• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL ANAK KELOMPOK B DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI TK TAMARISKA KABUPATEN DELI SERDANG T.A 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL ANAK KELOMPOK B DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI TK TAMARISKA KABUPATEN DELI SERDANG T.A 2013/2014."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL ANAK KELOMPOK B

DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN

DI TK TAMARISKA KABUPATEN DELI SERDANG

T.A 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

BERTIA ELISA NAINGGOLAN

NIM.109113010

PRODI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Bertia Elisa Nainggolan, NIM 109113010. “Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Anak Kelompok B Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran Di TK

Tamariska Kabupaten Deli Serdang T.A 2013/2014”.

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan menggunakan metode bermain peran dapat mengembangkan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska Jl. Karya VII ujung, Helvetia – Deli Serdang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap sosial anak dapat dikembangkan dengan menggunakan metode bermain peran di kelompok B di TK Tamariska kabupaten Deli Serdang.

Subjek Penelitian ini adalah anak kelompok B yang berjumlah 15 orang, yang terdiri dari 4 orang anak laki-laki dan 11 orang anak perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah tindakan untuk mengembangkan sikap sosial anak usia dini dengan menggunakan metode bermain peran. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen pengumpulan data adalah lembar observasi. Adapun indikator yang digunakan dalam pengembangan sikap sosial anak yaitu : mau berbagi, mau menolong, saling bekerja sama dan bertanggung jawab akan tugasnya.

Hasil penelitian yang dilakukan pada tindakan siklus I dengan melakukan observasi kepada anak untuk mengetahui perkembangan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska setelah digunakannya metode bermain peran menunjukkan bahwa terdapat 5 orang anak (33.3%) tergolong baik, 9 orang anak (60%) tergolong cukup, dan 1 orang anak (6.6%) tergolong kurang. Hal ini menunjukkan bahwasanya hasilnya belum mencapai kriteria keberhasilan, sehingga perlu dilakukan Tindakan Pembelajaran yang lebih baik pada siklus II. Dari siklus II dilakukan perbaikan tindakan pembelajaran dengan menggunakkan bermain peran. Guru memberikan motivasi pada anak untuk tampil percaya diri dan lebih semangat saat bermain peran, Memberikan kebebasan pada anak untuk memilih peran masing – masing, selain itu guru memberikan hadiah kepada anak setelah bermain peran, hal ini membuat anak akan lebih tertarik mengikuti kegiatan dan melakukan kegiatan sesuai dengan peran yang dimainkan dengan baik. Setelah tindakan siklus II dilakukan, hasil perkembangan pada siklus II terdapat 12 orang anak (80%) tergolong Sangat Baik, 3 orang anak (20%) tergolong baik, dan tidak ada anak yang tergolong dan cukup kurang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... …ii

DAFTAR ISI ... …v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ...ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... …1

1.1LatarBelakangMasalah ... ...1

1.2IdentifikasiMasalah ... …6

1.3BatasanMasalah ... ...7

1.4 RumusanMasalah ... ....7

1.5TujuanPenelitian ... ... 7

1.6ManfaatPenelitian7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... 9

2.1KajianTeori ... ....9

2.1.1PengertianSikapSosial ... ....9

2.1.2 Proses PerkembanganSosial ... ..10

(6)

SosialAnak ... .11

2.1.4TingkahLakuSosialAnakUsiaDini ... ..12

2.1.5 KemampuanSikapSosialAnakUsia 5 – 6 Tahun ... .13

2.2.MetodeBermainPeran ... .14

2.2.1.PengertianMetodeBermain ... .15

2.2.2.TujuanMetodeBermain ... .15

2.2.3.Ciri – ciriBermain ... .15

2.2.4. Jenis – jeniskegiatanBermain ... .16

2.2.5. PengertianMetodeBermainPeran ... .17

2.2.6. TujuanMetodeBermainPeran ... .21

2.2.7. TahapanPerkembanganBermainPeran………...22

2.2.8. PerananBermainPeranDalamMeningkatkan SikapSosialAnak ... . 23

2.2.9.KelebihandanKelemahanBermainPeran ... .24

2.2.10. Langkah – langkahPelaksanaanMetodeBermainPeran ... .26

2.2.11. Langkah – langkahPelaksanaanBermainPeran “MenjengukTeman Yang Sakit” ... . 28

2.3.Kerangka Konseptual... .29

2.4.Hipotesis Tindakan ... ..30

BAB III METODE PENELITIAN ... ..31

3.1JenisPenelitian ... ..31

3.2Subjek dan ObjekPenelitian ... ..31

(7)

3.2.2.ObjekPenelitian ... . 31

3.3.Definisi OperasionalVariabel Penelitian ... .31

3.4Desain Penelitian ... .32

3.5.Prosedur Penelitian ... .33

3.6.Teknik Pengumpulan Data ... .35

3.7.Teknik Analisis Data ... .37

3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian ... . 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ..40

4.1DeskripsiHasilPenelitian ... ..40

4.1.2. Deskripsi Hasil Dan Pembahasan Penelitian Siklus I ... . 40

4.1.3. Deskripsi Hasil Dan Pembahasan Penelitian Siklus II ... .52

4.3. Pembahasan Hasil Penilaian ... .65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... .69

5.1 Kesimpulan ... .69

5.2 Saran ... .70

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa anak usia dini merupakan salah satu periode yang sangat penting, karena periode ini merupakan tahap perkembangan kritis. Pada masa inilah terbentuk kepribadian seseorang yang ia

peroleh melalui pengalaman-pengalaman dalam keluarga yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap anak sepanjang hidupnya.

Dalam kerangka pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini yang tertulis dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional

menyatakan Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada masa rentang usia lahir sampai usia 6

tahun. Peran lingkungan termasuk lingkungan keluarga dan lingkungan TK sangat diperlukan

anak untuk memberi pengalaman penting, oleh karena itu sekolah sebagai salah satu lingkungan

sosial bagi anak diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dibawanya sejak lahir.

Manusia sebagai makhluk sosial sepanjang hidupnya selalu berhubungan dengan orang

lain dan membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalankan kehidupannya, demikian juga

anak usia dini juga butuh bantuan orang dewasa khususnya dalam mengembangkan potensi yang

mereka miliki. Salah satu dari potensi itu adalah pengembangan sosial anak, hal ini dapat

berkembang apabila anak mendapat pengaruh dari hidup dalam kehidupan sosial. Dalam

pengembangan kehidupan sosial anak akan mendapat sejumlah pengalaman dari lingkungan

sosialnya khususnya dari orang – orang dewasa yang mengasuhnya.

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, karena anak lahir dalam

keluarga dan pertama sekali ia memperoleh pengaruh yang sangat mendasar dalam pembentukan

(9)

usia 5 tahun anak mulai kurang puas hanya bergaul dengan keluarga dan ingin memperluas

pergaulan dengan anggota masyarakat terdekat. Hal inilah yang mengacu orang tua untuk

memberikan kebebasan bergaul dengan masyarakat, akan tetapi yang mempunyai nilai

pendidikan, yaitu dengan cara memasukkan anak pada lembaga pendidikan yang dikenal dengan

Taman Kanak – Kanak.

Taman kanak – kanak adalah tempat bermain sambil belajar, dan tempat yang paling

disenangi oleh anak – anak. Pada kenyataannya, tidak sedikit yang lebih mementingkan

kemampuan aspek kognitif anak tanpa memperhatikan kemampuan aspek yang lain dalam diri

anak. Tuntutan orang tua yang lebih mementingkan agar anak lebih mampu dalam calistung (

membaca, tulis, dan berhitung) mengakibatkan guru hanya memperhatikan kemampuan kognitif

anak. Perkembangan sosial, motorik kasar, bahasa , nilai agama dan moral menjadi kurang

dikembangkan, seharusnya orang tua dan guru dapat menyeimbangkan kemampuan kognitif

dengan kemampuan yang lainnya, karena aspek – aspek tersebut saling berkaitan dalam

kemampuan anak.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang turut melanjutkan pendidikan keluarga

dalam mengembangkan pengetahuan anak, untuk itu guru terus berupaya mengembangkan

potensi anak, salah satunya adalah kemampuan anak untuk bersosialisasi. Dalam melakukan

hubungan dengan orang lain atau masyarakat disekitarnya akan mengalami yang namanya

perkembangan sosial. Perkembangan sosial merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri

dalam bermasyarakat, dapat bekerjasama dengan orang lain, berkomunikasi dengan baik dengan

lingkungan tempat tinggal.

Pada masa prasekolah anak belajar dasar–dasar tingkah laku sosial sebagai persiapan

(10)

menjelajahi serta menguasai lingkungan atau dunianya. Kemampuan sosial anak sangatlah penting untuk dikembangakan, khususnya dalam hal berinteraksi sosial.

. Menurut Hurlock (1978:252) Pada umumya, perkembangan sosial anak usia dini yaitu

anak dapat merasakan rasa takut dan cemas mulai berkembang dalam diri anak, keinginan untuk

berdusta mulai muncul akan tetapi anak terlihat takut untuk melakukannya. Pada usia ini anak-

anak mulai memilih – milih teman bermain yang dijadikan teman dan yang tidak mereka suka

menjadi teman bermain, anak mulai berperilaku sperti boss, anak juga sudah dapat mengikuti

aturan – aturan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru di TK Tamariska Deli

Serdang, diketahui bahwa sikap sosial anak kurang mendapat perhatian dari guru dan orang tua,

Hal ini disebabkan oleh tuntutan orang tua yang beranggapan bahwa kemampuan akademik

(calistung) lebih penting serta kurangnya kemampuan guru dan terbatasnya alat peraga dalam

menerapkan metode bermain peran pada anak. Sebagian besar anak belum mampu bersosialisasi

dengan baik. Sebagian anak yang kurang mampu bersosialisasi dengan teman – temannya yang

lain, terlihat ketika sedang bermain dan belajar anak memilih – milih teman. Anak mau memukul

ataupun mencubit dan tidak mau berbagi mainan dengan temannya. Anak tidak mau berbagi

bekal makanan, hal ini terlihat ketika anak memilki makanan yang banyak tidak mau berbagi

dengan teman yang tidak membawa bekal. Guru harus menanyakan terlebih dahulu pada anak

siapa yang mau berbagi makanan pada temannya yang tidak membawa bekal. Sebagian siswa

juga kurang mau disuruh tampil kedepan kelas untuk mengemukakan pendapatnya karena anak

merasa malu dan takut ditertawakan oleh teman – temannya. Tidak jarang ditemukan pada saat

anak bermain dengan temannya menggunakan mainan, anak yang lain tidak mau membantu dan

bekerja sama dalam merapikan mainan – mainan yag digunakan ketempatnya.. Menurut

(11)

bekerjasama, mau menolong, dan bertanggung jawab akan tugasnya.

Perkembangan sikap sosial anak tidak terlepas dari peran guru. Guru harus dapat

memberikan strategi belajar – mengajar yang sesuai untuk mengembangkan sosial anak, seperti

mengarahkan anak untuk dapat bersosialisasi dengan teman lainnya, memberikan pujian kepada

anak yang saling membantu dan bekerja sama dengan temannyaan sebagainya. Memvariasikan

metode pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan sikap sosial anak, lebih sering

memberikan permainan yang merangasang anak untuk mengembangkan sosialnya seperti dengan

bermain peran.

Pada kenyataanya peneliti melihat guru membiarkan anak yang lain menertawakan

temannya didepan kelas pada saat mengemukakan pendapatnya, membiarkan anak memilih –

milih teman saat bermain dan belajar, membiarkan anak tidak berbagi mainan dan tidak mau

membantu teman dalam menyelesaikan tugas. Selain itu, guru hanya memfokuskan pembelajaran

pada membaca tulis dan berhitung Sebagaimana tuntutan dari setiap orang tua, sehingga guru

kurang memperhatikan metode bermain anak. Hal tersebut membuat anak menjadi jenuh dan

bosan pada saat kegiatan belajar berlangsung. Guru seharusnya dapat lebih memvariasikan

metode pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan sosial anak dengan metode

bermain peran. Anak pun menjadi lebih tertarik dan suasana kelas pun menjadi tidak terlalu

monoton, karena dengan metode bermain peran anak tersebut dapat bersosialisasi dengan mudah

terhadap teman sebayanya serta peran sebagai orang lain meningkatkan daya imajinasi anak.

Dengan melihat permasalahan diatas peneliti menyadari perlu perbaikan proses

pembelajaran. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengembangkan sikap sosial anak salah

satunya adalah metode bermain peran. Hal ini dikarenakan bermain peran dapat memunculkan

(12)

lain. pernyataan diatas didukung oleh pendapat (dalam Taufik, 2012) secara online, “ melalui

bermain peran, para peserta didik mengeksplorasikan hubungan antara manusia dengan

memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga anak dapat mengeksplorasi perasaan, sikap,

nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Metode bermain peran merupakan suatu

kegiatan permainan yang mememerankan tokoh – tokoh yang diperankan anak untuk

mengembangkan imajinasinya sehingga dapat menghayati tujuan dari kegiatan tersebut. Dalam

metode bermain peran, anak berperan sebagai orang lain, namun lebih menekankan terhadap

masalah yang diangkat dalam cerita atau pertunjukkan.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik menggunakkan metode bermain peran untuk

mengembangkan sikap sosial anak 5-6 dan memusatkan bermain peran sebagai Guru dan Anak

murid, dimana anak akan memerankan sebagai tokoh guru dan anak murid yang berada

disekolah. Dalam bermain peran anak akan dapat menunjukkan sikap yang mau menolong saat

belajar ataupun bermain, berpatisipasi saat ada teman yang sakit, membantu teman yang

kesusahan dan saling berbagi terhadap orang lain. Anak juga akan mengetahui peran apa yang

dimainkan anak, sehingga anak dapat mengetahui kebaikan dan kekurangan dari peran – peran

yang mereka mainkan dalam skenario bermain peran tersebut.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian "Upaya Mengembangkan Sikap Sosial Anak Dalam Bermain Peran Anak Usia 5

– 6 Tahun di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014".

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian dappat diidentifikasi masalah penelitian

yaitu :

(13)

- Terdapat anak yang tidak mau berbagi dan bekerja sama dalam merapikan mainan .

- Kurang memadai alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran.

- Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.

- Penggunaan metode bermain peran sangat jarang digunakan dalam pengembangan sikap

sosial anak usia 5 – 6 tahun di TK Tamariska Medan

1.3Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah pada penelitian ini, maka penelitian dibatasi pada

"Upaya mengembangkan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska Tahun Ajaran

2013/2014"

1.4Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah "Apakah dengan

menggunakan metode barmain peran dapat mengembangkan sikap sosial anak kelompok B TK

Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014?".

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah :

 Untuk mengetahui perkembangan sikap sosial anak kelompok B di TK Tamariska Tahun

Ajaran 2013/2014"

(14)

kelompok B.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Anak

Metode bermain peran dijadikan salah satu alternatif metode pembalajaran untuk diterapkan

oleh guru agar dapat meningkatkan sikap sosil anak.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti dalam menerapkan metode bermain peran

dalam mengembangkan sikap sosial anak kelompok B.

3. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru dalam mengembangkan sikap sosial anak melalui penggunaan

metode bermain peran.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan untuk memperbaiki proses pembelajaran khususnya dalam

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat di peroleh

kesimpulan yaitu :

1. Pada siklus I pertemuan I hasil test performance setelah kegiatan bermain peran

dilakukan, terdapat kategori sangat baik 0%, kategori baik mencapai 13,3% (2 orang

anak), kategori cukup mencapai 53.3% (8 orang anak), kategori kurang mencapai

33.3% (5 orang anak). Pada siklus I pertemuan II terdapat kategori sangat baik 0%,

kategori baik mencapai 33,3% (5 orang anak), kategori cukup mencapai 60% (9 orang

anak), kategori kurang mencapai 6.7% (1 orang anak). Pada siklus I Pertemuan II

telah mengalami kemajuan terlihat pada kategori sangat baik 26.7% (4 orang anak),

pada kategori baik mencapai 66.7% (10 orang anak), kategori cukup mencapai 6.6%

(1 orang anak), kategori kurang mencapai 0%. Pada siklus II Pertemuan II telah

mengalami peningkatan terlihat pada kategori sangat baik 80% (12 orang anak), pada

kategori baik mencapai 20% (3 orang anak). Hal ini sudah terlihat keseluruhan anak

sudah bisa melakukan kegiatan bermain peran dalam mengembangkan sikap sosial

anak.

2. Dengan menggunakan metode bermain peran dapat mengembangkan sikap sosial

anak usia 5-6 tahun di TK Tamariska Tahun Ajaran 2013/2014.

(16)

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan metode bermain peran sebagai salah satu

metode pembelajaran untuk mengembangkan sikap sosial anak dengan cara

memberikan motivasi saat bermain peran, memberikan kebebasan pada anak

memerankan tokoh yang berbeda sehingga anak merasa tidak bosan, dan

membimbing anak dalam mengingat skenario peran yang akan dimmainkan anak.

2. Bagi sekolah hendaknya memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti

lokakarya kegiatan bermain peran untuk mengembangkan sikap sosial anak serta

menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam bermain peran.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian ini khususnya

yang berkaitan dengan perbaikan proses pembelajaran dalam penerapan metode

(17)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pasca Sarjana Unimed.

Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Hawadi, Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Grasindo

Hurlock, Elisabeth B. 1978. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kurikulum Taman Kanak-Kanak. 2010. Jakarta: Kementerian Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar.

Leong, Deborah, J & Bodrova Elena. 2012. Assessing and Scaffolding

Make-Belive Play. The National Association for the Education of Young Children:

www. Naecy.org/yc/permissions.

Jamaris, Martini.2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman

Kanak – Kanak. Jakarta: Grasindo

Musfiroh, Tadkiroatum. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah

Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas.

Nugraha, Ali. 2004. Metode Pengembangan Sosial Emosional, Jakarta: Universitas Terbuka.

Patmanodewo, Soemarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.58.2009. Jakarta.

Safriyani, Hanasah, dkk. 2011. 99 Ide Kegiatan Main Peran Untuk Anak Usia

Dini 5-8 Tahun. Jakarta Selatan: Indocamp.

Saleh, Samsubar. 2004. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: AMP YKPN.

(18)

2

Sujiono, Yuliani. dkk. 2010. Konsep Dasar Pendidikan Paud. Jakarta: Indeks.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Taufik. 2012. Model Bimbingan Belajar Melalui Bermain Peran Untuk Anak Usia

Dini,(Online),dalam://taufik.wordpress.com/2012/5/3/model-bimbingan-belajar-melalui-bermain peran-untuk-anak-usia dini/ diakses tanggal 26 Maret 2013 pukul 14.25 WIB

Uno. Hamzah. 2010. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, di sekolah dasar (SD), sangat disayangkan pelajaran matematika belum mendapat perhatian yang sepenuhnya dari guru. Ini terbukti, menurut pengamatan penulis,

pada berat relatif organ sistem sirkulasi mencit dengan kumulasi dosis radiasi berbeda dan setelah pemulihan selama 30 hari ..……… 87 33 Pengaruh pemberian radioprotektif

Adapun peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari perolehan nilai siswa dalam Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung yang meningkat dalam kualitas belajar

[r]

(2008), ada 75 species Meranti Merah yang potensial sebagai penghasil kayu terutama untuk vinir dan kayulapis disamping untuk perumahan, perkapalan, peti

Tujuan dari penelitian ini adalah Mendeskripsikan wujud majas beserta latar belakang, fungsi, dan tujuan majas yang ditimbulkan dalam Album1000 Kisah Satu Hati karya Ungu

Analisis yang dilakukan yaitu menentukan kesesuaian atau ketidaksesuaian tahapan kegiatan proyek yang dilakukan dilapangan dengan tahapan kegiatan proyek berdasarkan jadwal

dalam operasi hitung bilangan bulat tanpa menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Jika permasalahan di atas tidak segera ditangani, dikhawatirkan proses belajar