• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa

Salah satu bidang pengembangan dlam pertumbuhan kemampuan dasar di Taman Kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam symbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir.

Belajar bahasa yang sangat krusial terjadi pada anak sebelum 6 tahun. Oleh karena itu, taman kanak-kanak atau pendidikan pra sakolah merupakan wahana yang sangat penting dalam mengembangkan bahasa anak. Anak memperoleh bahasa dari lingkunga keluarga dan dari lingkungan masyarakat. Perkembangan bahasa yang baik bagi mereka, dapat meningkatkan kosakata dengan cepat. Anak akan belajar bagaimana berpertisipasi dalam suatu percakapan dan menggunakan bahasanya untuk memecahkan masalah. Menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, anak akan mendapatkan benyak sekali kosakata, sekaligus dapat mengekspresikan dirinya melalui bahasa.

Pengertian bahasa yang lain juga dikemukakan oleh Badudu (dalam Gunarti, dkk, 2008: 1.35) yang menyatkan bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem bunyi yang arbitler (mana suka)

6

(2)

dipergunakan masyarakat dalam rangka kerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Seorang anak dapat mempelajari bahasa dengan berbagai cara dari komunitas belajarnya. Ketika seorang anak terdiam saat menyimak orang tua atau teman berbicara atau melihat dan membaca gambar atau tulisan maka mereka dapat memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh.

Untuk selanjutnya Yusuf (dalam Yudha dkk, 2005: 24) memaparkan bahwa bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.

Brewer (dalam Suyanto 2005:73) mengatakan bahwa anak mulai memeram atau cooing yaitu melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara berulang, seperti suara

burung yang sedang bernyanyi. Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan satu kata seperti “maem” yang dimaksud minta makan dan “cucu” yang dimaksud minta susu.

Anak pada umumnya belajar nama-nama benda yang ada disekitarnya sebelum kata-kata yang lain.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahawa bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan sebagai alat penghubung atau alat komunikasi antar individu untuk menyatakan pendapat, perasaan dan keinginan.  

2. Tahap Perkembangan Bahasa dan Bicara Anak Secara Umum

Potensi akan berkembang lebih cepat menjadi pola kebiasaan dimana perkembangan pada usia dini berpengaruh bagi diri anak sepanjang hayat dan mempengaruhi penyesuaian pribadi serta sosialnya, bertambahnya usia perilaku yang

(3)

dibentuk dan terbentuk pada awal kehidupan cenderung akan bertahan. Menurut Musfiroh (2008:7) Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Bahasa adalah suatu system symbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (unit bahasa), semantik (variasi arti), dan pragmatik (penggunaan bahasa). Dengan bahasa anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaanya pada orang lain.

Perkembangan bahasa juga terbagi atas dua periode besar, periode tersebut yaitu periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun).

Perubahan terhadap sesuatu yang diajarkan lebih dini akan menjadi semakin cepat dan lebih mudah serta akan lebih mudah dan cepat untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan perubahan yang diharapkan dalam proses pengembangan. Secara umum tahap- tahap perkembangan anak dapat dibagai kedalam beberapa rentang usia, yang masing- masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri. Menurut Ahmad Susanto (2001: 75) terhadap perkembangan ini sebagai berikut:

a. Tahap I (Pralinguistik), yaitu antara 0 – 1 tahun

Tahap ini terdiri dari tahap meraban-1 (pralinguistik pertama) dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam dimanan anak akan mulai menangis, tertawa, dan menjerit. Tahap meraban-2 (pralinguistik kedua) pada dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari bulan keenan hingga satu tahun.

b. Tahap II (Linguistik)

Tahap ini terdiri dari tahap I dan II. Tahap-1; holafrastik (1 tahun), ketika anakanak mulai menyatakan makana keseluruhan frasa atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini

(4)

juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak hingga kurang lebih 50 kosakata.

Tahap-2; frasa (1 – 2), pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50 – 100 kosakata.

c. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun).

Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram. Dilihat dari aspek pengembangan tata bahasa seperti: S-P-O, anak dapat memperjuangkan kata menjadi satu kalimat.

d. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6 – 8 tahun).

Tahap ini ditandai dengan kemampuan yang mampu menggabungkan kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks.

Adapun menurut Vygotsky (dalam Moeslichatoen, 2004: 18) ada tiga tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembangan berepikir denga bahasa:

a. Tahap eksternal

Tahap eksternal merupakan tahap berpikir denga bahasa yang disebut berbicara secara eksternal.

b. Tahap egosentris

Tahap egosentris adalah tahap dimana pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan.

c. Tahap berbicara secara internal

Tahap berbicara secara internal merupakan tahap berbicara secara internal.

3. Fungsi Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

(5)

Dalam pembahasan fungsi berbahasa bagi anak taman kanak-kanak, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, terutama ditujukan pada fungsi secar langsung pada anak itu sendiri ada beberapa sumber yang telah mencoba mamberikan pembelajaran dari fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak, diantaranya menurut Depdiknas (dalam zsusanti, 2000) fungsi perkembmangan bahasa bagi anak prasekolah adalah sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan, sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak dan sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

Terdapat beberapa fungsi bahasa menurut Halliday (dalam Moeslichatoen 2004:

95) yaitu bahasa sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan anak untuk menyatakan keinginannya. Hal ini biasanya dinyatakan dengan “saya ingin”. Bahasa juga berfungsi mengatur anak untuk dapat mengendalikan tingkah laku orang lain. Bahasa berfungsi sebagai hubungan antar pribadi dalam lingkungan sosial. Selanjutnya bahasa juga berfungsi bagi diri anak sendiri. Anak menyatakan pandangannya, perasaannya, dan sikapnya yang unik serta melalui bahasa anak dalam membangun jati diri anak.

Lain halnya menurut Gardner (dalam Susanto 2011: 8) bahwa fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanat adalah sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak. Secara khusus bahwa fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak adalah untuk mengembangkan ekspresi, perasaan, imajinasi, dan pikiran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak taman kanak-kanak antara lain; (a) sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan, (b) sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan

(6)

intelektual anak, (c) sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak, dan (d) sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

B. Metode Eksplorasi dengan Kegiatan Karyawisata 1. Pengertian Metode Eksplorasi

Tailor (dalam Yudha, 2005: 29) menyatakan bahwa aktifitas eksplorasi memungkinkan anak taman kanak-kanak untuk melakukan percobaan terhadap perilaku dirinya dan mengambil keputusan mengenai apa yang dilakukan.

Rachmawati, dkk (2005:64) mengemukakan bahwa kegiatan eksplorasi merupakan suatu penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, terutama sumber-sumber alam yang yang terdapat ditempat itu. Eksplorasi dapat dikatakan kegitan memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru.

Dengan belajar melalui alam sekitar anak dapat mengenal berbagai makhluk, warna, bentuk, bau, rasa, bunyi dan ukuran melalui alam. Anak dapat meniru dan membuat duplikasi alam sesuai imajinasi dan kemampuannya.

Nicholas Yudha (2005: 28) menguraikan bahwa strategi mengajar eksplorasi merupakan strategi yang lebih memfokuskan pada siswa. Dalam strategi mengajar eksplorasi ini tugas gerak dirancang untuk memungkinkan anak bergerak secara bebas sepertiyang mereka inginkan, dalam batas keamanan yang selalu terjaga.

Strategi pembelajaran dapat dilakukan di taman kanak-kanak. Strategi ini memungkinkan untuk memberikan anak peluangkerja mandiri dan menggali kemampuannya sendiri. Selain itu juga dapat mengahsilkan rasa percaya diri yang lebih besar pada diri anak itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa melalui kegiatan eksplorasi anak dapat memiliki wawasan informasi yang lebih luas dan

(7)

nyata, menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih mendalam, dan memperjelas pengetahuan yang telah dimilikinya. Melalui penjelajahan alam sekitar, anak dapat mengenal berbagai makhluk, warna, bentuk, bau, rasa, bunyi atau ukuran. Melalui alam anak juga dapat membuat peniruan alam sesuai imajinasi dan kemampuannya. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada anak.

2. Pengertian Kegiatan Karyawisata bagi Anak Taman Kanak-kanak

Karyawisata merupakan salah satu metode melaksanakan kegiatan pengajaran di taman kanak-kanak dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda- bendalainnya. Pengamatan secara langsung bagi anak memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya. Pengamatan ini juga diperoleh melalui penca indera yakni mata, telinga, lidah, hidung, dan tangan.

Gunarti (2008: 4.22) Metode karyawisata sering diidentikkan dengan kegiatan darma wisata atau rekreasi yang hanya dilaksanakan di akhir tahun kegiatan pengembangan. Padahal, metode karyawisata merupakan suatu metode yang memungkinkan pendidik untuk mengajak anak berkunjung ka suatu temapat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu hal secara lebih mendalam dan konkret. Metode karyawisata akan mambantu anak memahami kehidupan nyata dalam lingkungan sekitar mereka.

Moeslichatoen (2004: 70) mengatakan bahwa anak TK dengan Menggunakan kelima inderanya untuk mengamati dunia nyata secara langsung dalam kegiatan karyawisata dapat mengembangkan pengetahuan dan memperluas wawasan:

(8)

a. Setiap benda itu mempunyai sifat-sifat yang dapat dilihat, dibau, didengar, dirasakan, dan diraba serat dapat dideskripsikan.

b. Benda-benda itu dapat dibandingkan satu dengan yang lain berdasarkan persamaan dan perbedaan yang dapat dilihat, dibau, didengar, dirasakan, dan diraba.

c. Benda-benda itu dapat digolong-golongkan berdasarkan kesamaan sifat yang dapat dilihat, dibau, dirasakan, dan diraba.

Menurut Catherin Landerth (1986: 422) dalam Gunarti karena proses belajar anak TK lebih ditekan pada “berbuat” daripada mendengarkan ceramah, maka mengajar anak usia TK itu lebih merupakan pemberian bahan dan aktivitas sedemikian rupa sehingga anak belajar menurut pengalamannya sendiri. Ini berarti bahwa melalui karyawisata diharapkan anak mendapat kesempatan yang luas untuk melakukan kegiatan dan dihadapkan dengan bermacam benda yang dapat menarik perhatiannya, memenuhi kebutuhan rasa ingin tahunya, dan mengadakan kajian terhadap fakta yang dihadapi secara langsung. Karyawisata memberi kesempatan anak untuk melihat, mendengar, membau, mengecap, dan merabatentang benda-benda disekitarnya.

Berbagai macam pengalaman yang diperoleh dengan tangan pertama tesebut merupakan hal yang menarik perhatian dan akan mendorong anak ingin mengetahui dan mengkaji lebih lanjut semua hal yang dipersepsikan.

3. Tujuan Karyawisata

Sesuai dengan kemungkinan manfaat yang diperoleh anak TK dari kegiatan karyawisata, yakni menumbuhkan minat, meningkatkan perbendaharaan kata, pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan hidup masyarakat, penghargaan terhadap karya dan jasa, maka tujuan karyawisata dapat diarahkan pada

(9)

pengembangan aspek perkemabangan anak TK yang sesuai. Ada beberapa pengembangan aspek perkembangan anak TK yang cocok dengan program kegiatan belajar melalui karyawisata. Program kegiatann belajar yang cocok dengan metode karyawisata antara lain pembangunan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi dan kehidupan bermasyarakat, serta penghargaan terhadap karya dan jasa orang-orang tertentu. Tujuan karyawisata juga perlu dikaitkan dengan tema-tema yang sudah ditetapkan pada program kegiatan belajar anak TK.

Penggunaan tema-tema yang terdapat dalam garis besar program kegiatan belajar bagi anak TK, maka metode karyawisata telah menunaikan fungsinya sebagai alat mencapai tujuan pendidikan anak TK yang sesuai.

4. Manfaat Karyawisata

Karyawisata bagi anak TK dapat dipergunakan merangsang minat mereka terhadap minat sesuatu, memperluas informasi yang telah diperoleh di kelas, memberikan pengalaman mengenai kenyataan yang ada, dan dapat menambah waawasan (Gunarti:

8.4).

Melalui karyawisata anak TK mendapat kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang sesuatu hal dapat pula menjadi batu loncatan untuk melakukan kegiatan yang lain. Informasi-informasi yang diperoleh anak di dunia nyata merupakan masukan dalam kegiatan belajar selanjutnya yang akan memperkaya kegiatan belajar di kelas. Misalnya dalam kegiatan bermain membangun, menggambar, dan bermain drama. Melalui kegiatan tersebut anak dapat mengaitkannya dengan pengalaman yang diperolehnya melalui karyawisata. Ketertarikan itu akan memperjelas konsep yang baru diperolehnya.

Misalnya pada saat anak bermain peran sebagai tukang sampah ia akan berusaha untuk

(10)

tampil sebagai tukang sampah seperti apa yang pernah dilihatnya dalam kenyataan, yaitu berseragam kuning, menggunakan tutup kepala dan sarung tangan, menggunakan peralatan tukang sampah, ada kereta sampah dan tempat pembuangannya (Gunarti: 8.4).

Hal ini sesuai dengan pendapat Fruebel, yang manyatakan bahwa apa yang ingin ditampilkan dan dilakukan oleh anak berangkat dari pemahamannya tentang sesuatu yang diamati. Anak melakukan beberapa hari untuk mencoba memperoleh pengalaman itu.

5. Sasaran Karyawisata

Sesuai dengan tujuan perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik menurut Moeslichatoen (2004: 79) mengemukakan hal-hal penting yang perlu mendapat perhatrian gur dalam menentukan sasaran karyawisata adalah:

a. Menentukan sasaran-sasaran karyawisata yang diprioritaskan.

b. Menetukan criteria yang kita pergunakan untuk memilih sasaran karyawisata.  

c. Menentukan sasaran karya wisata yang dapat mengembangkan rasa kagum dan ingin tahu yang besar, yang menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu, berepikir, menalar, dan membuat kesimpulan serta generalisasi.

6. Rancangan Karyawisata

Menurut Moeslichatoen (2004: 79) mengemukakan secara umum persiaspan guru untuk melakukan keryawisata adalah:

a. Menetapkan sasaran yang diprioritaskan sesuai dengan temakegiatan belajara yang dipilih.

b. Mengdakan hubungan dan pengenalan medan sasaran karyawisata.

c. Merumuskan program kegiatan melalui karyawisata.

d. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

(11)

e. Menetapkan tata tertib.

f. Permintaan izin dan pertisipasi orang tua siswa.

g. Persiapan guru di kelas.

7. Kelebihan dan Kelemahan Karyawisata

Menurut Gunarti (2008: 8.13) kelebihan dan kelemahan metode karyawisata adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan Metode Karyawisata

1) Karyawisata menerapkan sisteam pengembangan modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.

2) Bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.

3) Kegiatan pengembangan dapat lebih merangsang kreativitas anak.

b. Kekurangan Metode Karyawisata

1) Memerlukan persiapan dan melibatkan banyak pihak.

2) Memerlukan perncanaan dan persiapan dan yang matang.

3) Seringkali unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama.

4) Memerlukan pengawasan yang cukup ketat terhadap setiap gerak-gerik anak di lapangan.

5) Kadang memerlukan biaya yang cukup mahal.

6) Memerlukan tanggung jawab pendidik dan sekolah atau kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik terutama karayawisata jangka panjang dengan jarak jauh.

(12)

C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian

Banyak alat penilaian yang dapat digunakan untuk memperoleh data penilaian, namun tidak semua alat penilaian dapat mengungkap semua dimensi pertumbuhan dan perkembangan anak didik yang akan diungkap. Penilaian yang dilakukan di Taman Kanak-kanak biasannya dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran. Ketika anak sedang melakukan kegiatan, pada saat itu dan di tempat itu juga penilaian dilakukan, sehingga guru harus benar-benar mencermati kapan waktu yang tepat untuk mengambil data penilaian selama kegiatan berlangsung.

Cara pencatatan hasil penilaian harian di TK dilaksanakan sebagai berikut (Samsudin, 2008: 68):

a. Mencatat hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian di Rencana Kegiatan Harian (RKH).

b. Anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum dapat mencapai indikator yang diharapkan dalam RKH, maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan diberi tanda lingkaran kosong (○).

c. Anak yang perilakunya melebihi yang diharapkan dan dapat menunjukkan kemampuan melebihi kemampuan (indikator) yang tertuang dalam RKH, maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran penuh (●).

d. Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam RKH, maka pada kolom penelaian dituliskan nama semua anak dengan tanda check list (√).

(13)

      Cara pencatatan hasil penilaian berdasarkan pedoman penilaian tahun (2010: 11) (Kemendiknas dirjen mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD) yaitu:

a. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu di bantu guru, maka pada kolom penilaian di tulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ).

b. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indicator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang ( ).

c. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indicator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang ( )

d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indicator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda bintang empat

( ).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman pedoman penilaian tahun 2010 (Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD), yaitu menggunakan tanda bintang untuk penilaian perkembangan anak.

Menurut Departemen Agama RI (2004: 50) penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan kegiatan pembelajaran. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

o : Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

√ : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang diharapkan

(14)

• : Anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.

Untuk mengetahui keberhasilan susatu pembelajaran, diperlukan adanya evaluasi dan penilaian. Evaluasi sangat diperlukan untuk mengukur sampai sejauh mana pembinaan atau pembelajaran yang diberikan oleh gurutaman kanak-kanak itu berdampak terhadap perubahan perilaku anak-anak tersebut. Guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada kemampuan atau indikator yang hendak dicapai dalam satuan kegiatan yang direncanakan dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan seiring dengan kegiatan pembelajaran. Guru tidak secara khusus melaksanakn penilaian, tetapi ketika pembelajaran dan kegiatan berlangsung, guru dapat sekaligus melaksanakan penilaian.

Hurlock, (1978: 19) mengatakan bahwa kemampuan berbahasa anak, antara lain:

reseptif dan ekpresif, reseptif yaitu kemampuan mendengar, dan ekspresif kemampuan berbicara.

Dari uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan indikator kebrhasilan kemampuan Berbahasa antara lain:

Tabel 2.1

Indikator Kemampuan Berbahasa

No Indikator Keberhasilan Hasil Yang Dicapai Anak 1 Anak dapat menyebutkan kembali nama-

nama ikan.

2 Berbicara dengan pengucapan artikulasi yang jelas dan tepat

3 Anak dapat bercerita dengan mempergunakan mimik wajah dengan tepat

4 Anak aktif menyampaikan isi pikiran (ide dan pendapat).

(15)

Keterangan:

1. Anak dapat menyebutkan kembali nama-nama ikan.

: Anak tidak dapat menyebutkan nama-nama ikan yang telah disampaikan oleh guru, meskipun sudah dibantu oleh guru.

: Anak mampu menyebutkan nama-nama ikan dengan bantuan guru.

: Anak mampu menyebutkan seluruh nama-nama ikan yang disampaikan oleh guru.

: Anak mampu menyebutkan nama-nama ikan lebih dari yang telah disampaikan guru 

2. Berbicara dengan pengucapan artikulasi yang jelas dan tepat.

: Anak tidak dapat mengucapkan kata baru dengan artikulasi yang jelas walaupun sudah dibantu guru.

: Anak dapat mengucapkan kata baru dengna artikulasi yang kurang jelas meskipun sudah dibantu guru.

: Anak mampu menyebutkan kata baru dengan jelas namun dengan bantuan guru.

: Anak mampu menyebutkan kata-kata baru dengan artikulasi yang jelas.

3. Anak dapat bercerita dengan mempergunakan mimik wajah dengan tepat

: Anak tidak dapat bercerita tetapi hanya menjawab pertanyaan guru.

: Anak dapat bercerita dengan mimic wajah yang kurang tepat/tidak tepat.

: Anak dapat bercerita tetapi tanpa ekspresi/tanpa mimic wajah.

: Anak mampu bercerita dengan mempergunakan mimic wajah yang tepat.

4. Anak aktif menyampaikan isi pikiran (ide dan pendapat).

: Anak tidak bisa menyampaikan isi hati yang dipikirkan (pasif).

(16)

: Anak mampu menyampaikan isi hati yang dipikirkan tetapi dengan bantuan guru.

: Anak dapat menyamapikan isi hati yang dipikirkan tetapi menggunakan kalimat yang tidak tepat.

: Anak aktif menyampaikan isi hati yang dipikirkan (idea dan pikiran).

D. Kerangka Berfikir

Melalui bermain anak lebih tertarik dan semangat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hal ini dapat meningkatkan bahasa pada anak, anak aktif mengikuti kegiatan tersebut, anak mampu melakukan percakapan, aktif bertanya, melakukan tanya jawab, dan mampu bercerita secara sederhana.

Vygotsky (dalam Susanto 2011: 75) bahasa dan pikiran anak berbeda, secara perlahan tahap perkembangan mentalnya, bahasa dan pikirannya menyatu sehingga bahasa merupakan ungkapan dari pikiran. Anak secara alami belajar tentang bahasa melalui interaksi dengan orang lain untuk berkomunikasi. Dengan menggunakan metode eksplorasi dengan bermain apotek hidup dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada anak karena dengan menggunakan metode ini anak dapat bermain dan praktek langsung.

Untuk mempermudah pelaksanaan tindakan maka perlu disusun kerangka berfikir yang merupakan landasan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Secara jelas dapat dilihat pada gambar 1, di bawah ini:

(17)

 

 

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan metode eksplorasi dengan kegiatan karyawisata dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak di RA Diponegoro 135 Karangsalam Kidul Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

Kondisi Awal

Metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik kurang menarik, sehingga anak merasa bosan

Kemampuan anak dalam berbahasa kurang

berkembang .Anak masih tergantung pada ransangan kata dari guru

Dilakukan upaya perbaikan

dengan PTK

Kondisi sudah meningkat, ada perbaikan tetapi belum maksimal

1. Kosakata yang dimiliki anak sudah mulai banyak 2. Kemampuan berbahasa

anak meningkat tetapi belum maksimal 3. Pembelajaran

menyenangkan/tidak monoton

1. Kosakata yang dimiliki anak semakin

meningkat

2. Kemampuan berbahasa anak meningkat

maksimal

3. Pembelajarannya tidak monoton

Siklus I Metode eksplorasi

3x pertemuan

Terjadi peningkatan yang optimal dalam

kemampuan berbahasa anak dan penelitian berhasil

Siklus II Siklus II metode eksplorasi 3x pertemuan

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

Gambar

Gambar 2.2 Bagan Kerangka  Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, penerjemah..

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (Gangguan Pola Berkemih) Et Causa POST OP PROSTATECTOMI DI RUANG DAHLIA..

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2013 Dinas Bina Marga

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

“ Boerhavia diffusa (Punarnava) Root Extract as green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Hydrochloric Acid Solution: Theoritical and Electrochemical Studies.”

dengan judul “Analisis Pengaruh Harga, Promosi, dan Lokasi terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Toserba Mulia Bantul”.. Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah