• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I Nengah Suastika, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

5.1. Kesimpulan

Pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultural sangat dibutuhkan dalam dalam mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan multikultur siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Singaraja-Bali.

Ada beberapa rasional pentingnya pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultural, yaitu: Pertama, keberagaman merupakan sebuah fakta yang tidak bisa terbantahkan atau realitas hidup yang empirik dan tampil dalam kehidupan manusia. Kedua, manusia merupakan mahluk individual dan sosial sekaligus yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, namun tetap tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya orang lain. Ketiga, globalisasi dengan segala pengaruhnya mengharuskan setiap manusia yang berasal dari beragam warna, etnis, agama, budaya dan daerah untuk bisa bekejasama membangun peradaban manusia yang lebih humanis. Keempat, keberagaman merupakan kehendak dari Tuhan atau Sang Pencipta untuk saling mengenali satu sama lain dan menjadikannya sebagai sebuah kekayaan dan anugrah yang mesti disyukuri, Kelima, hampir semua negara di dunia saat ini merupakan negara yang multikultural, termasuk Indonesia dan masyarakat Bali. Keenam, humanisme merupakan nilai dasar yang mesti dipegang teguh oleh setiap orang untuk dapat mengatakan dirinya sebagai manusia yang beradab dan bermartabat. Ketujuh, sering terjadi konflik yang bernuansa SARA yang diakibatkan karena kurangnya kesadaran multikultural. Kedelapan, pembelajaran yang bersifat demokratis dan menjembatani ekspresi aktual keberagaman etnis, ras, agama dan budaya siswa belum mampu dikembangkan oleh guru Sekolah Dasar di Kota Singaraja.

Pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultural mesti disesuaikan dengan nilai-nilai budaya di mana proses pendidikan dilangsungkan.

Secara filosofis nilai-nilai budaya Bali dikembangkan berdasarakan konsep tri hita karana, yaitu tiga sumber penyebab adanya kesejahteraan dan kebahagiaan

(2)

I Nengah Suastika, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam kehidupan semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di dunia. Tiga hubungan tersebut adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya. Keharmonisan hubungan manusia dengan sesamanya ini, kemudian berkembang menjadi nilai nilai tattwamasi (persaudaraan universal, empati), ahimsa (anti kekerasan/cinta damai), karma phala (hukum karma), tri hita karana (ekosentrisme/kosmosentrisme), rwa bhineda (dualisme kultural/oposisi biner), desa, kala, patra (pluralisme), menyama braya (bekerjasama/solidaritas sosial), tri samaya (kesadaran sejarah), paras-paros sarpanaya (toleransi), salunglung sabayantaka (kebersamaan, sepenangungan dan seperjuangan). Nilai-nilai budaya Bali yang dapat dikembangkan dalam praktek pembelajaran IPS-SD kelas V dan sejalan dengan kesadaran multikultural masyarakat Indonesia adalah nilai- nilai toleransi, empati, cinta damai dan hukum karma. Sedangkan keterampilan multikultural yang relevan dikembangkan adalah kemampuan mengemukakan ide dan gagasan, keterampilan bekerjasama dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah-masalah kultural. Pengembangan kompetensi multikultural ini sejalan dengan tingkat perkembangan anak pada tahap oprasional kongkrit di mana anak sudah memiliki kemampuan untuk memandang perspektif yang berbeda.

Studi empirik menujukkan sampai saat ini belum ada upaya yang bersifat strategis dan sistematis yang dilakukan oleh guru dalam melakukan internalisasi nilai-nilai multikultural dalam praktek pembelajaran pada siswa Sekolah Dasar di Kota Singaraja. Pertama, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru IPS untuk melangsungkan proses pembelajaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang mengandung nilai-nilai multikultural dengan rencana pembelajaran (RPP) yang standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasarnya (KD) tidak mengandung muatan multikultur dibuat dengan cara dan model yang sama. Kedua, selama ini guru-guru IPS di Kota Singaraja masih menggunakan model belajar yang sama untuk melangsungkan proses pembelajaran IPS untuk standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang menagndung muatan multikultur mapun untuk pembelajaran IPS yang

(3)

I Nengah Suastika, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) tidak ada muatan multikulturalnya. Ketiga, model evaluasi yang digunakan guru untuk mengevaluasi pembelajaran IPS untuk standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang menagndung muatan multikultural, belum menujukkan dimensi- dimensi keterampilan multikultural yang sejalan dengan nilai-nilai budaya masyarakat di mana proses pendidikan dilangsungkan.

Pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultural perlu mengintegrasikan dan menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa dan kemampuan guru. Pertama, pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultur mesti didasarkan pada filsafat konstruktivis yang memberikan keleluasaan kepada peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahaun, nilai-nilai dan keterampilan dengan mediasi dan fasilitator dari guru. Kedua, pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultural yang dikembangkan di Kota Singaraja mesti memperhatikan nilai-nilai sosial kultural yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga mudah diterapkan guru dan mudah diikuti oleh siswa. Ketiga, sintaks model pembelajaran multikultural yang dikembangkan mesti mampu menjadikan praktek pembelajaran di kelas sebagai laboratorium hidup masyarakat multikultural dengan segala dimensinya, sehingga bersifat kontektual dan bermakna bagi kehidupan riil siswa. Keempat, pengembangan model pembelajaran multikultural mesti mampu mengengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik sekaligus sebagaimana tuntutan tujuan pembelajaran IPS.

Berdasarkan studi pustaka dan analisis empirik sebagaimana digambarkan di atas, maka sintaks model pembelajaran IPS berbasis multikultural terdiri dari enam fase, yang diawali dengan fase inisiasi, individual opinion, kelompok multikultural, multicultural opinion, implementasi dan diakhiri dengan proses refleksi. Fase-fase dalam proses pembelajaran multikultur menunjukkan model pembelajaran multikultural dibangun berdasarkan filafat konstruktivis dan termasuk dalam kelompok model pembelajaran sosial. Proses-proses dalam pembelajaran multikultural lebih banyak bertumpu pada proses kerjasama untuk

(4)

I Nengah Suastika, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menghasilkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan multikultur yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Enam fase dalam model pembelajaran IPS berbasis multikultur juga menunjukkan adanya kegiatan yang melatih dan mengembangkan keterampilan majemuk siswa dan adanya kesempatan yang sama untuk semua siswa dalam mengembangkan potensi serta karya kreatifnya sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini tampak dalam tiga kali sikulus pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan untuk menyempurnakan model pembelajaraan IPS berbasis multikultur. Tiga siklus pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SD Laboratorium Undiksha dapat memformulasikan sintaks model pembelajaran IPS berbasis multikultur dengan bentuknya yang paling ideal.

Hasil praktek pembelajaran IPS berbasis multikultur dalam uji coba terbatas diperkuat dengan hasil eksperimentasi model. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa pengetahuan multikultur siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis multikultur lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja. Demikian juga dengan hasil uji hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa sikap multikultural siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis multikultur lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja. Hasil uji hipotesis ketiga juga menunjukkan bahwa keterampilan multikultur siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis multikultur lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja

Demikian juga dengan uji hipotesis keeampat yang menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan keterampilan multikultural yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(5)

I Nengah Suastika, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengetahuan, sikap dan keterampilan multikultur siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran IPS berbasis multikultur lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka ada beberapa rekomendasi yang layak untuk di kedepankan, yaitu:

Pertama, bagi guru, berdasarkan penelitian dan pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultur yang dilakukan di SD Kota Singaraja Provinsi Bali terformulasikan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru- guru IPS-SD di Kota Singaraja lebih banyak masih terpola pada proses ekspositori dengan mengejar ketuntasan materi dibandingkan dengan proses konstruksi siswa, sehingga perlu dilakukan perubahan paradigma menuju pada pemahaman dan keterampilan dengan berlandaskan pada paham konstruktivistik. Pembelajaran yang mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara simultan sebagaimana paham konstruktivistik mesti dilangsungkan dengan melibatkan siswa secara penuh dari awal sampai akhir pembelajaran dengan menjadikan guru sebagai mediator dan fasilitator pembelajaran.

Kedua, bagi siswa, model pembelajaran IPS berbasis multikultur yang berlandaskan filsafat konstruktivis menuntut terjadinya perubahan pada pola belajar siswa, dari siswa pasif menuju pada siswa aktif, dari teacher centere menuju pada student centere. Demikian juga pada setiap fase model pembelajaran berbasis multikultur menuntut keterlibatan siswa secara penuh dalam mencari, memformulasikan, menganalisis dan menyimpulkan berbagai konsep, fakta dan data yang berkaitan dengan materi yang mesti dipahami. Melalui fasilitator dari guru siswa mengembangkan keterampilan individual, sosial, moral dan spiritual yang dikondisikan, sehingga proses-proses yang dilalui oleh siswa dapat diarahkan pada upaya pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan standar kompetensi lulusan.

(6)

I Nengah Suastika, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ketiga, bagi pelaku pendidikan, studi pendahuluan tentang pengembangan dan implementasi perangkat pembelajaran, model pembelajaran dan model evaluasi berbasis multikultural pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi IPS yang mengandung muatan multikultur belum dilakukan dengan pendekatan perangkat, model pembelajaran dan model evaluasi berbasis multikultural dalam pembelajaran IPS-SD di Kota Singaraja. Berkenaan dengan itu, diperluka adanya upaya yang bersifat terstruktur baik dari guru, kepala sekolah mapun praktisi pendidikan untuk mengintegrasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan multikultur dalam praktek pembelajaran IPS-SD, sehingga internalisasi kompetensi multikultur dapat diterjadikan secara optimal. Pada penelitian ini juga dapat diformulasikan model evaluasi yang memenuhi syarat- syarat pengembangan model evaluasi yang memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, sehinggga dapat diterapkan dalam praktek pembelajaran IPS.

Keempat, hasil eksperimentasi model pembelajaran IPS berbasis multikultural dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan model pembelajaran IPS berbasis multikultural menujukkan efektifitas yang lebih baik dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan multikultural siswa dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berkenaan dengan itu, maka model pembelajaran IPS berbasis multikultural merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk melangsungkan proses pembelajaran IPS yang standar kompetensi, kompetensi dasar dan materinya mengandung nilai-nilai multikultural.

Kelima, model pembelajaran IPS berbasis multikultural yang dikembangkan berdasarkan pada nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia sangat familiar dengan kehidupan dan budaya sehari-hari guru. Berkenaan dengan itu, maka kepala sekolah, sebagai administrator dan manajer yang bertangungjawab terhadap keberhasilan serta pengelolaan sekolah, dapat menjadikan model pembelajaran IPS berbasis multikultural ini sebagai salah satu alternatif dalam membudayakan pembelajaran yang berbasis kearifan budaya dalam pembelajaran

(7)

I Nengah Suastika, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

IPS, sehingga lebih familiar terhadap pengetahuan, budaya dan keterampilan guru di sekolahnya masing-masing, khususunya bagi guru-guru IPS-SD. Proses ini dapat dilakukan oleh kepala sekolah melalui rekomendasi dan sosialisasi terhadap guru-guru IPS yang ada di lingkungan sekolahnya.

Keenam, siklus penelitian tindakan kelas dan eksperimentasi model pembelajaran IPS berbasis multikultural juga menunjukkan model pembelajaran ini mampu mengembangkan kemampuan personal, sosial, moral dan spiritual siswa (multi intelgensi). Berkenaan dengan itu, siswa dapat menjadikan pola pembelajaran dalam model pembelajaran IPS berbasis multikultural ini sebagi salah satu sarana dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memahami kearifan budaya dalam mengartikulasi multikultural bangsanya secara arif dan bijaksana, sehingga bisa hidup secara damain dan harmonis dalam keberagaman.

Di sisi lain model pembelajaran IPS berbasis multikultur juga mampu membangun motivasi belajar, bersifat menantang, berbasis budaya, menyenangkan dan bermakna bagi kehidupan riil siswa, sehingga sangat relevan untuk dipraktekkan dalam pembelajaran IPS.

Ketujuh, pelaksanaan penelitian yang dilakukan selama tiga kali siklus menujukkan masih adanya kelemahan-kelemahan dalam praktek pembelajaran IPS berbasis multikultural, hal ini ditujukkan dengan belum tuntasnya semua siswa dalam mengembangkan pengetahuan multikulturnya sampai pada tiga kali siklus pembelajaran. Berkenaan dengan itu, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dan komperhensip, sehingga mampu menghasilkan produk model pembelajaran yang optimal. Di sisi lain, pelaksanaan penelitian ini baru dapat dilaksanakan sampai tahap pengembangan, yang disebabkan karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Berkenaan dengan itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan yang berupa diseminasi terhadap hasil penelitian dan pengembangan ini, sehingga dapat dipergunakan secara luas oleh guru-guru IPS-SD.

Kedelapan, penelitian dan pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultur ini mampu mengembangkan konsep dan desian baru tentang perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran yang dibangun

(8)

I Nengah Suastika, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berdasarkan filsafat konstruktivis untuk meningkatkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan multikultural siswa. Berkenaan dengan itu, maka peneliti yang akan melakukan penelitian yang sejenis dapat menjadikan hasil penelitian dan pengembangan ini sebagai salah satu pedoman dalam mengembangkan bahan ajar dan model-model pembelajaran yang berbasis pada kearifan budaya, khususnya dalam pengembangan pembelajaran IPS yang memang harus berangkat dari kondisi sosial empirik di mana pembelajaran itu dilangsungkan.

Referensi

Dokumen terkait

Masing-masing sampel tanah ditimbang sebanyak 5 gram, sampel yang digunakan yaitu tanah kebun, tanah pekarangan, dan tanah pinggir jalan.Setelah ditimbang sampel

Upah pegawai operator komputer pelaksanaan promosi pariwisata nusantara didalam dan diluar daerah. Jasa Lainnya

Berdasarkan hasil temuan, kritik sosial melalui gaya bahasa dalam program Sentilan Sentilun dapat dijadikan sebagai bahan ajar pada materi pembelajaran teks anekdot

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi: mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,

Denpasar Utara, Perda No.. Denpasar Utara,

Empat komponen dasar pada bauran pemasaran adalah formulasi produk yang sesuai dengan perubahan kebutuhan target pelanggan, harga yang sesuai digunakan untuk

Banyak perusahaan saat ini yang menggunakan teknologi informasi untuk mengembangkan sistem lintas fungsi perusahaan yang terintegrasi, yang melintasi berbagai batas

Hasil penelitian ini mendukung berdasarkan penelitian dari Fitria (2010) yang berjudul “Efektivitas Metode Index Card Match pada materi Pokok Bilangan dalam Meningkatkan Hasil