• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Hukum Akta Ppat Setelah Terbitnya Sertipikat Karena Peralihan Hak Atas Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kedudukan Hukum Akta Ppat Setelah Terbitnya Sertipikat Karena Peralihan Hak Atas Tanah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

K EDUDUK AN HUK UM AK TA PPAT S ET ELAH TERB I TNY A SERT I PIK AT K ARENA PER AL IHAN H AK ATAS TANAH

Oleh

M ade Putri Sa ras wati I M ade Arya Utama

Ida B agu s Agung Put ra Santika Mag ist er Ke no t ar iat a n U niver sit a s Uda ya na

E- ma il : put r isaraswat i92 @g ma il.co m ABSTRAK

Berdasarkan Pasal 1 angka 4 dan Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998, bahwa akta PPAT mempunyai dua fungsi yaitu sebagai alat bukti perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan sebagai alat pendaftaran guna perubahan data pendaftaran tanah. Ketika terjadi peralihan hak atas tanah, maka fungsi akta PPAT sebagai alat pendaftaran selesai dan menyisakan akta PPAT sebagai alat bukti perbuatan hukum. Begitu pula, bila terjadi peralihan hak berikutnya, maka akan menyisakan kembali akta PPAT sebagai alat bukti perbuatan hukum.

Ada dua isu hukum yang dikaji terhadap kedudukan akta PPAT terkait dengan kewajiban PPAT menyimpan aktanya, yakni (1) kedudukan hukum akta PPAT yang dijadikan dasar penerbitan sertipikat setelah mengalami peralihan hak berikutnya dan (2) tanggung jawab PPAT terhadap akta yang telah mengalami peralihan hak berikutnya terkait dengan kewajibannya menyimpan akta. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian hukum normatif beranjak dari kekosongan norma terhadap kedudukan akta PPAT yang membawa ikutan terhadap tanggung jawab PPAT terkait kewajibannya menyimpan akta. Pendekatan penelitian terdiri dari pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan, bahwa kedudukan hukum akta PPAT yang dijadikan dasar penerbitan sertipikat setelah mengalami peralihan hak berikutnya dapat dikategorikan sebagai arsip inaktif, sedangkan terhadap akta PPAT untuk peralihan hak atas tanah berikutnya dapat dikategorikan sebagai arsip yang masih aktif. Akta PPAT dikategorikan sebagai arsip aktif selama 5 tahun, sedangkan sebagai arsip inaktif selama 30 tahun. Terhadap isi perbuatan hukum dalam akta yang sudah final menghentikan tugas produk hukum tersebut. Dalam hal akta PPAT telah mengalami peralihan hak berikutnya maka berhenti tanggung jawab PPAT, norma hukum sekalipun tidak beralih mengacu pada 30 tahun, terlebih lagi telah dialihkan.

Kepastian terhadap kedudukan akta PPAT juga memberikan kepastian terhadap tanggung jawab PPAT. Tanggung jawab PPAT harus dibedakan antara tanggung jawabnya sebagai pejabat umum dan tanggung jawabnya sebagai penyimpan dokumen negara, sehingga PPAT tidak berorientasi bertanggung jawab tanpa batas.

Kata kunci : Akta PPAT, Alat Pendaftaran, Alat Bukti Perbuatan Hukum dan Peralihan Hak Atas Tanah.

ABSTRACT

According to Article 1 Number 4 and Article 2 section (1) Government Regulation Number 37 Of 1998, explained that PPAT deed have two function which are as evidence on legal action to land rights title and as a registration instrument for the data change of the land registration. When the transfer of land rights title occurs, the function of PPAT deed as a registration instrument is completed and leaves the PPAT deed as evidence on legal action to land rights title. Likewise, if the next rights transfer occurs, it will also re-leave another PPAT deed as evidence on legal action to land rights title. There are two legal issues were reviewed toward to the title of PPAT deed related to liability of PPAT to keep the deed, that is (1) the legal standing of PPAT deed which used as a basis of certificate issuance after the next rights transfer and (2) The liability of PPAT on the deed which encountered the next transfer of rights related to the PPAT obligation to keep the deed.

The type of research used in this thesis is normative legal research refers to the void of norm according with the standing of PPAT deed after the land rights title transfer that connected to the responsible of PPAT which related to their liability on the deed. The research approach of this thesis consists by the statutory approach and conceptual approach.

A c t a C o m i t a s ( 2 0 1 8 ) 1 : 2 6 –4 0 I S S N : 2 5 0 2 - 8 9 6 0 I e - I S S N : 2 5 0 2 - 7 5 7 3

(2)

Based on the result of this research, the conclusion is the legal standing of PPAT deed that encountered the land rights title, in the internal interest of the national land authority can be categorized as static archives because the legal standing of PPAT deed as active dynamic archive only during the processing until the certificate issued. Meanwhile, in the external interest PPAT deed is a living or active document which is the consequence of its position as an evidence on legal action. PPAT deed in the external interest can be categorized as active archives for 25 years. The purpose of the deed can be said completed, if the legal action that mean in the deed has been final. In the event that the PPAT deed has encountered the next transfer of rights, it stops the liability of the PPAT, even though the land rights do not transfer, the legal norm refers to 25 years.

K e y wo rd : P P A T De e d, Re g i st ra t i o n Inst rum e nt , Ev i d e nc e o n L e g a l A c ti o n, T he T ra nsf e r o f L a nd Ri g ht s.

I. PEN DAHU LUA N

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, untuk kegiatan-kegiatan tertentu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota tidak dapat melaksanakan sendiri, akan tetapi membutuhkan bantuan pihak-pihak lain, yang dijabarkan dalam Pasal 6 ayat (2) PP No. 24 Tahun 1997, yaitu “Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan”. PPAT merupakan pejabat umum yang menjadi mitra dalam pengelolaan bidang pertanahan untuk mengukuhkan subjek hak yang bersangkutan di Indonesia.

Sebagai pejabat umum, PPAT dikonsepsikan sebagai pejabat yang berwenang untuk membuat akta-akta otentik yang objeknya tanah. Terkait dengan tugas pokok dari PPAT dijabarkan dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998, yaitu “PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu”. Aturan tersebut menentukan bahwa peralihan hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT.

Adapun akta PPAT mempunyai dua fungsi terkait dengan peralihan hak atas tanah. Fungsi yang pertama dapat ditelusuri dalam Pasal 1 angka 4 PP No. 37 Tahun 1998 mengenai konsep akta PPAT yaitu alat bukti perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan fungsi yang kedua dijabarkan dalam Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998 yaitu akta PPAT sebagai alat pendaftaran untuk perubahan data pendaftaran tanah.

Ketika terjadi perbuatan hukum mengenai hak atas tanah, akta PPAT dijadikan dasar dalam pendaftaran peralihan hak berdasarkan Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998. Ketika akta PPAT didaftarkan dan telah terbit sertipikat hak, maka akan menyisakan akta PPAT sebagai alat bukti perbuatan hukum. Hak atas tanah pada era sekarang bersifat ekonomis sehingga tidak menutup kemungkinan akan dialihkan kepada pihak-pihak lain, dalam keadaan seperti ini akta PPAT tetap diperlukan sehingga terbit sertipikat hak sebagai bukti kepemilikan dan menyisakan kembali akta PPAT sebagai alat bukti perbuatan hukum. Tidak jarang dalam peralihan hak atas tanah menimbulkan permasalahan dikemudian hari dan melibatkan akta PPAT sebagai alat bukti perbuatan hukum.

Tidak terdapat kejelasan terhadap kedudukan hukum akta PPAT setelah terbitnya sertipikat hak, juga terhadap akta PPAT yang berikutnya apabila hak atas tanah dialihkan. Hal tersebut terkait dengan kewajiban PPAT dibidang administrasi yaitu menyimpan dan memelihara akta, sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat (3) huruf a PP No. 37 Tahun 1998 yaitu PPAT wajib

(3)

menyimpan akta lembar pertama 1 (satu) rangkap di kantornya.

Di dalam UUPA juga peraturan perundang-undangan lainnya tidak terdapat pengaturan terhadap kedudukan hukum akta PPAT yang dijadikan dasar penerbitan sertipikat setelah mengalami peralihan hak dan telah terbit perubahan sertipikat hak. Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998 hanya menempatkan akta PPAT sebagai alat bukti daftar peralihan hak atas tanah, artinya dicukupkan keberlakuannya ketika telah memenuhi syarat sebagai alat pendaftaran. Demikian pula, tidak terdapat ketentuan lain yang mengatur mengenai kedudukan hukum akta PPAT setelah peralihan hak terkait dengan kewajiban dan batas tanggung jawab PPAT terhadap produk hukumnya, yang berarti terjadi kekosongan norma. Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, maka penulis melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengangkat judul “Kedudukan Hukum Akta PPAT Setelah Terbitnya Sertipikat Karena Peralihan Hak Atas Tanah”.

1.2. Rumu san M asa lah

Adapun rumusan permasalahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan hukum akta PPAT yang dijadikan dasar penerbitan sertipikat setelah mengalami peralihan hak berikutnya?

2. Bagaimanakah tanggung jawab PPAT terhadap akta yang telah mengalami peralihan hak berikutnya terkait dengan kewajibannya menyimpan akta?

1.3. Tujuan Pene litian

Tujuan penelitian ini dapat dikualifikasikan atas tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus. Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut : 1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian atas permasalahan di atas adalah untuk mengetahui kedudukan hukum akta PPAT setelah terbitnya sertipikat karena peralihan hak atas tanah.

1.3.2. Tujuan Khusus

Dalam penelitian ini, tujuan khusus yang ingin dicapai sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yakni :

1. Untuk mengkaji mengenai kedudukan hukum akta PPAT yang dijadikan dasar penerbitan sertipikat setelah mengalami peralihan hak berikutnya.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui tanggung jawab PPAT terhadap akta yang telah mengalami peralihan hak berikutnya terkait dengan kewajibannya menyimpan akta. 1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penulis berharap bahwa hasil dari penelitian ini dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan khususnya perkembangan ilmu hukum kenotariatan. Hal ini terkait dengan produk hukum PPAT yaitu akta-akta mengenai peralihan hak atas tanah dan juga terhadap peraturan-peraturan tentang jabatan PPAT.

1.4.2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dalam penulisan ini, antara lain: bagi Pemerintah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kritis terkait dengan PPAT dan produk hukumnya. Bagi Praktisi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terhadap kepastian hukum dari kedudukan hukum akta PPAT yang dijadikan dasar penerbitan sertipikat setelah mengalami peralihan hak berikutnya dan tanggung jawab PPAT terhadap produk hukumnya, setelah ditentukan sah dibuat dan sah digunakan ketika terjadi peralihan hak. Kemudian bagi penulis, diharapkan

(4)

penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang erat kaitannya dengan perkembangan ilmu kenotariatan.

1.5.Landasan Teoritis

Adapun teori-teori dan konsep hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.5.1. Teori Negara Hukum

Negara Indonesia sebagaimana tersurat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, ditentukan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, sehingga segala tindakan dan perbuatan harus didasarkan atas hukum. Dalam kaitannya dengan hukum agraria, khususnya hak atas tanah, teori negara hukum terimplementasi di dalam hak menguasai tanah oleh negara. Kewenangan negara dalam bidang pertanahan merupakan pelimpahan tugas bangsa. Negara Republik Indonesia telah meletakkan dasar politik agraria nasional, sebagaimana dimuat dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

Bahwa untuk mencapai apa yang ditentukan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Bangsa Indonesia ataupun negara tidak bertindak sebagai pemilik tanah, tetapi negara adalah organisasi kekuasaan tertinggi dari seluruh rakyat (bangsa) bertindak selaku badan penguasa sebagaimana dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUPA.1 Ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf c UUPA, menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara manusia dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai tanah. Kewenangan negara dalam pasal ini adalah mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia (Pasal 19 UUPA jo. PP No. 24 Tahun 1997), mengatur pelaksanaan peralihan hak atas tanah, dan mengatur kebebasan orang-orang dalam melakukan hubungan-hubungan dan perbuatan-perbuatan hukum yang dapat melahirkan akibat

1

Samun Ismaya, 2013, Hukum Administrasi Pertanahan, Ed. 1, Cet. 1, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 148

hukum.2 Pengurusan tanah-tanah negara yang merupakan kekayaan negara secara yuridis administratif penguasaannya berada di bawah wewenang Menteri Negara Agraria/Kepala BPN.

1.5.2. Teori Kepastian Hukum

Menurut Peter Mahmud Marzuki, kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu:3

1. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

2. Berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu, individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu. Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa salah satu tujuan hukum yaitu memberikan kepastian hukum.

Kepastian hukum dapat dikatakan sebagai keamanan hukum, artinya bahwa hal tersebut dapat melindungi para pihak dari adanya kemungkinan timbulnya kesewenang-wenangan pemerintah. Kepastian hukum terwujud salah satunya apabila terdapat aturan yang jelas dan konsisten. Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya, subjek dan objeknya serta ancaman hukumnya. 1.5.3. Teori Penemuan Hukum

Menurut Paul Scholten bahwa yang dimaksud dengan penemuan hukum adalah sesuatu yang lain daripada hanya penerapan peraturan-peraturan pada peristiwanya. Kadang-kadang dan bahkan sangat sering terjadi bahwa peraturannya harus ditemukan, baik dengan metode interpretasi maupun dengan metode argumentasi.4 Penelitian ini

2

Urip Santoso, 2013, Hukum Agraria (Kajian Komprehensif), Cet. Ke-3, Kencana, Jakarta (selanjutnya disingkat Urip Santoso I), hal. 80

3

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 137 4 Ah ma d Ri fa i , 2 0 1 1 , Pe n e mu a n Hu k u m Ol e h Ha k i m Da l a m Pe rsp e k t i f Hu k u m Pro g re si f , Si n ar Gr a fi k a , Ja k a r t a , h a l. 2 1

(5)

menggunakan Metode Argumentasi Analogi (argumentum per analogiam) yang berarti memperluas peraturan perundang-undangan yang terlalu sempit ruang lingkupnya, kemudian diterapkan terhadap peristiwa yang serupa, sejenis atau mirip dengan yang diatur dalam undang-undang.5

1.5.4. Teori Tanggung Jawab

Me ng e na i per so a la n pert anggu ng jaw a ba n p e ja bat me nurut Kra ne nburg da n Vegt ing ada dua t eo ri ya ng me la nda sin ya ya it u:6

1. Fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga itu dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Beban tanggung jawab ditujukan pada manusia-pejabat selaku pribadi.

2. Fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga itu dibebaskan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Beban tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula dengan apakah kesalahan yang dilakukan itu ringan atau kesalahan besar.

1.5.5. Konsep Peralihan Hak Atas Tanah

Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis berpendapat untuk memudahkan pemahaman praktis, maka “peralihan hak atas tanah” dapat ditafsirkan sebagai suatu perbuatan hukum yang dikuatkan dengan akta otentik yang diperbuat oleh dan di hadapan PPAT yang mengakibatkan beralihnya pemegang hak atas tanah kepada pihak lain.7 Dengan kata lain, peralihan hak atas tanah adalah berpindahnya hak atas tanah atau Hak

5

Bambang Sutiyoso, 2015, Metode Penemuan Hukum: Upaya Mewujudkan Hukum yang Pasti dan Berkeadilan, Edisi Revisi, UII Press, Yogyakarta, hal. 133

6

Ridwan HR, 2008, Hukum Administrasi Negara, Ed. 1, Cet. 4, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 365

7

Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, 2008, Hukum Pendaftaran Tanah, Cetakan Kesatu, CV. Mandar Maju, Bandung, hal. 275

Milik Atas Satuan Rumah Susun dari pemegang hak kepada pihak lain karena suatu perbuatan hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar pihak lain memperoleh hak tersebut.

1.5.6. Konsep Pendaftaran Tanah Sistem pendaftaran tanah yang digunakan oleh PP No. 24 Tahun 1997 adalah sistem pendaftaran hak (registration of titles) bukan sistem pendaftaran akta (registration of deeds). Sistem pendaftaran hak tampak dengan adanya Buku Tanah sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan disajikan serta diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti hak yang didaftar, sedangkan dalam pendaftaran akta, yang didaftar bukan haknya, melainkan justru aktanya, yaitu dokumen-dokumen yang membuktikan diciptakannya hak yang bersangkutan dan dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum mengenai hak tersebut kemudian.8

Di Indonesia menganut sistem yang saling bergandengan, artinya tidak ada pemisahan yang ekstrim antara pendaftaran hak dan pendaftaran akta. Dalam hal ini, dilakukan pendaftaran hak dengan perantara akta. Akta digunakan sebagai syarat formil pendaftaran peraalihan hak atas tanah, untuk mendapatkan sertipikat sebagai tanda bukti hak.

1.5.7. Konsep Kedudukan

Dalam ilmu sosiologi, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.9 Tidak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Konsep kedudukan dalam ilmu sosiologi dielaborasi dalam ilmu hukum, maka kata dan makna dari seseorang diganti menjadi objek yang ditujukan pada hukum. Dalam penelitian ini, yang

8

Urip Santoso, 2014, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Ed. 1, Cet. Ke-4, Prenadamedia Group, Jakarta (selanjutnya disingkat Urip Santoso II), hal. 154

9

Soerjono Soekanto, 2015, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Cet. 47, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 211

(6)

menjadi objeknya adalah kedudukan dari akta PPAT setelah terbitnya sertipikat hak atas tanah.

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Jenis Penelitian

Untuk menghimpun bahan yang dipergunakan guna penyusunan dan pembahasan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Jenis penelitian hukum normatif dipilih dalam penulisan tesis ini, karena beranjak dari kekosongan norma dalam Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998 terkait dengan kedudukan akta PPAT yang dijadikan dasar penerbitan sertipikat setelah mengalami peralihan hak berikutnya. Dalam ketentuan tersebut hanya menentukan bahwa akta PPAT merupakan syarat formil guna pendaftaran dan perubahan data dalam peralihan hak atas tanah.

1.6.2. Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan analisis konsep hukum (analitical conceptual approach).

1.6.3. Sumber Bahan Hukum

Unt uk me ngka ji da n me mba ha s per masa la ha n d a la m pe ne lit ia n in i, pe nu lis me nggu na ka n su mbe r ba ha n huku m. Ad apu n su mbe r ba ha n huku m ya ng d igu naka n da la m p e ne lit ia n in i, a nt ara la in : Ba ha n huku m pr imer ya ng bersu mber dar i be berapa ket e nt ua n perat uran peru nda ng -u nda ng a n, ba ha n huku m seku nd er ya ng berasa l d ar i buk u - buku, jur na l-jur na l huk u m, skr ip si, t esis, d isert asi huku m, ju ga pa nd a nga n a hli huku m, da n ba ha n huku m t ert ier merup aka n pe nu n ja ng ya ng me mber i p et unjuk da n pe n je la sa n t erhadap ba ha n huku m pr imer da n ba ha n huku m se ku nder, sep ert i ka mus huku m da n e nsik lo ped ia huk u m, ya ng re le va n d e nga n o bje k ka jia n pe ne lit ia n huku m in i.10

10

Ishaq, 2016, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Ed. Revisi, Cet. 1, Sinar Grafika, Jakarta,hal. 140

1.6.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Ba ha n huku m ya ng d ig u nak a n da la m pe nu lisa n in i d ip ero le h me la lu i t ek nik st ud i kepu st akaa n (st udy do cum ent) de ng a n sist e m kart u (ca rd sy ste m). Da la m sist e m kart u, ba ha n- ba ha n hu ku m ya ng se sua i de ng a n p e ne lit ia n in i d icat at me ng e na i ha l- ha l ya ng d ia ngga p pe nt ing, se hing ga dapat le b ih muda h u nt uk d ipa ha mi.

1.6.5. Te kni k An a lisa B ahan Huku m

Ba ha n hu ku m ya ng t e la h d ik u mpu lka n da n k lar ifik a si pad a t ahap pe ngu mpu la n ba ha n hu ku m, ke mud ia n d ila kuk a n de skr ips i de nga n p e ngura ia n pro po sisi-pro po sisi huku m se sua i d e nga n po ko k per ma sa la ha n ya ng d ik a ji. D ila n jut ka n de ng a n t eknik e va luat if de ng a n me nggu naka n ko nst ruksi huk u m a na lo g i, ya it u per lua sa n ber laku n ya u nda ng -und a ng ya ng rua ng lingk up nya t erla lu se mp it . Ke mud ia n pe nu lis me nggu naka n t eknik arg u me nt at if unt uk me mber ik a n pe nd apat da n a lasa n-a la sa n bersifat pe na lara n at au penje la sa n ya ng ma suk aka l unt uk me mpero le h ke simpu la n. II. PEMBAHASAN

2.1.Akta PPAT Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997 dan PP No. 37 Tahun 1998

Akta PPAT merupakan dasar agar suatu peralihan hak atas tanah dapat didaftarkan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 37 PP No. 24 Tahun 1997 yaitu: “Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindaham hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Kemudian akta PPAT

(7)

berdasarkan PP No. 37 Tahun 1998 ditentukan sebagai :

1. Akt a P P AT se bag a i a kt a o t ent ik ya ng me mbukt ik a n t e la h d iadak a n per buat a n huku m t ert ent u me nge na i hak at a s t ana h at au Hak Milik At a s Sat uan R u ma h Su su n (Pa sa l 1 a ngka 1 jo. a ngka 4 PP No . 37 Tahu n 1 998) ;

2. Akt a PP AT aka n d ijad ik a n d asar bag i pe nda ft ara n peru ba ha n d at a pe nda ft ar a n t a na h ke Ka nt o r Pert ana ha n Ka bu pat en/ Ko t a (Pasa l 2 a yat (1) PP No. 37 Tahu n 1 998).

Ber ikut d isa mpa ik a n a na lis is t ent ang per ba nd ing a n akt a PP AT d it in jau dar i 2 (du a) Perat ura n Pe mer int a h ya it u PP No . 24 Tahu n 1997 da n PP No . 37 Tahu n 199 8 ya ng me nja d i d asar dar i ja bat a n PPAT maupu n pro duk huku mn ya .

Tabe l 1.

Perba nd ing a n Akt a PPAT PP No . 24 Tahu n 1997 PP No . 37 Tahu n 1998 asa l 7 a ya t (1) Peralihan hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasuka n dalam perusahaa n dan perbuatan hukum pemindah an hak lainnya, kecuali asa l a ng ka 4 Akt a PPAT ada la h akt a ya ng d ibuat o le h PP AT se ba ga i bukt i t e la h d ila ksa nak a nnya perbuat a n huk u m t ert ent u me nge na i hak at as t ana h at au Hak Milik At as Sat uan Ru ma h Susu n. pemindah an hak melalui lelang hanya dapat didaftarka n jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenan g menurut ketentuan peraturan perundang -undangan yang berlaku. asa l a yat (1) da n (2) (1). PPA T bertugas pokok melaksanaka n sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukanny a perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang

(8)

diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. (2). Perbu atan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. ju a l be li; b. t uka r me nuk ar ; c. hiba h; d. pe m asuk a n ke da la m perusa haa n ( inbre ng) ; e. pe m bag ia n hak bersa ma ; f. pe m ber ia n H ak Gu na Ba ngu na n/ Hak Pa ka i at as t ana h Hak Milik ; g. pe m ber ia n H ak Tang gu nga n; h. pe m ber ia n kuasa me mbe ba n ka n Hak Tang gu nga n. asa l a yat (1) Unt uk me la k sa na ka n t ugas po ko k se ba ga ima na d ima ksud da la m Pasa l 2 seo rang PPAT me mp u nya i kewe na nga n me mbu at akt a ot ent ik me nge na i se mu a perbuat a n huk u m se ba ga ima na d ima ksu d da la m Pasa l 2 a yat (2) me nge na i hak at as t ana h d a n Hak Milik At as Sat uan Ru ma h Susu n ya ng t erlet ak d i da la m daera h ker ja nya. asa l 1 a yat (1), 2), da n (3) (1). Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditetapkan oleh Menteri. (2). Semu a jenis akta PPAT diberi satu nomor urut yang berulang pada permulaan tahun takwim. (3). Akta PPAT dibuat dalam bentuk asli dalam 2

(9)

(dua) lembar yaitu: a. lemb ar pertama sebanyak 1 (satu) rangkap disimpan oleh PPAT yang bersangkutan , dan; b. lemb ar kedua sebanyak 1 (satu) rangkap atau lebih menurut banyaknya hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta, yang disampaikan kepada Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran, atau dalam hal akta tersebut mengenai pemberian kuasa membebanka n Hak Tanggungan, disampaikan kepada pemegang kuasa untuk dasar pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan, dan kepada pihak-pihak yang berkepenting an dapat diberikan salinannya. Jika d icer mat i t abe l d i at as ma ka t erhadap kedu duka n akt a PPAT, su bst ansi kedu a perat ura n t ersebut t erhada p o bjek ya ng sa ma ya it u akt a PP AT se baga i akt a ot ent ik t idak ja u h ber bed a. Pada ha l, PP No . 37 Tahu n 199 8 meru paka n da sar huku m d ar i Ja bat a n PP AT ya ng mest in ya le bih me ngat ur bag a ima na per ilak u ja bat an PP AT da la m r a ngk a me mbuat pro duk huku mn ya , baga ima na sa nk sin ya apa bila t at a cara da n pro sedur p e mbuat a n akt a d ila nggar d a n bag a ima na keduduk a n huku m akt a nya a pa bila t id ak t erpe nu hin ya u nsur -u nsur suat u akt a me nja d i o t ent ik.

Sebaga i per ba nd ing a n d i da la m UUJN se cara t ega s me ngat ur t anggu ng ja wa b No t aris da la m me n ja la nka n ja bat a nnya d e nga n sa nk si ad min ist rat if jik a me la kuk a n pe la ngg ara n t erhada p ja bat ann ya. De mik ia n juga a pa bila akt a ya ng d ibu at nya t ida k me me nu hi ket ent ua n p erat ura n peru nda ng-u nda ng a n ba ik KUHPerdat a, maupu n U UJN it u se nd ir i, d ia nca m d e nga n sa nks i ba hwa akt a No t aris dapat t erdegradasi me mp u nya i kek uat a n se ba ga i a kt a d ibawa h t ang a n, at au ba hka n d ibat a lk a n.

2.2 K edudukan Huku m A kta PPAT

2.2.1. K edudukan Huku m A kta PPAT Sebag ai A kta Otentik Pasa l da la m U nda ng -u nda ng ya ng merupa ka n p ilar d ar i ke berad aa n a kt a ot ent ik da n

(10)

pe ja bat u mu m d i I ndo ne sia ya it u ket ent ua n Pa sa l 18 68 KUHP erdat a

yang menentukan : “Suatu akta

ot ent ik ia la h suat u akt a ya ng d id a la m be nt uk ya ng d it e nt uka n o le h u nda ng -u nda ng, d ibuat o le h at au d i hadap a n p ega wa i-peg awa i u mu m ya ng berk ua sa u nt uk it u d i

tempat di mana akta dibuatnya”.

B ila d ika ji se cara limit at if kat a da la m Pa sa l 1 868 KU HPerdat a, ya ng me ne nt uka n ba hw a be nt uk akt a ot ent ik d ibuat da la m be nt uk ya ng d it e nt uka n o le h u nda ng-und a ng (gar is baw a h o le h pe nu lis), ma ka se cara re dak sio na l akt a ya ng d ibu at o le h PP AT buka n meru paka n akt a o t ent ik, kare na akt a ya ng d ibuat o le h PP AT t ida k d it et apka n o le h U nda ng -u nda ng me la ink a n d it et apk a n o le h Perat uran Pe mer int a h da n Perat uran Me nt er i. S e la in da la m KUHPerdat a, U nd a ng -U nd a ng No . 51 Ta hu n 20 09 t ent a ng t e nt ang Peruba ha n Kedua U nda ng -U nda ng No . 5 Tahu n 1986 t e nt ang Perad ila n Tat a Usa ha N egara Pa sa l 101 huru f a d it e nt uka n ba hw a

“akta otentik adalah surat yang

d ibuat o le h at au d ihad apa n seo rang pe ja bat u mu m, ya ng me nurut perat uran peru nda ng -und a ng a n berwe na ng me mbuat surat it u de ng a n ma ksu d u nt uk d ig u nak a n se bag a i a lat bukt i t ent ang per ist iwa at au per buat a n huk u m ya ng t erca nt u m d i

dalamnya”. Atas dasar Pasal

t ersebut akt a ya ng d ibuat o le h PPAT ad a la h a kt a ot ent ik se ba b akt a t erse but d ibuat o le h PP AT ya ng meru paka n pe ja bat u mu m, be nt uk akt a dit et apka n o le h perat uran peru nd a ng -u nd a nga n (gar is bawa h o le h pe nu lis), akt a d ibuat o le h at au d ihad apa n seo rang pe ja bat u mu m, da n akt a d ibuat unt uk d ig u nak a n se baga i a lat bu kt i t e nt ang pe mind a ha n ha k (pera liha n hak), pe mbe ba na n hak, da n pe mber ia n hak.

2.2.2.K edudukan Huku m A kta PPAT Seba gai A lat Penda fta ran

Da la m Pa sa l 37 a yat (1) PP No . 24 Tahu n 1997 d it et apka n

bahwa “peralihan hak atas tanah

da n H ak Milik at as Sat ua n Ru ma h Susu n me la lu i jua l be li, t ukar me nukar, hiba h, p e ma suka n da la m perusa haa n d a n per bu at an huku m pe minda ha n hak la inn ya , k ecua l i pe minda ha n hak me la lu i le la ng, ha nya da pat d ida ft arka n jik a d ibukt ika n de nga n akt a ya ng d ibuat o le h PP AT ya ng berw e na ng me nurut ket ent u a n p erat ura n peru nda ng-u nda ng a n ya ng

berlaku”. Kemudian pada Pasal

103 a yat (2) huru f c PMN A/ KBP N No . 3 Tahu n 1997, d it e nt uka n ba hwa a kt a ya ng d ibuat o le h PP AT meru paka n sa la h sat u do ku me n ya ng d ip er luka n u nt uk ke per lua n pe nda ft ar a n per a liha n hak at a s t ana h. Akt a PPAT merup aka n sa la h sat u su mber d at a ut a ma bag i pe me lihar aa n d at a penda ft ara n t ana h.

2.5. K edudukan Huku m A kta PPAT Sete lah M enga la mi Pe ra lihan B e ri kutnya

Akt a PP AT dap at

d ik at ego rika n se baga i suat u surat pe nyera ha n (akt e van t ran spo rt), kare na bera nja k d ar i pe ndapat Subekt i akt a PP AT merupak a n a lat bukt i ba hwa be nar t er jad in ya perbuat a n huku m me ng e na i ha k at as t ana h ya ng beru pa pe nyer a ha n nyat a (f eitelij ke lev eri ng).11 D ibuat nya akt a PP AT berup a pe nyera ha n keku asaa n secar a nyat a, baru la h ke mud ia n akt a d ig u nak a n se baga i d asar juridi sch e le ve ring (pe nyer a ha n sec ara huku m) da la m ha l p era liha n hak at as t ana h ya ng masu k nya ha k me ngua sa i t a na h o le h negar a unt uk me no lak at aupu n me ner ima per mo ho na n t erse but .

11

Subekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 29, Intermasa, Jakarta, hal. 71

(11)

Ket ika t e la h d ida ft ark a n keduduk a n da n fu ng si a kt a PP AT se ba ga i a lat pe nda ft ara n gu na peru ba ha n d at a da la m pe nda ft ara n t ana h t e la h se le sa i, mak a me n yisaka n akt a PP AT se baga i akt a ot ent ik berup a a lat bukt i perbuat a n huku m p era liha n ha k at as t ana h berda sar pad a ket e nt ua n Pasa l 1 a ngka 1 da n a ng ka 4 PP No . 37 T ahu n 1998. Ket ik a t er jad i perbuat a n huku m p era liha n ha k at as t ana h ke dua, ket ig a maupu n ber ikut nya, pro sedur dar i awa l se ba ga ima na d ija barka n d i at a s dar i t a ha p per siap a n da n pe mbuat a n a kt a sa mp a i d e nga n pro ses pe nd a ft ara n da n ak hir nya me ndap at ha sil ak h ir berup a sert ip ik at hak a ka n t eru la ng ke mba li. Akt a PP AT aka n t et ap d ip er luka n u nt uk per a liha n ha k ber ikut nya da n me n yisaka n ke mba li akt a PPAT ber ikut nya se ba ga i a lat bukt i.

Akt a PP AT merup aka n ar sip negara ya ng wa jib d isimp a n da n d ip e lihar a. Jik a d ika ji k et e nt ua n UU Kear sipa n da n P KBPN No . 8 Tahu n 2 009 t ent a ng Tat a Naska h D inas da n Tat a Ke arsip a n d i Lingku nga n B ada n Pert ana ha n Nasio na l, d ike na l a da nya Arsip d ina mis da n Ar sip st at is, ke mud ia n ar sip d ina mis d ibed aka n me n jad i arsip vit a l, ar sip akt if da n arsip ina kt if. Ar sip d ina mis a da la h arsip ya ng d ipergu naka n da la m pere nc a naa n, pe la ksa na a n, pe nye le nggar aa n ke hid upa n ke ba ng sa a n pad a u mu mn ya at au d ip ergu na ka n se cara la ng su ng da la m pe nye le ngg araa n ad min ist rasi negara. Se la n jut nya arsip d ina mis, d ir inc i lag i m e n jad i arsip akt if ya it u arsip ya ng freku e ns i pe nggu naa nnya ma sih t ing g i, art in ya ma sih d igu naka n unt uk ke la ng su nga n pek er jaa n d i ling ku nga n u nit pe ngo la ha n dat a dar i Ka nt o r Pert ana ha n, seda ngka n arsip inakt if ya it u arsip ya ng freku e ns i p e nggu naa nn ya suda h

jar a ng, at au ha nya d ipergu naka n se ba ga i re fere nsi sa ja.12

Berda sark a n met o de a na lo g i, ma ka akt a PP AT juga dapat d ik at ego rika n d e mik ia n, ba hw a akt a PPAT merupak a n arsip d ina mis ya ng d ibuat se baga i bukt i perbuat a n huku m me ng e na i ha k at as t ana h da n d ipergu nak a n sec ara la ngsu ng se ba ga i d asar unt uk peru ba ha n dat a pe nda ft ara n t ana h. Da la m freku e ns i pe nggu naa nn ya, akt a PP AT dapat k lasifik asik a n se bag a i arsip a kt if se la ma pe mro se sa n hing ga t erbit sert ip ik at se bag a i bukt i kepe milik a n hak at as t ana h. Ha l de mik ia n kar e na se be lu m t er bit nya sert ip ik at , akt a PPAT d igu naka n sec ara la ng su ng d a la m u nit pe ngo la ha n dat a d i lingk u nga n BPN se bag a i su mber dat a yur id is ya ng aka n d igu naka n u nt uk peru ba ha n dat a pe nd a ft ara n t a na h sa mp a i ak hir nya t er bit sert ip ikat hak.

Se la njut nya jik a d ik a ji da la m UU Kear sipa n da n P KBPN No . 8 Tahu n 2009 k eduduk a n akt a PP AT set e la h t er jad in ya pera liha n ha k da n t e la h t erbit sert ip ikat da la m fu ng si int er na l ya it u lingk u nga n BPN dapat d it e nt uka n se baga i arsip st at is ya it u arsip ya ng berasa l dar i arsip d in a mis na mu n t id ak lag i d ipergu naka n secar a la ngsu ng at au t erus me neru s d i ling ku nga n BP N t ap i kare na nila i in fo r ma sin ya c ukup t ingg i t et ap d isimpa n da n d ip e lihar a. Dapat d ip a ha mi berda sarka n ura ia n t ersebut d i at as, se su ngg u hnya keduduk a n akt a PP AT u nt uk pera liha n hak at as t a na h ber ikut nya a da la h sa ma. Ha l de mik ia n k are na akt a PP AT berkedudu ka n se baga i suat u arsip d ina mis ya ng akt if ha n ya se la ma pe mro sesa n dat a d i lingk u nga n BPN.

12

Sedarmayanti, 2015, Tata Kearsipan-Dengan Memanfaatkan Teknologi Modern, Edisi Revisi, Cet Ke-5, Mandar Maju, Bandung, hal. 33

(12)

Dar i seg i fu ng sio na l da la m kepe nt inga n int er na l ya it u d i ling ku nga n BP N, kedud uka n akt a PPAT ada la h st at is set e la h sert ip ik at hak at as t ana h t er bit , kare na sert ip ik at hak merup aka n bukt i k epe milik a n ya ng kuat , na mu n d a la m kepe nt inga n ekst er na l, akt a PP AT dapat d ik at ego rika n se bag a i do ku me n hid up at au akt if. Art inya , kepe nt inga n ek st erna l in i meru paka n ko nseku e ns i yur id is dar i k edudu ka n akt a PP AT se baga i akt a ot ent ik berup a a lat bukt i perbuat a n huku m ak a n d igu naka n apa bila ad a p iha k ya ng me me r luka n at au se baga i co nt o h bila ma na t er jad i se ngk et a at aupu n gugat an d i pe ng ad ila n t erhada p sert ip ik at ya ng d it er bit ka n at au pe milika n hak at as t a na h, mak a akt a t erse but aka n d ija d ika n se ba ga i bukt i d ip ersid a nga n. 2.4. K ewajiban dan Jangka Waktu Penyi mpanan A kta PPA T yang Te lah M enga la mi Pe ra lih an Hak B e ri kutnya

Pasa l 21 a yat (3) huru f a PP No . 37 Tahu n 1998 ya ng

menentukan bahwa “lembar

pert a ma se ba nya k 1 (sat u) rang kap d is impa n o le h PP AT ya ng bersangkutan”. Dalam penjelasan pasa l t erse but , t idak d ije la ska n baga ima na c ara pe n yimpa na n jug a ja ngka wakt u p e nyimpa na n akt a t ersebut . Da la m k et ent ua n Pa sa l 21 a yat (3) huru f a PP No . 37 Tahu n 199 8 mau pu n p e nje la sa nnya t id ak d ise but ka n t at a cara pe nyimpa na n maup u n ja ngk a wakt u pe nyimp a na n ya ng ber imp lika si p ada t angg u ng ja wa b dar i PP AT it u se nd ir i.

Terka it de ng a n ke duduk a n huk u m akt a PPAT da la m ka it a nnya de nga n k ewa jiba n PP AT da la m me n yimpa n pro to ko ln ya, mak a akt a PPAT ya ng t e la h d id a ft arka n da n t e la h t er bit sert ip ikat hak aka n berkedudu ka n se bag a i a lat bukt i perbuat a n huku m kare na t ugasnya

se ba ga i a lat pe nda ft ara n t e la h se le sa i. D a la m fu ngsi int er na l ya it u d i ling ku ng a n BP N akt a PPAT dap at d ikat ego r ika n berkedudu ka n se baga i arsip ya ng st at is, na mu n da la m fu ngs i ekst er na l a kt a PPAT t et ap dapat d ik at ego rika n se bag a i do ku me n hid up at au akt if d ise ba bka n ko nse kue nsi yur id isn ya se baga i akt a ot ent ik berup a a lat bu kt i perbuat a n huku m.

Ke le ma ha n sist e m pu b lika s i pe nda ft ar a n t a na h d i I ndo ne sia ya ng me nga nut sist e m po sit if bert ende n negat if a da la h ba hw a p ihak ya ng na ma n ya t erca nt u m se ba ga i pe me ga ng hak da la m buk u t ana h da n sert ip ikat se la lu me ng had ap i ke mu ngk ina n gu gat a n dar i p iha k la in ya ng mer asa me mp u nya i t ana h it u. Da la m keada a n sepert i in i, akt a PP AT aka n d igu na ka n se baga i bukt i d ip ersid a nga n ba ik me nge na i kepe milik a n hak at as t ana h ma upu n t erka it d e nga n pe ner bit a n sert ip ik at hak.

Ad a nya su at u pr insip hu ku m ya it u r echt sv er we rkin g ya ng berasa l dar i ba hasa be la nda ya it u “pelepasan hak” yang merupakan suat u pr insip ya ng int in ya , hila ng nya hak buka n ha nya k are na le wat nya wakt u, t et ap i jug a kare na sikap at au t indak a n seseo rang ya ng me nu njuk a n ba hwa ia suda h t id ak aka n me mpergu naka n se suat u hak.13 Adaka la n ya u nda ng -und a ng me mbe r ika n ha k ha nya unt uk su at u wakt u t ert ent u. Ap a bila t ida k d ip ergu na ka n da la m ja ngka wakt u t erse but , gugur la h hak t erse but .

Ap a bila d it e lusur i ko nsep rech ve r we r king d a la m akt a dapat d ise but kan se bag a i suat u per lindu ng a n t erhad ap kek uat a n huk u m pro duk p e mer int a h. Sebaga i p er ba nd inga n d e nga n me ngac u pad a U UJN Pa sa l 63 a yat

13

(13)

(5) yang menentukan “Protokol Not ar is d ar i No t aris la in ya ng pada w akt u pen yera ha nnya beru mur 25 (dua pu lu h lima ) t ahu n at au le bih d is era hka n o le h No t ar is pe ner ima Pro to ko l No t aris ke pad a Majelis Pengawas Daerah (MPD)”. Me ngg u nak a n met o de a na lo g i (argum entum pe r analo giam), ket ent ua n da la m UU JN d it er apka n t erhadap p er ist iwa ya ng serup a, ya it u pro to ko l PP AT ma ka akt a PPAT d apat d ikat aka n berkedudu ka n se baga i suat u do ku me n akt if se la ma 25 (du a pu lu h lima ) t ahu n.

2.5. Tanggung Jaw ab PPA T te rhadap A kta yang T e lah M engala mi Pe ra lihan Ha k B eri kutnya

Warga negara se bag a i pe milik sert ip ik at d ilind u ng i at as hak -hak nya, ma ka negar a juga wa jib had ir u nt u k me lindu ng i ja bat a n PPAT, se la ma PP AT ya ng bersa ngkut a n t e la h me ng ikut i t at a cara d a n pro sed ur ya ng d it e nt uka n. Akt a PP AT se baga i a lat bukt i p er buat a n huku m t ert ent u me ng e na i hak at as t ana h, t id ak me nja min p iha k -p iha k at au pe ng ha dap berk at a be nar, t et ap i ya ng d ija min o le h a kt a, p ihak -p ihak be nar berk at a se-p ert i ya ng t ermu at d i da la m a kt a.

Berak hir n ya t angg u ng jaw a b PPAT sec ara ad min ist rat if t erhadap akt a ya ng d ibu at nya ada la h me ng acu pad a keduduk a nnya se ba ga i do ku me n akt if d a la m kep e nt ing a n ek st erna l ya it u 25 (dua pu lu h lima ), na mu n t id ak sert a mert a me ng acu pad a ket ent ua n it u t et ap i t e la h se mpur na da n ber ak hir nya perbuat a n hu ku m ya ng d ila kuka n berdasarka n akt a it u. Art inya , seka lipu n sert ip ikat hak t ida k me nga la mi pera liha n ber ikut nya aka n me ngac u pad a ke t e nt ua n bert anggu ng jaw a b da la m bat a s wakt u 25 (dua pu lu h lima) t a hu n, t erle bih lag i apa b ila t e la h

me nga la mi per a liha n ha k ber ikut nya, berart i d e mi huku m t anggu ng ja wa bn ya t e la h ber he nt i. Tang gu ng ja wa b PP AT me nurut ja bat ann ya, secar a ad min ist rat if t er had ap is i perbuat a n huku m ya ng suda h fina l me ng he nt ika n t uga s pro duk huk u mn ya. De nga n kat a la in, wa laup u n sert ip ikat hak t ida k d ia lihka n, ma ka bat as t a nggu ng ja wa b PP AT a da la h 25 (dua pu lu h lima) t a hu n. Se me nt ara it u, aka n t et ap me nyisak a n t a nggu ng ja wa b kepad a PP AT se bag a i pe me ga ng do ku me n ne gara ya ng me mbukt ik a n me ma ng be nar t e la h t erjad in ya p er buat a n huku m da la m akt a.

II I. PE NUT UP 3.1.Simpulan

Dari seluruh uraian pembahasan dalam penulisan tesis ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kedudukan hukum akta PPAT sebagai akta otentik setelah terjadinya peralihan hak adalah berhenti sebagai alat bukti daftar dan menyisakan kedudukannya sebagai alat bukti perbuatan hukum. Dalam kepentingan internal akta PPAT ditentukan sebagai arsip statis, karena akta PPAT berkedudukan sebagai arsip dinamis aktif hanya selama pemrosesan hingga terbit sertipikat. Demikian pula halnya dalam peralihan hak berikutnya, namun dalam kepentingan eksternal akta PPAT merupakan dokumen hidup atau aktif sebagai konsekuensi yuridis kedudukannya sebagai alat bukti perbuatan hukum.

2. Tanggung jawab PPAT secara administratif terhadap isi perbuatan hukum dalam akta yang sudah final, menghentikan tugas produk hukum tersebut. Dalam hal akta PPAT telah mengalami peralihan hak berikutnya maka demi hukum berhenti tanggung jawab PPAT, sekalipun tidak beralih mengacu pada 25 (dua puluh lima) tahun. Selanjutnya PPAT tetap bertanggung jawab sebagai pemegang

(14)

dokumen negara, karena akta PPAT merupakan bagian dari arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara. 3.2 Saran

Ad apu n sara n-sara n ya ng dap at d iber ika n berd asarkaa n kesimp u la n d i at as ad a la h se baga i ber ikut :

1. Akta PPAT setelah terjadinya peralihan hak atas tanah, dalam kepentingan eksternal merupakan dokumen hidup atau aktif, yaitu sebagai alat bukti atas perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam akta tersebut. Disarankan kepada para praktisi hukum agar memaknai keberadaan dari kedudukan akta PPAT hanya sebagai dokumen yang berisikan tentang bahwa pernah terjadi perbuatan-perbuatan hukum atas tanah dan bangunan saja diantara pihak-pihak tanpa memerlukan pertanggung jawaban PPAT sebagai pemegang dokumen kecuali didalamnya terbukti ada tindakan kesengajaan dari PPAT

yang dapat melahirkan

pertanggungjawaban pidana maupun perdata.

2. Terkait dengan belum atau tidak adanya kepastian hukum perihal batas tanggung jawab PPAT secara limitatif atas produk hukumnya (akta PPAT) sebagai alat bukti perbuatan hukum, maka disarankan kepada pembuat undang-undang yaitu DPR agar menjadikan PP No. 37 Tahun 1998 sebagai undang-undang, sehingga dapat ditentukan batas tanggung jawabnya. Sebagaimana Undang-Undang Jabatan Notaris yang telah mengatur tentang tanggung jawab Notaris dalam melaksanakan jabatannya, produk hukumnya dan konsekuensi hukum jika akta yang dibuat dihadapannya atau oleh Notaris tidak memenuhi syarat yang ditentukan.

3. Terkait dengan sistem pendaftaran tanah di Indonesia yaitu sistem publikasi pendaftaran negatif bertenden positif, ada baiknya diubah menjadi sistem publikasi pendaftaran positif untuk memberikan jaminan kepastian hukum yang lebih baik dan sistematis.

DAFTAR PUST AK A A. Literatur

HR, Ridwan, 2008, Hukum Administrasi Negara, Ed. 1, Cet. 4, Rajawali Pers, Jakarta. Ismaya, Samun, 2013, Hukum Administrasi Pertanahan, Ed. 1, Cet. 1, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Ishaq, 2016, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Ed. Revisi, Cet. 1, Sinar Grafika, Jakarta. Lubis, Mhd. Yamin dan Lubis, Abd. Rahim, 2008, Hukum Pendaftaran Tanah, Cetakan

Kesatu, CV. Mandar Maju, Bandung.

Marzuki, Peter Mahmud, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Rahardjo, Satjipto, 1991, Ilmu Hukum, Cet. Ke-3, Alumni, Bandung.

R ifa i, Ahma d, 20 11, Pene muan Huk um Oleh Hakim Dal am Pe r spekt if Hukum Pro gr esif , Sinar Gra fik a, Jakart a.

Sant o so , Urip, 2013, Huku m Agrari a (Ka jian Komp reh ensif ), Cet . Ke-3, Ke nca na, Jak art a.

_______, 2014, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Ed. 1, Cet. Ke-4, Prenadamedia Group, Jakarta.

Sut iyo so , Ba mba ng, 2015, Metode Pene m uan Hukum: Upa ya Me wujud kan Hukum yang Past i dan Be rkea dilan, E d isi Re vis i, UII Pres s, Yo g yak art a.

Soekanto, Soerjono, 2015, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Cet. 47, Rajawali Pers, Jakarta.

(15)

Subekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 29, Intermasa, Jakarta. B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Burgerljik Wetboek, Stb. 1847 : 23

Unda ng-U nda ng No . 5 Tahu n 1 986 t ent a ng Perad ila n Tat a Usa ha Ne gara d iu ba h o le h U nda ng -u nda ng No . 9 Tahu n 2004 t ent a ng P eru ba ha n At as U nda ng -U nda ng No . 5 Tahu n 1986 t ent ang Pera d ila n Tat a Usa ha Ne gara, se bag a ima na d iu ba h lag i o le h U nda ng -U nd a ng No . 51 Tahu n 200 9 t ent ang Peru ba ha n Kedua Unda ng -U nd a ng No . 5 Tahu n 1986 t e nt ang Perad ila n Tat a Usa ha N egara ( Le mba ra n Negara Rep u blik I ndo ne sia Ta hu n 2009 No mo r 160, Ta mba ha n Le mbar a n Neg ara Re pu blik I ndo nesia No mo r 5079).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 yang disempurnakan dan diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491)

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Nomor 152 Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5071)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3696) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3746) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun

1997 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Selain alasan nilai sewa reklame dan nilai sewa lahan yang tinggi, biro iklan selaku pihak penyelenggara pemasangan reklame tidak menjadikan jalan-jalan protokol

Kenaikan terbesar terjadi di Kabupaten Situbondo yang mengalami kenaikan indeks harga yang dibayar nelayan sebesar 0,75 persen, kemudian diikuti Kabupaten Banyuwangi 0,62

Hal ini berarti semakin baik tingkatan kompetensi menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam hal kebahagiaan dalam bekerja, kemampuan bekerjasama dalam tim,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran gerak dasar lari terhadap hasil belajar lari jarak pendek 40 meter siswa kelas V SD Negeri

ignita yang digunakan pada penelitian ini hanya 1 sampel sehingga tidak bisa diungkapkan variasi dan diversitas genetiknya, walaupun merupakan burung endemik

Sistem koloid merupakan heterogen yang tercampur dari dua zat atau lebih yang partikel tersebut berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pihak pimpinan dengan strategi untuk meningkatkan Pengaruh Customer Service Quality, Customer

Aktivitas berpindah memiliki persentase relatif kecil dengan alokasi waktu rata-rata 30,23 menit dalam sehari atau sebesar 4,20%, dalam aktivitas berpindah