KARAKTERISTIK DAN ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MALAPARI (Pongamia pinnata (L.) Pierre) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL MINYAK DI DUA
AKSESI
Skripsi
Sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
Oleh:
Ferliana Febritasari 1208305008
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA
SKRIPSI
KARAKTERISTIK DAN ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MALAPARI (Pongamia pinnata (L.) Pierre) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL MINYAK DI DUA
AKSESI
Oleh
Ferliana Febritasari 1208305008
Telah dipertahankan di depan Tim Pengujii dantelah dinyatakan lulus pada Senin,11 Januari 2016
Pembimbing I Pembimbing II
(Ni Luh Arpiwi,S.Si.,M.Sc. Ph.D) (Dra. I Gusti Ayu Sugi Wahyuni, M.Si.) NIP: 197208131997022002 NIP: 196601271992032001
Mengesahkan
Ketua Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Udayana
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Hasil Penelitian yang berjudul “Karakteristik Dan Analisis Hubungan Kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Di Dua Aksesi”, dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Untuk itu kepada semua pihak yang telah membantu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Yth. Ibu Ni Luh Arpiwi, S.Si., M.Sc., Ph.D dan Ibu Dra. I Gusti Ayu Wahyuni, M.Si.
selaku pembimbing yang telah memberikan masukan, ide, serta bimbingan dan semangat
selama penyelesaian skripsi ini.
2. Yth. Ibu Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si, Bapak Dr. Drs. Anak Agung Ketut
Darmadi M.Si dan Bapak Drs. I Ketut Sundra, M.Si selaku penguji atas masukan, kritik,
dan saran selama penyelesaian skripsi ini.
3. Yth. Bapak Drs. Deny Suhernawan Yusup, M.Sc.St selaku dosen pembimbing akademik
yang memberi dukungan serta saran untuk skripsi ini.
4. Yth. Ibu Dwi Ariani Yulishastuti, S.Si, M.Si selaku ketua jurusan Biologi yang
memberikan bantuan selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Udayana.
5. Ibu Suprihatin dan Bapak Agus Irwanto selaku orang tua serta seluruh keluarga yang
telah memberikan dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Teman-teman seangkatan dan semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu,
yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan dan semangat selama penyelesaian
skripsi ini.
7. Saudara Andri Ferdiansyah yang telah banyak memberi semangat dan motivasi serta
membantu menyelesaikan skripsi ini
8. Keluarga besar UKM Mapala “Wanaprastha Dharma” Universitas Udayana atas
9. Saudara Nur Asni Puspitasari yang telah membantu dan menemani dalam pengambilan
sampel.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna sehingga penulis tidak
menutup kemungkinan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan penelitian ini. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
Jimbaran, Januari 2016
ABSTRAK
Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang sangat berpotensi untuk bahan baku biodiesel. Hal ini menjadi suatu alasan bahwa tanaman Malapari perlu dikembangkan dan dibudidayakan. Malapari tumbuh alami di hutan dataran rendah pada tanah berkapur, batu karang di pantai, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjang aliran dan sungai pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanaman Malapari dan hubungan kekerabatan antara dua aksesi yang tumbuh di aksesi Bali Utara (Pemaron, Uma Anyar, Kalisada, Pengulon, Sumber Kelampok) dan Jawa Timur (Taman Nasional (TN) Alas Purwo, TN. Baluran) berdasarkan karakter morfologi dan kandungan minyak. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli-November 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan pengamatan karakter morfologi serta analisis kandungan minyak dari biji. Hubungan kekerabatan dianalisis dengan program Minitab Vis 14. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan karakteristik morfologi Malapari di tunjukan pada karakter daun, bunga, dimensi buah dan biji yang bervariasi. Hasil analisis kekerabatan dibeberapa aksesi Malapari pada tingkat kemiripan diatas 80% dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar : kelompok I Malapari dari Desa Uma Anyar mempunyai tingkat kemiripan sebesar 59,51%, kelompok II Malapari dari Pengulon mempunyai tingkat kemiripan sebesar 80,16% dan kelompok III TN. Alas Purwo dan 32 individu Malapari lainnya yang berasal dari berbagai daerah mempunyai tingkat kemiripan sebesar 84,53%.
ABSTRACT
Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) is a vegetable oil plant which has the potential to biodiesel feedstock. This becomes a reason that Malapari plants need to be developed and cultivated. Malapari grow naturally in lowland forests on calcareous soils, rocks on the beach, along the edge of the mangroves and along stream and river tides. This study aims to determine the characteristics of the plant Malapari and kinship between the two accessions grown in accession North Bali (Pemaron, Uma Anyar, Kalisada, Pengulon, Sumber Kelampok) and East Java (National Park (TN) Alas Purwo, TN. Baluran) based morphological characters and oil content. The research was conducted in July-November 2015. The method used in this research was the observation and observation of morphological characters as well as the analysis of the oil content of seeds. Kinship analyzed by Minitab Vis 14. The results showed that differences in morphological characteristics Malapari show the character of the leaves, flowers, fruits and seeds dimension that varies. Kinship analysis results in several accession Malapari the similarity level above 80% can be classified into 3 major groups: group I Malapari of Uma Anyar village has a similarity level of 59.51%, group II Malapari of Pengulon has a similarity level of 80.16% and the group III TN. Alas Purwo Malapari and 32 other individuals from various regions having similarity level of 84.53%.
DAFTAR ISI
Judul Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan ... 3
1.4 Manfaat ... 3
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) ... 4
2.4 Manfaat Malapari………...………. 7
2.5 Karakteristik Minyak Malapari………. 8
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian ... 9
3.2 Metode Pengupulan data ... 10
3.2.1. Alat dan bahan penelitian... 10
3.2.2. Teknik pengambilan sampel ... 10
3.2.3. Cara kerja ... 10
3.3 Metode Pengolahan Data ... 11
3.3.1 Variabel penelitian ... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 14
4.1.1 Morfologi Tanaman Malapari ... 14
4.1.2 Kandungan Minyak Malapari ... 19
4.1.3 Analisis Hubungan Kekerabatan Malapari ... 21
4.2Pembahasan... 26
4.2.1 Morfologi Tanaman Malapari ... 26
4.2.2 Kandungan minyak Malapari ... 27
4.2.3 Analisis Hubungan Kekerabatan Malapari ... 27
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 31
5.2 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.Parameter data kualitatif yang dilakukan skoring ... 11
2. Parameter data kuantitatif ... 13
3. Kandungan minyak Biji dari 35 individu yang diambil dari dua aksesi .. 20
4. Hasil skoring karakter morfologi dan kandungan minyak ... 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penyebaran Malapari di dunia ... 5
2. Peta lokasi pengambilan sampel ... 9
3. Morfologi Daun Malapari dari aksesi Bali Utara dan Jawa Timur ... 15
4. Morfologi Bunga Malapari dari aksesi Bali Utara dan Jawa Timur ... 15
5. Morfologi Buah Malapari dari aksesi Bali Utara dan Jawa Timur ... 17
6. Morfologi Biji Malapari dari aksesi Bali Utara dan Jawa Timur ... 18
8. Dendrogram pengelompokan 35 individu tanaman Malapari berdasarkan
karakter morfologi dan kandungan minyak ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Habitat tanaman Malapari ... 36
2. Alat dan bahan penelitian ... 37
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) adalah tanaman penghasil minyak
nabati yang sangat berpotensi untuk bahan baku biodiesel. Spesies ini mempunyai
sinonim dengan beberapa nama ilmiah antara lain (Millettia pinnata (L.) Panigrahi)
seperti yang digunakan dalam karya ilmiah oleh Arpiwi et al. (2013a). Kelebihan
Malapari sebagai bahan baku biodiesel adalah bijinya mempunyai rendemen minyak
yang tinggi yaitu 27% - 39% dari berat kering, merupakan minyak non-pangan,
produksi buah sampai 50 tahun, hasil panen tinggi dan mampu tumbuh di lahan kritis
(Soerawidjaja, 2005). Hal ini menjadi suatu alasan bahwa tanaman Malapari perlu
dikembangkan dan dibudidayakan. Malapari tumbuh alami di hutan dataran rendah
pada tanah berkapur dan batu karang di pantai, tanah berpasir, tanah liat berpasir,
tanah liat yang bergumpal – gumpal, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjang aliran
sungai pasang surut. Malapari dikenal sangat toleran pada kondisi salinitas tinggi
(Kumar et al., 2007).
Malapari sangat prospektif untuk dikembangkan karena dimanfaatkan secara
luas antara lain sebagai tanaman yang berguna di berbagai industri tanin, perkayuan,
bioenergi, obat-obatan dan pakan ternak. Spesies ini berperan sebagai pelindung
abrasi dan untuk konservasi daerah pantai karena toleran terhadap salinitas dan
penggenangan (Scott et al., 2008). Selain itu Malapari berperan sebagai penyubur
lahan karena kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen dari udara bebas melalui
simbiosis dengan bakteri penambat nitrogen Rhizobia dalam bentuk nodul/bintil akar
(Arpiwi et al., 2013b). Tanaman ini berperan dalam menyediakan dua sumber energi
yaitu kayunya sebagai bahan bakar yang memiliki kalor bakar kayu sebesar 19,2
MJ/kg dan bijinya mengandung minyak nabati dengan kandungan minyak sebesar 27
- 39% dari berat kering (Soerawidjaja, 2005).
Minyak yang dihasilkannya dapat digunakan sebagai pelumas seperti yang
telah dimanfaatkan dalam industri penyamakan kulit tradisional, pembuatan sabun,
biodiesel sehingga nilai ekonomi tanaman tersebut lebih meningkat. Komposisi asam
lemak yang didominasi oleh asam oleat (±50%) menghasilkan biodiesel dengan
karakteristik yang mirip dengan petroleum diesel (Arpiwi et al., 2013a).
Informasi tentang karakteristik morfologi sangat penting untuk menunjukan
keragaman atau variasi spesies. Selanjutnya keragaman dalam satu spesies
(keragaman intraspesifik) digunakan sebagai dasar seleksi guna menunjang program
pemuliaan suatu spesies baik intra maupun inter populasi. Keragaman morfologi yang
tinggi mengindikasikan keragaman genetik suatu spesies. Hubungan kekerabatan satu
spesies juga merupakan petunjuk dalam program pemuliaan. Idealnya dalam program
pemuliaan untuk perbaikan spesies hendaknya digunakan materi pemuliaan dengan
keragaman yang tinggi dan hubungan kekerabatan yang luas. Salah satu cara untuk
mengetahui hubungan kekerabatan adalah dengan melihat kemiripan ciri
morfologinya. Penggunaan karakter morfologi merupakan metode yang mudah dan
cepat, bisa digunakan secara langsung pada populasi tanaman. Data yang diperoleh
dapat dijadikan sebagai deskripsi dan sebagai dasar pengembangan tanaman dalam
program pemuliaan, misalnya populasi pemuliaan ataupun kebun benih. Deskripsi
tanaman tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai syarat pendaftaran untuk menjadi
varietas baru dan unggul ( Fatimah, 2013).
Hubungan kekerabatan antara dua individu atau populasi yang beragam dapat
diukur berdasarkan kemiripan dari sejumlah karakter yang dimilikinya, dengan
asumsi bahwa karakter-karakter berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan
genetik. Karakter pada makhluk hidup dikendalikan oleh gen. Gen merupakan
segmen DNA yang aktivitasnya dapat diamati melalui perubahan karakter morfologi
(Kartikaningrum et al, 2003). Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka
mengidentifikasi sifat - sifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan
penciri dari varietas yang bersangkutan. Sifat yang diamati dapat berupa karakter
morfologis (bentuk daun, bentuk buah, bentuk biji, warna kulit biji, dan lain
sebagainya), karakter agronomis (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun,
jumlah anakan, dan sebagainya) dan karakter fisiologis seperti senyawa alelopati,
Morfologi tanaman merupakan salah satu dasar pendekatan dalam identifikasi
(Kurniawan, 2004). Identifikasi tanaman secara konvensional dilakukan berdasarkan
morfologi tanaman yang secara kasat mata dapat terlihat dan dapat pula
menggunakan bantuan alat optik (misalnya mikroskop) dan dapat dilakukan
pembedaan antara satu populasi dengan populasi lainnya. Pendekatan ini digunakan
untuk identifikasi maupun karakterisasi beberapa tanaman antara lain: Anggrek
subtribe sarcanthinae (Kartaningrum et al, 2003), Durian (Durio zibethinus) (Sriyono,
2006), Padi (Oryza sativa) (Widiyanti, 2007) dan Kamboja Jepang (Adenium obesum)
(Hastuti, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiamana karakteristik Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre)
berdasarkan morfologi dan kandungan minyak di dua aksesi?
2. Bagaiamana hubungan kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.)
Pierre) pada dua aksesi tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristik Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre)
berdasarkan morfologi dan kandungan minyak di dua aksesi.
2. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata
(L.) Pierre) pada dua aksesi tersebut.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai informasi tentang
karakteristik morfologi dan kandungan minyak serta hubungan kekerabatan Malapari
(Pongamia pinnata (L.) Pierre) di sepanjang Pantai Bali Utara dan Jawa Timur.
Aksesi – aksesi yang telah terkarakterisasi nantinya sangat berguna dalam pemuliaan
spesies tersebut misalnya sebagai sumber materi genetik untuk perbanyakan secara
vegetatif. Seleksi akan lebih efektif dengan tersedianya data hubungan kekerabatan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre)
Tanaman Malapari berupa pohon yang menggugurkan daunnya dengan
percabangan tersebar. Tinggi pohon ini berkisar antara 15 – 25 m dengan diameter
batang mencapai 80 cm. Batang berwarna abu-abu, tegak lurus samar-samar, cabang
pada umumnya tidak memiliki rambut atau urat, dan memiliki goresan yang
menyerupai bintil berdekatan dengan anak daun pada pangkal tangkai daun. Setiap
ranting memiliki 5 – 9 helai daun. Daun tersusun dalam dua deret dengan 3 – 7 anak
daun yang terletak secara bersilangan, mengkilat dan warnanya hijau tua. Unit dan
letak daun majemuk bersilangan, berbentuk bulat telur, menjorong atau lonjong
berukuran 5 – 22,5 cm × 2,5 – 15 cm, pangkalnya membulat sampai meruncing, dan
ujung daun menumpul sampai meruncing. Bunga berupa tandan semu di ketiak daun
dengan panjang 6 – 27 cm. Pada setiap buku terdapat sepasang bunga berbau
menyengat, berwarna putih hingga merah muda, bagian dalam berwarna ungu dengan
sedikit hijau di tengah dan terdapat urat kecoklatan di bagian luarnya. Tangkai bunga
berukuran 7 - 15 mm. Mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik dengan panjang
11 – 18 mm. kelopak bunga berbentuk cangkir, panjangnya 4 - 5 mm. Polong
berbentuk lonjong menyerong hingga menjorong, tipis berukuran 5 – 8 cm × 2 – 3,5
cm × 1 – 1,5 cm, halus, berkulit tebal hingga agak mengayu, berparuh, bertangkai
pendek, berisi 1-3 biji, mesokarpium berserabut, biji bulat telur gepeng berukuran 1,5 – 2,5 cm × 1,2 – 2 cm × 0,8 cm (Heyne, 1987).
Beberapa nama daerah untuk tanaman Malapari antara lain Malapari
(Simeuleu), Mabai (Bangka), Ki pahang Laut (Jawa Barat), Bangkongan, Kepik
(Jawa), Kranji (Madura), Marauwen (Minahasa), Hate hira (Ternate), Butis, Sikam
(Timor) dan Kuanji (Bali). Nama internasional tanaman ini adalah Pongam, Karanj,
Karanja, Honge, Indian beech (Soerawidjaja, 2005).
Nama ilmiah Pongamia pinnata (L.) Pierre sinonim dengan beberapa nama,
Pongamia pinnata Merr, Deris indica (Lam) Bennett. Klasifikasi Malapari menurut
(Kesari and Rangan, 2010) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Pongamia
Spesies : Pongamia pinnata (L.) Pierre)
2.2 Penyebaran Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre)
Malapari adalah tanaman asli India dan Asia Tenggara dan telah berhasil
disebarkan ke daerah – daerah tropis pada beberapa belahan dunia seperti Australia,
Amerika, New Zeland dan Cina (Scott et al., 2008). Peta penyebaran Malapari di
[image:16.612.150.473.392.655.2]dunia dapat dilihat pada gambar 1.
Di Indonesia tanaman ini ditemukan tersebar luas dari Pulau Sumatera bagian
timur (Taman Nasional Berbak, Teluk Berikat – Pulau Bangka), Pantai di sekitar
Tanjung Lesung (Banten), Pantai Batu Karas (Ciamis), Ujung Blambangan (Taman
Nasional Alas Purwo), Pantai Lovina (Bali Utara), Pantai Sembelia (Lombok Timur),
dan Pantai Barat Pulau Seram (Maluku) (Djam’an, 2009).
Pohon Malapari termasuk cepat tumbuh dalam 4 – 5 tahun. Tinggi tanaman
dapat mencapai 15 – 25 m dan sudah mulai berbuah pada ketinggian tersebut (Heyne,
1987). Umumnya tumbuh di areal pesisir kawasan tropis karena sifatnya yang tahan
terhadap salinitas, penggenangan dan udara yang terbuka. Pada persebaran alaminya
tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian antara 0 – 1.200 mdpl. Cocok tumbuh di
daerah tropis dan sub tropis dengan curah hujan tahunan antara 500 – 2.500 mm
dengan kisaran suhu sedikit dibawah 0oC - 38oC (Sangwan et al., 2010) .
2.3 Analisis Kekerabatan Tanaman
Tanaman yang ada di alam ini sangat beranekaragam sehingga menimbulkan
kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek studi. Teknik yang digunakan
adalah klasifikasi, identifikasi dan pemberian nama yang tepat untuk setiap kelompok
tanaman dengan memanfaatkan karakter yang terdapat pada setiap tanaman dan
menggolongkannya ke dalam kelompok - kelompok tertentu. Kesadaran manusia
untuk menyederhanakan obyek studi tersebut kemudian melahirkan cabang ilmu
hayati yang sekarang disebut taksonomi (Tjitrosoepomo, 2002).
Taksonomi tanaman selanjutnya tidak hanya melakukan klasifikasi dan
pemberian nama saja, tetapi lebih mengarah pada pengelompokan yang menyatakan
hubungan kekerabatan pada dunia tanaman. Hubungan kekerabatan pada tanaman
dapat dinyatakan dengan metode fenetik maupun filogenetik. Metode fenetik
didasarkan pada kesamaan karakter secara fenotip (morfologi, anatomi, embriologi,
fitokimia), sedangkan metode filogenetik lebih didasarkan pada nilai evolusi dari
masing - masing karakter genetik. Kultivar dan lingkungan tumbuh merupakan
genetik suatu kultivar dapat terjadi secara optimal ketika tanaman berada pada
lingkungan tumbuh yang sesuai (Nurchayati, 2010).
Sokal dan Sneath (1963) menyatakan bahwa semakin banyak persamaan
karakter morfologi yang dimiliki maka semakin besar tingkat kemiripan berarti
semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya semakin banyak perbedaan
karakter yang dimiliki maka semakin kecil tingkat kemiripannya berarti semakin jauh
hubungan kekerabatannya.
2.4 Manfaat Tanaman Malapari
Malapari bermanfaat sebagai tanaman serbaguna di daerah tropis dan sub
tropis. Malapari ditanam untuk pemecah angin pada perkebunan teh dan tanaman
penghias jalan. Selain itu juga ditanam di pinggir sungai, kanal dan pantai untuk
mencegah erosi (Dwivedi et al., 2011). Sistem perakaran yang dalam dan akar lateral
yang menyebar sangat ideal untuk mengontrol erosi (Sangwan et al., 2010). Tanaman
Malapari berperan dalam menyediakan dua sumber energi, yaitu kayunya sebagai
bahan bakar yang memiliki kalori bakar kayu sebesar 19,2 MJ/kg dan bijinya
mengandung minyak nabati dengan kandungan minyak sebesar 27 – 40% dari berat
keringnya. Selain itu kayunya sebagai bahan pembuatan lemari, kereta roda, dan pulp
kertas. Tanaman ini sudah terkenal di India sebagai sumber kayu bakar dan minyak
non-pangan untuk bahan bakar lampu (Soerawidjaja, 2005). Malapari di india banyak
digunakan sebagai obat - obatan tradisional oleh masyarakat khususnya para praktisi
Ayur Weda. Seluruh bagian tanaman memiliki khasiat obat, misalnya daun digunakan
untuk obat rematik, batuk, diare, gonorrhea dan dyspepsia. Bunganya berguna
untuk mengobati penyakit diabetes. Akarnya digunakan untuk membersihkan gigi,
gusi dan obat sariawan. Kulit batangnya digunakan untuk mengobati penyakit beri -
beri, sakit mata, penyakit kulit seperti gatal – gatal dan luka. Buah dan bijinya
berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit wasir dan cacingan. Minyaknya dipakai
sebagai obat gosok untuk mengobati rematik dan antiseptik. Kandungan fitokimia
diare, anti bisul, anti oksidan, anti hiperglikemia dan anti lipid peroksidatif (Chopade
et al., 2009).
Bungkil yang dihasilkan setelah ekstraksi minyak dari biji berguna untuk
pakan ternak dan pupuk. Apabila digunakan sebagai campuran pakan ternak, bungkil
perlu di detoksifikasi terlebih dahulu untuk menghilangkan unsur – unsur anti nutrisi
(Soren and Satry, 2009). Bungkil juga bisa diolah menjadi kompos setelah residu
minyak dibersihkan. Pemberian kompos yang mengandung bungkil Malapari pada
tanaman tomat meningkatkan hasil panen secara signifikan (Chaturvedi et al., 2009).
Hal ini karena bungkil mengandung beberapa unsur penting untuk pertumbuhan
tanaman seperti protein, kalsium, fospor dan bahan organik lainnya (Chandrasekaran
et al., 1989).
2.5 Karakteristik minyak Malapari
Minyak Malapari mengandung asam amino kompleks yaitu glabrin, 4
furanoflavon karanjin, pongapin, kanjon, dan pongaglabron serta diketon pongamol.
Senyawa - senyawa ini dapat diambil dari biji dan minyak via ekstraksi dengan
alkohol. Minyak yang baru diekstraksi berwarna kekuning - kuningan hingga
kecoklatan dan akan segera berwarna gelap setelah disimpan. Minyak ini biasanya
berbau tidak sedap dan berasa pahit (Meher et al., 2004).
Menurut penelitian Arpiwi et al. (2013a) yang telah dilakukan di Australia
komposisi utama asam lemak minyak Malapari terdiri dari asam oleat (51%), linoleat
(19%), palmitat (11%) dan stearate (6%). Minyak nabati dengan kandungan asam
oleat yang tinggi seperti pada minyak Malapari sangat ideal digunakan sebagai bahan
baku biodiesel karena minyak tidak akan membeku pada suhu dingin serta tahan