TUGAS AKHIR
PENGENDADALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA TETAP PADA PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN
Oleh
PATRIOT HUTASOIT 102102170
PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : PATRIOT HUTASOIT NIM : 102102170
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL TUGAS AKHIR : PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA TETAP PADA PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN
Tanggal, Juli 2014 Dosen Pembingbing Tugas Akhir
(Keulana Erwin, SE , M.si, Ak) Nip. 1982 0213200501 1 03
Tanggal, Juli 2014 Ketua Prodi Diploma III Akuntansi
(
(
Drs. Rustam, M.si, Ak, CA) Nip. 1951 11114198203 1 002
Tanggal, Juli 2014 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU
Nip : 1956 0407 198002 1 001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENANGGU JAWAB TUGAS AKHIR NAMA : PATRIOT HUTASOIT
NIM : 102102170
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL TUGAS AKHIR : PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA TETAP PADA PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN
Medan, Juli 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
kasih dan karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya ,sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Sistem Pengendalian Atas Aktiva
Tetap Pada Pengadilan Militer I-02 Medan” dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktunya.
Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan akademik tingkat pendidikan Diploma III Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam kesempatan ini Perkenankanlah penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac.Ak,CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Drs.Rustam, M.si, Ak, CA Selaku Ketua Program Studi Diploma
III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Keulana Erwin, SE, M.si, Ak selaku dosen pembimbing tugas
akhir,
atas segala bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
4. Ibu Hj.Fepty Aniar, SE selaku Ka. Sub. Bag. Pendidikan Fakultas
5. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Departemen Diploma III
Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan.
6. Teristimewa kepada kedua orang tercinta, Ayahanda R. Hutasoit dan
Ibunda S. Siahaan yang telah memberikan dorongan baik moril maupun
materil serta doa dan bantuan yang tak ternilai dalam bentuk apapun juga
hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Teristimewa buat Abangda Manogu Hutasoit yang telah memberikan
dorongan, do’a dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
Akhir kata Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya pada Bapak/Ibu
Dosen dan Semua rekan-rekan atas segala kesilapan dan kesalahan yang telah
diperbuat oleh Penulis selama ini, dan Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna
kesempurnaan tugas akhir ini, Semoga Tugas Akhir yang sangat sederhana ini
dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua dan pihak lain
yang memerlukannya khususnya bagi Penulis sendiri. Amin.
Medan, Juli 2014
iii DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN………..……… . 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Masalah……… … 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 3
D. Rencana Penulisan……… 4
1. Jadwal Penulisan……….. 4
2. Rencana Isi……….. 5
BAB II PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN... 7
A. Sejarah Ringkas Pengadilan Militer I-02 Medan………. 7
B. Visi dan Misi………. 14
C. Tujuan Pengadilan Militer I-02 Medan……… 15
D. Struktur Organisasi dan Personalia………... 15
E. Job Description………..….. 17
F. Jaringan Usaha………... 21
G. Kinerja Usaha Terkini………... 22
BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA
TETAP PADA PENGADILAN MILITER I – 02 MEDAN….… . 24
A. Aktiva Tetap………. 24
1. Pengertian Aktiva Tetap………. 24
2. Penggolongan Aktiva Tetap……….. 26
3. Cara-Cara Perolehan Aktiva Tetap……… 28
4. Penggantian Aktiva Tetap……… . 32
5. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap………. 34
B. Penyusutan Aktiva Tetap………….………. 35
C. Pengawasan Internal Aktiva Tetap……… 41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 44
A. Kesimpulan………. 44
B. Saran……… 45
v
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
I.1 Jadwal Penelitan….……….. 5
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Halaman
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan didirikan untuk mendapatkan keuntungan (profit)
seoptimal mungkin, sehingga dapat memperluas jaringan usaha yang dapat
bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Pada umumnya perusahaan
memiliki aktiva tetap (fixed asset) yang merupakan sarana bagi perusahaan di
dalam menjalankan kegiatan operasional, seperti bangunan/gedung sebagai
kantor, peralatan, dan kendaraan sebagai alat transportasi.
Aktiva tetap merupakan komponen terbesar dibandingkan dengan
perkiraan-perkiraan lain dari harta perusahaan secara keseluruhan yang
menyebabkan pos aktiva tetap menjadi suatu komponen yang cukup penting
dalam laporan keuangan. Menurut International Financial Reporting Standards
(IFRS) “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam proses
produksi, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun”. Sedangkan menurut
Kieso dkk (2007;566) “Aset Tetap adalah sumber daya yang memiliki tiga
karakteristik, yaitumemiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas),
digunakan dalam kegiatanoperasional, dan tidak untuk dijual ke konsumen.
Berdasarkan hal tersebut, makatidak semua aset yang dimiliki oleh perusahaan
dapat dikategorikan sebagai asettetap.Sebuah aset harus memenuhi beberapa
Di dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan, aktiva tetap yang
dimiliki setiap perusahaan harus mendapatkan perhatian khusus.Karena pada
umumnya menyangkut nilai rupiah yang cukup besar. Untuk itu diperlukan suatu
perencanaan yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tepat bagi para
pengambil keputusan, tentang kebijakan apa yang perlu diambil untuk
memperoleh aktiva tetap. Kurangnya perhatian dan pengawasan terhadap aktiva
tetap akan membawa pengaruh besar kepada kegiatan ekonomi perusahaan
tersebut. Tanpa adanya aktiva tetap mustahil sebuah perusahaan dapat
menjalankan kegiatan operasional rutinnya dengan baik.
Pengendalian internal terhadap aktiva tetap bertujuan untuk memperoleh
efisiensi dan pengamanan terhadap aktiva tetap agar dana yang diinvestasikan
kedalam aktiva tetap memperoleh manfaat yang maksimum sesuai dengan jangka
waktu pemakaiannya, serta untuk menghindari ketidakwajaran pelaporan biaya
dalam satu periode akuntansi.
Pengadilan Militer I-02 Medan bergerak di bidang jasa yang memiliki
bermacam-macam aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut berupa bangunan, komputer
dan peralatan lainnya yang harganya relatif tinggi serta memiliki peranan yang
sangat penting pada Pengadilan Militer I-02 Medan untuk memberikan pelayanan
kepada seluruh civitas ekonomi, sehingga diperlukan adanya sistem pengendalian
3
Melihat begitu besarnya pengaruh aktiva tetap terhadap perusahaan seperti
yang telah dikemukakan diatas, maka penulis berkeinginan untuk membahasnya
lebih lanjut dalam bentuk penulisan skripsi minor dengan judul “Sistem
Pengendalian Internal Atas Aktiva Tetap Pada Pengadilan Militer I-02 Medan”.
B. Rumusan Masalah
Di dalam ilmu akuntansi, pembahasan masalah aktiva tetap sangatlah luas,
sehingga penulis merasa perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam
skripsi minor ini. Dalam kesempatan ini penulis hanya akan membahas tentang “
Apa saja Kebijakan Manajemen yang Berhubungan dengan Aktiva Tetap pada
Pengadilan Militer I-02 Medan”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Diploma III,
2. Untuk mengetahui sejauh mana Pengadilan Militer I-02 Medan,
melakukan pengendalian internal atas aktiva tetap.
3. Untuk mengetahui bagaimana penggantian aktiva tetap yang
dilakukan Pengadilan Militer I-02 Medan.
2. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada peneliti agar dapat mempelajari
secara langsung mengenai pengendalian internal atas aktiva tetap
dan dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti, serta dapat
mengaplikasikan teori-teori yang didapat dari pekuliahan dengan
sebenarnya,
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain yang
nantinya dapat bermanfaat sebagai referensi bagi rekan- rekan
mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuannya dan juga dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa junior dalam membuat
paper dalam penelitiannya ditahun-tahun mendatang yang berkaitan dengan pengendalian internal aktiva tetap.
3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pengadilan Militer
I-02 Medan dalam menentukan kebijakan pengendalian internal
aktiva tetap pada masa yang akan datang dari beberapa literature
yang diuraikan beserta saran-saran yang diberikan oleh penulis.
D. Rencana Penulisan 1. Jadwal Penulisan
Jadwal penulisan dilaksanakan setelah penulis menyelesaikan magang di
kantor Pengadilan Militer I-02 Medan. Penelitian dilakukan pada
Pengadilan Militer I-02 Medan, beralamatkan di JL. Ngumban Surbakti
No.45 Medan. Jadwal penulisan yang dilakukan penulis dijelaskan pada
5
Tabel 1.1
Jadwal survei/ observasi
NO KEGIATAN JUNI JULI
III IV I II III
1 Pengajuan Judul
2 Pengajuan Dosen
Pembimbing
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan dan Analisis
Data
5 Penyusunan Tugas Akhir
6 Bimbingan dan
Penyempurnaan Tugas
Akhir
7 Pengesahan Tugas Akhir
Dalam kegiatan pengumpulan data, penulis melakukan pengumpulan data
selama beberapa minggu mulai dari tanggal 24 Juni 2014 sampai dengan 01
Juli 2014 di Pengadilan Militer I-02 Medan.
2. Rencana Isi
Laporan penelitian terdiri dari empat bab, dimana setiap bab saling
berkaitan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembuatan tugas
sistematis. Oleh karena itu, laporan penelitian tugas akhir ini disusun
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan maalah, tujuan dan mamfaat penelitian,
dan rencana penulisan tugas akhir yang terdiri dari jadwal
survey/observasi dan rencana isi.
BAB II : PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN
Pada bab ini meliputi sejarah ringkas perusahaan, visi dan
misi, tujuan, job describtion, jaringan usaha, kinerja usaha
dan rencana usaha Pengadilan Militer I-02 Medan.
BAB III : SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA
TETAP PADA PENGADILAN MILITER I – 02 MEDAN
Pada bab ini penulis mencoba uraikan mengenai pengertian
aktiva tetap, penyusutan aktiva tetap, dan Pengawasan
Internal Aktiva Tetap pada Pengadilan Militer I-02 Medan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan dan
dan memberikan saran-saran berdasarkan dari pengumpulan
data dan pembahasan yang dilakukan dimana diharapkan
dapat memberikan masukan yang bermamfaat bagi
7 BAB II
PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN A. Sejarah Ringkas PengadilanMiliter I-02 Medan
1) Masa Pendudukan Belanda dan Jepang
Sebelum perang Dunia ke-II, Peradilan Militer Belanda di Indonesia
dikenal dengan "Krijgsraad" dan"Hoog Militair Gerechtshof". Peradilan ini ruang
lingkupnya meliputi perbuatan pidana militer dan anggota-anggotanya terdiri dari
Angkatan Darat Belanda di Indonesia (Hindia Belanda) yaitu KNIL dan anggota
Angkatan Laut Belanda. Anggota Angkatan Darat Hindia Belanda (KNIL) di
periksa dan di adili oleh "Krijgsraad" untuk tingkat pertama dan "Hoog Militair
Gerechtshof" untuk tingkat banding, hal ini sebagaimana tercantum
dalam bepalingen Betreffende de rechtsmaacht Van De militaire rechter in
nederlands Indie, S. 1934 No. 173 dan De Provisionele Instructie Voor Het Hoog Militair Gerechtshof Van Nederlands Indie, S.1992 No. 163.
Sedangkan anggota-anggota Angkatan Laut Belanda di periksa dan di
adili oleh "Zeekrijgsraad" dan"Hoog Militair Gerechtshof" ,"Krijgsraad" terdapat
di kota Cimahi, Padang, Ujung Pandang dengan daerah hukum masing-masing.
Dengan demikian penguasa Belanda di Jawa-Madura maupun diluar daerah
mengadakan "Temporaire Krijgsraad" yaitu Mahkamah Militer sementara yang di
beri wewenang pula mengadili tindak pidana yang oleh orang-orang bukan Militer
serta bukan di golongkan dalam bangsa Indonesia. Majelis Hakim terdiri dari 3
Mahkamah Militer Sementara (Belanda) itu bersidang dengan
MajelisHakim. Mahkamah Agung Indonesia dalam sejarahnya melakukan
kelanjutan dari "Het Hooggerechtshof Ver Indonesie"(Mahkamah Agung
pemerintah Hindia Hindia Belanda di Indonesia) yang didirikan berdasarkan R.0
tahun 1842 dan Het Hooggerechtshof (HGH) merupakan hakim kasasi terhadap
putusan-putusan Raad Van Justitie (RV) yaitu peradilan—peradilan sehari-hari
bagi orang-orang Eropa dan yang di samakan dengan mereka. Het
Hooggerechtshof berkedudukan di Jakarta.
2) Masa Sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia
Setelah berdirinya Negara Republik Indonesia, pemerintah tetap
mempertahankan badan-badan Peradilan serta Peraturan-Peraturan dari Jaman
Pendudukan Jepang dengan perubahan-perubahan / penambahan-penambahan
berdasarkan UUD 1945. Berhubung dengan itu untuk menghindarkan kekosongan
hukum dalam UUD 1945 diadakanlah Ketentuan Peralihan (Pasal II).
Tetapi dalam pernyataan Pemerintahan RI pada waktu itu prakteknya
tidak mengoper Peradilan Ketentaraan dari jaman sebelumnya. Juga setelah
dibentuknya Angkatan Perang RI pada tanggal 5 Oktober 1945, Peradilan Militer
belum diadakan. Peradilan Militer ini baru dibentuk setelah dikeluarkannya
Undang-Undang No. 7 Tahun 1946 pada tanggal 8 Juni 1946. Namun demikian
ini tidak berarti bahwa pada masa diantara 5 Oktober 1945 dan 8 Juni 1946 dalam
Iingkungan Angkatan Bersenjata tidak ada Hukum dan Keadilan. Adalah telah
menjadi prinsip khususnya bagi para pemimpin TNI bahwa dalam keadaan
9
dengan keadaan belum diadakan Peradilan-Peradilan Militer, tidak berarti bahwa
terhadap pelanggaran-pelanggaran Hukum sama sekali tidak diadakan tindakan
apapun, seperti diketahui dalam Lingkungan Militer selalu berlaku hukum
disiplin, inilah pada masa itu pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di
Lingkungan ABRI diselesaikan serta keadilan ditegakkan.
Bahwa Peradilan Disiplin ini sebagai alat untuk menegakkan keadilan,
khususnya di Lingkungan ABRI memang dirasakan masih kurang mencukupi
kebutuhan, dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 7
Tahun 1946 tentang Peraturan mengadakan Pengadilan Tentara disamping
Pengadilan Biasa. Pengadilan Tentara pada waktu itu terdiri dari 2 (dua) badan
(tingkat) yakni :
1. Mahkamah Tentara.
2. Mahkamah Tentara Agung.
Bila perlu berhubung dengan keadaan dimungkinkan pula untuk
dibentuk suatu Pengadilan Tentara Luar Biasa. Pengadilan Tentara berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1948 terdiri dari :
1. Mahkamah Tentara.
2. Mahkamah Tentara Tinggi.
3. Mahkamah Tentara Agung.
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 16 Tahun 1950 maka
peraturan tentang susunan dan kekuasaan dalam Lingkungan Peradilan
PP. No. 37 Tahun 1948. Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1950
tentang kekuasaan kehakiman dalam Peradilan Ketentaraan dilakukan oleh, yaitu :
1. Pengadilan Tentara.
2. Pengadilan Tentara Tinggi.
3. Mahkamah Tentara Agung.
Soekarno kemudian melakukan intervensi terhadap pelaksanaan
kekuasaan lembaga peradilan yang bebas melalui UU no. 19 tahun 1964, tentang
ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Retorika Politik Revolusioner
telah memasuki UU. No 19 tahun 1964, yang memberikan kekuasaan kepada
Presiden untuk melakukan Interversi terhadap peradilan dalam hal kepentingan
nasional atau kepentingan revolusi terancam. Presiden Soekarno memberikan
status menteri kepada Ketua Mahkamah Agung. lni berarti Presiden menjadikan
Ketua Mahkamah Agung sebagai unsur kekuasaan pemerintah yang membantu
Presiden ( UUD 1945 pasal 17), kebijakan ini sangat bertentangan dengan
konsep-konsep UUD 1945.
Pada saat Indonesia menjadi Negara Serikat, pengaturan lembaga
peradilan didalam konstitusi RIS lebih luas dibandingkan dengan
Undang¬undang Dasar 1945.sebagai jaminan terlaksananya peradilan dengan
balk. Maka dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tidak lagi
digunakan, yang digunakan adalah UUDS (Undang-Undang Dasar Sementara).
Perubahan tersebut dengan sendirinya berpengaruh pada lembaga
peradilan, karena UUDS tidak lagi mengenal daerah-daerah atau negara bagian.
11
realisasi dari UUDS, maka pada tahun 1951 di undangkan Undang¬Undang
Darurat No 1 tahun 1951. Undang-Undang darurat inilah yang kemudian menjadi
dasar menghapuskan beberapa peradilan yang tidak sesuai dengan Negara
Kesatuan Repubik Indonesia. Termasuk secara berangsur-angsur menghapuskan
Peradilan Swapraja dibeberapa tertentu dan semua peradilan adat.
Kembalinya kepada UUD 1945 belum terealisasikan dengan murni dan
terhadap eksistensi kemandirian lembaga peradilanlndonesia seperti dalam pasal
24 dan 25 UUD 1945. dalam penjelasannya ditegakkan kekuasaan kehakiman
ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah, akan tetapi dalam pelaksanaanya telah menyimpang dari UUD 1945
antara lain pernah lahir UU No 19 tahun 1964 tentang campur tangan peresiden
terhadap pengadilan. Bahkan dalam penjelasannya disebutkan bahwa pengadilan
tidak bebas dan pengaruh kekuasaan Eksekutif dan kekuasaan pembuat
Undang-Undang.
Pengaruh kekuasaan pemerintahan Otoriter terhadap pelaksanaan
kekuasaan lembaga peradilan yang independent terjadi mulai pada proses
pengadilan sampai kepada pengaturan organisasi, administrasi dan keuangan.
Segenap pengaruh eksekutif terhadap peradilan tersebut hares di lihat dalam
rangka menghambat pelaksanaan kekuasaan lembaga peradilan yang independent.
kekuasaan pemerintahan Otoriter senantiasa berupaya secara sitematik dan dengan
berbagai cara mempengaruhi kekuasaan lembaga peradilan. Baik melalui
pengaturan perundang-undangan maupun Intervensi Iangsung kekuasaan
pemimpin besar revolusi lahirlah UU No 10 tahun 1985 tentang pengadilan dalam
lingkungan
Peradilan Umum dan Mahkamah Agung. Dalam era tersebut, bahkan
ketua Mahkamah Agung menjadi salah satu menteri sebagai pembantu presiden.
Ketentuan UU No 19 Tahun 1964 jelas bertentangan dengan pasal 24 dan 25
UUD 1945 beserta penjelasannya.
3) Masa Reformasi Kekuasaan Lembaga Peradilan (1970-1998)
Berdasarkan pada latar belakang politik seperti yang telah diutarakan
diatas, maka lahirlah UU No 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kekuasaan kehakiman sebagai pengganti UU No 19 tahun 1964. UU No. 14 tahun
1970 tersebut merupakan resultan dari pertentangan pendapat antara kelompok
komponen Orde Baru dengan kekuatan kelompok Militer yang tidak menghendaki
kekuasaan lembaga peradilan Negara RI Terlepas dari kontrol pemerintah atau
birokrasi. Hasil kompromi dari dua pandangan yang sating bertentangan tersebut
adalah dicabutnya pasal 19 tersebut, serta makna pasal 24 dan 25 beserta
penyelesaiannya di masukakan dalam UU kekuasaan kehakiman yang baru tetapi
pembinaan administrasi, organisasi dan Finansial badan Peradilan Umum dan
Peradilan Tata Usaha Negara.yang direktur jenderalnya dari kehakiman agung.
4) Masa Setelah Berakhirnya Orde Baru
Perkembangan politik pasca jatuhnya Pemerintahan Orde Baru
membawa tuntutan pembaharuan reformasi disegenap lapangan kehidupan
13
di bidang Pengadilan secara khusus. Reformasi sektor hukum dan Pengadilan
dimaksudkan untuk memperkuat Indepedensi Kekuasaan Lembaga Peradilan.
Tahun 2004 Indonesia memasuki abad baru dalam kehidupan
ketatanegaraan yang berkaitan dengan masalah penyelenggaraan fungsi kekuasaan
Lembaga Peradilan. Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 Tahun 2004
Pasal 13 Ayat (1) menetapkan :"Organisasi, administrasi dan finansial
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung."
Berdasarkan Pasal 45 UU. No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
kehakiman, sejak dialihkannya organisasi, administrasi dan finansial sebagaimana
dimaksud oleh Pasal 42 Ayat (3) maka :
• Pembinaan personil Militer di Lingkungan Peradilan Militer di Iaksanakan
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur personil
Militer.
• Semua PNS di Lingkungan Peradilan Militer beralih menjadi PNS di
Mahkamah Agung.
• Berdasarkan Keppres Nomor : 56 tahun 2004 pengalihan organisasi,
administrasi dan finansial pengadilan dalam lingkungan peradilan militer
dialihkan dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ke Mahkamah
Agung RI, pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa organisasi, administrasi dan
finansial pengadilan dalam lingkungan peradilan militer dialihkan
dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ke Mahkamah Agung RI
Tahun 2004 menyebutkan bahwa pada saat berlakunya Keputusan
Presiden ini, semua peraturan pelaksanaan mengenai organisasi ,
administrasi dan finansial Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer
yang tidak bertentangan dengan keputusan presiden ini dinyatakan masih
tetap berlaku, sampai dengan diubah dan/atau diadakan peraturan yang
baru berdasarkan keputusan presiden ini.
• Mendasari ketentuan tersebut diatas maka Pengadilan Militer I-02
Medandalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebelum terbitnya
struktur organisasi dan prosedur baru sebagai realisasi dari perubahan
sebagaimana tercantum dalam Keppres No.56 tahun 2004 , maka
Pengadilan Militer I-02 Medan masih menggunakan acuan Organisasi
dan Prosedur berdasarkan Kep Pangab No. Kep/01/1984, akan tetapi
dengan tuntutan , beban tugas dan fungsi peradilan satu atap dalam
reformasi peradilan, Dilmil I-02 Medan mengadopsi / menyelaraskan
ketentuan Kep Pangab No. Kep/01/1984 dengan Organisasi Pengadilan
Tinggi di jajaran Mahkamah Agung RI
B. Visi dan Misi
Visi Pengadilan Militer I-02 Medan
• Terwujudnya Pengadilan Militer I-02 Medan yang Agung
Misi Pengadilan Militer I-02 Medan
• Menjaga kemandirian Pengadilan Militer I-02 Medan
• Memberikan Pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari
15
• Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Militer I-02 Medan
• Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Pengadilan Militer I-02
Medan
C. Tujuan Pengadilan Militer I-02 Medan
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan visi yang
akan dicapai atau dihasilkan. Tujuan yang ditetapkan Pengadilan Militer I-02
Medan adalah :
1. Meningkatkankualitassumberdaya proses pengadilan
2. Meningkatkan kemampuan dan kinerja pengadilan agar lebih efisien dan
efektif
3. Memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi syarat operasional
peradilan militer sehingga pelaksanaan tugasdapat maksimal
4. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi Peradilan Militer
5. Pencari keadilan merasa kebutuhan dan kepuasaannya terpenuhi.
D. Struktur Organisasi dan Personalia
Struktur organisasi diperlukanuntuk membedakan batas – batas wewenang
dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan /
keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang teah ditetapkan.
Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan
perseorangan maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan
serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui
saluran tunggal. Struktur organisasiPengadilanMiliter I-02 Medan dapat dilihat
Gambar 2.1
Strukutur Organisasi PengadilanMiliter I-02 Medan
Kepala : Adil Karo-Karo, SH
Wakil Kepala : James F. Fandersloot, SH, MH
Pokkimil : Undang Suherman, SH
Kataud : Arief Rachman, SH
Kaurtu : Husein Saidy, SH
Kaurdal : Desman Wijaya, SH
Katera : Sutrisno Setio Utomo, SH
Kaurminradang : Roza Maimun, SH
17
Kaurdokpustak : D.S Siregar
Kaurminku : Wahyupi
E. Job Description
1. Kadilmil I-02 Medan
Kadilmil dijabat oleh seorang Pamen Sarjana Hukum, yangberkedudukan
pula sebagai Hakim Militer yang disingkat Kimmil, dengan tugas kewajiban
sebagai berikut :
1)Memberikan pertimbangan dan saran kepada Dirjen Badilmiltun MARI
hal-hal yang menyangkut bidang tugasnya.
2)Mengkoordinasikan, mengawasi dan memberikan pengarahan atas
penyelenggaraan fungsi-fungsi Dilmil.
3)Menentukan kebijaksanaan dan mengambil keputusan dalam rangka
memimpin Dilmil guna menjamin terselenggaranya fungsi utama Dilmil.
4)Merencanakan,mempersiapkan dan mengatur pe-nyelenggaraan
penyidangan perkara yang dilimpahkan kepada Dilmil.
5) Mengatur pembagian pekerjaan antara Kadilmil, Waka Dilmil dan para
Kimmil sehingga dapat menjamin daya guna dan keseimbangan yang baik
dalam menyelenggarakan fungsi Dilmil.
6) Mengawasi pelaksanaan permohonan banding, grasi, kasasi dan
peninjauan kembali sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan putusan Dilmil, sebagai yang
dimaksud dalam pasal 262 Undang-undang No.31 tahun 1997 tentang
2. Waka Dilmil I-02 Medan
Waka Dilmil dijabat oleh seorang Pamen Sarjana Hukum yang
berkedudukan sebagai Kimmil dengan tugas kewajiban sebagai berikut :
1) Mengkoordinasikan dan mengawasi semua pekerjaan/kegiatan segenap
usaha Dilmil.
2) Menyampaikan pertimbangan dan saran staf.
3) Memelihara dan mengawasi pelaksanaan prosedur kerja di lingkungan
Dilmil.
4) Mengerjakan tugas khusus dari Kadilmil.
5) Mewakili Kadilmil apabila Kadilmil berhalangan melaksanakan tugas
kewajibanya.
3. Kepaniteraan
a. Tera dipimpin oleh seorang Pama ahli hukum sebagai Kepala Tera,
disingkat Katera, yang berkedudukan sebagai Panitera, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan pengurusan administrasi perkara sejak berkas
perkara diterima oleh Dilmil. Pada saat ini telah mengacu pada buku
II edisi 2007 pedoman teknis administrasi dan pemeriksaan di sidang
pengadilan dalam lingkungan peradilan militer yang diterbitkan oleh
MARI.
2) Menyelenggarakan penyimpanan berkas perkara baik selama
perkara-perkara yang bersangkutan masih dalam proses tingkat
19
3) Menyiapkan dan meneruskan permohonan banding, grasi, kasasi dan
peninjauan kembali sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4) Mengatur dan mempersiapkan penyelenggaraan persidangan
Dilmil
5) Menyelenggarakan kegiatan administrasi umum.
6) Menyelenggarakan notulen rapat-rapat Dilmil.
7) Menyelenggarakan pengurusan arsip dan dokumen-dokumen
Dilmil
8) Menyelenggarakan Perpustakaan Dilmil.
9) Mengatur pembagian pekerjaan di antara para Panitera.
10)Bertindak sebagai Panitera dalam persidangan Dilmil atas
penunjukkan Kadilmil.
11) Menyelenggarakan urusan administrasi keuangan
12)Mempersiapkan laporan-laporan Dilmil.
b. Tera terdiri dari 4 (empat) urusan, yang masing-masing dipimpin oleh
seorang Pama sebagai Kepala Urusan disingkat Kaur, dan berkedudukan
sebagai Panitera, sebagai berikut :
1) Urusan Administasi Perkara dan Persidangan, disingkat Ur
Minradang.
2) Urusan Administrasi Umum, disingkat Ur Minu.
Urusan Dokumentasi dan Perpustakaan, disingkat Ur. Dok-pustak.
4) Katera bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya selaku Panitera
dalam persidangan Dilmil kepada Hakim Ketua yang bersangkutan
dan atas pelaksanaan tugas lainnya kepada Kadilmil.
4. Taud
a. Taud dipimpin oleh seorang Pama Sarjana Hukum, sebagai Kepala Taud,
disingkat Kataud, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan surat-menyurat bagi Dilmil.
2) Bertindak sebagai Panitera dalam persidangan Dilmil atas
penunjukkan Kadilmil,
3) Melaksanakan dinas urusan dalam, termasuk kebersihan dan
keindahan, pengamanan dan pemeliharaan disiplin serta tata tertib,
4) Menyelenggarakan perawatan personil dan materiil di lingkungan
Dilmil,
5) Mengatur perumahan dan angkutan untuk keperluan
anggota dan dinas Dilmil,
6) Mengatur penggunaan perlengkapan/ruangan kerja.
7) Mengatur penerimaan tamu dan hal-hal yang bersifat protokoler,
8) Mengatur dan menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk
penyelenggaraan upacara, rapat, pertemuan dan lain-lain yang
memerlukan pengaturan khusus, yang diadakan Dilmil.
b. Taud terdiri dari 2 (dua) Urusan yang masing-masing dijabat oleh
seorang Pama sebagai Pama Urusan, disingkat Kaur, sebagai berikut :
21
2) Urusan Dalam, disingkat Urdal.
c. Kataud bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kewajibannya kepada
Kadilmil, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh
Katera.
5. Majelis
Majelis Hakim terdiri dari seorang Hakim Ketua yang
serendah-rendahnya berpangkat Mayor dan 2 (dua) orang hakim anggota yang terdiri
dari Kimmil masing-masing serendahnya berpangkat sama serta dibantu
oleh Panitera, dengan tugas kewajiban memeriksa dan memutus setiap
perkara pidana yang diajukan kepadanya, menurut dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan,
6. Pok Kimmil
a. Pok Kimmil merupakan wadah dari Hakim Militer pada Dilmil untuk
melaksanakan tugas kewajibannya baik sebagai Hakim pada Dilmil
maupun dalam memberikan saran dan pertimbangan tentang
penyelenggaraan fungsi tehnis kepada Kadilmil,
b. Kelompok Hakim Militer pada Dilmil terdiri dari para Kimmil.
F. Jaringan Usaha
Pengadilan Mliter I-02 mengembangkan pendidikan, penelitian,
pengabdian, pelayanan masyarakat dan pembinaan civitas
akademika.Pengadilan Mliter I-02 merupakan sebuah instansi yang
menghasilkan jasa pendidikan non profit (tidak berorientasi pada perolehan
Pengadilan Militer I-02 lebih berorientasi pada pelayanan pendidikan
yang bermutu dan berkualitas, melakukan penelitian-penelitian yang
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, serta melakukan kegiatan sosial berupa
pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Pengadilan
MiliterI-02 yaitu penyelenggaraan pendidikan, pengadaan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
Dengan demikian, diharapkan lulusan-lulusan dari Pengadilan Militer
I-02 adalah lulusan yang mempunyai kualitas yang baik dan mampu
memberikan Jasa Hukum Terbaik pada Bangsa dan Negara.
G. Kinerja Usaha Terkini
Setiap perusahaan maupun instansi tentu mempunyai visi dan misi
yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk
mencapai itu semua, begitu juga pada Pengadilan Mliter I-02, Pengadilan
terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh Pengadilan dapat
terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan
kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.
Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan
kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan
perusahaan adalah menyelenggarakan program pendidikan dan pengajaran
terhadap mahasiswa, melakukan berbagai macam pengadilan yang
bermanfaat bagi universitas, masyarakat dan mahasiswa serta melakukan
23
memotivasi masyarakat agar dapat hidup lebih layak dan mandiri, kegiatan
bakti sosial kepada masyarakat dan lain sebagainya.
Pengadilan Mliter I-02 juga terus melakukan pembinaan terhadap
civitas akademika agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
benar-benar memiliki kualitas yang baik.Kegiatan-kegiatan kerohanian juga
tetap dilaksanakan fakultas, seperti perayaan hari-hari besar keagamaan
misalnya Natal, Paskah, Idul Fitri, dan lain-lain, sehingga para civitas
Pengadilan Mliter I-02 selalu memiliki nilai-nilai dan norma-norma
keagamaan dalam menjalani hidup, serta selalu bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
H. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan Pengadilan Militer I-02 antara lain adalah sebagai berikut
1. Kegiatan peningkatan pelayanan hukum yang berkeadilan di lingkungan
prajurit TNI
2. Kegiatan peningkatan kredibilitas dan transparansi Peradilan Militer
3. Kegiatan peningkatan kualitas SDM Pengadilan Militer I-02 Medan
4. Kegiatan peningkatan sarana dan prasarana operasional peradilan militer
untuk memaksimalkan pelaksanaan tupoksi Pengadilan Militer I-02
Medan
5. Kegiatan optimalisasi kinerja satuan kerja Pengadilan Militer I-02 Medan
6. Kegiatan aktualisasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Satuan kerja
BAB III
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA TETAP PADA PENGADILAN MILITER I – 02 MEDAN
A. Aktiva Tetap
1. Pengertian Aktiva Tetap
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya termasuk data -data
yang dikumpulkan oleh penulis beserta hasil penelitian yang diperoleh dari
lapangan, maka pada bab ini penulis akan mencoba membaha s objek penelitian
yang dititikberatkan pada penerapan Standar Akuntansi Keuangan. Sesuai dengan
apa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa dalam memperoleh aktiva
tetap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Begitu juga halnya dengan yang
dilakukan oleh Pengadilan Militer I - 02.
Menurut Mulyadi (2001) pengertian aktiva tetap adalah : “Kekayaan
perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu
tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan
untuk dijual kembali”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2002) pengertian aktiva adalah :
“aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh perusahaan”.
Dari pengertian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa aktiva tetap
25
1. Mempunyai kemungkinan masa manfaat di masa datang yang mempunyai
kemampuan sendiri maupun kombinasi dengan aktiva lainnya untuk
menyumbangkan aliran kas masuk di masa datang baik langsung maupun
tidak langsung,
2. Suatu perusahaan dapat memperoleh manfaat dan mengawasi manfaat
tersebut,
3. Transaksi-transaksimenyebabkantimbulnyahakperusahaanuntuk
memperoleh dan mengawasi manfaat tersebut.
Suatu aktiva yang memiliki nilai uang dan berbentuk fisik yang menjadi
milk perusahaan dinamakan aktiva berwujud misalnya tanah, gedung,
mesin-mesin, peralatan kantor, kendaraan, dan lainnya. Aktiva yang tidak berwujud
dapat berupa hak atas sesuatu seperti hak paten, copyright, dan lain sebagainya.
Menurut Niswonger, Warren, Reeve, Fess, (1994) pengertian aktiva tetap
adalah : “Aktiva adalah aktiva berumur panjang yang sifatnya permanent, yang
digunakan dalam operasi perusahaan dan yang dibeli bukan untuk dijual lagi
dalam operasi normal perusahaan ”.
Dari defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktiva tetap
mempunyai kriteria antara lain :
a) Berwujud,
b) Dimiliki oleh perusahaan,
c) Masa operasinya lebih dari satu tahun atau dalam jangka waktu
relative lama,
e) Tidak untuk dijual.
Menurut Pengadilan Militer I – 02 Medan pengertian aktiva tetap adalah :
“aktiva perusahaan yang sifatnya relatif tetap yang sifatnya berwujud, digunakan
dalam operasi perusahaan, dan yang dibeli bukan untuk dijual lagi”.Sesuai dengan
perbandingan di atas, pengertian aktiva tetap pada Pengadilan Militer I – 02
Medan telah telah disesuaikan dengan Standar. Akuntansi Keuangan dimana
aktiva tetap yang ada memiliki ciri-ciri sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia yaitu berwujud, dimiliki oleh perusahaan serta tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali.
2. Penggolongan Aktiva Tetap Jenis-jenis aktiva tetap
Dapat dikelompokkan dalam beberapa segi yaitu :
1. Substansi
Yaitu aktiva yang dapat digantikan dengan sejenisnya. Aktiva tetap dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Tangible fixed asset ( aktiva berwujud )
Contohnya : lahan, mesin, gedung, peralatan, dan lainnya.
b. Intangible fixed asset ( Aktiva tidak berwujud )
Contohnya : goodwill, paten, copyright, franchise, lease hold,
dan lainnya.
27
Pengkategorian aktiva tetap dari segi ini berguna untuk mengetahui
perlutidaknya dilakukan penyusutan terhadap harga perolehan, mengingat aktiva
tetap memiliki masa manfaat yang berbeda-beda.
Menurut Mulyadi, ( 2001) aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu
perusahaan dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tanah dan pematangan tanah ( land and land improvement )
b. Gedung dan perbaikan gedung
c. Mesin
d. Meubel
e. Kendaraan-kendaraan
Pengadilan Militer I – 02 Medan mengkategorikan jenis aktiva tetapnya ke
dalam empat kategori yang masing- masing harga perolehan dan masa manfaatnya
telah ditetapkan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu :
A. Tanah,
B. Bangunan,
C. Kendaraan,
D. Peralatan kantor, dapat dibagi atas :
a) Computer,
b) Peralatan kantor lainnya.
Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia diatas terkait ciri-ciri aktiva tetap, maka seluruh kategori yang ada pada
Pengadilan Militer I – 02 Medan telah disesuaikan dengan Standar Akuntansi
dimaksudkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu berwujud, dimiliki oleh
perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
3. Cara Cara Perolehan Aktiva Tetap
Suatu aktiva tetap mempunyai harga perolehan yang meliputi seluruh
jumlah biaya yang dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh aktiva
tersebut. Biaya perolehan dicatat sebesar harga perolehannya yaitu harga beli
aktiva tersebut ditambah biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut
dapat digunakan oleh perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia, (2002) berpendapat
bahwa : Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk
bea impor dan PPh masukan tidak boleh retribusi (non refundable), dan setiap
biaya yang dapat diretribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut
dapatbekerja untuk penggunaan yang dapat dimasukkan setiap potongan
dikurangkan dari harga pembelian. Contoh biaya yang dapat diretribusikan secara
langsung adalah :
a. Biaya persiapan manfaat,
b. Biaya penyusutan awal, biaya simpan dan bongkar merk,
c. Biaya pemasangan,
d. Biaya professional, seperti arsitek, seperti arsitek dan insinyur.
Dalam menjalankan aktivitasnya suatu perusahaan dapat memperoleh
aktiva tetap dengan beberapa cara, antara lain :
a. Pembelian Tunai
Pembeliansuatu aktiva tetap secara tunai biasa dilakukan apabila
29
aktiva tetap tersebut dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan sehubungan
dengan pembelian tersebut. Biaya-biaya yang dikapitalisasi sebagai harga
perolehan adalah aktiva tetap itu sendiri ditambah dengan biaya-biaya
terkaitpembelian aktiva tetap tersebut seperti pajak penjualan, biaya
pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, bea nama balik, dan biaya
pemasangan.
Dengan begitu aktiva tetap dapat diakui oleh perusahaan pada saat aktiva
tetap tersebut diterima sebesar harga perolehannya. Menu rut Niswonger -Fess-
Warren (2000:118) berpendapat bahwa : “Harga perolehan aktiva tetap mencakup
segala pengeluaran yang perlu sampai aktiva tersebut di tempat dan siap untuk
dipakai. Pajak pertambahan nilai, ongkos angkut, asuransi selama aktiva dalam
perjalanan, fondasi khusus dan biaya pemasangan harus ditambahkan ke harga
pembelian aktiva tetap yang bersangkutan”. Aktiva tetap yang dibeli harus dicatat
sebesar harga pembelian tersebut ditambah biaya -biaya reparasi atau perbaikan
agar dapat dipakai. Nilai buku dari pihak yang dijual tidak perlu diperhatikan.
Jurnal dalam pencatatan pembelian tunai adalah :
Aktiva Tetap xxx
Kas xxx
b. Pembelian Kredit
Jika perusahaan melakukan pembelian secara kredit, maka dalam aktiva
tetap yang bersangkut an dicatat sebesar nilai tunainya. Sedangakan selisih antara
nilai tunai dengan harga pembelian kredit tersebut dianggap sebagai beban bunga.
diperlakukan sebagai biaya dalam pe riode dimana pembayaran itu terjadi. Oleh
karena itu harus dicatat dalam perkiraan beban bunga. Apabila aktiva tetap
diperoleh angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh
termasuk bunga. Pembebanan bunga atas kredit dapat dilakukan dengan :
1) Secara flat,
2) Berdasarkan sisa hutang
Jurnal untuk pembelian yang dilakukan secara kredit adalah :
Aktiva Tetap xxx
Hutang Usaha xxx
c. Pembelian Dengan Surat Berharga
Aktiva tetap yang dibeli dengan saham atau obligasi harus dicatat sebesar
harga saham maupun obligasi tersebut. Nilai tersebut dicata seharga dengan
nilaipari. Apabila harga pasar lebih besar dari harga pari, maka selisihnya
dicatatsebagai premium (agiosaham) dan apabila harga pasar lebih kecil dari
harga pari maka seliseihnya dicatat sebagai discount (disagio saham). Jika harga
pasar saham tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva tetap ditentukan
sebesar harga pasar aktiva tersebut. Terkadang timbul keadaan dimana harga pasar
surat berharga dan aktiva tetap yang dit ukar tidak diketahui. Untuk itu nilai
pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Nilai pertukaran
dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai -nilai
surat-surat berharga yang dikeluarkan. Jurnal untuk pembelian dengan surat
31
Aktiva Tetap xxx
Discount xxx
Capital stock xxx
Premium xxx
d. Aktiva tetap yang dihadiahkan
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut
nonreciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva
ini wajib dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independen (appraisal company)
dan di kredit modal donasi (donate capital). Ikatan Akuntan Indonesia, (2002)
berpendapat bahwa : “ Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicata
sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun
modal donasi”
e. Aktiva yang dibangun sendiri
Dalam memperoleh suatu aktiva tetap terkadang dilakukan dengan cara
dibangun sendiri. Hal ini dikarenakan biaya perolehannya akan lebih rendah,
selain itu kualitas aktiva tetap akan lebih baik. Biaya perolehan aktiva tetap
meliputi seluruh biaya -biaya pembuatannya termasuk bahan baku, tenaga kerja,
dan biaya overhead langsung maupun tidak langsung yang merupakan biaya
-biaya diluar -biaya operasional perusahaan sehari -hari. Menentukan jumlah
overhead tidak langsung yang akan dialokasikan pada aktiva yang dikerjakan
bukanlah hal yang mudah. Untuk itu ada beberapa cara untuk menetapkan besar
1) Metode Incremental Cost
Biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya
overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut. 2) Metode Proporsional
Biaya overhead yang dibebankan bukan hanya kenaikan overhead itu
sendiri, melainkan juga biaya overhead secara baik untuk kegiatan biasa maupun
untuk kegiatan pembangunan itu sendiri. Ikatan Akuntan Indonesia,(2002)
menyatakan : “ Biaya perolehan suatu aktiva tetap yang dikonstruksikan sendiri
ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh”.
4. Penggantian Aktiva Tetap
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dengan pertukaran sebagian untuk suatu
aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam itu diukur
pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana yang
lebih andal, equivalen dengan nilai wajar yang dilepaskan setelah disesuaikan
dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Suatu aktiva tetap dapat
diperileh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa dalam bidang usaha yang
sama dan memiliki suatu nilai wajar serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat dijual
dalam pertukaran dengan kepemilikan aktiva yang serupa. Dalam dua keadaan
tersebut, karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak lengkap,
tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakuidalam transaksi. Sebaliknya,
biayaperolehan aktiva tetap baru adalah jumlahtercatat dari aktiva yang
dilepaskan. Dalam keadaan ini nilai aktiva yang dilepaskan dibukukan (write
33
cara yang dapat dilakukan untuk menentukan harga perolehan dalam
tukar-menukar, yaitu :
1) Nilai Buku
yaitu, aktiva yang diperoleh dinilai dengan nilai buku aktiva yang
ditukarkan dan tidak memperhitungkan laba atau rugi. Nilai buku yang
dihitungdari harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.
2) Nilai Pasar ,
Yaitu : harga perolehan aktiva baru ditentukan sama dengan nilai pasar
aktiva lama yang ditukar tambah dengan pembayaran tunai. Selisih nilai pasar
aktiva lama dengan buku dihitung sebagai laba atau rugi.
3) Trade-In Allowances
Yaitu, harga perolehan aktiva baru dihitung berdasarkan nilai trade -in
allowance lama ditambah dengan pembayaran tunai. Selisihnya dihitung sebagai laba atau rugi.Penetapan nilai suatu aktiva tetap dapat dilakukan dengan lebih
dahulu mengetahui jenis aktiva tetap itu sendiri dan darima na aktiva tetap itu
diperoleh.Harga perolehan yang dicatat adalah harga yang dibayarkan kepada
penjual ditambah dengan biaya yang dikeluarkan hingga fisik aktiva tetap yang
dibeli dipergunakan dalam aktivitas operasional perusahaan. Penetapan nilai
suatu aktiva tetap dapat dilakukan dengan lebih dahulu mengetahui jenis aktiva
tetap itu sendiri dan darimana aktiva tetap itu diperoleh. Harga perolehan yang
dicatat adalah harga yang dibayarkan kepada penjual ditambah dengan biaya yang
dikeluarkan hingga fisik aktiva tetap yang dibeli dipergunakan dalam aktivitas
5. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap
Pengadilan Negeri I – 02 Medan memperoleh aktiva tetap dengan tiga
cara yaitu :
a. Membeli Secara Tunai
Perolehan aktiva yang dibeli secara tunai sebelumnya akan dicatat ke
dalam buku besar harian sebagai harga perolehannya. Harga perolehan dibuat
dengan menjumlahkan har ga yang diberikan penjual ( harga faktur ) dengan
seluruh biaya -biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk
digunakan. Seluruh biaya -biaya yang dikeluarkan dikapitalisasi sebagai harga
perolehan aktiva tetap.Potongan tunai yang diperoleh dari pembelian aktiva tetap
merupakan pengurangan terhadap harga faktur aktiva tersebut. Jika dalam suatu
pembelian diperoleh dari suatu aktiva tetap seperti gedung atau tanah, maka
pengalokasian harga perolehan dari aktiva tersebut didasarkan pada perbandingan
nilai wajar dari masing-masing aktiva, yaitu dengan melihat harga pasar dari
gedung atau tanah, lalu membandingkan harga pasar tersebut yang kemudian
menjadi dasar alokasi harga perolehan. Penilaian lain didasarkan pada surat bukti
pembaya ran pajak. Metode ini digunakan jika harga pasar kedua aktiva tetap
tidak diketahui.
b. Membangun Sendiri
Untuk memperoleh aktiva tetap seperti bangunan, Pengadilan Negeri I –
02 Medan melakukan pembangunan sendiri dimana nilai aktiva tetap yang
35
mendapatkan aktiva tetap tersebut sampai pada kondisi siap untuk digunakan
dalam operasi perusahaan.
c. Leasing
Aktiva tetap yang dibeli secara leasing (capital leasing) harus dinyatakan
dalam nilai tunai dengan judul “Aktiva Tetap Leasing” dan sisi kewajiban
dinyatakan dengan dengan judul “Hutang Leasing” sebesar harga tunaiaktiva
dikurangi dengan uang muka yang dibayar pada saat penandatanganan kontrak
perjanjian
B. Penyusutan Aktiva
Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva dalam menyediakan
manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan
pemakaian yang terus -menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap
tersebutmenurun dari hari ke hari. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2002)
penyusutan adalah : “Alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
aktiva sepanjang masa manfaat”.Hal-hal yang menyebabkan penyusutan bias
diidentifikasikan sebagaipenyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan
fisik terjadi disebabkan kerusakan ketika digunakan, dank arena cuaca. Sedangkan
penyusutanfungsionalterjadi karena aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu
menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan guna menetapkan besar beban
penyusutan setiap periode adalah :
Yaitu taksiran realisasi (penjualan) melalui kas aktiva tetap tersebutsetelah
akhir penggunaan atau pada saat aktiva tetap tersebut harus ditarik dari kegiatan
operasi. Biaya yang disusutkan (depreciablecost) adalah jumlah yang harus
disebarkan sepanjang umur manfaat aktiva sebagai bebanpenyusutan.
2) Umur tekhnis,
Umur manfaat yang diperkirakan ( expected useful life) atas aktiva tetap
juga harus diestimasi pada saat aktiva tersebut mulai digunakan. Beberapa faktor
yang menyebabkan suatu aktiva tetap berwujud dapat member manfaat dalam
waktu yang terbatas, yaitu :
i. Faktor fisik
Aus karena dipakai (wear and tear), aus karena umur (deteroralitation
and deacay), dan kerusakan merupakan faktor fisik yng dapat mengurangi fungsi aktiva tetap.
ii. Faktor fungsional
Faktor fungsional yang membatasi umur aktiva berupa ketidakmampuan
aktiva memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti, perubahan
permintaan terhadap barang maupun jasa yang dihasilkan, kemajuan tekhnologi
yang menyebabkan suatu aktiva tidak ekonomis lagi apabila dipakai.
iii. Pola pemakaian
Pola pamakaian harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan
pembebanan penyusutan terhadap produksi.Diperlukan suatu metode untuk
menghitung besarnya pengalikasian pembebanan penyusutan aktiva tetap. Ikatan
37
(1) Waktu
(a) Straight Line Method ( metode garis lurus )
Metode ini menghitung penyusutan berate beban penyusutan dibebankan
secara merata. Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang
sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap. Penghitungan yang
sederhana disertai pengal ikasian biaya secara wajar ke pendapatan periodic jika
penggunaan aktiva tersebut relatif sama tiap periodenya menjadi alasan mengapa
dipakainya metode ini secara luas.
Contoh :
Sebuah mesin dibeli dengan harga perolehan Rp.10.000.000- , nilai sisa
diperkirakan Rp.5.000.000- , dan taksiran umar 10 tahun. Penyusutan aktiva
tersebut adalah:
D =
U
(P-S)
=
10
Rp.10.000.000 – Rp.500.000
= Rp.950.000 pertahun
(b) Metode Angka Tahun
Dengan metode jumlah angka tahun ( Sum of the year ), membebankan
penyusutan secara periodic akan menurun secara tetap sepanjang masa manfaat
aktiva. Beban penyusutan dihitung dengan cara menjumlahkan semua angka umur
aktiva. Dengan metode Saldo menurun (DecliningBalance Method), menghasilkan
Contoh :
Pada tanggal 10 February 2010 dibeli mesin seharga Rp.50.000-, umur
[image:47.595.114.517.276.586.2]mesin 5 tahun ,dan nilai sisa 0. Seperti pada tabel berikut :
Tabel 1.2
Penyusutan Mesin Dengan Metode Angka Tahun
Sumber : Akuntansi Aktiva Tetap
Keterangan :
1. 5/15 x Rp 50.000 = Rp 16.666,67
2. 4/15 x Rp 50.000 = Rp 13.333,33
3. 3/15 x Rp 50.000 = Rp 10.000
Tahun Harga
Perolehan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
1 Rp. 50.000 Rp. 16.666,67 Rp. 16.666,67 Rp.
33.333
2 Rp. 50.000 Rp. 13.333,38 Rp. 30.000 Rp.
20.000
3 Rp. 50.000 Rp. 10.000 Rp. 40.000 Rp.10.0
00
4 Rp. 50.000 Rp. 6.666,67 Rp. 46.666,67 Rp.
3.333,3
39
4. 2/15 x Rp 50.000 = Rp 6.666,67
5. 1/15 x Rp 50.000 = Rp 3.333,33
Penggunaan
Adapun yang disebabkan penggunaan yaitu :
(a) service hours method ( metode jam jasa)
Metode ini memberikan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut
jam produksi. Beban penyusutan dihitung berdasarkan jumlah jam kerja dari
aktiva untuk berproduksi.
(b) productive output method ( metode jumlah unit produksi )
Dalam hal ini beban penyusutan dihitung sesuai jumlah unit dalam
penggunaan aktiva tetap. mengalokasikan harga dari masing - masing akhir
periode aktiva tetap sebagai biaya penyusutan. Metode penyusutan yang
diterapkan didasarkan atas pertimbangan alasan yang layak, serta penerapan
aktiva tetap yang dimiliki secara konsisten. Masa manfaat dari seluruh jenis aktiva
tetap yang dimiliki oleh perusahaan seperti bangunan mesin, kenderaan dan
peralatan pada akhirnya akan habis secara perlahan-lahan kecuali tanah. Ada
beberapa alasan mengapa Pengadilan Negeri I – 02 Medan membuat penyusutan
terhadap aktiva tetap, antara lain :
1) Penuaan Fisik
Penyusutan dapat dikarenakan penggunaannya yang dipengaruhi oleh
cuaca maupun suhu seperti panas maupun dingin. Perawatan secararutin disertai
aktiva tetap. Namun lambat laun seluruh aktiva terkecuali tanah sewaktu-waktu
harus diganti.
2) Perubahan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat dari aktiva tetap.
Contohnya : computer, manfaat dari computer dapat habis sebelum msanya
dikarenakan perubahan teknologi yang begitu cepat ditambah lagi karena
perusahan mengikuti siste m yang ada di luar negeri. Untuk menghitung beban
penyusutan aktiva tetap Pengadilan Negeri I – 02 Medan menggunakan metode
garis lurus. Metode penyusutan dengan garis lurus dianggap sederhana dan
relative mudah ini diterapkan terhadap semua jenis aktiva tetap. Pengalokasian
dilakukan apabila aktiva tetap yang bersangkutan benar - benar telah digunakan
dalam aktivitas perusahaan. Bentuk persentase penyusutan dari taksiran masa
manfaat berbeda-beda sesuai dengan kategorinya.
Cara penggantian aktiva tetap yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri I –
02 Medan yaitu :
1) Dengan Cara Dibuang
Dibuang dalam hal ini lebih dimaksudkan dinonaktifkan. Hal ini
dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk digunakan
dalam menjalankan kegiatan operasional pe rusahaan serta sudah tidak memiliki
nilai residu atau nilai pasar.
2) Dengan Cara Dijual
Penjualan aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dapat dilakukan
41
3) Dengan Cara Ditukar Dengan Aktiva Lain
Dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan baru yang sama
penggunaannya. Jika nilai tukar lebih besar daripada nilai buku, maka diperoleh
keuntungan. Sebaliknya, jika nilai tukar lebih kecil daripada nilai buku, berarti
pertukaran tersebut mendatangkan kerugian.
C. Pengawasan Internal Aktiva Tetap
Dalam pelaksanaannya Pengadilan Negeri I – 02 Medan menjalankan
berbagai pengawasan baik pengawasan administratif, fisik maupun penggunaan.
Bentuk pengawasan lain diantaranya juga dilakukan dengan cara
mengansuransikan aktiva tetap, termasuk pengawasan dalam hal manajemen
kepegawaian dengan menempatkan karyawan yang ahli pada bidangnya demi
terciptanya suatu
spesifikasi kerja baik. Selain daripada itu pengawasan juga dilakukan dalam usaha
perolehan, penghapusan maupun penjualan aktiva tetap. Hal ini dilakukan sebagai
tindakanpencegahan terhadap adanya penyimpangan yang mungkin terjadi.
Pengawasan terhadap perbaikan aktiva tetap yang rusak juga dilakukan dengan
perhitungan fisik persediaan aktiva tetap secara periodik dalam rangka
memeastikan keakuratan catatan akuntansi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeteksi aktiva tetap yang hilang, rusak atau menganggur.
Pengawasan internal atau yang lebih dikenal dengan istilah pengendalian
internal maupun internal check merupakan prosedur -prosedur mekanis dalam
pemeriksaan ketelitian data- data administrasi. Misalnya mencocokkan
memberikan keyakinan kepada menejemen bahwa kebijakan dan prosedurspesifik
yang dirancang demi sebuah pencapaian tujuan dapat dipenuhi. Fungsi
pengawasan dapat dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari
setiap bagian kepala perusahaan kemudian mengambil tindakan perbaikan apabila
diperlukan.
Beberapa tujuan dari pengawasan internal aktiva tetap adalah :
1. Membatasi pengeluaran modal dalam limit yang disetujui sesuai
kebutuhan perusahaan,
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam
menjalankan aktivitas perusahaan,
3. Menetapkan prosedur-prosedur perlindungan dan pemeliharaan fisik
suatu aktiva tetap,
4. Menekankan bahwa aktiva tetap merupakan fasilitas yang penting dalam
pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan,
5. Mendorong usaha perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
perusahaan beri kut cara yang paling menguntungkan untuk m embiayai
aktiva tetap.
Pengawasan dalam perusahaan dapat meliputi :
1. Pengawasan Administratif
Pengawasan ini dapat dilakukan dengan dua tujuan, yaitu :
a. Terkaitdan berhubungan dengan masalah sistemdan prosedur
43
b. Terkait dan berhibungan dengan masalah tekhnis atau materi
inventarisasi, buku induk barang atau buku lainnya.
2. Pengawasan Fisik,
Pengawasan fisik dilakukan untuk mengetahui keberadaan sekaligus
keadaan fisik suatu aktiva tetap, apakah sudah sesuai catatan inventaris
atau belum. Pengawasan ini dilakukan dengan mengawasi jumlah maupun
kuantitas sekaligus kualitas aktiva tetap yang sebenarnya.
3. Pengawasan Penggunaan.
Tujuan dari pengawasan ini adal ah untuk mengetahui apakah suatu barang
atau inventaris sudah benar dalam penggunaannya. Hal ini dilakukan dengan
memperhatikan aspek efisiensi penggunaan. Pengawasan ini penting artinya
guna menentukan nilai ekonomis aktiva tetap, seperti keamanan atau
keutuhan, keawetan, maupun pen dayagunaan barang-barang yang ada.
Dalam mengawasi suatu aktiva tetap, Pengadilan Negeri I – 02 Medan
menjalankan berbagai pengawasan baik pengawasan administratif, fisik
maupun penggunaan. Bentuk pengawasan lain diantaranya juga dilakukan
dengan cara mengansuransikan aktiva tetap, termasuk pengawasan dalam
halmanajemen kepegawaian dengan menempatkan karyawan yang ahli pada
bidangnya supaya tercipta suatu spesifikasi kerja yang baik. Pada dasarnya
pengawasan intern bertujuan untuk mengamankan harta benda perusa haan
yang dalam hal ini adalah aktiva tetap, memperoleh data akuntansi yang
tepat dan dipercaya dapat meningkatkan efisiensi usaha serta mendorong
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas penulis dapat menarik
kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai
Pengawasan Internal Terhadap Aktiva Tetap padaPengadilan Negeri I – 02 Medan
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab -bab sebelumnya penulis dapat mengambil
kesimpulan dan saran yang mungkin akan sangat berguna bagi para pimpinan dan
seluruh pihak- pihak yang berkepentingan dengan perusahaan serta pada
mahasiswa yang berminat pada topik permasalahan yang diuraikan.
1. Pengawasan Intern terhadap aktiva tetap pada Pengadilan Negeri I – 02
Medan telah dilaksanakan sangat efektif.
2. Besarnya penyusutan pada Pengadilan Negeri I – 02 Medan setiap
tahunnya dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yang
menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahunnya
sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap, dan nilai sisa aktiva tetap
dianggap Rp 0. Perhitungan dilakukan oleh bagian akuntansi setiap akhir
tahun buku,
3. Penggantian aktiva tetap pada Pengadilan Negeri I – 02 Medan di
45
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengemukakan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Pengawasan intern terhadap akiva tetap yang dijalankan Pengadilan
Negeri I – 02 Medan sebaiknya dipertahankan karena telah dilaksanakan
dengan efektif
2. Pengadilan Negeri I – 02 Medan perlu menerapkan kebijakan manajemen
menyangkut besar batasan biaya yang merupakan pengeluaran modal
maupun pengeluaran penghasilan
3. Pengadilan Negeri I – 02 Medan memperhatikan jenis dan golonga n
aktiva tetap sebelum manajemen mengambil kebijakan mengenai metode
penyusutan yang akan dipakai dalam menghitung besar penyusutan
seluruh aktiva tetap
4. Pengadilan Negeri I – 02 Medan perlu memperhatikan tingkat
pemeliharaan terhadap aktiva tetap dikarenakan pengeluaran untuk biaya
penggantian terhitung cukup besar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
penyelewengan dan aktiva tidak cepat rusak, sehingga pengeluaran biaya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Sarsimi. 2002. Metopel Teori dan Aplikasi Edisi Revisi kelima . Yogyakarta : Penerbit Rineka Cipta IKIP
Hersoebeno.Pemeriksaan Permulaan Dalam Sistem Peradilan Militer.Jakarta:
Perguruan Tinggi Hukum Militer, 1994.
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap. Jakarta : Penerbit Raja Grafik Persada
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Mulyadi. 2002. Sistem Akuntansi. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Niswonger, Fess, Warren. Prinsip -prinsip Akuntansi, Jilid 1 Edisi ke 18, Diterjemahkan oleh Marianus Sinaga. 2004. Jakarta : Penerbit Salemba
Empat
Ritonga, Parlaungan. 2006. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Medan. Penerbit Bartong Jaya
Stice, Earl K., James D Stice., K. Fred Skousen . Intermediate Accounting, edisi ke-15, Cetakan pertama, Diterjemahkan oleh Palupi Wariati. 2004. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.