• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bulbous Bow Terhadap Pengurangan Tahanan Kapal Kayu Tradisional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Bulbous Bow Terhadap Pengurangan Tahanan Kapal Kayu Tradisional"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

60

Pengaruh Bulbous bow Terhadap Pengurangan Tahanan

Kapal Kayu Tradisional

Andi Haris Muhammad1*), Andi Muhiddin Rauf2), Farianto F Lage3), Anugrah Renaldy4)

1) Program Studi Teknik Sistem Perkapalan Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar 90245

2,3,4) Program Studi Teknik Perkapalan Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar 90245

Abstrak: Proses pembangunan kapal kayu tradisonal di Indonesia umumnya kapal didesain

dan dibangun berdasarkan pada kepiawaian pengrajin yang diperoleh secara turun temurun. Beda halnya dengan pembagunan kapal secara modern, kapal di desain dan dibangun melalui serangkaian proses perancangan, termasuk penentuan tahanan dan daya motor kapal. Penelitian ini bertujuan menentukan tahanan kapal ikan produksi galangan kapal rakyat di Kabupaten Majene Sulawesi Barat melalui pengujian tangki tarik (towing tank). Dalam pengujian tarik KM Ampera [1] digunakan sebagai model pengujian (Model Bare). Selanjutnya untuk meningkatkan performa kapal, dilakukan pula pengujian model dengan bulbous bow (Model Bare-BB). Hasil penelitian menunjukan bahwa model kapal dengan bulbous bow dapat pengurangi tahanan kapal sebesar 10.5 % pada kecepatan 6.5 knot dibanding model kapal tanpa bulbous bow.

Kata kunci: Kapal tradisional, tahanan kapal, pengujian tangki dan bulbous bow.

1. Pendahuluan

Secara turun temurun kapal kayu tradisional telah digunakan masyarakat Indonesia sebagai alat transportasi penyeberangan antar pulau, sarana perniagaan dan sebagai kapal penangkap ikan. Umumnya kapal dibangun secara tradisional dan dibangun hanya berdasarkan pada kepiawaian pengrajin semata yang diperoleh secara turun temurun. Beda halnya dengan pembagunan kapal secara modern, kapal didesain dan dibangun melalui serangkaian tahapan perancangan, termasuk penentuan tahanan dan daya motor kapal. Demikian pula kapal-kapal kayu tradisional yang beroperasi di perairan Majene Sulawesi Barat, umunya kapal dibangun oleh perajin setempat. Salah satunya pusat pengembangan industri kapal rakyat di Propinsi bagian barat Sulawesi tersebut adalah bertempat di Desa Rangas, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene. Dalam perancangan kapal, penetuan daya motor adalah salah satu hal yang sangat penting, pada pembangunan kapal-kapal modern penentuan daya motor tersebut umumnya diawali dengan tahapan perhitungan antara lain: 1) penentuan tahanan kapal, 2) pemilihan propeller, 3) pemilihan mesin dan 4) serangkaian proses engine

matching. Namun para perajin pembuat kapal di Desa Rangas yang dikategorikan

sebagai usaha industri rakyat tersebut, dalam pembuatan kapal hanya dengan menggunakan teknologi sederhana termasuk dalam menentukan daya motor kapal. Galib [2] menjelaskan bahwa umumnya para peranjin dalam memilih mesin (daya motor) kapal hanya didasarkan pada pendekatan panjang kapal, misalkan untuk kapal dengan panjang antara 8-12 meter digunakan mesin dengan daya antara 24-30 PK, *) Corresponding author. Tel./Fax. +62 411 585637

(2)

61 namun pada umumnya pemilik kapal memilih mesin dengan daya sebesar 24 PK, dengan alasan lebih murah dan mudah diperoleh di pasaran. Bahkan untuk meningkatkan kecepatan kapal para pemilik memasang lebih dari satu mesin untuk menggerakkan kapalnya.

Holtop [3] dan [4] menerangkan sejumlah parameter yang mempengaruhi tahanan kapal antara lain: rasio panjang terhadap lebar kapal (L/B), rasio lebar terhadap sarat kapal (B/T) dan koefisien primastik kapal (Cp). Bagus [5] melalui pengujiannya menunjukan bahwa dengan pengurangan sudut masuk air pada haluan kapal (angle of

water entrance) hal tersebut dapat mengurangi tahanan kapal. Selanjutnya

pengurangan tahanan kapal juga dapat dilakukan dengan pemasangan bulbous bow [6

dan 7], hal tersebut sesuai dengan prinsip Bernoully yang mengatakan bahwa penambahan bulbous bows akan meningkatakan kecepatan kapal akibat perubahan

bentuk aliran air yang ditimbulkan.

Paper ini menampilkan studi pengaruh bulbous bows terhadap pengurangan tahanan

kapal ikan tradisional. Sample kapal yang dipergunakan dalam pengujian adalah KM. Ampera [1]. Pemasangan bulbous bow pada kapal tradisional diharapkan dapat

mengurangi komponen tahanan total, dan secara langsung mengurangi daya motor yang diperlukan kapal. Untuk melihat berapa besar pengaruh bulbous bow, pengujian

model pada tangki tarik dilakukan dengan menggunakan model sepanjang 81.54 cm pada kecepatan antara 4 – 10 knot dengan jarak tarik 8 meter.

2. Penelitian tentang bulbous bow

Bulbous bow didefinisikan sebagai suatu bentuk konstruksi haluan berbentuk bola

yang ditempatkan pada linggih haluan bagian depan. Bulbous bow pertama kali

diperkenalkan David Taylor (Tahun 1912) pada kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Namun hingga Tahun 1950 peran bulbous bow tidak memperlihatkan perkembangan

yang berarti. Bahkan dalam kurun waktu tersebut tidak pernah dijumpai pemakaian

bulbous bow pada kapal-kapal barang.

Wigley [6] berdasarkan penelitiannya bahwa bulbous bow cocok digunakan dan akan

memberikan keuntungan bilamana: 1) perbandingan antara kecepatan dan panjang (Fn) berkisar antara 0,80 -1,90; 2) peletakan bulbous bow atau proyeksi ujungnya lebih

panjang dari garis tegak haluan (FP); 3) bagian atas dari bulbous bow tidak boleh

mendekati permukaan air. Namun berdasarkan perkembangan teknologi pengunaan

bulbous bow, bulbous bow dapat pula digunakan untuk kapal dengan Fn antara 0.17 –

0.7 dan pada Fn tersebut dapat mengurangi tahanan kapal sebesar 6% - 20% [7].

3. Teori hidrodinamika bulbous bows

Teori hidrodinamika bulbous bow merupakan salah satu aplikasi dari asas Bernoully

sebagaimana yang dikembangkan oleh banyak peneliti. Berdasarkan asas tersebut memberikan gambaran bahwa terdapat suatu perubahan kecepatan dan tekanan cairan setelah melewati suatu benda bulat (bulbous bow).

Gambar 1. memperlihatkan adanya suatu perubahan kecepatan dan tekanan aliran cairan setelah melewati suaru benda A. Bila awalnya cairan mengalir dengan

(3)

62 kecepatan Vo dan tekanan Po maka pada batas A–A terjadi pembelokan aliran hal tersebut diikuti penambahan tekanan (P1) dan penurunan kecepatan (V1) yang diakibatkan adanya penyempitan permukaan cairan disisi benda A. Gambar 2 menampilkan perubahan bentuk gelombang akibat pengaruh bulbous bows.

Phenomena tersebut sesuai dengan asas Bernoully.

Po + ½ . ρ .Vo2 = P1 + ρ . V12 (1)

Gambar 1 : Perubahan kecepatan aliran yang didasari pada asas Bernoully

Gambar 2 : Perubahan bentuk gelombang akibat penambahan bulbous bows.

4. Pengujian model

Untuk mengetahui berapa besar pengaruh bulbous bow terhadap pengurangan tahanan

kapal tradisional secara nyata, maka diperlukan suatu pengujian pada tangki percobaan. Percobaan tahanan kapal dengan menggunakan model skala 1/13 dilakukan

(4)

63 pada tangki percobaan Laboratorium Hidrodinamika Jurusan Perkapalan Universitas Hasanuddin dengan menggunakan Metode Sistem Pemberat (Gravity System Method).

Tangki tarik yang digunakan dalam percobaan berukuran panjang 18 m, lebar 1.8 m dan kedalaman 1 m.

Pengujian dilakukan dengan dua bentuk lambung (Model A dan B) lihat Gambar 3. Model A adalah model original lambung kapal kayu tradisional (Model Bare) dan Model B adalah model lambung hasil modifikasi dari model original dengan

penambahan bulbous bow (Model Bare-BB), bentuk bulbous yang diuji adalah bentuk

datar selebar dengan lunas kapal, data ukuran utama terdapat pada Tabel 1. Sehingga dengan pengunaan bulbous bow pada kapal kayu tradisional diharapkan dapat

mengurangi tahanan kapal sesuai dengan asas Bernoully.

a) Model bare b) Model bare-bb

Gambar 3. Model original geometri haluan kapal kayu tradisonal (Model Bare) (a) dan model hasil modifikasi (Model Bare-BB) (b)

Tabel 1: Dimensi utama kapal sampel dan kapal modifikasi

Dimensi Kapal Model Bare Model Bare-BB

Skala, λ 1 13 13 Displasmen (ton) 2.314 0.001053 0.001053 Lwl (m) 11.167 0.859 0.859 B (m) 1.6 0.123077 0.123077 H (m) 0.7 0.053846 0.053846 T (m) 0.3 0.023077 0.023077 Cp 0.706 0.054308 0.054308 Cb 0.429 0.033 0.033 V (Knot) 6.5 1.8 1.8 Fn 0.32 0.32 0.32 WSA (m 2) 14.57 0.086213 0.091893 5. Pembahasan

Tangki tarik (towing test) telah banyak dipergunakan dalam memprediksi daya motor

kapal dan karakter performa kapal. Pada penelitian ini dilakukan 2 model pengujian desain lambung (Model Bare dan Model Bare dengan Bulbous bow) dengan tujuan

dapat memilih bentuk lambung yang lebih baik terhadap penggunaan daya motor kapal yang minimal. Proses ektrapolasi tahanan model yang diperoleh melalui pengujian ke dimensi kapal yang sebenarnya digunakan Froude’s Principle dan model-ship correlation line [9 dan 10]. Perhitungan tahanan gesek (friction resistance) didasarkan

pada Metode International Towing Tank Conference, 1957 (ITTC 1957). Gambar 4

(5)

64 memperlihatkan perbandingan koefisen tahanan (CF, CW dan CT) kapal ikan tradisional model tanpa bulbous bow (Model Bare) dan model dengan bulbous bow (Model

Bare-BB). Koefisien tahanan total kapal tradisional sangat dipengaruhi oleh tahanan sisa. Selanjutnya berdasarkan metode diatas, tahanan kapal dengan bulbous bow pada

kecepatan 6.5 knot (service speed), RTS = 1219.65 N. Hasil tersebut lebih rendah 10.5% dibanding model tanpa bulbous bow (Model Bare). Hal ini sesuai dengan asas

bernoully dimana adanya perubahan kecepatan aliran setelah pengunaan bulbous bow.

Hasil lengkap pengujian tahanan kapal ikan tradisional model tanpa bulbous bow

(Model Bare) dan model dengan bulbous bow (Model Bare-BB) diperlihatkan pada

Gambar 5.

Gambar 6 memperlihatkan perbandingan tahanan Model Bare-BB melalui pengujian tangki tarik dan metode empirical (Holtrop Method). Pada kecepatan 6.5 knot, tahanan

kapal yang dihasilkan Metode Holtrop lebih kecil dibanding dengan hasil pengujian tangki tarik sebesar 71.7 %. Hal ini dikarenakan rasio lebar dan sarat kapal (B/T) kapal diluar rentang sebagaimana yang disyaratkan pada Metode Holtrop (2.1 s.d 4).

0.00000 0.00200 0.00400 0.00600 0.00800 0.01000 0.01200 0.01400 0.01600 0.01800 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 5.500 6.000 6.500 7.000 7.500 Vs (Knot) Re s is ta n c e C o e fic ie nt ; CF , CW, CT CF (Model Bare) CW (Model Bare) CT (Model Bare) CF (model Bare-BB) CW (Model Bare-BB) CT (Model Bare-BB)

Gambar 4 : Perbandingan koefisien tahanan (Cf, Cw dan CT) antara Model Bare dan Model Bare-BB melalui pengujian towing tank

(6)

65 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5 10 10.5 Vs (Knot) RT ( N )

Empirikal (Metode Holtrop) Eksperimen

Gambar 6. Perbandingan tahanan kapal ( Model Bare-BB) antara hasil pengujian towing tank dan metode empirikal (Holtrop Method)

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 Vs (Knot) RT (N) Model Bare - BB Model Bare

Gambar 5. Perbandingan tahanan kapal antara Model Bare dan Model Bare-BB melalui pengujian towing tank

(7)

66

6. Kesimpulan

Berdasarkan kajian diatas disimpulkan bahwa penambahan bulbous bow pada kapal

kayu tradisonal memiliki pengaruh terhadap pengurangan tahanan total kapal. Dan disarankan penambahan bulbous bows kapal hendaknya bentuk penampangnya

mengikuti bentuk lunas kapal dan peletakan berada dibawah garis air. Hal tersebut agar dapat menberikan konstribusi yang besar dalam mengurangi tahanan kapal pada saat dioperasikan.

Daftar rujukan

[1]. Galib A F 2009, Studi Identifikasi Sistem Penggerak dan Perlengkapan Kapal Ikan Produksi Desa Rangas Kecamatan Banggae Kabupaten Majene Sulawesi Barat, Skripsi Tidak Diterbitkan, Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar.

[2]. Ardianti 2009, Karakteristik Geometri Kapal Ikan Produksi Desa Rangas, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Skripsi Tidak Diterbitkan, Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makassar.

[3]. Holtrop J and Mennen G G J 1982, An Approximate Power Predition Method, International Shipbuilding Progress, Vol 29.

[4]. Holtrop J 1984, A Statistical Re-analysis of Resistance and Propulsion Data, International Shipbuilding Progress, Vol 31.

[5]. Bagus 2009, Resistance Test Alternative Design of Traditional Purse - Seine Boat, Prosiding Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan (SENTA), ITS, Surabaya.

[6]. Wigley 1936, The Theory of Bulbous bow and its Practical Application, Transactions, NECIES, Vol. 52, pp. 65 – 88.

[7]. Schneekluth H and Bertram V 1998, Ship Design for Efficiency and Economics, Butterworth-Heinemann, London, England.

[8]. Lewis E V 1989, Principles of Naval Architecture, Volume 2: Resistance,

Propulsion and Vibrations, SNAME, Jersey City, USA.

[9]. Betram V 2000, Practical of Ship Hydrodynamics, Butterworth-Heinemann,

London, England.

Biografi Penulis

A Haris Muhammad adalah staf pengajar Program Studi Teknik Sistem Perkapalan

Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Dia mendapat gelar Doktor (PhD) dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) pada tahun 2007. Area ketertarikan risetnya adalah hidrodinamika, gerak kapal, serta desain dan konstruksi kapal kayu/ikan.

(8)

67

Andi Muhiddin Rauf adalah staf pengajar Program Studi Teknik Perkapalan Jurusan

Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dengan Konsentrasi Rancang Bangun Kapal. Saat ini sedang menempuh pendidikan S2-nya di Universitas Hasanuddin dalam bidang teknik bangunan kapal. Area ketertarikan risetnya adalah teknologi produksi kapal, reparasi kapal dan analisis industri terhadap lingkungan.

Farianto F Lage adalah staf pengajar pada Program Studi Teknik Perkapalan Jurusan

Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Dia mendapatkan gelar Magister Teknik (MT) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada tahun 2000. Area ketertarikan risetnya adalah produktivitas, teknologi produksi kapal, desain dan konstruksi kapal kayu/ikan serta transportasi laut.

Anugrah Renaldy adalah mahasiswa tingkat akhir Program Studi Teknik Perkapalan

Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Fokus perhatiannya adalah pada bidang hidrodinamika.

Gambar

Gambar 2 : Perubahan bentuk gelombang akibat penambahan bulbous bows.  4.  Pengujian model
Tabel 1: Dimensi utama kapal sampel dan kapal modifikasi
Gambar 6 memperlihatkan perbandingan tahanan Model Bare-BB melalui pengujian  tangki tarik dan metode empirical (Holtrop Method)
Gambar 5. Perbandingan tahanan kapal antara Model Bare dan Model Bare-BB melalui                    pengujian towing tank

Referensi

Dokumen terkait

Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk, dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk tersebut bisa dikenal

Pada perubahan Anggaran Tahun 2020, program ini tidak dilaksanakan karena telah disentralkan di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan. 5) Program Optimalisasi

1 Wardhiah (2018) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pendapatan Pemerintah Umum (General Government Revenue) atau Pendapatan Negara Konsolidasian di Wilayah Provinsi Jawa Timur sampai dengan triwulan I tahun 2018 sebesar

Dalam rangka pengawasan atas realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada setiap Tahun Anggaran berjalan, dan evaluasi

Selain itu* 0emam uga 0apat merupakan reaksi tubuh akibat tera0in&a perubahan kon0isi anak* seperti misaln&a setelah imunisasi atau karena tumbuhn&a

Kesimpulannya adalah seni merupakan ekspresi seorang seniman yang ada dalam pikirannya yang kemudian dituangkan pada suatu bidang. Baik yang bersifat dua

Intisari, Sistem yang dibuat pada penelitian ini adalah sebuah perangkat elektronika yang berfungsi sebagai sumber gelombang suara yang bisa digunakan oleh para peneliti