• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL CONCEPT LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA MATAPELAJARAN PPKn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL CONCEPT LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA MATAPELAJARAN PPKn"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 6, No.2 , November 2019, pp. 217-223

217

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI

MODEL CONCEPT LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA

MATAPELAJARAN PPKn

Meliana, Kokom Komalasari

SMP N 8 Tungkal Jaya

Universitas Pendidikan Indonesia

Email : meliana290@gmail.com

abstract: This research was conducted in class X.MIPA.5 SMA Negeri 6 Bandung, in the first

semester of 2017/2018 Academic Year with a total of 34 students. This PTK data collection technique uses observation, interviews, documentation and field notes. Conducting research with a process cycle of activities in classroom action research beginning with planning (planning), applying (action), observing and evaluating the process and results of the action (observation and evaluation), reflecting (reflection), then returning to the planning stage of action until quality is achieved desired learning. In the first cycle of action I with the number of subjects amounted to 33 people with observation techniques both teacher categories with a score of 117 and the percentage of 71.34% while observing the activities of students categorized sufficiently with a score of 80 and a percentage of 50%. Then the motivation of students in the first cycle with a score of 194 percent 36.74% less category. Cycle II with the number of subjects amounted to 32 people with very good category of observation techniques for teachers with a score of 143 and a percentage of 87.21% while the observation of the activities of students was categorized both with a score of 103 and a percentage of 64.38%. Then the motivation of students in the second cycle with a score of 294 percentage of 57.42% good categories. Cycle III with the number of subjects amounted to 32 people with observation techniques on the category of very good teachers with a score of 136 and a percentage of 87.21% while observations of the students were categorized very well with a score of 136 and a percentage of 85%. Then the motivation of students in cycle III with a score of 401 percentage 78.32% of the category is very good. From the results of data management there is a significant increase in student motivation, namely the comparison of students' motivation in cycles I, III, III, namely 50%, 64.35 and 85%. So there is an increase in learning activities and motivation of students before and after the implementation of the concept learning model make a match type in the subjects.

Keywords: Type make a match, Pancasila Education, Student Motivation

Abstrak : Penelitian ini dilaksanakan di kelas X.MIPA.5 SMA Negeri 6 Bandung, pada semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah peserta didik 34 orang. Teknik pengumpulan data PTK ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Pelaksanaan penelitian dengan proses siklus kegiatan dalam penelitian tindakan kelas diawali perencanaan (planning), penerapan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflection), kemudian kembali lagi pada tahap perencanaan tindakan sampai tercapai kualitas pembelajaran yang diinginkan. Pada siklus I tindakan I dengan jumlah subjek berjumlah 33 orang dengan teknik observasi aktivitas guru katagori baik dengan skor 117 dan persentase 71,34% sedangkan observasi aktivitas peserta didik dikatagorikan cukup dengan skor 80 dan persentase 50%. Kemudian motivasi peserta didik pada siklus I dengan skor 194 persentase

(2)

36,74% katagori kurang. Siklus II dengan jumlah subjek berjumlah 32 orang dengan teknik observasi aktivitas guru katagori sangat baik dengan skor 143 dan persentase 87,21% sedangkan observasi aktivitas peserta didik dikatagorikan baik dengan skor 103 dan persentase 64,38%. Kemudian motivasi peserta didik pada siklus II dengan skor 294 persentase 57,42% katagori baik. Siklus III dengan jumlah subjek berjumlah 32 orang dengan teknik observasi terhadap guru katagori sangat baik dengan skor 136 dan persentase 87,21% sedangkan observasi terhadap peserta didik dikatagorikan sangat baik dengan skor 136 dan persentase 85%. Kemudian motivasi peserta didik pada siklus III dengan skor 401 persentase 78,32% katagori sangat baik. Dari hasil pengelolahan data terdapat peningkatan yang signifikan motivasi peserta didika yaitu perbandingan motivasi peserta didik pada siklus I, III, III yaitu 50%, 64,35 dan 85%. Jadi ada peningkatan dalam aktivitas belajar dan motivasi peserta didik sebelum dan setelah implementasi model concept learning tipe make a match pada matapelajaran.

Kata Kunci : Tipe make a match, Pendidikan Pancasila, Motivasi Peserta Didik

PENDAHULUAN

Interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam lingkungan pendidikan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan adanya perubahan perilaku disebut pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas akan sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kreativitas seorang pendidik. Pendidik sebagai perancang proses pembelajaran mengelolah keseluruhan proses tersebut dengan kondisi yang sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dapat belajar secara efektif dan efesien (Hamalik, 2008:79).Pada kenyataannya salah satu kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran masih kurangnya motivasi belajar yang dimiliki peserta didik. Padahal diketahui bahwa belajar merupakan proses perubahan tingah lakupeserta didik yang ditandai munculnya motivasi belajar (Keller dalam Wena (2013:33).Perbaikan tidak hanya pendidik tetapi diperperlukan motivasi belajar peserta didik selama proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kompetensi lulusan, sehingga menghasilkan secara utuh kualitas pribadi dengan penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Agar tercapainya tujuan dari pembelajaran PPKn maka seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk memilih cara yang tepat agar materi dapat dipahami secara optimal oleh peserta didik. Pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik harus tepat agar suasana belajar dapat menyenangkan dan memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas. Suasana belajar yang menyenangkan akan membawa dampak pada motivasi dan aktivitas belajar yang meningkat.

Salah satu model pembelajaran yang efektif diterapkan di kelas yang menciptakan kombinasi visual, audiotori, dan kinestetik yaitu model pembelajaran konsep yang mampu meningkatkan motivasi peserta didik dalam memahami materi pokok yang disampaikan guru yaitu model pembelajaran dengan tipe Make a match. Model pembelajaran make a match, Lorna Curran dalam (Rusman, 2011:233) mengemukakan bahwa model pembelajaran Make a match adalah model pembelajaran yang dapat memaksa peserta didik untuk menemukan pasangan suatu topik dari materi pembelajaran. Selanjutnya menurut Lie (2008, 56) mengatakan bahwa model pembelajaran make a match merupakan pembejalaran koooperatif dengan teknik mencari pasangan atau memasangkan sambil belajar mengenai suatu konsep dalam pelajaran. Model pembelajran

make a match melatih peserta didik untuk ikut serta dalam pembelajaran, bekerja sama agar dapat tercapai tujuan pembelajaran (Huda, 2013:254).

(3)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan model pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Akan tetapi terdapat temua peneliti selama observasi pembelajaran di kelas yaitu pada tanggal 3 Agustus 2017 dan 10 Agustus 2017, pada matapelajaran PPKn masih kurang mendapat perhatian dan kurangnya motivasi belajar dari peserta didik. Hal ini dapat dilihat masih adanya peserta didik yang datang terlambat saat pembelajaran PPKn dimulai. Kemudian pada tanggal 24 Agustus 2017 ulangan harian, di kelas ini mendapat nilai rata-rata kelas terendah jika dibandingkan dengan kelas X lainnya. Selain itu hal saat diberikan tugas, hanya beberapa peserta didik saja yang mengerjakan tugas meskipun itu tugas kelompok, kurang seriusnya selama pembelajaran karena masih banyak melakukan aktivitas di luar aktivitas pembelajaran, seperti mengobrol, memainkan HP, dan tidak menyimak saat guru memberikan pemahaman tentang materi ajar, serta masih rendahnya respon peserta didik selama proses pembelajaran. Selanjutnya dilakukan wawancara pada pendidik matapelajaran PPKn, didapatkan informasi bahwa peserta didik kelas X memang pada pembelajaran PPKn pendidik tidak pernah menggunakan model pembelajaran, sehingga membosankan dan kurang motivasi untuk belajar. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul peningkatan motivasi belajar melalui implementasi model concept learning tipe make a match pada matapelajaran PPKn.

METODE PENELITIAN

Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas berasal dari bahasa inggris yaitu Classroom Action Research,

yang berarti action research (penelitian dengan tindakan) di kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu cara pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata yang dilakukan di kelas dengan pengembangan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah yang ada. Karena tujuan PTK adalah untuk memperbaiki atau memecahkan masalah yang ada dalam proses pembelajaran sehingga ditemukan model pembelajaran yang terbaik dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas X.MIPA.5 SMA Negeri 6 Bandung dalam meningkatkan motivasi belajar. Agar mencapai tujuan penelitian, maka rancangan penelitian disusun menjadi 4 komponen yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi sebagai alat pengumpulan data. Pada format observasi aktivitas guru dan peserta didik dan format observasi motivasi peserta didik yang dilakukan dengan cara penskoran, diajukan peneliti kepada peserta didik (subjek) yang merasakan permasalahan yang terjadi didalam kelasnya, dan juga pendidik PPKn sebagai pelaksana yang akan menerapkan model pembelajaran Make a match untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Kemudian proses siklus penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflection), kemudian kembali lagi pada tahap perencanaan tindakan sampai tercapai kualitas pembelajaran yang diinginkan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Setelah data hasil penelitian terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data. Pengolahan data kualitatif diolah selama proses penelitian berlangsung, sementara data yang bersifat kuantitatif diolah menggunakan statistik deskriftif dengan persentase (%) pengamatan dan menyimpulkan lebih mendasar pada nilai rata-rata.

(4)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Data penelitian yang telah diambil kemudian diolah dengan tujuan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, apakah terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran pendidikan PPKn melalui penerapan model pembelajaran concept learning tipe make a match di Kelas X.MIPA.5 SMA Negeri 6 Bandung. Sampel dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas X.MIPA.5 yang berjumlah 34 orang dengan jumlah peserta didik laki-laki 14 orang dan peserta didik perempuan berjumlah 20 orang.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus tahun 2017 sampai dengan bulan September tahun 2017. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada pembelajaran PPKn dengan pada materi pokok Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 yang mengatur tentangwilayah NKRI, Kedudukan warga negara dan penduduk serta kebebasan beragama dan berkepercayaan, serta Sistem Pertahanan dan keamanan NKRI. Peneliti juga mengkomunikasikan hal tersebut dengan mitra penelitian yang akan bertindak sebagai observer. Teknik pengumpulan yaitu dengan observasi aktivitas guru, siswa, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Observasi ini menunjukan bahwa motivasi peserta didik kurang dalam pembelajaran PPKn. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan tiga siklus, masing-masing siklus dengan satu tindakan.

Pelaksanaan penelitian dengan proses siklus kegiatan dalam penelitian tindakan kelas diawali perencanaan (planning), penerapan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflection), kemudian kembali lagi pada tahap perencanaan tindakan sampai tercapai kualitas pembelajaran yang diinginkan. Pada siklus I tindakan I dengan jumlah subjek berjumlah 33 orang dengan teknik observasi aktivitas guru katagori baik dengan skor 117 dan persentase 71,34% sedangkan observasi aktivitas peserta didik dikatagorikan cukup dengan skor 80 dan persentase 50%. Kemudian motivasi peserta didik pada siklus I dengan skor 194 persentase 36,74% katagori kurang. Siklus II dengan jumlah subjek berjumlah 32 orang dengan teknik observasi aktivitas guru katagori sangat baik dengan skor 143 dan persentase 87,21% sedangkan observasi aktivitas peserta didik dikatagorikan baik dengan skor 103 dan persentase 64,38%. Kemudian motivasi peserta didik pada siklus II dengan skor 294 persentase 57,42% katagori baik. Siklus III dengan jumlah subjek berjumlah 32 orang dengan teknik observasi terhadap guru katagori sangat baik dengan skor 136 dan persentase 87,21% sedangkan observasi terhadap peserta didik dikatagorikan sangat baik dengan skor 136 dan persentase 85%. Kemudian motivasi peserta didik pada siklus III dengan skor 401 persentase 78,32% katagori sangat baik.

Selanjutnya teknik wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru mitra. Guru mitra jarang menggunakan metode pembelajaran yang variatif. Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah ceramah dan diskusi.Selain melakukan wawancara kepada guru mitra peneliti juga melakukan wawancara kepada peserta didik. Pendapat guru mitra di atas berbanding lurus dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap peserta didik kelas X.MIPA.5. Dalam pembelajaran PPKn banyak peserta didik yang merasa jenuh dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah ceramah, tidak sedikit peserta didik merasa bosan dalam pembelajaran. Peserta didik mengharapkan dalam pembelajaran PPKn guru menggunakan metode pembelajaran yang memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga bersemangat dalam pembelajaran dan tidak membosankan. Dari hasil wawancara dengan

(5)

peserta didik yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan di kelas X.MIPA.5 disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran make a match membuat mereka lebih tertarik dalam mengerjakan tugas dan mengikuti pembelajaran dengan antusias.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas X.MIPA.5 di SMA Negeri 6 Bandung melalui penerapan model pembelajaran make a match. Menurut Lie (2008: 56) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match adalah pembelajaran mencari pasangan dari pertanyaan. Selanjutnya Komalasari (2017:85) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match merupakan pembelajaran mengajak peserta didik untuk mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari konsep melalui suatu kartu pasangan. Penerapan model pembelajaran Make a match menurut Rusman (2011:224), “Pembelajaran dengan penanaman kemampuan social dalam bekerja sama dengan meningkatkan keinginan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan.” Selanjutnya Suyatno (2009:72) mengemukakan bahwa tujuan penggunaan model pembelajaran make a match adalah agar peserta didik ikut serta dalam pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi belajar, maka sejalan dengan indicator operasional motivasi belajar menurut (Uno, 2014, 9): 1) Penyesuaian tugas dan minat; 2) Kesempatan peserta didik yang aktif; 3) Kesempatan menyelesaikan tugas; 4) Adanya respon dan kegiatan yang menarik dalam belajar.

Hal ini sejalan dengan deskripsi data hasil observasi dan data hasil wawancara yang dilaksanakan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Keadaan peserta didik selama penelitian ini dilakukan dan didokumentasikan oleh peneliti berupa kelas yang menjadi penelitian, serta nilai rata-rata hasil observasi pembelajaran dengan mengamati kegiatan guru dan kegiatan peserta didik terhadap motivasi belajar peserta didik. Selani itu dilakukan wawancara kepada 8 orang peserta didik yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.

Terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik pada matapelajaran PPKn di kelas X.MIPA.5 dianalisis dari hasil observasi motivasi peserta didik dari siklus I sampai pada siklus III. Motivasi belajar peserta didik menigkat setelah tiga kali diberikan tindakan melalui penggunaan model pembelajaran concept learning tipe make a match di kelas X.MIPA.5 karena model pembelajaran ini merupakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang membuat peserta didik lebih nyaman dalam belajar, ini terlihat saat peneliti melakukan penelitian, saat peneliti memulai pelajaran dengan permainan atau bernyanyi peserta didik lebih antusias dan lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, serta mendorong tumbuhnya motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan melihat indicator perubahan motivasi belajar peserta didik.

Kemudian model pembelajaran Make a match menurut Komalasari (2017:85) bahwa model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari pasangan dari suatu konsep melalui kartu. Untuk itu diperlukan adanya motivasi atau dorongan dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar sehingga dapat menciptakan sesuatu yang baru. Sehingga dalam pelaksanaan model pembelajaran Make a match dibutuhkan motivasi belajar agar terarahnya tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Terdapat perubahan motivasi peserta didik sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran berbasis konsep dengan tipe make a match. Adapun perbandingan aktivitas belajar peserta didik dan motivasi peserta didik pada siklus I, II, dan III, lebih dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 berikut ini:

(6)

Tabel 1

Perbandingan Aktivitas Belajar Peserta Didik Siklus I,II dan III

Penilaian Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Perolehan Skor 80 103 136

Persentase 50% 64,38% 85%

Kategori Penilaian Cukup Baik Sangat Baik

Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017

Tabel 2

Perbandingan Motivaasi Belajar Peserta Didik Siklus I,II dan III

Penilaian Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Jumlah Skor 52 83 104

Persentase 33,39% 64,84% 81,25%

Kategori Motivasi Cukup Baik Sangat Baik

Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan temuan fakta di lapangan dan pendapat para ahli tentang peningkatan motivasi belajar melalui implementasi model pembelajaran concept learning tipe make a match pada matapelajaran PPKn, diperoleh kesimpulan yang terkait dengan penelitian bahwa implementasi model pembelajaran concept learning tipe make a match dalam pembelajaran PPKn dapat diakui mempengaruhi peningkatan motivasi peserta didik kelas X.MIPA.5 di SMA Negeri 6 Bandung. Peserta didik telah mengalami peningkatan dalam penampilan sikap tanggung jawabnya ketika mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini terlihat dari sikap peserta didik yang antusias melaksanakan pembelajaran baik dengan pengawasan, peserta didik mampu menyelesaikan tugas dan minat untuk tetap terlibat dalam pembelajaran meskipun dalam materi yang cukup rumit, peserta didik dengan antusias mencoba menemukan pasangan-pasangan dari kartu-kartu materi dengan peraturan permainan, peserta didik tanpa ragu ikut aktif dalam pembelajaran, peserta didik mampu menyelesaikan tugas memecahkan sendiri masalah dalam kelompoknya sesuai dengan waktu yang telas ditentukan guru, serta peserta didik tertarik belajar dengan menyimak penjelasan guru serta menyimak presentasi dari kelompok atau teman lainnya.

Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan PTK dengan menggunakan tipe model pembelajaran kooperatif lainnya guna meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Diharapkan dengan meningkatnya motivasi belajar siswa dapat membantu memaksimalkan proses pembelajaran di kelas dan hasil belajar siswa

REFERENSI

(7)

Hidayah, Noor. Dkk. 2017. Pengaruh Penggunaan Media Animasi terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VII di SMP Negeri 18 Palembang. Jurnal Bhineka Tunggal Ikavol. 4 no. 2, hlm. 151-157

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajara.

Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual “Konsep dan Aplikasinya”.Bandung: Refika Aditama.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT.Grasindo.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Suyatno. 2009. Cooperative Learning. Jakarta: PT.Grasindo.

Taniredja, Tukiran, dkk.2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Wena, Made. 2011. Teori Motivasi. Jakarta: Rieneka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

The researchers design and develop rehabilitation robot to help post stroke patient get the exercise to strengthen their impairment limbs body part especially knee and

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan (Lembaran Negara Republik

Based on result of the analysis, it was found that there was insignificant influence between the control treatment and reduced micronutrients of B, Fe, and Zn on the

“Pengaruh Modal Kerja terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas

Teknik probing-prompting merupakan pembelajaran dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada siswa yang bersifat menuntun dan menggali sehingga siswa mendapatkan

Hasil saringan tersebut, murid yang mempunyai ciri-ciri berkeperluan khas akan dirujuk kepada Pegawai Perubatan dan pasukan khas Program Outreach LINUS2.0

Dalam melakukan topic modelling dengan metode LDA untuk menganalisis topik-topik apa yang sedang dibahas pada media sosial informasi publik di Surabaya, tahap tahap

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah Artificial Neural Network, karena pada pelelitiannya sebelumnya terkait dengan peramalan harga,