• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Teh Hijau (Camellia sinensis L.K.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Teh Hijau (Camellia sinensis L.K.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Teh Hijau (Camellia sinensis

L.K.) Terhadap Staphyloccus aureus secara in vitro

Tan Winson Darius Hardianto, 2013

Pembimbing : dr. Ellya Rosa Delima, M. Kes.

Staphylococcus aureus sebagai mikroflora normal manusia biasanya terdapat

pada saluran nafas atas dan kulit, dapat menyebabkan infeksi serius ketika

resistensi inang melemah. Pengobatan dengan berbagai antibiotik telah terjadi

berbagai efek samping, serta resistensi, seperti pada penggunaan aminoglycosid.

Hal ini mendorong peneliti untuk menemukan pengobatan alternatif dengan bahan

alami yang mempunyai efek samping lebih sedikit, serta mempunyai keampuhan

yang lebih besar.

Teh hijau yang telah digunakan sejak lama oleh masyarakat, terutama orang

Asia dipercaya mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, salah satunya

adalah sebagai antimikroba.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teh hijau berefek bakterisidal

terhadap Staphylococcus aureus.

Desain penelitian bersifat eksperimental murni secara in vitro di laboratorium.

Menggunakan agar Mueller Hinton dengan metode difusi, yakni dengan

mengamati diameter zona inhibisi yang dibentuk ekstrak etanol teh hijau terhadap

kuman Staphylococcus aureus. Sebagai kontrol positif digunakan cakram

Gentamisin, sedangkan kontrol negatif digunakan cakram steril yang ditetesi

aquadest.

Hasil penelitian didapatkan zona inhibisi yang dibentuk ekstrak teh hijau

terhadap Staphylococcus aureus. Zona inhibisi terbesar didapatkan pada

konsentrasi ekstrak teh hijau 50%, sedangkan zona inhibisi terkecil didapatkan

pada konsentrasi ekstrak teh hijau 0,78125%.

Kesimpulan teh hijau berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

Efek bakterisidal teh hijau sebanding dengan jumlah catechin yang terkandung

dalam ekstrak teh hijau.

(2)

v

ABSTRACT

Antimicrobial Effects of Ethanol Extract of Green Tea (Camellia

sinensis L.K.) Against Staphylococcus aureus in vitro

Tan Winson Darius Hardianto, 2013;

Tutor : dr. Ellya Rosa Delima, M. Kes.

Staphylococcus aureus as a normal human microflora is usually found in the

upper respiratory tract and the skin, can cause serious infections when the host’s

resistance is weakened. Treatment with antibiotics cause a variety of side effects

and resistance, such as the use of aminoglycosid. This prompted researches to

find alternative treatment with natural ingridients that have fewer side effects, as

well as having greater efficacy.

Green tea has been used for a long time, especially Asians is believed to have

many health benefits for the body, one of which is as an antimicrobial agent.

The aim of this study is to determine whether green tea have bactericidal effect

against Staphylococcus aureus.

This study was an in vitro experimental research by observing the inhibition

zone diameter formed by green tea extract to Staphylococcus aureus. As positive

control Gentamycin disk is used, whereas the negative control steril disc which is

soaked with aquadest is used.

The results of this study found that the inhibition zones formed by green tea

extract against Staphylococcus aureus. Greatest inhibition zones obtained at

concentrations of green tea extract 50%, while the smallest zone of inhibition

obtained at a concentration of 0.78125% green tea extract.

The conclusion of this research is green tea have bactericidal effect against

Staphylococcus aureus. Bactericidal effect is propotional to the amount of green

tea catechin contained in green tea extract.

(3)

viii

DAFTAR ISI

Judul ... i

Lembar persetujuan ... ii

Surat Pernyataan... iii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4. Manfaat ... 2

1.5. Kerangka Pemikiran ... 2

1.6. Hipothesis ... 3

BAB II Tinjauan Pustaka ... 4

2.1. Teh Hijau ... 4

2.1.1. Taksonomi Teh Hijau ... 4

2.1.2. Penyebaran dan Pertumbuhan Teh Hijau ... 4

2.1.3. Morfologi Teh Hijau ... 5

2.1.4. Kandungan Kimia Teh Hijau ... 6

2.2. Staphylococcus aureus ... 12

2.2.1. Taksonomi Staphylococcus aureus... 12

2.2.2. Morfologi Staphylococcus aureus ... 12

(4)

ix

BAB III Alat, Bahan, dan Metode Penelitian ... 15

3.1. Alat dan Bahan Penelitian ... 15

3.1.1. Bahan Penelitian ... 15

3.1.2. Alat Penelitian ... 15

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.3. Metode Penelitian ... 16

3.3.1. Desain Penelitian ... 16

3.3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Konsepsional Variabel ... 16

3.3.3. Prosedur Kerja ... 17

3.4. Analisis Data ... 23

3.5. Uji Pendahuluan ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Hasil Penelitian ... 25

4.2. Pembahasan ... 29

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1. Simpulan ... 31

5.2. Saran ... 31

Daftar Pustaka ... 32

Lampiran ... 34

(5)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi kimia daun teh ... 6

Tabel 2.2. Komposisi polifenol daun teh ... 7

Tabel 2.3. Jumlah flavonol dalam teh hijau ... 9

Tabel 3.1. Hasil Uji Pendahuluan ... 24

Tabel 4.1. Diameter zona inhibisi teh hijau (Camellia sinensis)

terhadap Staphylococcus aureus ... 25

Tabel 4.2. Rerata diameter zona inhibisi teh hijau (Camellia

sinensis) terhadap Staphylococcus aureus ... 25

Tabel 4.3. Tes Homogenitas Varian Levence Test ... 26

Tabel 4.4. Anava ... 26

(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Camellia sinensis ... 6

Gambar 2.2. Struktur kimia Gallocatechin, Epicatechin-gallate, Epigallocatechin,

Epigallocatechin-gallate ... 9

Gambar 2.3. Struktur kimia Quercetin, Myricetin, Kaempferol ... 9

Gambar 2.4. Struktur kimia L-theanin ... 10

Gambar 2.5. Struktur kimia Caffeine ... 11

(7)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang

Staphylococcus aureus sebagai mikroflora normal manusia biasanya terdapat

pada saluran nafas atas dan kulit dapat menyebabkan infeksi serius ketika

resistensi inang melemah yang disebabkan oleh berbagai faktor (Honeyman,

2001; Madigan, 2008).

Staphylococcus aureus berperan dalam terjadinya berbagai penyakit, seperti

menyebabkan impetigo, pneumonia, endokarditis pada katup jantung,

osteomyelitis, bahkan toxic Shock syndrome. di samping itu dapat pula terjadi

komplikasi seperti bakteriemia, payah jantung, shock, scaled skin syndrome, serta

mastitis pada ibu menyusui dan chorioamnionitis dengan sepsis janin pada

kehamilan (Stoppler, 2012).

Pengobatan infeksi Staphylococcus aureus menggunakan berbagai antibiotik

dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti nefrotoxic dan ototoxic pada

penggunaan golongan aminoglycosid. (Sedyaningsih, 2011)

Disamping itu, pemilihan agen antimikroba untuk pengobatan infeksi

Staphylococcus aureus semakin terbatas dikarenakan adanya peningkatan jumlah

kuman Staphylococcus aureus yang resisten terhadap pengobatan antibiotik,

seperti Metichilin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA), bahkan

Vancomycin Resistance Staphylococcus aureus (VRSA). (Howden, Davies,

Johnson, Stinear, & Grayson, 2010)

(9)

2

dipercaya masyarakat mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

Sehingga dapat disimpulkan, efek samping teh hijau lebih minimal dan dapat

digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk infeksi Staphylococcus aureus.

Teh hijau telah menarik perhatian masyarakat dunia akhir-akhir ini, terutama

para-ahli dalam penelitian tentang khasiatnya. Teh hijau mampu meningkatkan

kemampuan antibiotik dalam membunuh bakteri resisten hingga tiga kali lipat

(Kassem, 2008).

1.2.

Identifikasi Masalah

Apakah teh hijau berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

1.3.

Tujuan

Ingin mengetahui apakah teh hijau berefek bakterisidal terhadap

Staphylococcus aureus.

1.4.

Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Akademik : Menambah pengetahuan kalangan medis tentang efek teh hijau

sebagai bakterisidal.

Praktis

: Menambah wawasan masyarakat mengenai penggunaan teh hijau

sebagai obat tambahan dalam penyembuhan infeksi Staphylococcus

aureus.

1.5.

Kerangka Pemikiran

Catechin sebagai senyawa flavonoid merupakan polifenol utama dalam teh

(10)

1.6.Hipothesis

Teh hijau berefek b

Catechin

(EGCG)

bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

menyerang

langsung membran sel

bakteri

hilangnya struktur & fungsi membran

sel bakteri

3

us.

(11)

31
 


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Ekstrak etanol teh hijau (

Camellia sinensis

L.K.) berefek bakterisidal

terhadap

Staphylococcus aureus

dengan konsentrasi 50% menghasilkan

zona inhibisi terbesar.

5.2. Saran

Penggunaan teh hijau sebagai obat kumur dan obat luka.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang uji antibakteri teh hijau

(

Camellia sinensis

) terhadap bakteri lainnya untuk melengkapi data

penelitian ini.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi hambat minimal

teh hijau (

Camellia sinensis

) baik terhadap

Staphylococcus aureus

maupun

bakteri lainnya.

Perlunya dilakukan penelitian tentang efek teh hijau (

Camellia sinensis

)

sebagai antijamur.

Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut efek antibakteri dari jenis teh

(12)

37
 


RIWAYAT HIDUP

Nama

: Tan Winson Darius Hardianto

NRP

: 1010176

Tempat Tanggal Lahir

: Semarang, 18 November 1992

Agama

: Kristen

Alamat

: Jl. Moch. Suyudi 59 - Semarang

Riwayat Pendidikan

:

1996-1998

TK Kristen Tri Tunggal, Semarang

1998-2004

SD Kristen Tri Tunggal, Semarang

2004-2007

SMP PL Domenico Savio, Semarang

2007-2010

SMA Negeri 3 Semarang, Semarang

2010-sekarang

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

(13)

Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Teh iijau

(

Camellia sinensis

L. K.) terhadap

Staphylococcus aureus

secara

in vitro

Tan Winson Darius Hardianto*, Ellya Rosa Delima**

*Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung **Bagian Biokimia Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung

ABSTRAK

Staphylococcus aureus sebagai mikroflora normal manusia biasanya terdapat pada saluran nafas atas dan kulit, dapat menyebabkan infeksi serius ketika resistensi inang melemah. Pengobatan dengan berbagai antibiotik telah terjadi berbagai efek samping, serta resistensi, seperti pada penggunaan aminoglycosid. Hal ini mendorong peneliti untuk menemukan pengobatan alternatif dengan bahan alami yang mempunyai efek samping lebih sedikit, serta mempunyai keampuhan yang lebih besar.

Teh hijau yang telah digunakan sejak lama oleh masyarakat, terutama orang Asia dipercaya mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, salah satunya adalah sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teh hijau berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

Desain penelitian bersifat eksperimental murni secara in vitro di laboratorium. Menggunakan agar Mueller Hinton dengan metode difusi, yakni dengan mengamati diameter zona inhibisi yang dibentuk ekstrak etanol teh hijau terhadap kuman Staphylococcus aureus. Sebagai kontrol positif digunakan cakram Gentamisin, sedangkan kontrol negatif digunakan cakram steril yang ditetesi aquadest.

Hasil penelitian didapatkan zona inhibisi yang dibentuk ekstrak teh hijau terhadap Staphylococcus aureus. Zona inhibisi terbesar didapatkan pada konsentrasi ekstrak teh hijau 50%, sedangkan zona inhibisi terkecil didapatkan pada konsentrasi ekstrak teh hijau 0,78125%.

Kesimpulan teh hijau berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus. Efek bakterisidal teh hijau sebanding dengan jumlah catechin yang terkandung dalam ekstrak teh hijau.

Kata kunci : ekstrak etanol teh hijau, Staphylococcus aureus, zona inhibisi, catechin

ABSTRACT

Staphylococcus aureus as a normal human microflora is usually found in the upper respiratory tract and the skin, can cause serious infections when the host’s resistance is weakened. Treatment with antibiotics cause a variety of side effects and resistance, such as the use of aminoglycosid. This prompted researches to find alternative treatment with natural ingridients that have fewer side effects, as well as having greater efficacy.

Green tea has been used for a long time, especially Asians is believed to have many health benefits for the body, one of which is as an antimicrobial agent.

The aim of this study is to determine whether green tea have bactericidal effect against Staphylococcus aureus.

This study was an in vitro experimental research by observing the inhibition zone diameter formed by green tea extract to Staphylococcus aureus. As positive control Gentamycin disk is used, whereas the negative control steril disc which is soaked with aquadest is used.

(14)

The conclusion of this research is green tea have bactericidal effect against Staphylococcus aureus. Bactericidal effect is propotional to the amount of green tea catechin contained in green tea extract.

(15)

PENDAiULUAN

Staphylococcus aureus sebagai

mikroflora normal manusia biasanya terdapat pada saluran nafas atas dan kulit dapat menyebabkan infeksi serius ketika resistensi inang melemah yang disebabkan oleh berbagai faktor (Honeyman, 2001; Madigan, 2008).

Staphylococcus aureus berperan

dalam terjadinya berbagai penyakit, seperti menyebabkan impetigo, pneumonia, endokarditis pada katup jantung, osteomyelitis, bahkan

toxic Shock syndrome. di samping itu

dapat pula terjadi komplikasi seperti bakteriemia, payah jantung, shock,

scaled skin syndrome, serta mastitis

pada ibu menyusui dan

chorioamnionitis dengan sepsis janin

pada kehamilan 1.

Pengobatan infeksi Staphylococcus

aureus menggunakan berbagai

antibiotik dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti

nefrotoxic dan ototoxic pada

penggunaan golongan aminoglycosid 2.

Disamping itu, pemilihan agen antimikroba untuk pengobatan infeksi Staphylococcus aureus semakin terbatas dikarenakan adanya

peningkatan jumlah kuman

Staphylococcus aureus yang resisten

terhadap pengobatan antibiotik, seperti Metichilin Resistance

Staphylococcus aureus (MRSA),

bahkan Vancomycin Resistance

Staphylococcus aureus (VRSA) 3.

Hal ini mendorong peneliti untuk menemukan pengobatan alternatif terhadap infeksi Staphylococcus

aureus dengan menggunakan bahan

alami yang mempunyai efek

samping yang lebih sedikit, serta mempunyai keampuhan yang lebih besar, serta dapat berefek sinergis

terhadap obat yang digunakan. Dalam hal ini, salah satunya adalah teh hijau. Teh telah menjadi minuman populer bagi masyarakat, khususnya bagi orang Asia, bahkan di negara tertentu seperti Inggris dan Jepang diadakan upacara untuk minum teh. Menurut mitos, minum

teh dipercaya masyarakat

mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Sehingga dapat disimpulkan, efek samping teh hijau lebih minimal dan dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk infeksi Staphylococcus aureus.

Teh hijau telah menarik perhatian masyarakat dunia akhir-akhir ini, terutama para-ahli dalam penelitian tentang khasiatnya. Teh hijau mampu meningkatkan kemampuan antibiotik dalam membunuh bakteri resisten hingga tiga kali lipat 4.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah teh hijau berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

ALAT, BAiAN, DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksperimental murni secara in vitro di laboratorium menggunakan agar

Mueller Hinton dengan metode

difusi.

Analisis data menggunakan ANAVA dengan α = 5%, dilanjutkan dengan Multiple Comparrison Fisher’s

LSD.

Alat :

• Tip pipet steril • Inkubator

Oese

(16)

• Gelas ukur • Termometer • Mortir

• Bunsen

• Object Glass • Rak pewarnaan

• Mikropipet 0-20µl, 100-1000µl

• Standar 0,5 Mc Farland BaCl2+H2SO4 0,1M

• Mikroskop cahaya • Jangka sorong • Beaker Glass

Bahan :

• Ekstrak teh hijau yang didapat dari Laboratorium Penelitian – Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjadjaran

Staphylococcus aureus yang

diisolasi di Laboratorium Mikrobiologi Universits Kristen Maranatha

• Agar Darah

• Agar Mueller Hinton

• Cakram Gentamycin

• Kertas samir (disk / cakram steril)

• Zat pewarnaan gram (Crystal Violet, Gram Iodine, etanol 95%, Safranin)

• Minyak emersi

Cara Kerja : Sterilisasi Alat

Sterilisasi alat dilakukan dengan cara memasukkan alat-alat tertentu seperti cawan petri, tabung reaksi, pipet isap, dan jarum oese ke dalam

autoclav untuk mencegah

kontaminasi.

Persiapan Media Agar

Pembuatan medium agar Mueller

Hinton dilakukan dengan

memasukkan 8,55 gram serbuk MHA dalam 225 ml aquadest pada tabung Erlenmeyer dan diaduk hingga larut. Pembuatan dilanjutkan dengan pemanasan di atas api agar

larutan homogen, kemudian

sterilisasi dengan memasukkan tabung Erlenmeyer dalam autoclav pada suhu 121oC selama 15 menit. Medium yang telah dibuat tadi kemudian dituang pada cawan petri yang telah tersedia, masing-masing cawan petri berisi 15 ml larutan MHA, kemudain didinginkan pada suhu ruangan.

Persiapan Mikroorganisme Uji Mikrooganisme uji dari

Laboratorium Mikrobiolgi

Universitas Kristen Maranatha dipersiapkan dengan identifikasi ulang secara makroskopis maupun mikroskopis, serta tes biokimiawi. Identifikasi secara makroskopis

dengan cara menanam

mikroorganisme uji dalam lempeng agar darah (LAD) dan Manitol Salt Agar (MSA). Indentifikasi secara mikroskopis adalah dengan cara mengambil koloni dari biakan dan mengamatinya dibawah mikroskop untuk melihat warna dan bentuk yang sebelumnya telah diwarnai dengan pewarnaan gram. Pada tes biokimia, dilakukan dengan tes katalase dan tes koagulase.

Pembuatan Suspensi

Mikroorganisme

Masukkan larutan NaCl 0,9% dalam tabung reaksi.

(17)

diambil menggunakkan oese dan dimasukkan dalam tabung yang berisi NaCl 0,9%, kemudian dikocok agar homogen.

Bandingkan kekeruhan tabung reaksi yang berisi bakteri dengan tabung 0,5 Mc Farland, yakni 108 CFU (Coloni Forming Unit) /ml. Apabila kekeruhan bakteri dalam tabung kurang dibandingkan tabung

0,5 Mc Farland, ditambahkan lagi

koloni bakteri tersebut agar kekeruhannya sama dengan tabung

Mc Farland. Namun apabila

kekeruhan tabung berisi bakteri lebih keruh dibandingkan tabung 0,5

Mc Farland, ditambahkan NaCl 0,9%

agar kekeruhannya sama dengan tabung 0.5 Mc Farland.

Pembuatan Ekstraksi

Pembuatan ekstraksi dilakukan di Laboratorium Penelitian – Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun teh hijau

yang telah melalui proses

penggilingan serta pengeringan. Sampel teh hijau yang telah didapat di suatu pasar “X” di Bandung sebanyak 500 gram, dipotong kecil-kecil atau dihaluskan, kemudian dimasukkan ke tabung reflux, serta direndam dalam pelarut etanol. Kemudian alat reflux

dinyalakan selama 4 jam,

dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan corong dan kertas saring, sehingga didapatkan filtrat. Hasil berupa filtrat tadi kemudian diuapkan menggunakkan rotatory evaporator, sehingga didapatkan ekstrak pekat etanol.

Ekstrak pekat etanol 80% yang

telah didapatkan kemudian

diencerkan. Pengenceran dilakukan dengan perbandingan berat antara berat ekstrak etanol yang telah ditimbang dibandingkan berat pelarut (aquadest) yang juga telah ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan konsentrasi ekstrak. Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%, dan 0,78125%.

Pengujian Aktivitas Antimikroba

Kirby Bauer Methode :

Gunakan masing-masing kapas lidi steril yang berbeda untuk pengokulasian bakteri yang berbeda pula. Benamkan kapas lidi steril pada tabung berisi suspensi kuman

Staphylococcus aureus.

Kapas lidi kemudian dioleskan pada permukaan Mueller Hinton agar sebanyak 3 kali dengan memutar plat 600 pada setiap akhir

pengolesan. Prosedur ini

memastikan bahwa penanaman

kuman meliputi seluruh permukaan agar. Biarkan hasil kultur mengering dalam suhu kamar selama 5 hingga 10 menit dengan penutup di atas plat agar.

Menggunakkan mikropipet, ambillah sebanyak 20 µL untuk masing-masing konsentrasi hasil pengenceran ekstrak etanol, kemudian teteskan pada masing-masing cakram steril.

Sebagai kontrol pembanding, letakkan cakram Gentamisin sebagai kontrol positif, serta cakram steril yang telah ditetesi 20 µL aquadest menggunakkan mikropipet sebagai kontrol negatif pada plat agar dan pastikan kontak antara cakram dan plat agar dengan menekan secara

lembut mengguanakan forcep

(18)

dahulu. Jangan menekan cakram ke dalam agar, serta jangan menggeser cakram pada agar.

Inkubasi plat agar yang telah diletakkan cakram di dalamnya selama 16 hingga 18 jam pada suhu 35oC. Jangan membalikan plat agar. Ukur zona inhibisi pada jarak

terdekat dengan satuan mm

(milimeter). Catat hasil pengukuran kemudian bandingkan pada tabel sebagai acuan antibiotik apakah bakteri resisten atau rentan.

Petunjuk dan tindakan :

Jika langkah pengerjaan benar serta penginokulasian cukup, maka zona inhibisi akan terbentuk bulat dan melingkar. Jika tampak koloni terisolasi pada plat agar, maka tekhnik pengerjaan kurang adekuat dan harus diulangi.

Koloni yang tumbuh dalam zona inhibisi cenderung sebagai bakteri yang resisten terhadap obat 5.

iASIL DAN PEMBAiASAN

Tabel 1. Diameter zona inhibisi teh hijau (Camellia sinensis) terhadap

Staphylococcus aureus.

Konsentrasi Pengulangan

I II III

50% 27,456 22,39 24,355

25% 26,795 20,175 24,34

12,5% 23,445 16,41 21,515

6,25% 21,1 16,145 17,835

3,125% 15,7 14,085 14,785 1,5625% 12,09 12,96 9,335 0,78125% 7,225 7,8 12,565 Kontrol + 25,77 21,56 23,7

Kontrol - 0 0 0

Tabel 2. Rerata diameter zona inhibisi teh hijau (Camellia sinensis) terhadap

Staphylococcus aureus.

N Mean Std. Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

50 % 3 24,73667 2,558937 1,477403 18,37991 31,09342 22,390 27,465

25 % 3 23,77000 3,346606 1,932164 15,45657 32,08343 20,175 26,795 12,5 % 3 20,45667 3,634950 2,098639 11,42695 29,48638 16,410 23,445

6,25 % 3 18,36000 2,518874 1,454272 12,10277 24,61723 16,145 21,100 3,125 % 3 14,85667 ,809882 ,467585 12,84481 16,86852 14,085 15,700

1,5625 % 3 11,46167 1,892421 1,092590 6,76063 16,16270 9,335 12,960 0,78125 % 3 9,19667 2,931196 1,692327 1,91517 16,47816 7,225 12,565

kontrol + 3 23,67667 2,105097 1,215378 18,44732 28,90602 21,560 25,770 kontrol - 3 ,00000 ,000000 ,000000 ,00000 ,00000 ,000 ,000

(19)

Tabel 3. Tes homogenitas varian Levene Test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,856 8 18 ,132

Tabel 4. Anava

Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between Groups 1633,653 8 204,207 33,681 ,000

Within Groups 109,132 18 6,063

Total 1742,786 26

Tabel 5. Tabel Multiple comparrison LSD

(I) factor1 (J) factor1 Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

50 %

25 % ,966667 2,010455 ,636 -3,25714 5,19048

12,5 % 4,280000* 2,010455 ,047 ,05619 8,50381 6,25 % 6,376667* 2,010455 ,005 2,15286 10,60048

3,125 % 9,880000* 2,010455 ,000 5,65619 14,10381 1,5625 % 13,275000* 2,010455 ,000 9,05119 17,49881

0,78125 % 15,540000* 2,010455 ,000 11,31619 19,76381 kontrol + 1,060000 2,010455 ,604 -3,16381 5,28381

kontrol - 24,736667* 2,010455 ,000 20,51286 28,96048

25 %

50 % -,966667 2,010455 ,636 -5,19048 3,25714

12,5 % 3,313333 2,010455 ,117 -,91048 7,53714 6,25 % 5,410000* 2,010455 ,015 1,18619 9,63381

3,125 % 8,913333* 2,010455 ,000 4,68952 13,13714 1,5625 % 12,308333* 2,010455 ,000 8,08452 16,53214

0,78125 % 14,573333* 2,010455 ,000 10,34952 18,79714 kontrol + ,093333 2,010455 ,963 -4,13048 4,31714

kontrol - 23,770000* 2,010455 ,000 19,54619 27,99381

12,5 %

50 % -4,280000* 2,010455 ,047 -8,50381 -,05619

25 % -3,313333 2,010455 ,117 -7,53714 ,91048 6,25 % 2,096667 2,010455 ,311 -2,12714 6,32048

3,125 % 5,600000* 2,010455 ,012 1,37619 9,82381 1,5625 % 8,995000* 2,010455 ,000 4,77119 13,21881

0,78125 % 11,260000* 2,010455 ,000 7,03619 15,48381 kontrol + -3,220000 2,010455 ,127 -7,44381 1,00381

kontrol - 20,456667* 2,010455 ,000 16,23286 24,68048

(20)

12,5 % -2,096667 2,010455 ,311 -6,32048 2,12714

3,125 % 3,503333 2,010455 ,098 -,72048 7,72714 1,5625 % 6,898333* 2,010455 ,003 2,67452 11,12214

0,78125 % 9,163333* 2,010455 ,000 4,93952 13,38714 kontrol + -5,316667* 2,010455 ,016 -9,54048 -1,09286

kontrol - 18,360000* 2,010455 ,000 14,13619 22,58381

3,125 %

50 % -9,880000* 2,010455 ,000 -14,10381 -5,65619

25 % -8,913333* 2,010455 ,000 -13,13714 -4,68952 12,5 % -5,600000* 2,010455 ,012 -9,82381 -1,37619

6,25 % -3,503333 2,010455 ,098 -7,72714 ,72048 1,5625 % 3,395000 2,010455 ,109 -,82881 7,61881

0,78125 % 5,660000* 2,010455 ,011 1,43619 9,88381 kontrol + -8,820000* 2,010455 ,000 -13,04381 -4,59619

kontrol - 14,856667* 2,010455 ,000 10,63286 19,08048

1,5625 %

50 % -13,275000* 2,010455 ,000 -17,49881 -9,05119

25 % -12,308333* 2,010455 ,000 -16,53214 -8,08452

12,5 % -8,995000* 2,010455 ,000 -13,21881 -4,77119 6,25 % -6,898333* 2,010455 ,003 -11,12214 -2,67452 3,125 % -3,395000 2,010455 ,109 -7,61881 ,82881

0,78125 % 2,265000 2,010455 ,275 -1,95881 6,48881 kontrol + -12,215000* 2,010455 ,000 -16,43881 -7,99119

kontrol - 11,461667* 2,010455 ,000 7,23786 15,68548

0,78125 %

50 % -15,540000* 2,010455 ,000 -19,76381 -11,31619

25 % -14,573333* 2,010455 ,000 -18,79714 -10,34952

12,5 % -11,260000* 2,010455 ,000 -15,48381 -7,03619 6,25 % -9,163333* 2,010455 ,000 -13,38714 -4,93952

3,125 % -5,660000* 2,010455 ,011 -9,88381 -1,43619 1,5625 % -2,265000 2,010455 ,275 -6,48881 1,95881

kontrol + -14,480000* 2,010455 ,000 -18,70381 -10,25619 kontrol - 9,196667* 2,010455 ,000 4,97286 13,42048

kontrol +

50 % -1,060000 2,010455 ,604 -5,28381 3,16381

25 % -,093333 2,010455 ,963 -4,31714 4,13048 12,5 % 3,220000 2,010455 ,127 -1,00381 7,44381

6,25 % 5,316667* 2,010455 ,016 1,09286 9,54048

3,125 % 8,820000* 2,010455 ,000 4,59619 13,04381 1,5625 % 12,215000* 2,010455 ,000 7,99119 16,43881

0,78125 % 14,480000* 2,010455 ,000 10,25619 18,70381 kontrol - 23,676667* 2,010455 ,000 19,45286 27,90048

kontrol -

50 % -24,736667* 2,010455 ,000 -28,96048 -20,51286 25 % -23,770000* 2,010455 ,000 -27,99381 -19,54619 12,5 % -20,456667* 2,010455 ,000 -24,68048 -16,23286

6,25 % -18,360000* 2,010455 ,000 -22,58381 -14,13619

3,125 % -14,856667* 2,010455 ,000 -19,08048 -10,63286 1,5625 % -11,461667* 2,010455 ,000 -15,68548 -7,23786

0,78125 % -9,196667* 2,010455 ,000 -13,42048 -4,97286 kontrol + -23,676667* 2,010455 ,000 -27,90048 -19,45286

(21)

DISKUSI

Tabel 2 menunjukan bahwa rerata zona inhibisi terbesar dihasilkan pada dilusi 50% dari ekstrak etanol teh hijau.

Semakin kecil konsentrasi ekstrak, zona inhibisi yang dihasilkan juga semakin kecil. Zona hambat terkecil ditemukan pada konsentrasi 0,78125%.

Hal ini dimungkinkan karena semakin kecil konsentrasi ekstrak dalam larutan, semakin kecil pula

kandungan catechin yang

menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hidayati (2009) tentang efek antibakteri ekstrak daun teh tua terhadap

Micrococcus luteus dan Pseudomonas

fluorescens, dimana luasnya zona

inhibisi didapatkan sebanding dengan besarnya konsentrasi ekstrak hingga konsentrasi 50%. Sedangkan konsentrasi yang lebih besar dari 50% menunjukan hasil yang sesuai dengan hasil uji pendahuluan, yakni luasnya zona inhibisi berbanding

terbalik terhadap besarnya

konsentrasi ekstrak. Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi

yang terlalu pekat akan

menghambat proses difusi dari ekstrak pada plat agar, sehingga didapatka zona inhibisi yang lebih kecil.

Tes homogenitas varian data

Levene test, menunjukkan hasil

non-signifikan, maka analysis data boleh

dilanjutkan menggunakkan

ANAVA.

Hasil analisis data dengan ANAVA pada α = 0,05 menunjukan hasil yang signifikan, hal ini berarti minimal ada sepasang perlakuan yang berbeda (p<0,01). Untuk itu

analisis dilanjutkan dengan multiple

comparissonLSD.

Dari hasil analisis multiple

comparisson LSD, didapatkan

perbandingan konsentrasi 50% hampir seluruhnya signifikan kecuali terhadap konsentrasi 25% serta kontrol + didapatkan hasil

non-signifikan. Pada perbandingan

terhadap konsentrasi 25%,

didapatkan hasil non-signifikan pada konsentrasi 12,5% serta kontrol +. Perbandingan terhadap konsentrasi 12,5% didapatkan hasil non-signifikan pada konsentrasi 6,25% serta kontrol +. Pada perbandingan terhadap konsentrasi 6,25% didapatkan hasil

non-signifikan pada konsentrasi

3,125%. Pada perbandingan

terhadap konsentrasi 3,125%, didapatkan hasil non-signifikan pada

konsentrasi 1,5625%. Pada

perbandingan konsentrasi 1,5625% didapatkan hasil non-signifikan pada konsentrasi 0,78125%. Sedangkan pada perbandingan kontrol -, didapatkan hasil signifikan pada perbandingan terhadap semua konsentrasi.

Hipotesis penelitian adalah bahwa teh hijau (Camellia sinensis) berefek antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus. Hal-hal yang

mendukung adalah pada uji

(22)

SIMPULAN

Ekstrak etanol teh hijau (Camellia

sinensis L.K.) berefek bakterisidal

terhadap Staphylococcus aureus

dengan konsentrasi 50%

menghasilkan zona inhibisi terbesar.

SARAN

Penggunaan teh hijau sebagai obat kumur dan obat luka.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang uji antibakteri teh hijau (Camellia sinensis) terhadap bakteri lainnya untuk melengkapi data penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Stoppler, Melissa Conrad. What Types of Disease caused by Staph. Staph Infection. 20 4 2012.

2. Sedyaningsih, Endang Rahayu.

Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ Menkes/ PER/ XII/

2011. Jakarta, Indonesia :

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 1 Desember 2011.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi hambat minimal teh hijau (Camellia sinensis) baik terhadap Staphylococcus aureus maupun bakteri lainnya.

Perlunya dilakukan penelitian tentang efek teh hijau (Camellia

sinensis) sebagai antijamur.

Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut efek antibakteri dari jenis teh lainnya.

3. iowden, Benjamin P, et al.

http://cmr.asm.org/content/2 3/1/99.full. American Society

for Microbiology. [Online]

January 2010.

http://cmr.asm.org.

4. Dr. Kassem, Mervat. Edinburgh : s.n., 2008. Society for General Microbiology.

5. iarley, P John and Prescott, Lansing M.Laboratory Excercise

in Microbiology. 5. New York :

(23)

32


DAFTAR PUSTAKA

Alam Syah, A. N. 2006.

Taklukan Penyakit dengan Teh HIjau.

Tangerang:

AgroMedia Pustaka.

Cabrera, C., Artacho, R., & Gimenez, R. 2006. Beneficial Effects of Green Tea-A

Review.

Journal of the American College of Nutrition

.

Farmakope Indonesia

(3 ed.). 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Harley, P. J., & Prescott, L. M. 2002.

Laboratory Excercise in Microbiology

(5

ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.

Hartoyo, A. 2003.

Kesehatan, Teh & Khasiatnya bagi.

Yogyakarta: Kanisius.

Hernani, & Rahardjo, M. 2004.

Tanaman Berkhasiat Antioksidan.

Honeyman, A. L., Friedman, H., & Bendinelli, M. 2001.

Staphylococcus aureus

Infection and Disease.

New York: Plenum Publishers.

Anonym.http://aggie-horticulture.tamu.edu/newsletters/hortupdate/hortupdate_archives/2007/ja

n07/CamelliasTxGard.html

. 2007. Diambil kembali dari

http://aggie-horticulture.tamu.edu.

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/

.

(t.thn.).

Diambil

kembali

dari

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/: http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/

Anonym.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53621/BAB%20II

%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3.

(t.thn.). Diambil kembali dari

http://repository.ipb.ac.id.

http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/Data/Flav/flav.pdf.

(t.thn.). Dipetik 2003

http://www.pfaf.org/user/Plant.aspx?LatinName=Camellia+sinensis

.

(t.thn.).

Diambil kembali dari http://www.pfaf.org.

(24)

33


http:\bioportal.bioontology.org

. (t.thn.).

http:\itis.gov

. 2012.

Indonesia, D. K. 2001.

Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2.

Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes RI.

Janick, J. 1972.

Horticultural science

(2 ed.).

Jumpowati, M. D. 2001. Molekuler Membran Plasma pada Sistem Transpor

Bakteri.

Kassem, M. 31 Maret 2008.

Society for General Microbiology

. Diambil kembali

dari http://www.sgm.ac.uk/news/releases/MTNG.0308.MK.1.cfm

Kayser, F. H., Bienz, K. A., Eckert, J., & Zinkernagel, R. M. 2005.

Color Atlas of

Medical Microbiology Kayser Thieme.

Thieme.

Madigan, M. T., Martinko, J. M., Dunlap, P. V., & Clark, D. P. 2008.

Biology of

Microorganisms

(12 ed.). San Francisco: Pearson.

Perry, L. M., & Arboretum, A. 1978.

Medical Plant of East and Southeast Asia.

Ryan, K. J., & Ray, C. G. 2004.

Sherris Medical Microbiology

(4 ed.).

McGraw-Hill.

Stoppler, M. C. 12 April 2012.

MedicineNet

. (W. C. Jr, Penyunting) Diambil

kembali dari http://www.medicinenet.com/staph_infection/article.htm

Susilowati, A., Aspiyanto, Melanie, H., & Maryati, Y. 2010. Green tea (Camellia

assamica) concentrate as a source of L-theanine used in kombucha

fermentation for relaxation drink.

Menara Perkebunan

.

Tiwari, R. P., Bharti, S. K., Kaur, H. D., Dikshit, R. P., & Hoondal, G. S. 2005.

Synergistic Antimicrobial Activity of Tea & Antibiotics. 80-84.

Zhang, Y. M., & Rock, C. O. 2004. Evaluation of Epigallocatechin Gallate and

Related Plant Polyphenols as Inhibitors of the FabG and FabI Reductases

of Bacterial Type II Fatty-acid Synthase.

The Journal of Biological

Gambar

Tabel 2. Rerata diameter zona inhibisi teh hijau (Camellia sinensis) terhadap Staphylococcus aureus
Tabel 5. Tabel Multiple comparrison LSD

Referensi

Dokumen terkait

Sebaran suhu air laut menunjukkan nilai tertinngi menuju ke arah darat, sebaliknya untuk salinitas nilainya makin rendah karena masih memiliki pengaruh dari air

22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, rasio rombel terhadap siswa untuk satuan pendidikan jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah SDLB dengan rasio

Kajian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Desa Bungong Keumang itu lebih memilih mendahului Pemerintah dalam penentuan 1 Ramadhan itu bukan karena persoalan metode

[r]

Untuk mengetahui lebih detail keadaan peserta didik SMP Al-Falah Assalam Tropodo Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2016-2017 dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:..

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi

PENGARUH DEBT TO TOTAL ASSETS RATIO, QUICK RATIO, NET PROFIT MARGIN, DAN RETURN ON INVESTMENT DEBITUR TERHADAP PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT BANK.. MANDIRI

Terdapatnya variasi pada genotipe Brachiaria dalam toleransi terhadap lahan masam, menunjukkan kelayakan untuk dilakukan kegiatan pemuliaan untuk memperbaiki genetik