• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESEIMBANGAN HIDUP DALAM NOVEL ELIZABETH GILBERT BERJUDUL EAT PRAY LOVE (studi semiologi representasi keseimbangan hidup dalam novel Elizabeth Gilbert berjudul EAT PRAY LOVE).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESEIMBANGAN HIDUP DALAM NOVEL ELIZABETH GILBERT BERJUDUL EAT PRAY LOVE (studi semiologi representasi keseimbangan hidup dalam novel Elizabeth Gilbert berjudul EAT PRAY LOVE)."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI KESEIMBANGAN HIDUP DALAM NOVEL ELIZABETH GILBERT BERJUDUL EAT, PRAY, LOVE

( Studi Semiologi Representasi Keseimbangan Hidup Dalam Novel Elizabeth Gilbert Berjudul EAT, PRAY, LOVE )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

TEQTAINKAR ALHDAPASSA 0643010351

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan atas rahmat serta hidayah-NYA, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi. Penelitian ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

Dalam tersusunya penelitian ini peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si selaku dosen pembimbing dan juga dosen wali yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Disamping itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi.

2. Dra. Hj. Suparwati. Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik 3. Juwito, S.Sos.Msi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

4. Suruh Dosen di Jurusan Ikom atas bimbingan dan didikannya selama ini

5. Saudara yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi.

(3)

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Dengan harapan bahwa skripsi ini Insya Allah akan berguna bagi rekan-rekan di Jurusan Ilmu Komunikasi. Oleh karena itu bersedia dan terbuka dalam menerima kritikan dan saran semua pihak yang dapat menambah kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih serta harapan, skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2010

(4)

ABSTRAKSI

TEQTAINKAR ALHDAPASSA, KESEIMBANGAN HIDUP DALAM NOVEL ELIZABETH GILBERT BERJUDUL EAT PRAY LOVE (studi semiologi representasi keseimbangan hidup dalam novel Elizabeth Gilbert berjudul EAT PRAY LOVE)

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana Elizabeth Gilbert membangun keseimbangan antara kegembiraan duniawi dan surgawi, dengan ”Representasi Keseimbangan Hidup Dalam Novel Elizabeth Gilbert Berjudul EAT PRAY LOVE”.

Metode yang digunakan adalah analisis semiologi yang termasuk dalam penelitian kualitatif. Disini metode kualitatif menggunakan teori Roland Barthes, yang memaknai leksia-leksia yang dapat menggambarkan keseimbangan hidup pada teks kalimat novel EAT PRAY LOVE.

Data yang terdapat dalam obyek penelitian dibagi dalam dua sistem pemaknaan. Dalam sistem linguistik data diuraikan menjadi 15 Leksia (kode pembacaan) yang terdiri dari lima kode yang ditinjau dan dieksplisitkan oleh Barthes untuk menilai suatu teks naskah. Lima kode yang ditinjau oleh Barthes adalah kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik (kode symbol), kode proaretik (logika tindakan) dan kode gnomik (kode kultural) yang membangkitkan suatu pengetahuan tertentu. Pada tahap kedua yaitu sistem mitos yang berupa pemaknaan konotatif tanda-tanda yang akan dimaknai secara subyektif dengan berdasarkan konsep keseimbangan hidup. Setelah melalui kode pembacaan Barthes tersebut ditemukan makna mengenai representasi keseimbangan hidup.

Keseimbangan Hidup harus dimiliki oleh setiap orang, agar tercapai kegembiraan duniawi dan kebahagiaan surgawi. Makan, Doa, dan Cinta adalah yang paling penting didalam keseimbangan hidup. Makan, Doa dan Cinta menggambarkan sesuatu yang dapat terjadi dalam kehidupan seseorang. Keseimbangan hidup harus dimiliki oleh setiap seseorang terutama dalam ajaran Islam keseimbangan hidup adalah prinsip yang paling utama.

(5)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAKSI... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4 Manfaat Penelitian... 10

1.4.1 Secara Teoritis... 10

1.4.2 Secara Praktis... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11

2.1 Landasan Teori... 11

2.1.1 Karya Sastra Sebagai Media Komunikasi Massa... 11

2.1.2 Representasi... 12

2.1.3 Keseimbangan... 14

2.1.4 Keseimbangan Makan... 15

2.1.5 Keseimbangan Doa... 16

2.1.6 Keseimbangan Cinta... 19

2.1.7 Keseimbangan Hidup... 21

(6)

2.2 Kerangka Berfikir... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 30

3.1 Metode Penelitian... 30

3.2 Kerangka Konseptual... 31

3.2.1 Definisi Operasional... 31

3.2.2 Corpus... 35

3.2.3 Unit Analisis... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 36

3.4 Teknik Analisis Data... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

4.1 Gambaran Obyek Penelitian... 39

4.2 Penyajian dan Analisis Data... 40

4.2.1 Penyajian Data... 40

4.2.2 Hasil Analisis Data... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 74

5.1 Kesimpulan... 74

5.2 Saran... 75

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, di mana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal, seperti pada jenis kelamin, usia, agama, ideology, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya terpenuhi. Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memenuhinya. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati keinginan seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan pengelompokan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, kesenangan.

(8)

kelompok pembaca, pendengar, penonton tertentu. Hampir semua surat kabar, radio, dan televisi menyajikan rubrik atau wacara yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak, remaja, dewasa, penggemar sastra, teater, musik, film, dan kelompok-kelompok lainnya.

Sejumlah rubrik atau acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasarannya. Seperti rubrik untuk khalayak sasaran pada surat kabar adalah berita, tajuk rencana, pojok, artikel, cerita bersambung. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah ruangan wanita, halaman untuk anak-anak, kolom siswa, ruangan bagi penggemar film, dan sebagainya. Ditegaskan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi modern dengan media massa sebagai salurannya. Mengenai jenisnya atau bentuknya diantara pakar komunikasi tidak ada kesepakatan. Ada yang menyebutnya secara luas misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, film, buku, rekaman video, rekaman audio, poster, surat langsung dan banyak lagi. (Effendy, 1990:25)

Media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna, seperti halnya studi komunikasi, adalah proses mempelajari media adalah mempelajari makna. Dalam konteks media massa, khususnya media cetak. (Sobur,2004:110)

(9)

kualitas permanen karena biasa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi lainnya. Sebagai salah satu bentuk komunikasi melalui tulisan, media yang berupa buku memiliki kemampuan studi, pengetahuan, hobi atau hiburan dengan penyajian mendalam yang sangat ditemukan pada media lain. (Effendy, 1990:23)

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif biasanya dalam bentuk cerita. Novel lebih panjang setidaknya 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.

Novel merupakan salah satu jenis buku dalam bentuk sastra, sama seperti media cetak lainnya, novel juga memberikan informasi pada pembacanya. Selain itu novel juga berfungsi sebagai media hiburan dan juga menghibur dan persuasi atau mampu mempengaruhi pembacanya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Novel)

(10)

Bahkan, banyak sastrawan yang memanfaatkan kosakata sehari-hari dalam karya ciptanya, tetapi dengan memberinya makna yang lebih luas. Dalam sastra, bahasa tidak hanya digunakan untuk mengungkapkan, baik pengalaman sastrawan itu sendiri maupun pengalaman orang lain, tetapi juga dipakai untuk menyatakan hasil rekamannya. Kata-kata atau idiom seperti yang biasa kita jumpai dalam bahasa di luar sastra, ternyata mampu memberikan kenikmatan dan keharuan, di samping adanya makna ganda, selain ada makna yang tersurat juga terkandung makna yang tersirat. Makna yang tersirat itu sering berfungsi sebagai pesan utama pengarang.

(11)

lakukan dalam memahami karya sastra itu dengan membaca karya sastra berarti berusaha menyelami "diri" pengarangnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra)

Hal itu tentu bergantung pada kemampuan seseorang mengartikan makna kalimat serta ungkapan dalam karya sastra itu. Harus berupaya menempatkan diri sebagai sastrawan yang menciptakan karya sastra itu. Jadi, dituntut adanya hubungan timbal-balik sebagai penikmat dan penciptanya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil novel sebagai bahan penelitian. Novel yang dipergunakan sebagai bahan penelitian ini berjudul EAT PRAY LOVE. Novel ini menceritakan tentang seorang wanita yang pada waktu memasuki usia tiga puluh tahun, Elizabeth Gilbert memiliki semua yang diinginkan oleh seorang wanita Amerika modern, terpelajar, ambisius, suami, rumah, karir yang cemerlang. Tetapi ia bukan merasa gembira dan puas, tetapi bahkan menjadi panik, sedih dan bimbang. Ia merasakan perceraian, depresi, kegagalam cinta dan kehilangan pegangan akan arah hidupnya.

(12)

diungkapkan oleh Elizabeth. Kehilangan pegangan arah hidupnya seperti lupa dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Sehingga didalam Keseimbangan hidupnya tidak beraturan. Dalam memulihkan hal semua ini, Elizabeth mengambil langkah yang radika didalam pencarian jati dirinya. Ia memberanikan diri mejual semua miliknya, meninggalkan pekerjaanya, meninggalkan orang-orang yang dikasihinya dan memulai satu tahun dalam empat bulan di setiap negara yang akan dikunjunginya perjalanannya keliling dunia seorang diri. Makan, Doa, Cinta merupakan catatan kejadian yang telah dibuat Elizabeth di tahun perceraian tersebut. Keinginannya mengunjungi tiga tempat di mana dia dapat meneliti satu aspek kehidupan dengan sangat baik.

(13)

Di Italia, ia belajar seni menikmati hidupnya, belajar bahasa Italia dan merajut kegembiraan dengan menambah berat badannya sebanyak dua puluh tiga pon. Mencoba berbagai macam makanan yang banyak di jumpai di Italia yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Disini keinginannya untuk mencapai kegembiraan duniawi tercapai.

India merupakan Negara untuk belajar seni berdevosi, dengan bantuan seorang guru setempat dan seorang Texas yang bijaksana, ia memulai empat bulan penuh disiplin dalam eksplorasi spirituil. Keinginan untuk mencapai keilahian di India. Dengan mencapai kegembiraan duniawi dan keilahian merupakan dua kemuliaan dalam hidup manusia.

Indonesia, akhirnya ia menemukan tujuan hidupnya. Bagaimana membangun hidup yang seimbang antara kegembiraan duniawi dan surgawi. Mencari jawaban atas tersebut di pulau Bali, ia menjadi murid dari seorang dukun tua generasi ke sembilan dan ia juga jatuh cinta pada Felipe seorang duda yang berasal dari Brazil, mereka jatuh cinta dengan cara yang sangat indah tanpa direncanakan.

(14)

Novel ini juga menggambarkan sebuah perjalanan hidup yang dapat terjadi ketika seorang wanita tidak sesuai dengan aturan yang ada dalam masyarakatnya.

Seseorang dalam pencarian jati diri di kehidupannya untuk dapat menyeimbangkan antara kegembiraan duniawi dan kebahagiaan surgawi. Makan, Doa, dan Cinta adalah yang paling penting didalam hidup. Makan adalah simbol sebagai kebutuhan jasmani yang paling primer, karena bila seseorang tidak makan maka tidak dapat berkonsentrasi dalam beraktivitas. Kebutuhan primer harus tepenuhi sebelum lanjut ketahap berikutnya yaitu Doa, Doa adalah simbol rohani yang harus dilakukan seseorang sebagai pegangan hidup. Cinta merupakan pelangkap dalam hidup, bila tidak ada cinta seseorang tidak dapat bahagia karena cinta dapat ditujukan cinta terhadap makanan, cinta terhadap Tuhan, maupun cinta terhadap sesama. Cinta sifatnya luas bukan terhadadap satu objek saja tapi lebih, cinta terhadap objek konkrit maupun abstrak.

Menurut Surat Al-Baqarah ayat 143 mengenai ummat Islam menyebutkan, "Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agara Rasul Muhammad Saw menjadi saksi atas perbuatan kamu...".

(15)

kebahagiaan akhirat. Untuk itu, Allah Swt mengajarkan kepada hamba-hambanya supaya tidak bermalas-malasan dalam beribadah. Namun pada saat yang sama, manusia juga dianjurkan bersikap imbang dalam urusan ibadah. Rasulullah Saw bersabda, "Agama ini sangat kuat dan tangguh. Untuk itu, bersabarlah dan janganlah memaksa diri beribadah kepada Allah Swt dengan ketidaksukaan. (http://indoforum.org/showthread.php)

Novel Elizabeth Gilbert berjudul EAT PRAY LOVE ini adalah novel yang populer dimasyarakat. Karena realitas yang diceritakan dalam novel ini, sering muncul seiring dengan perkembangan masyarakat perkotaan mengenai keseimbangan hidup seseorang. Novel ini adalah novel Best Seller yang terjual mencapai 10 juta eksemplar. (www.surabayapost.co.id)

Dari latar belakang permasalahan di atas, akhirnya peneliti mengambil judul “Representasi Keseimbangan Hidup Dalam Novel Elizabeth Gilbert Berjudul EAT PRAY LOVE “.

1.2 Rumusan Masalah

(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana Elizabeth Gilbert membangun keseimbangan antara kegembiraan duniawi dan surgawi, dengan ”Representasi Keseimbangan Hidup Dalam Novel Elizabeth Gilbert Berjudul EAT PRAY LOVE”.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seseorang. Bahwa diantara Makan, Doa, Cinta dapat menggambarkan sesuatu yang dapat terjadi dalam diri seseorang ketika seseorang mengklaim bertanggung jawab atas kebahagiaan dirinya sendiri. Sehingga Makan, Doa, Cinta membuat peneliti merasa penting untuk mengetahui penggambaran keseimbangan hidup yang di representasikan dalam Novel Elizabeth Gilbert Berjudul EAT PRAY LOVE.

1.4.2 Secara Praktis

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Karya Sastra Novel Sebagi Media Komunikasi Massa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel merupakan hasil karya naratif dan fiksi yang bukan menyajikan kenyataan di dunia ini tetapi perlambangan atau model dari kenyataan itu, wujud dari perlambangan itu berupa kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi sekaligus untuk merasakan dan berfikir tentang realitas yang tergantikan oleh kata-kata tersebut.

Menurut Ducan dalam Ratna (2003:142), karya sastra sebagi proses komunikasi menyediakan pemahaman yang sangat luas. Dalam sebuah karya sastra terkandung bentuk-bentuk ideal komunikasi, karena karya sastra menyajikan pengalaman dalam kualitas antar hubungan.

Dalam suatu karya sastra, hubungan antara pengarang dan pembaca mesti dipahami dengan hubungan yang bermakna, sebagai pola-pola hubungan yang terbuka dan produktif dengan implikasi sosial, bukan sebagai kausalitas yang berbentuk tunggal dan linier. Karya sastra khususnya novel, dengan peralatan formalnya, makin lama makin

(18)

dirasakan sebagai aktivitas yang benar-benar memiliki fungsi integral dalam struktur sosial. (Ratna, 2003:134)

2.1.2 Representasi

Chris Barker menyebutkan bahwa Representasi merupakan kajian utama dalam cultural studies. Representasi sendiri dimaknai sebagai bagaiman dunia dikostruksikan secara sosial dan disajikan kepada kita dan oleh kita didalam pemaknaan tertentu. Cultural studies memfokuskan diri kepada bagaimana proses pemaknaan representasi itu sendiri. (Barker, 2006:9)

Representasi adalah elemen-elemen yang ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan sebagainya. Elemen-elemen tersebut diStransmisikan kedalam kode representasional yang memasukkan diantara bagaimana objek digambarkan : karakter, narasi, setting, dialog, dan sebagainya. (Eriyanto, 2001 115)

(19)

Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial. Pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas representasi merupakan produksi makna melalui bahasa. (http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm).

Menurut Stuart Hall (1997), representasi merupakan salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudaan menyangkut “pengalaman berbagi”. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara bahasa yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. (http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm).

(20)

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem “peta konseptual” dengan bahasa atau simbol yang berfungsi mereprasentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara “sesuatu”, “peta konseptual” dan “bahasa/simbol” adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang dinamakan representasi.

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Intinya adalah: makna tidak inheren dalam sesuatu didunia ini, ia selalu dikonstruksikan diproduksi lewat representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan, praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu

2.1.3 Keseimbangan

(21)

2.1.4 Keseimbangan Makan

Makan adalah kegiatan memasukkan makanan atau sesuatu ke dalam mulut untuk menyediakan nutrisi bagi binatang dan makhluk hidup, dan juga energi untuk bergerak dan juga untuk pertumbuhan, yaitu dengan memakan organisme. Makhluk karnivora memakan binatang, makhluk herbivora memakan tumbuhan, sedangkan omnivora memakan keduanya. (Foster, 2009:15)

Makan adalah bahan, yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. (Zaidan, 2005:24)

Makan adalah salah satu kebutuhan pokok, setiap orang membutuhkan makanan termasuk minuman untuk kelangsungan hidup manusia. Makanan sangat beragam jenisnya yang berbeda-beda dari bentuk, aroma, dan rasanya. (http://indonesia.siutao.com/tetesan/keseimbangan.php)

(22)

dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang terbaik. (http://indonesia.siutao.com/tetesan/keseimbangan.php)

2.1.5 Keseimbangan Doa

Doa atau Meditasi adalah praktisi disiplin mental yang berusaha untuk mendapatkan refleksif "berpikir" yang melampaui pikiran dalam keadaan yang lebih relaksasi atau kesadaran. Meditasi merupakan sebuah komponen dari banyak agama, dan telah dipraktekkan sejak jaman dahulu. Hal ini juga dipraktekkan di luar tradisi keagamaan. Disiplin meditatif yang berbeda-beda mencakup berbagai praktek-praktek spiritual atau psikofisik yang mungkin mempunyai tujuan yang berbeda-beda dari pencapaian keadaan yang lebih tinggi dari kesadaran, untuk lebih menjadi lebih fokus, kreativitas atau kesadaran diri, atau hanya kegiatan santai dalam kerangka untuk berpikir jernih. (Dioma, 2002:6)

(23)

spiritual yang luhur dan suci akan hadir di dalam diri siswa meditasi untuk memurnikan jiwanya. (Khrisnamurti, 1997:25) Dalam kebatinan Hindu, meditasi merupakan latihan pengendalian mental yang dipraktekkan melalui yoga. Yoga adalah seorang bangsa India penganut agama Hindu yang mempunyai tujuan utama untuk melatih pikiran dan tubuh sebagai satu keseluruhan. Untuk mencapai wawasan spiritual dan ketenangan yang dicapai melalui latihan serangkaian postur khusus yang disebut asana, latihan pernafasan yang disebut pranayama, pengendalian mental melalui meditasi, berbagai teknik pembersihan dalam, dan pengendalian serta memanipulasi suatu energi fundamental yang disebut prana. (Gandhi, 2007:63)

(24)

cahaya lilin, dan sebagainya. Dengan cara itu, muncullah kekuatan supranatural, sesuai dengan arah yang dikehendaki. Kedua, meditasi kebijaksanaan, teknik untuk menghilangkan reaksi buruk didalam memori : keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Sehingga akhirnya seseorang menjadi orang yang

baik, sesuai agama masing-masing. (http://www.yabina.org/artikel.htm)

(25)

2.1.6 Keseimbangan Cinta

Dalam psikoanalisis, Sigmund Freud mengemukakan teori cinta yang membahas cinta seksual dimana objek cinta adalah lawan jenis, ini semua merupakan objek-objek normal yang memiliki insting seksual. Semua jenis cinta lain misalnya cinta diri, cinta familial, persahabatan dan cinta akan kemanusiaan, cinta terhadap objek konkrit maupun abstrak, dibentuk lewat pengalihan objek normal atau rintang atau lewat penyimpangan dari tujuan normal. (Santas, 2002:36)

Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. (Rosyadi, 2000:18)

(26)

berbeza daripada abad-abad yang lalu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta)

Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:Pengenalan, Tanggung jawab, Perhatian, Saling menghormati. (Widianti, 2007:19)

(27)

senang dari pasangan. Hal ini tidak harus kita menuruti kehendak pasangan kita, yang jelas disini adalah bagaimana pasangan kita bisa merasakan kebahagiaan dan ketengan saat kita berada di sisinya dan satu lagi. Ini yang biasanya dilupakan banyak pasangan. Dia atau pasangan kita juga harus tenang saat kita tidak berada disisinya karena dia yakin dan percaya pada kita. (http://ardlian.net/keseimbangan-cinta/)

Keseimbangan cinta merupakan kunci kehidupan untuk bahagia, namun hal yang lebih penting.

2.1.7 Keseimbangan Hidup

Pada dasarnya orang perlu hidup berdasarkan konsep yang dipilihnya. Dan pada umumnya, orang menetapkan tujuan hidup, kemudian menjalankan kehidupan sehari-hari agar tujuan hidup bisa tercapai.

Kalau seseorang belum punya konsep, maka ada usul atau rekomendasi para ahli bahwa seseorang mengejar tiga aspek tujuan hidup:

a. Kualitas pribadi, agar aspek fisik, mental, dan spiritual semakin bertumbuh istimewa.

(28)

c. Petualangan, hobby dan kesenangan, yang memberikan berbagai thrills dan surprises.

Jadi hidup yang seimbang adalah hidup yang mengejar tiga aspek ini secara seimbang. Pastikan anda mengalokasikan hari-hari anda pada pencapaian ketiga aspek ini. (http://azrl.wordpress.com/hidup-seimbang/)

Kehidupan adalah fenomena atau perwujudan adanya hidup, yaitu keadaan yang membedakan organisme (makhluk

hidup) dengan benda mati. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kehidupan)

2.1.8 Semiologi

Semiologi atau semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. Akar namanya sendiri adalah “Semeion”, nampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simptomatologi dan diagnostik inferensial (Sinha, 1988:3 dalam Kurniawan, 2001 :49)

(29)

Semiologi adalah ilmu tentang bentuk-bentuk, karena hal itu mempelajari pertandaan terlepas dari kandungannya. (Barthes, 2007 :299)

Dalam devinisi Saussure (Budiman, 1990:107), Semiologi merupakan sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat dan dengan demikian, menjadi bagian dari displin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya (Sobur, 2004:12)

Sejak kemunculan Saussure dan Peirce, maka semiologi menitikberatkan dirinya pada studi tentang tanda dan segala yang berkaitan tentang tanda dan segala yang berkaitan dengannya. Meskipun semiotika Pierce masih ada kecenderungan meneruskan tradisi Skolastik yang mengarah pada inferensi (Pemikiran logis) dan Saussure menekankan pada linguistik, pada kenyataanya semiologi juga membahas signifikasi dan komunikasi yang terdapat dalam sistem tanda non linguistik. Sementara itu, bagi Barthes (1988:179) semiologi hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). (Kurniawan, 2001;53)

(30)
[image:30.595.170.521.424.563.2]

keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara penjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun diatas bahasa sebagai sistem pertama. Sistem kedua ini oleh Barthes desebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas dibedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmslev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Cobley&Jansz,1999):

Gambar 2.1.4 Peta Tanda Roland Barthes

Dalam Konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya. Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan

1.signifier (Penanda)

2. signified (petanda) 3. denotative sign (tanda denotative)

4. conotative signifier (penanda konotatif)

(31)

pembenaran bagi nilai-nilai dominasi yang berlaku dalam suatu periode tertentu. (Sobur, 2004:69-71)

Mitos, menurut Barthes (1993:109), adalah sebuah sistem komunikasi yang dengan demikian dia adalah sebuah pesan. Mitos kemudian tak mungkin dapat menjadi sebuah objek, sebuah konsep, atau sebuah ide, karena mitos adalah sebuah mode penandaan yakni sebuah bentuk. Mitos sebagai bentuk tidak dibatasi oleh obyek pesannya.

Suatu karya atau teks merupakan sebentuk konstruksi belaka. Bila tidak hendak menemukan maknanya, maka yang dilakukan adalah rekonstruksi dari bahan-bahan yang tersedia, yang tak lain adalah teks itu sendiri. Sebagai sebuah proyek rekonstruksi, maka teks tersebut dipenggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia atau satuan bacaan tertentu. Leksia ini dapat berupa satu kata, beberapa kata, satu kalimat, beberapa kalimat, sebuah paragraf, atau beberapa paragraf. (Kurniawan, 2001:93)

Lima Kode yang ditinjau Barthes adalah (Lechte, 2001:196) Kode sebagai sistem makna luar yang lengkap sebagai acuan dari setiap tanda, menurut Barthes terdiri atas lima jenis : kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif),

(32)

gnomik atau kultural yang membangkitkan suatu badan

pengetahuan tertentu.

Pertama, kode hermeneutika atau kode teka-teki berkisar

pada harapan pembaca untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional. Didalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaian dalam cerita.

Kedua, kode semik atau kode konotatif banyak menawarkan sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip.

Ketiga, kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi

(33)

Kelima, kode gnomik atau kultural banyak jumlahnya. Kode

ini merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, reslisme tradisional didefinisi oleh acuan ke apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau subbudaya adalah hal-hal kecil yang telah dikodifikasi yang di atasnya para penulis bertumpu.

Tujuan Analisis Barthes ini, menurut Lechte (2001:196),

bukan hanya untuk membangun suatu sistem klasifikasi unsur-unsur narasi yang sangat formal, namun lebih banyak untuk menunjukan bahwa tindakan yang paling masuk akal, rincian paling meyakinkan atau teka-teki yang paling menarik, merupakan produka buatan, dan bukan tiruan yang nyata. (Sobur,2004:66)

Semiologi, bagaimanapun sejauh ini tetaplah sebuah metode untuk mendekati kebudayaan dalam beragam bentuknya.

2.2 Kerangka Berfikir

(34)

komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan melalui teks novel, maka seorang penulis novel dalam menyampaikan pesan yang dituliskan didalam bukunya berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Dua hal diatas ini juga nantinya mempengaruhi peneliti dalam memaknai pesan yang terdapat dalam teks novel tersebut

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada novel Elizabeth Gilbert berjudul EAT,PRAY,LOVE. Dalam merepresentasikannya menggunakan metode semiologi Roland Barthes, dengan menggunakan leksia dan lima kode pembacaan. Representasi Keseimbangan yang terdapat pada novel Elizabeth Gilbert berjudul EAT,PRAY,LOVE akan diintepretasiakn melalui tahap pemaknaan. Novel EAT,PRAY,LOVE akan dipilah penanda-penandanya kedalam serangkaian fragmen ringkas dan beruntun yang disebut leksia atau satuan bacaan, yaitu satuan pembacaan (units of reading) dengan menggunakan kode-kode pembaca yang terdiri dari lima kode. Kelima kode tersebut meliputi kode hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, kode kultural. Leksia ini dapat berupa

(35)

Dengan demikian pada akhirnya peneliti akan menghasilkan

interpretasi yang mendalam dan tidak dangkal.

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Novel Elizabeth

Gilbert berjudul EAT,PRAY,LOVE

Analisis Menggunakan Metode Semiologi

Roland Barthes

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Dengan menggunakan metode penelitian semiologi yang bersifat kualitatif, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi keseimbangan hidup dalam novel Elizabeth Gilbert bejudul EAT PRAY LOVE.

Definisi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5), sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Kirk dan Miller (1986:9) mendefiniskan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. (Moleong, 2006:4)

Sedangkan analisis semioligi merupakan analisis mengenai tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya hubungan dengan tanda-tanda lain, pengiriman dan penerimaannya untuk mereka yang menggunakan.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, yang bermaksud untuk menafsirkan fenomena yang

(37)

terjadi. Penelitian yang menggunakan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, pemanfaatan dokumen.

3.2 Kerangka Konseptual 3.2.1 Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah Keseimbangan Makan, Keseimbangan Doa, Keseimbangan Cinta yang merupakan permasalahan yang diambil dari novel Elizabeth Gilbert berjudul EAT PRAY LOVE sebagai bahan penelitian.

3.2.1.1 Keseimbangan Hidup

Keseimbangan Hidup adalah hidup yang mengejar tiga aspek antara makan, doa, cinta yang secara seimbang. Manusia dapat bahagia dalam kehidupan dan kebutuhannya maka harus seimbang antara jasmani dan rohani.

(http://azrl.wordpress.com/hidup-seimbang/)

(38)

dalam beraktivitasnya tidak dapat berkonsentrasi, tubuh menjadi lemas sehingga dapat mengakibatkan sakit.

Kebutuhan primer juga harus terpenuhi sebelum lanjut ke tahap berikutnya, yaitu doa yang merupakan simbol rohani.

Cinta merupakan simbol antara jasmani dan rohani. Karena cinta adalah tidak memiliki batasan, cinta dapat ditujukan kecintaan terhadap makan, cinta dapat ditujukan cinta terhadap tuhan, dan cinta juga dapat ditujukan terhadap sesama manusia (orang tua, pasangan, atau sahabat).

3.2.1.2 Keseimbangan Makan

(39)

Makan selain untuk kelangsungan hidup, dengan cita rasa kenikmatan juga menjadi pemuas selera disamping sebagai pemenuhan kesehatan bagi seseorang agar tidak mudah jatuh sakit. Dengan gizi yang cukup, beragam jenisnya, perbedaan bentuk, aroma, dan selera.

3.2.1.3 Keseimbangan Doa

Keseimbangan Doa adalah bagian yang tidak tepisahkan dari latihan untuk membangkitkan kekuatan batin dalam diri manusia dan yang ditujukan untuk mencari ketenangan hidup, relaksasi, dan kelepasan. (http://azrl.wordpress.com/hidup-seimbang/)

(40)

reaksi buruk didalam pikiran. Seperti keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Sehingga akhirnya seseorang menjadi orang yang baik, sesuai agama masing-masing. (http://www.yabina.org/artikel.htm)

Kosentrasi, merupakan salah satu cara populer untuk membangkitkan energi vital/tenaga hidup dalam diri manusia disamping cara lain seperti latihan pernafasan dan gerakan tubuh. Untuk mengalami tenaga hidup sepenuhnya, seseorang harus mengendalikan pikiran dari perasaan diri sendiri. Hal itu harus menguasai keterampilan menjernihkan pikiran dan berkosentrasi dengan cara bermeditasi.

3.2.1.4 Keseimbangan Cinta

Keseimbangan cinta adalah bagaimana memberikan cinta kepada orang yang disayangi dan bagaimana orang yang disayangi memberikan cintanya seimbang atau cukup untuk kita. Semua itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. cinta dapat berupa apa aja yang bisa membahagiakan pasangan kita. (http://ardlian.net/keseimbangan-cinta/)

(41)

cinta adalah lawan jenis, cinta diri, cinta persahabatan dan cinta akan kemanusiaan. Dengan adanya keseimbangan di dalam cinta, maka kehidupan menjadi sangat indah.

3.2.2 Corpus

Di dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut sebagai corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis kesemenaan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsur akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin. (Kurniawan, 2001:70)

Corpus pada penelitian ini adalah leksia-leksia dalam teks novel Elizabeth Gilbert berjudul EAT PRAY LOVE.

3.2.3 Unit Analisis

(42)

keseimbangan antara Makan, Doa, Cinta didalam kehidupan sesuai dengan subyek penelitian. Penelitian ini tidak menggunakan sintagmata paradigma sebagai unit analisis karena naratif struktural yang ditawarkan Roland Barthes lebih mudah untuk menganalisis teks.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu data teks novel EAT PRAY LOVE, penelitian-penelitian sebelumnya, buku-buku yang berkaitan dengan semiotika tentan keseimbangan. Data primer ini membantu peneliti dalam menjawab permasalahan penelitian

b. Data Sekunder

(43)

3.4 Teknik Analisis Data

Untuk dapat menganalisis seluruh data yang ada didalam novel EAT PRAY LOVE, maka peneliti akan membagi dalam beberapa

langkah teknisnya dengan tujuan untuk memudahkan penganalisisan secara semiologi. Langkah-langkah ini merupakan pengembangan dari Roland Barthes dalam membaca semiologi teks tertulis.

Berikut ini peneliti akan menjelaskan beberapa langkah yang akan ditempuh, yaitu :

1. Peneliti menggunakan semiologi Roland Barthes, yaitu mengumpulkan seluruh unit analisis yang berupa leksia-leksia atau bacaan tertentu berdasarkan penilaian atas teks novel EAT PRAY LOVE yang layak dan sesuai untuk dijadikan subyek penelitian.

2. Peneliti kemudian membagi semua leksia yang terkumpul tersebut dalam aspek semiologi yang dianjurkan oleh Saussure yang juga dianut dalam semiologi Roland Barthes, yaitu aspek material dan aspek koseptual. Leksia-leksia tersebut dalam semiologi Roland Barthes dianggap sebagai tanda (sign). Aspek material tersebut adalah teks tertulis dalam novel EAT PRAY LOVE yang terdapat pada leksia, sedangkan aspek konseptual adalah gambaran yang muncul pada peneliti ketika membaca aspek material pada leksia tersebut.

(44)

hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode

gnomik atau kultural) didalam leksia tersebut. Melalui kode-kode

pembacaan ini, peneliti akan mengemukakan tanda-tanda dan kode yang menghasilkan makna.

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian

Profesi sebagai seorang penulis novel harus memiliki pemikiran yang kuat dalam menulis karangannya. Karya novel dapat dihasilkan penulis berdasarkan imajinasinya, kejadian disekitarnya, dan dapat berdasarkan tentang pengalaman pribadi. Hal itu pula yang di alami oleh Elizabeth Gilbert penulis novel asal Amerika, karya novel yang berdasarkan pengalaman hidup pribadinya. Sebagai seorang wanita yang ingin mencari segalanya di Italia, India, dan Indonesia.

Novel ini menceritakan tentang pengalaman hidup yang di alami Elizabeth Gilbert dalam beberapa tahun lalu yang membuatnya menjadi hidup yang tidak tenang, dihantui rasa takut setiap malamnya, depresi perceraiannya yang ditimbulkan karena ada banyak masalah yang tidak dapat diungkapkan oleh Elizabeth dan masalah selanjutnya karena ia tidak ingin mempunyai seorang anak. Kehilangan pegangan arah hidupnyaseperti lupa dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Sehingga didalam Keseimbangan hidupnya tidak beraturan. Dalam memulihkan hal semua ini, Elizabeth mengambil langkah yang radika didalam pencarian jati dirinya. Ia memberanikan diri mejual semua miliknya, meninggalkan

(46)

pekerjaanya, meninggalkan orang-orang yang dikasihinya dan memulai satu tahun perjalanannya keliling dunia seorang diri.

Di Itali, ia belajar seni menikmati hidup, belajar bahasa Italia dan merajut kegembiraan dengan mencoba masakan Italia, bertemu dengan teman-teman lamanya, berkeliling Roma. Di India, ia bertemu dengan Texas teman yang membantu belajar seni berdevosi untuk memulihkan pegangan arah hidupnya sehinggan dapat medekatkan diri pada Tuhan dengan cara Melakukan meditasi.

Di Indonesia, tepatnya dikota Bali,ia mencari seorang dukun tua bernama Ketut Liyer yang meramal Elizabeth dua tahun yang lalu pada saat ia berkunjung ke Bali, dan ia jatuh cinta yang tidak disengaja pada Felipe pria yang berasal dari Brazil dan sudah lima tahun tinggal di Bali karena memiliki usaha, Felipe seorang duda yang berusia lima puluh tahunan tetapi masih tetap terlihat gagah. Di tempat inilah Elizabeth dapat menemukan tujuan hidupnya dengan membangun keseimbangan hidup yang menyeimbangkan antara kegembiraan duniawi dan kebahagiaan surgawi.

4.2 Penyajian dan Analisis Data 4.2.1 Penyajian Data

(47)

LOVE maka hasil dari penelitian tersebut kemudian akan

disajikan representasi novel EAT PRAY LOVE mengenai keseimbangan hidup antara kegembiraan duniawi dan kebehagiaan surgawi.

Selanjutnya novel EAT PRAY LOVE akan direpresentasikan dan dianalisis bedasarkan landasan teori Roland Barthes. Mendefinisikan tanda berdasarkan aspek penanda (signifier), juga petanda (signified) denotative serta pemaknaan tataran tingkat kedua yaitu aspek penanda (signifier) dan juga petanda (signified) konotatif untuk mengetahui realitas yang sebenarnya muncul signification yang menghasilkan interpretasi secara keseluruhan.

Penyajian data dalam penelitian ini adalah 15 leksia yang terdapat dalam novel EAT PRAY LOVE karya Elizabeth Gilbert. Sesuai dengan korpus penelitian dalam bab III, 15 leksia tersebut adalah :

1. Saatnya untuk saya mencari kesembuhan dan kedamaian. (halaman 9)

2. Kami saling berpandangan. Dia memeluk saya dengan hangat. (halaman 9)

(48)

4. Catherine membawa peta dan Michelin Green Guide, dan saya membawa makan siang kami. (halaman 106)

5. Hidangan berupa pasta, tetapi dalam bentuk yang belum saya lihat sebelumnya. (halaman 134)

6. Pramuniaga membawakan saya hidangan yang menyenangkan. (halaman 135)

7. Teknik meditasi yang berbeda mengajarkan perhatian pada satu fokus dengan cara yang berbeda. (halaman 158)

8. Untuk bermeditasi, kamu harus senyum. (halaman 276)

9. Saya dapat merasakan kasihnya berdenyut melalui genggaman kekuatannya. (halaman 295)

10. Saya dapat merasakan kedamaian, dan saya senang akan ayunan hari-hari saya. (halaman 312)

11. Kami berbicara mengenai perkawinan, perceraian kami. (halaman 333)

12. Satu tahun ini merupakan tahun untuk kamu mencari keseimbangan antara devosi dan kesenangan. (halaman 342)

(49)

14. Saya dapat duduk dalam keheningan dan mengucapkan syukur untuk semua ini. (halaman 357)

15. Saya bahagia, sehat dan seimbang. (halaman 397)

4.2.2 Hasil Analisis Data

Berikut ini adalah kolom yang menjelaskan penggolongan leksia dalam kode pembacaan menurut Roland Barthes, berikut juga kalimat mana dalam leksia tersebut yang menunjukkan salah satu kode pembacaan, sebagai berikut :

Kode Pembacaan Leksia Kalimat yang menunjukkan Kode Pembacaan pada Leksia

Kode Hermeneutik Leksia 1 Saatnya untuk saya mencari kesembuhan dan kedamaian.

Leksia 8 Untuk bermeditasi, kamu harus senyum.

Kode Semik Leksia 3 Setelah spaghetti, saya mencoba daging anak sapi.

Leksia 5 Hidangan berupa pasta, tetapi dalam bentuk yang belum saya lihat sebelumnya.

Leksia 12 Satu tahun ini merupakan tahun untuk kamu mencari keseimbangan antara devosi dan kesenangan

Kode Simbolik Leksia 11 Kami berbicara mengenai perkawinan, perceraian kami.

(50)

di pantai. Sangat indah.

Leksia 14 Saya dapat duduk dalam keheningan dan mengucapkan syukur untuk semua ini.

Kode Proaretik Leksia 2 Kami saling berpandangan. Dia memeluk saya dengan hangat.

Leksia 4 Catherine membawa peta dan Michelin Green Guide, dan saya membawa makan siang kami.

Leksia 6 Pramuniaga membawakan saya

hidangan yang menyenangkan.

Leksia 9 Saya dapat merasakan kasihnya berdenyut melalui genggaman kekuatannya.

Leksia 10 Saya dapat merasakan kedamaian, dan saya senang akan ayunan hari-hari saya.

Leksia 15 Saya bahagia, sehat dan seimbang Kode Gnomik Leksia 7 Teknik meditasi yang berbeda

mengajarkan perhatian pada satu fokus dengan cara yang berbeda.

(51)

Berikut ini adalah analisa data terhadap leksia-leksia diatas untuk menghasilkan sistem mitos Roland Barthes :

1. Leksia 1, (halaman 9)

“...Saatnya untuk saya mencari kesembuhan dan kedamaian yang datang dari keheningan...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 1, (halaman 9)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik (kode teka-teki). Hal ini dikarenakan

pada saat tokoh Elizabeth dalam novel EAT PRAY LOVE ini memiliki harapan untuk menjalani kehidupan dengan tenang tanpa dihantui rasa

Penanda :

Teks pada kalimat “Saatnya untuk saya mencari kesembuhan dan kedamaian yang datang dari keheningan.”

Tanda denotatif :

Keinginan untuk menjalani kehidupan dengan rasa tenang tanpa dihantui rasa takud yang datang dari kesepian.

Tanda Konotatif :

Keinginan menjalani hidup dengan rasa tenang tanpa dihantui rasa takut untuk mencapai kebahagiaan sehingga dapat hidup damai.

Petanda :

Konsep tentang keseimbangan hidup.

Penanda konotatif : Keinginan untuk menjalani kehidupan dengan kedamaian yang datang dari keheningan.

Petanda konotatif :

Konsep tentang keseimbangan hidup adalah keinginan

(52)

takut, menyelesaikan perceraiannya, dan dapat hidup normal seperti orang lainnya yang hidup tanpa beban.

(53)

2. Leksia 2, (halaman 9)

“...Kami saling berpandangan. Dia memeluk saya dengan hangat...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 2, (halaman 9)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode

tindakan (action). Kode ini didasarkan atas konsep “kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”. Cinta adalah pelengkap dalam hidup. Seperti cinta antara pria dan wanita yang ditunjukkan dengan pandangan mata dan berpelukan.

Penanda :

Teks pada kalimat “Kami saling berpandangan. Dia memeluk saya dengan hangat.”

Petanda :

Konsep tentang cinta dalam keseimbangan hidup.

Tanda Konotatif :

Cinta adalah pelengkap dalam hidup. Seperti cinta antara pria dan wanita yang ditunjukkan dengan pandangan mata dan berpelukan. Penanda konotatif :

Rasa cinta antara pria dan wanita dapat ditunjukkan berbagai

macam tindakan agar dapat bahagia

Petanda konotatif :

Konsep tentang cinta adalah pelengkap dalam hidup, bila tidak ada cinta maka seseorang tidak dapat bahagia. Cinta sifatnya luas bukan terhadap satu objek saja tetapi lebih, Cinta terhadap objek konkrit maupun abstrak.

Tanda denotatif :

(54)
(55)

3. Leksia 3, (halaman 42)

“...Setelah spaghetti, saya mencoba daging anak sapi...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 3, (halaman 42)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan dalam kode pembaca semik karena sejumlah konotasi melekat pada suatu kata

tertentu dalam leksia di atas, seperti kata “Spaghetti” (salah satu jenis makanan pasta yang berasal dari Italia). Spaghetti jenis pasta yang berbentuk panjang, tipis, dan silinder. Dimasak dengan bumbu lada, bawang putih dan minyak. Disajikan bersama campuran saus tomat, daging, dan bahan lainnya yang dibutuhkan. Kemudian, ditaburi keju

Penanda :

Teks pada kalimat “Setelah spaghetti, saya mencoba daging anak sapi”

Petanda :

Konsep tentang makan dalam keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Makanan yang menggugah selera yaitu “spaghetti” yang berbentuk panjang, tipis, dan berbentuk silinder

Tanda Konotatif :

Makan adalah kebutuhan jasmani yang utama, jika seseorang tidak makan maka tidak dapat beraktivitas. Makanan Spaghetti merupakan makanan yang paling cepat untuk disajikan terutama disajikan saat beraktivitas.

Penanda konotatif :

Spagheti, merupakan salah satu jenis pasta yang telah dikenal oleh bangsa Italia sejak zaman

manusia bercocok tanam

Petanda konotatif :

(56)

pada sajian akhir sebelum disantap. Spaghetti dibuat daru semolina atau tepung, dan air.

(57)

4. Leksia 4, (halaman 106)

“...Catherine membawa peta dan Michelin Green Guide, dan saya membawa makan siang kami...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 4, (halaman 106)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode

tindakan (action). Kode ini didasarkan atas konsep “kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”

Dari Leksia diatas dapat diketahui bahwa Keseimbangan Hidup dalam makan ditujukan pada kalimat “...Cetherine membawa peta dan

Penanda :

Teks pada kalimat “Catherine membawa peta dan Michelin Green Guide, dan saya membawa makan siang kami”

Tanda Konotatif :

Makanan Kebutuhan jasmani yang utama, jika seseorang tidak makan maka tidak dapat beraktivitas. Terutama sedang beraktivitas membawa bekal sendiri lebih higienis daripada membeli makanan di luar.

Petanda konotatif :

Konsep tentang makan adalah simbol jasmani yang paling primer, bila seseorang tidak makan maka tidak dapat berkonsentrasi dalam beraktivitas.

Penanda konotatif :

Membawa bekal makan siang, lebih higienis dari pada membeli makanan diluar.

Tanda denotatif :

Gambaran tentang tindakan Elizabeth untuk membawa bekal saat berkeliling Italia dengan Catherine.

Petanda :

(58)
(59)

5. Leksia 5, (halaman 134)

“...Hidangan berupa pasta, tetapi dalam bentuk yang belum saya lihat sebelumnya...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 5, (halaman 134)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan dalam kode pembaca semik karena sejumlah konotasi melekat pada suatu kata

tertentu dalam leksia di atas, seperti kata “Pasta” (makanan khas Italia yang beraneka bentuk dan ukuran dan sekarang juga ada di Indonesia.

Penanda :

Teks pada kalimat “Hidangan berupa pasta, tetapi dalam bentuk yang belum saya lihat sebelumnya”

Petanda :

Konsep tentang makan dalam keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Gambaran tentang makanan pasta yang banyak bermacam jenis. Seperti, Lasagna, Maccheroni, Fettuccine, Fusilli dan Fusilloni, Pizzoccheri, dan Spaghetti.

Tanda Konotatif :

Bila seseorang tidak makan maka tidak dapat beraktivitas. Makanan pasta banyak disukai orang karena makanan yang mudah resep pembuatannya, bahan-bahan banyak dijual. Tidak hanya di Italia sekarang juga banyak ditemukan di Indonesia seperti Lasagna, Maccheroni, Fettuccine, Fusilli dan Fusilloni, Pizzoccheri, dan Spaghetti.

Petanda konotatif :

Konsep tentang makan adalah simbol jasmani yang paling primer, bila seseorang tidak makan maka tidak dapat berkonsentrasi dalam beraktivitas.

(60)

Seperti, Lasagna, Maccheroni, Fettuccine, Fusilli dan Fusilloni, Pizzoccheri, dan Spaghetti).

Dari Leksia diatas dapat diketahui bahwa Keseimbangan Hidup dalam makan ditujukan pada kalimat “...Hidangan berupa pasta, tetapi dalam bentuk yang belum saya lihat sebelumnya..”. Leksia ini menunjukkan bahwa makanan pasta yang di makan oleh tokoh merupakan makanan yang seimbang. Makanan sangat beragam jenisnya yang berbeda-beda dari bentuk, aroma, dan rasanya. Makanan pasta ini bercita rasa tinggi sesuai selera dan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dengan menjamin tersedianya zat-zat yang diperlukan tubuh serta ekonimis. Tentunya untuk mendapatkan suatu masakan yang baik harus tersedia resep dimana yang terpenting dari semua itu adalah adanya suatu keseimbangan yang terkontrol dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang terbaik. Setelah Elizabeth mencicipi makanan di Italia, pada keesokan harinya menyatakan bahwa ia menyukai kota ini. Bila seseorang tidak makan maka tidak dapat beraktivitas. Makanan pasta banyak disukai orang karena makanan yang mudah resep pembuatannya, bahan-bahan banyak dijual. Tidak hanya di Italia sekarang juga banyak ditemukan di Indonesia.

(61)

disertai sayur sup yang pedas dan kental dari binatang berkulit keras sepeti udang dan kepiting dihidangkan seperti salad, ditambah lagi dengan kelinci yang dikukus.

6. Leksia 6, (halaman 135)

“...Pramuniaga membawakan saya hidangan yang menyenangkan...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 6, (halaman 135)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan dalam kode pembaca proaretik atau narasi yang merupakan kode tindakan (action).

Kode ini di dasarkan atas konsep “kemempuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasi

Penanda :

Teks pada kalimat “Pramuniaga membawakan saya hidangan yang menyenangkan”

Petanda :

Konsep tentang makan dalam keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Pernyataan tentang pramuniaga yang ramah dengan membawakan hidangan yang menggugah selera.

Tanda Konotatif :

Makanan kebutuhan utama dalam hidup untuk beraktivitas apalagi hidangan yang menarik dan menggugah selera, meskipun restoran kecil tanpa nama dengan pramuniaga yang ramah.

Penanda konotatif : Restoran kecil tanpa nama dengan pramuniaga yang ramah dan membawakan hidangan yang menyenangkan.

Petanda konotatif :

Konsep tentang makan adalah simbol jasmani yang paling primer, bila seseorang tidak makan maka tidak dapat

(62)
(63)

7. Leksia 7, (halaman 158)

“...Teknik meditasi yang berbeda mengajarkan perhatian pada satu fokus dengan cara yang berbeda...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 7, (halaman 158)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan dalam kode pembaca gnomik (kultural) yang berwujud sebagai semacam suara

kolektif yang anonim dan otoritatif, bersumber dari pengalaman manusia yang mewakili atau berbicara tentang sesuatu yang hendak dikukuhkannya sebagai pengetahuan atau kearifannya (wisdom). Doa harus dilakukan setiap orang sebagai pegangan hidup, seperti dengan cara meditasi yang memfokuskan mata pada satu titik terang atau dengan memperhatikan turun naiknya nafas.

Penanda :

Teks pada kalimat “Teknik meditasi yang berbeda mengajarkan

perhatian pada satu fokus dengan cara yang berbeda”

Petanda :

Konsep tentang doa dalam keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Usaha saat bermeditasi agar tetap fokus dengan cara memfokuskan mata dengan pada satu titik terang atau dengan memperhatikan turun naiknya nafas.

Tanda Konotatif :

Doa harus dilakukan setiap orang sebagai pegangan hidup, seperti dengan cara meditasi yang memfokuskan mata pada satu titik terang atau dengan memperhatikan turun naiknya nafas.

Petanda konotatif :

Konsep tentang doa adalah simbol rohani yang harus dilakukan seseorang sebagai pegangan hidup.

Penanda konotatif :

(64)
(65)

8. Leksia 8, (halaman 276)

“...Untuk bermeditasi, kamu harus senyum...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 8, (halaman 276)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik (kode teka-teki). Dalam hal ini meditasi

sangat di perlukan dalam kehidupan sehari-hari. Meditasi yang dilakukan oleh Elizabeth dengan cara Yoga. Ketut berharap dengan meditasi ini Lizz harus senyum agar baik senyum dengan muka ataupun senyum dengan hati, agar energi baik menghampirinya dan energi kotor di bersihkan.

Penanda :

Teks pada kalimat “Untuk

bermeditasi, kamu harus senyum”

Petanda :

Konsep tentang doa dalam keseimbangan hidup.

Tanda Konotatif :

Dengan doa, seseorang akan memiliki pegangan hidup. Ketika seseorang sedang melakukan meditasi harus senyum. Senyum dengan muka dan senyum dengan pkiran agar energi baik akan menghampiri dan energi kotor akan dibersihkan, maka pikiran akan menjadi jernih karena dikendalikan dari perasaan diri sendiri.

Penanda konotatif :

Ketika sedang ermeditasi tidak hanya dengan fokus teapi juga dengan senyum

Petanda konotatif :

Konsep tentang doa adalah simbol rohani yang harus dilakukan seseorang sebagai pegangan hidup.

Tanda denotatif :

(66)
(67)

9. Leksia 9, (halaman 295)

“...Saya dapat merasakan kasihnya berdenyut melalui genggaman kekuatannya...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 9, (halaman 295)

Dari leksia yang terdapat pada peta di atas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode

tindakan (action). Kode ini didasarkan atas konsep “kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”

Dari Leksia diatas dapat diketahui bahwa Keseimbangan Hidup dalam cinta ditujukan pada kalimat “...Saya dapat merasakan kasihnya

Penanda :

Teks pada kalimat “Saya dapat merasakan kasihnya berdenyut melalui genggaman kekuatannya”

Petanda :

Konsep tentang cinta dalam keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Elizabeth merasakan kasih Nyomo dengan denyutan melalui genggaman kekuatan tangannya merupakan rasa cina dan kasih sayang terhadap cinta kemanusiaan yang terasa sampai dalam hati.

Tanda Konotatif :

Cinta tidak hanya terhadap satu obyek saja seperti cinta antara pria dan wanita tetapi cinta dapat ditunjukkan terhadap kemanusian.

Petanda konotatif :

Konsep tentang cinta adalah

pelengkap dalam hidup, bila tidak ada cinta maka seseorang tidak dapat bahagia. Cinta sifatnya luas bukan terhadap satu objek saja tetapi lebih, Cinta terhadap objek konkrit maupun abstrak.

(68)

berdenyut melalui genggaman kekuatannya...” Menunjukkan bahwa cinta tidak hanya untuk sepasang kekasih tetapi cinta terhadap sesama teman juga dirasakan Elizabeth, karena Elizabeth bisa merasakan kebahagiaan dan ketengan saat kita berada di sisi Nyomo. Cinta tidak hanya terhadap satu obyek saja seperti cinta antara pria dan wanita tetapi cinta dapat ditunjukkan terhadap kemanusian.

10. Leksia 10, (halaman 312)

“... Saya dapat merasakan kedamaian, dan saya senang akan ayunan hari-hari saya...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 10, (halaman 312) Penanda :

Teks pada kalimat “ Saya dapat merasakan kedamaian, dan saya senang akan ayunan hari-hari saya”

Petanda :

Konsep tentang keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Menetapkan tujuan hidup, kemudian menjalankan kehidupan sehari-hari agar tujuan hidup bisa tercapai.

Tanda Konotatif :

Tujuan hidup dengan latihan devosi yang damai dan kegembiraan dari pemandangan yang indah, teman yang baik dan makanan yang lezat kemudian menjalankan kehidupan untuk mencapai tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Petanda konotatif :

Konsep tentang keseimbangan hidup adalah keinginan

seseorang untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Penanda konotatif :

(69)

Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode tindakan (action). Kode ini didasarkan atas konsep “kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”

(70)

11. Leksia 11, (halaman 333)

[image:70.595.126.515.189.514.2]

“...Kami berbicara mengenai perkawinan, perceraian kami...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 11, (halaman 333)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan kedalam kode pembacaan simbolik yaitu merupakan pengkodean secara

struktural, yaitu kode pengelompokan atau konfigurasi yang dapat dikenali, karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dari sarana tekstual.

Dari Leksia diatas dapat diketahui bahwa Keseimbangan Hidup dalam cinta ditujukan pada kalimat “...Kami berbicara mengenai

Penanda :

Teks pada kalimat “Kami berbicara mengenai

perkawinan, perceraian kami”

Petanda :

Konsep tentang cinta dalam keseimbangan hidup.

Petanda konotatif :

Konsep tentang cinta adalah pelengkap dalam hidup, bila tidak ada cinta maka seseorang tidak dapat bahagia. Cinta sifatnya luas bukan terhadap satu objek saja tetapi lebih, Cinta terhadap objek konkrit maupun abstrak.

Penanda konotatif : Sikap yang saling terbuka, dapat menerima kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pasangan.

Tanda Konotatif :

Cinta saling terbuka satu sama lain, menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Seperti dengan berbicara mengenai perkawinan dan perceraian membandingkan catatan depresi yang tiada akhir yang mereka alami pasca perceraian.

Tanda denotatif :

Berbicara mengenai perkawinan dan perceraian membandingkan catatan depresi yang tiada akhir yang mereka alami pasca

(71)

perkawinan, perceraian kami...” Leksia ini menjelaskan bahwa bahwa Elizabeth menyamakan atau menyimbolkan dirinya sebagai seseorang yang menerima kenyataan hidup apa adanya dan tanpa merasakannya sebagai beban. Kisah kehidupan perkawiinan yang dialami Elizabeth sama juga dialami oleh Felipe berakhir dengan perceraian. Mereka berbicara mengenai mantan pasangan, untuk mengeluarkan kepedihan dari kehilangan tersebut. Tidak dengan cara picik, tetapi hanya untuk bersimpati. Mereka membandingkan catatan-catatan mengenai depresi yang tiada akhir yang mereka alami pasca perceraian. Minum anggur dan makan bersama, saling bertukar cerita-cerita yang indah.

(72)

12. Leksia 12, (halaman 342)

[image:72.595.129.513.207.451.2]

“...Satu tahun ini merupakan tahun untuk kamu mencari keseimbangan antara devosi dan kesenangan...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 12, (halaman 342)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan dalam kode pembaca semik karena sejumlah konotasi melekat pada suatu kata

tertentu dalam leksia di atas, seperti kata “Devosi” (Kata yang digunakan dalam doa, Penghormatan kepada Yang Maha Kuasa). Biasanya banyak dilakukan pada agama Hindu di India

Dari Leksia diatas dapat diketahui bahwa Keseimbangan Hidup dalam doa ditujukan pada kalimat “...Satu tahun ini merupakan tahun

Penanda :

Teks pada kalimat “Satu tahun ini merupakan tahun untuk kamu mencari keseimbangan antara devosi dan kesenangan”

Petanda :

Konsep tentang doa dalam keseimbangan hidup.

Petanda konotatif :

Konsep tentang doa adalah simbol rohani yang harus dilakukan seseorang sebagai pegangan hidup.

Tanda Konotatif :

Doa merupakan simbol kerohanian yang dilakukan setiap orang untuk memperoleh ketenangan hati dan sebagai pegangan hidup. Setelah merasakan banyak kesenangan yang ia alami di Italia kini saatnya melakukan Devosi.

Penanda konotatif :

Tahun dimana harus melakukan Devosi karena dalam kesenangan sudah di rasakan Elizabeth ketika berada di Italia.

Tanda denotatif :

(73)
(74)

13. Leksia 13, (halaman 342)

[image:74.595.119.509.200.542.2]

“...Kami berbagi sedikit ciuman-ciuman yang manis, asin, berpasi dari satu hari di pantai. Sangat indah...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 13, (halaman 342)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan kedalam kode pembacaan simbolik yaitu merupakan pengkodean secara

struktural, yaitu kode pengelompokan atau konfigurasi yang dapat dikenali, karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dari sarana tekstual.

Penanda :

Teks pada kalimat “Kami berbagi sedikit ciuman-ciuman yang manis, asin, berpasi dari satu hari di pantai. Sangat indah”

Petanda :

Konsep tentang cinta dalam keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Pasangan yang yakin dan percaya atas perasaan yang dirasakan tanpa ada keraguan maka berbagi ciuman yang sangat indah.

Tanda Konotatif :

Cinta memebuat seseorang bahagia, bila tidak ada cinta maka tidak akan bahagia seperti cinta antara pria dan wanita. Ketika pasangan yakin dan percaya atas perasaan yang dirasakan tanpa keraguan maka berbagi ciuman adalah hal yang sangat indah dan bahagia. Penanda konotatif :

Sesuatu hal yang sangat menawan dan romantis yang pernah dibeikan oleh seorang pria kepada wanita

Petanda konotatif :

(75)
(76)

14. Leksia 14, (halaman 357)

“...Saya dapat duduk dalam keheningan dan mengucapkan syukur untuk semua ini...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 14, (halaman 357)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan kedalam kode pembacaan simbolik yaitu merupakan pengkodean secara

struktural, yaitu kode pengelompokan atau konfigurasi yang dapat dikenali, karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dari sarana tekstual. Doa harus dilakukan oleh setiap orang seperti mengucapkan rasa syukur terhadap Tuhan yang telah memberikan kebahagiaan dalam hidup. Doa didalam agama Hindu dengan meditasi.

Penanda :

Teks pada kalimat “Saya dapat duduk dalam keheningan dan mengucapkan syukur untuk semua ini”

Petanda :

Konsep tentang doa dalam keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Pernyataan rasa syukur terhadap tuhan yang telah memberikan keindahan dan kebahagiaan dalam hidup.

Petanda konotatif :

Konsep tentang doa adalah simbol rohani yang harus dilakukan

seseorang sebagai pegangan hidup. Tanda Konotatif :

Doa harus dilakukan oleh setiap orang seperti mengucapkan rasa syukur terhadap Tuhan yang telah memberikan kebahagiaan dalam hidup.

(77)
(78)

15. Leksia 15, (halaman 397)

“...Saya bahagia, sehat dan seimbang...”

Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 15, (halaman 397)

Dari leksia yang terdapat pada peta diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik (kode teka-teki). Elizabeth memiliki

keinginan untuk hidup behagia dan jauh dari keterpurukan, pada akhirnya kebahagiaan datang padanya.

Dari Leksia diatas dapat diketahui bahwa Keseimbangan Hidup ditujukan pada kalimat “...Saya bahagia, sehat dan seimbang...” Menunjukkan keadaan yang seimbang dalam keseimbangan hidup antara kegembiraan duniawi dan kebahagiaan surgawi. Makan, doa,

Penanda :

Teks pada kalimat “Saya bahagia, sehat dan seimbang”

Petanda :

Konsep tentang keseimbangan hidup.

Tanda denotatif :

Dalam pencarian jati diri dalam hidup utuk dapat menyeimbangkan antara kegembiraan duniawi dan kebahagiaan surgawi.

Penanda konotatif : Pernyataan tentang

keseimbangan hidup yang telah dipacai oleh Elizabeth.

Petanda konotatif :

Konsep tentang keseimbangan hidup adalah keinginan

seseorang untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tanda Konotatif :

Keseimbangan Hidup digambarkan sebagai orang dalam pencarian jati diri di kehidupannya untuk dapat menyeimbangkan antara

(79)

dan cinta adalah yang paling penting didalam keseimbangan hidup. Makan adalah simbol sebagai kebutuhan jasmani yang paling primer, karena bila seseorang tidak makan maka tidak dapat berkonsentrasi dalam beraktivitas. Kebutuhan primer harus tepenuhi sebelum lanjut ketahap berikutnya yaitu Doa, Doa adalah simbol rohani yang harus dilakukan seseorang sebagai pegangan hidup. Cinta merupakan pelangkap dalam hidup, bila tidak ada cinta seseorang tidak dapat bahagia karena cinta dapat ditujukan cinta terhadap makanan, cinta terhadap tuhan, maupun cinta terhadap sesama. Cinta sifatnya luas bukan terhadadap satu objek saja tapi lebih, cinta terhadap objek konkrit maupun abstrak. Keseimbangan Hidup sangat dibutuhkan dan memberi pengaruh hidup seseorang dalam mencapai kebahagiaan.

(80)

BAB V

KESIMPULAN DA

Gambar

Gambar 2.1.4 Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 11, (halaman 333)
Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 12, (halaman 342)
Gambar 4.2 Peta Tanda Roland Barthes Leksia 13, (halaman 342)

Referensi

Dokumen terkait

- Data kependudukan dan sosial ekonomi - Data sistem penyediaan air existing - Data sumber air baku - Data hidrologi - Peta topografi - Data Sekunder - Dokumentasi - Wawancara

Perkembangan penyakit di lapangan dapat diperkirakan dari banyaknya atau penyebaran sumber inokulum (tanaman inang yang terinfeksi dan menunjukkan gejala sakit yang disebabkan

Berdasarkan studi yang telah dilakukan dan menganalisis data lapangan yang berupa laporan akhir Detail Engineering Design (DED) peningkatan jalan

Merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu cara

Pengamatan dan pendataan awal dilakukan di empat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang ada di kecamatan Lima Kaum.Dari pengamatan di empat SLTA yang ada di kecamatan Lima

Seringkali para jaksa lebih memilih memakai (KUHP) dari menggunakan Undang-Undang Perlindungan Anak. Padahal undang-undang perlindungan anak ini diadakan dengan tujuan untuk

[r]

Perpindahan yang terjadi selama proses pengeringan adalah proses perpindahan panas yang mengakibatkan menguapnya air dari dalam bahan yang akan dikeringkan dan proses