• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban:

1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah Abang II?

Jawab:

¾ Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan Objek Pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

¾ Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

Contoh: Account Representative yang mengemban tugas intensifikasi perpajakan melalui pemberian bimbingan atau himbauan, konsultasi, analisis dan pengawasan terhadap Wajib Pajak, Seksi Penagihan melakukan intensifikasi kegiatan penagihan pajak dan sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tujuan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak Orang Pribadi adalah meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak.

2. Apakah ada pedoman atau dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak Orang Pribadi? Jika ada, apa sajakah pedoman tersebut?

Jawab:

(2)

¾ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

¾ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-12/PJ.43/2002 tanggal 20 Juni 2002 tentang Intensifikasi Kewajiban Pemotong PPh dan PPN Dalam Rangka Peningkatan Potensi Perpajakan.

¾ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.4/2001 tanggal 21 Februari 2001 tentang Intensifikasi Wajib Pajak Pemotongan dan Pemungutan, khususnya PPh Pasal 21/26.

¾ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-113/PJ/2010 tanggal 5 November 2010 tentang Penggalian Potensi Dan Pengamanan Penerimaan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Baru.

¾ Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-175/PJ./2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan.

¾ Ekstensifikasi berbasis properti dilakukan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-116/PJ./2007 Tanggal 29 Agustus 2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan PER-32/PJ/2008.

¾ Ekstensifikasi berbasis pemberi kerja dilakukan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2007 Tanggal 25 Januari 2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham atau Pemilik dan Pegawai Melalui Pemberi Kerja atau

(3)

Bendaharawan Pemerintah, termasuk kegiatan multi level marketing, pemasok (supplier) dan sejenisnya.

¾ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-59/PJ/2008 tanggal 17 Oktober 2008 tentang Pemberian NPWP bagi Karyawan.

3. Siapa sajakah yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak Orang Pribadi pada KPP Jakarta Tanah Abang II?

Jawab:

¾ Sesuai butir 4 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2011, petugas pelaksana yang melakukan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi adalah petugas yang memenuhi kualifikasi dan melalui penunjukan oleh Kepala kantor.

4. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi yang di lakukan oleh petugas ekstensifikasi dan intensifikasi pajak pada KPP Tanah Abang II?

Jawab:

¾ Sesuai butir 6 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2011, tahap awal proses pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi adalah pencarian data. Pada KPP Tanah Abang II, data berasal dari Direktorat Informasi Perpajakan (sekarang namanya berubah menjadi Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan) dan data dari internal KPP.

(4)

¾ Sesuai butir 7 SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2011, tahap kedua adalah proses persiapan pelaksanaan kegiatan.

¾ Tahap ketiga diatur butir 8 dan 9 SE-06/PJ.9/2001 tentang pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak (Pelaksanaan ekstensifikasi: lihat butir 8 dan pelaksanaan intensifikasi : lihat butir 9)

¾ Tahap keempat diatur butir 11 SE-06/PJ.9/2001, mengenai pengawasan pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak.

5. Apakah dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak orang Pribadi KPP Tanah Abang II, melakukan kerjasama dengan instansi atau pihak lain yang terkait dengan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak? Jika ada dengan siapa saja dan dalam bentuk apa saja kerjasama tersebut dilakukan?

Jawab:

¾ Ya, SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001, KPP harus melaksanakan koordinasi dengan instansi di luar DJP yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.

¾ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-113/PJ/2010 tanggal 5 November 2010 tentang Penggalian Potensi dan Pengamanan Penerimaan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Baru, KPP Pratama harus melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah (Dinas Pajak atau Dinas Pendapatan) untuk mensukseskan kegiatan tersebut dengan memberikan penjelasan pentingnya penerimaan PPh 21 dan PPh Orang Pribadi bagi Pemerintah Daerah.

(5)

¾ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-113/PJ/2010 tanggal 5 November 2010 tentang Penggalian Potensi dan Pengamanan Penerimaan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Baru, KPP Pratama harus melakukan koordinasi dan mengikutsertakan pihak ketiga seperti asosiasi pedagang, pengelola pasar, pengelola pusat perdagangan atau perhimpunan penghuni apartemen.

¾ Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ.43/2000 tanggal 30 Mei 2000 tentang Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Orang Asing, dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Asing, para Kepala KPP harus melakukan kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan data tentang keberadaan dan kegiatan usaha Wajib Pajak Orang Asing, antara lain dengan pihak Badan Koordinasi dan Penanaman Modal atau Daerah atau dengan Kantor Wilayah Depnaker untuk mendapatkan data Ijin Kerja Tenaga Asing (IKTA), Kantor Imigrasi untuk mendapatkan data jumlah orang asing dan maksud kedatangannya dan instansi terkait lainnya. Misalnya: di KPP Tanah Abang Dua, koordinasi dengan Pengelola Thamrin Residence, Pengelola Thamrin City, Pengelola PGMTA, Pengelola Pasar Tanah Abang Blok A.

6. Selain dengan instansi dan pihak eksternal, apakah KPP Tanah Abang II juga bekerja sama dengan KPP dan instansi lain di Jajaran Dirjen Pajak? Bagaimana bentuk kerja sama tersebut di lakukan?

Jawab:

Ya, berupa pertukaran data Wajib Pajak, misalnya mengirimkan surat ke KPP di luar Jawa (lokasi) tempat Wajib Pajak memiliki lahan kelapa sawit atau lokasi tambang

(6)

batu bara. Isinya: meminta data SPPT PBB, kewajiban PPN, kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23.

7. Apakah ada hambatan atau kendala yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi yang dilakukan KPP Tanah Abang II?

Jawab:

Ada, Contoh hambatannya yaitu:

a. Surat permintaan data tidak direspon oleh KPP lokasi karena petugas di sana sibuk dan akhirnya suratnya mungkin terselip.

b. Wajib Pajak hanya menyewa tempat sekian tahun di JDC (Jakarta Design Centre), sehingga sudah pindah alamat dan sulit dilacak.

8. Apakah upaya-upaya yang dilakukan oleh KPP Tanah Abang II, sebagai pemecahan dari permasalahan yang dihadapi?

Jawab:

¾ Mengirim Surat permintaan data kedua ke KPP lokasi dan berkunjung (visit) ke lokasi tempat usaha Wajib Pajak.

¾ Meminta bantuan pengelola JDC, siapa pihak yang menandatangani kontrak sewa dengan JDC dan dimana alamat di KTP-nya, sehingga pelacakan dilakukan melalui alamat KTP direktur.

(7)

9. Apakah tujuan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan?

Jawab:

Jumlah WP Orang Pribadi per akhir tahun di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang II semakin bertambah:

¾ Tahun 2007: 16.925 OP

¾ Tahun 2008: 24.913 OP

¾ Tahun 2009: 32.214 OP

¾ Tahun 2010: 35.938 OP

Realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang II:

¾ Tahun 2006 Rp 4.999.750.000,-

¾ Tahun 2007 Rp 8.797.933.683,-

¾ Tahun 2008 Rp 11.006.215.993, -

¾ Tahun 2009 Rp 11.449.644.225,-

¾ Tahun 2010 Rp 10.326.571.820,-

Kesimpulan: tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar tercapai tetapi mengoptimalkan penerimaan pajak Orang Pribadi belum optimal.

10. Penyempurnaan data potensi pajak yang terdiri dari tahapan mapping, profiling, benchmarking, pemanfaatan data potensi pajak pihak ketiga dan optimalisasi

pemanfaatan data perpajakan (OPDP) apakah berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Tanah Abang II?

Jawab:

(8)

¾ Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan yang dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi, subyek pajak, jenis pajak, sektor/

subsektor usaha, sesuai kebutuhan/ keunggulan yang terdapat di wilayah kerja KPP.

¾ Profile Wajib Pajak adalah rangkaian data dan informasi fiskal Wajib Pajak yang memuat identitas dan kegiatan usaha serta riwayat perpajakan Wajib Pajak secara berkesinambungan yang dapat diklasifikasikan atas data permanen, data akumulatif dan data lain.

¾ Benchmarking yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak disusun dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking. Total Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasio-rasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

¾ Total benchmarking memiliki karakteristik:

- Disusun berdasarkan kelompok usaha.

- Dilakukan atas rasio-rasio berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan.

- Hubungan keterkaitan antar rasio-rasio diperhatikan.

- Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan.

Wajib Pajak yang memiliki kinerja keuangan yang lebih rendah daripada benchmark, tidak selalu berarti bahwa Wajib Pajak tersebut tidak melakukan

(9)

kewajiban pajaknya dengan benar. Perlu diagnosa lebih mendalam untuk dapat menentukan apakah Wajib Pajak tersebut benar-benar tidak patuh atau terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan Wajib Pajak memiliki kinerja yang berbeda dengan benchmark. Total benchmarking bukan merupakan suatu proses enforcement di mana Wajib Pajak diharuskan untuk mengikuti standar yang

ditetapkan, melainkan suatu alat bantu (supporting tools) yang dapat digunakan oleh aparat pajak dalam membina Wajib Pajak dan menilai kepatuhan perpajakannya.

Semua program tersebut berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Tanah Abang II.

11. Apakah Tujuan Mapping dan Profiling Wajib Pajak dapat membantu meningkatkan penerimaan Wajib Pajak Orang pribadi?

Jawab:

¾ Tujuan Mapping adalah untuk mendapatkan gambaran umum potensi perpajakan dan keunggulan fiskal di wilayah kerja masing-masing kantor atau unit kerja yang akan digunakan sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan dan pengawasan.

¾ Tujuan pembuatan profile Wajib Pajak adalah untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan terutama untuk bahan analisis dan ukuran tingkat resiko dan kepatuhan Wajib Pajak, serta untuk lebih mengenal Wajib Pajak yang terdaftar agar dapat memonitor perkembangan usaha dan potensi fiskal Wajib Pajak yang bersangkutan serta melakukan pengawasan, penggalian potensi dan pelayanan yang lebih baik.

(10)

¾ Salah satu manfaat total benchmarking: supporting tools bagi program intensifikasi atau penggalian potensi pajak, kesimpulannya bila berjalan dengan baik semua program akan membantu meningkatkan penerimaan Wajib Pajak Orang pribadi.

12. Law enforcement yaitu program pemeriksaan yang dititikkberatkan pada perorangan dan badan hukum serta penagihan pajak berbasis pada tertib administrasi penagihan, apakah program law enforcement tersebut di terapkan pada KPP Pratama Tanah Abang II?

Jawab:

¾ Law enforcement adalah penegakan hukum peraturan perpajakan, meliputi pemeriksaan dan penagihan (penerbitan STP, Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan sampai dengan Pelaksanaan Lelang).

¾ Program tersebut harus dilaksanakan di semua KPP terhadap Wajib Pajak yang tidak kooperatif: misalnya telah dihimbau oleh Account Representatif untuk melakukan pembetulan SPT, tetapi Wajib Pajak tidak mengindahkan.

¾ Law enforcement berupa pemeriksaan dilakukan oleh petugas fungsional pemeriksa pajak dan berupa penagihan dilakukan oleh juru sita pajak di Seksi Penagihan.

Narasumber: Pak Amir bagian Waskon 4 di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua.

(11)

Skema Kerangka Pemikiran

Pajak

Sistem Perpajakan

Self Assessment System With Holding System Official Assessment System

Kendala/Hambatan

• Banyak WP berpotensi pajak tidak ber NPWP

• Sunset Policy

• Penerbitan NPWP secara jabatan

• Underground Economy

Penerimaan pajak belum optimal

Realisasi penerimaan pajak Ekstensifikasi

Intensifikasi

Perluasan objek pajak Peningkatan jumlah NPWP

Ruang lingkup, persiapan, pelaksanaan ekstensifikasi

Penerimaan pajak

Pengaruh Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak

(12)

Lampiran - 12

Mapping berdasarkan Subjek Pajak sampai dengan 31 Maret 2010 KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua

PENGELOMPOKAN

JUMLAH WP BADAN

BENDAHARAWAN OP DOMISILI LOKASI

TERDAFTAR 6.424 200 160 31.264

EFEKTIF 2.543 138 78 21.359

FILLER 122 - - 1.910

KB 91 - - 1.534

LB 16 - - 1

NIHIL 137 - - 2.285

NON FILLER 1.089 1 - 5.872

STOP FILLER 5.213 199 160 25.437

PKP 1.381 57 - 443

NON PKP 5.043 143 160 32.776

WP PATUH 122 - - 1.910

PEMBUKUAN BAHASA

ASING 1 - - -

(13)

Lampiran - 13

Potensi Penerimaan Sektoral Tahun 2010

KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua

Rupiah

KATEGORI URAIAN KATEGORI PPh PPN

A Pertanian, perburuan dan kehutanan

7.453.363.215 102.622.000 B Perikanan

16.676.400 701.000 C Pertambangan dan penggalian

1.702.826.308 1.699.112.676 D Industri pengolahan

3.154.231.634 1.231.884.648 E Listrik, gas dan air

308.454.831 7.681.052.568 F Konstruksi

35.167.502.011 43.567.503.344 G

Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, sepeda motor, serta barang-barang keperluan pribadi dan rumah tangga

16.791.468.061 15.368.702.177 H

penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum

725.201.099 232.955.963 I Transportasi, pergudangan dan komunikasi

4.390.139.169 2.251.084.743 J Perantara keuangan

1.868.731.793 165.018.063 K

Real Estat, usaha persewaan dan jasa perusahaan

4.497.126.232 10.335.407.677 L Administrasi pemerintahan, pertahanan dan

jaminan sosial wajib

113.320.535 10.247.590 M Jasa pendidikan

145.613.749 10.323.840 N Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

213.005.479 2.690.197 O

Jasa kemasyarakatan, sosial dan kegiatan lainnya

752.989.983 252.560.155 P Jasa perorangan

1.111.298.720 9.925.895 X Kegiatan yang belum jelas batasannya

2.809.990.019 Total

81.221.939.238 82.921.792.536

(14)

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak

DIRJEN PAJAK

KAKANWIL DJP  JAKARTA KHUSUS

KAKANWIL DJP WP  BESAR

PARA KAKANWIL  MODERN

PARA KEPALA BIDANG

KEPALA KPP MADYA

PARA KEPALA KPP  PRATAMA

PARA DIREKTUR

PARA KASUBDIT

KEPALA PUSAT  PENGOLAHAN DATA 

DAN DOKUMEN  PERPAJAKAN

PARA TENAGA  PENGKAJI SEKRETARIS DJP

PARA KEPALA BAGIAN

(15)

Struktur Organisasi

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus

- Struktur Organisasi KPP Wajib Pajak besar (Sama dengan KPP Wajib Pajak Madya dan Struktur KPP Pratama, perbedaannya tidak ada kasi ekstensifikasi)

KEPALA KPP  WP BESAR

KASUBAG  UMUM

PELAKSANA

KASI PDI

PELAKSANA

KASI  PELAYANAN

PELAKSANA

KASI  PENAGIHAN

JURU SITA  PAJAK

PELAKSANA

KASI  PEMERIKSAAN

PELAKSANA

KASI WASKON  I SD IV

AR

PELAKSANA

FUNGSIONAL  PEMERIKSA

(16)

KABAG  UMUM

KASUBAG

Kan Kantor Wila Kantor W

PARA KE BIDAN

KEPALA S

S ntor Wilayah ayah Direkto Wilayah Dire

KA DJP 

EPALA  NG

SEKSI

KEP M

Struktur Orga h Direktorat orat Jenderal ektorat Jende

KANWIL  MODERN

PALA KPP  MADYA

anisasi Jenderal Paj l Pajak Wajib

eral Pajak Ja

FUNGSIONAL  PEMERIKSA

KASUBAG  UMUM

jak selain b Pajak Besa akarta Khusu

PARA KEPAL KPP  PRATAMA

KEPALA SEK

ar dan us

LA  A

KSI FUNGSI PEMERONAL 

RIKSA

(17)

Struktur Organisasi

Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Madya

- Struktur KPP Wajib Pajak Madya (Sama dengan struktur KPP Pratama, perbedaannya tidak ada kasi ekstensifikasi)

KEPALA  KPP  MADYA

KASUBAG  UMUM

PELAKSANA

KASI PDI

PELAKSANA

KASI  PELAYANAN

PELAKSANA

KASI  PENAGIHAN

JURU SITA  PAJAK PELAKSANA

KASI  PEMERIKSAAN

PELAKSANA

KASI WASKON I  SD IV

AR

PELAKSANA

FUNGSIONAL  PEMERIKSA

Referensi

Dokumen terkait

Ischaemic Heart Disease (IHD) yaitu penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai Ischaemic Heart Disease (IHD) yaitu penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang)

percaya diri para karyawan untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya secara sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan organisasi. 3) Terdapatnya suasana

Untuk keperluan : Pelaksanaan Program / Kegiatan Bantuan Sosial Pendampingan Kurikulum 2013 untuk Koordinator Cluster yang dikelola oleh SMPN ....

• Jika terdapat perpustakaan atau sumber bacaan lainnya, siswa dapat menambah informasi pada kegiatan IPS dengan melakukan studi pustaka, tentang pengaruh listrik terhadap

Fariza Khalid, Md Yusoff Daud, Mohd Khalid Mohamad Nasir , 2016 , Proceedings International Conference on Education and Regional Development 2016 (ICERD 2016) ,

Peran badan narkotika nasional Kota Pekanbaru dalam mewujudkan P4GN (pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba) belum terlaksana dengan

Mengapa dalam penyusunan laporan keuangan, Badan Layanan Umum diwajibkan untuk menyusun dua laporan keuangan sekaligus dengan  berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

telah dilakukan tes hasil belajar siswa dan observasi pengelolaan pembelajaran pada tiap putaran, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih efektif mengenai pembelajaran