• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaolin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kaolin"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH PERTAMBANGAN

KAOLIN

1. POTENSI

Total sumber daya kaolin sebesar 732,857 juta ton (sumber daya hipotetik 591,989 juta ton, terduga 31,530 juta ton, indikasi 97,149 juta ton, dan terukur sebanyak 12,189 juta ton). Jumlah sumber daya kaolin tersebar di 20 propinsi, antara lain Babel, Bengkulu, Irian Jaya Barat, Jawa Barat, Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, NTT, NTB, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara. Propinsi dengan jumlah sumber daya terbesar adalah Kalimantan Barat 181,173 juta ton, Bengkulu 162,500 juta ton, dan Sumatera Utara 91,800 juta ton, lihat Tabel 2 (Pusat Sumber Daya Geologi, 2009).

2. PEMASOKAN DAN KEBUTUHAN

Produksi kaolin Indonesia selama kurun waktu 2003 sampai 2008 mengalami peningkatan yang fluktuatif. Pada tahun 2003 tingkat produksi mencapai 268,88 ribu ton dan meningkat cukup besar pada tahun 2007 hingga mencapai 407,71 ribu ton, atau meningkat hampir mencapai 2 kali lipat, namun pada tahun 2008 menurun tajam menjadi 274,69 ribu ton (BPS, 2009).

Ttingkat konsumsi kaolin Indonesia signifikan dengan tingkat produksi, dimana pada tahun 2003 konsumsi sebesar 243,81 ribu ton dan pada tahun 2008 konsumsi meningkat melebihi tingkat produksi, menjadi 354,86 ribu ton, akibat besarnya permintaan industri pemakainya. Industri pemakai kaolin, antara lain (industri keramik dan gelasir, industri refraktori, industri kapur tulis, industri semen, industri gelas, industri ban, industri kertas, industri cat, industri pestisida, industri kosmetika dan obat-obatan). Hingga tahun 2008, permintaan konsumsi kaolin domestik masih besar. Tetapi ada beberapa jenis industri yang memakai kaolin asal impor, antara lain industri kertas, cat, kosmetik, bata tahan api, dan industri pengolahan bahan galian (dalam buku statistik industri berada dalam kelompok industri barang bukan logam lainnya).

Produksi kaolin domestik pada umumnya kualitasnya masih rendah, menyebabkan perusahaan pemakai kaolin memilih kaolin asal impor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2008, volume impor kaolin dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2003-2008 cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 7,24%. Pada tahun 2003 impor kaolin oleh berbagai industri tersebut tercatat sebesar 98,88 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 21,69 juta dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 157,94 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 33,76 juta. Impor kaolin sebagian besar berasal dari China, Amerika Serikat dan Australia (lihat Tabel 3.4).

(2)

2 Sampai tahun 2008 kebutuhan kaolin di pasar luar negeri cukup besar. Peluang tersebut dimanfaatkan pengusaha kaolin Indonesia untuk memasuki pasar ekspor, terutama ke Jepang, Korea Selatan, Filipina, Malaysia, dan Pakistan. Perkembangan ekspor dalam kurun pengamatan secara relatif meningkat fluktuatif, dimana pada tahun 2003 tercatat ekspor sebesar 73,81 ribu ton dengan nilai US$ 4,96 juta dan pada tahun 2008 ekspor menurun hingga mencapai 57,76 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 8,92 juta.

TABEL 4

PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN KAOLIN INDONESIA, 2003-2008

Tahun

Produksi Konsumsi Impor Ekspor

ton volume (ton) nilai (Juta Rp.) volume (ton) nilai ( 000 $ AS) volume (ton) nilai (000 $ AS) 2003 268.879,6 243.808,4 70.348,1 98.877,9 21.689,2 73.806,6 4.964,8 2004 327.283,5 264.678,4 121.384,8 135.291,6 28.271,2 72.686,5 4.894,4 2005 354.094,2 280.559,1 123.525,0 141.482,0 28.639,8 67.947,0 5.491,0 2006 423.143,6 296.270,4 130.442,4 160.200,0 34.040,9 33.326,8 3.554,6 2007 407.710,8 312.861,6 137.747,2 143.379,0 30.466,6 36.659,5 3.910,1 2008 274.686,6 354.864,3 165.244,1 157.937,1 33.764,8 57.759,4 8.923,7

Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)

3. PERIJINAN

a. Jumlah SIPD saat ini b. Jumlah IUP saat ini

4. KEMAMPUAN PENGUSAHAAN

a. Teknologi pengolahan kaolin sudah dikuasai.

5. NILAI TAMBAH

a. Peningkatan nilai tambah kaolin melaui proses pengolahan kaolin yang meliputi :

 Pengumpanan (dengan peralatan Feeder, Belt Conveyor, Bin)  Pemisahan/Classification (dengan peralatan Trommel Screen

(3)

3

 Sedimentasi dan Pengurangan kadar air/Thickening, Filtering (dengan peralatan Tickener, Filter Press, Extruder)

 Pengeringan/Drying (dengan peralatan Band Dryer)

 Penggiling/Milling (dengan peralatan Hammer Mill), sehingga diperolah kaolin yang bermutu tinggi dengan nilai jual lebih tinggi.

b. Nilai tambah mineral kaolin pada proses pengolahan dari bahan baku hingga pengumpanan sampai penggilingan. Nilai tambah mineral kaolin dihitung secara kuantitatif. Saat ini harga kaolin mentah sekitar Rp. 350 per kg, dan setelah diolah dengan ukuran mesh -325 (kaolin powder) menjadi Rp. 1.600 per kg, sehingga ada nilai tambah (value added) sebesar 78,13% setiap kg, atau ada peningkatan sebesar 3 kali lipat dibanding dijual dalam bentuk bahan mentah. Selama tahun 2003-2008 diketahui rata-rata produksi kaolin sebesar 342.632,17. ton. Apabila dijual dalam bentuk bahan baku senilai 119,921 miliar, dan apabila dijual dalam bentuk olahan senilai 548,211 miliar.

6. STRATEGI (Dalam rangka konservasi SDA)

a. Menghentikan ekspor bahan mentah kaolin, b. Meminimalisasi impor bahan olahan kaolin

c. Optimalisasi pemanfaatan mineral kaolin, melalui proses pengolahan lebih dulu sesuai spesifikasi kebutuhan industri pemakainya.

d. Pengelolaan potensi mineral kaolin, yang lebih terarah dengan mengetahui volume kebutuhan industri pemakainya.

e. Kewajiban mengolah kaolin, di dalam negeri, kebutuhan kaolin rata-rata sudah mencapai 292.173,33 ton per tahun,

7. KEBIJAKAN

a. PERAN

i. PEMERINTAH

- Melakukan pengaturan, pengawasan, pengendalian pengolahan kaolin,

- Memfasilitasi proses pembangunan industri pengolahan dan pemrosesan kaolin,

- Mendorong mineral olahan kaolin, dapat diterima dan laku di pasar.

- Mengendalikan dan mengatur impor kaolin,

- Mendorong pengembangan industri pengolahan dan pemrosesan dengan memberikan iklim investasi yang menarik dengan mempermudah aturan dan mempermudah perijinan (deregulasi, debirokratisasi).

(4)

4 - Memberi insentif pajak dan tarif impor untuk mesin dan peralatan

pemrosesan, dan pengolahan, dan pemurnian.

ii. INVESTOR

- Mendirikan pabrik pengolahan, pemrosesan, dan pemurnian kaolin,

- Meningkatkan kapasitas produksi dan penjualan untuk memenuhi pasar domestik.

- Mengembangkan Sumber Daya Manusia.

b. TANGGUNG JAWAB

i. PEMERINTAH

- Pelaksanaan, Pengawasan, Pengaturan, Pengendalian.

ii. INVESTOR

- Pelaksanaan eksploitasi sesuai AMDAL. - Pelaksanaan Good Mining Practice.

- Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan. - Pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang mengacu ke UU No. 4

Tahun 2009 Minerba, dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, serta PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, dan menerapkan produksi bersih.

c. WEWENANG

i. PEMERINTAH

- Pemberian Ijin dan mekanisme sangsi untuk pelanggaran.

ii. INVESTOR

d. HAK

i. PEMERINTAH

- Bertambahnya penerimaan negara/PNBP (Royalty, Pajak, dll) - Meningkatnya Keahlian Sumber Daya Manusia.

ii. INVESTOR

- Jaminan kelanjutan usaha. - Jaminan kepastian hukum

- Jaminan kelanjutan pasokan bahan baku

8. KEBUTUHAN

Berkembangnya industri pemakai kaolin seperti industri keramik, industri kertas, industri cat, industri bata tahan api, menyebabkan kebutuhan akan kaolin di Indonesia akan terus meningkat. Peningkatan industri pengguna kaolin tersebut sejalan dengan makin meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi khususnya sektor bangunan dan perumahan, makin meningkatnya jumlah penduduk yang secara langsung meningkatkan permintaan akan

(5)

5 berbagai produk yang secara langsung terkait dengan tingkat pemakaian mineral kaolin. Pada tahun 2008 kebutuhan industri akan kaolin sebesar 354.864,30 ton.

9. CONSTRAIN

a. Potensi kaolin, yang dimiliki sangat besar, namun produksi sangat kecil yang disebabkan permintaan dari industri pemakainya yang kecil.

b. Permintaan terhadap kaolin lokal sangat kecil, dan hampir seluruhnya dipasok impor disebabkan spesifikasi produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi yang diinginkan industri pemakainya.

c. Sehingga tak ada peningkatan nilai tambah maupun nilai produksi.

10.KETERGANTUNGAN

Industri pemakai kaolin, antara lain : industri kertas, industri cat, industri kosmetik dan obat-obatan, industri refraktori, industri kapur tulis, industri keramik dan gelasir industri semen, industri gelas, industri ban, dan industri pestisida. Hingga tahun 2008, permintaan konsumsi kaolin domestik masih besar. Tetapi ada beberapa jenis industri yang memakai kaolin asal impor, antara lain industri kertas, cat, kosmetik dan obat-obatan, bata tahan api, dan

industri pengolahan bahan galian (dalam buku statistik industri berada dalam kelompok

industri barang bukan logam lainnya). Hampir seluruh industri tersebut sangat tergantung kepada kaolin impor, seperti dapat dilihat dari Tabel di bawah ini, dimana selama kurun waktu 2003-2008 rata-rata kebutuhan industri pemakai kaolin dipasok dari impor rata-rata sebesar 47,75% setiap tahunnya dengan nilai rata-rata sebesar 29.478,16 US$ setiap tahunnya. Impor kaolin berasal dari China, Amerika Serikat, dan Australia.

Tahun

Produksi Konsumsi Impor

ton volume (ton) volume (ton) nilai ( 000 $ AS) 2003 268.879,6 243.808,4 98.877,9 (40,55% ) 21.689,2 2004 327.283,5 264.678,4 135.291,6 ( 51,11% ) 28.271,2 2005 354.094,2 280.559,1 141.482,0 ( 50,42% ) 28.639,8 2006 423.143,6 296.270,4 160.200,0 (54,07% ) 34.040,9 2007 407.710,8 312.861,6 143.379,0 (45,82% ) 30.466,6 2008 274.686,6 354.864,3 157.937,1 (44,50% ) 33.764,8

(6)

6 Secara umum kondisi pertambangan kaolin memiliki faktor penunjang; faktor penghambat ; faktor peluang dan faktor ancaman, diantaranya adalah :

a. Faktor Penunjang

1. Tersedianya potensi kaolin yang cukup besar dan merata di seluruh propinsi di Indonesia;

2. Tersedianya Sumberdaya Manusia yang memadai;

3. Cukup tersedianya fasilitas (sarana dan prasarana) khususnya sarana transportasi dan distribusi bagi kelancaran usaha pertambangan;

4. Pertumbuhan sektor industri hilir kaolin yang terus meningkat, antara lain : industri kertas, industri cat, industri kosmetik dan obat-obatan, industri refraktori, industri kapur tulis, industri keramik dan gelasir, industri semen, industri gelas, industri ban, dan industri pestisida.

5. Usaha pertambangan bahan galian kaolin sangat mudah (faktor kemudahan) bisa dilakukan secara kecil-kecilan atau padat karya, dibandingkan dengan pertambangan bahan galian logam yang sangat komplek. Juga bisa dilakukan dengan alat yang sederhana hingga alat yang modern ;

6. Adanya minat dan keinginan dari para pengusaha untuk terjun di bidang usaha pertambangan.

7. Tersedianya Puslitbang di bidang kemineralan (Puslitbang Teknologi Mineral) yang dapat mendukung usaha pertambangan bahan galian kaolin dalam hal penyediaan berbagai kebutuhan peningkatan pengolahan dan pemrosesan.

8. Cukup tersedia produk peraturan perundang-undangan dari instansi berwenang yang mendukung bagi kelancaran usaha.

b. Faktor Penghambat

1. Sumberdaya Manusia di bidang pertambangan yang masih lemah dan kurang profesional, khusunya di sektor bahan galian non logam;

2. Dukungan sektor per Bankan yang terbatas bagi usaha pertambangan bahan galian non logam;

3. Teknologi yang digunakan dalam usaha pertambangan bahan galian kaolin belum memiliki spesifikasi modern (sehingga mutu dari mineral yang dihasilkan belum memiliki kualitas yang sesuai dengan keinginan sektor industri sebagai konsumen utama mineral tersebut) ;

4. Alat-alat yang digunakan dalam rangka eksploitasi belum modern sehingga produksi yang ditambang belum maksimal;

5. Belum siapnya Pemerintah, dalan hal ini Dinas Pertambangan Daerah dalam mengelola para pengusaha di bidang pertambangan bahan galian non logam (Tingkat kinerja personal yang masih rendah; pelayanan yang lemah atau etos kerja yang menurun; Peraturan perudang-undangan masih lemah serta penerapan sanksi yang masih sulit dan ragu-ragu). Sehingga ekses negatip yang menonjol selama ini

(7)

7 yaitu banyaknya usaha tambang ilegal, kerusakan lingkungan serta banyaknya peralihan fungsi lahan, yang sebenarnya semua merupakan ekses dari tambang ilegal yang menambang tampa aturan;

6. Lamanya waktu pengurusan Ijin Usaha Pertambangan, mulai dari saat pengurusan ijin dan eksplorasi sampai dengan saat berproduksi ;

c. Peluang

1. Kebijakan pembangunan nasional maupun kebijakan pembangunan perekonomian daerah yang berpihak kepada pengembangan UKM.

2. Adanya aksesbilitas pasar yang cukup tinggi terhadap komoditi bahan galian non logam yang diukur dari produksi dan permintaan yang cukup besar terhadap bahan galian non logam;

3. Besarnya peluang untuk investasi domestik dalam usaha pertambangan bahan galian non logam;

4. Keterdapatan dan ketersediaan bahan tambang yang berlimpah;

5. Adanya arus globalisasi yang memberikan kesempatan pasar yang besar;

6. Kemudahan dalam mengakses berbagai informasi di bidang pertambangan dengan adanya fasilitas INTERNET, sekaligus membeikan kesempaatan untu membuka dan memperluas pasar yang besar.

7. Adanya berbagai DIKLAT di bidang pertambangan yang dilaksanakan oleh instansi terkait.

d. Ancaman

1. Isu lingkungan yang beranggapan bahwa kegiatan usaha pertambangan selalu merusak dan merugikan masyarakat ;

2. Mulai diberlakukannya Pasar Bebas Asean 2010, dan Pasar Bebas negara-negara anggota APEC 2020 ;

3. Instabilitas daerah dicirikan dengan belum meratanya keamanan yang kondusif yang berpengaruh terhadap kegiatan usaha;

4. Adanya krisis moneter dan resesi multi dimensi yang berkepanjangan yang berawal dari Amerika Serikat yang menyebar hampir ke segenap penjuru dunia;

5. Maraknya perkembangan usaha tambang ilegal di beberapa daerah berdampak terhadap penataan dan pengelolaan sektor pertambangan;

6. Komoditas hasil tambang negara tetangga (ASEAN), Australia, China, dan negara-negar produsen lainnya memiliki kualitas produk yang cukup baik serta memiliki tingkat harga yang kompetitif.

Kebijakan yang perlu diterapkan dalam rangka Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan Pemerintah perlu melakukan suatu policy (kebijakan-kebijakan) yang perlu di terapkan, antara lain :

(8)

8 a. Melakukan berbagai macam inventarisasi potensi bahan galian kaolin yang diindikasikan rata-rata sangat besar, dengan lebih seksama dan lebih detail, yang merupakan kunci dalam pengembangan usaha pertambangan bahan galian tersebut di masing-masing propinsi;

b. Pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur yang lebih baik sehingga dapat mendukung eksplorasi, dan eksploitasi yang lebih maksimal;

c. Memfasilitasi proses pembangunan industri pengolahan dan pemrosesan kaolin, berupa PMDN, maupun dengan model kerjasama/konsorsium dengan investor dari luar negeri untuk merencanakan pembangunan pabrik-pabrik pengolahan, pemrosesan dan pemurnian (PMA). d. Mendorong pengembangan industri pengolahan dan pemrosesan dengan memberikan iklim

investasi yang menarik dengan mempermudah aturan dan mempermudah perijinan (deregulasi, debirokratisasi), serta memberi insentif pajak dan tarif impor untuk mesin dan peralatan pemrosesan, pengolahan, dan pemurnian.

e. Melakukan standarisasi bahan galian kaolin agar dapat diperoleh kualitas yang lebih baik, sesuai dengan standar industri yang diharapkan yang mendekati keinginan dari pemakai bahan baku bahan galian tersebut;

f. Mendorong mineral olahan kaolin, dapat diterima dan laku di pasar, dengan mengatur dan mendorong peningkatan industri hilirnya, dalam rangka memberikan jaminan kelanjutan usaha, jaminan kepastian hukum dan jaminan kelanjutan pasokan bahan baku.

g. Mengendalikan dan mengatur impor maupun ekspor olahan kaolin.

h. Melakukan kerjasama dengan institusi-institusi yang profesional dalam sektor pertambangan dan penggalian seluruh Indonesia, dalam upaya untuk melakukan pelatihan-pelatihan bagi sumberdaya manusia, sehingga dapat dihasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam sektor pertambangan dan penggalian.

i. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kualitas produk yang dapat menghasilkan produk setara produk impor; j. Pengembangan wilayah dan Perencanaan Tata Ruang yang diarahkan sesuai dengan konsep pengelolaan sumberdaya alam yang dapat memberikan nilai tambah yang besar bagi seluruh aspek pertambangan;

k. Pembinaan-pembinaan terhadap pertambangan dalam skala kecil, agar dapat menjadi usaha dalam skala besar.

l. Penyederhanaan terhadap prosedur perijinan sampai pelaksanaan penambangan dalam rangka menekan makin maraknya pertambangan penambang liar yang beresiko menimbulkan kerusakan lingkungan yang lebih parah disebabkan oleh proses penambangan yang tanpa aturan.

m. Pelaksanaan Pengawasan, Pengaturan, dan pengendalian yang ketat dan tegas terhadap para investor agar dapat melaksanakan eksploitasi sesuai AMDAL, Pelaksanaan Good Mining Practice, Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan. Serta Pelaksanaan

(9)

9 pengelolaan lingkungan yang mengacu ke UU No. 4 Tahun 2009 Minerba, dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, serta PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, dan menerapkan produksi bersih, serta penerapan mekanisme sangsi untuk pelanggaran.

PENGOLAHAN KAOLIN

Proses pengolahan kaolin meliputi penggunaan peralatan dan teknologi yang digunakan. Pengolahannya berdasarkan proses klasifikasi yang menggunakan peralatan Hidro Siklon sebagai peralatan utama.

Peralatan proses pengolahan kaolin terbagi dalam beberapa unit proses seperti: - Unit Pengumpanan, peralatannya: Feeder, Belt Conveyor,Bin

- Unit Pemisahan (Classification), peralatannya: Trommel Screen Hydrocyclone - Unit Sedimentasi dan Pengurangan kadar air (Thickening, Filtering),

peralatannya: Tickener, Filter Press, Extruder

- Unit Pengeringan (Drying), peralatannya: Band Dryer - Unit Penggiling (Milling), peralatannya: Hammer Mill

Proses pengolahan kaolin terbagi menjadi lima bagian yaitu:

- Pengumpanan (Feeding)

Bahan mentah kaolin dari stock Pile dimasukkan ke dalam Bin (penampung) dengan menggunakan belt conveyor (Ban berjalan), kaolin dimasukkan ke unit pemisahan dengan bantuan feeder (pengatur umpan).

- Pemisahan (Classification)

Peralatan pemisahan berfungsi untuk memisahkan butiran kaolin dari pasir kuarsa dan material lainnya yang terbawa bersama bahan mentah kaolin.

- Pengendapan dan Pengurangan Kadar Air (Thickening & Filtering)

Kedua jenis produk kaolin diatas masih encer (10% padatan), oleh karena itu dilakukan

pengurangan kadar air dengan proses pengendapan. Peralatan yang digunakan adalah Thickener yang berfungsi sebagai alat pengental pulp (luluhan). Tahap berikutnya, luluhan kaolin yang berasal dari masing-masing peralatan Thickener diumpankan kedalam 2 buahperalatan Filter Press (alat pemekat) untuk dikurangi lagi kadar airnya. Produk kaolin yang keluar dari masing-masing peralatan Filter Press ini berupa cake (bubur) dengan kondisi 15% padatan. Masing-masing cake tersebut dimasukkan kedalam dua buah alat Ekstruder (pembentuk produk) untuk dibentuk menjadi potongan-potongan kecil untuk dikeringkan.

(10)

10 Produk kaolin dari peralatan Ekstruder ditampung dan diangkut dengan Belt Conveyor menuju alat Band Dryer (Pengering Ban berjalan). untuk dikeringkan..

- Penggiling Produk (Milling),

Kedua jenis produk kaolin dari peralatan Band Dryer masih berbentuk gumpalan-gumpalan oleh karena itu perlu dilakukan penggilingan. Peralatan yang digunakan adalah Hammer Mill atau Desintegrator. Produk dari alat penggiling ini berupa kaolin halus yang siap untuk dikantongi (Packing).

(11)

11 Lampiran 1:BAGAN ALIR PROSES PENGOLAHAN KAOLIN SKALA PILOT PLANT Air = 4500 liter/jam Umpan = 500 kg/jam

50% berat pasir ; 10% solid S = 250 kg/jam, Air = 2250 l/jam S = 250 kg/jam, Air = 2250 l/jam

50% berat kaolin -, 10 % solid

45% berat umpan; 10% solid S = 225 kg/jam

Air = 2025 kg/jam 10% berat umpan; 10% solid

15.75% umpan; 10% solid

S = 25 kg/jam S = 78,75 kg/jam

Air = 225 kg/jam Air = 708,75 kg/jam

Produk Gerabah

84,25% umpan; 10% solid 13,125% umpan; 10% solid

Air= 1316,25 kg/jam Air= 590,625 kg/jam S = 146,25 kg/jam S= 65,625 kg/jam

10 % solid

84,25% umpan 2,625% umpan;10% solid

Air = 1316,25 kg/jam S = 13,125 kg/jam

S=468,75 kg/jam Air = 118,125 kg/jam

35% solid Air = Air = 1138,393 kg/jam S= 65,625 kg/jam 468,75 kg/jam

S = 159,375 kg/jam Air = 121,875 kg/jam Air = 295,98 kg/jam

Air= 267,855 Air= 103,594 kg/jam Kg/jam 85% solid 85% solid

Air = 228,125 kg/jam S = 65,625 S = 159,375 kg/jam Air = 18,28125 kg/jam Uap Air= 6,72 kg/jam

Uap air = 17,37 kg/jam

5% moisture 5 % moisture S = 159,375 kg/jam S = 65,6525 kg/jam

Air = 1,4062 kg/jam Air = 0,91 kg/jam

Produk Filler Produk Coating 5% moisture 5 % moisture S = 159,375 kg/jam S = 65,6525 kg/jam Cyclone I Tromol screen Cyclone II Cyclone III Thickener I Thickener II Filter Press I Band Drier Filter Press II Band Dryer II Desintegrator Band Dryer I Desintegrator

(12)

12 TABEL 2. SUMBER DAYA KAOLIN

NO

PROPINSI (LOKASI)

SUMBER DAYA (TON) (RESOURCES) HIPOTETIK (HYPOTETIC) TERDUGA (INFERRED) INDIKASI (INDICATED) TERUKUR (MEASURED) TOTAL 1 2 3 4 5 6 7

1. KEP. BANGKA BELITUNG 14,639,000.00 5,824,000.00 4,243,200.00 2,595,064.00 27,301,264.00

2. BENGKULU 162,500,000.00 - - - 162,500,000.00 3. PAPUA BARAT 20,000.00 - - - 20,000.00 4. JAWA BARAT 1,080,000.00 - - - 1,080,000.00 5. JAMBI - 280,000,00 - - 280,000.00 6. JAWA TIMUR 6,135,000.0 13,724,000.00 - - 19,859,000.00 7. KALIMANTAN BARAT 88,950,000.00 92,223,000.00 181,173,000.00 8. KALIMANTAN SELATAN 64,011,000.00 100,000.00 683,000.00 9,594,000.00 74,388,000.00 9. KALIMANTAN TENGAH 17,280,000.00 - - - 17,280,000.00 10. KALIMANTAN TIMUR 7,227,000.00 - - - 7,227,000.00 11. KEPULAUAN RIAU 8,000,000.00 - - - 8,000,000.00 12. LAMPUNG 30,000,000.00 - - - 30,000,000.

13. NUSA TENGGARA BARAT 6,000,000.00 - - - 6,000,000.00

14. NUSA TENGGARA TIMUR 41,609,000.00 - - - 41,609,000.00

15. RIAU 36,310,000.00 11,602,000.00 - - 47,912,000.00 16. SULAWESI BARAT 5,850,000.00 - - - 5,850,000.00 17. SULAWESI UTARA 7,828,000.00 - - - 7,828,000.00 18. SUMATERA BARAT 1,000,000.00 - - - 1,000,000.00 19. SUMATERA SELATAN 1,750,000.00 - - - 1,750,000.00 20. SUMATERA UTARA 91,800,000.00 - - - 91,800,000.00 TOTAL 591,989,000.00 31,530,000.00 97,149,200.00 12,189,064.00 732,857,264.00

Referensi

Dokumen terkait

Pada prosedur dalam pembuatan PowerPoint yang sudah dijelaskan diatas sebelumnya, telah dihasilkan produk akhir media pembelajaran berupa Power Point Stand Alone

Menggali informasi dari teks permainan/dolanan daerah tentang kehidupan hewan dan tumbuhan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi

Hal ini terlihat dari kebiasaan membuang sampah yang tidak pada tempatnya, persepsi masyarakat tentang penanganan sampah masih tertumpu pada pemerintah, padahal

Pengumpulan data atau informasi terkait bahaya dan potensi risiko K3 pada aktivitas pekerjaan yang dilakukan di industri Penyamakan Kulit PT.X dilakukan dengan mengambil

A tárgyalás célja a másik fél befolyásolása, meggyőzése, arról, hogy elfogadja a mi álláspontunkat, együttműködésre törekvés vagy éppen valamit

Untuk memonitoring Fasilitator Kabupaten dan Fasilitator Kecamatan yang berada di wilayah Provinsi seluruh Indonesia yang berjumlah puluhan maupun ratusan orang,

Masalah dalam penggunaan daun ini adalah karena tidak dapat membiarkan difusi udara yang merata kedalam kacang kedelai selama proses fermentasi, yang diperlukan untuk

Dengan membuat corporate identity yang baru ini, diharapkan Harvest bisa mencerminkan identitas sebagai perusahaan jasa bordir dengan layanan yang berkualitas serta