468
MAKALAH
PARALEL
PARALEL I
ISBN : 978-602-73159-8
PENGARUH KADAR H
3PO
4DAN NaOH DALAM PEMURNIAN
MINYAK BIJI TUMBUHAN KUPU-KUPU (Bauhinia purpurea L.)
DITINJAU DARI SIFAT FISIKO KIMIANYA
Trifena Victoria
1*, Hartati Soetjipto
1, Cucun Alep Riyanto
11Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro No 52-60 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia 50711
1Chemistry, Science and Mathematics Faculty, Universitas Kristen Satya Wacana
Diponegoro street No 52-60 Salatiga, Central Java, Indonesia 50711
*Untuk korespondensi: e-mail : 652012015@student.uksw.edu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh rendemen optimal minyak B. purpurea hasil pemurnian ditinjau dari sifat fisiko kimia. Proses pemurnian yang dilakukan meliputi de-gumming menggunakan asam fosfat 20% dengan variasi 0,2%; 0,4% dan 0,6%, kemudian dilanjutkan dengan proses netralisasi menggunakan NaOH dengan variasi konsentrasi 0,1N; 0,3N dan 0,5N. Data dianalisis menggunakan rancangan perlakuan faktorial (3x3) dengan rancangan dasar RAK 3 ulangan.Uji antar rataan perlakuan dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil minyak B. purpurea optimal sebanyak 57,33±1,14 % (b/b) pada interaksi kadar 0,2% asam fosfat dan NaOH 0,3 N. Sifat fisiko kimia minyak kasar adalah sebagai berikut: kadar air 0,00 %; massa jenis 0,8643±0,002 g/mL; bilangan asam 13,78±0,23 mgKOH/g; bilangan peroksida 43,51±0,57 mgrek oksigen/kg; dan bilangan penyabunan 153,32±1,85 mgKOH/g. Sedangkan fisiko kimia minyak hasil pemurnian adalah : kadar air 0,00 %; massa jenis 0,8166±0,006 g/mL; bilangan asam 3,87±0,19 mgKOH/g; bilangan peroksida 15,62±0,22 mgrek oksigen/kg; dan bilangan penyabunan 187,39±0,47 mgKOH/g. Pemurnian minyak memperbaiki sifat fisiko kimia dari minyak B.purpurea
Kata Kunci: Bauhinia purpurea, Pemurnian, De-gumming, Netralisasi, Minyak Nabati
ABSTRACT
This study aims to obtain optimal yield of B. purpurea oil refining results in terms of physico chemical properties. The purification process was conducted on the de-gumming by using phosphoric acid 20%: 0.2%; 0.4% and 0.6%, followed by neutralization process using NaOH with concentration variation 0,1N; 0,3N and 0,5N. Data were analyzed using factorial treatment design (3x3) with the basic design of RAK 3 replications. Test an average of treatments performed by test Honestly Significant Difference (HSD) with significance level of 5%. The results showed that the optimal B. purpurea oil yield as much as 57.33 ± 1.14% (w / w) on theinteraction of 0,2% phosphoric acid and 0.3 N NaOH. The physico-chemical properties crude oil is: water content of 0.00%; a density of 0.8643 ± 0.002 g/mL; the acid value of 13.78 ± 0.23 mgKOH/g sample; peroxide 43.51 ± 0.57 mgrek oxygen/kg sample; and saponification 153.32 ± 1.85 mgKOH/g sample. While the physico-chemical of refined oilis: moisture content 0.00%; a density of 0.8166 ± 0.006 g/mL; the acid value of 3.87 ± 0.19 mgKOH/g sample; peroxide 15.62 ± 0.22 mgrek oxygen/kg sample; and saponification 187.39 ± 0.47 mgKOH/g sample. Refining process can make better physico-chemical result of B.purpurea oil
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara tropis, kaya akan berbagai jenis tumbuhan, salah satunya adalah tumbuhan kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.). B. purpurea termasuk dalam genus Bauhinia sp dan tergolong dalam family Leguminoceae
(Caesalpinioideae) yang bersal dari Cina selatan dan Asia bagian selatan [1]. Biji B.
purpurea memiliki kandungan protein kasar
sebesar 271,7 g/kg, serat 58,7 g/kg, lemak 124,5 g/kg, kadar abu 29,3 g/kg dan karbohidrat 515,3 g/kg [2]
.
Biji B. purpurea juga mengandung minyak nabati sebesar 15,77% dengan komposisi yang didominasi oleh senyawa asam linoleat sebanyak 51,32% dan asam palmitat sebanyak 29,31% [3]. Dari hasil minyak yang diperoleh, minyakB. purpurea dapat digunakan untuk memasak ataupun sebagai bahan pembuatan es krim. Selain itu, bilangan saponifikasi yang tinggi memperlihatkan bahwa minyak B. purpurea dapat digunakan dalam pembuatan sabun atau shaving cream [4]. Minyak B. purpurea mengandung tokoferol dan sterol sehingga dapat digunakan dalam industri farmasi atau kosmetik [5]. Minyak B. purpurea yang diperoleh merupakan minyak kasar sehingga dirasa perlu untuk dilakukan pemurnian.
Pemurnian minyak merupakan proses untuk menghilangkan rasa, bau, dan warna minyak yang tidak di inginkan. Kotoran dalam minyak dapat berupa komponen yang tidak larut dalam minyak, komponen dalam bentuk suspensi koloid, dan komponen yang larut dalam minyak. Komponen yang tidak
larut dalam minyak adalah lendir, getah, abu, atau mineral. Komponen yang berupa suspensi koloid adalah fosfolipid, karbohidrat, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sedangkan komponen yang larut dalam minyak berupa asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon, mono dan digliserida, serta zat warna yang terdiri dari karotenoid dan klorofil [6]. Tahapan pemurnian yang dilakukan adalah pemisahan gum
(de-gumming), netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau (deodorisasi). Minyak yang digunakan untuk kebutuhan non pangan hanya memerlukan proses penjernihan dan pemisahan gum, sedangkan untuk pembuatan sabun hanya memerlukan proses de-gumming [6]. Pada penelitian ini hanya dilakukan proses
de-gumming dan netralisasi. Pemisahan gum
merupakan proses pemisahan getah atau lendir dalam minyak yang dipisahkan dengan cara hidrasi. Hidrasi dapat dilakukan dengan menggunakan uap, penambahan air ataupun dengan penambahan asam lemah [7].
Asam lemah yang digunakan adalah asam fosfat (H3PO4) karena dapat mengubah
fosfatida yang non hydratable menjadi
hydratable sehingga dapat dipisahkan dalam
proses pencucian [8]. Proses netralisasi bertujuan untuk menetralkan asam lemak bebas dan mengurangi gum yang tertinggal, memperbaiki rasa, dan mengurangi warna gelap dari minyak tersebut. Netralisasi dilakukan menggunakan alkali khususnya NaOH karena lebih efisien dan murah, konsentrasi alkali mempengaruhi jumlah emulsi sabun yang dihasilkan [9].
Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. memperoleh rendemen optimal minyak B. purpurea hasil pemurnian 2. membandingkan sifat fisiko-kimia
minyak B. purpurea kasar dan minyak hasil pemurnian.
METODE PENELITIAN a. Bahan dan Piranti
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah biji B. purpurea yang diperoleh dari area Salatiga dan sekitarnya. Bahan kimia yang digunakan dengan derajat
pro-analysis dari Smart Lab, Indonesia
meliputi Heksan, Etanol, Kloroform, Natrium Thiosulfat, Asam fosfat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida, Asam Klorida, Asam Asetat Glasial dari Merck KGaA (Germany), Akuades, indikator Phenolpthlaein, dan indikator pati. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Soxhlet, rotary
evaporator (Buchi R0114, Swiss), refluks, waterbath (Memmert WNB 14, Memmert
GmbH+KG, Germany), neraca analitik (Mettler H80, Mettler Instrument Corp., USA), termometer, kertas saring, pH meter,
aluminium foil, magnetic stirrer, Moisture balance (Ohaus, MB 150), dan peralatan
gelas.
b. Metode Penelitian
1. Preparasi Sampel dan Ekstraksi [3] Biji B. purpurea diangin-anginkan sampai kering kemudian dihaluskan dengan grinder. Seberat 100,0g serbuk biji tersebut diekstraksi dengan menggunakan Soxhlet
selama enam jam dengan pelarut heksana sebanyak 300 mL. Larutan minyak dalam heksan diuapkan dengan rotary evaporator sampai diperoleh minyak bebas pelarut.
2. Pengujian Parameter Fisiko Kimia Parameter yang diuji meliputi kadar air, bilangan asam, bilangan peroksida, bilangan penyabunan, pemeriksaan warna, massa jenis, dan aroma. Penentuan aroma dan warna ditentukan dengan pemaparan secara deskriptif, penentuan kadar air dengan
Moisture balance, bilangan peroksida, bilangan penyabunan dan bilangan asam dengan metoda sesuai SNI 01-3555-1998 [10].
3. Pemurnian [11] a. Proses de-gumming
Minyak hasil ekstraksi ditimbang lalu dipanaskan hingga suhu mencapai 70-75°C, kemudian ditambahkan asam fosfat 20% masing-masing sebanyak 0,2%; 0,4%; dan 0,6% (v/b) dari berat minyak. Selanjutnya campuran diaduk selama 10 menit pada suhu yang konstan. Selanjutnya, minyak dimasukan ke dalam corong pisah untuk memisahkan minyak dengan gum. Kemudian minyak dicuci dengan air suhu 60°C hingga pH air buangan menjadi netral.
b. Proses netralisasi
Minyak hasil de-gumming dipanaskan pada suhu 70-75°C, kemudian ditambahkan larutan NaOH dengan variasi konsentrasi 0,1 N sebanyak 2,62 mL; 0,3 N 0,87 mL; dan 0,5 N sebanyak 0,52 mL (contoh perhitungan terlampir). Minyak diaduk selama 15 menit menggunakan magnetic stirrer. Setelah
pengadukan selesai, minyak dicuci dengan air suhu 60°C hingga pH air buangan netral. c. Pengujian sifat fisiko kimia
Minyak yang telah melalui tahap netralisasi dihitung kadar air, massa jenis, bilangan asam, bilangan peroksida, bilangan penyabunan, pemeriksaan warna, dan aromanya.
4. Analisa Data [12]
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan perlakuan Faktorial (3 x 3) dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK), 3 ulangan. Sebagai ulangan adalah waktu analisa. Faktor pertama adalah Konsentrasi Asam Fosfat terdiri dari tiga aras yaitu 0,2%; 0,4%; dan 0,6% (v/b). Sebagai faktor kedua adalah konsentrasi NaOH terdiri dari tiga aras yaitu 0,1 N; 0,3N; dan 0,5N. Uji antar rataan perlakuan dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Minyak B. purpurea Hasil Interaksi Berbagai Kadar Asam Fosfat dan Konsentrasi NaOH
Interaksi antar berbagai kadar asam fosfat dan konsentrasi NaOH disajikan dalam Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa rendemen minyak B. purpurea antar konsentrasi NaOH dalam asam fosfat 0,2% meningkat pada konsentrasi NaOH 0,3 N kemudian menurun pada konsentrasi NaOH 0,5 N. Untuk antar konsentrasi NaOH dalam asam fosfat 0,4% dan 0,6% mengalami
penurunan, namun pada konsentrasi 0,4% penurunannya tidak terlalu signifikan. Penurunan rendemen paling besar terjadi pada penambahan asam fosfat 0,6%, hal tersebut disebabkan oleh reaksi pada penambahan asam fosfat terhadap fosfatida yang mengkonversi fosfatida menjadi gum terhidrasi tidak larut dalam minyak sehingga lebih mudah dipisahkan [13].
Rendemen minyak antar kadar asam fosfat dalam NaOH mengalami penurunan dalam setiap konsentrasi NaOH. Pada proses netralisasi NaOH akan bereaksi dengan asam lemak bebas dan menghasilkan sabun. Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran seperti fosfatida dan protein dengan cara membentuk emulsi, yang mengakibatkan rendemen minyak berkurang [9]. Pada tabel 1, rendemen minyak B.
purpurea paling optimal diperoleh pada
konsentrasi kadar asam fosfat 20% sebanyak 0,2% dari berat minyak dan NaOH 0,3 N dengan nilai rendemen minyak sebesar 57,33 ± 1,14%. Kadar asam fosfat dan NaOH yang tidak terlalu tinggi menyebabkan emulsi yang terbentuk tidak terlalu banyak sehingga rendemen minyak tinggi. Namun semakin encer konsentrasi NaOH yang digunakan maka semakin banyak jumlah air yang terdapat dalam minyak sehingga semakin besar kemungkinan terbentuknya emulsi. Akibatnya semakin banyak trigliserida yang terbuang pada saat pemisahan minyak netral dari sabun yang mengakibatkan rendemen minyak yang dihasilkan berkurang [14].
Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21 Konsentrasi
NaOH
Kadar Asam Fosfat
0,2% 0,4% 0,6% 0.1 N W = 3,6052 48,79±1,91 (a) (b) 50,87±0,50 (b) (b) 43,11±0,66 (c) (a) 0.3 N W = 3,6052 57,33±1,14 (b) (c) 44,99±0,48 (a) (b) 36,02±0,71 (b) (a) 0.5 N W = 3,6052 49,34±0,91 (a) (b) 46,78±0,57 (a) (b) 29,64±0,65 (a) (a) W = 3,6052 W = 3,6052 W = 3,6052
Keterangan:* Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama antar baris atau lajur yang sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata, sebaliknya angka-angka yang diikuti huruf yang sama antar baris atau lajur yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata
Rendemen Minyak Kasar dan Sifat Fisiko-Kimiawi Minyak B. purpurea
Rendemen minyak kasar dan hasil pemurnian ditampilkan pada tabel 2. Hasil penelitian tersebut lebih rendah daripada penelitian [3] yaitu sebesar 15,77% dan [5] sebanyak 17,5 %. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena perbedaan tempat tumbuh sampel yang digunakan. Sifat fisiko kimia minyak B. purpurea disajikan pada Tabel 2.
Warna dan Aroma
Tabel 2 menunjukkan Minyak B.
purpurea kasar memiliki warna kuning
kecoklatan dengan aroma khas, kemudian setelah dilakukan proses pemurnian warna minyak berubah menjadi kuning. Penggunaan asam fosfat dan NaOH menyebabkan zat – zat pengotor minyak (gum, fosfatida, lendir dan pigmen) terbuang sehingga minyak semakin jernih [11].
Kadar Air
Minyak B. purpurea kasar memiliki kadar air sama dengan minyak hasil pemurnian yang ditunjukkan dalam tabel 2. yaitu 0,00 %. Hal ini menunjukkan bahwa
minyak B. purpurea pada penelitian ini bebas air.
Massa Jenis
Massa jenis minyak B. purpurea kasar yaitu 0,8643±0,02 g/cm3. Setelah
melalui proses pemurnian, massa jenis minyak sedikit berkurang menjadi 0,8166±0,006. Pada proses pemurnian minyak mengalami pemanasan pada suhu 70-75oC, pemanasan pada minyak
mempengaruhi kerapatan molekul minyak sehingga minyak mengalami peregangan dan nilai kerapatan berkurang [15].
Bilangan Asam
Bilangan asam dari minyak B.
purpurea kasar pada penelitian ini adalah
13,78 mg KOH/g. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian [3] sebesar 12,59 mg KOH/g. Bilangan asam pada minyak yang telah dimurnikan menurun hingga mencapai angka 3,87 mg KOH/g, hal ini dapat disebabkan oleh proses saponifikasi asam-asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak mengunakan NaOH yang kemudian dipisahkan menjadi soapstock [16]. Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan maka bilangan asam dan kadar
asam lemak bebas akan semakin rendah [6]. Bilangan asam yang rendah mengindikasikan minyak yang memiliki kualitas baik dan stabil [17].
Bilangan Penyabunan
Berdasarkan Tabel 2, bilangan penyabunan minyak B. purpurea kasar bernilai 153,32 mg KOH/g, setelah dilakukan proses pemurnian nilai bilangan penyabunan berubah menjadi 187,39 mg KOH/g. Bilangan penyabunan yang besar menunjukkan bahwa minyak disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek sehingga memiliki berat molekul yang relatif kecil [14]. Minyak
B. purpurea kasar didominasi oleh senyawa
asam linoleat [3,4,5] dengan berat molekul 280 g/mol. Bilangan penyabunan pada minyak B. purpurea murni tergolong tinggi
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan sabun.
Bilangan Peroksida
Nilai bilangan peroksida minyak B.
purpurea kasar sebesar 43,51 mgrek
oksigen/kg lebih rendah daripada penelitian dari [3] yaitu sebesar 50,02 mgrek oksigen/kg. Bilangan peroksida menurun setelah dilakukan pemurnian menjadi 15,62 mgrek oksigen/kg. Pada proses pemurnian, asam lemak yang telah teroksidasi akan dinetralkan oleh NaOH lalu dibuang bersama air pembilas sehingga jumlah peroksida dalam minyak berkurang. Dengan demikian, stabilitas dan umur simpan minyak meningkat karena nilai peroksida yang mengukur tingkat kerusakan dalam minyak mengalami penurunan.
Tabel 2. Uji Fisiko-Kimia minyak B. purpurea
Parameter
Minyak biji B. purpurea kasar Minyak biji
B. purpurea
murni
Referensi [3] Penelitian
Rendemen (%) 15,77 14,18 8,12
Aroma Khas Khas Khas
Warna Kuning Kuning kecoklatan Kuning
Kadar Air (%) - 0,00 0,00
Massa Jenis (g/cm3) 0,59 0,86 ± 0,02 0,82 ± 0,006
Bilangan Asam (mg KOH/g ) 12,59 13,78 ± 0,23 3,87 ± 0,19
Bilangan Peroksida (mgrek oksigen/kg) 50,02 43,51 ± 0,57 15,62 ± 0,22
Bilangan Penyabunan (mg KOH/g) 100,40 153,32 ± 1,85 187,39 ± 0,47
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa rendemen minyak
B purpurea yang optimal diperoleh pada
kadar asam fosfat 20% sebanyak 0,2% (v/b) dari berat minyak dan NaOH 0,3 N dengan rendemen tertingi yaitu sebesar 57,33±1,14%.Sifat fisiko kimia minyak kasar adalah sebagai berikut: kadar air 0,00 %; massa jenis 0,8643±0,002 g/mL; bilangan
asam 13,78±0,23 mgKOH/g; bilangan peroksida 43,51±0,57 mgrek oksigen/kg; dan bilangan penyabunan 153,32±1,85 mgKOH/g. Sedangkan fisiko kimia minyak hasil pemurnian adalah : kadar air 0,00 %; massa jenis 0,8166±0,006 g/mL; bilangan asam 3,87±0,19 mgKOH/g; bilangan peroksida 15,62±0,22 mgrek oksigen/kg; dan bilangan penyabunan 187,39±0,47 mgKOH/g
Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21
DAFTAR RUJUKAN
[1] Kumar, T. and Chandrasekar, K.S., 2011, Bauhinia purpurea Linn.: A review
of its Ethnobotany, Phytochemical, and Pharmacological Profile, Journal of
Medicinal Plant. vol. 5 (4). p .420-431 [2] Vijayakumari, K., Siddhuraju, P., and
Janardhanan, K.,1997, Chemical Composition, Amino Acid Content and Protein Quality of the Little-Known Legume Bauhinia purpurea L, Journal of
the Science of Food and Agriculture Vol 73, Issue 3, p. 279–286.
[3] Dewi, E.M.K., Karakterisasi dan Komposisi Kimia Minyak Biji Tumbuhan Kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.) Bunga Merah Muda, dalam Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2014, hal 11-17. [4] Arain, S., Sherazi, S.T.H., Bhanger, MI.,
Mahesar, S.A., and Memon, N., 2010,
Physicochemical Characterization of Bauhinia purpurea Seed Oil and Meal for Nutritional Exploration, Polish Journal of
Food and Nutrition Sciences, Vol.60(4), p. 341-346.
[5] Ramadan, M.F., Sharanabasappa, G., Seetharam, Y.N., Seshagiri, M., and Moersel, J.T., 2006, Characterization of
Fatty Acids and Bioactive Compounds of Kachnar (Bauhinia purpurea L.) Seed Oil, Food Chemistry vol 98, p. 359-365.
[6] Djatmiko, B. dan S. Ketaren, 1985,
Pemurnian Minyak Makan, Bogor,
Jurusan Teknologi Industri pertanian, FATETA, IPB: Agroindustri Press. [7] Swern, D., 2005, Structure and
composition of Fats and Oils”, in Bailey’s Industrial Oil and Fats Products Sixth Edition, Sahidi, F, USA: A John Willey &
Sons, Inc., Publication., pp. 19
[8] Bernardini, E., 1938, Vegetables Oils
and Fats Processing. Volume I. Rome.Italy: Interstamps House.
[9] Ketaren, S., 1986, Minyak dan Lemak
Pangan, Ed. 1. Jakarta; UI – Press.
[10] BSN, 1998, Cara Uji Minyak dan Lemak:
SNI 01 – 3555 – 1998. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
[11] Herwanda, A.E., 2011, Kajian Proses
Pemurnian Minyak Biji Bintaro (Cerbera Manghas L) Sebagai Bahan Bakar Nabati, Skripsi, Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.
[12] Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1993,
Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta:
PT. Gramedia.
[13] Ristianingsih, Y., Sutijan, Dan Arief B., 2011, Studi Kinetika Proses Kimia Dan
Fisika Penghilangan Getah Crude Plam Oil (Cpo) Dengan Asam Fosfat, Reaktor,
Vol. 13 No. 4, P. 242-247.
[14] Selfiawati, E., 2003, Kajian Proses
Degumming dan Netralisasi Pada Pemurnian Minyak Goreng Bekas,
Skripsi, Fakultas TeknologiPertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.
[15] Warsito, Gurum Ahmad, Pauzi, Miftahul Jannah, 2013, Analisis Pengaruh Massa
Jenis Terhadap Kualitas Minyak Goreng Kelapa Sawit Menggunakan Alat Ukur Massa Jenis Dan Akuisisinya, Pada Komputer, Dalam Prosiding Semirata,
FMIPA, Universitas Lampung, Hal 35-41 [16] Zhu, Minghui, Xin Wen, Jinhong Zhao, Fang Liu, Yuanying Ni, Liyan Ma, Jingming Li., 2015, Effect of Industrial
Chemical Refining on the Physicochemical Properties and the Bioactive Minor Components of Peanut Oil. J Am Oil Chem Soc.
[17] Onyema. C. T. and K. K. Ibe, Effects of
Refining Processes on the Physicochemical Properties of Some Selected Vegetable Oils, American
Chemical Science Journal, Vol 12(4), p. 1-7. 20
TANYA JAWAB
Penyaji: Trifena Victoria Penanya: F. Maria Titin S
Pertanyaan: Apa peran NaOH dalam penelitian dan bagaimana hubungan dengan produk?
Jawaban: NaOH menetralkan asam lemak bebas dari minyak sisa dari proses
de-gumming sedangkan mengenai hubungannya dengan produk yaitu nantinya menjadikan produk semakin jernih
TANYA JAWAB
Pemakalah : Trifena Victoria
Penanya : F. Maria Titin S
Pertanyaan : Apa peran NaOH dalam penelitian dan bagaimana hubungan dengan produk?
Jawaban : NaOH menetralkan asam
lemak bebas dari minyak sisa dari proses de-gumming sedangkan mengenai hubungannya dengan produk yaitu nantinya menjadikan produk semakin jernih.
Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21
Lampiran
Kebutuhan NaOH (g) Jumlah contoh : 10 g
Jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas : 134 g NaOH Jumlah Asam Lemak Bebas : 6,7249 % = 66,7249/100 x 10 g = 0,6724 g
Jumlah NaOH u/ menetralkan 0,6724 g asam linoleat: 0,6724/1000 x 134 = 0,0901 g Excess NaOH 0,15% : 0,15 /100 x 10 = 0,015 g
Total NaOH : 0,0901 + 0,015 = 0,1051 g NaOH 0,1 N : 0,1051 / 4 x 100 = 2,62 ml NaOH 0,3 N : 0,1051 / 12 x 100 = 0,87ml NaOH 0,5 N : 0,1051 / 20 x 100 = 0,52 ml