• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN EDUKATIF TIM AKSI BERGIZI PADA REMAJA DI KABUPATEN TUBAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEGIATAN EDUKATIF TIM AKSI BERGIZI PADA REMAJA DI KABUPATEN TUBAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

*Moh.Zainul Ma’arif, S1 Gizi, IIKNU Tuban, zenmaarif@gmail.com, 081232729840

KEGIATAN EDUKATIF “TIM AKSI BERGIZI” PADA REMAJA DI KABUPATEN TUBAN

Moh. Zainul Ma’arif, 1 Idcha Kusma Ristanti, 2 Dian Ayu Ainun Nafies3

1,2,3

Program Studi S1 Gizi, Fakultas Kesehatan, Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Email : zenmaarif@gmail.com

Abstract

Nutritional problems in adolescents are increasingly complex due to limited knowledge about balanced nutrition in adolescents. The increasing number of dual nutritional problems, especially in adolescents in Tuban Regency. The Nutrition Action Team is one form of nutrition education efforts to reduce nutritional problems in adolescents. This community service activity is carried out for high school students in Tuban Regency. In the Nutrition Action Team activities, all participants were able to understand well about nutrition in the life cycle of adolescents, adolescent nutrition problems, 10 messages of balanced nutrition. It is hoped that in the future this community service activity can be carried out in a sustainable manner, so as to create a positive attitude towards nutrition, the formation of knowledge and skills in choosing and using food sources, the emergence of good eating habits and the motivation to find out more about matters related to nutrition.

Keywords: Nutrition, Youth, Nutrition Education

1. PENDAHULUAN

Gizi merupakan komponen yang penting dan memiliki peran sentral untuk mencapai 13 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDG). Melalui perbaikan gizi, banyak tujuan lain yang bisa tercapai untuk menuju ke perbaikan suatu bangsa.

Gizi pada remaja merupakan hal yang krusial, karena banyak kebiasaan-kebiasaan terkait gizi seseorang yang dimulai pada saat remaja, akan dibawa sampai ketika mereka dewasa. Oleh karena itu, intervensi gizi harus dimulai sedini mungkin (Kemenkes RI, 2019).

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat. Gizi remaja merupakan cerminan masalah gizi pada usia dini dan banyak remaja memasuki tahap perkembangan yang penting ini dalam kondisi menderita stunting, dan/atau anemia dan juga seringkali memiliki berbagai kekurangan zat gizi mikro lainnya. Pada saat yang sama, kebutuhan mereka akan energi, protein, dan zat gizi mikro meningkat secara signifikan dan banyak dari mereka yang mengalami kelebihan berat badan (Kemenkes RI, 2019; Kemenkes RI, 2014).

Saat ini, remaja di Indonesia mengalami beban masalah gizi ganda yaitu peningkatan prevalensi kelebihan dan kekurangan gizi. Remaja usia 16-18 tahun, prevalensi kekurusan juga

mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebesar 8,9% menjadi 9,4% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Sedangkan prevalensi kegemukan pada tahun 2010 secara nasional masih kecil yaitu 1,4%, namun mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6%

obesitas) (Badan Litbang Kesehatan, 2013).

Kesehatan anak usia sekolah dan remaja saat ini menentukan derajat kesehatan generasi bangsa di masa depan. Kita perlu mempersiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya melalui pendidikan kesehatan agar mereka mampu menghindari diri dari permasalahan yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan melalui perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2019).

Ketersediaan akan akses terhadap informasi yang baik dan akurat, serta pengetahuan untuk memenuhi keingintahuan anak usia sekolah dan remaja, akan memengaruhi keterampilan mereka dalam mengambil keputusan untuk berperilaku sehat. Peraturan Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja mengamanahkan strategi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anak usia sekolah dan remaja terhadap 8 (delapan) isu kesehatan remaja melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M). Hal ini sejalan dengan Peraturan Bersama 4 (empat) Menteri 55

(2)

*Moh.Zainul Ma’arif, S1 Gizi, IIKNU Tuban, zenmaarif@gmail.com, 081232729840

tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pelaksanaan UKS/M yang mengamanahkan pengembangan model sekolah sehat serta meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dan pengembangan metode promosi kesehatan yang mendukung UKS/M (Kemenkes RI, 2019).

Tujuan strategis Aksi Bergizi sebagai referensi kesehatan, gizi remaja, serta bagaimana mengatasi masalah sosial yang sesuai dengan tumbuh kembang peserta didik berdasarkan jenjang pendidikan serta mendorong dan menumbuh kembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Siswa dalam mengatasi isu kesehatan remaja dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, diharapkan dapat menjawab permasalahan tantangan yang dihadapi oleh remaja yang beragam mulai dari memahami siklus hidup manusia hingga masa depan yang lebih baik.

Permasalahan gizi pada remaja menjadi semakin kompleks karena keterbatasan fasilitas terkait edukasi gizi yang terdapat di lingkungan sekolah wilayah Kabupaten Tuban. Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan di beberapa sekolah, masih banyak siswa yang masih belum mengetahui status gizi individu. Selain itu juga pengetahuan terkait gizi seimbang masih kurang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terkait gizi melalui kegiatan edukatif “Tim Aksi Bergizi” untuk siswa siswi SMA di Wilayah Tuban agar tidak terjadi masalah gizi ganda.

2. KAJIAN LITERATUR

Remaja adalah kondisi peralihan dari masa anak–anak menuju dewasa. Pada masa ini para remaja mengalami perubahan fisik seperti penambahan tinggi badan hingga 25 cm, perubahan bentuk tubuh dan masa menstruasi, bagi remaja putri, daya tarik seksualitas merupakan faktor yang kuat dan berpengaruh dalam kehidupannya (Deshmukh dan Kulkarni, 2017).

Remaja termasuk kelompok yang rentan mengalami berbagai masalah gizi seperti gizi kurang maupun gizi lebih (Cunningham et al., 2015). Seiring dengan peningkatan populasi remaja di Indonesia, masalah gizi remaja perlu mendapatkan perhatian khusus karena berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi dewasa (Washi dan Ageib, 2010).

Pada masa remaja banyak aktivitas yang dapat dilakukan dalam usaha pengembangan diri dan kepribadian. Mereka mempunyai kegiatan untuk mengisi waktu dari hari kehari, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya membentuk pola kegiatan. Masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, maupun aktivitas yang semakin meningkat, maka kebutuhan akan makanan yang mengandung zat-zat gizi pun menjadi cukup besar (Sumanto, 2009). Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi remaja. Beberapa masalah gizi remaja merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak seperti anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan (Arisman, 2010).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja yang ditandai dengan banyak perubahan, di antaranya pertambahan massa otot, jaringan lemak tubuh, dan perubahan hormon. Perubahan tersebut memengaruhi kebutuhan gizi remaja. Selain itu kebutuhan gizi kepada remaja juga dipengaruhi oleh faktor psikologis dan social (Susetyowati, 2016).

Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh edukator. Edukasi gizi merupakan pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau dalam mempertahankan gizi tetap baik (Notoatmodjo, 2014). Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu (Suliha, 2002).

Tujuan edukasi gizi diantaranya adalah: 1) Terciptanya sikap positif terhadap gizi, 2) terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan sumber-sumber pangan, 3) Timbulnya kebiasaan makan yang baik dan adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi (Suhardjo, 2003). Praktik gizi seimbang, dan edukasi gizi. Edukasi gizi merupakan suatu metode serta upaya untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku makan sehingga terciptanya status gizi optimal (Brun 1985; Ho et al. 2012). Salah satunya dengan adanya tim Aksi 56

(3)

*Moh.Zainul Ma’arif, S1 Gizi, IIKNU Tuban, zenmaarif@gmail.com, 081232729840

Bergizi sebagai salah satu bentuk edukasi gizi terutama untuk remaja.

Tim Aksi Bergizi merupakan wadah atau organisasi yang bisa memberikan edukasi gizi kepada teman sebaya dengan tujuan sebagai upaya edukatif gizi remaja terhadap remaja sebaya, sehingga siswa siswi nantinya dapat mengetahui sejak dini permasalahan maupun cara yang tepat untuk menjaga pola hidup sehat.

3. METODE

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan memberikan materi pada siswa siswi SMA Kabupaten Tuban yang telah mendaftar. Kegiatan aksi bergizi dilakukan di Kampus A Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban.

Kegiatan awal yaitu reqruitment anggota Tim Aksi Bergizi. Adapun tahapannya yaitu Pendaftaran, Seleksi tim, Pembentukan struktur organisasi. memberikan edukasi gizi meliputi gizi seimbang, isi piringku, zat gizi yang dibutuhkan pada remaja, label makanan dan minuman, kantin sekolah dan jajanan sehat, sarapan sehat, konsumsi buah dan sayur, anemia, obesitas, berat badan kurang dan publik speaking, dan evaluasi.

Selain itu terdapat pelatihan untuk pengukuran status gizi pada remaja.

Disamping itu kami juga menyumbangkan timbangan digital kepada para siswa siswi SMA Kabupaten Tuban yang telah mengikuti kegiatan Tim Aksi Bergizi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah Pembentukan Tim Aksi Bergizi yang dilakukan oleh dosen dan HIMAGIZNU (Himpunan Mahasiswa Gizi IIKNU Tuban). Kemudian setelah terbentuk Tim Aksi Bergizi dilanjutkan dengan pembuatan jadwal untuk acara Tim Aksi Bergizi. Kemudian setelah terbentuknya Tim Aksi Bergizi dan jadwal dilanjutkan dengan pembekalan materi.

Gambar 4.1 Pembentukan Tim Aksi Bergizi Pembekalan materi diberikan oleh 3 dosen dosen dari Prodi S1 Gizi dari IIKNU Tuban, kolaborasi dengan beberapa dosen dari prodi lain, dan HIMAGIZNU (Himpunan Mahasiswa Gizi IIKNU Tuban). Adapun materi yang diberikan mengenai Gizi dalam Daur Kehidupan pada Remaja, 10 Pesan Gizi Seimbang, Masalah Gizi Remaja. Pemberian materi ini salah satu bentuk edukasi terhadap siswa siswi mengenai pemahaman gizi remaja dan bisa menerapkan di kehidupan sehari-hari.

Masalah gizi utama saat ini yaitu anemia terutama remaja putri, obesitas karena sedentary lifestyle (gaya hidup kurang gerak) dan pola makan yang salah. Pemahaman ini perlu diberikan kepada remaja agar tidak terjadi peningkatan pada terjadinya resiko penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, jantung, hipertensi, dll.

Sehingga perlu diberikan edukasi gizi terkait masalah gizi yang saat ini banyak di alami oleh beberapa remaja khususnya di Wilayah Tuban.

Anemia juga sering di alami khususnya pada remaja putri. Masalah gizi ini dapat menimbulkan beberapa hal yaitu mengganggu konsentrasi belajar, prestasi di sekolah menurun, melakukan aktifitas sehari-hari tidak optimal.

Selain itu, peserta juga dibekali pengukuran status gizi di laboratorium penilaian status gizi untuk mengetahui status gizi masing- masing peserta menjadi evaluasi mereka untuk menjaga pola makan yang baik dan benar dari segi kualitas maupun kuantitas.

Selain materi terkait gizi, Tim Aksi Bergizi juga diberikan materi public speaking guna untuk melatih mental ketika berbicara di depan umum, karena nantinya mereka akan memberikan edukasi terhadap teman sebayanya.

57

(4)

*Moh.Zainul Ma’arif, S1 Gizi, IIKNU Tuban, zenmaarif@gmail.com, 081232729840

Setelah itu dilakukan ice breaking di akhir materi guna untuk melatih otak dan membangkitkan semangat Tim Aksi Bergizi.

Gambar 4.2 Pembekalan Materi

Hasil evaluasi menunjukkan hampir seluruh peserta memahami konsep 10 pesan gizi seimbang untuk mengurangi risiko terjadinya masalah gizi ganda terutama pada remaja.

Sebelumnya peserta masih belum mengetahui mengenai gizi seimbang terutama pada remaja.

Karena terkait keterbatasan informasi yang ada di sekolah mereka mengenai gizi pada remaja. Selain itu, mereka hanya mencari informasi melalui sosial media yang sumber informasinya terkadang kurang tepat.

Berdasarkan hasil diskusi selama pembekalan, beberapa siswa masih sering tidak sarapan karena jarak antara sekolah dengan rumah siswa cukup jauh, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan perjalanan.

Sehingga mereka sering tidak sarapan. Maka dari itu adanya kegiatan Tim Aksi Bergizi ini diharapkan semua peserta memahami gizi seimbang khusunya untuk remaja, sehingga kedepannya mereka dapat memberikan informasi terkait gizi kepada teman sebayanya. Selain itu mereka juga lebih memperhatikan pola makan dan hidup yang sehat. Untuk mengurangi resiko masalah gizi ganda pada remaja.

5. KESIMPULAN

Kegiatan Tim Aksi Bergizi berupa pemberian edukasi mengenai Gizi dalam Daur Kehidupan pada Remaja, 10 Pesan Gizi Seimbang, dan Masalah Gizi pada Remaja. Hasil dari kegiatan ini cukup baik, seluruh peserta sangat antusias dan

bersemangat dalam mengikuti edukasi dan kegiatan Tim Aksi Bergizi yang telah diberikan.

Tindak lanjut dan peningkatan intensitas pemberian edukasi gizi kepada para siswa siswi SMA di Kabupaten Tuban perlu dilakukan secara berkelanjutan hingga terbentuk kesadaran akan masalah gizi pada remaja. Diharapkan dapat menurunkan masalah gizi ganda pada remaja saat ini.

Apabila hal ini sudah dilakukan, kemudian edukasi dapat dilanjutkan dengan kegiatan aplikatif lainnya terkait gizi pada remaja.

Harapannya setiap sekolah ada tim aksi bergizi yang dapat memberikan edukasi/informasi terkait dengan gizi sehingga membantu masalah gizi remaja.

6. UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Rektor IIKNU Tuban, Kepala Sekolah SMKN 2 Kabupaten Tuban yang telah memberikan ijin dan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat terkait Tim Aksi Bergizi.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada HIMAGIZNU selaku panitia dan siswa siswi SMKN 2 Tuban yang telah mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan baik, sehingga tim dosen dan mahasiswa dapat melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dharma ketiga.

7. REFERENSI

Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan.

Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:

Balitbang Kemenkes RI.

Brun J. 1985. Nutrition education: a model for effectiveness a synthesis of research. J Nutr Educ. 17: ii–S44.

Cunningham, K., Ruel, M., Ferguson, E., dan Uauy, R. 2015. Women’s Empowerment and Child Nutritional Status in South Asia: a Synthesis of The Literature.

Maternal Child Nutrition. 11(1): 1-19.

Deshmukh, V.R. & Kulkarni, A.A. 2017. Body image and its relation with body mass index among Indian Adolescent. Indian Pediatrics. 54: 1025- 1029.

58

(5)

*Moh.Zainul Ma’arif, S1 Gizi, IIKNU Tuban, zenmaarif@gmail.com, 081232729840

Ho M, Garnett SP, Baur L, et al. 2012.

Effectiveness of lifestyle interventions in child obesity:

systematic review with meta- analysis. Pediatrics. 130:1647-1671.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan RI. 2019. Panduan untuk Siswa: Aksi Bergizi, Hidup Sehat Sejak Sekarang untuk Remaja Kekinian.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Notoatmodjo.(2014). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Riset Kesehatan Dasar. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta. 2013.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi.

PT Bumi Aksara: Jakarta.

Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. EGC: Jakarta

Sumanto A. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Susetyowati. 2016. ilmu Gizi Teori dan Aplikasi.

Jakarta: EGC

Washi, S.A. dan Ageib, M.B. 2010. Poor Diet Quality and Food Habits are related to Impaired Nutritional Status in 13-to 18- Year-Old Adolesccent in Jeddah.

Nutrition Research. 30 (8): 527-534.

59

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengetahuan gizi seimbang, pola makan dan aktivitas fisik pada remaja serta diharapkan prevalensi status gizi lebih pada

a Timbang contoh 10 g sampai dengan 20 g W dengan teliti ke dalam Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 30 mL HNO3 pekat dan biarkan 15 menit; b panaskan perlahan selama 15 menit di dalam

Pencegahan melalui kuantifikasi resiko untuk mengetahui profil resiko (Risk Profile), menyiapkan modal penyangga (Capital Buffer) dan menetapkan proses dan organisasi

Nilai safety integrty level yang di peroleh untuk loop emergancy pressure bearing turbin di dapatkan nilai SIL 1 dengan nilai PFD 1,009.Untuk Nilai safety integrty level pada

Tulisan ini mengangkat judul Hubungan korelasi antar lembaga adat di Desa Pakraman Padangtegal- Ubud, Kabupaten Gianyar. Latar belakang penulisan skripsi ini

Meningkatnya upaya penguatan peran Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) dan Bina Keluarga Remaja (BKR) dalam Edukasi Kesehatan Reproduksi (Kespro) dan Gizi

SKRIPSI PENGARUH MEDIA EDUKASI… SHOFIA LATHIFA terhadap Pengetahuan Gizi, Pemenuhan Zat Gizi Dan Status Besi Remaja Putri.. Jurnal Gizi

4 Meningkatnya pengetahuan remaja putri sebagai calon ibu tentang edukasi kespro dan gizi melalui peran pusat informasi konseling (PIK) remaja dan bina ketahanan remaja