan Tuhan Yang Maha Esa,
yang memberikan kekuatan dan pengetahuan kepada penulis. Oleh karena itu,
penulis menghaturkan segala hormat, puji syukur dan terima kasih kehadiratNya.
Karena kasih dan karuniaNya, penulis dapat menyeselesaikan penulisan dan
penelitian tesis ini dengan judul PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
KEMATIAN DALAM PENGADAAN JASA PEMBORONGAN PEMBANGUNAN JEMBATAN. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Hukum pada Program Magister Fakultas Hukum Univeristas
Airlangga. Dalam penulisan Tesis ini penulis menyadari banyak mendapat
masukan dan dukungan dari para pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Fasich, Apt., selaku Rektor Universitas Airlangga;
2. Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga, yang senantiasa memberikan motivasi bagi kami
mahasiswa/i Magister Hukum untuk dapat menyelesaikan studi dengan
cepat dan efisien. Sekaligus selaku Ketua tim penguji tesis, di
tengah-tengah kesibukan beliau berkenan meluangkan waktunya menguji tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada beliau, atas masukan, koreksi
dan pemikiran berharga yang bermanfaat bagi penulis dalam
penyempurnaan penulisan tesis ini;
3. Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono. S.H., M.H. yang penuh kebaikan dan
kesabarannya telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing saya ditengah kesibukan beliau, terima kasih atas
motivasinya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dan dengan wawasan
intelektualnya yang luar biasa, teristimewa kritik dan koreksinya, telah
4. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.H selaku dosen penguji tesis ini, terima
kasih atas pemikiran dan kritiknya serta bantuan informasi yang diberikan
kepada penulis, yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini;
5. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga; Terima kasih
atas pelayanan dan bantuan administratif selama saya menempuh
pendidikan S2 hingga penyusunan tesis ini selesai;
6. Seluruh Dosen Magister Hukum, Staf Tata Usaha Magister Hukum : Pak
Su’ud, Ibu Nanik, Pak Narko, dan Staf Perpustakaan koleksi khusus pada
Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya;
7. Staf Penyidik Reskrim Kantor Kepolisian Republik Indonesia Resort
Surabaya Timur, di Jawa Timur; yang memberikan informasi dan data
untuk melengkapi penulisan tesis ini;
8. Kepada Papah tercinta Drs. Reddy Siram, M.Pd, dan Mamah tercinta Irene
Yan Guan (alm), karena doa, bimbingan, pengorbanan dan kasih
sayangnya ananda bisa menyelesaikan S2. Terima kasih buat warisan
abadi ini. Kakak tercinta Wahyuri, S.Si.,Apt., dan Suami, Adik tercinta
Ady Gunawan, SE dan Isteri., Michelle keponakan kesayangan om Dede;
Penghargaan dan terima kasih sebesarnya atas kasih sayang, pengorbanan
dan doanya selama ini untuk saya;
9. Kepada Papah mertua Barumbun M. Tunjang dan Ibu mertua Sinta Asie,
terima kasih atas doa dan bantuannya selama penulis menempuh
10. Untuk Isteriku tercinta Devi Karolita, S.Kom dan anakku tercinta, kalian
inspirasi dan kekuatanku. Terima kasih untuk perhatian, kasih sayang,
motivasi, pengorbanan dan doanya, yang tidak putus-putusnya sepanjang
hidupku.
11. Semua pihak yang telah berpartisipasi, yang tidak dapat saya sebutkan
satu-persatu.
Akhirnya, penulis membuka kesempatan untuk berdiskusi, kritik dan saran
sangat penulis harapkan dari semua pihak sebagai penyempurnaan tesis ini,
mengingat tesis ini masih mempunyai kekurangan. Semoga tesis ini bermanfaat
sebagai referensi dan sumbangan pemikiran guna pengembangan ilmu hukum,
praktisi, akademisi dan mahasiswa(i) fakultas hukum.
Surabaya, Agustus 2009
ABSTRAK
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KEGAGALAN KONSTRUKSI YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN
DALAM PENGADAAN JASA PEMBORONGAN PEMBANGUNAN JEMBATAN
Pengadaan Barang/Jasa merupakan salah satu bentuk pelaksanaan
kegiatan pemerintahaan yang bertujuan menyediakan prasarana pendukung baik
untuk kegiatan pelayanan publik dan penunjang aktivitas masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Sering terjadi salah kaprah di dalam masyarakat tentang
kegiatan pemerintah yang melakukan pengadaan barang dan jasa. Masyarakat luas
menganggap bahwa pengadaan barang/jasa merupakan kegiatan administratif
pemerintah semata, dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan masyarakat.
Akan tetapi ketika kegiatan pembangunan tersebut dilakukan ternyata
memberikan dampak terhadap hajat hidup mereka, barulah masyarakat menyadari
arti penting pengadaan barang/jasa oleh pemerintah.
Karena pengadaan barang/jasa membutuhkan pendanaan yang begitu
besar jumlahnya, selain itu kebutuhan pemerintah yang rutin dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat menjadikan Keppres 80 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Pengadaan Barang/Jasa sebagai instrument hukumnya. Walaupun
demikian Keppres tersebut tidak tanpa kelemahan. Hal ini dikarenakan Keppres
80 Tahun 2003, hanya digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan ada dan
tidaknya indikasi pelanggaran administratif, hukum keperdataan yang berkaitan
dengan kontrak kerja, dan tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan
Kemudian menjadi permasalahannya bilamana ketentuan hukum yang
berlaku sekarang dapat diterapkan apabila terjadi tindak pidana-tindak pidana
terkait persekongkolan tender, tindak pidana korupsi dengan modus
pengelembunggan harga (mark up), perbuatan curang, penyuapan, penggelapan,
pengadaan fiktif, pemberian komisi, pemalsuaan, atau bahkan hilangnya nyawa
orang lain akibat pengadaan barang/jasa berupa pembangunan gedung untuk
prasarana dan fasilitas publik, yang mengalami kegagalan konstruksi.
Mengacu pada permasalah tersebut di atas, ternyata kegiatan pengadaan
barang/jasa termuat kompleksitas hukum didalamnya. Seperti yang dicontohkan
dalam tesis ini tentang pengadaan barang/jasa prasana publik berupa Jembatan
Mulyorejo yang dibangun dengan APBD Pemerintah Provinsi Jawa Timur,
kemudian mengalami kegagalan konstruksi dan menyebabkan hilangnya nyawa
orang lain. Menarik untuk dianalasis, sekaligus diangkat menjadi rumusan
masalah tesis ini, yaitu isu hukum mengenai kegagalan konstruksi dan hilangnya
nyawa orang lain. Yang dirumuskan dalam rumusan masalah (1) Apakah
ketentuan pasal 338 KUHP dan pasal 359 KUHP dapat diterapkan terhadap
kegagalan konstruksi yang mengakibatkan kematian, apabila dikaitkan dengan
pasal 43 ayat 1 UU Jasa Konstruksi? (2) Siapa yang bertanggungjawab dari aspek
pidana atas kegagalan konstruksi yang mengakibatkan kematian?
Tipe penelitian yang digunakan pada tesis ini adalah Yuridis Normatif.
Maka pendekatan penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,
Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) yaitu, menelaah konsep-konsep
tentang tindak pidana (dolus ataupun culpa) dan pertanggungjawaban pidana yang
mengakibatkan kematian/hilangnya nyawa orang lain yang dilakukan baik oleh
manusia dan badan hukum sebagai subyek hukum. Analisis juga dilakukan
dengan Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approarch) yaitu dengan cara
melakukan telaah terhadap peraturan perundang-undangan yang memuat
ketentuan-ketentuan pidana yang dikaitkan dengan pertanggungjawaban pidana
terhadap kegagalan konstruksi yang mengakibatkan kematian/hilangnya nyawa
orang lain.
Peristiwa hukum yang diangkat dalam tesis ini memuat 2 (dua) aspek
hukum, yaitu mengenai kegagalan konstruksi dan hilangnya nyawa orang lain
akibat kegagalan konstruksi tersebut. Kegagalan konstruksi tersebut merupakan
kesalahan dari konsultan perencana, karena konsultan perencana berdasarkan data
labotorium uji beton oleh ahli konstruksi Institut Teknologi Sepuluh November
(ITS) Muji Irmawan, telah terjadi kesalahan dalam merencanakan teknis
pembangunan jembatan Mulyorejo, yaitu pada perhitungan numeric tulangan
jembatan terdapat selisih 400 persen. Seharusnya tulangan jembatan sebanyak 28
bagian, tetapi faktanya hanya berjumlah 8 bagian saja. Selain itu, terdapat
kesalahan teknis dalam perencanaan beban jembatan, menurut spesifikasi teknis
seharusnya 266 ton per meter, tapi sesuai faktanya perencanaan jembatan itu
hanya dibangun dengan kapasitas beban 71,50 ton per meter.
Dari uraian tersebut, perbuatan dari konsultan perencana terdapat aspek
kesengajaan sebagai syarat terjadinya tindak pidana atau dikenal dengan istilah
pelaku memang menghendaki melakukan perbuatannya tersebut (merancang tidak
sesuai dengan spesifikasi teknis/standarisasi ketekniksipilan); Sekalipun akibat
dari perbuatannya (kegagalan konstruksi yang dapat menimbulkan korban)
melekat pada tindakannya, dan tetap melakukan perbuatan tersebut daripada
membatalkan niatnya. Dalam arti menerima penuh konsekuensi dari
perbuatannya. Maka dapat dikatakan kesengajaan juga ditujukan pada akibat
tersebut.
Karena terdapat hubungan kausalitas antara perbuatan dengan akibat dari
konsultan perencana, sehingga memenuhi unsur delik/tindak pidana pasal 338
KUHP. Maka perbuatan dari konsultan perencana tersebut dapat dikualifikasikan
sebagai tindak pidana pembunuhan biasa menurut pasal 338 KUHP. Akan tetapi
dari sudut padang dogmatik hukum sangat sulit menerapkan pasal 338 KUHP
terhadap kasus posisi tersebut di atas, karena secara logika konsultan perencana
tidak bermaksud/berniat dengan sengaja membunuh orang lain.
Jika mengacu padangan dogmatik hukum, sebagaimana dirumuskan
pasal 359 KUHP. Maka perbuatan konsultan termasuk delik culpa. Sepanjang
dapat dibuktikan hubungan antara kesadaran pelaku dengan akibat dari
perbuataanya yang (seharusnya) dapat dihindari. Dengan kata lain, bahwa
konsultan perencana sudah memperhitungkan kemungkinan yang muncul akibat
tindakannya, namun konsultan perencana yakin bahwa resiko yang terjadi dapat
dihindari atau dicegah. Yang patut dicermati di sini, yaitu dapat dibuktikannya
bahwa konsultan perencana secara nalar tidak bermaksud menghilangkan nyawa
dibuktikan maka dapat dikategorikan sebagai kesengajaan dengan syarat (dolus
eventualis).
Sedangkan pihak yang dapat dibebankan pertanggungjawaban pidana,
yaitu pimpinan perusahaan konsultan perencana. Dalam hal pertanggunjawaban
mengenai hilangnya nyawa orang lain karena kegagalan konstruksi tersebut. Hal
tersebut didasarkan pada argumentasi bahwa pasal 338 dan 359 KUHP menganut
asas stric liability. Sedangkan mengenai kegagalan konstruksi tersebut merupakan
tanggungjawab dari korporasi dan pimpinan perusahaan. Karena UU Jasa
Konstruksi mengenal subyek hukum korporasi dan manusia (seseorang).
Dengan demikian, kesimpulan dari analisis tersebut pada akhirnya
pertanggungjawaban pidana tersebut dibebankan pada konsultan perencana.
Perbuatan dari konsultan perencana diklasifikasikan delik dolus atau culpa
sebagaimana diatur pasal 338 KUHP atau 359 KUHP, karena pasal 43 ayat 1 UU
Jasa Konstruksi tidak mengatur bilamana kegagalan konstruksi mengakibatkan
hilangnya nyawa orang lain.
Kata kunci : Pengadaan Barang/Jasa – Kegagalan Konstruksi – Tindak Pidana Pertanggungjawaban pidana – Dolus – Culpa – Korporasi.
DAFTAR ISI
Sampul depan
Lembar Persyaratan Gelar………...i
Lembar Pengesahan……….ii
Penetapan Panitia Penguji………...iii
Motto………...iv
Kata Pengantar……….v
Abstrak………ix
Daftar isi………xiv
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah………...1
2. Rumusan Masalah……….. ……..7
3. Tujuan Penelitian……….. ……..8
4. Kerangka Teoritis…...……… ……..8
a. Tinjauan Tentang Pengertian Tindak Pidana……..……..………8
b. Tinjauan Tentang Pertanggungjawaban Pidana……….. ……12
1) Pengertian Pertanggungjawaban Pidana……… ……12
2) Bentuk/corak Kesalahan Dalam Tindak Pidana ……… ……15
a) Kesengajaan (dolus/opzet)……….. ……17
b) Kealpaan (culpa)……….……19
c. Tinjauan Umum Tentang Pengadaan Barang/Jasa dan Kegagalan Konstruksi……… ……20
1) Pengertian Pengadaan Barang/Jasa……… ……20
5. Metode Penelitian………... ……25
a. Tipe Penelitian….…..……….……25
b. Pendekatan Masalah………...25
c. Bahan Hukum………. ……26
6. Pertanggungjawaban Sistematika Penulisan………...…...…27
BAB II KETENTUAN PIDANA YANG DAPAT DITERAPKAN TERHADAP KEGAGALAN KONSTUKSI YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN 1. Ketentuan Pidana Menurut Pasal 43 UU RI Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi…..………. …....29
2. Ketentuan Pidana Menurut Pasal 338 KUHP...35
3. Ketentuan Pidana Menurut Pasal 359 KUHP...42
BAB III PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS KEGAGALAN KONSTRUKSI YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN 1. Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana.………. ……46
2. Pertanggungjawaban Korporasi Sebagai Subyek Hukum Pidana… ……57
3. Analisis Kasus Berkaitan Dengan Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Kegagalan Konstruksi Yang Mengakibatkan Kematian……….. …...63
BAB. IV PENUTUP 1. Kesimpulan………...……...69