• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dalam rangka Undang - Undang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dalam rangka Undang - Undang"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perseroan merupakan suatu perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dalam rangka Undang - Undang Penanaman Modal Indonesia. Perseroan didirikan pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta No. 69 tanggal 19 Oktober 1963, dibuat di hadapan Anwar Mahajudin, S.H., Notaris di Surabaya, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusannya No. J.A.5/59/15 tanggal 30 April 1964 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 November 1964, Tambahan No. 357. Anggaran Dasar Perseroan telah diubah beberapa kali, terakhir berdasarkan Akta No. 107 tanggal 15 Desember 2009, dibuat di hadapan Aulia Taufani, S.H., sebagai pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Keputusannya No. AHU-04365.AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010, dan diumumkan di Berita Negara Republik Indonesia No. 84 tanggal 19 Oktober 2010, Tambahan No. 34284.

Sejarah dan keberhasilan PT HM Sampoerna Tbk. ("Sampoerna") tidak terpisahkan dari sejarah keluarga Sampoerna sebagai pendirinya.

Pada tahun 1913, Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Cina, mulai membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya, Indonesia.

(2)

Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek maupun rokok putih.

Popularitas rokok kretek tumbuh dengan pesat. Pada awal 1930-an, Liem Seeng Tee mengganti nama keluarga sekaligus nama perusahaannya menjadi Sampoerna, yang berarti ”kesempurnaan”. Setelah usahanya berkembang cukup mapan, Liem Seeng Tee memindahkan tempat tinggal keluarga dan pabriknya ke sebuah kompleks bangunan yang terbengkalai di Surabaya yang kemudian direnovasi olehnya. Bangunan tersebut kemudian juga dijadikan tempat tinggal keluarganya, dan hingga kini bangunan yang dikenal sebagai Taman Sampoerna tersebut masih memproduksi kretek linting tangan. Bangunan tersebut kini juga meliputi sebuah museum yang mencatat sejarah keluarga Sampoerna dan usahanya, serta merupakan salah satu tujuan wisata utama di Surabaya.

Generasi   ketiga   keluarga   Sampoerna,   Putera   Sampoerna,   mengambil   alih   kemudi   perusahaan   pada   tahun   1978.   Dibawah   kendalinya,   Sampoerna   berkembang   pesat   dan   menjadi   perseroan   publik   pada   tahun   1990   dengan   struktur   usaha   modern,   dan   memulai   masa   investasi   dan   ekspansi.   Selanjutnya   Sampoerna   berhasil   memperkuat   posisinya   sebagai  salah  satu  perusahaan  terkemuka  di  Indonesia.    

Keberhasilan  Sampoerna  menarik  perhatian  Philip  Morris  International  Inc.  (“PMI”),   salah  satu  perusahaan  rokok  terkemuka  didunia.  Akhirnya  pada  bulan  Mei  2005,  PT  Philip   Morris  Indonesia,  afiliasi  dari  PMI,  mengakuisisi  kepemilikan  mayoritas  atas  Sampoerna.    

Jajaran   Direksi   dan   manajemen   baru   yang   terdiri   dari   gabungan   profesional   Sampoerna   dan   PMI   meneruskan   kepemimpinan   Perseroan   dengan   menciptakan   sinergi  

(3)

operasional  dengan  PMI,  sekaligus  tetap  menjaga  tradisi  dan  warisan  budaya  Indonesia  yang   telah  dimilikinya  sejak  hampir  seabad  lalu.

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan sejak tanggal 27 April 2012 berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 2 tanggal 27 April 2012 dibuat di hadapan Liestiani Wang, SH, MKn, Notaris di Gresik, adalah sebagai berikut:

a. Dewan Komisaris

Presiden Komisaris : Paul Norman Janelle Wakil Presiden Komisaris : Eunice Carol Hamilton

Komisaris : Niken Rachmad

Komisaris Independen : Goh Kok Ho Komisaris Independen : Phang Cheow Ho b. Direksi

Presiden Direktur : John Gledhill

Direktur : Mark Ingo Niehaus

Direktur : Wayan Mertasana Tantra

Direktur : Shea Lih Goh

4.1.1 Produksi

Kantor pusat perseroan administrasi, dan pabrik utamanya yang memproduksi rokok kretek tangan dan rokok kretek mesin terletak di Rungkut Industri, surabaya.

Di samping lokasi ini, perseroan juga mempunayi fasilitas produksi rokok kretek tangn di Taman Sampoerna Surabaya Malang.

(4)

Perseroan melakukan sendiri proses pembelian, pengeringan, dan pemeliharaan tembakau dan cengkeh. Pencampuran tembakau dilakukan pada masing-masing pabrik di masing-masing lokasi. Perseroan juga empunayai laboratorium yang mengawasi secara teliti proses pencampuran ini untuk menjamin mutu produk. Rokok kretek tangan digulung dan dibungkus oleh tenaga-tenaga terampil sedangkan untuk rokok kretek mesin, penggulungan dan pembungkusan dilakukan oleh mesin-mesin secara otomatis.

Adapun proses produksi rokok pada prinsipnya sederhana namun diperlukan suatu ketelitian yang cukup tinggi baik dalam hal pemilihan tembakau dan cengkeh, juga pada saat pencampuran.

Pada umumnya campuran dari pada rokok kretek terdiri dari 30% cengkeh dan 70% campuran tembakau. Namun demikian, rasio yang pasti dari komposisi ini dapat bervariasi dan sangat tergantung pada formula yang dikehendaki. Proses pembuatan rokok kretek dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Berbagai macam tembakau dibersihkan dan kemudian dicampur menurut formula tertentu.

b. Cengkeh dicuci dan diproses, kemudian dicampur dengan tembakau campuran tersebut diatas.

c. Hasil campuran ditaruh di dalam tempayan-tempayan yang kemudian di gulung (dilinting) baik dengan mesin maupun tenaga manusia. Seorang tenaga kerja ahli mampu menggulung 325 batang rokok per jam dan 3000 batang permenit dengan satu mesin.

(5)

Setelah digulung, rokok tersebut di potong baik oleh tenaga manusia maupun mesin. Tenaga kerja yang ahli dapat memotong sejumlah 1000 batang perjam.

Rokok-rokok yang telah dipotong kemudian dimasukkan kedalam bungkus masing- masing.

4.1.2 Pemasaran

Produk rokok kretek Sampoerna yang dapat ditemui di pasar : a. DJI SAM SOE : Rokok Kretek Tangan

b. Sampoerna A Hijau : Rokok Kretek Tangan

c. PANAMAS : Rokok Kretek Tangan

d. A King Size : Rokok Kretek Tangan e. Sampoerna A Exclusive : Rokok Kretek Mesin, Filter f. Sampoerna A International : Rokok Kretek Mesin, Filter g. Sampoerna A Universal : Rokok Kretek Mesin, Filter h. Sampoerna A Mild : Rokok Kretek Mesin, Filter i. Dji Sam Soe Filter & Gold : Rokok Kretek Mesin, Filter j. Sampoerna Millenium : Rokok Kretek Mesin, Filter k. Sampoerna Dark Classics : Rokok Kretek Mesin, Filter l. Sampoerna Menthol Classics : Rokok Kretek Mesin, Filter

m. U Mild : Rokok Kretek Mesin, Filter

n. Avolution : Rokok Kretek Mesin, Filter o. Vegas Mild : Rokok Kretek Mesin, Filter

(6)

p. Marlboro : Rokok Kretek Mesin, Filter

Kadar :

a. Nikotin : 1,2 mg/batang

b. Tar : 14mg/batang

Produk perseroan disalurkan melalui pedagang-pedagang besar di luar perseroan dengan menggunakan jasa angkutan luar yang dikontrakan, sehingga pengawasan Perseoran atas saluran distribusinya menjadi sangat terbatas. Mulai tahun 1986, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Membentuk divisi penjualan dan pemasarannya sendiri secara agresif dan memulai integrasi vertikal, dimana divisi ini akhirnya dirubah menjadi PT. Sampoerna Transportasi Nusantara, salah satu perusahaan afiliasi.

Tonggak utama prasaran PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Adalah jaringan distribusinya, yang dapat dibanggakan karena mengkaryakan lebih dari 3000 orang, menggunakan lebih dari 600 van, lebih dari 1500 sepeda motor yang beroperasi di seluruh nusantara, melalui 51 cabang utama dan 84 cabang pembantu.

Melalui karingan distribusi ini, PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Berkemampuan untuk menyalurkan produk konsumen apa saja termasuk produk dari pihak ketiga kemanapun di Indonesia.

Dengan Jaringan Yang ada sekarang. Perseroan dapat lebh mudah mengawasi aktivitas distribusi dan promosi produknya. Walapun infrastruktur yang ada dapat

(7)

memberikan jasa bagi distribusi produk pihak ketiga namun pada saat ini jaringan distribusi tersebut hanya digunakan untuk menyalurkan produk Sampoerna.

Perseroan Mengeoperasikan enam pabrik rokok di Indonesia, dua pabrik sigaret kretek mesin berlokasi di pandaan dan karawang, tiga pabrik sigaret kretek tangan berlokasi di Surabaya dan satu pabrik sigaret kretek tangan di Malang. Selain itu, perseroan juga bekerja sama dengan 37 unit Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang berada di pulau jawa dalam memproduksi sigaret kretek tangan, dan secaa keseluruhn memiliki lebih dari 60.000 orang karyawan. Perseroan menjual dan mendistribusikan rokok melalui 59 kantor penjualan.

4.2 Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna,Tbk

4.2.1 Rasio Likuidity (Likuiditas)

Likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban - kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia. Berikut ini disajikan tiga macam rasio yang biasa digunakan dalam perhitungan likuiditas perusahaan.

a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar (Current asset) dengan hutang lancar (Current Liability). Aktiva lancar terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, hutang gaji/upah, dan hutang jangka pendek

(8)

lainnya. Current Ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial jangka pendeknya.akan tetapi, Current Ratio yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran. Tidak ada standar khusus untuk menentukan berapa besarnya Current Ratio yang paling baik namun, untuk prinsip kehati-hatian, maka besarnya Current Ratio sekitar 200% dianggap baik. Berikut ini perhitungan Current Ratio PT.

Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Periode 2008 - 2012.

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Current Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2011

NO Tahun Current Ratio

1 2008 144,43%

2 2009 188,06%

3 2010 161,25%

4 2011 177,47%

5 2012 177,57%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

(9)

Grafik 4.1.1

Hasil Perhitungan Current Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

Melihat perhitungan nilai Current Ratio di atas, maka dapat di analisis nilai Current Ratio pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tahun 2008 - 2012 :

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan rasio lancar (Current Ratio) tahun 2008 yang dicapai oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk memberikan indikasi jaminan yang cukup baik karena memiliki kemampuan melunasi seluruh kewajiban finansial jangka pendeknya sebesar 144,43% di tahun 2008. Tetapi jika memperhatikan prinsip kehati-hatian, maka Current Ratio yang diperoleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 144,43% dianggap kurang likuid karena tidak mencapai standar minimum prinsip kehati-hatian tingkat likuiditan sebesar 200%.

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

2008 2009 2010 2011 2012

Current Ratio

(10)

2. Tahun 2009

Berdasakan hasil perhitungan rasio lancar (Current Rasio) tahun 2009 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 188,06% mengalami peningkatan sebesar 43,63% dari tahun 2008, yang berarti tahun 2008, yang berarti PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk memberikan indikasi jaminan yang sangat baik karena memiliki kemampuan melunasi seluruh kewajiban finansial jangka pendeknya sebesar 188,06% di tahun 2009 hampir mencapai 200% sebagai standar minimum dalam prinsip kehati-hatian tingkat likuiditas.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan rasio lancar (Current Ratio) tahun 2010 yang dicapai oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 161, 25% mengalami penurunan sebesar 26,81% dari tahun 2009, yang berarti PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk memberikan indikasi jaminan yang cukup baik karena memiliki kemampuan melunasi seluruh kewajiban finansial jangka pendeknya sebesar 161,25% di tahun 2010 tetapi kurang likuis jika memperhatikan standar minimum dalam prinsip kehati-hatian tingkat likuiditas sebesar 200%.

4. Tahun 2011

Berdasarkan hasil perhitungan rasio lancar (Current Ratio) tahun 2011 yang dicapai oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 177,47% mengalami peningkatan sebesar 16,22% tahun 2010, yang berarti PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk memberikan indikasi jaminan yang cukup baik karena memiliki kemampuan melunasi seluruh kewajiban finansial jangka pendeknya sebesar

(11)

177,47% di tahun 2011 hampir mencapai 200% sebagai standar minimum dalam prinsip kehati-hatian tingkat likuiditas.

5. Tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan rasio lancar (Current Ratio) tahun 2012 yang dicapai oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 177,57% mengalami peningkatan sebesar 0,1% tahun 2011 yang berarti PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk memberikan indikasi jaminan yang cukup baik karena memiliki kemampuan melunasi seluruh kewajiban finansial jangka pendeknya sebesar 177,57% di tahun 2012 hampir mencapai 200% sebagai standar minimum dalam prinsip kehati-hatian tingkat likuiditas.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio lancar (Current Ratio) selam lima tahun yaitu pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk memperoleh rasio lancar (Current Ratio) yang tidak stabil selama lima tahun dilakukan penelitian. Hal ini dikarenakan aktiva lancar dan hutang lancar mengalami perkembangan yang tidak stabil (naik turun). Dimana pada tahun 2008 sebesar 144,43% hal ini dikarenakan kas dan setara kas pada tahun 2008 sebesar Rp. 0,4 triliun dibandingkan 2007 sebesar Rp. 0,5 triliun sehingga mempengaruhi hasil dari rasio lancar (Sumber : Annual Report PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Tahun 2006).

Pada tahun 2009 Current Rasio mengalami peningkatan menjadi sebesar 188,06%, peristiwa ini di sebabkan aktiva lancar pada 31 Desember 2009 meningkat menjadi Rp 12,7 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

(12)

sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 11 triliun. Selain itu, kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar Rp 0,9 triliun menjadi Rp. 6,7 triliun di tahun 2009 sehingga mempengaruhi adanya peningkatan Current Ratio.

Pada tahun 2010 Current Ratio sebesar 161,25% mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 188,06%. Hal ini dikarenakan aktiva lancar pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp. 15,8% triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp. 12,7 triliun. Peningkatan aktiva lancar ini diikuti oleh peningkatan kewajiban lancar pada 31 Desember 2010 menjadi sebesar Rp.

9,8% triliun meningkat sebesar Rp. 3,0 triliun dibandingkan tahun 2010 , terutama karena hutang dividen sehingga menyebabkan rasio lancar (Current Ratio) mengalami penurunan dari tahun 2009.

Pada tahun 2011 Current Ratio mengalami peningkatan menjadi sebesar 177,47%, peristiwa ini di sebabkan aktiva lancar pada 31 Desember 2011 meningkat menjadi Rp 14,9 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 15,8 triliun. Selain itu, kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar Rp 1,4 triliun menjadi Rp. 8,4 triliun di tahun 2011 sehingga mempengaruhi adanya peningkatan Current Ratio.

Pada tahun 2012 Current Ratio mengalami peningkatan kembali menjadi sebesar 177,57%, peristiwa ini di sebabkan aktiva lancar pada 31 Desember 2012 meningkat menjadi Rp 21,2 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 14,9 triliun. Selain itu, kewajiban lancar

(13)

mengalami kenaikan sebesar Rp 3,5 triliun menjadi Rp. 11,9 triliun di tahun 2012 sehingga mempengaruhi adanya peningkatan Current Ratio.

b. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Quick Ratio merupakan pertimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan kemudian dibagi dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan Quick Ratio (rasio cepat). Karena persediaan merupakan komponen atau unsur aktiva lancar yang paling tingkat likuiditasnya.

Quick Ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid : kas, surat-surat berharga an piutang dihubungkan dengan hutang lancar rasio ini lebih mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya. Berikut ini perhitungan Quick Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 2008 - 2012.

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Quick Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

No Tahun Quick Ratio

1 2008 44,22%

2 2009 46,68%

3 2010 61,07%

4 2011 70,96%

5 2012 45,88%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

(14)

Grafik 4.2.1

Hasil Perhitungan Quick Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

Melihat hasil perhitungan nilai Quick Ratio di atas, maka dapat dianalisis niai Quick Ratio.

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan rasio cepat (Quick Ratio) Tahun 2008 yang dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 44,22% yang berarti setiap kewajiban jangka pendek PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar Rp. 1 dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar 44,22%. Untuk prinsip kehati- hatian perusahaan, maka besarnya Quick Ratio ini paling rendah 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Quick Ratio sebesar 44,22% merupakan hasil yang sangat tidak baik karena dibawah standar dalam prinsip kehati-hatian untuk tingkat likuiditas.

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

2008 2009 2010 2011 2012

Quick Ratio

(15)

2. Tahun 2009

Berdasarkan hasil perhitungan rasio cepat (Quick Ratio) tahun 2009 yang dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 46,58% yang berarti setiap kewajiban jangka pendek PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar Rp. 1 dijamin oleh aktiva lancar selain persaediaan sebesar 46,68%. Untuk prinsip kehati- hatian perusahaan, maka besarnya Quick Ratio ini paling rendah 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Quick Ratio sebesar 46,68% merupakan hasil yang kurang baik karena dibawah standar dalam prinsip kehati-hatian untuk tingkat likuiditas perusahaan.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan rasio cepat (Quick Ratio) tahun 2010 yang dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 61,07% yang berarti setiap kewajiban jangka pendek PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar Rp.1 dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar 61,01%. Untuk prinsip kehati- hatian perusahaan, maka besarnya Quick Ratio ini paling rendah 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Quick Ratio sebesar 61,01% merupakan hasil yang kurang baik karena dibawah standar dalam prinsip kehati - hatian untuk tingkat likuiditas perusahaan.

4. Tahun 2011

Berdasarkan hasil perhitungan rasio cepat (Quick Ratio) tahun 2011 yang dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 70,96% yang berarti setiap kewajiban jangka pendek PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar Rp.1

(16)

dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar 70,96%. Untuk prinsip kehati- hatian perusahaan, maka besarnya Quick Ratio ini paling rendah 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Quick Ratio sebesar 70,96% merupakan hasil yang kurang baik karena dibawah standar dalam prinsip kehati-hatian untuk tingkat likuiditas perusahaan.

5. Tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan rasio cepat (Quick Ratio) Tahun 2012 yang dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar yang berarti setiap kewajiban jangka pendek PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar Rp. 1 dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar 45,88%. Untuk prinsip kehati-hatian perusahaan, maka besarnya Quick Ratio ini paling rendah 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Quick Ratio sebesar 45,88% merupakan hasil yang sangat tidak baik karena dibawah standar dalam prinsip kehati-hatian untuk tingkat likuiditas.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio cepat (Quick Ratio) selama lima tahun yaitu pada tahu 2008 sampai dengan 2012. Dimana pada tahun 2008 rasio cepat (quick ratio) sebesar 44,22% , kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2009-2010 menjadi 46,68%. Peningkatan ini terjadi akibat adanya peningkatan pada aktiva lancar dan dapat mengimbangi peningkatan yang terjadi pada persediaan sehingga tetap menghasilkan peningkatan pada rasio cepat. Kemudian mengalami peningkatan lagi di tahun 2011 menjadi 70,96% yang disebabkan oleh terjadinya penurunan pada aktiva lancar dan hutang lancar dan di imbangi oleh persedian. Dan pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 45,88% penurunan ini disebabkan oleh

(17)

adanya peningkatan pada aktiva lancar dan hutang lancar dan dimbangi dengan persediaan sehingga tetap menghasilkan peningkatan pada rasio cepat.

c. Cash Ratio (Ratio Kas)

Cash ratio (Rasio Kas) Merupakan Rasio yang menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban dengan kas yang tersedia dan efek yang segera dicairkan Sawir (2005). Berikut ini pergitungan Cash Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Periode 2008 - 2012.

Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Cash Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

No Tahun Cash Ratio

1 2008 6,25%

2 2009 7,82%

3 2010 32,85%

4 2011 24,74%

5 2012 6,59%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

(18)

Grafik 4.3.1

Hasil Perhitungan Cash Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

Melihat hasil perhitungan nilai cash ratio di atas, maka dapat di analisis nilai cash ratio pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tahun 2008-2012 sebagai berikut :

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan rasio kas (Cash ratio) tahun 2008 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 6,53%, yang berarti perusahaan memiliki tingkat likuiditas dengan kas yang tersedia dan efek yang di carikan sebesar 17,91% untuk setiap kewajian jangka pendeknya.

2. Tahun 2009

Berdasarkan hasil perhitungan rasio kas (cash ratio) tahun 2009 yang dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 7,82% yang berarti perusahaan

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

2008 2009 2010 2011 2012

Cash Ratio

(19)

memiliki tingkat likuiditas dengan kas yang tersedia dan efek yang dicarikan sebesar 7,82% untuk setiap kewajiban jangka pendeknya.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio kas (Cash Ratio) tahun 2010 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 32,85% yang berarti perusahaan memiliki tingkat likuiditas dengan kas yang tersedia dan efek yang dicarikan sebesar 32,82% untuk setiap kewajiban jangka pendeknya..

4. Tahun 2011

Berdasarkan hasil perhitungan rasio kas (cash ratio) tahun 2011 yang dicapai PT. Hanjay Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 24,74% yang berarti perusahaan memiliki tingkat likuiditas dengan kas yang tersedia dan efek yang dicarikan sebesar 24,74% untuk setiap kewajiban jangka pendeknya.

5. Tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan rasio kas (cash ratio) tahun 2012 yang dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 6,59% yang berarti perusahaan memiliki tingkat likuiditas dengan kas yang tersedia dan efek yang dicarikan sebesar 6,59% untuk setiap kewajiban jangka pendeknya. Hasil rasio ini naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,59% untuk setiap kewajiban jangka pendeknya. Hasil ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikasn dari tahun ketahun sebelumnya.

(20)

4.2.2 Solvabilitas / Leverage (Rasio Hutang)

Menurut Martono dan D. agus Harjito (2002) yaitu rasio ini digunakan untuk mengukur berapa presentase aset perusahaan yang di biayai oleh hutang. Berikut ini disajikan dua jenis rasio yang biasa digunakan dalam pergitungan Solvabilitas / Leverage perusahaan :

a. Debt Ratio

Debt ratio merupakan rasio antara total hutang (Debt ratio) dengan total aset (total assets) yang dinyatakan dalam presentase. Rasio hutang mengukur beraoa persen aset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang berikut ini perhitungan Debt ratio PT. HM. Sampoerna, Tbk periode 2008 – 2012.

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Debt Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

No Tahun Debt Ratio

1 2008 50,10%

2 2009 40,92%

3 2010 50,18%

4 2011 46,70%

5 2012 49,30%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

(21)

Grafik 4.4.1

Hasil Perhitungan Debt Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

Melihat hasil perhitungan nilai Debt Ratio di atas, maka dapat dianalisis nilai margin laba bersih pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tahun 2008 - 2012 sebagai berikut:

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang (Debt Ratio) Tahun 2008 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 50,10 %, yang berarti bahwa aset perusahaan yang dibelanjai dengan menggunakan hutang adalah sebesar 50,10%

dari seluruh aset perusahaan.

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

2008 2009 2010 2011 2012

Debt Ratio

(22)

2. Tahun 2009

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang (Debt Ratio) Tahun 2009 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 40,92 %, ratio ini bila dibandingkan posisi tahun sebelumnya mengalami penurunan, yang berarti perusahaan dapat menurunkan posisi hutang dari hasil keuntungan perusahaan sebesar 9.18 %

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang (Debt Ratio) Tahun 2010 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 50,18 %, posisi ratio ini meningkat lagi sebesar 9,26 % bila dibandingkan posisi tahun 2009, yang berarti perusahaan dalam menjalankan operasional usahanya untuk mencapai tujuan perusahaan mendapatkan keuntungan masih tetap mengandalkan dana pihak ketiga disamping dana sendiri, hal ini tergambar dari adanya ratio hutang mengalami peningkatan, namun masih dalam batas yang wajar.

4. Tahun 2011

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang (Debt Ratio) Tahun 2011 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 46.70%, ratio ini bila dibandingkan posisi tahun sebelumnya mengalami penurunan, yang berarti perusahaan dapat menurunkan posisi hutang dari hasil keuntungan perusahaan sebesar 3,53 %.

5. Tahun 2012

(23)

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang (Debt Ratio) Tahun 2012 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 49.30%, posisi ratio ini meningkat kembali sebesar 3,40 % bila dibandingkan posisi tahun 2011, yang berarti perusahaan dalam menjalankan operasional usahanya untuk mencapai tujuan perusahaan mendapatkan keuntungan masih tetap mengandalkan dana pihak ketiga disamping dana sendiri, hal ini tergambar dari adanya ratio hutang mengalami peningkatan, namun masih dalam batas yang wajar.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang (Debt Ratio) selama lima tahun pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, PT. HM. Sampoerna, Tbk, terlihat adanya trend perkembangan perusahaan yang terus stabil, penggunaan dana pihak ketiga (hutang) dinilai masih cukup wajar dan berimbang, tergambar dari rasio - rasio kuangan total hutang perusahaan terhadap total asset perusahaan.

b. Debt to Equity Ratio (Rasio Total Hutang Terhadap Modal Sendiri)

Rasio total hutang terhadap modal sendiri merupakan perbandingantotal hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas). Berikut ini perhitungan Debt to Equity Ratio PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 2008 – 2012

(24)

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan DER PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 – 2012

No Tahun Debt To Equity Ratio

1 2008 5,48%

2 2009 4,81%

3 2010 5,20%

4 2011 6,39%

5 2012 7,82%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) Grafik 4.5.1

Hasil Perhitungan DER PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) 0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

2008 2009 2010 2011 2012

Debt To Equity Ratio

(25)

Melihat hasil perhitungan Debt To Equity Ratio di atas, maka dapat dianalisis penggunaan hutang jangka panjang berbanding modal sendiri milik perusahaan PT.

Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk periode tahun 2008 - 2012 tergambar sebagai berikut :

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Debt to Equity Ratio) Tahun 2008 yang berhasil dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 5,48 %, menggambarkan bahwa modal sendiri masih perusahaan masih dinilai relatip kecil dan wajar (dapat dicover oleh modal sendiri).

2. Tahun 2009

Ratio DER keuangan perusahaan pada tahun 2009 sebesar 4,81 % bila dibandingkan dengan posisi sebelumnya dinilai masih relatif stabil dan bahkan terjadi penurunan sebesar 0,67 %, menggambarkan bahwa kinerja perusahaan dalam membiayai hutang jangka panjang masih dapat dicover dengan modal sendiri.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Debt to Equity Ratio) Tahun 2010 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 5,20 %, posisi ratio ini meningkat lagi sebesar 0,39 % bila dibandingkan posisi tahun 2009, yang berarti perusahaan dalam menjalankan operasional usahanya khususnya dalam membiayai hutang-hutang jangka panjangnya masih dapat dicover dari modal sendiri perusahaan, hal ini dinilai wajar dan positif.

(26)

4. Tahun 2011

Rasio hutang jangka panjang (Debt to Equity Ratio) Tahun 2011 yang berhasil dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 6.39 %, rasio ini bila dibandingkan posisi tahun sebelumnya mengalami peningkatan, yang berarti perusahaan dalam memanfaatkan hutang jangka panjang masih dinilai wajar dicover oleh modal sendiri.

5. Tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang jangka panjang (Debt to Equity Ratio) Tahun 2012 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dalam memanfaatkan hutang jangka panjang masih tetap dapat dicover dengan modal sendiri hal mana tergambar dari pencapai DER tahun 2012 sebesar 7,82 %.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio hutang (Debt to Equity Ratio) selama lima tahun pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, PT. HM. Sampoerna, Tbk, terlihat adanya trend perkembangan perusahaan yang terus stabil dalam menggunakan hutang jangka panjang hal mana terlihat dari trendnya pada tahun 2008 sebesar 5,48%

terus mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 7,82% menggambarkan bahwa perusahaan dalam memanfaatkan hutang jangka panjang masih tetap mengandalkan modal sendiri hal ini dinilai wajar dan sangat positif.

4.2.3 Activity Ratio (Rasio Aktivitas)

Activity Ratio mengukur sejauh mana efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset-asetnya, artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan

(27)

manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Rasio aktivitas menganalisis hubungan antara laporan laba – rugi, khususnya penjualan, dengan unsur - unsur yang ada pada neraca. Khususnya unsur – unsur yang ada pada neraca. Khususnya unsur-unsur aktiva. Rasio aktivitas ini diukur dengan istilah perputaran unsur unsur – unsur aktiva yang dihubungkan dengan penjualan.

a. Total Assets Turn Over / TATO (Perputaran Aktiva)

Total Assets Turn Over (TATO) mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan. Total Assets Turn Over dihitung dari pembagian antara penjualan dengan total asetnya dari data keuangan perusahaan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk maka dapat dihitung Total Assets Turn Over tahun 2008-2012 sebagai berikut:

(28)

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan TATO PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 – 2012

No Tahun TATO

1 2008 2,15%

2 2009 2,20%

3 2010 2,11%

4 2011 2,73%

5 2012 2,54%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

Grafik 4.6.1

Hasil Perhitungan TATO PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) 0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

2008 2009 2010 2011 2012

TATO

(29)

Melihat hasil perhitungan di atas, maka dapat dianalisis Rasio Nilai Total Asset Turn Over, terhadap Total Penjualan bersih berbanding total asset milik perusahaan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk periode tahun 2008 - 2012 tergambar sebagai berikut :

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan rasio Total Penjualan Bersih (TATO) Tahun 2008 yang berhasil dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 2,15 kali menggambarkan bahwa kinerja perusahaan dalam mengelola aset-aset perusahaan dinilai baik dan positif menggambarkan adanya efektivitas management dalam mengelola aset-aset perusahaan.

2. Tahun 2009

Rasio Keuangan TATO perusahaan pada tahun 2009 sebesar 2,20 kali bila dibandingkan dengan posisi sebelumnya ada peningkatan sebesar 0,05 kali atau naik menjadi 2,20 kali, ratio ini menggambarkan bahwa kinerja perusahaan dalam mengelola perusahaannya masih cukup baik dan efektif.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan rasio keuangan TATO tahun 2010 terjadi penurunan yang relatif kecil dan masih dinilai wajar yakni sebesar 0,09 kali atau tercapai 2,11 kali, yang berarti perusahaan dalam menjalankan operasional usahanya khususnya dalam mencapai omzet perusahaan yang maksimal, manajemen dinilai masih tetap efektif dalam mengelola usahanya dengan baik.

(30)

4. Tahun 2011

Rasio keuangan TATO Tahun 2011 yang berhasil dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk adalah sebesar 2,73 kali, ratio ini bila dibandingkan posisi tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 0,62 kali, yang berarti perusahaan dalam menjalankan usahanya untuk mencapai tingkat atau omset maksimal, manajemen masih tetap mengelola usahanya dengan efektif dan baik.

5. Tahun 2012

Rasio TATO Tahun 2012 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk mencapai sebesar 2,54 kali, menggambarkan bahwa perusahaan atau management dalam mengelola usahanya cukup hati-hati dan sengat efektif. Berdasarkan hasil perhitungan ratio keuangan (TATO) selama lima tahun pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk terlihat adanya pertumbuhan yg terus stabil, menggambarkan bahwa management perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaan khususnya dalam mengelola aset-asetnya dinilai masih cukup baik dan efektif hal mana tergambar dari data diatas, dimana semakin tinggi nilai Total Asset Turn Over yang dicapai maka semakin baik dan tergambar efektivitasnya perusahaan.

b. Inventory Turn Over / ITO (Perputaran Persediaan)

Inventory Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan. Rasio ini dihitung dengan cara membagi harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Dari data

(31)

keuangan perusahaan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk maka dapat dihitung Inventory Turn Over tahun 2008 – 2012 sebagai berikut :

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan ITO PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 – 2012

No Tahun ITO

1 2008 3,22%

2 2009 2,91%

3 2010 3,13%

4 2011 4,23%

5 2012 3,07%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

(32)

Grafik 4.7.1

Hasil Perhitungan ITO PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 -2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

Melihat hasil perhitungan di atas, maka dapat dianalisis nilai Invetory Turn Over pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tahun 2008 – 2012 sebagai berikut :

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio ITO Tahun 2008 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dapat mengelola aset perusahaan berupa persediaan dengan baik dan cukup efektif tergambar dari pencapaian ITO perusahaan tahun 2008 sebesar 2,33.

2. Tahun 2009

Rasio ITO perusahaan pada tahun 2009 sebesar 2,91 kali bila dibandingkan dengan posisi sebelumnya ada peningkatan sebesar 0,58 kali, rasio ini

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

2008 2009 2010 2011 2012

ITO

(33)

menggambarkan bahwa kinerja perusahaan dalam mengelola stock/persediaan perusahaannya masih cukup baik dan efektif.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan rasio ITO tahun 2010 terjadi peningkatan yang relatif kecil dan masih dinilai wajar yakni sebesar 0,22 kali atau tercapai 3,13 kali, yang berarti perusahaan dalam menjalankan operasional usahanya khususnya dalam mencapai perputaran persediaan dinilai masih tetap cukup baik dan efektif.

4. Tahun 2011

Rasio keuangan ITO Tahun 2011 yang berhasil dicapai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk adalah sebesar 4,23 kali, rasio ini bila dibandingkan posisi tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 1,10 kali, walaupun terjadi penurunan namun kinerja dan efektivitas perusahaan dalam mengelola stock / persediaan dinilai masih cukup wajar dan efektif.

5. Tahun 2012

Rasio ITO Tahun 2012 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk mencapai sebesar 3,07 kali, menggambarkan bahwa perusahaan atau management dalam mengelola usahanya khususnya persediaan semakin cepat dan hal ini dinilai baik dan sengat efektif.

Berdasarkan hasil perhitungan ratio ITO selama lima tahun pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, PT. HM. Sampoerna, Tbk, terlihat adanya perputaran persediaan yang semakin cepat menggambarkan kinerja perusahaan dalam mengelola persediaan sangat baik dan cukup efektif.

(34)

4.2.4 Rasio Profitabilitas

Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2002) rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis yaitu rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi. Kedua rasio ini secara bersama-sama menunjukkan efektivitas rasio profitabilitas dalam hubungannya antara penjualan dengan laba. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan analisis sebagai berikut :

a. Gross Profit Margin (NPM)

Gross Profit Margin merupakkan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan produksi dan hubungan antara harga pokok dengan penjualan yang telah dicapai berikut ini hasil perhitungan gross profit margin.

(35)

Tabel 4.8

Hasil Perhitungan GPM PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Tahun 2008 – 2012

No Tahun GPM

1 2008 28,71%

2 2009 28,81%

3 2010 29,17%

4 2011 28,75%

5 2012 27,78%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) Grafik 4.8.1

Hasil Perhitungan GPM PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 – 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) 27.00%

27.50%

28.00%

28.50%

29.00%

29.50%

2008 2009 2010 2011 2012

GPM

(36)

Melihat hasil perhitungan diatas nilai Gross Profit Margin pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tahun 2008 - 2012 adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin tahun 2008 yaitu sebesar 28.79% yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari hubungan harga pokok dan penjualan dan efisiensi kegiatan produksi sebesar 28,79%.

2. Tahun 2009

Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin tahun 2009 yaitu sebesar 28.81% yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari hubungan harga pokok dan penjualan dan efisiensi kegiatan produksi sebesar 28,81%.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin tahun 2010 yaitu sebesar 29.17% yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari hubungan harga pokok dan penjualan dan efisiensi kegiatan produksi sebesar 29,17%.

4. Tahun 2011

Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin tahun 2011 yaitu sebesar 28.75% yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari hubungan harga pokok dan penjualan dan efisiensi kegiatan produksi sebesar 28,75%.

5. Tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin tahun 2012 yaitu sebesar 27.77% yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari hubungan harga pokok dan penjualan dan efisiensi kegiatan produksi sebesar 27,78%.

(37)

Berdasarkan hasil perhitungan Gross Profit Margin tahun selama lima tahun dari tahun 2008-2012, dimana pada tahun 2008 Gross Profit Margin sebesar 28.79%

kemudian mengalami peningkatan sebesar 28.81% . hal ini disebabkan penjualan bersih konsolidasi sebesar mengalami peningkatan yaitu sebesar 34.6 triliun ditahun 2008 naik hingga 38.9 triliun ditahun 2009 Atau menurut perhitungan mengalami kenaikan sebesar 0.2%.

Hingga tahun 2012 PT Hanjaya Mandala sampoerna mengalami peningkatan dan penurunan penjualan bersih yang fluktuatif seperti yang tertera pada tabel 4.5. hal itu dikarenakan oleh meningkatnya dan menurunya beban penjualan pada setiap tahunnya.

b. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) atau marjin laba bersih merupakan keuntungan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Berikut ini perhitungan Net Profit Margin PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk periode 2008 – 2012.

(38)

Tabel 4.9

Hasil Perhitungan NPM PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

No Tahun NPM

1 2008 11,24%

2 2009 13,05%

3 2010 14,80%

4 2011 15,23%

5 2012 14,72%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) Grafik 4.9.1

Hasil Perhitungan NPM PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) 0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

2008 2009 2010 2011 2012

NPM

(39)

Melihat hasil perhitungan nilai Net Profit Margin di atas, maka dapat dianalisis nilai margin laba bersih pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tahun 2008 - 2010 sebagai berikut:

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan margin laba bersih (Net Profit Margin) Tahun 2008 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 11,24%, yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari penjualan sebesar 11,24% setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan.

2. Tahun 2009

Berdasarkan hasil perhitungan margin laba bersih (Net Profit Margin) Tahun 2009 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 13,05%, yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari penjualan sebesar 13,05% setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini mengalami peningkatan 1,82% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 11,23%

3. Tahun 2010

Berdasakan hasil perhitungan margin laba bersih (Net Profit Margin) Tahun 2010 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 14,80% yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari penjualan sebesar 14,80% setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini mengalami peningkatan 1,75% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 13,05%.

(40)

4. Tahun 2011

Berdasarkan hasil perhitungan margin laba bersih (Net Profit Margin) Tahun 2011 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 15,23%, yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari penjualan sebesar 15,23% setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini mengalami peningkatan kembali 0,43% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 14,80%.

5. Tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan margin laba bersih (Net Profit Margin) Tahun 2012 yang di capai PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 14,72%, yang berarti perusahaan memperoleh keuntungan dari penjualan sebesar 14,72% setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini mengalami penurunan setelah mengalami peningkatan di tahun 2011 sebesar 15,23%

Berdasarkan hasil perhitungan margin laba (Net Profit Margin) selama lima tahun yaitu pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk memperoleh margin laba (Net Profit Margin) yang tidak stabil selama lima tahun dilakukan penelitian. Hal ini dikarenakan laba bersih dan penjualan bersih mengalami perkembangan yang tidak stabil (naik turun). Dimana pada tahun 2008 sebesar 11,24% hal ini dikarenakan kas dan setara kas pada tahun 2008 sebesar Rp. 0,4 triliun dibandingkan 2007 sebesar Rp. 0,5 triliun sehingga mempengaruhi hasil dari rasio lancar (Sumber : Annual Report PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Tahun 2006).

(41)

Pada tahun 2009 Current Ratio mengalami peningkatan menjadi sebesar 188,06%, peristiwa ini di sebabkan aktiva lancar pada 31 Desember 2009 meningkat menjadi Rp 12,7 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 11 triliun. Selain itu, kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar Rp 0,9 triliun menjadi Rp. 6,7 triliun di tahun 2009 sehingga mempengaruhi adanya peningkatan Current Ratio.

Pada tahun 2010 Current Ratio sebesar 161,25% mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 188,06%. Hal ini dikarenakan aktiva lancar pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp. 15,8% triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp. 12,7 triliun. Peningkatan aktiva lancar ini diikuti oleh peningkatan kewajiban lancar pada 31 Desember 2010 menjadi sebesar Rp.

9,8% triliun meningkat sebesar Rp. 3,0 triliun dibandingkan tahun 2010 , terutama karena hutang dividen sehingga menyebabkan rasio lancar (Current Ratio) mengalami penurunan dari tahun 2009. (Sumber : Annual report PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Tahun 2010).

Pada tahun 2011 Current Ratio mengalami peningkatan menjadi sebesar 177,47%, peristiwa ini di sebabkan aktiva lancar pada 31 Desember 2011 meningkat menjadi Rp 14,9 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 15,8 triliun. Selain itu, kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar Rp 1,4 triliun menjadi Rp. 8,4 triliun di tahun 2011 sehingga mempengaruhi adanya peningkatan Current Ratio.

(42)

Pada tahun 2012 current rasio mengalami peningkatan kembali menjadi sebesar 177,58%, peristiwa ini di sebabkan aktiva lancar pada 31 Desember 2012 meningkat menjadi Rp 21,2 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 14,9 triliun. Selain itu, kewajiban lancar mengalami kenaikan sebesar Rp 3,5 triliun menjadi Rp. 11,9 triliun di tahun 2012 sehingga mempengaruhi adanya peningkatan Current Ratio.

c. Return on Investment / Return on Asset (ROI/ROA)

Return on investment / Return On Asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih atas keseluruhan investasi yang digunakan atau berdasarkan tingkat asset tertentu. Berikut perhitungan Return on Investment / Return On Asset PT.HM Sampoerna Tbk, periode 2008 - 2012 :

Tabel 4.10

Hasil Perhitungan ROI / ROA PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008-2012

No Tahun ROI/ROA

1 2008 24,14%

2 2009 28,72%

3 2010 31,29%

4 2011 41,65%

5 2012 37,36%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

(43)

Grafik 4.10.1

Hasil Perhitungan ROI / ROA PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah)

1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Investment / Return On Asset tahun 2008 PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk berhasil meraih laba sebesar 24.14%

yang berarti perusahaan mampu menunjukkan kinerjanya dalam menghasilkan laba bersih setiap tahunnya berdasarkan tingkat pertumbuhan investasi tertentu yang diikuti dengan terus meningkatnya asset perusahaan.

2. Tahun 2009

Return On Investment / Return On Asset tahun 2009 menunjuakkan adanya sedikit peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya, yakni naik sebesar 4,58 % menjadi 28,72 %, kenaikkan atau pertumbuhan Return On Investment / Return On Asset (ROI / ROA) yang dicapai oleh PT Hanjaya Mandala. Sampoerna

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

2008 2009 2010 2011 2012

ROI/ROA

(44)

Tbk ini, terus mengalami peningkatan menggambarkan adanya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas usahanya terus membaik dan mengalami peningatkan.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Investment/Return On Asset (ROI / ROA) tahun 2010 yang dicapai oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, ROI / ROA naik menjadi sebesar 31.29 % yang berarti perusahaan terus mengalami peningkatan kemampuan memperoleh laba bersih, sebagaimana tergambar dari tingkat pertumbuhan laba yang terus naik dalam Neraca Perusahaan.

4. Tahun 2011

Return on investment / Return On Asset tahun 2011 yang dicapai oleh PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, sebesar 41,65 %, naik cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, hal mana sebagai akibat dari kemampuan yang ditunjukkan perusahaan dalam mengelola asset-asset usahanya secara baik dan efektip, tercermin dari peningkatan omset penjualannya yang terus meningkat selama ini.

5. Tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Investment / Return On Asset ditahun 2012 yang dicapai oleh PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk turun menjadi sebesar 37.36 %, penurunan ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah asset perusahaan yang diakibatkan meningkatnya jumlah aktiva lancar berupa persediaan,

(45)

namun bila dilihat dari tingkat perolehan laba perusahaan selama ini, perusahaan terus mengalami peningatan jumlah labanya.

Berdasarkan perhitungan Return On Investment / Return On Asset selama lima tahun terakhir maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Return On Investment / Return On Asset PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk selama 5 tahun terus mengalami peningkatan, sedikit terjadi penurunan pada tahun 2012, sebagai akibat dari meningkatnya jumlah asset perusahaan yang ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah persediaan perusahaan, namun bila dilihat dari jumlah perolehan laba perusahaan selama ini perusahaan terus dapat meningkatan perolehan labanya secara baik dan efektif.

d. Return on Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Berikut data hasil perhitungan ROE PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk periode 2008 -2012:

(46)

Tabel 4.11

Hasil perhitungan ROE PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Tahun 2008 – 2012

No Tahun ROE

1 2008 48,40%

2 2009 48,63%

3 2010 62,87%

4 2011 78,17%

5 2012 73,68%

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) Grafik 4.11.1

Hasil perhitungan ROE PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Tahun 2008 - 2012

Sumber : PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk (Data Olah) 0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

2008 2009 2010 2011 2012 ROE

(47)

Melihat hasil perhitungan diatas maka dapat dianalisa nilai Return On Equity pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tahun 2008 – 2012 sebagai berikut : 1. Tahun 2008

Berdasarkan hasil perhitungan Return on Equity tahun 2008 yang dicapai PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 48,40%yang berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan yang menjadi hak pemilik modal sebesar 48,40% .

2. Tahun 2009

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Equity tahun 2009 yang dicapai PT.

Hanajaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 48,63%yang berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan yang menjadi hak pemilik modal naik sebesar 48,40%.

3. Tahun 2010

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Equity tahun 2010 yang dicapai PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 62,87% yang berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan yang menjadi hak pemilik modal mengalami kenaikan sebesar 62,87%.

4. Tahun 2011

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Equity tahun 2011 yang dicapai PT Hanajaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 78,15%yang berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan yang menjadi hak pemilik modal sebesar 78,15%

5. Tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Equity tahun 2012 yang dicapai PT.

Hanajaya Mandala Sampoerna, Tbk sebesar 73,68% yang berarti keuntungan yang

(48)

diperoleh perusahaan yang menjadi hak pemilik modal mengalami penurunan sedikit sehingga hasilnya menjadi sebesar 73,68% .

Dari hasil data tabel di 4.7 diatas maka hasil dari kinerja keuangan PT.

Hanajaya Mandala Sampoerna, Tbk cukup baik dalam segi keuntungan atau laba. Hal ini dapat kita lihat dari perhitungan ROE diatas.

4.3 Pembahasan

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola keuangannya. Hal ini sangat penting untuk diketahui baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan agar perusahan dapat tetap bertahan dalam persaingan di masa sekatang dan mendatang. Analisis kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai analisis prospek, pertumbuhan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan, Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada Sundjaja dan Berlian (2003). Alat ukur yang digunakan untuk melakukan analisis kinerja keuangan adalah laporan keuangan.

Suatu laporan keuangan tidak dapat memberikan informasi apapun sebelum menganalisis dan menginterprestasikannya terlebih dahulu. Setelah menganalisis dan menginterpretasikan suatu laporan keuangan, barulah laporan keuangan itu memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan baik untuk pihak internal maupun eksternal perusahaan. Budiawan (2009). Untuk dapat

(49)

menghasilkan informasi keuangan yang berguna dari suatu laporan keuangan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan.

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah jangka waktu yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan, hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi Juminagan (2006). Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan adalah rasio likuiditas, Rasio Profitabilitas, Ratio solvabilitas dan rasio aktivitas.

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Keuangan yang disebutkan diatas tergambar bahwa kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tergambar sebagai berikut : Ditinjau dari Rasio Likuiditas seperti Current Ratio, Quick Ratio dan Cash Ratio tergambar bahwa trend pertumbuhan ketiga rasio keuangan (Rasio Likuiditas) tersebut terus mengalami peningkatan, sedikit ada penurunan pada Quick Ratio tahun 2012 sebagai akibat adanya peningkatan yang cukup signifikan pada persediaan (persediaan tahun 2011 sebesar Rp.8,9 trilyun, naik menjadi sebesar Rp.15.7 trilyun atau 175,80% pada tahun 2012 ) namun penurunan tersebut pada Quick Ratio dinilai masih wajar, baik dan sangat stabil, demikian pula terhadap Cash Ratio terjadi penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2012

(50)

sebagai akibat dari terjadinya penurunan posisi saldo kas dan naiknya saldo hutang lancar (Posisi Kas tahun 2011 Rp.2,07 trilyun turun menjadi Rp.0,78 trilyun pada tahun 2012, demikian posisi hutang lancar tahun 2011 Rp.8,36 trilyun naik menjadi Rp.11,90 trilyun pada 2012) posisi ini dinilai masih cukup wajar dan stabil.

Demikian pula bila ditinjau dari Rasio Profitabilitas (NPM, GPM, ROI, ROA dan ROE) dinilai bahwa perusahaan selang lima tahun terakhir, tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mampu menunjukkan trend pertumbuhan perolehan laba yang relatip terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun, tergambar dari trend rasio keuangan Net Profit Margin dan Gross Profit Margin yg terus mengalami peningkatan, sedikit ada penurunan pada periode tahun 2012 namun penurunan tersebut masih dinilai wajar dan positif, penurunan tersebut diakibatkan adanya peningkatan omset penjualan, dimana tahun 2011 omset penjualan sebesar Rp.52,8 trilyun naik menjadi Rp.66,6 trilyun pada tahun 2012). Demikian juga dengan perkembangan Ratio Return on Investment (ROI), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE), terus mengalami pertumbuhan mengikui trend pertumbunhan Net Profit Margin dan Gross Profit Margin, sedikit ada penurunan pada tahun 2012 disebabkan adanya peningkatan jumlah aktiva dan modal pada tahun 2012 (pada tahun 2011 Total Aktiva sebesar Rp.19,33 trilyun naik menjadi sebesar Rp.26,25 trilyun pada tahun 2012, Modal sendiri tahun 2011 sebesar Rp.10,30 trilyun naik menjadi sebesar Rp.13,31 trilyun pada tahun 2012.

Rasio Solvabilitas yang ditunjukkan dengan Debt to Asset Ratio (Debt) dan Debt to Equity Ratio (DER) selang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terus

(51)

menunjukkan adanya trend peningkatan tergambar seperti pada tahun 2008 Total Aset yang dicapai sebesar Rp.16.13 trilyun naik menjadi sebesar Rp.26,25 trilyun, demikian pula dengan modal sendiri perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp.8,05 trilyun naik menjadi sebesar Rp.13,31 trilyun pada tahun 2012. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan solvable mampu menutupi hutang-hutangnya setiap saat.

Rasio Ativitas yg digambarkan dengan Total Asset Turn Over (TATO) dan Inventory Turn Over (ITO) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, menunjukkan adanya trend pertumbuhan yang baik terus mengalami peningkatan, sedikit terjadi penurunan pada periode tahun 2012 tergambar sebagai berikut TATO sebesar 2,73%

menjadi 2,54% pada tahun 2012 demikian pula ITO tahun 2011 sebesar 4,23% turun menjadi sebesar 3,07% pada tahun 2012, penurunan TATO dan ITO disebabkan adanya peningkatan jumlah Total Aktiva dan Total Persediaan, kondisi ini dinilai masih cukup wajar dan baik, karena kondisi ini menggambarkan bahwa perusahaan bekerja dengan sangat baik dan efektif.

Referensi

Dokumen terkait

“Ada pengaruh positif yang sangat signifikan antara Motivasi Ayah Untuk Menyekolahkan Anak terhadap Prestasi Belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1

Dengan demikian, angsuran per bulan yang harus dibayar Atekan kepada KJKS BMT NUSYA yang terdiri dari angsuran pokok hutang dan biaya sewa adalah:. Angsuran Pokok :

Judul : KEWENANGAN INTERNATIONAL SEABED AUTHORITY (ISA) DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI SUMBER DAYA MINERAL DI KAWASAN (AREA) DALAM

Hasil penelitian ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi Ernawati (2008) dengan judul “ Pengaruh penyuluhan tentang Dismenorrhea terhadap kejadian Dismenorrhea

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama pelayuan dan kondisi daun terhadap karakteristik fisik (derajat layu dan warna), kimia (kadar air, total fenol, kadar

Pada dasarnya sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, yang disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh untuk melaksanakan

menggunakan internet untuk menjual produk menggunakan internet untuk menjual produk atau jasa kepada organisasi dan atau mencari atau jasa kepada organisasi dan atau mencari.

Tes hasil belajar digunakan untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada pelaksanaan pelatihan pembuatan produk mie aneka warna.