• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah karya ilmiah. Terdapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah karya ilmiah. Terdapat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah karya ilmiah. Terdapat beberapa penelitian yang memiliki kemiripan dengan penilitian ini.

Margaretha Evi Yuliana (UNS, 2004) meneliti untuk skripsinya yang berjudul “Konflik Tokoh-Tokoh Utama Novel Ca-Bau-Kan Karya Remi Sylado: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konflik yang dialami tokoh utama dalam novel ini mempengaruhi sikap dan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan, adanya perbedaan atau salah paham dan adanya sasaran yang sama-sama dikejar oleh kedua belah pihak sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku masyarakat dalam bentuk tindakan menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat.

Penelitian lain dilakukan oleh Tri Wijayanti (UMS, 2005) dengan judul skripsinya “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur Karya Muhidin M. Dahlan: Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil penelitiannya menyimpulkan (1) Nidah Kirani mengalami konflik batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar fisiologis yakni kebutuhan akan pakaian, seks, dan makanan; (2) Nidah Kirani mengalami konflik batin karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman yakni selalu merasakan ketakutan dan seolah-olah berada dalam keadaan terancam; (3) Konflik batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki yakni Nidah Kirani tidak memperoleh rasa cinta dan memiliki dari pos jamaah dan Da’arul Rakhiem; (4) Konflik batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan harga diri yakni tidak adanya penghargaan atas perjuangannya dan dedikasinya terhadap pos jamaah dan juga kehilangan keperawannya oleh Da’arul Rakhiem, dan; (5) Konflik batin karena tidak

(2)

terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri yakni Nidah Kirani tidak mendapat kepuasan intelektual dan mengalami penurunan pengembangan motivasi diri.

Penelitian lain dilakukan oleh Astin Nugraheni (UMS, 2006) dengan judul skripsinya “Konflik Batin Tokoh Zaza dalam Novel Azalea Jingga Karya Naning Pranoto: Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa konflik yang dialami tokoh utama bernama Zaza yakni Zaza harus dihadapkan pada dua pilihan yang berat antara kesetiaan serta kecintaan seorang istri terhadap suaminya, dan kenyataan pahit yang harus dihadapi bahwa suaminya telah beristri tanpa sepengetahuan Zaza sebelumnya sehingga membuat adanya beberapa konflik batin dalam dirinya.

Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian terdahulu, terdapat persamaan dalam penelitian yaitu, membahas konflik batin dan juga sama-sama menggunakan pendekatan psikologi. Akan tetapi, terdapat perbedaan dalam penelitian ini yaitu dari perkembangan konflik batin. Penelitian terdahulu kebanyakan meneliti konflik batinnya saja dari tokoh. Objek dari penelitian juga berbeda yaitu novel 2, maka dapat dilihat bahwa orisinilitas penelitian dengan judul “Perkembangan Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel ‘2’Karya Donny Dhirgantoro Kajian Psikologi Sastra” dapat dipertanggungjawabkan.

B. Landasan Teori

1. Konflik Batin dalam Psikologi

Konflik timbul dalam situasi dimana terdapat dua atau lebih kebutuhan, harapan, keinginan dan tujuan yang tidak bersesuaian saling bersaing dan menyebabkan suatu organisme merasa ditarik ke arah dua jurusan yang berbeda sekaligus, dan menimbulkan perasaan yang sangat tidak enak (Davidoff, 1991: 178). Konflik dapat terjadi di dalam diri individu (internal) dan di luar diri individu (eksternal).

(3)

Tujuan-tujuan yang saling bertentangan berada dalam diri individu itu sendiri, misalnya seseorang yang lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga puritan (mementingkan kesucian diri dan disiplin ketat) mungkinakan merasa terperangkap antara dorongan nafsu yang dimilikinya dengan norma atau aturan moral yang dianutnya. Konflik eksternal (dari luarindividu) terjadi bila dua atau lebih pilihan berada diluar individu yang mengalami suatu konflik, misalnya seseorang yang mengalami kesulitan memilih antara dua kegiatan yang sama-sama dianggap penting (Davidoff, 1991: 187). Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam sastra diartikan bahwa konflik merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya (Alwi dkk, 2005: 587).

Menurut Dirgagunarsa (2007) pada umumnya konflik dapat dikenali karena beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:

a. Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi.

b. Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan.

c. Konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Kesimpulannya, konflik adalah suatu masalah yang dialami dua orang atau lebih karena perselisihan atau perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan yang lain sehingga saling terganggu diantaranya.

2. Perkembangan Manusia

Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistimatis,

(4)

progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)” (Yusuf, 2011:15).

Perkembangan dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menekankan dan mengutamakan untuk menyelidiki kegiatan jiwa anak pada periode-periode pertumbuhan dan perkembangannya di dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar, dari masa bayi sampai mencapai kedewasaan (Fudyartanta, 2012:3).

Makna pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang besifat terus menerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih kompleks dan lebih berdiferensiasi, jadi berbicara soal perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan. Untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi pada diri seorang anak dalam proses perkembangan, maka perlu dipahami tentang aspek-aspek perkembangan.

a. Aspek-Aspek pertumbuhan dan Perkembangan

1) Pertumbuhan dan perkembangan fisik yaitu perubahan dalam ukuran tubuh, proporsi anggota badan, tampang, dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem tubuh seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik), serta kesehatan.

2) pertumbuhan dan Perkembangan kognitif yaitu perubahan yang bervariasi dalam proses berpikir dalam kecerdasan termasuk didalamnya rentang perhatian, daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas, dan keunikan dalam menyatakan sesuatu dengan mengunakan bahasa.

3) pertumbuhan yang seimbang dengan perkembangan sosial-emosional yaitu perkembangan berkomunikasi secara emosional, memahami diri sendiri, kemampuan untuk memahami

(5)

perasaan orang lain, pengetahuan tentang orang lain, keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, menjalin persahabatan, dan pengertian tentang moral.

Harus dipahami dengan sungguh-sungguh bahwa ketiga aspek perkembangan itu merupakan satu kesatuan yang utuh (terpadu), tidak terpisahkan satu sama lain. Setiap aspek perkembangan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek lainnya. Sebagai contoh perkembangan fisik seorang anak seperti meraih, duduk, merangkak, dan berjalan sangat mempengaruh terhadap perkembangan kognitif anak yaitu dalam memahami lingkungan sekitar saat ia berada. Ketika seorang anak mencapai tingkat perkembangan tertentu dalam berpikifr (kognitif) dan lebih terampil dalam bertindak, maka akan mendapat respon dan stimulasi lebih banyak dari orang dewasa, seperti dalam melakukan permaianan, percakapan dan berkomunikasi sehingga anak dapat mencapai keterampilan baru (aspek sosial-emosional). Hal seperti ini memperkaya pengalaman dan pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya semua aspek perkembangan secara menyeluruh. Dengan kata lain perkembangan itu tidak terjadi secara sendiri-sendiri.

b. Prinsip-prinsip Perkembangan

1) Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never ending process)

Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.

2) Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi

Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya

(6)

mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.

3) Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu

Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.

4) Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan

Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).

5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas

Prinsip ini dapat dijelaskan sebagai berikut: sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara. Pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).

6) Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan

Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.

Perkembangan berdasarkan psikologis sering dikatakan masa perpindahan dari fase yang satu ke fase yang lain dalam perkembangannya. Dalam hal ini para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila

(7)

perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evolusi, maka pada masa kegoncangan itu evolusi berubah menjadi revolusi.

Kegoncangan psikis itu dialami hampir oleh semua orang, karena itu, dapat digunakan sebagai ancar-ancar perpindahan dari masa yang satu ke masa yang lain dalam proses perkembangan. Selama masa perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu pada tahun ketiga atau keempat, dan pada permulaan masa pubertas (Yusuf, 2011:17-18).

c. Fase-fase Perkembangan 1) Masa Anak-anak

Masa anak-anak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat saat individu relatif tidak berdaya dan bargantung pada orang lain. Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual (Hurlock, 1980: 108).

Masa anak-anak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan tertentu. Terdapat tiga alasan. Pertama, anak sedang mengulang-ngulang dan karenanya dengan senang hati mau mengulang suatu aktivitas sampai mereka terampil melakukannya. Kedua, anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak terhambat oleh rasa takut kalau dirinya mengalami sakit atau diejek teman-temannya sebagaimana ditakuti anak yang lebih besar. Dan ketiga, anak belia mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih sangat lentur dan keterampilan yang dimiliki baru sedikit sehingga keterampilan yang baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada.

(8)

Masa anak-anak dapat dianggap sebagai “saat belajar” untuk belajar keterampilan. Apabila anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, perkembangannya sudah memungkinkan dan ingin melakukannya karena berkembangnya keinginan untuk mandiri, maka mereka tidak saja akan kurang memiliki dasar keterampilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanyatetapi juga akan kurang memiliki motivasi untuk mempelajari pelbagai keterampilan pada saat diberi kesempatan (Hurlock, 1980: 111)

2) Masa Puber dan Remaja

Masa puber adalah masa yang unik dan khusus yang ditandai oleh perubahan-perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan. Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja (Hurlock, 1980: 202).

Masa remaja, yang berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual sampai usia delapan belas tahun usia kematangan yang resmi. Periode ini merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu periode peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat saat individu mencari identitas, masa yang tidak realistik dan ambang dewasa. Menurut tradisi, masa remaja adalah periode dari meningginya emosi, saat “badai dan tekanan” (Hurlock, 1980: 240).

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu banyak mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas yaitu perubahan fisik, saat tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya

(9)

kapasitas reproduktif. Selain itu masa remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orag dewasa. Padaperiode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Stewart & Friedmen, dalam Agustiani, 2006: 28).

3) Masa Dewasa Dini

Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan pencari nafkahdan mengembangkan sikap-sikap baru. Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang. Masa dewasa dini adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional (Hurlock, 1980: 246).

3. Teori Kepribadian

Menurut Sadli, dkk (1989 : 4) kepribadian adalah corak tingkah laku sosial, corak ketakutan dorongan dan keinginan, corak gerak gerik, corak opini dan sikap. Tingkah laku manusia adalah suatu gerak gerik badan maupun anggota badan. Maka tidak diherankan jika dikatakan bahwa seorang mempunyai kepribadian yang menarik, biasanya kita akan membayangkan dia murah senyum, berbicara dengan gaya yang simpatik, bertindak yang dengan sopan santun lagi ramah tamah. Menurut Agustiani (2006: 128) kepribadian merupakan karakteristik atau cara bertingkah laku yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya.

(10)

Kepribadian menurut pengertian sehari-hari, sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Contohnya, kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”, kepada orang yang supel dikenakan atribut “berkepribadian supel”, dan kepada orang yang suka bertindak keras dikenakan atribut “berkepribadian keras”. Selain itu bahkan sering pula dijumpai ungkapan atau sebutan “tidak berkepribadian”.

Dari uraian tersebut bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian, menurut pengertian sehari-hari, menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.

Kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari rumusan dari berbagai teoris kepribadian yang terkemuka. George Kelly, misalnya, memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Teoris yang lain, Gordon Allport, merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu secara khas. Istilah “khas” dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki artibahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri karena setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri, tidak ada dua orang yang berkepribadian sama (Koswara, 1991: 10-11).

Dari berbagai pendapat tentang Kepribadian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan corak tingkah laku, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain, karena indvidu merupakan khas dari seseorang. Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan dari berbagai tokoh, dapat menjadi acuan dalam menganalisis untuk menentukan kepribadian individu atau tokoh utama dalam mengatasi masalah konflik batinnya.

(11)

4. Psikologi dalam Sastra

Pendekatan psikologi adalah pendekatan penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologi yang terdapat pada sebuah karya sastra. Psikologi sastra tercakup dalam dua aspek karya sastra.Pertama terkandung dalam ekstrinsiknya dan aspek kedua dalam intrinsiknya. Dalam aspek ekstrinsiknya psikologi dibicarakan berkenaan dengan faktor-faktor kepengarangan dan proses kreatifitasnya. Pengarang tidak mungkin ditiadakan dalam rangka penciptaan karya sastranya (Sukada, 1987: 16).

Sedangkan menurut pendapat Aminuddin (1990)psikologi sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa, yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Karya sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang,yang berarti didalamnya terdapat suasana rasa atau emosi. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah lama ada dalam jiwanya dan telah mengalami proses pengolahan jiwa secara mendalam melalui prosees imajinasi. Jika endapan pengalaman ini telah cukup kuat memberikan dorongan pada batin sang pengarang untuk melakukan proses kreatif, maka dilahirkannya endapan-endaapan pengalaman tersebut dalam wahana bahasa yang dipilihnya dan diekspresikan menjadi sebuah karya sastra yang diciptakannya melalui ciri-ciri kejiwaan para tokoh imajinernya (Aminuddin, 1990: 92).

Sastra dan psikologi mempunyai hubungan langsung, artinya hubungan itu ada karena sastra atau psikologi kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama yakni kejiwaan manusia (Damono, 2002: 11). Psikologi jelas terlibat erat karena psikologi mempelajari perilaku.Perilaku manusia tidak terlepas dari aspek kehidupan yang mewarnai makna, pada umumnya aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra.

(12)

Wellek dan Warren (1995: 90) menunjukkan empat model pendekatan psikologis, yang dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif, karya sastra, dan pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra.

Sebagai disiplin ilmu, psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yaitu kajian aspek psikologi penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra, (2) pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatik yang mengkaji aspek psikologi sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya (Roekhan, dalam Endraswara, 2003: 97-98).

Penelitian psikologi sastra memang memiliki landasan pijak yang kokoh. Karena, baik sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari hidup manusia. Bedanya, kalau sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang, sedangkan psikologi mempelajari manusia sebagai ciptaan Illahi secara riil. Namun, sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan, sehingga psikologi sastra memang tepat dilakukan. Meskipun karya sastra bersifat kreatif dan imajiner, pencipta tetap sering memanfaatkan hukum-hukum psikologi untuk menghidupkan karakter tokoh-tokohnya (Endraswara, 2003: 99).

Kesimpulannya, psikologi dan sastra memiliki kaitan erat, saling membutuhkan, keduanya dapat saling melengkapidan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan manusia.

Referensi

Dokumen terkait

2. Pada contoh tanah yaitu Nematoda jenis Nematoda A, Nematoda C, Nematoda D, Nematoda E, Nematoda I, Nematoda K. Pada contoh akar dan tanah nematoda yang ditemukan yaitu Nematoda H,

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Program Magister Teknik Sipil akan menjamin, bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung proses bisnis dalam penyediaan jasa layanan di bidang Teknik Sipil tersedia

Pada tahap isen-isen muncul konsep titik dan garis, sedangkan pada tahap pembuatan desain batik Gajah Oling muncul konsep sudut, bangun datar, kesebangunan dan

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Laci Kartu Soal Pada Siswa Kelas IV SD 6

Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah atau dikurang dengan biaya

Pemisahan senyawa atau unsur-unsur yang dikandung sehingga didapatkan berat endapan dapat dilakukan melalui cara pengendapan pada analisis gravimetrik.. Kadar klorida dapat

Pengujian ini dilakukan dengan meletakan webcam atau simulasi robot pada posisi kemungkinan objek terdeteksi, kemudian citra digital dan informasi objek seperti nama objek dan