• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN DIKAWASAN TAMAN NASIONALBATANG GADIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN DIKAWASAN TAMAN NASIONALBATANG GADIS"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN DIKAWASAN TAMAN NASIONALBATANG GADIS

(Studi Kasus : Desa Sibanggor Julu,Seksi Wilayah III Muarasoma Resort 5)

SKRIPSI

Oleh :

Ahmad Junaidi Rangkuti 121201113

Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

JudulPenelitian : Eksplorasi tumbuhan beracun di kawasan taman nasionalbatang gadis (studi kasus desa Sibanggor Julu, seksi wilayah III Muarasoma Resort 5)

Nama : Ahmad Junaidi Rangkuti

NIM : 121201113

Minat : TeknologiHasilHutan

Disetujuioleh, KomisiPembimbing :

Ketua Anggota

YunusAfifuddin, S. Hut., M.Si IrawatiAzhar, S.Hut, M.Si 19750525 200003 1003 19730728 200312 2002

Mengetahui,

KetuaDepartemen Teknologi Hasi Hutan

Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si, Ph.D 19780416 200312 1003

(3)

ABSTRAK

AHMAD JUNAIDI RANGKUTI : Eksplorasi Tumbuhan Beraacun Di Taman Nasional Batang Gadis Desa Sibanggor Julu, Seksi Wilayah III Muarasoma Resort 5. Dibawah bimbinganYUNUS AFIFUDDIN dan IRAWATI AZHAR.

Tumbuhan beracun sebagai tumbuhan yang menyebabkan kesehatan normal terganggu apabila bahagian-bahagian tertentu darinya digunakan oleh manusia atau hewan yang dapat menerima dampaknya.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan beracun, menganalisis kandungan metabolik sekunder, dan mengetahui potensi pengembangan tumbuhan beracun.Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung dengan membuat sampling plot, studi literatur, dan identifikasi jenis tumbuhan.

Hasil identifikasi tumbuhan beracun yang ditemukan sebanyak 15 jenis tumbuhan. Jenisnya adalah jenis Ambolung, jenis Latong ( Litsea grandis.), jenis Monton, jenis Ruam (Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi.), jenis Rube ( Ficus lowii King.), jenis Sanduduk(Clidemia hirta D. Don), jenis Sibagori (Sida rhombifolia), jenis Sitarak (Macaranga depressa), jenis Suat arangan (Alocasia macrorrhiza), jenis Supi (Rubus moluccanus), jenis Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.), jenis Tampar badak (Pogonanthera pulverulenta Blume). Potensi tumbuhan beracun di hutan Taman Nasional Batang Gadis tinggi sehingga perlu pengembangan akan tumbuhan beracun dengan baik serta kandungan metabolik sekundernya yang sudah diketahui akan membantu untuk mengaplikasikannya.

Kata Kunci : tumbuhan racun, metabolik skunder, potensi

(4)

ABSTRACT

AHMAD JUNAIDI RANGKUTI :Exploration Toxic Plants In National Park Batang Gadis Sibanggor Julu village, region section III Muarasoma resort 5.

Supervised by ofYUNUS AFIFUDDIN and IRAWATI AZHAR.

Poisonous plants as a plant that causes normal health Courant Courant disturbed when certain of it used by humans or animals that can receive the impact. This study aims to identify the types of poisonous plants, analyze the content of secondary metabolic, and find out the potential development of a poisonous plant. Research conducted at the Batang Gadis National Park, Mandailing Natal, North Sumatra Province. This research used direct observation to make sampling plot, literature, and identification of plant species.

The results of the identification of poisonous plants found as many as 15 species of plants. Type is Ambolung,Dong-dong (Laportea stumulans Gaud.), Langge (Homalonema propinqua Ridl.), Latong (Litsea grandis), Monton, Ruam (Flacourtia Rukam Zoll. & Mortizi.), Rube (Ficus lowii King), Sanduduk(Clidemia hirta D. Don),Sibagori (Sida rhombifolia), Sitarak (Macaranga depressa ), jenis Suat arangan (Alocasia macrorrhiza), Supi (Rubus moluccanus Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.), Tampar badak (Pogonanthera pulverulenta Blume). Potential poisonous plants in the forest Batang Gadis National Park high so it needs to be a poisonous plant development well and content of secondary metabolic are already known to help to apply it.

Keywords: plant toxins, metabolic secondary, potential

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik.Adapun judul hasil penelitian ini adalah “Eksplorasi Tumbuhan Beraacun Di Taman Nasional Batang Gadis Desa Sibanggor Julu, Seksi Wilayah III Muarasoma Resort 5”.Hasil penelitian ini merupakan suatu aplikasi ilmu yang didapat dari pembelajaran di ruang perkuliahan dan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yunus Afifuddin S.Hut, M.Si. dan Ibu Irawati Azhar S.Hut., M.Si.selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini sehingga terselesaikan dengan baik.Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan pada penulisan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberi kontribusi yang baru khususnya dalam bidang kehutanan dan bidang pendidikan dalam penelitian-penelitian ilmiah.

Medan, Desember 2016 Penulis

Ahmad Junaidi Rangkuti

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Eksplorasi ... 4

Tumbuhan Racun ... 5

Biopestisida ... 7

Kondisi Umun Lokasi Penelitian ... 8

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

Alat dan Bahan Penelitian ... 10

1. Alat dan Bahan Analisis Vegetasi ... 10

2. Alat dan Bahan Pengujian Fitokimia ... 10

Metode Penelitian ... 11

1. Aspek pengetahuan Lokal ... 11

2. Aspek Keanekaragaman ... 11

Aspek Fitokimia ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek pengetahuan lokal ... 16

Deskripsi tumbuhan beracun di Taman Nasional Batang Gadis ... 20 Analisis tingkat keanekaragaman tumbuhan beracun di Taman Nasional

(7)

Indeks keanekaragaman Shannon-Winner Tumbuhan Beracun ... 38

Pengujian Fitokimia Tumbuhan Beracun Di Taman Nasional Batang Gadis ... 44

1. Aktifitas tanin dan plavanoid ... 44

2. Aktifitas terpen ... 45

3. Aktifitas alkaloid ... 46

4. Aktifitas saponin ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49

Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tumbuhan beracun hasil wawancara dengan narasumber ... 19 2. Tumbuhan beracun hasil uji fitokimia di laboratorium fitokimia ... 21 3. Analisis tumbuhan beracun di Taman Nasional Batang Gadis Desa Sibanggor

Julu ... 40 4. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Taman Nasional Batang

Gadis ... 48

(9)

DAFTAR GAMBAR

. Halaman

1. Peta lokasi penelitian ... 9

2. Desain plot tumbuhan racun ... 12

3. Ambolung ... 21

4. Andulpak ... 22

5. Dong-dong ... 23

6. Langge ... 24

7. Latong ... 25

8. Monton ... 26

9. Ruam ... 27

10. Rube ... 28

11. Sanduduk ... 29

12. Sibaguri ... 30

13. Siatarak ... 31

14. Suat arangan ... 32

15. Supi ... 33

16. Tabar-tabar ... 34

17. Tampar badak ... 35

(10)

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun

tingkat tumbuhan bawah ... 39 2. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun

tingkat semai ... 40 3. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun

tingkat pancang ... 41 4. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun

tingkat tiang ... 42 5. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun

tingkat pohon ... 43

(11)

LAMPIRAN

. 1. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah

2. Hasil analisis vegetasi semai 3. Hasil analisis vegetasi pancang 4. Hasil analisis vegetasi tiang 5. Hasil analisis vegetasi pohon

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara yang masih mempunyai hutan tropis terbesar di dunia. Total luas hutan di Indonesia diperkirakan kurang lebih 143,3 juta hektar atau hampir 75,4% yang mencapai 193,3 juta hektar. Hal ini menunjukkan secara ilmiah hutan merupakan sumber alam yang sangat penting di Indonesia. Menurut Soejarto (1991) luas daerah hutan tropis diperkirakan 7% dari luas permukaan bumi tapi lebih dari 50% spesies organisme berada di hutan tropis.

Hutan tropis yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhan merupakan sumber daya hayati dan sekaligus sebagai gudang senyawa kimia baik berupa senyawa kimia hasil metabolisme seperti protein, karbohidrat, lemak, yang digunakan sendiri oleh tumbuhan tersebut untuk pertumbuhannya, maupun sebagai sumber senyawa metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia

(12)

yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya (Lenny, 2006).

Berbagai manfaat keberadaan tumbuhan tersebut menjadi peluang melakukan penelitian, salah satunya terkait biopestisida dan insektisida.

Biopestisida dan insektisida merupakan pestisida yang menggunakan bahan alami atau kandungan senyawa kimia dari tumbuhan yang bersifat racun terhadap suatu jenis hama. Tumbuhan beracun dapat digunakan masyarakat sebagai bahan pengendali hama karena mengandung racun. Kandungan senyawa yang ada dalam tumbuhan beracun bermacam-macam sehingga dapat digunakan pengendali bagi berbagai macam hama.Menurut Muktiningsih (2001) masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku yang masing-masing memiliki kebudayaan tersendiri.Setiap suku memiliki pengetahuan lokal serta tradisional dalam memanfaatkan tumbuhanyang ada dilingkungnnya, salah satunya adalah pemanfaatan tanaman beracun untuk digunakan sebagai pestisida.Sebagaian besar merupakan kakayaan yang diwariskan secara turun-temurun.Pengetahuan lokal ini spesifik bagi setiap suku, sesuai dengan kondisi lingkungannya.

Tumbuhan beracun merupakan tumbuhan yang mengandung racun yang dapat menyebabkan kita mengalami rasa sakit ataupun kematian.Tumbuhan beracun dari hutan kurang mendapat perhatian khusus padahal memiliki potensi yang cukup besar.Pemanfaatan tanaman beracun masih sangat kurang menyebabkan tumbuhan beracun tertinggal dari pemanfaatan tanaman obat.

Berdasarkan hasil penelitian Hamid dan Nuryani (1992) sebagian tumbuhan tersebut, interaksi antara tumbuhan dan serangga yang terjadi telah

(13)

menyebabkan sejumlah senyawa kimia metabolit sekunder tumbuhan mempengaruhi perilaku, perkembangan, dan fisiologis serangga. Dengan strategi penggunaan yang tepat, metabolit sekunder ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendali hama tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, flora di kawasan Taman Nasional Batang Gadis teridentifikasi sekitar 240 jenis yang terdiri dari 47 suku atau sekitar 0.9% dari flora yang ada di Indonesia. Keanekaragaman tumbuhan di Taman Nasional Batang Gadis yang melimpah serta perlunya mencari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai biopestisida menjadi dasar penulis melakukan eksplorasi tumbuhan beracun yang terdapat di hutan tersebut agar nantinya dapat dihindari bahaya racunnya atau mungkin dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat (Balai TNBG, 2013).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilaksanakan di Taman Nasional Batang Gadis yaitu :

1. Analisis aspek pengetahuan lokal

2. Identifikasi jenis – jenis tumbuhan beracun 3. Analisis keanekaragaman tumbuhan beracun

4. Analisis metabolit sekunder dari jenis – jenis tumbuhan beracun

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan baru tentang jenis-jenis tumbuhan beracun yang terdapat di Taman Nasional Batang Gadis untuk dijadikan bahan referensi bagi yang berkepentingan khususnya

(14)

masyarakat dan petunjuk praktis agar lebih berhati-hati dalam pemanfaatan tumbuhan beracun.

TINJAUAN PUSTAKA

Eksplorasi

Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu untuk dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan (Kusumo et al., 2002). Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat sumberdaya genetic tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, dan penyempitan lahan kehidupan tanaman akibat perluasan pembangunan industri-industri besar yang tidak mengenal belas kasihan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan eksplorasi untuk mencatat, melindungi, dan melestarikan tanaman yang ada, sebagai pengetahuan tradisional

(15)

dan kekayaan intelektual masyarakat, sehingga pada suatu saat dibutuhkan dapat digunakan sebagai referensi untuk melahirkan fitofarmaka.

Eksplorasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumberdaya genetik (SDG) tertentu untuk mengamankannya dari kepunahan.Plasma nutfah yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya kemudian dilakukan upaya-upaya pelestarian. Eksplorasi plasma nutfah dilakukan secara purposive pada daerah-daerah sentra produksi, daerah produksi tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-lereng gunung, pulau terpencil, daerah suku asli, daerah dengan sistem pertanian tradisional belum maju, dan daerah yang masyarakatnya menggunakan komoditas yang bersangkutan sebagai bahan makanan pokok utama. Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil, maka perlu dilakukan inventarisasi, koleksi, karakterisasi dan evaluasi tumbuhan yang sudah ada untuk mencegah adanya erosi genetik yang berakibat pada hilangnya sumber genetik (Suryani dan Nurmansyah, 2009).

Tumbuhan Racun

Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah(BPOM, 2012).

(16)

Tanaman pangan, yaitu sayuran dan buah-buahan, memiliki kandungan nutrien, vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat.Namun, beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat mengandung racun alami yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia.Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur dan serangga (Asikin, 2002).

Tumbuhan-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya.Dari berbagai jenis tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh manusia.Namun ada beberapa yang jarang bahkan tidak dimanfaatkan oleh manusia karena berbahaya terutama bagi kesehatan manusia.Mungkin saja tanaman yang dibeli ataupun didapat dari teman-teman merupakan tanaman yang beracun.Keracunan yang ditimbulkan oleh tanaman-tanaman ini, umumnya belum ada penawar.Jadi sebaiknya diusahakan jangan sampai terpapar racun tumbuhan- tumbuhan tersebut (Seran, 2011).

Kadar racun pada tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh perbedaan keadaan lingkungan tempat tanaman tumbuh (kelembaban, suhu atau kadar mineral) serta penyakit yang potensial. Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya (Joy, 2014).

Beberapa ciri tumbuhan beracun sebagai berikut (Ardianto, 2013):

1. Memiliki duri yang tajam dihampir semua bagian

2. Memiliki rambut atau bulu yang sangat lebat dibagian daun atau batang 3. Memiliki getah yang berasa pahit

(17)

4. Memiliki bunga atau buah yang berwarna kuat atau gelap 5. Beraroma tidak enak atau menyengat dan berasa pahit 6. Daun terlihat utuh tidak ada bekas-bekas serangga-serangga

Sebagian besar racun atau anti nutrisi umumnya diperoleh dari hasil metabolisme sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan berat molekulnya yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pinol, antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asam-asam hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester, dan eter.

Metabolisme sekunder lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi yaitu selulosa, pektin, gum, resin, karet, tannin, dan lignin. Tanaman yang mengandung metabolit sekunder umumnya mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun dan kulit), penguapan dari daun (contoh kamfer), ekskresi aksudat pada akar (contoh alang-alang) dan dekomposisi pada bagian tanaman itu sendiri (Widodo, 2005).

Biopestisida

Biopestisida adalah bahan yang berasal dari alam, seperti tumbuh- tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman atau juga disebut dengan pestisida hayati.Biopestisida merupakan salah satu solusi ramah lingkungan dalam rangka menekan dampak negatif akibat penggunaan pestisida non hayati yang berlebihan.Saat ini Biopestisida telahbanyak dikembangkan di masyarakat khususnya para petani. Namun belum banyak petani yang menjadikan biopestisida sebagai penangkal dan pengedali hama penyakit untuk tujuan mempertahankan produksi, (Anonim, 2007).

(18)

Cakupan biopestisida sangat luas, yaitu mencakup semua organisme hidup yang dapat difungsikan sebagai agen pengendali hayati organisme penganggu tanaman. Sementara jenis dan macamnya disesuaikan dengan sasaran target organisme penganggu. Misalnya untuk hama serangga disebut bioinsektisida, untuk jamur atau fungi disebut biofungisida, dan untuk gulma disebut dengan bioherbisida, (Sutanto 2002).

Kardinan (2004) menyatakan bahwa pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam.

Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintesis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintesis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintesis dapat diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi pula.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Saat ini, setidaknya ada sekitar 1.600 jiwa yang mendiami desa Sibanggor Julu dan semua penduduknya beragama Islam.Desa Sibanggor Julu merupakan salah satu desa yang berbatasan dengan kawasan hutan. Sebagian besar warga bekerja sebagai petani dan buruh tani, ada juga yang memelihara hewan dalam skala kecil yang digunakan untuk investasi jangka pendek. Para penghuni desa ini juga masih memanfaatkan alam sekitar untuk dijadikan mata

(19)

pencaharian.Sebagian warga sekitar menjadikan di bawah rumahnya untuk memelihara hewan ternak dan menyimpan kayu bakar.

Desa itu bernama Sibanggor Julu, berada di Kecamatan Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal.Nama Desa Sibanggor berasal dari bahasa Mandailing yang artinya hangat-hangat kuku.Desa ini tak bisa dipisahkan dari Aek (sungai) Milas. Sungai yang kecil nan jernih tak jauh dari desa dan seakan sudah menyatu dengan kehidupa warga. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sibanggor Tonga, sebelah selatan berbatsan dengan Desa Tajulu dan sebelah barat utara berbatasan langsung dengan kawasan TNBG.

Kawasan TNBG terletak di Pegunungan Bukit Barisan Sumatera bagian utara. Secara administratif berlokasi di Kabupaten Madina dan secara geografis terletak di antara 99°12’45” sampai dengan 99°47’10” Bujur Timur dan 0°27’15”

sampai dengan 1°01’57” Lintang Utara. Kawasan TNBG memiliki panjang kurang lebih 275 km dan luas 108.000 ha atau 26% dari total luas Kabupaten Madina.

(20)

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN

(21)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari September - Desember 2016.

Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Nasional Batang Gadis, Desa Sibanggor Julu, Seksi Wilayah III Muara Soma Resort 5, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Analisis fitokimia dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian 1. Analisis Vegetasi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalahkamera digital untuk dokumentasi, pita ukur untuk mengukur diameter, parang untuk membuka jalan hutan, tali tambang untuk membuat plot, kompas untuk menentuan azimuth, kalkulator untuk menghitung INP, kantung plastic untuk membawa sampel daun, alat tulis untuk menulis data. Alat yang digunakan untuk pengkoleksian dan pengawetan jenis yang belum dikenali guna identifikasi lebih lanjut adalah gunting, kertas koran, dan kertas label.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheetuntuk menulis data jenis tumbuhan, peta lokasi penelitian, dan buku identifikasi tanaman.

2. Pengujian Fitokimia

Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalahPipet tetes untuk mengambil larutan, tabung reaksi untuk pengujian, erlenmeyer untuk ekstraksi sampel, plat kromatografi lapis tipis (KLT) untuk pengujian asam sulfat, hot plate untuk memanaskan kaca KLT dan sprayer untuk menyemprotkan larutan CeSO4 pada kaca KLT.

(22)

Bahan yang digunakan dalam pengujian adalah Methanol untuk mengekstraksi sampel daun yang akan diuji dan sebagai reagensianya adalah Pereaksi Lieberman-Bouchard untuk uji alkaloid, Pereaksi Maeyer, Pereaksi Dragendorff untuk uji flavonoid/tanin, Cerium Sulfat (CeSO4) 1% untuk uji terpen, FeCl3 1% untuk uji fenolik, dan aquades untuk uji saponin.

Prosedur Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui informasi tumbuhan beracun di masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara.Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pimpinan mayarakat setempat dan ahli pengobatan tradisional.Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data tumbuhan beracun dilakukan dengan menggunakan metode sampling plot dimana penentuan titik awal ditentukan dengan Kombinasi Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak. Plot dibuat dengan ukuran 20 x 20 m, dengan jumlah 200 plot, kemudian dilakukan pengamatan langsung di lapangan. Apabila ada jenis tertentu yang tidak diketahui maka sampel diherbariumkan dan diidentifikasi dengan buku panduan tanaman.

(23)

Gambar 2. Desain plot tumbuhan beracun Keterangan

A. Tumbuhan bawah dan semai 2 x 2 B. Pancang 5 x 5

C. Tiang 10 x 10 D. Pohon 20 x 20

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus:

a. Kerapatan suatu jenis (K)

K =∑𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠 Luas petak contoh b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

KR = 𝐾𝐾 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠

∑𝐾𝐾 𝑠𝑠𝑗𝑗𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑖𝑖ℎ 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠 𝑥𝑥 100%

c. Frekwensi suatu jenis (F)

F =∑𝑆𝑆𝑖𝑖𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑗𝑗𝑠𝑠𝑠𝑠𝑝𝑝 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠𝑗𝑗𝑑𝑑𝑖𝑖𝑝𝑝𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠

∑ 𝑆𝑆𝑗𝑗𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑖𝑖ℎ 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑗𝑗𝑠𝑠𝑠𝑠𝑝𝑝

(24)

FR = 𝐹𝐹 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠

∑𝐹𝐹 𝑆𝑆𝑗𝑗𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑖𝑖ℎ 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠 𝑥𝑥 100%

e. Dominansi (D)

D =∑𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑆𝑆𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠𝑖𝑖𝑏𝑏 𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠 Luas petak contoh

f. Dominansi Relatif (DR)

DR = 𝐷𝐷 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠

∑𝐷𝐷 𝑆𝑆𝑗𝑗𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑖𝑖ℎ 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠 𝑥𝑥 100%

Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat tumbuhan bawah (under stories), semai (seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR) (Fachrul, 2007):

INP = KR + FR + DR

Memperkirakan keanekaragaman spesies ada indeks keanekaragaman yang dapat digunakan dalam analisis komunitas tumbuhan adalah indeks Shanon atau Shanon Indeks of General Diversity (H’) (Indriyanto, 2006). Rumus Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General Diversity (H’) :

H’ = - Σ (ni/N) ln (ni/N) Keterangan :

H’ = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon-Wienner Ni = jumlah individu dari suatu jenis i

N = jumlah total individu seluruh jenis

Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut :

a. Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek

(25)

b. Nilai H’ 2- 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah

c. Nilai H’ < 2 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah (Indriyanto, 2006).

3. Aspek Fitokimia

Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida.Jenis-jenis tumbuhan beracun dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan berdasarkan Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam (2010) adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Alkaloid

Sampel dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.Selanjutnya direndam dengan methanol dan biarkan selama 24 jam.Kemudian masukkan larutan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan reagen Lieberman-Bouchardad, reagen Maeyer, dan reagen Dragendorff.Kocok dan perhatikan perubahan warna.

b. Pengujian Terpen

Sampel dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.Selanjutnya direndam dengan methanol dan biarkan selama 24 jam. Kemudian ambil sedikit ekstraksi sampel teteskan pada media KLT, semprotkat Cerium sulfat (CeSO4) pada permukaan KLT yang telah di tetesi ekstraksi sampel tadi, lalu panaskan KLT dengan hotplate, perhatikan perubahan warnanya.

c. Pengujian Flavonoid/Tanin

(26)

Sampel dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.Selanjutnya direndam dengan methanol dan biarkan selama 24 jam.Masukkan ekstraksi ke dalam tabung reaksi, tambahkan FeCl3 lalu dikocok.Perhatikan perubahan warnanya.

d. Pengujian Saponin

Sampel dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.Selanjutnya direndam dengan methanol dan biarkan selama 24 jam.Masukkan ekstraksi kedalam tabung reaksi lalu tambahkan aquades.dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu semula. Kocok dan perhatikan apa berbusa atau tidak.

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Pengetahuan Lokal

Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan warga setempat yang merupakan di anggap banyak mengetahui jenis-jenis tumbuhan dalam kawasan Taman Nasional Batang Gadis, Desa Sibanggor Julu, Kab.Mandailing Natalsehingga dapat mempermudah dalam pengenalan dan pengambilan sampel.

Hasil dari aspek pengetahuan lokal yang telah dilakukan terhadap informan kunci, bahwa terdapat 5 jenis tumbuhan beracun yang ada di kawasan TNBG.Dimana dari 5 jenis tumbuhan beracun tersebut memiliki efek samping secara langsung dengan tubuh.

Tabel 1. Tumbuhan beracun hasil wawancara dengan narasumber No Nama

lokal

Nama latin Ciri khusus Efek samping

Bagian beracun 1 Ambolung Alocasia Jenis talas-talasan, daun

lebar dan berwarna hijau tua

Gatal-gatal Getah daun 2 Dong-dong Liportea

stumulands Gaud

Buah dominan berada di batang bawah dan buah berbulu

Gatal-gatal Daun dan Buah 3 Latong Litsea

Grandis

Tepi daun bergerigi dan ada bulu halus

Gatal-gatal Daun 4 Ruam Flacourtia

rukam Zoll

Daun muda berwarna merah kecoklatan

Gatal-gatal Getah 5 Suat

arangan

Alocasia macrorrhiza

Daun berbentuk hati Gatal-gatal Getah

Setiap jenis tumbuhan beracun memiliki ciri khusus, bagian beracun dari tumbuhan tersebut yang paling banyak terdapat di daun.Dari hasil informasi ini, maka tanaman tersebut dijadikan sampelpada saat pengeksplorasian dilapangan.Dari kelima tumbuhan tersebut mempunyai efek yang sama, yang

(28)

apabila terkena kulit dari bagian tanaman akan terasa gatal. Wawancara yang dilakukan tersebut diketahui bahwa narasumber mengetahui tumbuhan beracun jika memiliki efek samping langsung dengan tubuh. Narasumber hanya mengetahui tumbuhan beracun dari pengalaman masyarakat di sekitar kawasan hutan. Sesuai dengan pernyataan Foray (1954) beliau mentafsirkan tumbuhan beracun sebagai tumbuhan yang menyebabkan kesehatan normal terganggu apabila bahagian-bahagian tertentu darinya digunakan oleh manusia atau hewan yang dapat menerima dampaknya.

Tidak semua bagian pada tumbuhan tersebut yang memberi efek samping.Setiap jenis tumbuhan pada Tabel 1 memiliki ciri yang khusus. Bagian beracun dari tumbuhan tersebut yang paling banyak terdapat di daun. Selain di daun ada juga terdapat di batang, akar, buah dan getah tanaman. Pada pemanfaatan tumbuhan beracun oleh masyarakat lebih banyak digunakan menjadi kayu pertukangan, ada juga tumbuhan tersebut diantaranya ada yang dimakan, dan ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak dimanfaatkan sama sekali. Sesuai pernyataan (Seran, 2011) bahwa Tumbuhan-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya. Dari berbagai jenis tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh manusia.Namun ada beberapa yang jarang bahkan tidak dimanfaatkan oleh manusia karena berbahaya terutama bagi kesehatan manusia.

Pada pemanfaatan tumbuhan beracun oleh masyarakat ada juga tumbuhan yang dimakan, seperti buah tumbuhan supi, buah sanduduk dan buah ruam. Dalam hal ini tumbuhan yang di makan masyarakat tidak samapai membahaykan bagi manusia, mungkin bukan pada bagian yang di makan yang ada racunnya, atau mungkin kandungan racun tanaman tersebut masih rendah.

(29)

Tanaman lain yang dicurigai mengandung racun akan dijadikan sampel untuk selanjutnya diuji di Laboratoratorium Kimia Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara. Ada sembilantumbuhan yang ditemukan tumbuhan beracun walaupun menurut narasumber tumbuhan tidak termasuk tumbuhan beracun.

Tabel 2. Tumbuhan beracun hasil uji fitokimia di laboratorium fitokimia No Nama lokal Nama latin Ciri Khusus Analisis

laboratorium

Kandungan 1 Ambolung Alocasia sp. Jenis talas-talasan, daun

lebar dan berwarna hijau tua

Beracun Terpen

2 Dong-dong Laportea stumulans Gaud

Buah dominan berada di batang bawah dan buah berbulu

Beracun Fenolik, terpen, alkaloid,saponin,f lavonoid, tanin 3 Langge Homalonema

propinqua Ridl

Jenis talas-talasan, daun lebar dan berwarna hijau muda

Beracun Terpen

4 Latong Litsea grandis Tepi daun bergerigi dan ada bulu halus

Beracun Terpen 5 Monton Antidesma

bunius

Daun berbentuk bulat telur dan pertulangan menyirp

Beracun Terpen

6 Ruam Flacourtia rukam Zoll

Daun muda berwarna merah kecoklatan

Beracun Fenolik, terpen, alkaloid, saponin

7 Rube Ficus lowii

King

Daun berbentuk kerucut memanjang

Beracun Fenolik, terpen 8 Sanduduk Clidemia hirta Buah berwarna hijau saat

masih muda dan berwarna biru kalau sudah masak

Beracun Terpen, saponin, flavonoid, tanin 9 Sibaguri Sida

rhombifolia

Batang berwarna kemerahan

Beracun Saponin, tanin 10 Sitarak Macaranga

depressa

Daun berwarna kemerahan dan berbentuk

hati

Beracun Alkaloid, flavonoid 11 Suat

arangan

Alocasia mocrorrhiza

Daun bercaping tiga Beracun Fenolik, saponin, flavonoid

12 Supi Rubus

moluccanus

Batang berduri dan buah berwarna merah

Beracun Terpen 13 Tabar-tabar Costus

speciosus Sm

Bunga berwarna merah dan berbentuk sepeti gondorukem

Beracun Flavonoid, tanin

14 Tampar badak

Pogonanthera pulverulenta Blume

Bunga berwarnan merah dan komposisi bunga majemuk tidak terbatas

Beracun Fenolik, terpen, saponin

(30)

Hasil wawancara dengan narasumber serta berdasarkan hasil pengujian fitokimia maka diperoleh sebanyak 14 tumbuhan beracun. Ada 9 tumbuhan beracun yang tidak diketahui oleh masyarakat mengandung senyawa beracun.Tumbuhan tersebut tidak memiliki efek langsung jika tersentuh oleh bagian tubuh sehingga masyarakat menggangap tumbuhan tersebut tidak beracun.Dengan adanya pengujian fitokimia terhadap tumbuhan tersebut maka dapat diperoleh bahwa ketiga tumbuhan tersebut memiliki senyawa kimia yang beracun.

Tumbuhan beracun yang menurut masyarakat tidak beracun ternyata beracun setelah dilakukan pengujian.Hal ini penting karena dengan adanya teknologi sekarang dapat memberikan informasi kepada masyarakat jenis-jenis tumbuhan beracun yang menurut masyarakat bukan tumbuhan beracun sehingga masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai bahan pembuatan pestisida alami. Sesuai dengan pernyataan Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur dan serangga (Asikin, 2002).

Tumbuhan beracun jika dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik akan dapat menggantikan penggunaan pestisida yang berbahaya bagi lingkungan kita.

Penggunaan tumbuhan beracun menjadi pestisida alami tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman pangan yang ditanam karena pestisida alami dari tumbuhan beracun mudah menguap dan menghilang sehingga tidak mengganggu bagi kesehatan. Sesuai dengan pernyataan Kardinan (2004) menyatakan bahwa pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan

(31)

akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi.

Senyawa racun yang bersifat alami dalam tumbuhan beracun belum sepenuhnya diketahui dan belum semuanya dimanfaatkan secara aplikatif.Beberapa jenis tumbuhan beracun mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan lainnya. Joy (2014) menyatakan bahwa Kadar racun pada tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh perbedaan keadaan lingkungan tempat tanaman tumbuh (kelembaban, suhu atau kadar mineral) serta penyakit yang potensial.

Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya (Joy, 2014).

Deskripsi Tumbuhan Beracun di Hutan Taman Nasional Batang Gadis 1. Ambolung (Alocasia sp)

Ambolung merupakan tumbuhan bawah dan tumbuhan ini merupakan jenis talas-talasan. Pada umumnya tumbuhan dapat tumbuh baik pada daerah yang intensitas cahaya kurangdan tumbuhan ini hidup berkelompok. Pada saat di inventarisasibatang tumbuhan ini mempunyai getah yang apabila kena kulit akan terasa gatal, Ambolung dapat di temukan pada ke tinggian sampai 1400 mdpl.Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar.

(32)

Gambar 2. Ambolung( Alocasia sp)

Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Terpen. Daun tunggal, tangkai panjangnya 10-20 cm. Helaian daun bentuknya bangun jantung, ujung runcing, pangkal rompang, tepi rata, kedua permukaan licin, pertulangan menyirip, panjang 20-40 cm, lebar 10-20 cm, dan berwarna hijau tua. Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran serabut.

2.Dong-dong (Laportea stumulans Gaud)

Dong-dong merupakan pohon, Dong-dong memiliki tinggi 5-20 meter, cabang batangnya banyak, bentuk batang bulat, kayu rapuh dan mudah patah dan kulit batang berwarna kehijauan. Dong-dong menyenangi daerah lembab dan ternaungi, seringkali ditemukan di pinggir-pinggir jalan setapak.Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar.

(33)

Gambar 4. Dong-dong (Laportea stumulans Gaud)

Klasifikasi tumbuhan ini kingdom: Plantae divisi: Spermatophyta kelas:

Dycotiledoneae ordo: Urticales famili: Urticaceae genus: Laportea spesies:

Laportea stimulans Gaud.

Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.Daun Dong-dong memiliki daun tunggal, bentuk daun bulat telur, tangkai daun panjang dengan permukaandaun bagian bawah dan bagian atas kasar dan tata daun alternate.Daun memiliki warna hijau terang.Memiliki tulang dan urat daun yang tampak jelas.Pinggir daun mudanya berbentuk gerigi dengan jarak gerigi tidak terlalu rapat.Semakin tua, gerigi semakin menghilang.Daun mengandung racun (apabila terkena kulit manusia bisa mengakibatkan gatal-gatal).Bagian atas dan pinggir daun ditumbuhi bulu-bulu halus yang hanya nampak bila dilihat dari jarak sangat dekat.Bila bulu-bulu ini tersentuh bagian kulit kita yang halus dan sensitif dapat menimbulkan rasa gatal, perih dan panas yang cukup menyengat. Bunga tidak di temukan bunga pada saat

(34)

identifikasi, biji tidak di temukan biji pada saat identifikasi ,tipe perakaran merupakan tipe akar tunggang

3.Langge (Homalonema propinqua Ridl.)

Langge merupakan tumbuhan bawah dan tumbuhan ini merupakan jenis talas-talasan.Pada umumnya tumbuhan dapat tumbuh baik pada daerah yang lembab, intensitas cahaya kurang, dan Langge ini hidup berkelompok.Langge dapat di temukan pada ke tinggian sampai 1200 mdpl.Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 5.Langge (Homalonema propinqua Ridl.)

Klasifikasi kingdom: Plantae divisi: Angiospermae kelas: Equisetopsida ordo: Alismatales famili: Araceae genus: Homalomena spesies: Homalonema propinqua Ridl.

Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.Daun tunggal, tangkai panjangnya 50-60 cm, bulat berdaging. Helaian daun bentuknya bangun jantung, ujung runcing, pangkal rompang, tepi rata, kedua permukaan licin, pertulangan menyirip, panjang 70-90

(35)

cm, lebar 20-35 cm, dan berwarna hijau tua. Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran serabut (Ginting, 2014).

4.Latong ( Litseagrandis.)

Latong merupakan jenis pohon.Litsea adalah marga tumbuhan anggota suku Lauraceae yang kebanyakan berupa pohon atau semak.Menurut informasi yang di dapat dari masyarakat daun tumbuhan ini gatal apabila terkena kulit, dan untuk menghilangkan gatalnya obatnya pada akar tumbuhan ini. Akarnya di ambil kemudian di oleskan ke bagian yang gatal. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 6. Latong ( Litseagrandis.)

Klasifikasi tumbuhan ini kingdom: Plantae divisi: Magnoliophyta kelas:

Magnoliopsida bangsa: Laurales suku: Lauraceae marga: Litsea spesies: Litsea grandis.

Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah terpen, alkaloid dan saponin. Latong ini juga memilki getah di bagian batang dan tangkai

(36)

daun, apabila kena kulit maka akan terasa gatal. Daun tunggal, lonjong, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 10- 14 cm, Lebar 7-9 cm, hijau.Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.Biji berbentuk bulat dan berwarna putih kotor.Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.

5. Monton (Antidesma bunius)

Monton ini merupakan pohon, tumbuhan ini termasuk tumbuhan tinggi, bisa memilki tinggi sampai 35 meter, jenis kayu ini sering juga digunakan masyarakat tempat penelitian untuk bahan pembuatan rumah karna selain kayunya kuat pertumbuhan batang tumbuhan ini bagus dan lurus juga jarang cabang. Pada saat identifikasi kulit kayu monton mempunyai getah. Dan informasi dari pemandu bisa gatal apabila kena kulit, misalnya pada saat pengolahn kayu jdi papan seringnya para penyengsonya gatal gatal karna kena getah kulitnya.

Gambar 7. Monton (Antidesma bunius)

Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen.Daun berbentuk bulat telur, tepi daun rata, permukaan daun licin,

(37)

pertulangan daun menyirip.Bunga berwarna putih atau merah muda.Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang

6. Ruam (Flacourtia rukam Zoll.& Mortizi)

Ruam merupakan pohon. Ruam atau Rukem adalah nama pohon penghasil buah yang konon merupakan tanaman asli Indonesia. Buah Ruam biasa di makan masyarakat di daerah lokasi penelitian, Ruam tidak berbuah sepanjang tahun melainkan ada musimnya. Ruam yang dalam bahasa latin disebut Flacourtia rukam yang mulai langka di Indonesia. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 8.Ruam (Flacourtia rukam Zoll.& Mortizi)

Klasifikasi kingdom: Plantae divisi: Magnoliophyta kelas: Magnoliopsida ordo: Violales famili: Flacourtiaceae genus: Flacourtia spesies: Flacourtia rukam Zoll.& Mortizi

Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavanoid, Terpen, dan Saponin.Daun Ruam atau Rukem berbentuk bundar telur lonjong atau

(38)

Pinggiran daun bergerigi kasar.Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua mengkilat.Saat masih muda daun pohon Ruam berwarna merah kecoklatan.Bunga berbentuk tandan dengan sedikit bunga, berukuran pendek, berada di ketiak daun, berbulu halus.Bunga Ruam atau Rukem berwarna kuning kehijau-hijauan, umumnya berkelamin tunggal.Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Buah ruam bertipe buah buni, bentuknya bulat gepeng sampai bulat telur sungsang dengan diameter 2-2,5 cm. Buah berwarna hijau muda sampai merah jambu atau hijau-lembayung sampai merah tua. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang (Ginting, 2014).

7. Rube ( Ficus lowii King.)

Rube merupakan pohon.Ficus adalah genus tumbuh-tumbuhan yang secara alamiah tumbuh di daerah tropis dengan sejumlah spesies hidup di zona ugahari.Terdiri dari sekitar 850 spesies, jenis-jenis Ficus ini dapat berupa pohon kayu, semak, tumbuhan menjalar dan epifit serta hemi-epifit dalam familia Moraceae. Secara umum jenis-jenisnya dikenal sebagai ara, pohon ara atau kayu ara .Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar.

(39)

Gambar 9. Rube ( Ficus lowii King.)

Klasifikasi tumbuhan ini kingdom: Plantae divisi: Magnoliophyta kelas:

Magnoliopsida bangsa: Urticales suku: Moraceae marga: Ficus jenis: Ficuss lowii King

Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.Daun berbentuk kerucut memanjang dan meninggalkan bekas serupa cincin.Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang (Ginting, 2014).

8. Sanduduk(Clidemia hirta D. Don)

Hasil Pengamatan menunjukkan tumbuhan C.hirta memiliki perawakan semak.Pada umumnya tumbuhan ini hidup berkelompok dan dapat tumbuh baik pada daerah intensitas cahaya kurang.Hasil identifikasi tumbuhan C.hirta ini sesuai dengan literatur Flora Pegunungan Jawa (Steenis 2006). Dengan demikian, C.hirta berdasarkan hasil pengamatan dan studi literatur diklasifikasikan ke dalam divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Myrtales, famili Melastomaceae, genus Clidemia, dan spesies C.hirta.

(40)

Gambar 10. Sanduduk (Clidemia hirta D. Don)

Ekstrak C.hirta pelarut etanol 70% menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid, saponin, tanin, dan triterprnoid.Ekstrak Clidemia hirta pelarut akuades menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid, saponin, tanin, dan steroid.Daun C.hirta memiliki ciri: pertulangan daun melengkung 3-9, bentuk daun bulat telur, ujung daun meruncing, pangkal daun berbentuk jantung, tepi daun beringgit (crenate), permukaan daun adaksial dan abaksial berambut, panjang daun 5- 18 cm, lebar daun 3-10 cm, daun tanpa stipula, dan tangkai daun berambut jarang.Buah berwarna hijau pada saat masih muda dan berwarna biru kalau sudah masak. Tipe perakaran merupakan akar tunggang.

9. Sibaguri (Sida rhombifolia)

Sibaguri ini tumbuh di daerah yang mengandung serasah dan lembab.Sibaguri tumbuh tersebar di daerah tropis di seluruh dunia. Merupakan tumbuhan semak yang memiliki tinggi mencapai 70 cm. Batang Sibaguri ini berwarna kemerahan, dan ada lender-lendirnya apabila di kupas kulitnya,

(41)

Daun sibaguri mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tannin, saponin, phenol, asam amino, minyak terbang, zat phlegmatic untuk ekspektoran, dan lubrikan (Sembiring, 2013).Tata daun opposite, berdaun tunggal, bentuk daun lanceote, ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi daun crenulate, permukaan daun pubescent (berbulu pendek, lembut).Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi, unga berrwarna kuning, berbentuk seperti cocor bebek, buah tidak ditemukan saat diidentifikasi dan tipe perakaran tumbuhan ini akar serabut.

Klasifikasi tumbuhan ini adalah kingdom: Plantae divisio: Magnoliophyta class : Magnoliopsida ordo : Malvales famili : Malvaceae genus : Sida spesies : Sida rhombifolia L. Krakteristik tumbuhan dapat di lihat pada gambar 11.

Gambar 11.Sibaguri (Sida rhombifolia) 10. Sitarak (Macaranga depressa)

Pada saat identifikasi di lapngan tumbuhan merupkan pohon. Tempat tumbuh biasanya di daerah yang terbuka atau terganggu tetapi yang paling umum di hutan sekunder dan vegetasi semak belukar.Biasanya di sepanjang sungai dan di lokasi aluvial, tetapi juga umum di sepanjang jalan dan tepi hutan, bukit dan

(42)

Gambar 12. Sitarak (Macaranga depressa)

Kingdom : PlantaeDivisio : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Sub Class : Rosidae Ordo :Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Macaranga Spesies : Macaranga depressa.

Kandungan kimia flavonoid dan alkaloid pada daun (Senbiring,2013).

Daun berbentuk seperti jari yang tersusun secara bersilangan.Permukaan daun berbulu pendek dan lembut (pubescent) daun berwarna kemerah-merahan pada saat muda dan berwarna merah gelap sesudah tua.Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi, bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi, buah tidak ditemukan saat diidentifikasi dan tipe perakaran tumbuhan adalah akar tunggang.

11. Suat arangan (Alocasia macrorrhiza)

Suat arangan merupakan tumbuhan bawah jenis talas – talasan termasuk suku Araceae.Pada umumnya tumbuhan ini hidup berkelompok dan dapat tumbuh baik pada daerah yang lembab dan intensitas cahaya kurang.Pada saat identifikasi batang tumbuhan ini memiliki getah yang menyebabkan gatal.

(43)

Gambar 13. Suat arangan

Kandungan kimia yang terkandung adalah dariBatang dan tangkai daun Alocasia macrorrhiza mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol sedang rimpangnya mengandung saponin (Bagus, 2012).Daun tunggal, tangkai panjangnya 50-60 cm, bulat berdaging. Helaian daun bentuknya bangun jantung, ujung runcing, pangkal rompang, tepi rata, permukaan daun berlapis lilin, pertulangan menyirip, panjang 30-50 cm, lebar 20-35 cm, dan berwarna hijau tua.

Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.Tipe perakarannya merupakan tipe akar serabut.

12. Supi(Rubus moluccanus)

Pada saat identifikasi tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah dan merupakan tumbuhan perdu yang dapat membentuk semak belukar. Pada umumnya tumbuhan ini tumbuh baik pada lahan yang lembab dan intensitas cahaya kurang. Batangnya di penuhi duri tempel, berbulu halus dan berwarna coklat. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian adalah Supi. Klasifikasi kingdom: Plantae kelas: Magnoliopsida ordo: Rosales family: Rosaceae genus:

(44)

Rubus L species: Rubus moluccanus L. Krakteristik tumbuhan dapat di lihat pada gambar.

Gambar 14. Supi (Rubus moluccanus)

Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golonganTerpen.Berdaun tunggal, helai daun berbentuk hati, pertulangan, pinggir daun bergerigi halus dan permukaan daun kasar berwarna hijau, sisi bawah daun berambut.Bunga tunggal, berwarna merah atau putih, titik tumbuh bunga di ujung cabang.Buahnya berwarna merah dan buahnya sering di makan masyarakat di lokasi penelitian.Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran serabut.

13. Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah.Nama umum tumbuhan ini adalah Pacing putih atau Pacing tawar.Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian Taman Nasional Batang Gadis adalah Tabar-tabar.Tabar-tabar merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi 0,5m - 3m dan menyukai tempat lembap dan teduh, terdapat sampai ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut.Batangnya berwarna kuning kecoklatan, sebesar jari orang dewasa dan

(45)

banyak mengandung air serta mudah dipatahkan, dan memiliki ruas pada batang.

Klasifikasi kingdom: Plantae kelas: Liliopsida ordo: Zingiberales famili:

Zingiberaceae genus: Costus spesies: Costus speciosus Sm. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 15.Tabar-tabar(Costus speciosus Sm.)

Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Alkaloid.Daun Berwarna hijau, tunggal, tangkainya pendek dan berhelai memanjang sampai bentuk lanset.Bunga berwarna merah hati, biji berwarna hitam dengan aril berdaging yang berwarna putih.Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran serabut.

14. Tampar badak (Pogonanthera pulverulenta Blume)

tumbuhan ini tumbuh di daerah kering dan bebatuan. Jenis ini tersebar di daerah Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Filipina, Sulawesi, Moluccas dan di New Guinea.Jumlah bijinya sekitar 40-60 per buah,

(46)

berlumut, dan di tanah bebatuan.(Sirait 2013).Tumbuhan ini juga dapat di temui daerah yang gelap yang intensitas cahaya kurang dan tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah.

Tumbuhan ini mengandung senyawa golongan flavonoid pada daun dan bunga serta senyawa golongan saponin pada daun (Sirait, 2013). Tata daun opposite (sessile), berdaun tunggal, bentuk daun oval, ujung daun obtuse, pangkal daun obtuse, tepi daun entire, permukaan daun rugose (kasar). Pada saat diidentifikasi bunga belum mekar penuh dan berwarna merah, susunan bunga terminal, komposisi bunga majemuk tidak terbatas (panicle), beraroma, tidak ada buah yang ditemukan saat diidentifikasi, biji tidak ditemukan saat diidentifikasi dan tipe perakaran dari tumbuhan ini akar tunggang. Krakteristik tumbuhan dapat di lihat pada gambar 16.

Gambar 16.Tampar badak (Pogonanthera pulverulenta Blume)

Klasifikasi tumbuhan ini kingdom : Plantae divisio : Spermatophyta class : Dicotyledonae ordo : Myrtales famili : Melastomaceae genus : Pogonanthera spesies : Pogonanthera pulverulenta Blume.

(47)

Analisis Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun TamanNasionalBatang Gadis Desa Sibanggor Julu

Tumbuhan beracun yang ditemukan di Taman Nasional Batang Gadis Desa Sibanggor Julu ada 15 jenis tumbuhan.Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Analisis tumbuhan beracun di Taman Nasional Batang Gadis Desa Sibanggor Julu

No Tingkatan Jenis tumbuhan beracun INP H’

1 Tumbuhan bawah Ambolung (Alocasia sp) 1,07 3,13 Langge (Homalonema propinqua Ridl.) 2,13

Sanduduk(Clidemia hirta D. Don) 19,48 Sibaguri (Sida rhombifolia) 6,21 Suat arangan (Alocasia macrorrhiza) 1,41

Supi (Rubus moluccanus) 1,82

Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.) 0,74 Tampar badak (Pogonanthera pulverulenta

Blume)

4,75

2 Semai Andulpak (Endospermum diadenum Miq.) 1,48 3,20 Dong-dong (Laportea stumulans Gaud) 0,98

Latong (Litsea grandis) 0,49

Monton (Antidesma bunius) 2,65

Sitarak (Macaranga depressa) 1,48

3 Pancang Andulpak (Endospermum diadenum Miq.) 1,38 3,26 Dong-dong (Laportea stumulans Gaud) 1,38

Latong (Litsea grandis) 1,38

Monton (Antidesma bunius) 2,21

Ruam (Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi) 0,41

4 Tiang Andulpak (Endospermum diadenum Miq.) 2,67 3,18 Dong-dong (Laportea stumulans Gaud) 1,44

Latong (Litsea grandis) 0,86

Monton (Antidesma bunius) 2,67

Ruam (Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi) 0,34

(48)

5 Pohon Dong-dong (Laportea stumulans Gaud) 1,54 3,14

Monton (Antidesma bunius) 1,63

Sitarak (Macaranga depressa) 1,39

Rube ( Ficus lowii King.) 0,48

Indeks Nilai Penting (INP) menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas. Nilai INP tertinggi yang ditunjukkan melalui tabel 3 adalah pada jenis Sanduduk(Clidemia hirta D.

Don)dengan nilai sebesar 19,48. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Sanduduk(Clidemia hirta D. Don)memiliki peranan penting dalam komunitasnya.Tingginya nilai INP menunjukkan bahwa jenis ini dapat tumbuh pada daerah yang tidak mendapatcahaya dengan baik sehingga tanpa cahaya yang banyak Sanduduk dapat tumbuh dengan baik.

Beragamnya nilai INP dapat disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi lingkungan, terutama beda ketinggian tempat tumbuhnya dan kemampuan adaptasi tumbuhan yang berbeda juga, suhu dan kelembaban juga mempengaruhi kemapuan adaptasi tumbuhan. Sehingga jenis-jenis tersebut yang mampu beradaptasi cenderung banyak tumbuh.Sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan.

Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H`) menurut Indriyanto (2006) tumbuhan beracun di Hutan TNBG yang ditunjukkan pada tabel adalah sebesar 3,09, 3,20, 3,26, 3,18 dan 3,14. Nilai ini menujukkan bahwa keragaman tumbuhan pada transek melimpah tinggi dimana Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan H’ lebih besar dari 1dan lebih besar dari 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek melimpah tinggi.

(49)

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kawasan Taman Nasional Batang Gadis masih terjaga kelestariannya.Dilihat dari kerapatan dan masih banyaknya jenis-jenis tumbuhan yang di dapat, dan tutupan lahannya masi rapat.Begitu juga dengan satwa yang hidup di kawasan Taman Nasional Batang Gadis masih lumayan banyak baik bangsa hewan dan burung.Suin (2002) Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan dengan konstansi.Konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis assesori (25-50%), jenis konstan (50- 75%), dan jenis absolut (di atas 75%).Berdasarkan data tabel 2, bahwa tumbuhan yang ada di Hutan TNBG termasuk dalam kategori jenis aksidental dengan frekuensi 0-25%.Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut daerah penyebarannya terbatas, dan hidup pada daerah tertentu saja.

Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner Tumbuhan Beracun

Tabel 4. Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun pada tingkatan tumbuhan bawah di Taman Nasional Batang Gadis pada setiap kategori ketinggian.

Indeks Ketinggian Tempat (mdpl)

1000 1100 1200 1300 1400 Indeks keanekaragaman

Shannon-winner (H’)

2,80 2,20 2,68 2,29 2,04

(50)

Grafik 1. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun tingkat tumbuhan bawah

Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tumbuhan beracun di Taman Nasional Batang Gadis pada setiap ketinggian ditunjukkan pada table.Indryanto (2006) menyatakan bahwa nilai H` hanya bisa berkisar 0-7.

Kriterianya antara lain adalah 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang dan lebih dari 3 tergolong tinggi. Pada keleompok tumbuhan bawah nilai indeks keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tertinggi yaitu pada ketinggian 1000 mdpl yaitu 2,80 sedangkan nilai H’ terendah adalah pada ketinggian 1400 mdpl yaitu 2,04. Data dalam tabel menunjukkan bahwa kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada setiap ketinggian termasuk dalam kriteria keanekaragaman sedang.

Tabel 5. Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun pada tingkatan semai di Taman Nasional Batang Gadis pada setiap kategori ketinggian.

Indeks Ketinggian Tempat (mdpl)

1000 1100 1200 1300 1400

Indeks keanekaragaman 2,84 2,86 3,00 2,42 2,54

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

1000 1100 1200 1300 1400

Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H')

Indeks

Keanekaragaman Shannon-Winner (H')

(51)

Grafik 2. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun tingkat semai

Pada semai nilai indeks keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tertinggi yaitu pada ketinggian 1200 mdpl yaitu 3,00 sedangkan nilai H’ terendah adalah pada ketinggian 1300 mdpl yaitu 2,42. Data dalam tabel menunjukkan bahwa kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1000, 1100, 1300 dan 1400 mdpl termasuk dalam kriteria keanekaragaman sedang dan pada ketinggian 1200 termasuk dalam kriteria keanekaragaman melimpah.

Tabel 6.Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun pada tingkatan pancang di Taman Nasional Batang Gadis pada setiap kategori ketinggian.

Indeks Ketinggian Tempat (mdpl)

1000 1100 1200 1300 1400 Indeks keanekaragaman

Shannon-winner (H’)

2,89 2,79 2,95 2,79 2,69

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

1000 1100 1200 1300 1400

Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’)

Indeks

keanekaragaman Shannon- Winner (H’)

(52)

Grafik 3. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun tingkat pancang

Pada pancang nilai indeks keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tertinggi yaitu pada ketinggian 1200 mdpl yaitu 2,95 sedangkan nilai H’ terendah adalah pada ketinggian 1400 mdpl yaitu 2,69. Data dalam tabel menunjukkan bahwa kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada setiap ketinggian termasuk dalam kriteria keanekaragaman sedang.

Tabel 7.Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun pada tingkatan tiang di Taman Nasional Batang Gadis pada setiap kategori ketinggian.

Indeks Ketinggian Tempat (mdpl)

1000 1100 1200 1300 1400 Indeks keanekaragaman

Shannon-winner (H’)

3,11 2,77 3,12 2,71 2,64

2,55 2,6 2,65 2,7 2,75 2,8 2,85 2,9 2,95 3

1000 1100 1200 1300 1400

Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’)

Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’)

(53)

Grafik 4. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun tingkat tiang

Pada tiang nilai indeks keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tertinggi yaitu pada ketinggian 1200 mdpl yaitu 3,12 sedangkan nilai H’ terendah adalah pada ketinggian 1400 mdpl yaitu 2,64. Data dalam tabel menunjukkan bahwa kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1100, 1300 dan 1400 mdpl termasuk dalam kriteria keanekaragaman sedang dan pada ketinggian 100 dan 1200 termasuk dalam kriteria keanekaragaman melimpah.

Tabel 8. Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun pada tingkatan pohon di Taman Nasional Batang Gadis pada setiap kategori ketinggian.

Indeks Ketinggian Tempat (mdpl)

1000 1100 1200 1300 1400 Indeks keanekaragaman

Shannon-winner (H’)

2,92 2,93 2,92 2,83 2,73

2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2

1000 1100 1200 1300 1400

Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’)

Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’)

(54)

Grafik 5. Grafik indeks keanekaragaman Shannon-Winner tumbuhan beracun tingkat pohon

Pada pohon nilai indeks keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tertinggi yaitu pada ketinggian 1100 mdpl yaitu 2,93 sedangkan nilai H’ terendah adalah pada ketinggian 1400 mdpl yaitu 2,73. Data dalam tabel menunjukkan bahwa kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada setiap ketinggian termasuk dalam kriteria keanekaragaman sedang.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara umum keanekaragaman tumbuhan beracun di daerah tersebut adalah sedang.Hal ini dapat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari tempat tumbuh tumbuhan beracun tersebut dan juga karena faktor klimatik khususnya suhu dan intensitas cahaya. Menurut Waluya (2013) bahwa kondisi suhu udara tentunya sangat berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimum serta tingkat toleransi yang berbeda satu sama lain.

Ditinjau dari segi kehadiran pada suatu komunitas tumbuhan dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suatu tempat maka semakin sedikit pula tumbuhan yang

2,6 2,65 2,7 2,75 2,8 2,85 2,9 2,95

1000 1100 1200 1300 1400

Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’)

Indeks

keanekaragaman Shannon- Winner (H’)

(55)

tumbuh. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh.

Indeks keanekaragaman tumbuhan dikawasan Taman Nasional Batang Gadis memiliki perbedaan di setiap tingkatannya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tempat dan cara berkembnangnya masing-masing tumbuhan.Untuk tingkat vegetasi dasar memiliki indeks keanekaragman yang lebih tinggidi bandingkan tingkat pohon, tumbuhan yang tergolong vegetasi dasar tergolong mudah beradaptasi dan berkembang di kawasan terbuka dan tidak terlalu ternaungi. Selain itu vegetasi dasar seperti semak dan rumput-rumputan memiliki siklus hidup yang pendek, sementara tingkat pohon memiliki siklus hidup lebih lama untuk tumbuh dan berkembanghingga akhirnya membentuk kelompok.

Pengujian Fitokimia Tumbuhan Beracun Di Taman Nasional Batang Gadis 1. Aktivitas Tanin dan Flavanoid

Tumbuhan yang mengandung tanin diketahui dapat digunakan sebagai bahan biopestisida alami karena diketahui mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai antivirus, antibakteri, dan antitumor. Hal tersebut juga disebutkan oleh Heslem (1989 ) yang menyatakan bahwa kandungan tanin dapat menghambat selektivitas replikasi HIV dan juga digunakan sebagai diuretik tanaman yang mengandung tanin telah diakui memiliki efek farmakologi dan dikenal agar membuat pohon-pohon dan semak-semak sulit untuk dihinggapi/dimakan oleh banyak ulat.Senyawa Tanin dan Flavanoid adalah senyawa turunan fenolik.Struktur senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau Flavanoid.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Desain plot tumbuhan beracun  Keterangan
Gambar 2. Ambolung( Alocasia sp)
Gambar 4. Dong-dong (Laportea stumulans Gaud)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka disimpulkan bahwa petani penggarap dari beberapa desa yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Batang Gadis

Banyaknya jenis semai dan tumbuhan bawah yang ditemukan di kawasan Taman Nasional Lore Lindu membuat keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat semai sangat tinggi

Identifikasi jenis-jenis tumbuhan beracun di kawasan Hutan Lindung Lumban Julu. Kecamatan

FATHIATUL RIZKIA AULIN: Nilai Ekonomi, Analisis Pemasaran dan Kelayakan Aren Arenga pinnata Merr oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Taman Nasional Batang Gadis, dibimbing oleh

Dilakukan pengambilan sampel jenis yang diperkirakan termasuk tumbuhan invasif yang terdapat di kawasan bukit sulap dilakukan dengan menjelajah lokasi penelitian

Banyaknya jenis semai dan tumbuhan bawah yang ditemukan di kawasan Taman Nasional Lore Lindu membuat keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat semai sangat tinggi

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida Pada Kawasan Hutan Lindung Sibayak I Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Universitas

Taman Nasional Alas Purwo termasuk salah satu kawasan yang menyimpan jenis-jenis tumbuhan obat langka dan tumbuhan berpotensi obat penting lainnya .Alstonia scholaris merupakan