• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran 6.2 : Kromatografi penukar ion dan filtrasi gel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran 6.2 : Kromatografi penukar ion dan filtrasi gel"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pembelajaran 6.2 : Kromatografi penukar ion dan filtrasi gel

1. Capaian Pembelajaran

Setelah menyelesaikan proses pembelajaran 6.2 pada modul ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan :

a. Menjelaskan tentang prinsip dasar kromatografi penukar ion. b. Memahami prinsip dasar kromatografi filtrasi gel

Untuk membantu Anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, dalam modul ini akan disajikan uraian, latihan (pengayaan) dan rambu-rambu jawaban serta soal evaluasi. Agar anda dapat belajar dengan baik dalam mempelajari modul ini, lakukanlah hal-hal berikut :

a. Pelajarilah dengan cermat semua uraian yang tercantum dalam masing-masing proses pembelajaran.

b. Kerjakanlah soal-soal latihan (pengayaan) yang terdapat dalam setiap proses pembelajaran dengan berusaha tanpa melihat dahulu rambu-rambu jawabannya. Setelah Anda selesai mengerjakan soal-soal tersebut, cocokkanlah pekerjaan anda dengan rambu-rambu jawaban yang tersedia. Bila pekerjaan Anda masih jauh menyimpang dari rambu-rambu jawaban, hendaknya Anda tidak berputus asa untuk mempelajarinya kembali.

c. Dalam setiap proses pembelajaran diakhiri dengan intisari (rangkuman) yang merupakan sari pati dari uraian yang telah disajikan. Bacalah dengan seksama isi rangkuman tersebut sehingga pengalaman belajar Anda benar-benar mantap.

d. Evaluasi (tes formatif) yang disusun setelah rangkuman merupakan tes yang diberikan untuk mengukur penguasaan Anda dalam pokok bahasan yang telah dipaparkan dalam proses pembelajaran. Hasil anda dalam tes formatif tersebut digunakan sebagai dasar penentuan apakah Anda sudah dapat melanjutkan ke proses pembelajaran berikutnya ataukah masih perlu mengulang. Seberapa jauh tingkat penguasaan Anda, dapat Anda hitung sendiri dengan rumus sederhana yang dicantumkan pada setiap akhir tes formatif.

(2)

2. Materi

a. Kromatografi Penukar Ion

Kromatografi pertukaran ion juga merupakan cara analisis dengan teknik pemisahan. Cara ini telah dipakai lebih dari setengah abad yang lalu. Pertukaran ion adalah proses substitusi atau penggantian suatu jenis senyawa ionik dengan yang lain yang terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut merupakan suatu matriks yang kuat (riquid), yang permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif maupun negatif.

Bila matriks padat tersbut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif seperti gugus sulfonat (-SO3) maka akan dapat berfungsi sebagai penukar kation.

Sebaliknya, bila bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-N(CH)3+), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar ion.

Proses pertukaran ion merupakan proses kompetisi antara ion solut yang terdapat dalam fase mobil dengan ion lawannya yang terikat pada gugus fungsional pada matriks yang bermuatan berlawanan. Hal ini berarti, bahwa ion solut harus dapat menggantikan satu atau lebih ion lawan yang terikat oleh fase stasioner (matriks). Bila kita mempunyai penukar ion yang bermuatan positif (+) atau penukar anion yang telah mengikat ion lawan Y dan dalam fase mobil terdapat ion solut X, maka proses pertukaran ion dapat digambarkan dengan reaksi berikut:

+Y- + X- ============ +X- + Y-

Telah lama diketahui, bahwa tanh liat dapat bekerja sebagai penukar ion. Bila air sadah yang mengandung kation (Ca, Mg, dan sebagainya) dialirkan melalui tanah liat, maka akan tejadi pertukaran ion. Oleh karena itu air sadah yang telah melalui tanah liat tersebut dapat dihilangkan kesadahannya. Tanah liat dapat bertindak sebagai penukar ion. Akan tetapi sifat-sifat tanah liat alam tidak seragam dan sukar diramalkan. Oleh karena itu, untuk dapat dipakai sebagai penukar ion (ion exchanger) dalam suatu analisis biasanya digunakan bahan-bahan sintetik, agar hasilnya mempunyai daya ulang yang baik. Yang banyak dipakai sekarang ialah penukar ion dari bahan resin.

Matriks Penukar Ion

Bahan untuk matriks penukar ion yang banyak dipakai ialah resin sintetik, seperti matriks (croos linked)polistiren, polidekstran, selulosa dan silika. Polistiren resin terdiri dari polimer tiga dimensional divinil benzen dan stiren seperti yang digambarkan di bawah ini.

(3)

Resin tipe ini, sebagai matriks penukar ion, mempunyai sifat mudah membengkak rdalam medium air, disebabkan adanya tekanan osmose dalam kerangka matriks tersebut dan beberapa faktor yang lain. Tingkat pembengkakan tersebuat dapat dikurangi dengan menaikkan jumlah ikatan silang (croos link), yaitu dengan menaikkan persentasi divinil benzen dalam polimer. Kenaikan ikatan silang tersebut akan menyebabkan resin yang dihasilkan lebih kecil, dan daya larut dari struktur polimer tersebut menurunkan. Resin yang umum dipakai ialah dengan kadar divinil benzen 10%, meskipun dalam pasaran tersedia juga resin dengan divinil benzen kurang atau lebih dari 10%.

Beberapa tipe struktur resin yang dipakai seperti yang terlihat pada Gb.III.10, yaitu microreticular, macroreticular, pellicular, dan superficially porous. Karena ukuran pori yang kecil, resin mikroporous (a) mempunyai kelemahan dapat menghambat transport molekul yang besar kedalam matriks dan juga ke gugus fungsional, oleh karena itu bentuk makroporous (b) yang selain memiliki pori yang kecil juga mempunyai pori yang besar dan berbagai kanal, dapat mengatasi kelamahannya.

Untuk mempercepat proses difusi dalam partikel telah dibuat juga bentuk pellicular (c) dan superficially porous (d) dengan penyangga glass bead. Keuntungan digunakan tipe ini ialah dapat dihindari terjadinya pembengkakan dan terjadinya perbedaan tekanan dalam kolom (pressure drop) selama operasi. Kelemahannya ialah karena kapasitasnya jauh lebih kecil. Misalnya tipe polisterin mempunyai kapasitas 1000-5000 Eq/g, pelliculer dan silica bead, hanya mempunyai kapasitas 1-60 dan 1-500 Eq/g.

(4)

Gambar : Beberapa tipe struktur resin. Microreticular (a), macroreticular (b), pellicular (c), superficially porous (d). (Kraak, 1982)

Jenis dan Kapasitas Penukar Ion

Jenis penukar ion ditentukan oleh gugus fungsional yang diikatkan pada resin. Untuk menghasilkan penukar kation, umunya digunakan gugus fungsional sulfonat (-SO3-), fosfat

(-PO32-), atau karboksilat (-COO-). Adapun untuk menghasilkan penukar anion dapat digunakan

gugus fungsional amin quaterner (-N3+), amin tertiair (-N2) dan amin sekundair (-N).

Gugus sulfonat dan amin kuartener akan menghasilkan penukar ion yang kuat, sedangkan gugus fungsional yang lain akan menghasilkan penukar ion yang lemah. Penggolongan penukar ion jadi kuat dan lemah tergantung dari kemampuannya berfungsi sebagai penukar ion pada kisaran ph tertentu. Bila pada kisaran pH yang lebar penukar ion dapat berfungsi secara aktif, maka dapat digolongka sebagai penukar ion yang kuat. Sebaiknya bila penukar ion hanya berfungsi dalam kisaran pH yang sempit, maka penukar ion tersebut tergolong penukar ion yang lemah.

(5)

Gambar : pengaruh pH pada jumlah fraksi gugus fungsional yang bermuatan dari penukar ion kuat dan lemah.

Tabel : Kapasitas Berbagai Jenis Penukar Ion

Tipe Sifat polimer Kapasitas

Meq/mL Nama Perdagangan Kation kuat Kation lemah Anion kuat Anion lemah Polistiren tersulfonasi Asam akrilat terkondensasi Polistiren CH2N Me3Cl Polistiren amin sekunder 1,9 4,2 1,2 2,0 Dowex 50 Amberlite I C 50 Dowex 1 Dowex 3

Penukar ion dapat berfungsi bila berada dalam bentuk ion/bermuatan. Jumlah fraksi gugus fungsional yang ada dalam bentuk ion / bermuatan tersebut dapat dipengaruhi oleh pH dari fase mobil. Seperti yang ditunjukkan pada GB.III.11, bahwa jumlah fraksi yang mengion / bermuatan dari sulfonat dan amin kuaterner tidak terpengaruh pada kisaran pH yang luas. Sebaliknya penukar kation dan anion yang lemah, jumlah fraksi gugus fungsional yang bermuatan secara nyata antara pH 4 dan 8.

Perhatian dalam Preparasi Kolom Pemilihan dan preparasi resin

Sifat – sifat yang perliu diperhatikan dalam membeli resin dalam perdagangan ialah ukuran partikel (mesh), tingkat ikatan silang, dan kulitasnya (Analytical Grade: AG ). Resin AG umumnya telah mengalami perlakuan pendahuluan secara teliti seperti penyeragaman ukur dan penyucian untuk menghilangkan zat-zat oganik/anorganik asing.

(6)

Regenerasi dapat dilakukan dengan mengubah bentuk H (R-H+) menjadi bentuk Na (R-Na+) dengan pencucian memakai NaCl sampai air cucian netral. Berat resin perlu diketahui untuk menetukan kapasitasnya. Keringkan resin sebelumnya sampai kadar air tertentu. Sebelum dipakai harus diseimbangkan dengan air dengan cara pencelupan pada waktu yang cukup. Setelah resin mengendap, partikel-partikel yang mengambang dibuang. Pembengkakan (swelling)

Bila penukar ion, misalnya resin yang tersulfonasi diberi air, gugus –SO3- dan H+

seolah-olah terlarut dalam konsentrasi yang tinggi dalam matriks. Karenanya air bertendensi untuk mendifusi kedalam matriks. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan. Bila pembengkakan terjadi dalam kolom kaca yang telah diisi dengan padat, bahaya pecah dapat terjadi karena pembengkakan. Sebelum sampel dimasukkan kolom, biasanya penukar ion (kation) diubah dalam bentuk asam (R-H+) dengan pencucian menggunakan HCl.

Sifat-sifat penting dari penukar ion dapat disingkatkan sebagai berikut:

a. Besar partikel dapat mempengaruhi kecepatan dan pertukaran permiabilitas kolom.

b. Derajat ikatan silang dapat mempengaruhi porositas, kekekaran (rigidity), dan pembengkakan.

c. Kekuatan gugus fungsional dapat memprngaruhi koefisien distribusi. d. Banyak gugus fungsional dapat menentukan kapasitas resin.

Kapasitas kolom

Kapasitas penukar ion akan memepengaruhi banyaknya samoel maksimumyang dapat dianalisis dan dipakai untuk mengetahui stabilitas resin. Cara mengukur kapasitas penukar kation ialah denag mengubah menjadi bentu H, kemudian dicuci dengan NaCl sampai netral. Jumalah asam yang tercuci yang dapat diketahui dengan titrasi, akan merupakan kapasitas kolom. Resin umumnya mempunyai kapasitas 1-5 meq/mL.

Cara deteksi

Kesukaran mendeteksi terutama bila sampelnya sangat kecil. Pencatatan (recording) secara kontinyu jarang dipakai, meskipun demikian untuk hal-hal yang khusus digunakan: absorpsi sinar, ideks refraksi, pH, radioaktivitas dan pengukuran polarografik. Penggunaan Kromatografi Penukar Ion

1. Untuk menghilangkan ion

Cara ini umum digunakan untuk menghilangkan kesadahan air untuk rumah tanggadan berbagai keperluan yang lain. Ion-ion Ca, Mg, Fe,dan yang mempunyai valensi lebih besar dari satu dapat digantikan dengan ion Na. Air yang kesadahannya sudah

(7)

hilang dengan demikian hanya mengandung ion Na yang tidak mengganggu untuk keperluan rumah tangga. Resinnya dapat diregenerasi agar dapat aktif kembali.

Untuk menghilangkan ion-ion keseluruhannya, air tersebut dapat dialirkan melalui penukar katio, kemudian dialirkan meleluin penukar anion, yang akan menghilangkan semua anion dan diganti dengan ion hidroksida.

Bila kedua resin tersebut (anion dan kation) dijadikan satu, penghilangan kedua jenis ion tersebut sekaligus dapat dikerjakan. Selain itu dapat menghindari menjadinya terlalu asam dan basis dengan perlakuan yang terpisah. Kelemahan deionisasi ialah karena cara ini tidak dapat menghilangkan senyawa-senyawa asing yang nonelektrolit. Karenanya airny masih tidak murni.

Cara penukaran ion ini juga perlu untuk memurnikan atau menghilangkan garam-garam yang terdapat dalam zat-zat organik atau campuran senyawa-senyawa biokimia.

2. Mengkonsentrasikan komponen berkadar kecil

Ion-ion yang jumlahnya kecil (trace element) dapat dikonsentrasikan denagn penukar ion. Setelah ion solut terikat dalam kolom, kemudian dielusi dangan jumlah eluen yang kecil. 3. Pemisah asam-asam amino

Manfaat penukar ion yang paling penting ialah untuk pemisahan asam-asam amino. Asam-asam amino mempunyai sifat amfotir sehingga dapar diubah muatannya atau dihilangkan sama sekali, sehingga pemisahan dengan penukar ion dimungkinkan. Pada suatu pH, asam-asam amino dapat dipisahkan menjadi tiga golongan berdasarkan titik isoelektrisnya. Dengan demikian campuran asam-asam amino dapat dipisahkan dalam suatu aliran fase mobil dengan secara gradual dengan merubah pH untuk elusi (gradient elusion). Perubahan pH ini sering dikombinasikan dengan perubahan suhu. Ada beberapa contoh yaitu :

1. Pemisahan ion logam

Selain dapat berfungsi sebagai pembersih ion-ion yang ada dalam air sadah, penukar ion dapat juga dipakai untuk memisahkan campuran ion dan menetukan kandungan masing-masing komponennya, misalnya kandungan kation yang ada dalam air. Gambar di bawah ini menunjukkan kromatogram ion Cd, Li, Na, dan K. Pemisahan tersebut dikerjakan dalam kolom 37cm x 2,4cm dengan isian Dowex 50. Maing-masing kation tersebut mempunyai konsentrasi 0,2 mM. Elusi dikerjakan dengan larutan 0,2 M HCl dengan kecepatan 0,55 cm/menit.

(8)

Gambar : pemisahan campuran ion Cd, Li, Na, dan K dengan dowex 50. Ion Mg keluar setelah 650 mL eluen.

Pada gambar di atas terlihat, bahwa pemisahan mempunyai resolusi yang baik, konsentrasi HCl 0,7 M dapat dianggap merupakan konsentrasi yang tepat, dengan memberikan ion H+ yang cukup untuk berkompetisi dengan campuran kation yang ada. 2. Mengukur kadar ion

Penukar ion dapat dipakai untuk mengukur kadar suatu ion atau zat yang mencampuri gula pasir, misalnya dengan kalium nitrat. Untuk menentukan kadar kalium nitrat dalam gula tersebut dapat dikerjakan sebagai berikut :

Tiga ratus gram sampel gula yang mengandung KNO3 tersebutdilarutkan dalam air 100

mL. Larutan tersebut kemudian dialirkan emlalui penukar kation yang ada dalam bnetuk H. Eluen yang keluar untuk mengetahui ion K dapat dititrasi dengan misalnya 0,01 N NaOH, misalnya membutuhkan 5,3 mL. Kandungan KNO3 dapat dihitung berdasarkan

reaksi : H-+K+ K-+H+ H++OH- → H2O NaOH → Na++OH -0,01 NaOH 5,3 mL = 0,053 meq KNO3 = 0,053 meq = (3,91 + 14 + 48)(0,053)mg = 5,36bmg

(9)

b. Kromatografi Filtrasi Gel

Kromatografi ini dipakai untuk pemisahan campuran senyawa berdasarkan baerat molekulnya, terutama senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul yang besar. Pemisahannya berdasarkan besarnya molekul, karena melalui kolom yang berisi bahan isian yang bersifat ayakan atau filtrasi. Oleh karena itu, cara ini dinamakan Kromatografi Filtrasi Gel (Gel filtration Chromatography), oleh ahli-ahli kimia polimer. Proses adsorbsi dapat juga mempunyai muatan pada pemukaannya.

Gel merupakan struktur jaringan tiga dimensi yang terbentuk karena adanya ikatan silang yang terjadi dalam proses polimerisasi. Tergantung derajad atau banyaknya ikatan silang dalam struktur gel, gel tersebut secara selektif dapat mengeksklusikan molekul-melekul yang besar dari lubang-lubang yang dimilikinya. Jadi molakul yang lebih besar dari ukuran pori akan mengalami eksklusi, sedang yang lebih kecil akan masuk melalui pori di dalam struktur gel tersebut.

Beberapa tipe gel 1. Sephadex

Tipe gel ini banyak dipakai untuk pemisahan protein dan senyawa-senyawa yang berberat molekul besar. Sephadex dibuat dari polisakarida dextran. Karena setiap residu glukosa mempunyai tiga gugus OH, maka dextran merupakan molekul yang polar. Pembentukan iktan silang dengan mereaksikan dengan epiklorhidrin : H2C-CH CH2 Cl.

Jumlah ikata silang dapat diatur, sehingga besarnya pori dapat juga ditentukan. Gel sephadex tidak larut dalam air, tahan yang lemah. Tetapi bila diekspose pada waktu yang lama akan pecah. Penggunaan pada suhu di atas 120oC juga harus dihindari. Berbagai jenis sephadex beserta sifat-sifatnya dapat dilihat pada tabel III.2 di bawah ini.

Tabel III.2: Berbagai jenis sephadex dan batas eksklusinya Jenis Air yang dapat terikat,

g/g kering Batas eksklusi (BM) Variasi Fraksinasi (BM) G-10 1,0 700 Sampai 700 G-25 2,5 5.000 100-500 G-50 5,0 10.000 500-10.000 G-75 7,5 50.000 1.000-100.000 G-100 10,0 100.000 5.000-100.000 G-200 20,0 200.000 5.000-200.000

(10)

2. Bio Gel

Jenis ini merupakan gel yang lebih inert, dinamakan Bio-Gel P dan dibuat dari kopolimerisasi venil-amid dan N,N – metilen biakrilamid. Polimer ini tidak larut dalam air dan zat pelarut organik, dan dapat digunakan pada pH antara 2 – 11. pH yang lebih tinggi akan menghidrolisis gugus amidnya. Matriks poliakrilamid mengurangi kemungkinan terjadinya berbagai jenis Bio-Gel P dengan batas eksklusi antara 1800-400.000.

3. Agarose

Gel ini dipakai untuk pemisahan senyawa dengan berat molekul (BM) di atas 500.000. Agarose diberi nama juga Sepharose dan Bio-Gel A. Gel ini dibuat dari poligalaktopiranose dalam bentuk bead yang agak lunak yang tidak tahan terhadap tekanan yang tinggi.

4. Porous Glass

Jenis ini baik untuk digunakan dengan tekanan yang tinggi. Dalam perdagangan diberi nama Porosil atau Bio-Glass, dengan ukuran pori yang akurat.

5. Styragel

Jenis ini untuk pemisahan yang sama sekali tidak menggunakan air, dan merupakan gel yang dapat membengkak dengan zat pelarut organik. Styragel merupakan polistiren gel yang mempunyai iktan silang yang kuat, dengan porositas yang bermacam-macam sesuai dengan keperluan. Gel ini dapat digunakan pada suhu sampai 150oC dengan berbagai pelarut seperti tetrahidrfuron, benzen, triklorobenzen, perklooroetilen, kresol, kloroform, dan karbontetraklorida; tetapi tidak dapat digunakan air, aseton, alkohol,. Batas eksklusi berkisar antara 1.600 sampai 40.000.000.

Dasar teori

Dalam keadaan ideal, zat pelarut yang ada dalam kolom yang berisi gel dapat dibagi dua, yaitu (a) yang ada dalam gel, yang volumenya ditandai dengan o. Molekul besar tidak dapat masuk pori dalam gel/bead, karenanya jumlah volume pelarut yang diperlukan untuk mengelusi molekul tersebut (e) hanyalah sejumlah volume yang diperlukan melalui luar dari gel (o), atau:

e = o

Untuk molekul yang kecil volume elusi yang diperluakan: e = o + Ki

i = volume dalam gel o = volume di luar gel

(11)

K = koefisien distribusi, yaitu rasio konsentrasi rata-rata solut di dalam dan di luar gel, atau merupakan bagian dari volume di dalam gel yang ditempati solut. Nilai K bervariasi antara O sampai 1. Bagi molekul yang lebih besar dari ukuran pori gel, maka nilai K= 1.

K = (e – o) / i i = a Wr di mana, a = berat gel kering

Wr = water regain value, banyaknya air yang dapat diserap oleh gel.

Aplikasi

1. Menghilangkan kandungan garam (deslting)

Masalah yang umum dihadapi dalam biokimia ialah memisahkan garm-garam dan molekul-molekul kecil dari makromolekul. Perbedaan yang besar antara koefisien distribusi (nilai K) dari makro dan mikro molekul memungkinkan digunakannya kolom sederhana dengan kecepatan aliran yang tinggi.

Contoh : dengan menggunakan Sephadex G-25, maka solut yang mempunyai BM > 5000 dapat dielusikan dengan volume pelarut Vo. Solut dengan BM < 1000 akan dielusikan setelah makromolekul, demikian seterusnya. Keuntungan cara ini ialah makromolekul dielusikan dalam konsentrasi yang tidak berubah.

2. Konsentrasi (pemekatan)

Larutan encer dari zat yang BM nya tinggi (makromolekul) dapat dipekatkan konsentrasinya dangan menggunakan sifat gel kering yang higroskopik. Sephadex G-200 dapat menyerap air 20 kali berat gel tersebut dalam keadaan kering.

3. Fraksinasi

Khususnya pemisahan campuran senyawa dengan perbedaan nilai K yang dapat dipisahkan dengan kolom yang panjang, aliran yang lambat sehingga waktunya panjang.

3. Inti Sari

Bahan untuk matriks penukar ion yang banyak dipakai ialah resin sintetik, seperti matriks (croos linked)polistiren, polidekstran, selulosa dan silika.

Jenis penukar ion ditentukan oleh gugus fungsional yang diikatkan pada resin. Untuk menghasilkan penukar kation, umunya digunakan gugus fungsional sulfonat (-SO3-), fosfat

(-PO32-), atau karboksilat (-COO-). Adapun untuk menghasilkan penukar anion dapat digunakan

(12)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Preparasi Kolom adalah Pemilihan dan preparasi resin, Pembengkakan (swelling), Kapasitas kolom, dan Cara deteksi.

Kromatografi pertukaran ion adalah proses pemisahan senyawa yang didasarkan pada pertukaran (penyerapan) ion antara fase gerak dengan ion pada fasa diam. Prinsip dasar pemisahan dengan kromatografi kolom penukar ion adalah perbedaan kecepatan migrasi ion-iondi dalam kolom penukar ion. Proses pertukaran ion dikerjakan dengan cara pembebanan ion-ion pada kolom penukar ion.

Kromatografi FILTRASI GEL dipakai untuk pemisahan campuran senyawa berdasarkan baerat molekulnya, terutama senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul yang besar. Pemisahannya berdasarkan besarnya molekul, karena melalui kolom yang berisi bahan isian yang bersifat ayakan atau filtrasi. Oleh karena itu, cara ini dinamakan Kromatografi Filtrasi Gel (Gel filtration Chromatography), oleh ahli-ahli kimia polimer. Proses adsorbsi dapat juga mempunyai muatan pada pemukaannya.

4. Latihan

Tentukan kadar KNO3 dalam gula, jika Tiga ratus gram sampel gula yang

mengandung KNO3 tersebut dilarutkan dalam air 100 mL. Larutan tersebut kemudian

dialirkan melalui penukar kation yang ada dalam bentuk H. Eluen yang keluar dititrasi dengan 0,01 N NaOH 5,3 mL.

5. Evaluasi

1. Pada kromatografi penukar ion, bila matriks padatnya mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negative seperti gugus sulfonat, maka akan dapat berfungsi sebagai : a. Penukar anion

b. Penukar kation c. Penukar ion d. Penukar atom e. Penukar molekul

2. Berikut merupakan hal-hal yang benar mengenai kromatografi penukar ion dan kromatografi filtrasi gel, kecuali :

a. Bila matriks mempunyai gugus amin kuarterner {- N- (CH3)3 +} maka akan dapat

berfungsi sebagai penukar anion.

b. Bahan matriks penukar ion yang banyak dipakai adalah resin sintetik seperti polidekstran, selulosa dan silica.

(13)

c. Kromatografi penukar ion juga dapat digunakan untuk pemisahan lemak dan asam amino.

d. Kromatografi filtrasi gel dipakai untuk pemisahan campuran senyawa berdasarkan berat molekulnya.

e. Kromatografi penukar ion umum digunakan untuk menghilangkan kesadahan air rumah tangga.

3. Kromatografi filtrasi gel dapat diaplikasikan untuk : a. menghilangkan kandungan garam

b. pengenceran zat yang Mr nya tinggi

c. pemisahan campuran dengan nilai K yang sama d. menambah kadar ion-ion

e. pemekatan zat yang mudah menguap

4. Yang bukan merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Preparasi Kolom pada kromatografi penukar ion adalah

a. Pemilihan dan preparasi resin, b. Pembengkakan (swelling), c. Kapasitas kolom,

d. Cara deteksi. e. Suhu kolom

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Tingkat penguasaan: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑌𝑛𝑎𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙 𝑥 100% Arti tingkat penguasaan:

90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Gambar

Gambar : Beberapa tipe struktur resin. Microreticular (a), macroreticular (b), pellicular (c),  superficially porous (d)
Gambar : pengaruh pH pada jumlah fraksi gugus fungsional yang bermuatan dari penukar
Gambar : pemisahan campuran ion Cd, Li, Na, dan K dengan dowex 50. Ion Mg keluar
Tabel III.2: Berbagai jenis sephadex dan batas eksklusinya  Jenis  Air yang dapat terikat,

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Lalu Husni, untuk sahnya perjanjian kerja, keempat syarat tersebut bersifat kumulatif, sebab perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang tidak

Dengan perkembangbiakan perangkat mobile consumer dari telepon, PDA, kotak permainan ke peralatan-peralatan rumah, Java menyediakan suatu lingkungan

Perkumpulan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disebut Perkumpulan DAPM adalah lembaga permanen yang dibentuk melalui Forum Musyawarh Kecamatan

Studi kasus penelitian ini adalah PT Citra Prabu Majasari yang akan melaksanakan proyek renovasi Gedung ATK, Gudang dan Kantor Pool Transportasi Pertamina RU II Dumai

Faktor-faktor yang terkonfirmasi berdasarkan jawaban contoh adalah kesiapan emosi oleh enam item jawaban, kesiapan sosial sebanyak tiga item, kesiapan peran sebanyak

Kinerja atau performance tenaga administrasi adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh tenaga administrasi dalam bentuk pemberian layanan pada orang tua siswa

Seperti pada lahan sawah, pupuk N untuk tanaman kedelai pada lahan alang-alang, baik yang berpotensi tinggi, sedang maupun rendah diperlukan 25 kg urea/ha sebagai

Sedangkan pada dimensi-dimensi lain, peneliti mengasumsikan tidak adanya hubungan yang signifikan antara komitmen beragama dengan kemandirian lebih disebabkan karena