• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VISUAL COVER NOVEL THE SCREAMING STAIRCASE EDISI INDONESIA VISUAL ANALYSIS OF THE SCREAMING STAIRCASE NOVEL S COVER INDONESIAN EDITION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS VISUAL COVER NOVEL THE SCREAMING STAIRCASE EDISI INDONESIA VISUAL ANALYSIS OF THE SCREAMING STAIRCASE NOVEL S COVER INDONESIAN EDITION"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VISUAL COVER NOVEL THE SCREAMING STAIRCASE EDISI

INDONESIA

VISUAL ANALYSIS OF THE SCREAMING STAIRCASE NOVEL’S COVER

INDONESIAN EDITION

Renzzelia Rosalinda1, I Nyoman Larry Julianto, S.Sn., M.Ds.2, Arry Mustikawan, B.Des., M.Ds.3 Prodi S1 Desain Komunikasi Visual, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom

renzzelia.rosalinda@gmail.com Abstrak

Novel merupak an sebuah bac aan yang populer dan dige mari sebagai hi bur an bagi pe mbac a yang menyukai jalan cerita dan kar akter yang mendetail. Novel fiksi terkadang mendapatkan per ubahan pada desain cover-nya, salah satunya saat dialihbahasakan dan di ter bitkan di negar a lain. Ter dapat sebuah versi cover khusus yang hanya di ter bitkan di neg ara ter tentu, c ontohnya di Indonesia. Salah satu novel fiksi terje mahan de ngan cover khusus yang ter bit di Indonesia adalah novel The Screaming Staircase. Cover khusus ini didesain dan diilustrasikan oleh desainer Indonesia yang me miliki latar bel akang budaya serta pol a pikir yang te ntunya ber be da dari negar a asal novel tersebut. Pe nelitian dil akukan untuk me ngetahui relasi dari konstruksi tanda pada cover novel ini, yang kemudi an dianalisis untuk me mahami makna di balik visualisasi tersebut. Metode yang digunakan dal am analisis data adal ah metode kualitatif yakni analisis semiotika de ngan pendekatan teks visual. Dari penelitian ini, dite muk an bahwa tanda icon, indeks, dan simbol ter dapat pada eleme n visual cover dan bersifat saling menguatk an satu sama lai n. Makna yang di dapat dari visualisasi adal ah adanya penguatan pada unsur supr anatural dan misteri dalam cover yang menjadi citra dari serial novel Lockwood & Co. di Indonesia.

Kata Kunci: Analisis visual, cover novel, tanda dan makna. Abstract

Fiction novel’s a popular choice and well-liked for readers that love stories with detailed plot and char acter. Some ti mes fiction novels experience a change on their c overs, one of the c auses is the novel getting tr anslate d and published to another c ountr y. There’s a special version of cover that is speciall y-made for the novel's circulation in a cer tain country only, like Indonesia. One of fiction novels wi th s pecial cover that’s released in Indonesia is The Screaming Staircase novel. This special cover is designed and illustrate d by Indonesian designer that has an obviously different cultural background and mindset fr om where the countr y where novel was originall y made. This research was done to discover the relati on of the sign's construction on the The Screaming Staircase Indonesian novel's cover, which will be use d ne xt to comprehe nd the me ani ng behind its visualisation. Method use d data-anal ysing is qualitati ve method that is semiotic anal ysis with visual text approach. This research’s results are that icon, inde x, and symbol sign can be found wi thin the visual elements of the c over and reinforces each other . The me aning fr om the visualisation is a pr ominence on the super natur al and mystery aspec t on the cover that bec omes the ver y image of the Lockwood & Co. book series in Indonesia.

Keywor ds: Visual analysis, novel’s cover, sign and meaning. 1. Pendahuluan

Ka mus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) [1] men jelaskan bahwa novel me rupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang -orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pela ku. Menurut infografis oleh Jared Fanning pada tahun 2012 [2], 8 dari 10 buku yang paling banyak terjua l sela ma 50 tahun terakhir adalah novel fiksi. Novel fiksi terkadang mendapatkan perubahan pada desain cover-nya, salah satunya saat dialihbahasakan dan diterbitkan di negara la in. Novel fiksi terje mahan yang terbit di Indonesia sendiri terkadang terbit dalam desain cover yang sama dengan versi aslinya (contoh: The Hunger Ga mes), dala m desain cover negara lain misalnya versi A me rika (pada seri Harry Potter dan Bartimaeus Sequence), atau versi cover khusus yang hanya diterbitkan di Indonesia. Cover khusus ini bisa disebabkan oleh harga ilustrasi asli yang terlalu mahal, tujuan promosi untuk penjualan di dala m negeri, atau permintaan dari penerbit aslinya. Terlepas dari a lasannya, desain cover edisi khusus ini dikerjakan oleh desainer Indonesia dengan melewati proses ACC pada penerbit asalnya.

Salah satu novel fiksi terje mahan dengan cover khusus yang terbit di Indonesia pada tahun 2014 adalah novel The Screaming Staircase atau dalam bahasa Indonesia: Undakan Menjerit. Novel ini perta ma kali bergenre

(2)

supernatural-thriller dan terbit di Indonesia pada tanggal 16 Januari 2014 dan diterb itkan o leh Gra media Pustaka

Uta ma [9]. Ditulis oleh Jonathan Stroud yang notabene terkenal setelah menulis Bartimaeus Sequence, buku terbarunya ini disambut hangat oleh para penggemarnya, termasuk yang berdomisili di Indonesia . Buku ini adalah buku pertama dari sebuah serial yang dinama kan Lock wood & Co. Novel The Screaming Staircase telah diterbitkan d i lebih dari 14 negara dan d iterje mahkan ke lebih dari 13 bahasa (di antaranya: Rusia, Jepang, Ce ko, Swedia , Spanyol, Je rman, Prancis, Italia, Israel, India, Estonia, Slovakia, dan Indonesia) dan sedikitnya mendapat 12 variasi desain dan 7 variasi ilustrasi cover. Sepert i ha lnya cover di negara-negara la in, desain cover edisi Indonesia pun mengalami perubahan.

Latar ce rita dan penulisnya (Jonathan Stroud) sendiri adalah Inggris, sementara v isualisasi baru bagi novel edisi khusus ini dikerja kan oleh desainer Indonesia yaitu Martin Dima yang tinggal di Indonesia dengan kebudayaan serta sistem ekono mi dan sosial yang berbeda dengan Inggris. Hal ini menimbu lkan pertanyaan tentang bagaimana desainer Indonesia menyampaikan isi novel me lalu i visualisasi cover novel. Penulis ke mudian meneliti bagaimana re lasi tanda-tanda yang terdapat pada elemen visual cover. Ka rena ele men visual

cover dianalisis dan dipaparkan secara deskriptif oleh penu lis, ma ka metode yang digunakan adalah metode

kualitatif [5] yakni analisis semiotik dengan pendekatan teks visual untuk mengidentifikasi tanda-tanda sekaligus memahami makna pada visualisasi cover novel The Screaming Staircase edisi Indonesia tersebut.

2. Dasar Teori

Dasar teori yang digunakan dala m penelitian berikut antara la in adalah teori novel fiksi dan cover, teori icon, indeks, dan simbol, makna denotasi dan konotasi, serta teori intertekstualitas.

2.1 Novel Fiksi dan Cover

Tergantung dari ukuran ke rtasnya, novel biasanya terdiri dari ratusan halaman. Novel The Screaming

Staircase sendiri terd iri dari 424 ha la man. Mengingat banyaknya hala man yang terdapat pada novel fiksi,

diperlukan kerja e kstra agar penyampaian informasi da la m isi buku tersebut berhasil. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah desain dari cover novel tersebut [8]. Menurut Suwa rno, defin isi cover atau sampul buku adalah bagian terluar buku yang berfungsi sebagai pelindung buku dan juga untuk penyajian judul, hala man publikasi, na ma penulis, serta na ma penerbit. Sa mpul b iasanya disertai gambar g rafis yang mendukung daya tarik pe mbaca. Ko mponen cover terdiri dari cover depan, cover belakang, punggung buku, endorsement, dan lidah cover [10]. Karena cover novel juga termasuk ke dala m produk dari desain ko mun ikasi visual, ma ka cover novel juga me miliki ele men-e le men visual yaitu tipografi, warna, ilustrasi, layout, dan teks [11]. Tanda-tanda pada over novel akan diidentifikasi berdasarkan elemen-elemen visual terebut.

2.2 Icon, Indeks, dan Simbol

Sebagai produk desain ko munikasi visual, cover novel me miliki pesan yang disampaikan lewat tanda-tanda. Tanda baru berfungsi jika penerima tanda menginterpretasikan tanda dala m benaknya me lalu i interpretant (pemaha man ma kna dala m diri penerima tanda) [11]. Charles Sanders Peirce, seorang filsuf asal A merika, me mbeda kan tanda dalam hubungannya dengan acuannya (objek) menjadi 3 golongan tanda yakni icon, indeks, dan simbol. Icon ada lah tanda yang me miliki ke miripan kua litas atau rupa dengan objeknya (b iasa disebut sebagai metafora ). Contoh dari ikon adalah foto Ratu Elizabeth sebagai icon ratu Inggris. Indeks adalah tanda yang me miliki hubungan kedekatan eksistensi dengan objeknya y ang bersifat kongkret dan aktual. Contoh indeks adalah jeja k ka ki pada tanah yang merupakan indeks bahwa ada sesorang yang me lewat i te mpat tersebut. Simbo l adalah tanda yang keberadaannya diakui berdasarakan hukum konvesi. Contoh dari simbol ada lah bahasa tulisan dan rambu lalu-lintas. Penggolongan tanda ini digunakan untuk meng identifikasi serta mengklasifikasi tanda pada elemen-elemen visual cover.

2.3 Makna Denotasi dan Konotasi

Setelah tahap indetifikasi dan klasifikasi tanda, akan d icari ma kna dari tanda-tanda yang telah didapatkan.

Menurut Roland Barthes seperti yang dikutip oleh Wibowo mengkaji bahwa ma kna atau simbol dala m bahasa

atau tanda yang disebut oleh Fiske sebagai signifikasi dua tahap yaitu tahap denotasi dan tahap konotasi [12]. Barthes seperti yang dikutip o leh Wibowo menje laskan bahwa signifikasi tahap perta ma merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signified (petanda) di dala m sebuah tanda terhadap realitas eksternal

(common-sense). Konotasi sendiri merupakan istilah untuk menggambarkan interaksi yang terjadi ket ika tanda bertemu

dengan perasaan atau emosi dari pe mbaca, serta nilai-nila i dari kebudayaannya. Tanda-tanda pada ele men visual

cover visual akan dianalisis me lalu i tahapan denotatif untuk mencari makna yang paling nyata dari v isualisasi cover serta melalui tahapan konotatif untuk mencari makna visualisasi seluas -luasnya.

2.4 Intertekstualitas

Sa ma seperti bagaimana setiap tanda tidak bisa berdiri sendiri, sebuah karya pun tidak ada yang benar-benar murn i berdiri sendiri tanpa adanya campur tangan dari karya-karya sebelumnya. Manusia adalah makh luk yang

(3)

belajar me la lui meniru. Walaupun hasil t iruan tersebut sudah dimodifikasi sebanyak apapun , akan tetap ada secuil bagian dari karya sebelu mnya yang terlihat dala m ka rya tersebut. Menurut Yasraf A mir Piliang, konsep ini mengacu kepada konsep intertekstualitas Julia Kristeva [11]. Menurut Julia Kristeva, istilah intertekstual digunakan untuk menjelaskan d ialog antarteks, ya kni kesalingtergantungan antara suatu teks (karya) dengan teks (karya ) sebelu mnya. Ia menje laskan lebih jauh bahwa sebuah teks (karya) hanya dapat eksis bila di d ala m karya tersebut terdapat ungkapan dari teks -teks lain yang sifatnya saling menyilang dan saling menetralisir [11] atau seperti yang ditulis Ratna hubungan yang dimaksud tidak hanya sebagai persamaan me la inkan juga sebagai pertentangan, baik sebagai parodi maupun negasi [7]. Konsep intertekstual ini menje laskan tentang besarnya pengaruh dari ka rya-ka rya sebelumnya terhadap eksistensi karya yang baru. Konsep interteks ini dapat digunakan untuk melihat re lasi pada tanda yang terdapat dalam ele men visual cover novel serta teks-teks (karya-karya) sebelumnya yang me mpengaruhi pe mbuatan bentuk visualisasi tersebut dan menggali makna da la m visualisasi cover novel secara lebih mendalam.

3. Pembahasan

Dala m bagian pe mbahasan ini a kan dipaparkan sebagian kecil dari e le men v isual yang telah dianalisis untuk men jelaskan proses indentifikasi dan klasifikasi tanda serta pe mahaman ma kna denotasi dan konotasi pada tanda yang telah ditemu kan. Ele men visual yang dipilih adalah ele men ilustrasi yakni ga mbar ana k pere mpuan yang terletak pada lembar ilustrasi.

Gambar 1. Tanda-tanda pada gambar anak perempuan. Sumber: Dokumentasi pribadi penulis

Pandangan anak perempuan itu me miliki tanda indeksial d i dala mnya karena pandangan tersebut mengindikasikan sebuah ruang yang ada di hadapan gadis tersebut atau adanya kehadiran hal la in yang menjadi fokus pandangannya. Hal lainnya yang bisa dilihat adalah raut mu ka dari anak pere mpuan. Bibirnya tidak tersenyum dan sorot mata yang taja m menunjukkan bahwa gadis tersebut terlihat bersikap t idak bersahabat. Ra mbut anak pere mpuan yang hitam panjang dan berantakan merupakan indeks bahwa anak tersebut tidak terurus (terlantar). Pengga mbaran tubuh anak perempuan tersebut yang transparan sendiri bersifat ikonis karena menunjukkan penggambaran umum sosok hantu [6].

Indeks (6): Badan tembus pandang merupakan indeks dari sosok hantu.

Indeks (5): Rambut hitam panjang yang berantakan merupakan indeks terlantar/tidak terurus. Indeks (4):

Bibir yang tidak tersenyum dan tatapan tajam merupakan indeks sikap tidak bersahabat. Indeks (3): Sorot mata anak perempuan merupakan indeks bahwa ia menatap ke ruang yang lebih luas di hadapannya.

(4)

Selanjutnya, tanda-tanda yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan tersebut dianalisis mela lui dua tahap signifikasi yakni tahapan denotasi dan tahapan konotasi. Analisis dipaparkan dalam bentuk tabel untuk memudahkan proses pembacaan.

Tabel 1 Makna Denotasi dan Makna Konotasi Elemen Ilustrasi Cover Novel The Screaming Staircase Edisi Indonesia

No. Visual Makna Denotasi Makna Konotasi

1. Gambar anak

perempuan

Anak perempuan. Sosok anak kecil berjenis kelamin perempuan.

Adanya kesan muda yang terpancar dari cerita / adanya anak-anak yang terlibat dalam cerita. Anak-anak sebagai sosok yang gemar bermain (didukung gambar kuda-kudaan). 2. Penggambaran sosok anak perempuan Sikap tidak bersahabat. Rambut panjang hitam dan berantakan. Kulit pucat, bibir hitam, dan baju terusan putih panjang.

Indeks sosok hantu.

Sosok hantu anak perempuan yang tidak suka diganggu saat sedang bermain.

3. Sorot mata anak

perempuan

Menatap lurus ke arah depan, sedikit ke atas.

Memandang ke ruang yang lebih luas di hadapannya,

memperkuat latar ruang di mana ada dinding, lantai, dan atap. Memandang ke arah pintu (diperkuat oleh bentuk lubang kunci pada cutting di cover depan).

Ga mbar anak pere mpuan tersebut merupakan tanda icon dari obje k anak pere mpuan pada rea lita, ya kni sosok anak kec il berjen is ke la min pere mpuan. Ga mba r ini juga me rupakan sebuah tanda indeks yang mengacu pada kesan muda dari ce rita yang tokoh-tokohnya me mang anak-anak re ma ja. Anak kecil pada ga mbar terlihat aktif berma in, sa ma seperti agensi Lock wood & Co. yang aktif mencari kasus yang me mbuat mere ka benar-benar tertarik.

Dari ga mbar anak pere mpuan tersebut, terdapat tanda-tanda lain yang dapat dianalisis di antaranya pandangan anak perempuan, posisi tubuh anak perempuan, raut wajah anak pere mpuan, dan penggambaran sosok anak perempuan. Pandangan anak pere mpuan me miliki tanda indeks di mana sorot matanya mengindikasikan adanya ruang yang lebih luas pada arah pandangannya (di hadapannya). Sorot mata anak tersebut terlihat fokus, yang menandakan bahwa ia me lihat ke arah sesuatu di hadapannya dengan seksama dan secara intens. Dari raut wajahnya, b ibirnya t idak te rsenyun dan dahinya tidak berke rut. Sikap gadis tersebut terlihat tidak menyambut apapun yang ia tatap dengan posisi tubuhnya yang menyamping dan menaiki kuda-kudaan layaknya sedang bermain. Bisa dibilang sesuatu mengganggu kegiatan berma innya dan ia menatap ke arah sumber gangguan tersebut. Jika d ikaitkan dengan konsep “lubang intip” pada cover depan, bukannya tidak mungkin anak pere mpuan tersebut menatap ke arah pembaca yang me mbuka cover depan, seolah-olah me mandang langsung kepada pembaca me lewati batas dunia dua dimensi dan tiga dimensi yang tentu saja sedikit me mbuat pembaca tidak nya man. Dita mbah lagi dengan penggambaran sosoknya yang tembus pandang, yang merupakan tanda ikon dari objek hantu yakni roh manusia yang sudah meninggal dan muncul di hadapan manusia hidup dengan badan tembus pandang dan kulit pucat.

Ilustrasi pada cover berelasi dengan elemen-e le men visual lainnya yakni warna dan layout. Warna hitam pada latar cover me mbuat wa rna pada potongan ilustrasi terlihat mencolo k, menjad ikan potongan ilustrasi

(5)

tersebut sebagai focal point pada cover depan. Pada potongan ilustrasi tersebut, dapat dilihat tubuh anak perempuan yang tembus pandang namun tak terlihat wajahnya. Potongan ilustrasi ini menonjolkan sosok anak tersebut yang me mang tidak solid dan me rupakan icon dari hantu. Pada le mbar ilustrasi, framing berwa rna hita m pada cover depan menghilang dan akh irnya terlihat sosok anak pere mpuan tersebut secara utuh. Hal ini dapat berma kna konotasi menyingkap misteri (makna konotasi warna hitam) dari hal yang ingin ditutupi oleh bingkai tersebut. Saat cover depan dibuka, terlihat wa jah anak pere mpuan tersebut yang raut mukanya tidak menunjukkan sikap menerima atau bersahabat mela inkan tatapan dingin tanpa senyum. Penggambaran anak perempuan tersebut dapat diartikan sebagai konsekuensi dala m menyingkap misteri d i mana tidak selalu hal yang menyenangkan yang didapat.

Layout dari potongan ilustrasi serta lembar ilustrasi sendiri menunjukkan bahwa fokus dari ele men ilustrasi pada cover adalah ga mbar anak pere mpuan te rsebut. Ilustrasi pada cover novel me rupakan sebuah proses penggambaran isi dari novel itu sendiri [13], maka ga mbar anak pere mpuan itu me wa kili suatu aspek dari konten novel yang ditonjolkan oleh desainer. Sos oknya yang tembus pandang, kulit pucat, serta kuda-kudaan antik yang ditungganginya mengacu kepada sebuah misteri yang berlatar kebaratan yakn i Inggris seperti yang terdapat pada teks sinopsis. Didukung dengan bentuk lubang kunci pada cover depan yang berma kna privasi serta warna hita m pada latar cover, pe mbentukan suasana misterius dari ilustrasi pun semakin kuat. Kesan supranatural juga tergambarkan pada ilustrasi tersebut, yang didukung dengan gambar asap pada coverd depan. Dapat disimpulkan bahwa makna dari ilustrasi tersebut adalah penguatan unsur misteri dan supranatural yang berlatar te mpat Inggris.

Dari pe mbahasan ma kna denotasi dan makna konotasi pada tanda di tiap ele men v isual, terdapat keseluruhan ma kna yang ingin disa mpaikan desainer pada kesatuan visualisasi cover novel The Screaming

Staricase edisi Indonesia. Makna tersebut salah satunya adalah kesan supranatural yang benar-benar d itonjolkan

lewat penggambaran sosok hantu anak pere mpuan pada le mbar ilustrasi. Sorot mata, c iri-c iri fisik anak perempuan, serta penggunaan warna-warna yang berkonotasi dingin dan negatif me mbuat pengala man me mba lik

cover depan novel menjad i mence ka m. Didukung dengan penonojolan kata “Screaming” atau “ men jerit” pada cover depan yang mengacu kepada jeritan yang disebabkan oleh ketakutan, persepsi pembaca akan unsur horor

dala m buku ini men jadi sema kin kuat. Teks sinopsis serta testimonial pada cover belakang juga me mbantu me mbentuk suasana seram pada benak pe mbaca dengan menje laskan unsur hantu sebagai mas alah utama serta anjuran untuk me mbaca dala m ruangan yang terang agar pe mbaca tidak merasa takut, seakan -akan novel tersebut memiliki cerita yang sangat menakutkan.

Proses selanjutnya adalah analisis intertekstual dari v isualisasi cover tersebut. Desain cover novel The

Screaming Staircase ini me rupakan sebuah karya yang dibuat pada bulan Januari 2014, tidak kurang dari setahun

saat penelitian in i dimu lai. Da la m desainnya, terdapat beberapa elemen yang terlihat mendapat pengaru h dari teks-teks lain di luar novel itu sendiri. Sa lah satunya adalah gambar anak pere mpuan pada le mba r ilustrasi. Mengingat latar novel yang jelas -je las disebutkan bertempat di London, Inggris, timbu l sebuah pertanyaan mengapa warna ra mbut anak pere mpuan tersebut tidak dibuat lebih berwarna seperti pirang atau coklat yang men jadi stereotip dari orang Inggris atau Eropa. Mengapa desainer me milih mengga mbarkan anak tersebut dengan rambut hitam lurus dan panjang yang lebih condong ke stereotip orang Asia? Asp ek enigma ini merupakan kode hermeneutik dari gambar anak perempuan tersebut.

Gambar 2. Intertekstualitas gambar anak perempuan (kanan) dengan Kuntilanak (kiri) dan Sundel Bolong (tengah).

(6)

Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat ditemu kan dengan mengamat i penggambaran anak pere mpuan tersebut. Ciri-c iri fisiknya menyerupai mitos beberapa sosok hantu yang populer di Indonesia yakni Kuntilanak dan Sundel Bolong. Kuntilanak dikenal o leh masyarakat Ind onesia sebagai sosok hantu dengan pakaian putih panjang, berkulit putih pucat, dan rambut hitam panjang. Mitos Kuntilanak pada warga negara Indonesia sangat kuat bahkan sampai mendapatkan berbagai adaptasi film. Sosok Kuntilana k sendiri berjen is kela min pe re mpuan layaknya gambar anak pada ilustrasi cover novel yang diteliti. Kuntilanak d ikenal sebagai sosok ma khlu k halus yang jahat dan suka menculik anak-anak [4].

Sosok hantu lainnya yang populer di Indonesia dan menyerupai sosok anak pere mpuan tersebut antara lain adalah hantu Sundel Bolong, yakn i arwah penasaran perempuan muda yang meninggal karena diperkosa dan ke mudian me lahirkan anaknya di dala m kubur, me mbuat punggungnya berlubang (bolong). Mitos dari sosok Sundel Bolong adalah bahwa hantu ini kerap menculik bayi-bayi yang baru lahir [3] Penamp ilan dari Sundel Bolong ha mpir mirip Kuntilanak karena sa ma-sa ma berbaju putih dan bera mbut panjang [14], yang me mbeda kan hanyalah lubang di punggungnya. Kesamaan fisik kedua hantu tersebut dengan sosok anak perempuan pada ilustrasi cover antara lain ra mbut hitam panjang, gaun putih, kulit putih pucat, serta bayang -bayang hitam d i sekitar mata. Na mun dari segi u mur, keduanya je las berbeda karena sosok Kuntilanak dan Sundel Bolong diga mbarkan sebagai sosok hantu perempuan dewasa sementara pada ilustrasi novel jelas terlihat bahwa hantu perempuan tersebut berwujud anak-anak. Ma ka hubungan intertekstual dari wujud hantu tersebut dengan ilustrasi anak pere mpuan pada cover novel hanya sebatas penampilan secara fisik dan bukan usia. Kesamaan la innya juga terdapat pada sifat dasar hantu -hantu tersebut yang berkonotasi negatif yakni sebagai sosok makhluk halus yang jahat.

Dari analisis intertekstual di atas, ditemukan bahwa dala m visualisasi cover novel The Screaming Staircase terdapat pengaruh-pengaruh dari budaya populer di Indonesia, faktor e konomi, serta pengaruh dari karya -karya sebelumnya. Pengaruh dari budaya populer sendiri yakn i mitos ma khluk ha lus seperti Kuntilana k dan Sundel Bolong, unsur spiritualitas dari bentuk ga mbar asap yang menyerupai asap dupa dan ke menyan, serta pema kaian

cutting pada cover berjenis paperback untuk me mbuat cover novel yang menarik dan terjangkau oleh daya beli

masyarakat Indonesia. Da ri pembahasan secara keseluruhan, Pengaruh dari karya-karya sebelu mnya antara lain pema kaian wa rna-wa rna gelap dan dingin pada cover novel. Be rdasarkan novel-novel Indonesia lainnya yang me miliki wa rna yang serupa, warna tersebut digunakan untuk menarik perhatian pe mbaca re ma ja sa mpai dewasa. Pe mbaca yang lebih dewasa tentunya me miliki tingkat intelegensia dan daya beli yang lebih t inggi sehingga dapat menikmat i novel The Screaming Staircase dari seria l novel Lock wood & Co. in i, dengan kata lain termasuk ke dalam kategori pembeli dan pembaca potensial.

4. Simpulan

Berdasarkan analisis visual yang telah d ila kukan pada cover novel The Screaming Staircase edisi Indonesia, dapat disimpulkan bahwa:

1)

Tanda-tanda pada elemen visual yang me mbentuk visualisasi cover novel The Screaming Staircase edisi Indonesia saling berhubungan dan saling me mperkuat tanda lainnya. Ele men visual tipografi terdiri dari tanda indeks yang memperkuat makna pada ele men teks, teruta ma ma kna di balik tipografi nama seri yang amat d itonjolkan. Ele men visual warna terd iri dari tanda indeks dan simbol yang me mpe rkuat e le men ilustrasi dan tipografi. Ha l in i disebabkan ele men warna terdapat pada kedua ele men tersebut dan ko mbinasi dari e le men-e le men in i menonjolkan unsur supranatural dan misteri serta kesan cover sebagai buku yang berbobot. Ele men v isual ilustrasi terdiri dari tanda icon dan indeks. Tanda pada ele men in i bere lasi dengan ele men teks sebagai penjelas, serta dengan ele men layout dan warna yang mengacu kepada penekanan unsur supranatural pada konten novel. Ele men visual layout terdiri dari tanda indeks dan simbol. Tanda pada ele men in i bere lasi dengan ilustrasi dan tipografi ya kni men jelaskan ma kna dari pengaturan elemen-e le men visual tersebut pada ruang halaman cover. Ele men teks terdiri dari tanda indeks dan simbol yang berfungsi untuk menghadirkan konteks dan me mperkuat makna pada elemen ilustrasi, tipografi, dan warna.

2)

Makna dari visualisasi cover novel The Screaming Staircase edisi Indonesia adalah penguatan unsur supranatural dan misteri sebagai citra dari serial Lock wood & Co. untuk mengatasi pluralitas budaya dan rendahnya minat baca di Indonesia. Penguatan ini dilakukan le wat perpaduan mitos dan budaya yang populer d i Indonesia dengan konten novel. Visualisasi cover yang cenderung gelap dan sederhana didesain untuk pembaca yang lebih dewasa sementara pe maka ian cutting pada cover me rupakan strategi interaktif untuk menarik minat pembaca secara umum.

5. Saran

Sebaiknya buku-buku selanjutnya dari serial Lock wood & Co. yang terbit di Indonesia tetap mengikuti formula visualisasi pada cover buku edisi pertama in i untuk me mpertahankan konsistensi desain dan menjaga popularitas seri Lock wood & Co. pada target pasarnya di tanah air. Dengan adanya konsistensi, ma ka cit ra buku

(7)

yang telah dibentuk oleh desainer pada novel perdana in i a kan se makin matang dan identitas buku dan seri buku pun akan semakin diingat di benak pembacanya.

Daftar Pustaka

[1] Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. [2] Fanning, Jared. 2014. “Jared Fanning - Infographics” Jared Fanning,

http://www.jaredfanning.com/work/#/infographics/, 7 Februari 2015 pukul 11.50 WIB.

[3] Lee, Russell. (1989). The Almost Complete Collection of True Singapore Ghost Stories. Singapura: Fla me of the Forest.

[4] Maheswarina, Tassa Ary. (2012). Kepercayaan Masyarakat Jawa Dalam Film Kuntilanak . Skripsi Sa rjana pada JSI Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan.

[5] Moleong, Lexy J. (2000), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. [6] Pettigrove, Cedrick. (2015). The Esoteric Codex: Supernatural Legends. Lulu.com

[7] Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan Tek nik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [8] Rustan, Surianto. (2009). Layout & Dasar Penerapannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[9] Stroud, Jonathan. (2014). Lock wood & Co.: The Screaming Staircase. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [10] Suwarno, Wiji. (2011). Perpustakaan & Buk u: Wacana Penulisan & Penerbitan . Yogyakarta: Ar-Ru zz

Media.

[11] Tinarbuko, Sumbo. (2009). Semiotik a Komunik asi Visual. Yogyakarta: Penerbit Jalasutra.

[12] Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2013). Semiotika Komunik asi – aplik asi prak tis bagi penelitian dan sk ripsi

k omunik asi. (Edisi 2,). Jakarta: Mitra Wacana Media.

[13] Widyatmoko, FX. (2006). “Ideologi Visual dalam Kaver Buk u”. Imaji – Jurnal Seni Murni. Vol 1: hal 153-162.

[14] Wikanjati, Argo. (2010). Kumpulan Kisah Nyata Hantu di 13 Kota. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Gambar

Gambar  1.  Tanda-tanda pada gambar anak perempuan.
Tabel 1 Makna Denotasi dan Makna Konotasi Elemen  Ilustrasi  Cover Novel The Screaming Staircase Edisi  Indonesia
Gambar  2.  Intertekstualitas gambar anak perempuan (kanan) dengan Kuntilanak (kiri)  dan Sundel Bolong  (tengah)

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengumpulan data sistem jaringan distribusi dan aset sistem perpipaan sebaiknya lebih didata secara akurat, pendataan sebaiknya dilakukan pada aset pipa yang tampak

 Diantara hal utama yang disarankan adalah perlu adanya muatan amanat atau spirit dalam rancangan UU tentang ULN tersebut tentang pentingnya secara terus menerus pemerintah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika ditinjau berdasarkan faktor pembelajaran maka terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar siswa antara siswa berasrama dan siswa non-asrama; (2) hubungan antara lingkungan keluarga dengan

W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana

Perubahan fasad bangunan di kawasan kampung Laweyan disebabkan oleh status kepemilikan, perpektif pewaris dan faktor ekonomi, pola berdagang dengan dukungan teknologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dengan H2SO4 75% selama 10 menit berpengaruh meningkatkan kadar air, persentase laju perkecambahan, persentase

“Menurut saya media yang kreatif itu media yang dibuat sendiri, entah dari bahan baru atau bekas, tetapi media yang kreatif dan cocok diterapkan pada anak usia