• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian, Sumber Data, dan Sampel Data 4.1.1. Lokasi Penelitian dan Sumbe r Data

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2000 sampai dengan bulan Maret 2001, di kabupaten Pasuruan dan Ponorogo di Jawa Timur, Wonogiri di Jawa Tengah, Gunung Kidul di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Garut di Jawa Barat, dan Lampung Tengah di Lampung. Sumber data penelitian berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari rumahtangga petani kedelai dengan teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari instansi terkait di Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II, Dinas Pertanian dan Badan Penelitian Tanaman Pangan setempat, serta Badan Pusat Statistik (BPS).

4.1.2. Metoda Pengambilan Contoh

Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, dan Lampung, merupakan sentra produksi kedelai di Indonesia selain NAD, NTB, dan Sulawesi Selatan, dimana pola tanamnya berbeda pada lahan garapan beririgasi teknis da n setengah teknis. Kabupaten yang terpilih ada lah Pasuruan, Ponorogo, Wonogiri, Gunung Kidul, Garut, dan Lampung Tengah, berdasarkan luas areal panen kedelai terbanyak menggunakan teknologi pemupukan baru. Pemilihan petani berdasarkan metoda stratified random sampling, pada strata luas lahan garapan diatas 1.00 ha, antara 0.50-1.00 ha, dan dibawah 0.50 ha. Petani yang terpilih sejumlah 250 responden, yang terdiri dari petani penggarap dan pemilik penggarap, pada sawah beririgasi teknis dan setengah teknis, yang proporsinya dipilih secara acak setiap strata, sesuai keragaman contoh petani kedelai.

Profil data responden model ekonomi rumahtangga petani kedelai di Indonesia terlihat seperti dibawah ini.

(2)

4.2. Perumusan Model dan Pros edur Analisis

Dalam perumusan model dan prosedur analisis, langkah- langkah yang perlu diperhatikan adalah spesifikasi model, identifikasi model, metode pendugaan, validasi mode l, da n simulasi kebijakan.

4.2.1. Spesifikasi Model

Model adalah suatu penjelasan fenomena aktual suatu sistem atau proses. Model ekonometrika merupakan gambaran dari fenomena aktual suatu sistem atau proses, yang mencakup satu atau lebih peubah penjelas (Intriligator, 1978). Model ekonometrika merupakan pola khusus dari model aljabar yang menyangkut unsur stokastik satu atau lebih jumlah pengganggu. Model penelitian ini adalah

Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai di Indonesia

DATA RESPONDEN

A. Berdasarkan Sistem Irigasi dan Skala Usahatani Sistem Irigasi NR Luas Lahan Garapan

<0.50Ha 0.5 –1.0Ha >1.00Ha

Penyakap Pemilik Penyakap Pemilik Penyakap Pemilik /Penyewa /Penggarap /Penyewa /Penggarap /Penyewa /Penggarap

1. Teknis 130 20 46 8 20 11 25

2.1/2Teknis/ 120 19 44 9 17 9 22

TadahHujan

3. Jumlah 250 39 90 17 37 20 47

B. Berdasarkan Sistem Irigasi dan Lokasi Usahatani Sistem Irigasi NR Lokasi Usahatani Kedelai

Jatim Jateng DIYogyakarta Jabar Lampung

Pasuruan Ponorogo Wonogiri GunungKidul Garut LampungTngh

SK KT BD JT EM WT KM PY KP WR TM SM 1. Teknis 130 20 20 11 11 2 2 12 12 2 2 18 18 2.1/2Teknis/ 120 2 2 9 9 18 18 8 8 19 19 4 4 TadahHujan 3. Jumlah 250 22 22 20 20 20 20 20 20 21 21 22 22 C. Profil Responden

1 Sistem Irigasi: Teknis : 1/2Teknis&TadahHujan = 52.0% : 48.0%. 2 Skala Usahatani: <0.50Ha : >0.50Ha = 51.6% : 48.4%.

3 Status Lahan: Pemilik/Penggarap : Penyakap/Penyewa = 69.6% : 30.4%.

4 LokasiUsahatani: Jatim = 33.6%; Jateng = 16%; DIY = 16%; Jabar = 16.8%; Lampung = 17.6%. 5 Nasional: Jatim: 43.9%; Jateng: 17.9%; DIY: 6.1%; Jabar: 2.7%; Lampung: 0.6%.

(3)

Agricultural/Farm Household Model (Singh et.al., 1986), yang berbeda dengan

model pasar komoditas industri yang dikemukakan oleh Hallam (1990) dan Labys (1975). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam kegiatan produksi dan konsumsi dianalisis sesuai model ekonometrika seperti pada Gambar.3.

Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomika (arah dan besaran parameter), uji-statistika, matematika, dan asumsi ekonometrika. Pada Gambar 3. memperlihatkan hubungan antar peubah endogen dan peubah eksogen, dimana terdapat keterkaitan antara tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran.

Pada prosedur analisis, model dirumuskan dalam bentuk sistem persamaan simultan. Peubah yang perlu dirumuskan dalam model adalah: luas areal panen dan produksi, sarana produksi, tenaga kerja, biaya usahatani, penerimaan dan pendapatan, pengeluaran konsumsi dan investasi, tabungan dan kredit pertanian.

4.2.1.1. Luas Areal Panen dan Produksi Kedelai

Luas areal panen kedelai (LAP) dipengaruhi oleh harga kedelai (HK), harga jagung (HJ), harga kacang-hijau (HKH), harga pupuk urea (HPU), asset total (AT), jumlah benih kedelai (JB), tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan pendapatan rumahtangga (PRT). Fungsi luas areal panen kedelai (LAP) adalah:

LAP = a0 + a1 HK + a2 HJ + a3 HKH + a4 HPU + a5 AT + a6 JB + a7 TKDK + a8 PRT + U (4.1) 1 dimana:

U1 merupakan peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

a1, a5, a6, a7, a8> 0 dan a2, a3, a4

PRO

< 0.

Produksi kedelai (PRO) dipengaruhi oleh harga benih kedelai (HB), harga pupuk SP36/TSP (HPS), harga ZPT (HZ), harga rhizoplus (HR), luas areal panen kedelai (LAP), kredit pertanian (KRE), dan penerimaan usahatani kedelai (PUK). Fungsi produksi kedelai (PRO) adalah:

= b0 + b1 HB + b2 HPS + b3 HZ + b4 HR + b5 LAP

+ b6 KRE + b7 PUK + U

(4.2)

2

dimana:

U2 merupakan peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

(4)

Gambar 3. Keterkaitan Tenaga Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani Kedelai

(5)
(6)

Keterangan Gambar:

Peubah Endoge n: Peubah Exoge n:

LAP = Luas Areal Panen Kedelai (Ha) HK = Harga Kedelai (Rp/Kg)

PRO = Produksi Kedelai (Kg) HG = Harga Gabah Kering Panen (Rp/Kg) JB = Jumlah Benih Kedelai (Kg) HJ = Harga Jagung (Rp/Kg)

JPU = Jumlah Pupuk Urea (Kg) HS = Harga Singkong (Rp/Kg) JPS = Jumlah Pupuk SP36/TSP (Kg) HU = Harga Ubi-Jalar (Rp/Kg) JPK = Jumlah Pupuk KCL/ZA (Kg) HKT = Harga Kacang-Tanah (Rp/Kg) JO = Jumlah Obat / Pestisida (Lt) HKH = Harga Kacang-Hijau (Rp/Kg) JZ = Jumlah Zat Perangsang Tumbuh (Lt) HB = Harga Benih Kedelai (Rp/Kg) JR = Jumlah Rhizoplus (Sachet) HPU = Harga Pupuk Urea (Rp/Kg) TKDK = TK DalamKeluarga Ut.Kedelai (HOK) HPS = Harga Pupuk SP36/TSP (Rp/Kg) TKLK = TK LuarKeluarga Ut.Kedelai (HOK) HPK = Harga Pupuk KCL/ZA (Rp/Kg) TKDN = TKDlmKeluarga UtNonKedelai(HOK) HO = Harga Obat / Pestisida (Rp/Lt) TKDL = TK DlmKeluarga NonUt.Lain (HOK) HZ = Harga Zat Perangsang Tumbuh(Rp/Lt) PNK = Pendapatan Ut.NonKedelai (Rp) HR = Harga Rhizoplus (Rp/Sachet)

PNL = Pendapatan NonUt. Lain (Rp) HTp = Harga Tempe Kedelai (Rp/0.50Kg) KPT = Konsumsi Pangan Total (Rp) HTh = Harga Tahu Kedelai (Rp/0.50Kg) KNP = Konsumsi NonPangan (Rp) HHK = Harga Rata-rata Hasil Kebun (Rp) IE = Investasi Pendidikan (Rp) HTI = Harga Rata-rata Hsl.Ternak/Ikan (Rp) IH = Investasi Kesehatan (Rp) UTKL = Upah TKLK Dibayarkan (Rp/HOK) IP = Investasi Produksi Pertanian (Rp) SB = Suku-Bunga Kredit (%/Th)

TAB = Tabungan (Rp) UM = Umur Petani (Th)

KRE = Kredit Pertanian (Rp) ED = Lama Pendidikan (Th)

TKK = Tenaga Kerja Kedelai (HOK) AKK = Angkatan Kerja Keluarga (Orang) TKD = Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HOK) AK = Anggota Keluarga (Orang) TKL = Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK) AT = Asset Total (Rp)

TK = Tenaga Kerja Total (HOK) PBB = Pajak Bumi & Bangunan (Rp)

CK = Curah Kerja Total (HOK) Kl = Konsumsi Lain NK/NP (Rp)

BS = Biaya SaranaProduksi Ut.Kedelai (Rp) Kk = Konsumsi Kedelai Total (Kg) BTK = Biaya TenagaKerja Ut.Kedelai (Rp) Tkln = TK LuarKeluarga UtNonKedelai(HOK) BUK = Biaya Usahatani Kedelai (Rp) Tkll = TK LuarKeluarga NonUt.Lain (HOK) PUK = Penerimaan Usahatani Kedelai (Rp) Ckl = Curah Kerja LuarKeluarga (HOK) PUKT = Pendapatan Ut.Kedelai Total (Rp) Jph = Jumlah Pupuk Hijau/Kandang (Kg) PRT = Pendapatan Rumahtangga Total (Rp) Da = Dummy Area (MilikSendiri=1) PD = Pendapatan Disposable (Rp) Di = Dummy Irigasi (Teknis&1/2T=1) KT = Konsumsi Rumahtangga Total (Rp) Dg = Dummy Gender (Laki2=1) IS = Investasi Sumberdaya (Rp) Ds = Dummy Skill (Tamat SD=1) INV = Investasi Rumahtangga Total (Rp) Hkpu = Rasio H.Kedelai dng H.Pupuk Urea BRT = Pengeluaran Rumahtangga Total (Rp) Hkps = Rasio HKedelai dng HPupukSp36/Tsp KJ = Kedelai Jual / Surplus Pasar (Kg) Hkpk = Rasio H.Kedelai dng H.Pupuk Kcl/Za PKp = Produktivitas Kedelai (Kg/Ha)

(7)

4.2.1.2. Penggunaan Sarana Produksi

Penggunaan sarana produksi terdiri dari jumlah benih kedelai, jumlah pupuk (Urea, SP36/TSP, KCL/ZA), dan jumlah pestisida (obat/pestisida, ZPT, rhizoplus). Jumlah benih kedelai (JB) dipengaruhi oleh harga benih kedelai (HB), harga ZPT (HZ), harga rhizoplus (HR), luas areal panen kedelai (LAP), kredit pertanian (KRE), dan penerimaan usahatani kedelai (PUK). Fungsi jumlah benih kedelai (JB) adalah: JB = c0 + c1 HB + c2 HZ + c3 HR + c4 LAP + c5 KRE + c6 PUK + U (4.3) 3 dimana:

U3 merupakan peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

c4, c5, c6 > 0 dan c1, c2, c3

JPU

< 0.

Jumlah penggunaan pupuk terdiri dari jumlah pupuk urea (JPU), jumlah pupuk SP36/TSP (JPS), dan jumlah pupuk KCL/ZA (JPK). Jumlah pupuk urea (JPU) dipengaruhi oleh rasio harga kedelai (HK) dengan harga pupuk urea (HPU) sebagai Hkpu, harga benih kedelai (HB), harga obat/pestisida (HO), harga ZPT (HZ), jumlah pupuk hijau/kandang (Jph), pendapatan non-kedelai (PNK), pendapa tan non-usahatani lain (PN L), dan penerimaan usahatani kedelai (PUK). Fungsi jumlah pupuk Urea (JPU) adalah:

= d0+ d1 Hkpu + d2 HB + d3 HO + d4 HZ + d5 Jph + d6PNK + d7 PNL + d8PUK + U (4.4) 4 dimana:

U4 merupakan peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

d1, d5, d6, d7, d8> 0 dan d2, d3, d4

JPS

< 0.

Jumlah pupuk SP36/TSP (JPS) dipengaruhi oleh rasio harga kedelai (HK) dengan harga pupuk SP36 /TSP (HSP) seba gai Hkp s, harga be nih (HB), harga ZPT (HZ), dummy area (Da), luas areal panen kedelai (LAP), tenaga kerja luar ke luarga (TK LK), da n pe ndapatan non-kede lai (PNK). Fungsi jumlah pupuk SP36/TSP (JPS) adalah: = e0 + e1 Hkps + e2 HB + e3 HZ + e4 Da + e5 LAP + e6 TKLK + e7 PNK + U (4.5) 5 dimana:

U5 merupakan peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

(8)

Jumlah pupuk KCL/ZA (JPK) dipengaruhi oleh rasio harga kedelai (HK) dengan harga pupuk KCL/ZA (HPK) sebagai Hkpk, harga benih kedelai (HB), harga obat/pestisida (HO), harga ZPT (HZ), jumlah pupuk hijau/kandang (Jph), luas areal panen kedelai (LAP), pendapatan non-kedelai (PNK), dan penerimaan usahatani kedelai (PUK). Fungsi jumlah pupuk KCL/ZA (JPK) adalah:

JPK = f0 + f1 Hkpk + f2 HB + f3 HO + f4 HZ + f5 f Jph + 6 LAP + f7 PNK + f8 PUK + U6 (4.6) dimana: U6 f

merupakan peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

1, f5, f6, f7, f8> 0 dan f2, f3, f4< 0.

Dengan demikian nilai pupuk pada usahatani kedelai merupakan perkalian dari jumlah pupuk urea, jumlah pupuk SP36/TSP, dan jumlah pupuk KCL/ZA, dengan harga pupuk urea (HPU), harga pupuk SP36/ TSP (HPS), da n harga pupuk KCL/ZA (HPK). Persamaan nilai pupuk pada usahatani kedelai adalah: NPK = ((JPU*HPU) + (JPS*HPS) + (JPK*HPK)).

Jumlah obat/pestisida (JO) dipengaruhi oleh harga obat/pestisida (HO), harga benih kedelai (HB), harga ZPT (HZ), harga rhizoplus (HR), jumlah pupuk hijau/ kandang (Jph), dummy irigasi (Di), pe ndapatan non-kedelai (PNK). dan penerimaan usahatani kedelai (PUK). Fungsi jumlah obat/pestisida (JO):

JO = G0 + g1 HO + g2 HB + g3 HZ + g4 HR + g5 g Jph + 6 Di + g7 PNK + g8 PUK + U7 (4.7) dimana:

U7 merupakan peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

g5, g6, g7, g8> 0 dan g1, g2, g3, g4< 0.

Jumlah zat perangsang tumbuh (JZ) dipengaruhi oleh harga zat perangsang tumbuh (HZ), harga benih kedelai (HB), harga obat/pestisida (HO), harga rhizoplus (HR), pendapatan non-kedelai (PNK), dan penerimaan usahatani kedelai (PUK). Fungsi jumlah zat perangsang tumbuh (JZ) adalah:

JZ = h0 + h1 HZ + h2 HB + h3 HO + h4 HR + h5 h PNK + 6 PUK + U8 (4.8) dimana: U8 h

merupakan peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

(9)

Jumlah pemakaian rhizoplus (JR) dipengaruhi oleh harga rhizoplus (HR), harga benih kedelai (HB), harga pupuk Urea (HPU), harga obat/pestisida (HO), harga ZPT (HZ), jumlah pupuk hijau/kandang (Jph), luas areal panen kedelai (LAP), dan pendapatan rumahtangga (PRT). Fungsi jumlah rhizoplus (JR) adalah:

JR = i0 + i1 HR + i2 HB + i3 HPU + i4 HO + i5 HZ +

i6 Jph + i7 LAP + i8 PRT + U9

(4.9) dimana:

U9 merupakan peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

i6, i7, i8> 0 dan i1, i2, i3, i4, i5

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani kedelai (TKDK), dipengaruhi oleh upa h tenaga kerja luar keluarga (UTKL), umur petani (UM), lama pendidikan (ED), angkatan kerja keluarga (AKK), dummy gender (Dg), luas

< 0.

Dengan demikian nilai obat/pestisida pada usahatani kedelai merupakan perkalian dari jumlah obat/pestisida (JO), jumlah ZPT (JZ), dan jumlah rhizoplus (JR), dengan harga obat/pestisida (HO), harga ZPT (HZ), dan harga rhizoplus (HR). Persamaan nilai obat/pestisida adalah sebagai berikut:

NOK = ((JO*HO) + (JZ*HZ) + (JR*HR)).

4.2.1.3. Penggunaan Tenaga Kerja

Bagi dan Singh (1974) membagi pengerjaan tenaga kerja menjadi tenaga kerja dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Dari sisi permintaan, untuk usahatani milik sendiri, maka pengerjaan tenaga kerja dalam keluarga dapat dibagi menjadi usahatani kedelai, usahatani kedelai (padi dan palawija non-kedelai), dan non-usahatani lain (kebun, ternak/ikan, warung, ojek, tukang). Jumlah tenaga kerja dari luar keluarga untuk usahatani milik sendiri, terdiri dari usahatani kedelai, usahatani non-kedelai, dan non-usahatani lainnya.

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (TKD) terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga usahatani kedelai (TKDK), tenaga kerja dalam keluarga usahatani non-kedelai (TKDN) dan tenaga kerja dalam keluarga non-usahatani lain (TKDL). Jumlah tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani milik sendiri sama dengan curah kerja dalam keluarga pada usahatani milik sendiri (TKD = CKD).

(10)

areal panen kedelai (LAP), jumlah pupuk SP36/TSP (JPS), dan tabungan (TAB). Fungsi tenaga kerja dalam keluarga usahatani kedelai (TKDK):

TKDK = j0 + j1 UTKL + j2 UM + j3 ED + j4 AKK + j5 j Dg + 6 LAP + j7 JPS + j8 TAB + U (4.10) 10 dimana: U10 j

adalah peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

4, j5, j6, j7, j8> 0 dan j1, j2, j3< 0.

Penggun aan tenaga kerja luar ke luarga atau bur uh upa han untuk usahatani kedelai (TKLK), dipengaruhi oleh upah tenaga kerja luar keluarga (UTKL), umur petani (UM), pendidikan petani (ED), dummy skill (Ds), tenaga kerja dalam ke luarga non- usahatani lain (TKDL), jumlah pupuk SP36/TSP (JPS), dan penerimaan usahatani kedelai (PUK). Fungsi tenaga kerja luar keluarga usahatani kedelai (TK LK) adalah: TKLK = k0 + k1 UTKL + k2 UM + k3 ED + k4 k Ds + 5 TKDL + k6 JPS + k7 PUK + U (4.11) 11 dimana: U11 k

adalah peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

4, k6, k7> 0 dan k1, k2, k3, k5 < 0.

Penjumlahandaritenagakerjadalamkeluargausahatanikedelai (TKDK)

dengantenagakerjaluarkeluargausahatanikedelai (TKLK), merupakanjumlahtenagakerjausahatanikedelai total (TKK), yaitu:

TKK = TKDK + TKLK (4.12)

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga usahatani non-kedelai (TKDN), dipengaruhi oleh upah tenaga kerja luar keluarga (UTKL), harga kedelai (HK), angkatan kerja keluarga (AKK), tenaga kerja luar keluarga usahatani kedelai (TKLK), pe ndapatan non-kedelai (PNK), dan tabungan (TAB). Fungsi tenaga kerja dalam keluarga usahatani non-kedelai (TKDN) adalah:

TKDN = l0 + l1 UTKL + l2 HK + l3 AKK + l4 TKLK + l5 PNK + l6 TAB + U (4.13) 12 dimana: U12 l

adalah peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

2, l3, l5, l6> 0 dan l1, l4< 0.

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga non-usahatani lain (TKDL), dipengaruhi oleh upah tenaga kerja luar keluarga (UTKL), umur petani (UM),

(11)

pendidikan petani (ED), tenaga kerja luar keluarga usahatani kedelai (TKLK), pendapa tan non- usahatani lain (PNL), dan pendapatan usahatani kedelai total (PUKT). Fungsi tenaga kerja dalam keluarga non-usahatani lain (TKDL):

TKDL = m0 + m1 UTKL + m2 UM + m3 ED + m4 TKLK +

m5 PNL + m6 PUKT + U

(4.14)

13

dimana:

U13 adalah peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

m5, m6> 0 dan m1, m2, m3, m4

TKD

< 0.

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani sendiri (TKD) merupakan penjumlahan dari tenaga kerja dalam keluarga usahatani kedelai (TKDK), dan tenaga kerja dalam keluarga usahatani non-kedelai (TKDN), serta tenaga kerja dalam keluarga non-usahatani lain (TKDL). Jumlah tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani milik sendiri (TKD) sama dengan curah kerja dalam keluarga pada usahatani milik sendiri (CKD). Persamaan dari tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani milik sendiri (TKD), yaitu:

= TKDK + TKDN + TKDL (4.15)

Penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani milik sendiri (TKL) merupakan penjumlahan dari tenaga kerja luar keluarga usahatani kedelai (TKLK), dan tenaga kerja luar keluarga usahatani non-kedelai (Tkln), serta tenaga kerja luar keluarga non- usahatani lain (Tkll). Persamaan dari tenaga kerja luar keluarga pada usahatani milik sendiri (TKL), yaitu:

TKL = TKLK + Tkln + Tkll (4.16)

Jadi penggunaan tenaga kerja total pada usahatani milik sendiri (TK) merupakan penjumlahan dari tenaga kerja dalam keluarga (TKD) dengan tenaga kerja luar keluarga (TKL). Persamaan jumlah tenaga kerja total (TK), yaitu:

TK = TKD+ TKL (4.17)

Pencurahan tenaga kerja dalam keluarga total merupakan penjumlahan dari tenaga kerja dalam keluarga pada usaha milik sendiri (TKD), ditambah curah kerja dalam keluarga pada usaha milik orang lain (Ckl), yaitu:

(12)

4.2.1.4. Biaya Usahatani

Biaya sarana produksi usahatani kedelai (BS) merupakan penjumlahan dari biaya benih atau jumlah benih kedelai dikalikan harga benih kedelai, ditambah nilai pupuk dan nilai obat/pestisida (NPK+NOK). Nilai pupuk (NPK) atau biaya pupuk adalah jumlah pupuk Urea, SP36/TSP, dan KCL/ZA, dikalikan dengan harga pupuk Urea, SP36/TSP, dan KCL/ZA. Nilai obat/pestisida (NOK) atau biaya obat/pestisida adalah jumlah obat/pestisida, ZPT, dan rhizoplus, dikalikan harga obat/pestisida, ZPT, dan rhizoplus. Masing- masing biaya merupakan perkalian dari jumlah penggunaan input dengan harga input. Persamaan biaya sarana produksi usahatani kedelai (BS), yaitu:

BS = ((JB*HB))+((JPU*HPU)+(JPS*HPS)+(JPK*HPK)) + ((JO*HO)+(JZ*HZ)+(JR*HR))

(4.19)

Biaya tenaga kerja usahatani kedelai (BTK) merupakan perkalian dari tenaga kerja luar keluarga usahatani kedelai (TKLK) dengan upah tenaga kerja luar ke luarga (UTK L), yang merupaka n upa h yang diba yarka n. Persamaan biaya tenaga kerja usahatani kedelai (BTK), yaitu:

BTK = (TKLK * UTKL) (4.20)

Biaya usahatani kedelai total (BUK) merupakan penjumlahan dari biaya sarana produksi usahatani kedelai (BS) dengan biaya tenaga kerja usahatani kedelai (BTK). Persamaan biaya usahatani kedelai total (BUK), yaitu:

BUK = BS + BTK (4.21)

4.2.1.5. Pendapatan Rumahtangga

Penerimaan usahatani kedelai (PUK) merupakan perkalian dari produksi kedelai (PRO) dengan harga kedelai (HK). Persamaan penerimaan usahatani kedelai (PUK), yaitu:

(13)

Jadi pendapatan usahatani kedelai total (PUKT) adalah selisih antara penerimaan usahatani kedelai (PUK) dengan biaya usahatani kedelai total (BUK). Persamaan pendapatan usahatani kedelai total (PUKT), yaitu:

PUKT = PUK – BUK (4.23)

Pendapa tan usahatani non-kedelai (PNK) dipengaruhi oleh harga kacang-tanah (HKT), asset total (AT), pendapatan non-usahatani lain (PN L), pendapatan usahatani kedelai total (PKT), tabungan (TAB), dan kredit pertanian (KRE). Fungsi pendapatan usahatani non-kedelai (PNK) adalah:

PNK = n0 + n1 HKT + n2 PNL + n3 PUKT + n4 TAB +

n5 KRE + U

(4.24)

14

dimana:

U14 adalah peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

n1, n4, n5> 0 dan n2, n3

PNL

< 0.

Pendapa tan non-usahatani lain (PNL) dipengaruhi oleh harga tempe kedelai (HTP), harga rata-rata hasil ternak/ikan (HTI), asset total (AT), pendapatan usahatani non-kedelai (PNK), pendapatan usahatani kedelai total (PUK T), tabungan (TAB), dan kredit pertanian (KRE). Fungsi pendapatan non- usahatani lain (PN L) adalah: = o0 + o1 HTP + o2 HTI + o3 AT + o4 PNK + o5 PUKT + o6 TAB + o7 KRE + U (4.25) 15 dimana:

U15 adalah peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

o1, o2, o3, o6, o7> 0 dan o4, o5

PRT

< 0.

Pendapatan rumahtangga petani (PRT) adalah penjumlahan dari pendapatan usahatani kedelai total (PUKT), pendapatan usahatani non-kedelai (PNK), dan pendapa tan non-usahatani lain (PNL). Persamaan pendapatan rumahtangga petani (PRT) dapat dirumuskan sebagai be rikut :

= PUKT + PNK + PN L (4.26)

Pendapa tan disposable (PD) merupakan pendapatan rumahtangga petani (PRT) dikurangi pajak bumi dan bangunan serta iuran lainnya (Pbb). Persamaan pendapatan disposable (PD) dapat dirumuskan sebagai berikut:

(14)

PD = PRT – Pbb (4.27)

4.2.1.6. Pengeluaran Konsumsi

Konsumsi pangan secara tunai merupakan perkalian dari konsumsi kedelai pangan dengan harga kedelai (KPT=KKP*HK). Konsumsi total rumahtangga (KT) merupakan penjumlahan dari konsumsi pangan secara tunai (KPT), dan konsumsi non-pangan (KNP), serta konsumsi lain (Kl). Konsumsi pangan tunai (KPT) dipengaruhi oleh harga jagung (HJ), jumlah anggota keluarga (AK), konsumsi kedelai (KK), konsumsi non-pangan (KNP), dan kredit pertanian (KRE). Fungsi konsumsi pangan tunai (KPT) adalah:

KPT = p0 + p1 HJ + p2 AK + p3 KK + p4 KNP + p5 + U KRE (4.28) 16 dimana: U16 p

adalah peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

2, p3, p5 > 0 dan p1, p4< 0.

Konsumsi non-pangan (KNP) dipengaruhi oleh umur petani (UM), jumlah anggota keluarga (AK), konsumsi pangan tunai (KPT), pendapatan non- usahatani lain (PNL), dan konsumsi rumahtangga total (K T). Fungsi konsumsi non-pangan (KNP) adalah: KNP = q0 + q1 UM + q2 AK + q3 KPT + q4 PNL + q5 KT + U (4.29) 17 dimana: U17 q

adalah peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

1, q2, q4, q5 > 0 dan q3< 0.

Dengan demikian konsumsi rumahtangga total (KT) merupakan penjumlahan dari konsumsi pangan tunai (KPT), konsumsi non-pangan (KNP), dan konsumsi lain (K l). Persamaan konsumsi rumahtangga total (KT), yaitu:

KT = KPT + KN P + Kl (4.30)

(15)

Investasi rumahtangga total (INV) terdiri dari investasi sumberdaya (IS) dan investasi produksi pertanian (IP). Investasi sumberdaya (IS) terdiri dari investasi pendidikan (IE) dan investasi kesehatan (IH). Investasi pendidikan (IE) dipengaruhi oleh harga kede lai (HK), harga singko ng (HS), harga ubi-jalar (HU), harga rata-rata hasil ternak/ikan (HTI), harga rata-rata hasil kebun (HHK), umur petani (UM), pendidikan petani (ED), jumlah anggota keluarga (AK), investasi produksi pertanian (IP), pendapatan non- usahatani lain (PNL), dan investasi rumahtangga total (INV). Fungsi investasi pendidikan (IE):

IE = r0 + r1 HK + r2 HS + r3 HU + r4 HTI + r5 HHK + r6 UM + r7 ED + r8 AK + r9 IP + r10 PNL + r11 INV + U (4.31) 18 dimana:

U18 adalah peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

r1, r2, r3, r4, r5, r6, r7, r8, r10, r11> 0 dan r9

IH

< 0.

Investasi kesehatan (IH) dipe ngaruhi oleh harga gaba hKP (HG), harga tahu (HTH), investasi produksi pertanian (IP), kredit pertanian (KRE), dan investasi rumahtangga total (INV). Fungsi investasi kesehatan (IH) adalah:

= s0 + s1 HG + s2 HTH + s3 IP + s4 KRE + s5 INV

+ U

(4.32)

19

dimana:

U19 adalah peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

s1, s2, s4, s5> 0 dan s3

IP

< 0.

Investasi produksi pertanian (IP) merupakan pengeluaran investasi untuk alat-alat pertanian, yang dipengaruhi oleh asset total (AT), investasi sumberdaya (IS), produksi kedelai (PRO), dan pendapatan rumahtangga petani (PRT). Fungsi investasi produksi pertanian (IP) adalah:

= t0 + t1 AT + t2 IS + t3 PRO + t4 PRT + U20 (4.33)

dimana:

U20 adalah peubah pengganggu. N ilai parameter dugaan yang diharapkan:

t1, t3, t4> 0 dan t2< 0.

Jumlah investasi sumberdaya (IS) adalah penjumlahan dari investasi pendidikan (IE) dan investasi kesehatan (IH). Persamaan investasi sumberdaya (IS), yaitu:

(16)

IS = IE + IH (4.34) Jumlah investasi rumahtangga total (INV) merupakan penjumlahan dari investasi sumberdaya (IS) dan investasi produksi pertanian (IP). Persamaan investasi rumahtangga total (INV) dapat dirumuskan sebagai berikut:

INV = IS + IP (4.35)

Jadi pengeluaran rumahtangga petani (BRT) adalah penjumlahan dari konsumsi rumahtangga (KT) dengan investasi rumahtangga (INV). Persamaan pengeluaran rumahtangga petani (BRT) dapat dirumuskan sebagai berikut:

BRT = KT + IN V (4.36)

4.2.1.8. Tabungan

Tabungan (TAB) dipengaruhi oleh suku-bunga kredit (SB), harga rata-rata hasil ternak/ikan (HTI), dan pendapatan disposable (PD). Fungsi tabungan (TAB) adalah:

TAB = u0 + u1 SB + u2 HTI + u3 PD + U21 (4.37)

dimana: U21

u

adalah peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

2, u3> 0 dan u1< 0.

4.2.1.9. Kredit Pertanian

Kredit pertanian (K RE) dipengaruhi oleh suku-bunga kredit (SB), harga kedelai (HK), asset total (AT), tabungan (TAB), produksi kedelai (PRO), dan investasi kesehatan (IH). Fungsi kredit pertanian (KRE) adalah:

KRE = v0 + v1 SB + v2 HPU + v3 HO + v4 JPH + v5 v TAB + 6 JB + v7 KT + v8 IH + U (4.38) 22 dimana: U22 v

adalah peubah pengganggu. Nilai parameter dugaan yang diharapkan:

1, v4, v5, v6, v7, v8> 0 dan v2, v3< 0.

(17)

Konsumsi kedelai benih terdiri dari jumlah benih yang digunakan/ditanam, ditambah jumlah benih yang dibeli di pasar/toko/koperasi, ditambah jumlah benih yang disimpan atau sisa/residu. Konsumsi kedelai total (Kk) merupakan penjumlahan dari konsumsi kedelai benih (KKB), konsumsi kedelai pangan (KKP=KPT/HK), dan konsumsi kedelai lain (KKL). Surplus pasar atau marketed

surplus usahatani kedelai merupakan jumlah kedelai yang dijual oleh petani ke

pasar (KJ), yaitu selisih antara produksi kedelai (PRO) dengan ko nsumsi kedelai total (Kk). Persamaan kedelai jual petani sebagai surplus pasar (KJ), yaitu:

KJ = PRO – Kk (4.39)

Sebagai tambahan adalah persamaan produktivitas kedelai, yang merupakan rasio dari jumlah produksi kedelai (PRO) dengan luas areal panen kedelai (LAP) da lam ukuran ton per- hektar. Persamaan produktivitas kedelai (PKp), yaitu:

PKp = (PRO / LAP) (4.40)

4.2.2. Identifikas i Model

Dalam identifikasi model terdapat dua syarat, yaitu syarat keharusan (necessary) da n syarat kecukupa n (sufficiency). Identifikasi model ditentukan berdasarkan kondisi order da n rank, dimana ko ndisi order dilihat dari kriteria (K–M) yang lebih besar dari (G–1) atau over-identified, dimana K adalah jumlah peubah dalam model, M adalah jumlah peubah dalam persamaan, dan G adalah jumlah persamaan dalam model atau peubah endogen. (K–M) merupakan jumlah peubah yang tidak ada dalam satu persamaan struktural tetapi terdapat pada persamaan struktural lainnya. Sedangkan kondisi rank ditentukan oleh determinan turunan persamaan struktural yang nilainya tidak sama dengan nol atau berpangkat penuh (Koutsoyiannis, 1978). Model yang over-identified, akan menghasilkan perkiraan untuk parameter persamaan struktural atau perilaku.

Identifikasi mode l struktural perlu memperhatikan beberapa hal seperti pendapat Intriligator (1980), yaitu: (1) jumlah current endogenous variables dalam model atau G, (2) jumlah current endogenous variables pada setiap persamaan atau g, (3) jumlah pre-determined variables dalam model atau K, dan (4) jumlah pre-determined variables pada setiap persamaan atau k.

(18)

Jika (G–g) + (K–k) ≥ (G–1) atau (K–k) ≥ (g–1) disebut persamaan

over-identified, yang terdiri dari persamaan dengan beberapa nilai parameter dalam

persamaan struktural. Dalam studi ini terdapat 40 persamaan, yaitu 22 persamaan struktural dan 18 persamaan identitas, yang terdiri dari 40 peubah endo gen da n 39 pe ubah eksogen, serta menghasilka n pe rsamaan over-identified.

4.2.3. Estimasi Model

Berdasarkan hasil identifikasi model, metode pendugaan yang digunakan adalah Two Stage Least Squares (2SLS), sesuai dengan tujuan penelitian ini. Jika hasil analisis tenaga kerja, pendapatan, dan pengeluaran, terdapat kovarian antar kesalahan pengganggu, dimana setiap persamaan tidak sama dengan nol, maka tidak terjadi oto-korelasi atau serial korelasi, dan peubah pre-determined tidak terjadi kolinearitas berganda sempurna. Metode Three Stage Least Squares (3SLS) dianjurkan oleh Zellner et.al. (1962), dimana 3SLS lebih efisien dari Two

Stage Least Squares (2SLS). Hanya saja metode 3SLS memerlukan akurasi yang

tinggi, karena sangat peka terhadap kesalahan spesifikasi model dalam simulasi kebijakan, sehingga penelitian ini menggunakan metode 2SLS.

Dalam sistem persamaan yang over-identified, pendugaan dengan metode 2SLS dilakukan untuk menghindari simultaneous-equation bias, dimana setiap persamaan strukturalnya dapat diduga secara parsial. Jika setiap persamaan struktural diduga dengan metode OLS (ordinary least-square), setiap peubah endo gen yang menjadi pe uba h pe nduga digant i de ngan nilai dugaan pe uba h tersebut pada proses pertama, sehingga diperoleh parameter dugaan setiap persamaan struktural. Dalam metode 2SLS maka hubungan antar peubah pengganggu digunakan untuk menduga parameter dugaan setiap persamaan struktural, dimana peubah pengganggu diperoleh dari dugaan pada tahap 2SLS dalam bentuk kovarian. Jika hasil kovarian peubah pengganggu sangat kuat atau tinggi, maka metode 3SLS lebih efisien daripada metode 2SLS. Tetapi metode 3SLS sangat peka pada spesifikasi modelnya, sehingga digunakan metode 2SLS.

(19)

4.2.4. Validasi Model

Untuk mengukur sejauh mana model yang dibangun mampu menjelaskan fenomena yang sebe narnya atau ke jadian ya ng nyata, maka perlu dilakukan validasi model. Pada model persamaan simultan yang sahih (valid), dapat dilakukan berbagai peramalan dan simulasi kebijakan. Tujuannya untuk membandingkan data aktual dengan data prediksi peubah endogen. Semakin dekat hasil dugaan dengan data aktualnya, maka modelnya semakin valid. Dalam validasi model menggunakan kriteria statistika yang pas atau cocok (fit) seperti halnya kriteria statistika koe fisien U-Theil (Theil's Inequality Coefficient). Penggunaan model ekonometri yang baik dapat dilihat secara teoritis pada Intriligator (1978) dan secara empiris pada Sinaga (1989) untuk kasus industri produk kayu di Indonesia.

Perumusan nilai U-Theil, adalah sebagai berikut:

2 i i 2 2 i i (1 / n)* (P - A ) U = [ (1 / n)* (P ) + (1 / n)* (A ) ] dimana: n = jumlah observasi,

Pi = nilai prediksi pada persamaan model, dan

Ai = nilai aktual pengamatan contoh.

Semakin kecil nilai U-Theil, semakin baik pendugaan modelnya. Kriteria statistika U-Theil digunakan dalam penelitian ini, seperti pendapat Pindyck dan Rubinfeld (1991), d imana nilai U-Theil adalah antara 0.0 dan 1.0. Jika nilai U=0, pendugaan modelnya bagus, dan jika nilai U=1, berarti naif. Dalam hal ini, proporsi inequa lity dibagi menjadi tiga ko mpo nen, yaitu: propo rsi bias Um,

proporsi varian Us, dan proporsi kovarian Uc, dimana jumlahnya adalah satu.

Idealnya, validasi model menghasilkan Um=Us=0 dan Uc=1.

Untuk kesalahan rata-rata kuadrat terkecil dapat dinyatakan dalam komponen proporsi bias Um, proporsi regresi Ur, dan proporsi varian residual Ud,

dimana jumlahnya adalah satu. Model yang baik nilai Um da n Ur kecil, dan nilai

Ud

Validasimode l juga didasarkan pada koe fisiendeterminasi (R mendekati satu, sehingga tidak bias.

2

). Semakintingginilai R2, semakin besar variasiperubahanpeubahendogen yang

(20)

dapatdijelaskanolehpeubahpre-determined. Koefisiendeterminasi yang disesuaika n (Adj-R2) dikatakanbaik, jikanilainyamendekatikoe fisiendeterminasi

(R2). Validasi dan

simulasimode lkebijakandalampenelitianinimenggunakanmetodesolusi Newton (SAS, 1993; 1982).

4.2.5. Simulas i Model

Dalam simulasi kebijakan pada persamaan simultan, dapat dilakukan perubahan kenaikan harga output sebesar 25% dan 37.5% serta kenaikan harga input sebesar 10% dan 15%, agar dapat menutup kenaikan harga-harga di Indo nesia yang pada tahun 2011 sekitar 10%. Dengan demikian kebijakan pemerintah diarahkan untuk meningkatkan harga dasar padi dan palawija serta menghapuskan subsidi pupuk, yang mendorong kenaikan harga output dan menekan harga input agar menurun di tingkat petani.

Alternatif skenario kenaikan harga output sebesar 25% dan 37.5% serta harga input sebesar 10% dan 15% adalah:

1. Kenaikanhargakedelai 25% dan 37.5%

2. Kenaikanhargakedelai 25% denganhargagabahkeringpanen 15%.

3. Kenaika n hargakedelai 25% denganhargagabahkeringpanen 15% sertaupah tenaga kerja luar ke luarga 10% .

4. Kenaikanhargakedelai 25% denganhargasaranaproduksi: (a) benihkedelai, (b) pupuk, (c) obat/pestisida, masing- masingsebesar 10%.

5. Kenaikan harga kedelai 25% dengan hargagabahkeringpanen 15%, upa h tenaga kerja luar keluarga 10%, dan harga sarana produksi (benih kedelai, pupuk, pestisida) 10%.

6. Kenaikan harga kedelai hingga 37.5% dengan harga sarana produksi (benih kedelai, pupuk, pestisida) 10%.

(21)

7. Kenaikan harga kedelai hingga 37.5% dengan harga gabah kering panen 15%, upah tenaga kerja luar keluarga 10%, dan harga sarana produksi (benih kedelai, pupuk, pestisida) 10%.

Gambar

Gambar 3.  Keterkaitan  Tenaga Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran  Rumahtangga Petani Kedelai

Referensi

Dokumen terkait

H1d Corporate sosial responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan Kepemilikan Manajemen Kepemilikan Institusional Kepemilikan Keluarga Corporate Sosial

 Sifat  standar  briket  terdaftar  sebagai

Kinerja.. Berdasarkan Gambar 1.2 di atas dapat diketahui bahwa budaya organisasi yang terdiri dari enam faktor, yaitu: inovasi dan pengambilan resiko, perhatian

Berdasarkan hasil review HAZOP yang dilakukan pada hydrofinishing plant high pressure , potensi bahaya yang memiliki risiko tertinggi yaitu berupa pelepasan gas

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di SMK Bina Insan Mandiri Jakarta Barat yang berjumlah 44 orang, karena relatif sedikit jumlah populasi, maka

Berdasarkan hasil perhitungan uji anova untuk kadar hemoglobin, ternyata nilai F hit (7,058) &gt; F tab (3,06), sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan infus rimpang

Dari analisa hubungan kondisi jahitan luka dengan tanda REEDA diperoleh 25 dari 46 responden (54,3 %) kondisi jahitan luka tidak baik sehingga ditemukan tanda

biaya langsung dan tidak langsung dari produk jasa pelatihan SDM yang dilakukan Pumping Learning Center, menganalisis objek biaya pada produksi sebuah training yang dilakukan