• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengaitkan dan memadukan beberapa kompetensi dasar/indikator dari standar kompetensi beberapa mata pelajaran menjadi satu tema. Pembelajaran tematik juga menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik (Trianto, 2011 : 39).

Tematik diartikan sebagai berkenan dengan tema dan tema sendiri berarti pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 : 1482).

Tema yang dipilih harus berkaitan erat dengan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran yang dialami siswa dapat memberikan pengalaman bermakna bagi diri siswa sendiri. Pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu (integrated learning) pada jenjang taman kanak-kanak (TK/RA) atau sekolah dasar (SD/MI) untuk kelas awal (yaitu kelas 1,2, dan 3) yang didasarkan pada tema-tema tertentu yang kontekstual dengan dunia anak (Prastowo, 2019 : 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa istilah tematik dan terpadu yang digunakan dalam pembelajaran tematik dan pembelajaran terpadu mengandung makna yang tampak sama tetapi berbeda. Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali dan menemukan konsep secara bermakna.

(2)

b. Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki tujuan yaitu memberikan materi pembelajaran agar lebih bermakna terhadap siswa. Sukayati menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran terpadu yaitu (Prastowo, 2019 : 5) :

Pertama, meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna; kedua, mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi; ketiga, menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai- nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; keempat, menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, serta menghargai pendapat orang lain; kelima, meningkatkan gairah dalam belajar, dan memiliki kegiatan sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tematik adalah meningkatkan pemhaman siswa secara lebih bermaksa dengan mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai luhur agar lebih bergairah dalam belajar.

c. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki prinsip – prinsip dalam pembelajarannya.

Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut (Majid, 2014 : 89) :

1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari – hari. Tema ini menjadi alat pemersatu yang beragam dari beberapa mata pelajaran.

2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi – materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standart isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.

3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan dengan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif haru mendukung pencapaian tujuan utuh untuk kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal.

(3)

5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi, dan prinsip reaksi. Lebih lanjut penjelasannya berikut ini (Prastowo, 2019 : 11) :

1) Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik, yang dimaksudkan adalah tema-tema yang saling tumpang-tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran

2) Prisip pengelolaan pembelajaran. Jika guru dapat menempatkan diri dalam keseluruhan proses pembelajaran, maka pengelolaan pembelajaran dapat optimal. Maksutnya guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran

3) Prinsip evaluasi. Pada dasarnya, evaluasi menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilny apabila tidak dilaksanakan evaluasi

4) Prinsip reaksi. Maksutnya, dampat pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.

Berdasarkan kedua prinsip pembelajaran tematik di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran tematik mencakup : 1) Pengelolan tema, 2) Pengelolaan pembelajaran, 3) Pengelolaan materi , 4) Mengevaluasi dan 5) Kegiatan aksi.

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki sejumlah karakteristik. Sukayati menyatakan ,sebagai suatu proses, pembelajaran tematik memilki sejumlah kaakteristik yaitu : pertama, pembelajaran berpusat pada siswa; kedua, menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan; ketiga, belajar melalui pengalaman;

keempat, lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata; dan kelima, sarat dengan muatan keterkaitan (Prastowo, 2019 : 15).

Sebagai suatu mdel pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut (Majid, 2015 : 89-90) :

1) Berpusat pada siswa, pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centere). Hal ini sesuai dengan penddekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar,

(4)

sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kmudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas belajar

2) Memberikan pengalaman langsung, pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences).

Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membatu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari

5) Bersifat fleksibel, pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkan dengan kehiduan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik yaitu terdiri atas 6 karakteristik yaitu berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

e. Model Pembelajaran Tematik

Ada tiga pembelajraan terpadu yang dipilih dan dikembangkan di program pendidikan Guru Sekolah, yaitu model keterhubungan, model jaring laba-laba, dan model keterpaduan (Majid, 2015 : 76-77) :

1) Model keterhubungan (connected) ialah model pembelajaran yang secara sengaja diusahakan untuk mrnghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah robert maynard hutchins.

2) Model jaring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran terpadu menggunakan pendekatan tematik.pendekatan ini pengembangan dimulai

(5)

dengan menentukan tema. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema di sepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah Lyndon B. Johnon.

3) Model keterpaduan (integrated) merupakan model pembelajaran terpadu menggunakan pendekatan antar-bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kulikuler dan menemukan ketrampilan, konsep, sikap yang saling tumpang tindih didalam beberapa bidang studi. Berbeda dengan model jaring laba- laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangan sebagai langkah awal, salam model keterpaduan yang berkaitan dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan di pilih pleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi. Selanjutnya dipilih beberapa konsep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah John Milton.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tematik dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated).

Penjelasan di atas menyatakan bahwa ketiga model tersebut yang dapat membantu berjalannya pembelajaran tematik dengan baik.

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Pengertisn media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Bawasanya media itu merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar. Media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan pesan dari guru ke siswa. Penyampaian pesan kepada siswa berupa sebuah materi pembelajaran yang akan membuat siswa semakin bergairah untuk belajar.

Pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Prastowo, 2019 : 96). Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu

(6)

membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media pembelajaran. Dengan kata lain, media pembelajaran adalah segala sesuatu, baik itu berupa alat, lingkungan, ataupun kegiatan, yang direncanakan/dikondisikan secara sengaja yang dapat menyalurkan pesan pembelajaran guna terjadinya proses pembelajaran pada siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Prastowo, 2019 : 97). Ini artinya media pembelajaran mencakup hardware maupun software-nya. Hardware disini contohnya yakni LCD proyektor, model/maket, poster, dan lain sebagainya. Software disini adalah kandungan pesan yang ingin disampaikan kepada siswa sehingga dapat terjadi perubahan perilaku.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan menyampaikan pesan dari guru kepada peserta didik. Media pembelajaran juga dapat membantu guru untuk membangun kemauan dan semangat belajar peserta didik.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran menjadi komponen yang sangat penting dalam pembelajaran tematik karena dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Menurut Degeng secara garis besar fungsi media adalah : (1) menghindari terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat atau motivasi, (3) menarik perhatian pesrta didik, (4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran, (5) mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar (Mudlofir, 2017 : 128).

Disamping itu, media pembelajaran memiliki tujuan fungsi pembelajaran, yaitu: pertama, media sebagai sumber belajar; kedua, fungsi sematik; ketiga, fungsi manipulatif; keempat, fungsi fiksatif; kelima, fungsi distributif; keenam, fungsi psikologis; dan ketujuh, fungsi sosio-psikologis. Rayandra asyar menguraikan ketujuh fungsi tersebut sebagai berikut (Prastowo, 2019 : 101-103) :

1) Media sebagai sumber belajar

Dalam proses yang aktif, media pembelajaran berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa. Artinya melalui media pembelajaran siswa dapat memperoleh pesan dan informasi sehingga membentuk pengetahuan baru pada diri siswa.

2) Fungsi semantik

(7)

Dalam proses belajar terkadang siswa menemukan istilah atau kata-kata atau simbol-simbol baru. Peran media pembelajaran memberikan pemahaman kepada siswa atas simbol-simbol tersebut

3) Fungsi manupulatif

Kemampuan media dalam menampilkan kembali suatu benda atau peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan, dan sasarannya.

4) Fungsi fiksatif

Fungsi yang berkenaan dengan kemampuan suatu media untuk menangkap, menyimpan, menampilkan kembali suatu objek atau kejadian yang sudah lama terjadi.

5) Fungsi distributif

Media pembelajaran memiliki fungsi distributif yaitu dapay menyalurkan dan mendistribusikan informasi secara massal.

6) Fungsi psikologis

Dari segi psikologis media pembelajaran memiliki fungsi seperti fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif, dan fungsi motivasi.

7) Fungsi sosiopsikkologis

Perbedaan latar belakan sosiokultural yang berbeda sangat berpotensi terjadinya konflik antar peserta didik. Fungsi media mampu memberikan rangsangan, memberikan pemahaman tentang perlunya menjaga keharmonisan dan saling menghargai perbedaan pendapat.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran yaitu dapat membantu guru dalam menyampaikan atau menyalurkan pesan sebuah materi pembelajaran saat proses pembelajaran dan membantu guru untuk mebangun kemauan serta semangat dalam mengikuti pembelajaran.

c. Jenis-jenis media pembelajaran

Tiap-tiap media pembelajaran memiliki kemampuan yang berbeda. Media pembelajaran memiliki bentuk yang variatif. Media pembelajaran meliputi jenis media cetak, transparan, slide, radio, dan lain-lain. Jenis-jenis media pembelajaran adalah sebagai berikut (Ari, 2015) :

1) Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar yang secara khusus di rancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk memberikan fasilitas atau alat bantu belajar yang terarah yang bersifat formal.

2) Media yang dimanfaatkan (by utilization), yaitu media dan sumber belajar yang tidak di desain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaanya dapat di temukan, diterapkan, dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

(8)

Media berdasarkan jenis dan cara penyajiannya ada dua yaitu:

1) Alat peraga

Alat peraga mempunyai syarat dapat diotak-atik, dipermainkan, diperagakan, digerakkan, dapat dipindahkan dengan mudah oleh anak.

Pengertian alat peraga menurut Ari Dwi (2015) alat-alat yang diperlukan atau diperagakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, adapun menurut Djoko Iawandi (dalam Ari Dwi, 2015) alat peraga adalah seperangkat benda kongkret yang diraancang, dibuat, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konseo-konsep atau prinsip-prinsip.

Alat peraga dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Ari, 2015) :

a) Benda sebenarnya (manusia, tumbuhan, binatang, alam, lingkungan, dan berbagai benda buatan manusia).

b) Presentasi, yaitu media yang disajikan dalam bentuk tulisan atau verbal.

Contohnya bahan ajar cetak (buku, lks, modul, majalah, koran, dan sebagainya), catatan di papan tulis serta mading

c) Presentasi grafis, yaitu media yang disajikan dalam bentuk grafis.

Misalnya peta, diagram, lukisan, gambar dll

d) Gambar diam merupakan gambar yang menyerupai aslinya atau sketsa.

Misal foto, kaligrafi, gambar, dan lain-lain

e) Model, yaitu benda tiruan tentang suatu objek alam, benda budaya, dan manusia

f) Alat tiruan, yaitu benda yang dibuat menyerupai aslinya. Misalnya peta timbul, globe, boneka, dan lain-lain.

2) Media TIK

Teknologi dapat dan benar-benar membantu siswa untuk mengembangkan semua jenis keterampilan, mulai dari keterampilan yang mendasar sampai dengan keterampilan yang menggunakan cara berpikir kritis yang lebih tinggi. Media TIK ini dikategorikan menjadi 3 yaitu (Ari, 2015) :

a) Media Audif

Media ini hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio, cassette recorder, piringan audio, dan sebagainya

b) Media visual

Media ini hanya mengandalkan indra pengelihatan, media ini menampilkan gambar diam seperti strip, slide, foto, lukisann dan sebagainya.

c) Media audio visual

Media audio visual ini media yang mempunyai unsur suara dan gambar.

(9)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media dapat dibedakan menjadi dua yaitu media yang dirancang dan media yang dimanfaatkan. Media juga dapat dibedakan menjadi 2 cara penyajiannya yaitu alat peraga dan media TIK. Media dengan jenis-jenis yang berbeda, namun mempunyai fungsi yang sama yaitu membantu guru dalam menyampaikan atau menyalurkan pesan kepada peserta didik.

3. Media papan magnetik

Papan magnetik pada dasarnya mirip dengan chalkboard, tetapi permukaan bagian belakangnya tersebut dilapisi dengan lembaran baja. Sehingga ia akan mengikat bahan yang ditempelkan pada board, bila bahan yang dimaksud bersifat magnetik atau dilapisi bahan magnetik. Papan magnet lebih dikenal sebagai white board atau magnetic board. Papan magnet adalah papan yang dibuat lapisan email putih pada sebidang logam sehingga pada permukaannya dapat ditempelkan benda- benda yang ringan dengan interaksi magnet (Darianto, 2012 : 23). Papan tersebut dapat menempelkan sebuah gambar dan grafik dengan cara menambahkan atau menempelkan magnet pada bagian belakang gambar atau grafik. Magnet tersebut digunakan sebagai perekat antara gambar dan grafik dengan papa sebagai media yang digunakan untuk menampilkan gambar atau grafik tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media magnetik adalah papan dengan lapisan bahan yang memiliki unsur magnetik seperti besi, logam maupun magnet. Bahan yang mengandung unsur magnetik difungsikan agar dapat mudah menempelkan benda yang juga mengandung unsur magnetik.

4. Media Papan Magnetik dalam Pembelajaran Tematik a. Media Papan Dunia Binatang

Pada awal pembelajaran bahasa indonesia pada tematik tentang materi hewan disekitarku, seorang guru dapat menggunakan media papan magnetik dalam proses pembelajaran sebagai media papan dunia binatang merupakan media pembelajaran tematik yang didesain untuk mengintegrasikan 2 mata pelajaran yang ada di buku tema 7 subtema 2 pembelajaran ke 2 pada kelas 1 sekolah dasar. secara koonstruk media ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 40x60 cm, media ini merupakan papan yang bermotif alam sekitar.

(10)

Media ini digunakan pada Bahasa Indonesia materi menyebutkan kalimat pemberitahuan dan PJOK materi gerak melompat dan memutar dengan muatan pada pengenalan hewan dan tempat tinggalnya.

b. Desain papan dunia binatang

Gambar 2.1 Desain Media Pandubi

Desain media terdiri dari dua papan dan diberikan pengait sehingga kedua papan tersebut dapat menjadi satu. Papan satu berdiri tegak diberi gambar alam sekitar yang ada di atas daratan dan papan satu yang mendatar juga gambar alam sekitar yang ada dibawah daratan.

Gambar 2.2 Desain Kotak Binatang

Desain kotak binatang terbuat dari papan yang dibentuk kubus dengan isi binatang- binatang yang akan di tempelkan pada media pandubi.

100 cm

60 cm

30 cm cm

30 cm

20 cm

20 cm

(11)

Gambar 2.3 Contoh Binatang Media Pandubi

Setiap binatang di cetak dengan art paper dengan lapisan triplek lalu pada bagian belakang di beri temmpelan magnet agar dapat menempel di gambar yang ada pada papan media pandubi.

c. Kelebihan dan kekurangan media pandubi 1) Kelebihan

a) Digunakan pada tematik tema 7 benda, hewan, dan tumbuhan disekitarku, subtema 2 hewan di sekitarku untuk kelas 1 Sekolah Dasar

b) Memiliki kepraktisan yang dapat dibawa kemana saja.

c) Tidak menghabiskan biaya yang mahal dalam pembuatannya.

d) Memiliki warna yang menarik untuk anak usia kelas 1

e) Bisa digunakan pada pembelajaran individu maupun kelompok

f) Dapat digunakan pada mata pelajaran apapun yang berhubungan dengan hewan

2) Kekurangan

a) hanya digunakan pada materi tentang binatang.

b) Jumlah hewan hanya ada 20

c) Cukup berat jika dibawa anak usia kelas 1

Jadi berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui kelebihan dan kekurangan media pandubi, pengembangan media ini memiliki banyak manfaat, tetapi juga memiliki kelemahan diantaranya hanya dapat digunakan pada materi tentang binatang.

(12)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi relevan pada penelitian ini. Penelitian yang direncanakan penulis harus memiliki keterkaitan penelitian terdahulu, akan tetapi penulis menjaga keoriginalitasan dalam mengembangkan media ini. Berikut ini perbedaan dan persamaan terdahulu dan sekarang :

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

No. Judul Penelitian Terdahulu

Persamaan Perbedaan

1. Retno Widyaastuti Ikawijaya (2018) Pengembangan Media Papan 3D (Papan Lingkungan 3D) Subtema Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkungan Kelas IV Sekolah Dasar.

1. Mengembangkan sebuah media pembelajaran 2. Materi Makhluk

Hidup

1. Retno

mengembangkan media papan 3D.

Penelitian inn mengembangkan media papan 2D 2. Retno

menggunakan subjek kelas IV.

Penelitian ini menggunakan subjek kelas I.

2. Izatul Ainaini (2016) Pengembangan Media Pembelajaran

PALIHEBER (Papan Lingkungan Hewan Berputar) Mata Pelajaran Kelas V SD

1. Mengembangkan sebuah media pembelajaran 2. Materi tentang

hewan

1. Izatul

mengembangkan media papan berputar. Peneltian ini menggunakan papan 2D

2. Izatul menggunakan subjek penelitian kelas V. Penelitian ini menggunakan subjek kelas I

(13)

C. Kerangka Berfikir

Metode Penelitian Kondisi Ideal :

Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif pada siswa melalui proses pembelajaran yang memiliki makna. Bermakna adalah pembelajaran tematik ini dapat membuat siswa paham dengan konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung yang konrit atau nyata.

Kondisi Sekolah :

1. Kurangnya inovasi pembuatan media pembelajaran di untuk proses belajar.

2. Masih Teacher Center Approach 3. Belum ada modifikasi media belajar hanya menggunakan media dengan lingkungan sekitar.

Analisis Kebutuhan :

1. Membutuhkan media pembelajaran yang konkrit yang bertujuan untuk materi pengenalan binatang beserta tempat tinggalnya

Model Penelitian Pengembangan ADDIE

Analysis : Mengumpulkan data permasalahan atau kelemahan yang akan dijadikan bahan pengembangan

Evaluation : Evaluasi produk pengembangan media. Evaluasi dapat

menggunakan lima tahap komponen ADDIE.

Hasil yang diharapkan :

Media Papan Dunia Binatang Kelas I Sekolah Dasar Design :

Merumuskan alternatif

pemecahan masalah dengan mendesain produk dengan detail dan menarik

Development : Pembuatan produk berdasakan desain rancangan yang telah dibuat sedemikian untuk hasil yang bagus

Implementation : Pembuatan produk berdasakan desain rancangan yang telah dibuat sedemikian untuk hasil yang bagus

(14)

Gambar

Gambar 2.1 Desain Media Pandubi
Gambar 2.3 Contoh Binatang Media Pandubi
Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, hal tersebut mendorong peneliti mengambil konsentrasi penelitian pada ketiga faktor tersebut, sehingga tema yang diangkat yaitu “ Pengaruh Biaya

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam Putusan Nomor 5/Pid.Sus.Anak/2018 PN Mbn apakah

Bila sistem penyediaan benih dengan pola JABAlSIM dapat terbentuk dan berlangsung sesuai dengan mekanismenya sangat membantu dalam upaya pemecahanan permasalahan perbenihan

Mekanisme resistensi serangga terhadap insektisida dapat terjadi melalui perubahan fisiologi dan perubahan tingkah laku (O’Brien, 1967, Brown dan Pal,

Pelanggan PT Arta Boga Cemerlang setuju untuk membeli produk Wafer Tango ini karenakan adanya pengaruh yang signifikan dari Personal Selling dan Kualitas Produk sehingga

perilaku mahasiswi dalam mempercantik wajah, yaitu untuk mengetahui bagaimana pemaknaan cantik di kalangan mahasiswi dan apa saja yang menjadi alasan mahasiswi

Pembentukan dinding baru dimulai pada mitosis akhir atau fase M dari siklus sel, setelah dua set kromosom telah dipisahkan dan bergerak menuju kutub yang

Pada hari ke-2 dan ke-4 setelah perlakuan tidak ada pengaruh nyata senyawa KCN terhadap kandungan gula-gula pereduksi buah pisang kepok. Hal ini