1279 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI BERANI MEMBELA KEBENARAN UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 3 BUNTOK
MARIANA
Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan penerapan model problem based learning (PBL). Guru menyampaikan tujuan, pokok-pokok pembelajaran, melaksanakan diskusi kelompok, latihan soal, memberikan motivasi belajar dan kesimpulan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Berani Membela Kebenaran siswa kelas XI SMAN 3 Buntok.penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus dilakukan dengan tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan model problem based learning (PBL) dan refleksi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi /pengamatan. Analisis data dilakukan dengan perbandingan antara hasil tes pada siklus I dan siklus II dengan teknik deskriftif. Artinya dari data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan apa adanya kemudian dianalisis secara deskriftif untuk mendapatkan gambaran mengenai fakta yang ada dan mendiskripsikan sesuai dengan fenomena. Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar siswa menggunakan sistem rata-rata kelas pada hasil evaluasi tiap siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMAN 3 Buntok mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dari : (1) kegiatan mendengarkan dari 86% menjadi 99%, kegiatan menyimak pelajaran dengan konsentrasi dari 65% menjadi 85 %, kegiatan melihat, mengamati dan memperhatikan dari 67% menjadi 88%, kegiatan menulis dari 65% menjadi 83%, kegiatan menelaah, menganalisis dan mengidentifikasi dari 66% menjadi 90%, kegiatan menyampaikan pendapat, menanggapi dan menyiumpulkan dari 65% menjadi 85%.(2) Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 9,1% yaitu dari 82,9 menjadi 92,95.
Nilai rata-rata Pada siklus II kategori nilai sangat tinggi siswa meningkat sebesar 23,8% yaitu dari 11 siswa menjadi 16 siswa. Hasil belajar siswa mencapai indikator keberhasilan dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 100 %.
Kata Kunci : Model Problem Based Learning. Keaktifan Belajar. Hasil Belajar.
1280 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan penting sebagai ujung tombak dalam menentukan masa depan bangsa. Bangsa tanpa pendidikan tidak akan ada penerus cita-cita luhur untuk mencapai kesejahteraan. Melalui pendidikan yang berkualitas maka masyarakat mempunyai peranan dalam melakukan perubahan dan pembangunan bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat ditempuh melalui Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi. Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran, dan siswa merupakan salah satu objek dari pembelajaran tersebut. (Sukmadinata & Syaodih, 2012)
Perlu adanya pendekatan khusus dalam memahami karakteristik siswa agar model pembelajaran yang digunakan guru sesuai dan dapat direspon baik oleh siswa. Kecocokan siswa terhadap metode yang dipakai oleh seorang guru, maka akan meningkatkan keingintahuan dan ketertarikan siswa terhadap materi yang disampaikan, sehingga siswa dapat menikmati dalam kegiatan belajar. (Hamiyah & Jauhar, 2014)
Pengalaman dan pengetahuan guru dalam hal materi maupun metode-metode penyampaian materi yang sangat luas dapat menambah daya tarik siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang mendalam karena banyaknya variasi materi yang disampaikan. (Hamdayama, 2016)
SMAN 3 Buntok adalah Sekolah Menengah Atas yang terletak di Jalan Pakusualam No. 58 RT. 08 RW. 03 Desa Baru 73751 Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan kalimantan Tengah Indonesia. Hasil observasi yang dilaksanakan di kelas XI SMAN 3 Buntok diperoleh gambaran kondisi peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung. Seorang peserta didik hanya akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab, sedangkan sebagian siswa lainnya berbicara dengan temannya. Mereka seperti enggan untuk bertanya karena takut salah, dan pada saat diberikan kesempatan oleh gurunya untuk bertanya mereka menunjukkan seolah-olah sudah paham dengan apa yang sudah disampaikan, mereka tidak mau berani jujur mengatakan bahwa mereka masih belum paham dengan materi yang disampaikan. Dalam proses pembelajaran peserta didik kurang terlibat sehingga cenderung pasif dan kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan kritis kepada guru, kurang bersemangat serta kurang tertarik terhadap materi pembelajaran. Peserta didik kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan, karena dengan metode konvensional yaitu metode ceramah, peserta didik hanya menghafal saja. Hal ini juga mengakibatkan kurangnya kerjasama di kalangan peserta didik karena tidak ada interaksi langsung antar peserta didik. Bagi siswa yang kurang aktif dan tidak berani bertanya pada
1281 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
guru mereka akan mengalami kesulitan hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar. Dan pada saat tes uji pengetahuan pun peserta didik di nilai kurang jujur terhadap pekerjaannya karena diketahui ada sebagian peserta didik yang masih menyontek dengan temannya yang lain bahkan ada membuka buku pada saat ujian berlangsung. Pembelajaran yang seperti ini dinilai kurang efektif , Maka dari itu salah satu alternatif cara yang dapat digunakan sebagai usaha meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik Kelas XI SMA Negeri 3 Buntok khususnya pada materi berani membela kebenaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning.
Berdasarkan latar belakang diatas,penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui penerapan model Problem Based Learning pada materi Berani Membela Kebenaran kelas XI SMAN 3 Buntok. 2. Mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas XI SMAN 3 Buntok dengan penerapan model Problem Based Learning pada materi Berani Membela Kebenaran. 3. Mengetahui hasil belajar siswa kelas XI SMAN 3 Buntok dengan penerapan model Problem Based Learning pada materi berani membela kebenaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 3 Buntok yang secara keseluruhan berjumlah 30 orang dan yang beragama Islam sekitar 21 orang peserta didik. Sedangkan objek penelitian yaitu peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMAN 3 Buntok pada materi berani membela kebenaran melalui penerapan model Problem Based Learning. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 November 2022 sampai dengan 31 Desember 2022. Penelitian dilaksanakan di kelas XI SMAN 3 Buntok yang beralamat di jalan Pakusualam No. 58 RT. 08 RW. 03 Desa Baru 73751 Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, kalimantan Tengah Indonesia
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian tindakan adalah model Kemmis dan Taggart , yang membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi – refleksi. Model penelitian tindakan tersebut sering diacu oleh para peneliti tindakan. Model Kemmis dan Taggart dapat dilihat dalam gambar berikut:
1282 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
Tahapan Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Taggart (Mulyasa, 2011)
Pra Siklus ( Studi Pendahuluan )
Studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi lapangan, mengumpulkan informasi mengenai keadaan dalam kelas, mencari permasalahan selama proses belajar mengajar berlangsung. Pada pra siklus ini peneliti sudah menentukan kompetensi dasar yang akan digunakan pada saat penelitian.Selain itu dalam pra siklus ini juga sudah menentukan kelas yang akan diberikan tindakan yaitu kelas XI SMAN 3 Buntok.
Adapun prosedur pelaksanaan tindakan setiap siklusnyadapat dijabarkan sebagai berikut:
Siklus I
Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil dari prasiklus, rencana tindakan pada siklus pertama adalah:
1) Peneliti menyusun perencanaan mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas XI SMAN 3 Buntok.
2) Menggunakan metode pembelajaran peer teaching sebagai solusi pemecahan masalah pembelajaran.
3) membuat skenario pembelajaran yang meliputi membuat RPP materi berani membela kebenaran. Alat evaluasi (soal pre test dan post test), dan lembar observasi dengan menggunakan skala likert.
4) membuat kelompok-kelompok belajar, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
1283 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
Pelaksanaan Tindakan ( Acting)
Setelah tahap perencanaan tindakan sudah matang, maka langkah selanjutnya yaitu melaksanakan rencana tersebut di kelas dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat, serta melakukan penelitian terhadap segala kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran problem based learning. Pelaksanaan tindakan ini bersifat fleksibel atau berubah-ubah,dapat dimodifikasi sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kondisi serta keperluan yang terjadi di lapangan. Mengenai segala perubahan akan dicatat dicatatan lapangan. (Trianto, 2015)
Pengamatan (Observing)
Tahap pengamatan/observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung,sehingga pada tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Jadi,pada tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. (Syafi'i, 2011)
Semua hal yang terjadi di kelas saat pembelajaran berlangsung dicatat dalam kaitannya dengan proses pembelajaran menggunakan model problem based learning pada materi berani membela kebenaran untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMAN 3 Buntok.
Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah diperoleh selama pelaksanaan observasi, kemudian dilakukan refleksi. Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara keseluruhan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang sudah terkumpul,kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan selanjutnya. Jika terdapat masalah pada saat refleksi, maka akan dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya sehingga permasalahan dalam siklus I dapat terselesaikan.
(Suprihatiningrum, 2013) Siklus II
Kegiatan yang dilaksankan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikandari siklus I. Pelaksanaan siklus II sama dengan siklus I yaitu dimulai dari tahap perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi(observing), dan refleksi (reflecting).
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara untuk memperoleh dan mengumpulkan data dalam penelitian. Pengumpulan data pada penelitian tindakan ini menggunakan beberapa cara sebagai berikut:
Observasi
1284 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
Menurut Mulyatiningsih (Endang, 2011), observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik. Alat yang digunakan untuk mengobservasi dapat berupa lembar pengamatan atau checklist.Observasi yang digunakan adalah observasi terbuka dan observasi terstruktur. Observasi terbuka dilakukan dengan melihat, mengamati, dan mencatat perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan observasi terstruktur dilakukan dengan membubuhkan tanda checklist (√) pada lembar observasi keaktifan belajar siswa.
Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk mencatat berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, kegiatan guru dan interaksi siswa dengan siswa. Menurut Wiriadmadja (Rochiati, 2006), catatan lapangan adalah sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh peneliti dan mitra peneliti yang melakukan pengamatan dan observasi.
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mencatat kegiatan guru dan siswa saat pembelajaran proses pra siklus, siklus I dan siklus II berlangsung.
Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang digunakan pada saat penelitian tindakan berlangsung. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), lembar wawancara siswa, hasil pengamatan keaktifan belajar siswa, hasil tes dan foto selama proses pembelajaran berlangsung.
Analisis Data
Menurut Sugiono (Sugiono, 2007), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan. Sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar siswa menggunakan sistem nilai rata-rata kelas pada hasil evaluasi tiap siklus. Analisis Hasil Evaluasi menggunakan sistem nilai rata-rata kelas yaitu:
Siklus I = Nilai Rata-rata Kelas
Jumlah Nilai @ Siswa Nilai Rata-rata = ---
Jumlah Siswa
Perhitungan nilai rata-rata kelas ini digunakan untuk setiap hasil evaluasi pada tiap siklus dan juga untuk mengukur seberapa besar peningkatan prestasi
1285 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
belajar siswa. Data hasil belajar siswa berupa tes akan dianalisis dengan menggunakan skor yang berdasarkan penilaian acuan patokan, dihitung berdasarkan skor maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa. Nilai yang diperoleh dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
Pedoman pengkategorian hasil belajar siswa yang digunakan dapat dilihat pada Tabel.
Table Tingkat Penguasaan dan Kategori Hasil Belajar Siswa TINGKAT
PENGUASAAN
KATEGORI
86 – 100 Sangat Tinggi
71 – 85 Tinggi
36 – 70 Rendah
0 – 35 Sangat Rendah
Interval tersebut ditentukan menggunakan rumus. (Santoso, 2003) Range
I = --- K
Keterangan :
I = Interval Kelas
Range = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah K = Jumlah Kelas
Analisis Antar Siklus
Pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil belajar siswa,baik peningkatan nilai rata-rata kelas, maupun peningkatan nilai yang dicapai oleh masing-masing siswa. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan persentase penguasaan dan kategori hasil belajar siswa.
HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Siklus I
Data tentang hasil belajar siswa sebelum tindakan (pre test) siklus I digunakan untuk mengetahui nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus 1 dan post test untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus I. Adapun hasil belajar siswa sebelum tindakan siklus I menunjukkan bahwa nilai pre test adalah minimum 43 dan nilai tertinggi 75. Dan hasil belajar siklus I setelah dilakukan tindakan menunjukkan bahwa nilai post test minimum 58 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I sebesar 82,9 diperoleh melalui rumus nilai rata-rata.
Dari data diatas dapat ditentukan frekuensi dan persentase hasil belajar siswa siklus I dibagi menjadi 4 kategori yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
1286 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
Interval Nilai
Kategori Frekuensi (F) Persen ( % ) Pre
Test
Post Test Pre Test Post Test
0 – 35 Sangat Rendah
0 0 0 0
36 – 70 Rendah 20 6 95,24 28,6
71 – 85 Tinggi 1 4 4,76 19
86 – 100 Sangat Tinggi
0 11 0 52,4
Jumlah 21 21 100 100
Berdasarkan Tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa dari 21 siswa terperinci tidak ada siswa yang mempunyai nilai dengan kategori sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas XI SMAN 3 Buntok pada siklus I sebagian besar memiliki kategori rendah, tinggi dan sangat tinggi.
Hasil Penelitian Siklus II
Data tentang hasil belajar siswa sebelum tindakan (pre test) siklus II digunakan untuk mengetahui nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus I1 dan post test II diberikan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus II. Adapun hasil belajar siswa sebelum tindakan siklus II menunjukkan bahwa nilai pre test adalah 58 dan nilai tertinggi 100.
Dan hasil belajar setelah tindakan menunjukkan bahwa nilai post test minimum 79 dan nilai tertinggi 100.Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus II sebesar 92,95 diperoleh melalui rumus nilai rata-rata.
Dari data diatas dapat ditentukan frekuensi dan persentase hasil belajar siswa siklus II dibagi menjadi 4 kategori yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Interval Nilai
Kategori Frekuensi (F) Persen ( % ) Pre
Test
Post Test Pre Test Post Test
0 – 35 Sangat Rendah
0 0 0 0
36 – 70 Rendah 6 0 28,6 0
71 – 85 Tinggi 4 5 19 23,8
86 – 100 Sangat Tinggi
11 16 52,4 76,2
Jumlah 21 21 100 100
Berdasarkan Tabel di atas, diperoleh informasi bahwa dari 21 siswa terperinci tidak ada siswa yang mempunyai nilai dengan kategori sangat rendah dan
1287 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas XI SMAN 3 Buntok pada siklus II memiliki kategori tinggi dan sangat tinggi.
Sedangkan hasil penelitian aktifitas siswa diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam kegiatan mendengarkan dari 86% pada siklus I menjadi 99% pada siklus II, kegiatan menyimak pelajaran dengan konsentrasi dari 65%
pada siklus I menjadi 85 % pada siklus II, kegiatan melihat, mengamati dan memperhatikan dari 67% pada siklus I menjadi 88% pada siklus II, kegiatan menulis dari 65% pada siklus I menjadi 83% pada siklus II, kegiatan menelaah, menganalisis dan mengidentifikasi dari 66% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II, kegiatan menyampaikan pendapat, menanggapi dan menyiumpulkan dari 65% pada siklus I menjadi 85% pada siklus II.
Dari data yang disajikan terlihat bahwa keaktifan siswa pada setiap kategori meningkat. Hal ini disebabkan karena siswa sudah dapat beradaptasi dengan metode problem based learning (PBL).
Berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas XI SMAN 3 Buntok dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar, peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 9,1% yaitu dari 82,9% menjadi 92%. 2. Meningkatnya kategori nilai sangat tinggi sebesar 23,81%
yaitu dari 11 anak menjadi 16 anak. Meningkatnya rata-rata nilai tersebut disebabkan karena siswa mudah menyerap materi dengan metode belajar problem based learning. Dengan menggunakan metode belajar problem based learning siswa menjadi lebih mudah memahami materi karena mereka diajak belajar melalui masalah-masalah yang timbul dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Secara otomatis siswa mendapat pengetahuan sekaligus cara menerapkannya.Dilihat dari hasil tersebut, model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI SMAN 3 Buntok.
KESIMPULAN
Secara singkat, hasil dari Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Problem Based Learning adalah berdasarkan hasil penelitian aktifitas siswa diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam kegiatan mendengarkan dari 86% menjadi 99%, kegiatan menyimak pelajaran dengan konsentrasi dari 65% menjadi 85 %, kegiatan melihat, mengamati dan memperhatikan dari 67%
menjadi 88%, kegiatan menulis dari 65% menjadi 83%, kegiatan menelaah, menganalisis dan mengidentifikasi dari 66% menjadi 90%, kegiatan menyampaikan pendapat, menanggapi dan menyimpulkan dari 65% menjadi 85%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa kelas XI SMAN 3
1288 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
Buntok. Penerapan model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMAN 3 Buntok. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 9,1% yaitu dari 82,9 menjadi 92,95 Nilai rata-rata Pada siklus II kategori nilai sangat tinggi siswa meningkat sebesar 23,8% yaitu dari 11 siswa menjadi 16 siswa. Hasil belajar siswa mencapai indikator keberhasilan dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 100 %.
DAFTAR PUSTAKA
Endang, M. (2011). Riset Terapan. Yogyakarta: UNY Press.
Hamdayama, J. (2016). Metodologi pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamiyah, N., & Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Mulyasa. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rochiati, W. (2006). Metode penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Santoso, S. (2003). SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiono. (2007). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N., & Syaodih, E. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ar Ruzz Media.
Syafi'i, d. (2011). Kemampuan Berfikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Basd learning (PBL) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011 , 50-62.
Trianto. (2015). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual.
Jakarta: Prenadamedia.