• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT PADA PERKEBUNAN RAKYAT DI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT PADA PERKEBUNAN RAKYAT DI SUMATERA UTARA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

KELAPA SAWIT PADA PERKEBUNAN RAKYAT

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :

ELISABETH MARGARETA

NIM : 8116162003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

KELAPA SAWIT PADA PERKEBUNAN RAKYAT

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :

ELISABETH MARGARETA

NIM : 8116162003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ii

ABSTRAK

ELISABETH MARGARETA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit pada Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Sumatera Utara dikenal sebagai sentra produksi minyak sawit, sehingga banyak kelompok perusahaan besar yang mengembangkan kebun sawit di kawasan ini. Luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Namun, dibandingkan dengan propinsi lain, perkembangan luas kebun kelapa sawit di Sumatera Utara tergolong lambat dikarenakan terbatasnya lahan untuk perluasan kebun. Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit, diantaranya adalah luas areal perkebunan kelapa sawit, tenaga kerja dan harga CPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh faktor luas areal, tenaga kerja, dan harga CPO terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara dan elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit tersebut. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series. Metode analisis menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis program software Eviews version 7.1. Untuk mengetahui bagaimana luas areal, tenaga kerja dan harga CPO mempengaruhi produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara maka digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Nilai adjusted R2 yang diperoleh darihasil uji56,13%, yangberarti variance variabel produksi kelapa sawit dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel luas areal, lag luas areal, tenaga kerja, harga CPO dan lag harga CPO sebesar 56,13%. Dengan kata lain, masih ada faktor-faktor lain di luar kelima variabel tersebut yang mempengaruhi jumlah produksi kelapa sawit yang belum dimasukkan ke dalam model regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) luas areal, lag luas areal, tenaga kerja, harga CPO dan lag harga CPO secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, (2) luas areal berpengaruh negatif terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, (3) lag luas areal menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, (4) tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, (5) harga CPO berpengaruh negatif terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, (6) lag harga CPO berpengaruh negatif terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, (7) elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara berada pada kondisi decreasing returns to scale.

(6)

iii

ABSTRACT

ELISABETH MARGARETA. Analysis of Factors Affecting the Production of

Oil Palm Smallholders in North Sumatra. Postgraduate School of the State

University of Medan, 2013.

North Sumatra is known as a center for the production of palm oil, so many big groups that develop oil palm plantations in the region. Vast oil palm plantation in North Sumatra every year always increase. However, compared with other provinces, extensive development of oil palm plantations in North Sumatra is also slow due to limited land for expansion of the garden. There are several factors that influence the growth and production of palm oil, such as oil palm plantation area, the labor and the price of CPO. The aims of this study were to determine how the factors influence the total area, the labor, and the price of CPO on palm oil production on smallholder plantations in North Sumatra and the elasticity of the factors that influence the production of palm oil. The data used are secondary data from time series data. Methods of analysis using the Ordinary Least Square (OLS) with Eviews software program analysis tools version 7.1. To find out how the acreage, labor and CPO prices affect production on smallholder oil palm in North Sumatra then used Cobb-Douglas production function. Adjusted R2 values obtained from the test results of 56,13%, which means that palm oil production variable variance can be explained by changes in the variable area, lagged acreage, labor, the price of CPO and CPO prices lag of 56,13%. In other words, there are other factors beyond the five variables that affect the amount of palm oil productin is not included in the regression model. Results of this study indicate that (1) the total area, lagged acreage, labor, the price of CPO and CPO price lag are jointly significant effect on the production of oil palm plantations in North Sumatra people, (2) the total area negatively affect production oil palm plantation in North Sumatra people, (3) lag area showed no significant positive effect on palm oil production on smallholder plantations in North Sumatra, (4) labor and a significant positive effect on palm oil production on smallholder plantations in North Sumatra, (5) negative effect on the price of CPO production in smallholder oil palm in North Sumatra, (6) CPO price lag negatively affect production on smallholder oil palm in North Sumatra, (7) the elasticity of the factors that affect oil production palm plantation in North Sumatra people in a state of decreasing returns to scale.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Baik karena telah memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit pada Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara” guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Selama penyusunan tesis ini, penulis menerima banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, dimana dengan kasihnya yang tulus dan berkat doa mereka penulis dapat menyelesaikan tesis ini; juga kepada Suamiku terkasih Tumpak Tinambunan yang dengan kasihnya selalu membantu dan memberikan semangat bagi penulis. Ungkapan terima kasihku juga kepada abangku Erwin Batubara dan keluarga serta adikku Afrizal Batubara yang selalu mendukung penulis melalui doa.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

(8)

v

4. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis.

5. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus Pembimbing II penulis yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Dr. Zahari Zein, M.Sc selaku Pembimbing I penulis yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan tesis ini.

7. Bapak Dr. Muhammad Nasir, M.Si dan Dr. Rahmanta, M.Si selaku Penguji. 8. Seluruh dosen dan karyawan, serta rekan-rekan Angkatan 2011 Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

9. Bapak Dr. Teguh Wahyono dan segenap jajarannya yang telah memberikan data dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian kepustakaan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap dengan segala keterbatasan yang ada semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Medan, September 2013 Penulis

(9)

vi

(10)

vii

4.2. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit ... 68

4.3. Penggunaan Tenaga Kerja pada Perkebunan Kelapa Sawit ... 73

4.4. Harga CPO ... 74

4.5. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara ... 74

4.6. Uji Asumsi Klasik ... 84

4.7. Uji Kelayakan Model Regresi dan Interpretasinya ... 118

4.8. Uji Hipotesis ... 122

4.9. Pembahasan Hasil Penelitian ... 126

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 133

5.1. Simpulan ... 133

5.2. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 135

LAMPIRAN ... 139

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas

Dasar Harga Berlaku, 2002-2012 ... 5 Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit Dunia, 2006-2011 8 Tabel 1.3. Produksi, Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera

Utara, dan Harga CPO Domestik, 2005-2012 ... 12 Tabel 4.1. Produktivitas PR (Perkebunan Rakyat), PBS (Perkebunan

Besar Swasta) dan PBN (Perkebunan Besar Negara) pada Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia ...

71 Tabel 4.2. Produktivitas PR (Perkebunan Rakyat), PBS (Perkebunan

Besar Swasta) dan PBN (Perkebunan Besar Negara) pada

Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara ... 72 Tabel 4.3. Statistik Deskriptif Variabel Terikat dan Bebas ... 75 Tabel 4.4. Hasil Estimasi Model Regresi Awal, Luas Areal TM

(Tanaman Menghasilkan) – Lag 3 Tahun, Tanpa At (Luas

Areal) ... 81 Tabel 4.9. Hasil Estimasi Model Regresi Awal, Luas Areal TM

(Tanaman Menghasilkan) - Lag 4 Tahun, Tanpa At (Luas

Areal) ... 82 Tabel 4.10. Hasil Estimasi Model Regresi Awal, Luas Areal Total –

(12)

ix Tabel 4.19. Metode Diferensi Tingkat Pertama – Menghilangkan

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Negara Produsen Utama Minyak Sawit Dunia,

2005-2011 ... 7

Gambar 1.2. Kontribusi Propinsi Terhadap Produksi Minyak Sawit Indonesia ... 10

Gambar 2.1. Kegiatan Produksi ... 19

Gambar 2.2. Constant Returns To Scale (CRTS) ... 34

Gambar 2.3. Increasing Returns To Scale (IRTS) ... 34

Gambar 2.4. Decreasing Returns To Scale (DRTS) ... 35

Gambar 2.5. Kerangka Konseptual Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit pada Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara ... 55

Gambar 4.1. Produksi CPO Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia ... 67

Gambar 4.2. Produksi CPO Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara ... 68

Gambar 4.3. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia ... 69

Gambar 4.4. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara ... 70

Gambar 4.5. Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan Rakyat pada Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara ... 73

Gambar 4.6. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik ... 74

Gambar 4.7. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal TM (Tanaman Menghasilkan) - Lag 3 Tahun ... 85 Gambar 4.8. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal TM

(Tanaman Menghasilkan) - Lag 4 Tahun ...

85 Gambar 4.9. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal Total - Lag 3

Tahun ...

(14)

xi

Gambar 4.10. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal TM (Tanaman Menghasilkan) - Lag 3 Tahun, Tanpa At

(Luas Areal) ... 86 Gambar 4.11. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal TM

(Tanaman Menghasilkan) - Lag 4 Tahun, Tanpa At

(Luas Areal) ... 86 Gambar 4.12. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal Total - Lag 3

Tahun, Tanpa At (Luas Areal) ... 86 Gambar 4.13. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal Total - Lag 4

Tahun, Tanpa At (Luas Areal) ... 87 Gambar 4.14. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal Total - Lag 4

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data Penelitian ... 139 Lampiran 2. Data Penelitian – Logaritma Natural ... 140 Lampiran 3. Menghilangkan Multikolinieritas – Metode Diferensi

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanah sangat subur. Selain itu, daratan Indonesia juga luas dan iklimnya sangat bagus. Hal ini sangatlah mendukung untuk dikembangkannya usaha pertanian sehingga tidak jarang penduduk Indonesia memilih sektor pertanian sebagai mata pencaharian mereka. Tanah yang subur, daratan yang luas serta iklim yang sangat bagus, jika dikelola dengan baik bisa menjadi keunggulan kompetitif bagi Indonesia.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yangcukup besar yaitu sekitar 14,72% pada tahun 2011 atau merupakan urutan kedua setelah sektor industri pengolahan (Badan Pusat Statistik, 2011:15). Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan (Badan Pusat Statistik, 2011:15). Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan pada sub sektor perkebunan.

(17)

2

assist the poor, appropriate governance arrangements are critical. One of the critical areas that governance measures must address in order to protect the poor is to ensure procedural justice in agricultural development projects utilising their land (Zen. dkk, 2008:1).

Kaum penjajah dimasa penjajahan ingin sekali menguasai tanah Indonesia, sebab faktor tanah yang kaya dan tersedianya tenaga kerja akan memberikan keuntungan yang besar bagi mereka. Hampir setiap peraturan yang dibuat kaum penjajah terfokus pada tanah, yang memberi keuntungan dan kemudahan bagi pihak Belanda dalam mengembangkan kegiatan ekonominya di tanah jajahan, namun merugikan rakyat Indonesia. Dengan adanya UU tersebut pemerintah kolonial bisa memperluas tanah yang dikuasai terutama untuk dijadikan areal perkebunan. Cara yang dilakukan salah satunya adalah dengan mengalihkan fungsi tanah penduduk yang semula dijadikan lahan pertanian menjadi areal perkebunan, seperti tebu, kelapa sawit dan tembakau.

Pada jaman penjajahan Belanda, perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikembangkan oleh pengusaha Belanda. Waktu itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat, sehingga pada tahun 1939 Indonesia telah menjadi produsen dan eksportir minyak sawit terbesar dunia. Pada waktu itu telah ada puluhan ribu hektar tanaman kelapa sawit yang ditangani oleh pengusaha Belanda. Pada waktu itu minyak sawit banyak dimanfaatkan sebagai minyak pelumas.

(18)

3

Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Pelaku perkebunan kelapa sawit terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR). Perkebunan rakyat terdiri dari sejumlah besar kebun dengan ukuran sangat kecil. Kebun-kebun tersebut umumnya diusahakan oleh petani sebagai pemilik serta keluarganya. Tingkat pendidikan petani yang pada umumnya sangat rendah sering menyulitkan pengembangan usaha yang dikelola oleh petani. Terbatasnya kemampuan untuk menyerap teknologi maju, sulitnya memahami dan memanfaatkan bantuan yang diberikan pemerintah, kurangnya keterampilan dan pengetahuan untuk memahami informasi pasar serta modal yang kecil membuat perkebunan rakyat mempunyai peluang yang lebih kecil daripada perkebunan besar, baik swasta maupun negara.

Menurut Zen. dkk (2005:1) “The nucleus estates have sometimes suffered from faulty management, bad community rapport, difficult land conversions, and

the mistakes of government agencies and settler cooperatives.”

Perkebunan besar swasta memiliki banyak kemiripan dengan perkebunan besar negara. Perbedaannnya terletak pada status, dimana PBN merupakan negeri dan PBS adalah swasta. Diantara keduanya, PBN memiliki prestasi yang lebih baik dikarenakan memiliki sejumlah lembaga penelitian serta memiliki lembaga pendidikan dan latihan.

(19)

4

sangat cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2009, luas areal kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,51 juta hektar dengan produksi sebesar 18,64 juta ton minyak sawit dan 3,47 juta ton inti sawit. Sementara bila dilihat dari luas areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata tahun 1998-2009 sebanyak 52,23% diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS), 36,70% diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) dan 11,07% diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2010:5). Diperlukan political will yang serius dari pemerintah untuk memajukan sektor perkebunan dan industri perkebunan, baik sawit, karet, kakao (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, 2010:25).

Secara umum pola perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada periode tahun 1970–2009 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 11,12%. Berdasarkan atas status pengusahaannya, maka luas areal kelapa sawit sangat berfluktuasi namun cenderung terus mengalami peningkatan untuk luas areal PR dan PBS masing-masing sebesar 34,53% dan 14,18%, sedangkan pola pertumbuhan luas areal kelapa sawit PBN hanya sebesar 4,75% (Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 2010:6).

(20)

5

(Badan Pusat Statistik, 2011:15). Kontribusi tanaman perkebunan terhadap Produk Domestik Bruto pada sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto Sektor PertanianAtas Dasar Harga Berlaku, 2002-2012 (Persen)

P&H = Peternakan dan Hasil-hasilnya K = Kehutanan

P = Perikanan T = Total

** = Angka Sementara

*** = Angka Sangat Sementara

Sub sektor perkebunan mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup antara lain: cokelat, cengkeh, karet, tebu, kelapa, kelapa sawit, kopi, tembakau, teh, jahe, jambu mete, jarak, kapas, kapok, kayu manis, kemiri, kina, lada, pala, panili, rami, serat karung serta tanaman perkebunan lainnya (Badan Pusat Statistik, 2011:54).

(21)

6

Pusat Statistik, 2011:15). Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar minyak sawit dan minyak inti sawit di dalam negeri masih cukup besar. Pasar potensial yang akan menyerap pemasaran minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) adalah industri fraksinasi/ranifasi (terutama industri minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter substitute), margarine/shortening, oleochemical dan sabun mandi (Badan Pusat Statistuk, 2011:16).

Selama sepuluh tahun terakhir (2001-2011), produksi minyak sawit dunia mengalami pertumbuhan 7,7% per tahun. Selama periode tersebut produksi minyak sawit meningkat 109% dan merupakan produk minyak nabati dengan pertumbuhan produksi paling tinggi. Sementara itu, produksi palm kernel oil (PKO) menunjukkan pertumbuhan rata-rata 6,7% per tahun selama periode 2001-2011 dengan peningkatan sebesar 93%. Produksi minyak sawit (CPO) memberikan kontribusi 32,9% dari total produksi minyak nabati (vegetable oil) dunia 2011, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2001 hanya 25,1%. Sedangkan kontribusi palm kernel oil (PKO) sebesar 3,6% pada tahun 2011, dibandingkan dengan tahun 1999 sebesar 3%. Pesatnya pertumbuhan produksi minyak sawit tersebut terutama didorong oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit khususnya di Indonesia (Indama, 2012:10).

(22)

7

produsen minyak sawit terbesar di dunia, setelah menggeser posisi Malaysia sejak tahun 2006 (Indama, 2012:80) (Gambar 1.1).

Gambar 1.1. Negara Produsen Utama Minyak Sawit Dunia, 2005-2011

Perkembangan perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta membawa pengaruh positif terhadap pertumbuhan produksi minyak sawit di Indonesia. Pertumbuhan produksi minyak sawit (CPO) paling pesat terjadi pada periode 1971-1990 yang mencapai 12,9% per tahun dan pada periode berikutnya (1991-2000) tumbuh 11,3% per tahun. Selama periode sembilan tahun terakhir (2001-2011) produksi CPO Indonesia mampu tumbuh sebesar 10,7% per tahun (Indama, 2012:80).

Volume produksi minyak sawit dunia setiap tahun selalu mengalami peningkatan, namun jika dilihat dari segi pertumbuhannya, pertumbuhan produksi minyak sawit dunia masih fluktuatif. Pada masing-masing negara produsen utama, pertumbuhan produksi minyak sawit juga masih dalam kondisi kadang naik kadang turun. Indonesia memang menjadi produsen minyak sawit terbesar di

Indonesia

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(23)

8

dunia sejak tahun 2006, namun jika dilihat dari pertumbuhannya, rata-rata pertumbuhan produksi minyak sawit paling pesat selama periode (2006-2011) justru terjadi di Thailand yaitu sebesar 18,54%, sementara Indonesia berada pada urutan kedua dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 9,3% pada periode yang sama. Pertumbuhan produksi minyak sawit dunia dari masing-masing negara produsen disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit Dunia, 2006-2011

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Sumber: Oil World Annual (2005-2011), Malaysia Palm Oil Board, diolah Keterangan:

P = Volume produksi minyak sawit (000 Ton) G = Pertumbuhan produksi minyak sawit (%)

(24)

9

pengembangan areal perkebunan kelapa sawit (Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 2010:6).

Until the current financial crisis, surging global demand for palm oil has led to an enormous increase in the planting of oil palm. Indonesian policy makers have also provided for expanding the cultivation of oil palm by more than seven million hectares. Although decision makers have seen oil palm related exports as a valuable source of foreign exchange and a means to improve farmers’ welfare and decrease rural poverty, there remain significant policy challenges (Zen. dkk, 2008:1).

Pemerintah Indonesia berencana untuk memperluas wilayah perkebunan kelapa sawit menjadi 6 juta hektar di Propinsi Papua. Namun rencana pemerintah ini ditentang oleh sejumlah LSM pemerhati lingkungan, aktivis, akademisi dan masyarakat luas yang khawatir perluasan perkebunan kelapa sawit akan merusak hutan dan ekosistem di Papua (Indama, 2012:335).

Rencana pemerintah untuk memperluas wilayah perkebunan kelapa sawit dikarenakan satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah luas areal perkebunan kelapa sawit. Selama periode tahun 2002-2008 areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 22 propinsi, yakni seluruh propinsi di Sumatera Utara dan Kalimantan, 2 propinsi di Jawa (Jawa Barat dan Banten), 4 propinsi di Sulawesi (Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat) serta Papua dan Papua Barat. Dari ke 22 propinsi, propinsi Riau merupakan propinsi dengan areal perkebunan sawit terluas di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2008:16). Sama halnya dengan luas areal perkebunan kelapa sawit, produksi kelapa sawit yang terbesar berasal dari Riau (Badan Pusat Statistik, 2008:18).

(25)

10

Indonesia terutama berasal dari 7 (tujuh) propinsi yang memberikan kontribusi sebesar 81,80% terhadap produksi minyak sawit Indonesia. Propinsi Riau dan Sumatera Utara merupakan propinsi sentra produksi terbesar yang berkontribusi masing-masing sebesar 28,52% dan 17,77%, disusul berturut-turut propinsi Sumsel, Kalteng, Jambi, Kalbar dan Sumbar masing-masing sebesar 10,19%, 7,92%, 7,04%, 5,44%, dan 4,94% (Gambar 1.2).

Gambar 1.2. Kontribusi Propinsi Terhadap Produksi Minyak Sawit Indonesia

Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia. Perkebunan di Sumatera Utara telah dibuka sejak penjajahan Belanda. Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini antara lain kelapa sawit, karet, kopi, coklat dan tembakau (Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2010:137). Sumatera Utara dikenal sebagai sentra produksi minyak sawit, sehingga banyak kelompok perusahaan besar yang mengembangkan kebun sawit di kawasan ini, diantaranya Sinar Mas Group, Asian Agri/RGM Group, Indoagri Group, Wilmar Group, Bakrie Group, Socfin Group,

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00%

Riau

Sumut Sumsel

Kalteng Jambi

Kalbar

(26)

11

Sipef Group, Musim Mas Group, Monopoli Raya Group, MP Evans Group, KL Kepong Group dan Anglo-Eastern Group (Indama, 2012:60). Di Sumatera Utara terdapat perkebunan rakyat, tiga Perkebunan Besar BUMN dan ratusan perkebunan besar swasta. BUMN Perkebunan tersebut antara lain PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II), PTPN III dan PTPN IV yang paling luas dibandingkan dengan propinsi lain.

Hal yang menarik yaitu perkembangan perkebunan kelapa sawit rakyat. Pada tahun 2000, pangsa perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara masih sekitar 19 persen dan meningkat cepat menjadi sekitar 39 persen tahun 2009. Sementara pangsa perusahaan besar swasta (domestik dan asing) pangsanya menurun yakni dari 39 persen tahun 2000 menjadi 33 persen tahun 2009. Demikian juga pangsa perusahaan negara, turun dari 41 persen tahun 2000 menjadi hanya sekitar 28 persen tahun 2009 (Tarigan, 2011:20).

Luas tanaman kebun kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2009 sebesar 400.712,65 Ha dengan produksi 4.775.060,52 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Kabupaten Labuhan Batu Utara merupakan pusat perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara. Di daerah ini terdapat sebesar 63.730 Ha kebun sawit rakyat atau 15,90 persen dari seluruh perkebunan kelapa sawit rakyat Sumatera Utara. Sama seperti pada perkebunan rakyat, jenis tanaman perkebunan besar yang ada di Sumatera Utara diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, teh, tembakau, dan tebu (Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2010:137).

(27)

12

dengan propinsi lain, perkembangan luas kebun kelapa sawit di Sumatera Utara tergolong lambat. Lambatnya perkembangan kebun sawit di Sumatera Utara karena terbatasnya lahan untuk perluasan kebun. Dari total areal kebun kelapa sawit tersebut, seluas 879.804 hektar merupakan tanaman menghasilkan, yang meliputi perkebunan rakyat seluas 422.768 hektar (38,4%) yang melibatkan 175.665 kepala keluarga, perkebunan negara seluas 314.259 hektar (28,5%) dan perkebunan besar swasta seluas 363.793 hektar (33%).

Produksi minyak sawit Sumatera Utara tahun 2009 mencapai 3,18 juta ton atau sekitar 17 persen dari total produksi CPO nasional. Pangsa produksi CPO yang lebih besar dari pangsa luas areal menggambarkan bahwa Sumatera Utara masih unggul dalam produktivitas minyak per hektar secara nasional (Tarigan, 2011:20). Pada Tabel 1.3 disajikan data produksi kelapa sawit dan luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara beserta harga CPO.

Tabel 1.3. Produksi, Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara, dan Harga CPO Domestik, 2005-2012

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2012) Laporan BI

Keterangan: t = Tahun

Qt = Produksi CPO pada tahun ke-t (Ton/Tahun) At = Luas areal pada tahun ke-t (Ha)

(28)

13

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa produksi CPO (Crude Palm Oil) pada perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara tahun 2006, 2007 dan 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Sebagai komoditi perkebunan yang penting di Sumatera Utara diharapkan produksi kelapa sawit terus meningkat setiap tahunnya.

Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit, diantaranya adalah luas areal perkebunan kelapa sawit, tenaga kerja dan harga CPO. Menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian (2010:7), seiring dengan peningkatan luas areal kelapa sawit, maka produksi kelapa sawit Indonesia dalam wujud produksi minyak sawit selama tahun 1970-2009 juga cenderung meningkat. Hal yang sama juga terjadi pada perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara, dimana ketika luas areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara pada tahun 2010 mengalami penurunan, produksi CPO juga menurun. Akan tetapi pada tahun 2006 dan 2007, ketika luas areal perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara mengalami peningkatan, produksi CPO pada tahun yang sama justru mengalami penurunan. Berarti, luas areal perkebunan kelapa sawit tidak selalu berpengaruh positif terhadap produksi minyak kelapa sawit.

(29)

14

CPO pada tahun 2007 dan 2010 menurun. Sebaliknya pada tahun 2011 ketika harga CPO turun, jumlah produksi CPO justru meningkat pada tahun 2012. Untuk itulah penulis merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit pada Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara“.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh faktor luas areal, tenaga kerja, dan harga CPO terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara dan elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh faktor luas areal, tenaga kerja, dan harga CPO terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara dan elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini mampu memberikan manfaat yang antara lain adalah:

(30)

15

2. Sebagai informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit.

(31)

133

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara. Sesuai dengan tujuan ini, melalui telaah literatur, analisis data, dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis memperoleh simpulan penelitian sebagai berikut:

1. Luas areal, lag luas areal, tenaga kerja, harga CPO dan lag harga CPO secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, pada α=5%.

2. Luas areal berpengaruh negatif terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara.

3. Lag luas areal menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, pada α=5%.

4. Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, pada α=5%.

5. Harga CPO berpengaruh negatif terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara.

(32)

134

7. Elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara berada pada nilai < 1, berarti kondisinya decreasing returns to scale, yang berarti persentase perubahan kuantitas produksi lebih kecil dari persentase perubahan kuantitas faktor produksi luas areal, lag luas areal, tenaga kerja, harga CPO dan lag harga CPO.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka saran dari penulis sebagai bentuk implementasi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Saran kepada peneliti berikutnya, agar melakukan penelitian dengan menggunakan model yang berbeda untuk melihat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara.

2. Saran bagi pihak-pihak yang mengelola perkebunan kelapa sawit agar faktor-faktor selain apa yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan produksi kelapa sawit ikut menjadi perhatian. Patut dipertanyakan kenapa luas areal, lag luas areal, harga CPO dan lag harga CPO tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi kelapa sawit padahal variabel-variabel ini mampu menjelaskan sebagian dari produksi kelapa sawit.

(33)

135

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2007. Pembakuan Statistik Perkebunan. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta: CV. Sukorejo Bersinar.

Badan Pusat Statistik. 2011. Pendapatan Nasional Indonesia 2007-2010. Jakarta: CV. Sukorejo Bersinar.

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta: CV. Ganda Sari Sejahtera.

Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. 2010. Sumatera Utara dalam Angka 2010. Medan.

Biro Data Indonesia. 2011. Business Intelligence Report: Prospek Pengembangan Bisnis Industri Kelapa Sawit di Indonesia 2011. Tangerang: PT. Biro Data Indonesia.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Statistik perkebunan Indonesia 1997-1999: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Statistik perkebunan Indonesia 1998-2000: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.

Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan. 2000. Statistik perkebunan Indonesia 2000-2002: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

(34)

136

Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik perkebunan Indonesia 2006-2008: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik perkebunan Indonesia 2008-2010: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 1994. Statistik perkebunan Indonesia 1992-1994: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 1995. Statistik perkebunan Indonesia 1994-1996: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2000. Statistik perkebunan Indonesia 1998-2000: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik perkebunan Indonesia 2010-2012: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Fauzi, Yan. dkk. 2012. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Gaspersz, Vincent. 2005. Total Quality Management. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gilarso. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius.

Hanafi, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset. Herawati, Efi. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan baku,

Tenaga kerja, dan Mesin Terhadap Produksi Glycerine pada PT. Flora Sawita Chemindo Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana USU Medan.

Indama. 2012. Business Information Focus: Prospek Perkebunan dan Industri Minyak Sawit di Indonesia 2012-2025. Edisi ke Empat. Tangerang: PT. Bisinfocus Data Pratama.

(35)

137

Mankiw, N Gregory. 2010. Macroeconomics. Seventh Edition. New York: Worth Publishers.

Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. 2010. Salinan Peraturan Menko Perekonomian Nomor PER-01/ M.EKON/ 01/ 2010.

Mishkin, Frederic S. 2012. Macroeconomics: Policy and Practice. Boston: Addison-Wesley.

Nasution, Syahrir Hakim. 2008. Pengantar Ekonomi Mikro. Medan: USU Press. Nasution, Yusri Natar. 2011. Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit. Medan. Nuraini, Ida. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: UMM Pres.

Nurhadiah. 2008. Analisis Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Pengaruhnya Terhadap Produksi pada Agribisnis Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Bengkalis. Tesis tidak diterbitkan. Riau: Program Pascasarjana UNRI.

Oktavianto, Lukman Kresno. 2009. Analisis Respon Penawaran Kelapa Sawit di Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Program Sarjana IPB Bogor.

Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pardamean, Maruli. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Medan: Penebar Swadaya.

Pardede, Pontas M. 2003. Manajemen Operasi dan Produksi: Teori, Model, dan Kebijakan. Medan: ANDI Yogyakarta.

Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Pracoyo, Antyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Purba, Jan Horas Veryady. 2001. Keragaan Kelapa Sawit Indonesia Ditinjau dari Jenis Pengusahaan dan Wilayah Produksi. Tesis tidak diterbitkan. Bogor: Program Pascasarjana IPB Bogor.

Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2010. Outlook Komoditas Pertanian - Perkebunan.

Pusat Penelitian Perkebunan (RISPA) Medan. 2013. Biaya Investasi Kebun Kelapa Sawit. Medan: RISPA Medan.

(36)

138

Ramadhani, Yuliastuti. 2011. Analisis Efisiensi, Skala dan Elastisitas Produksi dengan Pendekatan Cobb-Douglas dan Regresi Berganda. Jurnal. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND. Yogyakarta.

Simbolon, Sahat. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Medan: USU Press.

Sudarsono, J. 1992. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan, Balaman dan Sipayung, Tungkot. 2011. PERKEBUNAN KELAPA SAWIT dalam Perekonomian dan Lingkungan Hidup Sumatera Utara. Medan: PT Penerbit IPB Press.

Tim Penggalian Potensi Pajak, Pemetaan Potensi Pajak dan Evaluasi Pelaksanaan di Sektor Kelapa Sawit Tahun 2012. 2012. Modul Penggalian Potensi Pajak Sektor Kelapa Sawit. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.

Tumanggor, Doody S. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten Dairi. Tesis tidak diterbitkkan. Medan: Program Pascasarjana USU Medan.

Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Wigena, Gusti Putu. 2009. Model Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan (Studi Kasus di Perkebunan PIR-Trans PTPN V Sei Pagar Kabupaten Kampar Propinsi Riau). Tesis tidak diterbitkan. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB Bogor.

Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi 3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Zen, Zahari., Barlow, Colin., and Gondowarsito, Ria. 2005. Oil Palm in Indonesian Socio-Economic Improvement A Review of Options. Working Papers in Trade and Development. Canberra, Research School of Pacific and Asian Studies, ANU.

Gambar

Gambar 4.10. Uji Jarqeu-Bera – Normalitas, Luas Areal TM (Tanaman Menghasilkan) - Lag 3 Tahun, Tanpa At
Tabel 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto Sektor PertanianAtas Dasar Harga Berlaku, 2002-2012 (Persen)
Gambar 1.1. Negara Produsen Utama Minyak Sawit Dunia, 2005-2011
Gambar 1.2. Kontribusi Propinsi Terhadap Produksi Minyak Sawit Indonesia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan sebesar 1.651 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat

Socfin Indonesia yang berkantor pusat di Medan, dengan menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja dan pupuk terhadap hasil produksi kelapa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan sebesar 1.651 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan sebesar 1.651 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat

sementara itu dalam periode yang sama, luas lahan kelapa sawit rakyat mengalami.. Berikut luas lahan karet rakyat dan kelapa sawit

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge. Data yang

Dari hasil regresi, variabel luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit dan variabel pupuk

Untuk tujuan tersebut, beberapa variabel yang diteliti adalah ekspor CPO, produksi CPO, luas areal kelapa sawit, harga ekspor CPO, harga CPO domestik, pendapatan nasional