• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Terhadap Anak Di Bawah Umur Dalam Melakukan Transaksi Jual Beli Secara Elektronik (Online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tinjauan Hukum Terhadap Anak Di Bawah Umur Dalam Melakukan Transaksi Jual Beli Secara Elektronik (Online)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi ini, penggunaan media telekomunikasi dan teknologi informasi semakin pesat. Hal ini memudahkan proses transaksi bisnis. Perdagangan yang pada awalnya dilakukan secara konvensional yaitu di mana penjual dan pembeli secara fisik bertemu.1 Seiring dengan perkembangannya, kini tergantikan dengan adanya transaksi elektronik atau transaksi online.

Transaksi elektronik juga dapat disebut dengan electronic commerce

atau yang disingkat dengan e-commerce. E-commerce merupakan kegiatan bisnis melalui jaringan komputer berupa internet. Sedangkan internet merupakan sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan berbagai macam situs.2

Kelebihan dari transaksi jual beli yang dilakukan secara elektronik yaitu transaksi ini lebih efektif dan efisien terhadap waktu sehingga memudahkan orang dalam melakukan transaksi jual beli dengan siapapun, di manapun dan kapanpun. Secara tidak langsung, perjanjian yang terjadi antar

1

S. Sahabuddin, “Transaksi Konvensional dengan Transaksi E-Commerce (Pendekatan Komparatif)”, Jurnal Pedoman Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi, 2017, hal. 26-27.

2 Siti Rohaya, “Internet: Pengertian, Sejarah, Fasilitas dan Koneksinya”, Jurnal Fihris Vol. III No. 1

(2)

para pihak dalam transaksi ini dilakukan secara elektronik pula atas dasar kepercayaan.

Secara yuridis, transaksi elektronik diatur dalam Pasal 1 butir 2 Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sedangkan jual beli diatur dalam Pasal 1457 KUH Perdata. Berdasarkan rumusan pasal tersebut, jual beli merupakan bentuk penyerahan kebendaan oleh pelaku usaha dan penyerahan uang oleh konsumen kepada pelaku usaha.3

Dalam proses jual beli terjadi suatu perikatan atau perjanjian antara kedua pihak, dimana perjanjian tersebut harus memenuhi empat syarat sahnya perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihaknya apabila empat syarat perjanjian tersebut telah dipenuhi.4

Salah satu syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata adalah cakap hukum. Cakap hukum yang dimaksud adalah apabila seseorang melakukan perbuatan hukum maka ia dapat dikenakan tindakan hukum

3

Feri Widiastuti, 2019, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Jual Beli Online Studi

Kasus Media Sosial Instagram”, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2019, hal. 2-3.

(3)

tertentu terhadap dirinya.5 Syarat seseorang dikatakan cakap hukum salah satunya bahwa ia telah dewasa.

Dewasa dalam hal ini dilihat dari adanya batasan umur yang ditentukan oleh masing-masing disiplin hukum, di mana hal tersebut terdapat keberagaman ketentuan. Sedangkan di Indonesia, ketentuan batasan umur seorang anak dapat melakukan transaksi jual beli secara elektronik belum diatur dalam peraturan khusus. Oleh karena itu, perjanjian dalam transaksi jual beli secara online oleh anak di bawah umur masih dapat dikatakan sah, namun apabila kelak di kemudian hari timbul suatu permasalahan maka kekuatan hukum perjanjian tersebut lemah.

Tidak dipenuhinya syarat kecakapan hukum maka akan berakibat bahwa perjanjian dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim6 oleh pihak yang berkepentingan. Sistem tersebut logis karena hakim tidak dapat melihat syarat kecakapan hukum dalam perjanjian tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR

DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI JUAL BELI SECARA

ELEKTRONIK (ONLINE)”.

5 Nahrowi, “Penentuan Dewasa Menurut Hukum Islam dan Berbagai Disiplin Hukum”, KORDINAT

Vol. XV No. 2, (Oktober, 2016), hal. 254.

(4)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan hukum terhadap anak di bawah umur dalam melakukan transaksi jual beli secara elektronik?

2. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya transaksi jual beli secara elektronik yang dilakukan oleh anak di bawah umur?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui pandangan hukum dan akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya transaksi jual beli secara elektronik (online) yang dilakukan oleh anak di bawah umur. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan mengenai pandangan serta akibat hukum yang ditimbulkan dari transaksi secara elektronik yang dilakukan oleh anak di bawah umur. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan dan solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan mengenai anak di bawah umur yang melakukan transaksi jual beli secara elektronik.

(5)

E. Kerangka Pemikiran TRANSAKSI JUAL BELI Syarat Sahnya Perjanjian ELEKTRONIK KONVENSIONAL Syarat Subjektif: 1. Kesepakatan Para Pihak 2. Cakap Hukum Syarat Objektif: 1. Suatu Hal Tertentu

2. Sebab yang Halal

Pengaturan mengenai Batas Umur Anak: 1. KUHPerdata

2. Kompilasi Hukum Islam 3. UU No. 1/1974

4. UU No. 35/2014 tentang Perubahan UU No. 23/2002

(6)

Dewasa ini perdagangan sangat pesat perkembangannya, tidak hanya pada apa yang diperdagangkan saja tetapi juga dari media yang digunakan untuk memasarkan dagangannya. Seiring dengan kemajuan teknologi, perdagangan juga dapat dilakukan melalui media elektronik. Perdagangan melalui media elektronik ini disebut dengan e-commerce atau dikenal dengan istilah transaksi secara elektronik.

Transaksi jual beli secara elektronik (online) sangat digemari oleh banyak orang. Selain mudah, transaksi jual beli online juga lebih efektif serta mengefisienkan waktu karena antara penjual dan pembeli tidak harus bertemu dan bertatap muka secara langsung sehingga transaksi dapat dilakukan di manapun dan kapanpun. Transaksi secara elektronik (online) ini diatur dalam Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli telah menimbulkan adanya perjanjian. Perjanjian tersebutlah yang melahirkan suatu perikatan. Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang menyebutkan terdapat empat syarat.7

Salah satu syarat perjanjian tersebut adalah adanya kecakapan hukum dalam bertindak. Seseorang dinyatakan cakap hukum salah satunya adalah apabila ia telah dewasa. Dewasa di sini diartikan dengan adanya batasan umur

(7)

yang ditentukan oleh masing-masing disiplin hukum. Di antaranya kecakapan menurut KUHPerdata atau BW dikaitkan pada usia dewasa yaitu 21 tahun atau telah kawin. Kompilasi Hukum Islam juga mengatur mengenai batas usia dewasa yaitu bahwa ia sudah berusia 21 tahun atau sudah kawin. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan seseorang disebut dewasa ketika sudah diperbolehkan menikah dan sudah mencapai umur 18 tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, batas usia dewasa adalah 18 tahun. Apabila syarat kecakapan hukum tersebut tidak dipenuhi, maka akan berakibat bahwa perjanjiannya dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim.

F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian hukum normatif dan sosiologis atau empiris. Pada penelitian ini digunakan metode pendekatan yuridis empiris atau sosiologis. Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data primer.8

8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2010, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(8)

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yang bertujuan menggambarkan sifat suatu keadaan atau individu serta ada/tidaknya hubungan antar suatu gejala dalam masyarakat,9 dalam hal ini adalah banyaknya anak di bawah umur yang melakukan transaksi jual beli secara elektronik.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Solo Raya. Lokasi ini dipilih karena data di lokasi tersebut memungkinkan untuk dilakukan penelitian dan sesuai dengan studi kasus yang diteliti.

4. Bentuk dan Jenis Data

Penelitian hukum empiris menggunakan dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan yang kemudian diolah oleh peneliti.10 Sedangkan data sekunder hanya digunakan sebagai data penunjang atau pendukung data primer.11 Data sekunder meliputi dokumen resmi, buku-buku, hasi penelitian dan

9 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, hal. 25.

10 Zainuddin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 106.

11 Ishaq, 2017, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi, Bandung:

(9)

sebagainya.12 Dalam penelitian hukum normatif yang mengenal data sekunder, jenis data (bahan hukum)nya adalah:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, antara lain: 1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

5) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

6) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

7) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik

8) Kompilasi Hukum Islam

b. Bahan hukum sekunder, sebagai bahan penunjang untuk memahami dan menganalisis bahan hukum primer13, seperti hasil penelitian.

12 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, hal. 30.

(10)

c. Bahan hukum tersier, 14 bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Hukum dan Ensiklopedia.

5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan wawancara. Studi kepustakaan diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, hasil penelitian dan sebagainya.15 Sedangkan wawancara berpedoman pada rumusan masalah, pokok dan sub-pokok bahasan, serta tujuan penelitian. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa anak di bawah umur yang kemudian hasilnya dianalisis menggunakan berbagai literatur yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini.

6. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,16 yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat logis dan efektif guna memudahkan pemahaman dan interpretasi data.

14 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, 2016, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris,

Depok: Prenadamedia Group, hal. 173.

15 Zainuddin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 107.

16Ishaq, 2017, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi, Bandung:

(11)

G. Sistematika Laporan Penelitian

Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami gambaran permasalahan dalam penelitian skripsi ini, penulis menguraikan sistematika penelitian sebagai berikut:

BAB I berupa Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian.

BAB II berupa Tinjauan Pustaka yang berisi tentang Tinjauan Umum tentang Perjanjian yang terdiri dari Pengertian Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian, Asas-asas dalam Perjanjian, dan Wanprestasi, serta Perjanjian Jual Beli secara Elektronik yang terdiri dari Pengertian Jual Beli Secara Elektronik, Komponen dalam Transaksi Jual Beli Secara Elektronik (E-Commerce), dan Keabsahan Perjanjian Transaksi Jual Beli Elektronik.

BAB III berupa Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai anak di bawah umur dalam melakukan transaksi jual beli secara elektronik (online).

BAB IV berupa Penutup yang merupakan bagian akhir dari penelitian yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap permasalahan yang dikaji.

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan kecerdasan majemuk dapat dilakukan dalam pembelajaran IPA karena pembelajaran IPA memiliki karakteristik yang sesuai untuk pengembangan kecerdasan

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau peempuan dalam keadaan beriman, benar-benar Kami akan berikan kepada mereka

Dengan demikian, hipotesis yang diterima adalah hipotesis Ha, yaitu terdapat interaksi antara pemanfaatan CD komputer BSE (klasikal dan kelompok kecil) dengan motivasi

1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 2) Membantu guru dalam menggunakan strategi pembelajaran yang

2-tailed 0.000 maka Ha diterima bahwa sikap positif citra merek terbentuk pada 53 orang responden yang hadir dalam ak- tivitas showroom event Honda Pekanba- ru

c) haluskan permukaan dengan ampelas dan bersihkan dari debu; d) ulaskan satu lapisan meni dan biarkan kering. 5.1.1.2 Kayu yang pernah dicat atau dipernis Persiapan yang

.::Jtusan menjalin kerjasama dalam bidang pelayanan kesehatan, khususnya di bidang ramasi, dalam rangka pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Farmasi oleh -