• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

55

DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI

Fitri Nadifah, Anik Nuryati, Nurdina Irawati STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Dengue fever is one of the Indonesia’s health problem. This fever is caused by Aedes aegypti mosquito species as the main vector of dengue virus to spread. Preventing action can be done by using insecticides. Synthetic insecticide has bad impacts for the environment and human health. Lemon basil leaves (Ocimum citriodorum) has active components so it potential as biological insecticide. This research was conducted to study the larvacide activity of lemon basil leaves against Aedes aegypti larvae.

Methods: Aedes aegypti third larvae instar stage were used in this study. The larvacide activity was being carried out by different concentration of lemon basil leaves (4%, 4,2%, 4,4%, 4,6%, 4,8%, 5%). The numbers of death larvae on each treatment were counted. Statistical test performed by ANNOVA and linear regression using SPSS version 15.0 program.

Results: Lemon basil leaf extract 5.0% resulted in the highest mortality of mosquito larvae (48.75%). ANNOVA statistical test showed that there was a significant effect of lemon basil leaf extract against Aedes aegypti mosquito larvae. Linear regression analysis showed that the larvicidal lemon basil leave extract is 61.1%.

Conclusion: Lemon basil leave extracts have larvacide ability to kill Aedes aegypti larvae. Further studies may be conducted to know the LC 50 concentration of lemon basil leave extract which can be developed as a biological insecticide.

Keywords: lemon basil leaves, larvae, Aedes aegypti

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan

merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional, yang

bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi semua penduduk indonesia. Salah satunya adalah pengendalian vektor penyakit. Hal ini sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 22 ayat 2, yang berbunyi, “pengendalian vektor

penyakit merupakan tindakan

pengendalian untuk mengurangi atau

melenyapkan gangguan yang

ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti serangga (nyamuk Anopheles dan nyamuk Aedes aegypti), binatang pengerat (rodent)” (Imansyah, 2003).

Nyamuk Aedes aegypti merupakan

vektor utama penyakit yang

menularkan virus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Penyakit

ini menyerang semua usia, terutama anak- anak, dengan sejumlah gejala hingga dapat menimbulkan kematian (Imansyah, 2003). Priyatno, dkk. (2002) menyatakan kasus DBD cukup besar setiap tahunnya. Bertambahnya jumlah kasus DBD selain karena faktor kepadatan penduduk, musim, dan mobilisasi penduduk, juga disebabkan oleh kurangnya partisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti.

Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida sintetis. Insektisida sintetis yang selama ini banyak digunakan memiliki dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Selain itu pemberantasan nyamuk dengan insektisida sintetis juga membutuhkan biaya yang cukup besar (Agustini dkk. 2004). Oleh karena itu diperlukan insektisida dari bahan hayati yang aman bagi

(2)

56

kesehatan dan lingkungan sebagai alternatif pengganti insektisida sintetis. (Hernady, 1998). Selain efektif sebagai pengendali vektor penyakit, insektisida hayati lebih mudah terdegradasi dan relatif tidak mencemari lingkungan (Krisdayanta, 2002).

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan insektisida hayati adalah daun kemangi (Ocimum citriodorum). Tumbuhan ini banyak ditemukan di seluruh daerah di Indonesia dan telah lama dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk berbagai pengobatan Berbagai bahan aktif yang terkandung dalam daun kemangi berpotensi sebagai insektisida (Guether, 1985). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya larvasida daun kemangi dalam membunuh larva Aedes aegypti.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan larva nyamuk Aedes aegypti instar III. Ciri dari larva nyamuk Aedes aegypti instar III yaitu berukuran 4-5 mm atau 3-4 hari setelah telur menetas, duri-duri dada mulai jelas dan corong

pernapasan berwarna cokelat

kehitaman. Pada abdomen ke-8 terdapat gerigi (duri lateral).

Penelitian ini dimulai dengan uji pendahuluan untuk mengetahui kisaran konsentrasi optimum daun kemangi yang dapat membunuh larva nyamuk.

Uji pendahuluan dilakukan

menggunakan konsentrasi daun

kemangi 2%, 3%, 4%, 5%, 6% dan 7%. Hasilnya didapatkan bahwa kisaran optimum konsentrasi ekstrak daun kemangi adalah 4,0 – 5,0%.

Larva ditempatkan dalam cawan petri sebagai kelompok-kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri atas 20 larva yang diberi perlakuan konsentrasi ekstrak daun kemangi yang berbeda, yaitu 4%, 4,2%, 4,4%,

4,6%, 4,8%, 5%. Masing-masing konsentrasi dilakukan ulangan sebanyak empat kali. Ekstraksi daun kemangi dilakukan dengan cara maserasi. Dari 2 kg daun kemangi yang diekstrak dengan cara maserasi, diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 59,8 %. Hasil ekstraksi kemudian diencerkan dengan akuades sampai mencapai konsentrasi yang dimaksud. Sebagai kontrol negatif digunakan akuades (konsentrasi ektrak daun kemangi 0%). Kondisi lingkungan, seperti suhu, kelembapan dan pH air

disesuaikan dengan syarat

pertumbuhan optimal larva nyamuk. Menurut Ulie (2010), larva nyamuk akan tumbuh dan berkembang optimal pada suhu ± 300C dan kelembapan di

bawah 80%. Menurut Suwasono

(1997), pH 7 adalah pH yang netral untuk pertumbuhan nyamuk dari stadium telur.

Persentase kematian larva nyamuk dihitung berdasarkan jumlah larva yang mati untuk tiap kelompok perlakuan. Kematian larva Aedes aegypti adalah suatu kondisi larva tidak dapat melakukan aktivitas dan tidak bergerak ketika diganggu dengan pengaduk. Uji statistik dilakukan dengan metode one way ANNOVA dan regresi linier

menggunakan program komputer

SPSS versi 15.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan pemberian ektrak daun kemangi terhadap larva nyamuk dilakukan selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan terhadap jumlah larva yang mati. Dari hasil

pengamatan diketahui bahwa

konsentrasi ekstrak daun kemangi 5,0% mengakibatkan kematian larva yang paling tinggi (Tabel 1).

(3)

57 Tabel 1. Persentase kematian larva Aedes aegypti dengan perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum citriodorum)

Ulangan Kontrol

Jumlah kematian larva nyamuk Aedes aegypti 0% 4,0% 4,2% 4,4% 4,6% 4,8% 5,0% 1 0 4 3 3 5 6 11 2 0 2 2 5 3 10 10 3 0 2 2 5 7 7 10 4 0 2 7 6 8 3 8 Rata-rata 0 2,5 3,25 4,75 5,75 6,5 9,75 Pembulatan 0 3 3 5 6 7 10 Persentase (%) 0 12,5 16,5 23,75 28,75 32,5 48,75

Pada cawan petri yang berisi akuades sebagai kontrol, tidak ada larva yang mati. Pengukuran kondisi lingkungan tempat hidup nyamuk menunjukkan bahwa suhu lingkungan 28,50C. Tidak adanya larva yang mati

menunjukkan bahwa suhu lingkungan

sudah sesuai dengan syarat

pertumbuhan optimal dari larva nyamuk. Dari Tabel 1 terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun kemangi, maka jumlah larva yang mati juga semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kemangi terbukti mampu membunuh larva nyamuk Aedes aegypti.

Dari Uji kenormalan data diperoleh hasil nilai signifikan 0,396 dengan taraf signifikan 5% (sig>0,05) sehingga diperoleh data yang homogen, kemudian dilanjut dengan uji Anova. Ekstrak daun kemangi diperoleh hasil F hitung sebesar 6,795 nilai F hitung tersebut lebih besar dari F tabel yaitu 3,68 dan nilai signifikansinya adalah 0,001 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada pengaruh yang signifikan berbagai konsentrasi ekstrak daun kemangi terhadap kematian larva Aedes aegypti.

Dari hasil uji Post Hoc test One Way Anova didapatkan nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi 5 % (sig < 0,05) yang berarti antar kelompok konsentrasi 4% , 4,2% , 4,4% , 4,6% , 4,8% , 5% ekstrak daun kemangi memiliki pengaruh yang

signifikan. Dari hasil uji Regresi Linier diperoleh nilai F hitung adalah 61,1 berarti besar daya larvasida terhadap larva Aedes aegypti adalah sebesar 61,1% sisanya sebesar 38,9 % dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah kematian larva dapat berupa cahaya dan nutrisi. Larva tidak dapat hidup jika terkena matahari langsung. Untuk mengendalikan faktor cahaya ini, cawan petri diletakkan pada tempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung. Pemberian nutrisi berupa pelet dilakukan pada tahap persiapan atau sebelum larva mencapai tingkat instar III. Pada saat penelitian, larva tidak diberi pelet

Daya bunuh insektisida hayati berasal dari senyawa kimia yang dikandungnya, seperti alkaloid, eugenol,

saponin

, flavonoid dan tanin. Senyawa-senyawa ini bersifat racun perut atau racun kontak terhadap serangga. Sebagai racun perut, insektisida memasuki tubuh serangga melalui saluran pencernaan makanan. Sebagai racun kontak, insektisida memasuki tubuh serangga melalui dinding tubuh. Di samping itu daun kemangi juga mengandung senyawa kimia yang menyebabkan gangguan

pada sistem saraf serangga.

Gangguan ini menghalangi rangsangan dari sistem saraf pusat ke otot

(4)

58

kekejangan dan lumpuh pada otot serangga. Proses inilah yang menyebabkan kematian dari serangga (Kasumbogo, 1993).

Flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat nafsu makan serangga (Dinata, 2008). Saponin dapat menghambat kerja enzim

proteolitik yang menyebabkan

penurunan aktivitas enzim pencernaan dan penggunanaan protein (Suparjo, 2008). Tanin dapat menurunkan kemampuan mencerna makanan pada serangga dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan (Dinata, 2008). Saponin ternyata dapat

mengikat sterol bebas dalam

pencernaan makanan dimana sterol berperan sebagai prekursor hormon edikson, sehingga denga menurunnya jumlah sterol bebas akan mengganggu proses pergantian kulit pada serangga (Dinata, 2008).

Tanin dapat menurunkan

kemampuan mencerna makanan pada serangga dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan (protease dan amilase). Tanin juga mampu menganggu aktivitas penyerapan protein pada dinding usus. Respon larva terhadap senyawa ini adalah menurunnya laju pertumbuhan dan gangguan nutrisi (Dinata, 2008).

Konsentrasi ekstrak daun

kemangi 5,0% mengakibatkan

kematian larva sebesar 48,75%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 5,0% belum mencapai dosis LC 50 karena

kematian larva nyamuk belum

mencapai 50%. Dengan demikian, untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan konsentrasi ekstrak daun kemangi lebih tinggi untuk mencapai dosis LC 50.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa daya larvasida berbagai konsentrasi daun kemangi (Ocimum citriodorum) terhadap kematian larva Aedes aegypti adalah sebesar 61,1%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun kemangi, semakin tinggi jumlah larva nyamuk yang mati. Pada konsentrasi 5,0%

ekstrak daun kemangi mampu

membubuh larva nyamuk sebesar 48,75% dan belum mencapai LC 50. Penelitian lanjut diperlukan Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dengan konsentrasi ekstrak daun kemangi yang lebih tinggi dari 5,0% agar bisa mencapai LC 50.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, S.W., Prajoga dan A.C. Hadidjah. 2004. Faktor resiko kegagalan pengobatan malaria di kecamatan mlati kabupaten sleman. Jurnal Berkala Kedokteran. Yogyakarta.

Darajatin, S.R. 1986. Pengujian Toksisitas 4 Jenis Biji Annona terhadap Lalat Rumah (Musca domestica L.), Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta.

Dinata, A. 2008. Ekstrak Kulit Jengkol atasi Larva DBD.

Guenther, E. 1985. Penggunaan Teknologi Minyak Atsiri. Diterjemahkan Oleh S. Kateren. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hernady, S., 1998. Permasalahan Pengendalian Vektor dengan Cara Kimia dan Cara-cara Penanggulangannya. Jakarta. Imansyah, B. 2003. Ekstrak Serei, Pengusir Nyamuk Alamiah.

Krisdiyanta, 2002. Efikasi Insektisida Berbagai Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Terhadap Larva Aedes aegypti dan Anopheles aconitus di Laboratorium. Thesis S-2 Ilmu Kesehatan Lingkungan UGM. Yogyakarta.

(5)

59 Kasumbogo, U. 1993. Pengantar Pengolahan

Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Priyatno, A.E., Tatty dan A. Soemantri. 2002. Gambaran Elektromagnetik Pada Penderita Demam Berdarah Dengue. Jakarta.

Suwasono, H. 1997. Berbagai Cara Pemberantasan Larva Aedes. Diunduh dari http://www.kalbefarma.com.

Ulie. 2010. Ora Et Labora. Diunduh tanggal 20 Juli 2012 dari www.kireyellow.blogspot.com

Referensi

Dokumen terkait

Bedasarkan dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru pegawai swasta SMP Negeri 1 Rambah dengan SMP Muhammadiyah Rambah

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan model pembelajaran Problem Based Learning adalah untuk memberikan penguatan kepada siswa, melatih

Peneliti mengucapkan bersyukur kepda kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Inquiry

Pada penelitian ini, data utama yang digunakan adalah data post Instagram yang diambil dari Web Instagram dengan teknik ekstraksi data web berdasarkan suatu

Ativitas guru yang diamati pada siklus 1 secara keseluruhan mendapat skor 46,75 dari skor ideal 70 dengan presentase 66,78% namun hal ini masih belum dapat dikategorikan

*Klik tombol Cari untuk mencari data trial balance yang akan dihapus *Klik tombol Hapus untuk menghapus data trial balance yang telah dicari *Klikt tombol Batal untuk kembali

Di tengah ekspektasi terjadinya konsolidasi harga batubara, kami tetap memiliki preferensi terhadap saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) oleh karena: a) ini adalah strategi

standar fasilitas kelas rawat inap demi memberikan.. 124 perlindungan