• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI 2.1 Identifikasi Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. IDENTIFIKASI 2.1 Identifikasi Data"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI

2.1 Identifikasi Data 2.1.1 Data Produk

2.1.1.1 Nama Produk

Komik indi label “Daging Tumbuh”

2.1.1.2 Pengelola Eko Nugroho

Lahir 1977, Yogyakarta, Indonesia Pendidikan

1993-1997 Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta 1997 – sekarang, Institut Seni Indonesia

2.1.1.3 Lokasi

Studio “Daging Tumbuh”

Jl. Prawirodirjan GM 2 / 638 RT 52 RW 16 Yogyakarta 55121

2.1.1.4 Potensi Produk

Bentuk komik yang diproduksi oleh komunitas komik Daging Tumbuh tak berbeda jauh dengan komik-komik underground yang telah diterbitkan tahun-tahun sebelumnya, yakni bentuk komik yang tidak mengindahkan pakem komik konvensional, kemudian menggandakan dengan tekhnik fotokopi. Saat itu salah satu spirit dari kemunculan komik underground di Yogyakarta adalah hendak menyatakan sikapnya terhadap perdebatan klasik mengenai semakin terpuruknya komik Indonesia. Dengan menerbitkan komik melalui cara fotokopi, maka sebenarnya persoalan tentang tak adanya penerbit yang mau menerbitkan komik Indonesia telah terselesaikan. Komik underground di Yogyakarta kemudian dikenal sebagai generasi komik xerox.

2.1.1.5 Target Audience

Komik Daging Tumbuh yang merupakan komik underground

memiliki target audience usia 18 – 25 tahun, tinggal di kota besar

(2)

dan menengah , dengan tingkat sosial ekonomi menengah dan menengah ke bawah.

2.1.1.6 Harga

Untuk per edisinya komik Daging Tumbuh menetapkan harga sebesar Rp. 5.000,00

2.1.2 Data Pemasaran 2.1.2.1 Potensi Pasar

Untuk pasar komik Indonesia, masyarakat umumnya menggemari komik-komik impor karena gencarnya publikasi dari komik-komik impor. Selain itu banyak penerbit yang tidak mau menerbitkan komik-komik lokal karena komik lokal dianggap kurang berbobot alur cerita dan gambarnya, serta dari segi profit komik impor lebih mendatangkan keuntungan bagi penerbit.

2.1.2.2 Produk yang dipasarkan

Karya komikus Yogyakarta dalam komik Daging Tumbuh menonjol secara tradisional. Teknik penggarapannya nonkomputer, tema dan visualisasinya pun bergaya Indonesia.

2.1.2.3 Posisi Produk

Dengan konsep membebaskan diri dari pakem komik konvensional, maka bisa dikatakan bahwa produk komik underground merupakan bentuk upaya mengkomikkan seni rupa.

Dalam wacana inilah komik Daging Tumbuh ikut “bermain”, sejak tahun 2000 yang dimotori oleh Eko Nugroho, pendirinya.

Terbit secara rutin setiap enam bulan sekali, dan Eko Nugroho telah melakukan interpretasi baru terhadap komik Daging Tumbuh. Komiknya dimaknainya sebagai “Galeri Bergerak”

dimana siapapun bisa memamerkan karyanya dengan format

fotokopi yang murah meriah serta bisa dipindah tangankan

dengan mudahnya. Dengan menggunakan istilah galeri, maka

sebenarnya Eko Nugroho sedang membalikkan logika konsep

(3)

galeri. Galeri sebagai ruang fisik, ditransformasikan menjadi halaman-halaman kertas.

2.1.2.4 Pesaing

Komik underground di Yogyakarta telah marak sejak tahun1996- an. Saat itu telah muncul kompilasi komik yang diterbitkan oleh komunitas Core Comic, Apotik Komik, dan lain-lain. Sedangkan di luar Yogyakarta juga ada komik underground yang diterbitkan Sekte Komik dari Jakarta dan Bandung.

2.1.2.5 Sarana Komunikasi Visual

Strategi khususnya ataupun promosi berlebihan tidak banyak dilakukan. Untuk menarik pembeli, komik Daging Tumbuh membuat souvenir yang unik; soundtrack, sticker, post card, emblem dan masih berkembang terus. Promosi sangat minim, paling-paling disebutkan sewaktu ada wawancara, diskusi, lewat teman, komunikasi via email ataupun support aktivitas pameran teman-teman.

2.2 Analisis Data

2.2.1 Tinjauan teoritis analisis Pengertian Komik

Pada dasarnya pengertian tentang komik ada beberapa macam yang didapatkan dari beberapa sumber, seperti yang dijelaskan melalui kamus besar bahasa Indonesia bahwa definisi dari komik adalah :

Cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.

4

Berdasarkan ensiklopedi nasional Indonesia, mengatakan bahwa komik adalah :

Cerita gambar serial sebagai perpaduan karya senirupa atau seni gambar dan seni sastra.

5

4

Kamus besar bahasa Indonesia (1998) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta. Halaman 452.

5

Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 9, Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka, 1990, halaman 1838.

(4)

Berdasarkan buku karangan Scott Mc.Cloud yang berjudul Understanding Comics mengatakan bahwa komik adalah :

Gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjukstaposisi dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan info dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.

6

Komik berasal dari bahasa Perancis Comique, yang sebagai kata sifat berarti lucu atau menggelitik, dan juga berarti pelawak atau badut sebagai kata benda. Di dalam era 90-an, komik dikembangkan sebagai sebuah produk industri. Komik yang mengalami perkembangan dalam industri komik saat ini menurut Bolhafner dapat dibagi menjadi tiga jenis, antara lain :

- Strip Komik / Comic Strip

Biasanya disebut juga Newspaper Strip. Adalah jenis strip komik yang terbit harian atau mingguan dan terdiri dari susunan beberapa panel saja. Strip komik adalah salah satu jenis komik yang paling konstan eksistensinya. Di Indonesia strip komik tercatat sebagai komik yang pertama kali terbit, tepatnya pada tahun 1930, yaitu komik humor karya Kho Wang Gie di surat kabar Sin Po seperti Panji Koming karya Dwi Koendoro yang rutin ditampilkan dalam harian Kompas.

- Buku Komik / Comic Book

Adalah sebuah jenis yang menunjukkan pada kemasan komik dalam bentuk buku, berisi satu cerita dan biasanya memiliki halaman- halaman yang disediakan menjadi rubrik korespondensi, info komersial (seperti agen penjualan komik beserta merchandise-nya) dan informasi (review) komik edisi yang lain, juga pengenalan studio atau komikus. Informasi yang disajikan untuk menjalin kedekatan dengan pembaca sebagai konsumen sehingga kemasannya lebih menyerupai sebuah majalah. Komik jenis ini sering disebut sebagai magazine oleh Bolhafner. Comic books biasanya terbit secara rutin dan juga memiliki format yang sama dengan format dari majalah.

6

Mc.Cloud, Scott (201). Understanding Comics : Memahami Komik, Jakarta : Kepustakaan

Gramedia, halaman 5.

(5)

- Buku Komik Kompilasi / Graphic Novels

Berisis berbagai cerita dari satu atau beberapa pengarang, yang setiap ceritanya tidak memiliki hubungan satu sama lain. Jenis kompilasi ini banyak digunakan sebagai cara oleh komikus independent di Indonesia. Bahkan diantaranya ada yang menggabungkan antara format majalah dalam comic books dengan tekhnik kompilasi graphic novels. Walaupun kategori komik ini dibagi oleh Bolhafner berdasarkan perkembangan di Amerika, tetapi pada kenyataannya pembagian kategori ini pun berlaku di Asia, seperti di Indonesia dan Jepang

7

.

Komik : Media Komunikasi Alternatif

Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Komunikasi merupakan sebuah fenomena pemenuhan kebutuhan manusia, terutama kebutuhan sosialnya, sejak puluhan ribu tahun lampau. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebagai sebuah disiplin ilmu sekaligus seni, mutual understanding atau makna bersama antara partisipan komunikasi secara efektif dan efisien tetap merupakan tujuan berkomunikasi. Tak dapat dipungkiri lagi, komunikasi dibutuhkan oleh semua orang, dalam semua latar belakang kehidupan dan penghidupan.

Komunikasi didefinisikan sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku.

Lambang (simbol) bermakna dioperasikan dalam proses komunikasi antar partisipan. Jika di antara partisipan terdapat kesesuaian pemahaman tentang simbol-simbol tersebut, tercapai suatu keadaan yang bersifat komunikatif. Jika tidak, maka sebaliknya, terjadilah keadaan tidak komunikatif. Interaksi antar partisipan ini berusaha untuk saling

7

Steve Bolhafner, “Alternative Comics”

(6)

memahami apa yang disampaikan oleh partisipan lainnya, berusaha untuk mencapai pengertian bersama (mutual understanding).

Dalam proses ini, simbol-simbol yang digunakan oleh partisipan terdiri dari simbol-simbol verbal (lambang bahasa, baik lisan maupun tulisan) dan simbol-simbol non-verbal (gerak anggota tubuh, gambar, warna, dan berbagai isyarat yang tidak termasuk kata-kata atau bahasa). Sebagai simbol non-verbal, gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan pikiran atau perasaan. Sebelum tulisan ditemukan, pada masa prasejarah gambar telah memiliki kemampuan bercerita dengan bahasa rupa.

Bahkan dalam hal tertentu, gambar bisa lebih efektif dari bahasa verbal.

Gambar di masa itu dimanfaatkan sebagai media pendidikan dan transfer tradisi oleh para tetua kepada generasi berikutnya.

Gambar pun mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika masyarakat dan perkembangan teknologi. Selain terbuka kesempatan untuk mengembangkan dunia gambar sebagai media estetika yang ekspresif, gambar tidak pernah kehilangan peranan sebagai media komunikasi. Salah satu media komunikasi yang identik dengan gambar ialah komik.

Sebagai media komunikasi, komik mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien melalui bahasanya sendiri. Meskipun komik memberi kesempatan berekspresi secara verbal dan visual, sebagai media seni komik tetap berada dalam batas-batas komunikasi. Jalaluddin Rakhmat mengungkapkan, "Media cetak mungkin menyajikan pikiran dan gagasan yang lebih jelas dan lebih mudah dimengerti daripada yang dikemukakan oleh orang-orang biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Media piktorial seperti televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan perilaku dramatis yang mudah dicontoh".

Walaupun demikian, tanpa pengertian tentang tuntutan dan persyaratan

perekonomian masyarakat, komik sebagai media komunikasi tidak dapat

dinilai dengan tepat dan layak. Komik adalah bentukan dari tujuan

komersial - ekonomis yang berusaha memenuhi kebutuhan pembaca

akan hiburan, informasi, dan pendidikan. Tujuannya hanya dapat

(7)

berhasil bila persyaratan produksi, distribusi, persepsi, dan kemungkinan pengaruhnya dihubungkan satu sama lain.

Lahirnya Gerakan Underground

Pada akhir tahun 1940-an, perkomikan dunia dilanda jenis komik kriminal dan horor, dengan penggambaran gamblang tentang kekerasan, seks, dan metode kriminal. EC Comics di Amerika menjadi pemuka dalam trend ini. Meskipun kualitas cerita dan ilustrasinya mengalahkan saingan-saingannya, EC tak luput dari reaksi masyarakat berupa pemboikotan dan pembakaran massal terhadap buku komik. Gerakan anti komik ini dipimpin oleh Frederick Wertham, seorang psikiater dari New York. Dengan karyanya Seduction of Innocent (1954), ia menyerang industri komik dengan alasan komik mendemoralisasi anak- anak. Kasus yang mengancam seluruh industri komik ini sampai ke Senat Amerika Serikat. Mengantisipasi hal tersebut, Comics Magazine Association of America (CMAA) menetapkan Comics Code Authority (CAA) sebagai standar self-censorship bagi anggotanya yang meliputi 90% industri perkomikan Amerika pada saat itu.

Akibatnya, banyak perusahaan yang terpaksa mengurangi volume penerbitan komiknya, bahkan banyak yang akhirnya terpaksa mengundurkan diri dari bisnis perkomikan. EC sendiri terpaksa harus meninggalkan seluruh komik horor dan kriminalnya. Hanya sukses dari Mad (mulai dalam format komik pada tahun 1952 dan berganti format majalah pada tahun 1955) yang menyelamatkan EC dari kepunahan.

Sebagai reaksi dari CCA, pada akhir 1960-an di Amerika timbul aliran

komik underground yang menampilkan kebebasan isi maupun ekspresi,

ditujukan untuk kalangan pembaca dewasa. Komikus lebih

mengutamakan kepuasannya sendiri dan menomorduakan perhitungan

ekonomi serta kepuasan pembaca. Istilah 'underground' didapat dari

sistem distribusinya yang tidak melalui jalur-jalur resmi yang terikat

CCA. Harvey Kurtzman, pencipta dan editor majalah Mad disebut-sebut

sebagai Bapak Komik Underground.

(8)

Perkembangan aliran komik underground Amerika menjadi sumber inspirasi bagi komikus-komikus pemberontak di Eropa (Perancis, Belgia, Belanda, Italia, dan Spanyol) untuk membuat komik khusus bagi pembaca dewasa melesat meninggalkan perkembangan komik sejenis di Amerika. Produksi komik Belgia-Perancis pada tahun 1975-1985 lewat penerbit Dupuis, Casterman, Dargaud, Magic Strip dan lain-lain mencapai 700 judul setahun. Beberapa di antaranya masih dapat kita jumpai di toko-toko buku di Indonesia saat ini.

Komik Underground : Alternatif Kebangkitan Komik Indonesia

Gerakan kebangkitan kembali komik Indonesia berawal dari kecintaan kita akan sebuah media bernama komik, khususnya komik Indonesia yang sempat mengalami masa kejayaannya. Kebersamaan ini bergulir dengan sebuah pemikiran kerja serius untuk mengulang kembali masa jaya komik Indonesia. Upaya merevitalisasi gerakan komik menuju keadaan ini pada kenyataannya merupakan suatu hal yang pelik karena banyaknya kendala yang menghalangi idealisme ini. Jika ditinjau dari segi tiga keseimbangan, maka hambatannya terletak pada seluruh komponen : produsen, penerbit, dan pembaca.

Kurang optimalnya etos kerja menjadi kendala utama dari pihak produsen komik (lebih enak disebut 'pengomik'). Hal ini terjadi karena tidak ada pengomik yang benar-benar menjadi pengomik secara total.

Pekerjaan utama para kebanyakan pengomik saat ini berkisar antara perkuliahan dan periklanan. Bahkan beberapa komikus terdahulu pun berpindah jalur penghidupan, karena menganggap nafkah yang didapat lebih mencukupi kebutuhannya. Pertimbangan segi kuantitas dan (terutama) kualitas pun menyebabkan sulitnya sebuah komik dapat diproduksi dan terbit secara berkesinambungan. Hal ini pun diperburuk dengan terbatasnya sarana, prasarana, dan kesempatan bagi komik Indonesia untuk tampil.

Sebagian besar anggota masyarakat pun masih memandang komik

sebagai suatu sesuatu yang rendah dan buruk. Yang paling sering :

komik hanya bacaan bagi anak-anak. Hal ini bagaikan membatasi

(9)

kreativitas para produsen komik lokal. Namun dapat dimaklumi, karena pada kenyataannya Indonesia pernah dibanjiri oleh sedemikian banyak komik yang hanya mengejar tiras tanpa memperhitungkan kualitas isinya, hingga pada akhirnya dilakukan Operasi Tertib Remaja (OPSTERMA) terhadap komik Indonesia pada tahun 1970. Hal ini amat mempengaruhi kondisi perkomikan Indonesia.

Para penerbit pun akhirnya tidak mau mengambil resiko rugi dengan menerbitkan komik Indonesia, yang belum tentu berkualitas (menurut mereka). Sikap selektif (yang terkadang agak berlebihan) ini mengakibatkan sulitnya para pengomik lokal mencari mitra bisnis demi eksistensi komik Indonesia. Jika diterima pun, pihak pengomik hanya menerima harga yang relatif rendah bila dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Distribusinya pun amat terbatas. Walhasil, para pengomik sulit mematok harga rendah bagi komik lokal produksi mereka.

Jalan keluar yang bisa ditempuh untuk saat ini adalah jalur underground.

Dunia perkomikan Indonesia saat ini dibanjiri oleh komik yang diperbanyak dengan cara fotokopi dan diedarkan dari tangan ke tangan sesuai dengan permintaan 'pasar' (yang notabene lebih banyak sesama peminat komik dan sesama pengomik). Konvensional, tapi efektif dan efisien.

Meskipun keuntungan yang diperoleh tidak begitu besar, dengan cara seperti ini minimal para pengomik underground dapat mulai mengukuhkan eksistensinya dan semakin mematangkan gaya mereka dalam mencari wajah komik Indonesia yang hilang. Beberapa di antara rekan-rekan pengomik malah sudah memperoleh penghargaan mancanegara sebagai tahapan dari proses ini.

8

2.2.2 Kesimpulan analisis data

Dalam perancangan ini, perlu untuk mengetahui media apa yang akan digunakan dan bagaimana proses kreatif harus dipecahkan. Karena

8

Imansyah Lubis, www.indicomic.com

(10)

komik indi merupakan produk yang menjual kepuasan emosional, maka untuk mengenali lebih lanjut, produk akan dianalisa dengan ESP (Emotionall Selling Preposition). Maksudnya yaitu komik indi sebagai media yang mencurahkan idealisme komunitas underground dan konsumsi akan produk tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan non- fisik yang diantaranya yaitu moral, rasa, dukungan bahkan perasaan menjadi bagian dari semangat idealisme independen.

Komik indi dengan segala keunikannya umumnya memiliki karakteristik produk sebagai berikut :

- Format dalam bentuk buku, setiap lembarnya adalah fotokopian, kecuali cover-nya biasanya berupa cetakan, oleh karenanya ;

- Sangat terjangkau dari segi harga.

- Tersedia dalam jumlah yang terbatas.

- Tidak ditemui di toko-toko buku besar, melainkan di galeri seni, distro, tempat nongkrong.

- Hanya memenuhi selera kalangan tertentu , yaitu orang-orang yang menyukai dan berkarya di jalur indi atau underground, serta penggemar seni dan komik.

Dengan terlebih dulu mengenali karakteristik komik indi, barulah di ungkapkan bahwa komik Daging Tumbuh memiliki SWOT sebagai berikut :

- Kekuatan / Strength

Karena merupakan komik indi kompilasi, komik indi Daging Tumbuh memiliki jumlah halaman yang lebih banyak daripada komik indi yang lain. Komik Daging Tumbuh juga menerima semua karya tanpa memilah-milah, dengan aturan memuat karya yang datang duluan. Selain itu komik indi Daging Tumbuh selalu membagikan bonus yang menarik pada setiap edisinya.

9

- Kelemahan / Weakness

Promosi kurang banyak dilakukan oleh komik Daging Tumbuh salah satunya karena ada keterbatasan dari segi budget.

9

Kompas 20 Maret 2004, kolom Pustakaloka, halaman 47

(11)

- Peluang / Opportunity

Untuk setiap edisinya yang hanya ditarget cetak sebanyak 150 eks, komik Daging Tumbuh justru menciptakan permainan dalam pasar.

Dengan himbauan untuk membajak bukunya sebanyak-banyaknya, komik Daging Tumbuh justru berkesempatan untuk menutupi kekurangan distribusi yang ada dibanding komik major label.

- Ancaman / Threat

Pesaing dari komik yang sejenis untuk saat ini tidak banyak. Bahkan suasana persaingan bisa dikatakan tidak terasa, karena pada dasarnya antar komik indi terjalin hubungan yang baik. Mereka sama-sama berangkat dari kepedulian akan keberadaan komik lokal.

Untuk mengetahui strategi yang akan digunakan dalam pemasaran maka perlu disinggung tentang teori pemasaran sebagai berikut ;

Ada lima cara yang dapat digunakan perusahaan dalam memasarkan dan menjual produk dan jasanya :

- Penjualan personal (personal selling)

Penyampaian secara pribadi produk atau jasa kepada calon pelanggan. Menggunakan para wiraniaga untuk menyampaikan tawaran kepada konsumen

- Promosi penjualan (sales promotion)

Insentif dan tawaran yang mendorong orang untuk membeli produk atau jasa. Terdiri dari serangkaian teknik yang digunakan untuk mencapai sasaran penjualan dengan biaya efektif, memberikan nilai tambah pada produk atau jasa kepada perantara maupun konsumen, biasanya tidak dibatasi dalam jangka waktu tertentu..

- Iklan (advertising)

Ruang, waktu atau naskah yang dibeli untuk mempromosikan produk atau jasa. Memasang iklan di penerbitan-penerbitan akan menjelaskan tawaran tersebut dengan rinci.

- Pemasaran langsung (direct marketing)

Penyampaian kepada calon pelanggan tidak secara pribadi, tetapi

mereka dapat langsung memberikan tanggapan. Menggunakan surat

(12)

untuk mendorong orang langsung menanggapi tawaran yang diberikan.

- Publisitas (publicity)

Berita dan informasi tentang produk atau jasa yang tidak dibayar secara langsung. Memperoleh liputan berita cuma-cuma untuk tawaran yang diberikan.

Pembagian alat-alat promosi ini dapat membantu dalam tiga segi :

1. Membantu perusahaan untuk menentukan alat mana yang akan paling bermanfaat untuk mencapai sasaran tertentu.

2. Membantu perusahaan untuk menentukan pembagian anggaran untuk masing-masing alat promosi.

3. Memerikan gambaran kasar apa yang dilakukan oleh masing-masing alat promosi

10

.

Dalam menentukan strategi mana yang dipilih tentu melalui suatu proses studi mengenai produk yang akan dipasarkan. Menurut deskripsi karakteristik komik indi di atas, maka disimpulkan strategi penjualan yang sesuai dengan komik Daging Tumbuh adalah publisitas, personal selling dan direct marketing.

10

Promosi Penjualan, Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1991, halaman 3

Referensi

Dokumen terkait

dikemukakan oleh masyarakat di Desa Salik memberikan hal yang positif dan dukungan terhadap perempuan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit sebagai buruh,

• Laporkan kepada foreman atau service advisor bila Anda menemukan bahwa kendaraan memerlukan pekerjaan tambahan yang tidak termasuk di dalam order perbaikan.. • Manfaatkan

Hasil data keseluruhan yang diperoleh dari penyebaran angket menunjukan total skor 14261 dengan rentang skor nilai responden minimum 90 sampai dengan skor nilai maximum

Sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan, pelaksanaan peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan MIK dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu

 Standar Room adalah jenis kamar dengan fasilitas terendah atau sesuai dengan standar dari hotel yang menamainya.. Kamar standar memiliki fasilitas yang paling dasar

Bab ini menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh pembelajaran berbasis caring dalam meningkatkan performance mahasiswa keperawatan. Penelitian ini dilakukan di

Hasil penelitian tentang tindak tutur permintaan dalam bahasa Jepang pada Film Tokyo Love Story ini menunjukkan dalam interaksi masyarakat Jepang tuturan senioritas, yang lebih

Analisis faktor adalah prosedur untuk mengidentifikasi item atau variabel berdasarkan kemiripannya. Item-item tersebut akan membentuk satu kerumunan