• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KOMPLAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN KOMPLAIN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Menerapkan Sistem Manajemen Komplain Yang Efektif

Kita semua yang peduli terhadap dunia pelayanan dikejutkan dengan pemberitaan yang

luar biasa gencarnya belakangan ini, yaitu kasus ibu sebagai pelanggan dengan salah

satu rumah sakit swasta bertaraf internasional di Jakarta. Dengan tidak ada tendensi

untuk membela siapa-siapa, pihak mana yang menang biar waktu nanti yang

membuktikan. Yang jelas kedua pihak sudah sama-sama mengalami kerugian yang

besar.

Kita berharap agar situasi ini jangan sampai kita alami, baik kita sebagai pelanggan

maupun kita sebagai posisi pembeli layanan. Yang terpenting adalah bagaimana kita

mengambil pelajaran yang bermakna dari kejadian ini. Untuk itu itu ada beberapa hal

yang perlu kita cermati, renungkan dan terapkan.

1. Apakah anda sebagai pelanggan atau pemberi layanan sudah membaca UU

Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999? Kalau belum, saya sarankan anda

luangkan waktu untuk membacanya. Berikut saya lampirkan dalam format pdf.

Walaupun judulnya UU Perlindungan Konsumen, namun isinya jelas tidak berat

sebelah, karena di dalamnya diatur apa yang menjadi

HAK dan KEWAJIBAN

PELAKU

USAHA (pemberi layanan) serta HAK dan KEWAJIBAN KONSUMEN

(pelanggan). Jadi pelayanan memang melibatkan peran dua pihak dan keduanya

sama-sama bertanggung jawab demi kesuksesan pelayanan.

2. Apa sih yang dimaksud dengan Komplain? Komplain adalah suatu bentuk

pernyataan ketidakpuasan/kekecewaan pelanggan mengenai kebutuhan dan

harapan yang tidak terpenuhi. Pernyataan disampaikan dengan berbagai cara,

media dan sasaran. Oleh karena itu kita sebagai pemberi layanan harus

memastikan bahwa kita tahu apa sih yang dibutuhkan dan diharapkan oleh

pelanggan kita. Jadi kalau ada kebutuhan/harapan pelanggan yang belum terpenuhi

maka mereka sudah pasti kecewa dan sedikit pelanggan kita yang mengungkapkan

kekecewaannya melalui complain (dari riset TARP hanya sekitar 4%). Kita sebagai

penyedia layanan memang sudah kewajiban kita untuk mencoba memenuhinya

(sampai batas kewajaran – prinsip pelanggan adalah mitra dan win-win). Dan kita

juga harus sadari bahwa kita harus menyiapkan saluran komplain untuk

menampung keluhan pelanggan ini, agar mereka tidak mencari saluran lain di luar

perusahaan kita.

3. Kenapa melayani komplain penting? Jawabannya bisa banyak sekali, antara lain:

peluang utuk memperbaiki pelayanan kita, menjaga image perusahaan,

memeuaskan pelanggan, beberapa survey menunjukkan bahwa pelanggan-2 yang

(2)

kembali dan loyal banyak yang awalmulanya pelanggan complain namun dilayani

dengan baik, cepat dan efektif, dll.

4. Apakah semua orang siap menerima komplain? Saya bisa simpulkan masih banyak

orang/perusahaan yang tidak siap. Ini adalah masalah paradigm melihat komplain.

Banyak orang yang melihat komplain hanya sebagai beban dan masalah. Akibatnya

komplain dibiarkan, dihindari, disembunyikan, dll. Seharusnya kacamata kita ganti

dengan melihat benefit dalam menangani complain seperti yang ada di point 3 di

atas.

5. Hal pertama yang perlu disipakan adalah paradigma melihat komplain, kemudian

selalu berpikir positif di tahap awal bahwa komplain pelanggan adalah benar.

Apakah semua komplain pelanggan benar? Belum tentu, namun di awal kita harus

berfikir positif, agar kita bisa melihat situasinya dengan lebih jernih dan objektif.

Karena kalau kita sudah defensif di awal, maka bagaimana kita bisa menciptakan

situasi yang kondusif dalam penanganan komplain, malah pelanggan akan malas

untuk komplain.

6. Kalau komplain pelanggan tidak semua benar, bagaimana? Kita siapkan

langkah-langkah kita sesuai kuadran Barlow-Moller berikut ini:

7. Kalau kita ingin menciptakan sistem komplain yang baik di perusahaan kita, perlu kita

siapkan 6 prinsip mendasar, sbb

·

VISIBILITY

. Apakah kita sudah memiliki dan menyiapkan jalur komplain (CS dept atau

bagian lain yang berinteraksi dengan pelanggan, telpon/call center/contact center,

email, web, kotak saran, survei, dll)? Kalau sudah, apakah Anda sudah

(3)

mengkomunikasikannya kepada pelanggan, sehingga jalar ini terlihat oleh pelanggan

dan mereka tidak perlu mencari saluran lain di luar perusahaan kita.

·

ACCESSIBILITY.

Kalau pelanggan sudah tahu, apakah mereka dapat meng-akses-nya

dengan mudah, cepat, tidak birokratis/diping-pong, dll? Bisa jadi misalnya telepon gak

masuk-masuk, surat tidak dibalas dll akhirnya pelanggan mencari saluran lain.

·

RESPONSIVENESS.

Kalau complain pelanggan sudah masuk, apakah adanya niat

baik/ketulusan kita untuk menanggapi komplain pelanggan tersebut secara cepat dan

tepat? Untuk itu perlu dibuatkan standar/KPI lamanya merespon complain.

·

FAIRNESS & OBJECTIVITY.

Kemudian apakah kita sudah membuat langkah-langkah untuk

menindaklanjuti komplain tersebut dengan didasari prinsip

win-win

, baik dari sisi hasil,

prosedur, maupun interaksinya? Untuk itu perlu disiapkan standar yang memuat

langkah-langkah penanganan pelanggan yang efektif. Untuk solusi yang diambil tentu

kita juga lihat plus minus-nya dengan berbagai pertimbangan. Dan kadang-kadang

adakalanya suatu saat kita “kalah” sedikit saat ini namun bisa mendapatkan

kemenangan yang lebih besar di masa depan.

·

CUSTOMER FOCUS APPROACH.

Apakah semua aktivitas, prosedur, sikap dan perilaku saat

penanganan komplain sudah ditujukan kepada kepuasan pelanggan? Untuk itu perlu

keterlibatan semua pihak di perusahaan (manajemen dan karyawan). Manjemen akan

berperan dalam prosedur/system/kebijakan/sikap dan solusinya, sedangkan karyawan

nanti akan berperan pada aktivitas/sikap/perilaku saat berhadapan dengan pelanggan.

·

CONTINUOUS IMPROVEMENT.

Jadikan setiap komplain pelanggan sebagai sumber

improvement. Jadikan sebagai bahan pembelajaran, belajar dari pengalaman yang

dahulu, untuk menjadi pembelajaran di masa mendatang. Untuk itu setiap jenis

komplain termasuk langkah-langkah dalam menanganinya harus didokumentasikan dan

disosialisasikan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam penanganan

komplain sehingga saat muncul komplain yang mirip/sama.

8. Yang terakhir, marilah sama-sama kita terapkan Strategi Penanganan Komplain yang

efektif:

a. Lakukan dengan BENAR sejak awal, usahakan jangan melakukan kesalahan,

jaga konsistensi kualitas layanan kita setiap saat.

b. TERIMA komplain pelanggan, dan AJAK-lah pelanggan untuk komplain, agar

jangan sampai mereka komplain ke pihak lain diluar perusahaan kita atau

malah diam saja tapi tidak pernah balik lagi ke perusahaan kita.

(4)

c. RESPON komplain SECEPATNYA. Jangan berlama-lama, semakin kita

menunda komlain, efeknya akan seperti bola salju yang terus mengelinding

dan membesar. Lebih Cepat Lebih Baik.. hehe (kok malah iklan kampanye

ya..?)

d. Lakukanlah LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KOMPLAIN dengan baik.

Prosedur/Standar disiapkan, para karyawan diberikan pelatihan dan

bimbingan agar bisa menjalankan standar tersebut dengan baik.

e. Selesaikan komplain dengan SOLUSI TERBAIK (WIN-WIN). Ambil keputusan

dengan bijaksana. Lihat juga Life Time Value (LTV) pelanggan serta

dampak-dampak yang mungkin terjadi.

f. Lakukan tindakan PENCEGAHAN. Setiap komplain lakukan prinsip PDCA.

PLAN (apa masalahnya, apa akar masalah, apa langkah-langkahnya), DO

(lakukan rencana langkah-langkah perbaikan), CHECK (periksa apakah

langkah-2 sudah dilakukan, apakah komplain yang sama masih muncul), ACT

(buatlah standarisasi untuk mencegah komplain yang sama berulang

kembali).

MahyudanilLubis

Management Komplain di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan penyelenggara pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, perubahan budaya masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, masyarakat menuntut peningkatan pelayanan yang lebih baik. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi kepuasan dan persepsi pelanggan adalah bagaimana menangani keluhan klien. Hal tersebut dijelaskan kembali oleh Hansemark, yang mengatakan bahwa semangat pelanggan untuk melakukan komplain dapat meningkatkan

(5)

kepuasan mereka terutama bagi pelanggan yang tidak merasakan kepuasan atas pelayanan yang diberikan (Ernawati, 2010).

Studi yang dilakukan oleh Giugliani (2009) di Rumah Sakit Universitas Perancis, menemukan terjadinya peningkatan yang bermakna dalam jumlah komplain pasien mengenai isu-isu medik, yaitu sebesar 47% pada tahun 1998menjadi 73% pada tahun 2004. Peningkatan komplain pasien tersebut 66% karenatermotivasi oleh persepsi pasien tentang medical error. Yang menjadi alasan utama komplain pasien tersebut ialah adanya kesalahan atau keterlambatan diagnosis/penatalaksanaan, komplikasi pengobatan/tindakan bedah, kecacatan dan adverse event. Menurut Moghadam (2010) beberapa komplain pasien yang terjadi terkait dengan prosedur penerimaan 34,7%, diikuti dengan komunikasi34,1%, waktu tunggu 13,8%, dan penundaan tindakan 6,8%, mengabaikan standarklinis perawatan 4,1%. Menurut laporan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), jumlah komplain khususnnya mengenai layanan rumah sakit melalui media cetak tahun 2010 sebanyak 26 kasus dengan berbagai permasalahan pada pelayanan seperti, informasi/pelayanan (9 kasus), pembayaran administrasi (2 kasus), sarana/prasarana (1 kasus), tidak memenuhi SOP (5 kasus), dokter tidak profesional (4 kasus), kenyamanan/keamanan (5 kasus).

Tantangan bagi penyedia layanan kesehatan adalah bagaimana menangkap dan menggunakan informasi untuk secara produktif meningkatkan kualitas, keamanan dan aksesibilitas sistem perawatan, keluhan dan komentar lain dari konsumen merupakan alat belajar yang berharga (Health Sevies Review Counsil, 2005). Keluhan atau komplain dari pelanggan harus diterima oleh suatu perusahaan, tidak terkecuali rumahsakit baik itu kepemilikan pemerintah maupun swasta. Dengan adanya keluhan maka rumah sakit dapat terus melakukan perbaikan terhadap pelayanan yang diberikan. Besar atau kecilnya suatu keluhan apabila tidak dikelola dengan cepat, tepat dan akurat akan berdampak pada citra sebuah rumahsakit.

Menangani keluhan dapat menjadi upaya efektif dalam menyelesaikan masalah sebelum menjadi lebih buruk. Penanganan keluahn merupakan umpan balik untuk meningkatkan pelayanan rumahsakit, jika hal tersebut tidak ditangani oleh rumahsakit dapat berakibat berkurangnya kunjungan dan kepercayaan pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen komplain yang baik dalam hal menerima,

(6)

mengelola, memutuskan, memecahkan serta mencari sarana penyelesaian kasus komplain pasien dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan mutu dan citra dari rumahsakit.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian komplain atau keluhan?

2. Apa penyebab terjadinya komplain?

3. Bagaimana sistem manajemen komplain?

4. Bagaimana panduan dan Standar Operasional Prosedur manajemen komplain?

5. Bagaimana monitoring dan evaluasi manajemen komplain?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa itu pengertian komplain atau keluhan.

2. Mengetahui apa saja penyebab terjadinya komplain.

3. Mengetahui bagaimana sistem manajemen komplain.

4. Mengetahui bagaimana panduan dan Standar Operasional Prosedur manajemen

komplain.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN A. Definisi Keluhan atau Komplain

Berdasarkan kamus bahasa Indonesia “keluhan” berasal dari kata keluh yang berarti “terlahirnya perasaan susah”. Keluhan (complain) adalah sebuah kata yang sering berkonotasi negatif bagi kedua pihak, baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen. Complain pada umumnya dipersepsikan sebagai kesalahan, masalah, stres, frustasi, kemarahan, konflik, hukuman, tuntutan, ganti rugi, dan sejenisnya. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional).

Menurut Rusadi (2004), keluhan merupakan ungkapan dari ketidakpuasan yang dirasakan oleh konsumen. Keluhan pelanggan adalah hal yang tidak dapat diabaikan karena dengan mngebaikan hal tersebut akan membuat konsumen meraa

(8)

tidak diperhatiakn dan pada akhirnya perusahaan akan ditinggalkan oleh pelanggan.

Keluhan atau komplain pelayanan adalah ekspresi perasaan keidakpuasan atas standar pelayanan, tindakan atau tidak adanya tindakan pemberi pelayanan yang berpengaruh terhadap pelanggan. Prosesnya berawal dari konsumen merasakan ketidakpuasan setelah menerima pelayanan atau melakukan transaksi.

B. Penyebab Terjadinya Komplain

Pada dasarnya pelanggan yang mengeluh karena merasa tidak puas ada beberapa penyebabnya. Menurut Soeharto A. Majid (2009:149) banyak hal yang dapat menimbulkan terjadi keluhan dari klien, seperti :

a. Pelayanan yang diharapkan dari kita tidak seperti yang mereka harapkan

b. Mereka diacuhkan, misalnya dibiarkan menunggu tanpa penjelasan

c. Seseorang berlaku tidak sopan atau tidak ada yang mau mendengarkan

d. Tidak ada yang mau bertanggung jawab terhadap suatu kesalahan

e. Adanya kegagalan dalam komunikasi, dll.

C. Sistem Manajemen Komplain

Manajemen penanganan komplain yang efektif membutuhkan prosedure yang jelas dan terstruktur dengan baik agar dapat menyelesaikan masalah serta didukung oleh sumber daya dan infrastruktur yang memadai agar dapat kinerja kerja yang memuaskan. Karakteristik penilaian manajemen komplain yang efektif menurut Tjiptono dan Anastasia (2003) adalah sebagai berikut :

1. Komitmen

Pihak manajemen dan semua anggota memiliki komitmen yang tinggi untuk mendengrkan dan menyelesaikan masalah komplain dalam rangka peningkatan produk dan jasa.

(9)

Manajemen dapat memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada pelanggan tentang prosedure penyampaian komplain dan pihk-pihak yang dapat dihubungi. 3. Acessible

Perusahaan menjamin bahwa pelanggan dapat menyampaikan komplain secara bebas, mudah, dan murah.

4. Kesederhanaan

Prosedure komplain sederhana dan mudah dipahami pelanggan 5. Kecepatan

Komplain ditangani secepat mungkin. Rentang waktu penyelesaian yang realistis dan diinformasikan kepada pelanggan. Setiap perkembangan atau kemajuan daam penanganan komplain yang sedang diselesaikan, dikomunikasikan kepada pelanggan yang bersangkutan.

6. Fairness

Setiap komplain mendapatkan perlakuan yang sama, adil, tanpa membeda-bedakan.

7. Confidential

Menghargai dan menjaga keinginan dan privasi pelanggan.

8. Records

Data mengenai komplain disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan setiap upaya perbaikan yang berkesinambungan.

9. Sumber daya

Perusahaan mengalokasikan sumber daya an infrastruktur yang memadai untuk pengembangan dan penyempurnaan sisitem penanganan komplain termasuk pelatihan tenaga kerja.

(10)

10. Remedy

Pemecahan dan penyelesaian yang tepat (seperti permohonan maaf, hadiah, ganti rugi) untuk setiap komplain ditetapkan dan diimplementasikan secara konsekuen.

Menurut Edvardsson dari Universitas Karlstad, Swedia (dikutip ari Kawan Lama News, 2008) Cara menangani keluhan dari pelanggan adalah sebagai berikut : 1. Jangan membuat bertambah rumit dengan segala macam formulir;

2. Jangan pernah mengirim surat tanpa berkomunikasi verbal terlebih dahulu;

3. Segera mencari tahu apa yang diinginkan pelanggan yang komplain;

4. Untuk komplain yang tidak terlalu serius, minta maaf akan jauh lebih baik daripada

mengirim berlembar-lembar surat permohonan maaf; 5. Berikan tanggapan pribadi dan spesifik;

6. Ketikan menghadapi pelanggan yang menyampaiakan keluhan, ikutilah prinsip

empati;

7. Jika memang komplain itu tidak ditujukan kepada anda, dan anda harus membuat

referensi kepada siapa pelanggan harus melapor, jelaskan secara rinci alasannya; 8. Perjelas alternatif apa yang ada untuk menyelesaikan persoalan pelanggan yang

komplain;

9. Jangan lupa beritahu pelanggan langkah perbaikan apa yang telah dibuat

sehubungan dengan penyampaian komplain itu;

10. Banyak keluhan menjai kabat baik. Itu tandanya pemberi komplain percaya pada

pihak anda.

Penanganan keluhan yang efektif memiliki dua kata kunci yaitu kecepatan penanganan atas keluhan dan penyelesaian keluhan. Barlow & Moller (1996) menambahkan beberapa langkah yang dilakukan oleh pelaksana penanganan keluhan agar Complain Handling tersebut efektif, yaitu :

(11)

2. Menjelaskan betapa kita menghargai keluhannya;

3. Meminta maaf untuk kesaahan yang kita perbuat;

4. Berjanji untuk melakukan sesuatu terhafap keluhan atau masalah tersebut

secepatnya;

5. Menanyakan mengenai informasi yang diperlukan;

6. Mengoreksi kepuasan pasien;

7. Memeriksa kepuasan pasien;

8. Mencegah kesalahan yang akan datang.

Kerangka pemikiran dalam manajemen komplain :

INPUT PROSES OUTPU T

(12)

Dalam kerangka pemikiran di atas dijelaskan tahapan dalam pengelolaan penanganan keluhan rumah sakit dimulai dari masukan (input) berupa keluhan pelanggan yang terdiri dari keluhan langsung an tidak langsung, jenis fasilitas yang disediakan serta SOP yang ada. Dari keluhan tersebut nantinya akan dilihat bagaimana pelaksanaan penanganan keluhan pelanggan yang dilakukan oleh petugas berdasaran SOP yang berlaku dan juga bentuk pengawasan serta evaluasi terhadap proses yang dilakukan. Dari proses penanganan keluhan yang dilakukan maka hasil akhir yang didapat adalah penanganan keluhan selesai.

D. Panduan dan Standar Operasional Prosedure Manajemen Komplain

Menyampaikan keluhan merupakan hak paisen apabila dia mendapatkan pelayanan yang kurang maksimal atau merugikan pasien. Dalam menangani komplain atau keluhan pasien setiap rumah sakit memiliki ketentuan atau strukturnya sendiri dalam penanganannya. Yang perlu ditekankan adalah apabila Rumah Sakit menerima komplain dari pihak pasien maka harus segera ditindak lanjuti atau segera dipecahkan permasalahannya agar kemarahan klien tidak berlanjut.

Berikut ini adalah contoh Panduan penanganan kasus keluhan dan SOP dalam manajemen komplain di Rumah Sakit.

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

2.

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

Monitoring dilakukan untuk memantau proses yang dilakukan dalam rangka memperbaiki atau menindak lanjuti keluhan pelanggan, hal ini dilakukan untuk mengetahui mana yang harus diperbaiki atau diubah agar meminimalisir pengulangan kejadian / kesalahan.

Sementara itu evaluasi secara umum merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan untuk mengendalikan ke depannya agar jauh lebih baik. Jadi evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dan ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan keberhasilan program. Untuk melihat berhasil atau tidaknya perbaikan yang telah kita lakukan adalah dengan melihat hasil akhir (output). Bila outputnya keluhan pelanggan tidak tertangani maka pihak terkait bisa melihat pada prosesnya agar dapat mengetahui dimana letak kesalahan yang membuat keluhan pelanggan tidak teratasi, disinilah peran monitoring dan evaluas saling berdampingan.

(24)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Konsep manajemen komplain (complaint management) merupakan sebuah sarana yang dapat digunakan untuk membangun komunikasi dengan klien dan memperoleh umpan-balik tentang tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan rumah sakit. Komplain yang diajukan oleh klien ini kemudian akan ditindak-lanjuti dengan perbaikan atau klarifikasi dari pihak rumah sakit dengan sasarannya adalah mengurangi kekecewaan dan meningkatkan kepuasaan klien. Salah satu wujud dari manajemen komplain yang dapat dilakukan pihak rumah sakit adalah menerima pengaduan atau komplain dari klien dengan terbuka dan berusaha untuk mengatasi komplain tersebut.

Keluhan pelanggan merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk evaluasi peningkatan kinerja perusahaan, baik sumber daya manusianya maupun produknya. Pengaduan dan keluhan pelanggan dapat membuka kesempatan bagi perusahaan untuk memperbaiki masalah dengan segera. Dengan demikian, sebuah perusahaan bisa membangun ide-ide inovasi produk, pemasaran, meningkatkan pelayanan, dan membangun produk.

B. Saran

Saran ini ditujukan untuk rumah sakit dan semua pihak yang terkait di dalamnya untuk terus meningkatkan dan memperbarui skill dalam memberikan pelayanan kesehatan agar klien benar-benar merasakan kepuasan terhadao pelayanan yang diterima sehingga meminimalisir komplain dari klien.

(25)

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320382-S-Nurul%20Afriani.pdf (diakses pada tanggal 6 Oktober pukul 10.00 WIB)

http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id/spo-penanganan-keluhansaran-masukan-melalui-customer-service/ (diakses pada tanggal 6 Oktober pukul 10.15 WIB)

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25629/1/RAAFIKA

%20WULANDARI%20-%20fkik.pdf (diakses pada tanggal 8 Oktober pukul 19.00 WIB)

https://www.academia.edu/6036410/Panduan_komunikasi_pelayanan_RSA_2006 (diakses pada tanggal 8 Oktober pukul 19.30 WIB)

Alur Penanganan Keluhan Pasien di RS

Posted on

Januari 27, 2015

Author

admin

Berikut Alur penanganan keluhan pasien di Rumah sakit.

Langkah di mulai dari :

(26)
(27)

Tujuan akhir dari proses ini adalah Terselesaikannya persoalan ketidak puasaan antara pasien dan

rumah sakit. Untuk RS dapat dijadikan acuan perbaikan di wakut kedepannya.

(28)

DAFTAR PUSTAKA http://mahyudanil-lubis.blogspot.co.id/2010/01/menerapkan-sistem-manajemen-komplain.html http://fatmayuliani23.blogspot.co.id/2016/04/management-komplain-di-rumah-sakit.html http://akreditasi.web.id/2012/?p=3624

Referensi

Dokumen terkait

Jika jembatan pipa tersekat dengan baik, maka perbedaan potensial antara pipa dengan konstruksi jembatan terlihat nyata, seperti ditunjukkan dalam gambar 13. Harga potensial

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

enyuluhan 6eteksi 6ini Kanker (erviks melalui emeriksaan =A dilakukan sebanyak 2 sesi, ber:okus di *< $5 Kelurahan (imola)ang karena berdasarkan data dari uskesmas, *<

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas peneliti dapat mencermati

Dalam penulisan skripsi ini akan diuraikan mengenai penegakan hukum pasal 288 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap pelanggaran

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan membaca dengan menggunakan teknik SQ3R pada siswa kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karimun Tahun Pelajaran

Pada tabel 5 didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara reaktivitas serebrovaskular sisi nyeri pada kelompok migren dengan aura dan sisi yang sama pada kelompok migren tanpa aura

Sesuai dengan uraian diatas maka subsidi uang tunai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subsidi produksi, dimana peningkatan output produknya ditanggung oleh