IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KEBUGARAN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGIKUTI AKTIVITAS PEMBELAJARAN KEBUGARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas V-B di SD Negeri Cisitu 1 Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Olahraga
Oleh
Andrias Salsabiel 0904060
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN KEBUGARAN
UNTUK MENINGKATKAN
PARTISIPASI SISWA MENGIKUTI
AKTIVITAS PEMBELAJARAN
KEBUGARAN DALAM PENDIDIKAN
JASMANI
Oleh Andrias Salsabiel
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Oahraga dan Kesehatan
© Andrias Salsabiel 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
ANDRIAS SALSABIEL
STUDI PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS V-B MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KEBUGARAN
UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGIKUTI AKTIVITAS PEMBELAJARAN KEBUGARAN
DALAM PENDIDIKAN JASMANI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Drs. Andi Suntoda Situmorang, M.Pd NIP.1958 0620 1986 011002
Pembimbing II
dr. Ikbal Gentar Alam NIP.1976 1015 2008 011000
Mengetahui Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani
Andrias Salsabiel, 2013
Implementasi Model Pembelajaran Kebugaran untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Mengikuti A B S T R A K
Andrias Salsabiel (2013) Implementasi Model Pembelajaran Kebugaran untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Mengikuti Aktivitas Pembelajaran Kebugaran Dalam Pendidikan Jasmani Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cisitu I Kota Bandung. Pembimbing I Drs. Andi Suntoda Situmorang, M.Pd Pembimbing II dr. Ikbal Gentar Alam.
Andrias Salsabiel, 2013
Implementasi Model Pembelajaran Kebugaran untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Mengikuti ABSTRACK
Andrias Salsabiel (2013). Implementation Model for Improving Learning Centre Students Following Participation Activities Learning Centre in Physical Education Classroom Action Research In Fifth Grade Students Cisitu I Elementary School Bandung. Pembimbing I Drs. Andi Suntoda Situmorang, M.Pd Pembimbing II dr. Ikbal Gentar Alam.
This classroom action research aims to investigate student participation when
following a fitness learning in physical education and sport health fitness using
learning models . The research was conducted by implementing the research design
developed by Kurt Lewin, consisting of stages of planning, action, observation, and
reflection . The research was conducted at the Cisitu I Elementary School, Bandung.
The object of research is 34 students from VB class. The research process is divided
into two cycles of four actions. Every action, using a variety of fitness activities in the
game as the game outposts, circuits , and move the ball both ways and the modified
game rules . Data was collected using instruments observation sheets , field notes ,
and documentation in the form of photos. All data collected were analyzed using
percentages techniques . Results of data analysis showed that the application of
learning models fitness can improve student participation in the learning material to
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... .. ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI. ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... . ix
DAFTAR GRAFIK... x
DAFTAR LAMPIRAN ... . xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Pembatasan Penelitian ... 7
F. Definisi Istilah ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN... 9
A. Kajian Pustaka ... 9
2. Hakikat Model Pembelajaran Kebugaran ... . 18
3. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 30
4. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas ... 34
B. Hipotesis Tindakan... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 41
B. Waktu dan TempatPenelitian ... 42
C. Subjek Penelitian ... 42
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 43
E. Prosedur Penelitian ... 43
F. Instrumen Penelitian ... 50
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .... ... 58
A. HasilPenelitian...………...………….. 58
1. Deskripsi Data... 58
2. Hasil Analisis Data... 59
3. Refleksi ... 65
B. Pembahasan Penelitian...…………....………...…... 68
1. Siklus Satu... 68
2. Siklus Dua... 78
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... ... 90
A. Simpulan ... ... 90
B. Saran. ... 90
DAFTAR PUSTAKA. ... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di
sekolah-sekolah, dan mempunyai peranan penting dalam pengembangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan
melalui aktivitas jasmani, yang didalam pembelajarannya melingkupi hal-hal
yang berkaitan dengan ketiga aspek tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh
Hetherington (Abduljabar 2010:7) mendeklarasikan empat tujuan pendidikan
jasmani yaitu:
1. Tujuan perkembangan organik, yaitu: sebagai contoh kebugaran,
kesehatan, kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah
bergerak.
2. Tujuan perkembangan kognitif, yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh
pemahaman, kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan.
3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu keterampilan, bergerak efektif,
kompeten, bebas mengekpresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga,
senam) dan kreativitas.
4. Tujuan perkembangan afektif, yaitu: sebagai contoh perkembangan
karakter, apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.
Menurut (Husdarta, 2011:3) dalam buku Manajemen Pedidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pendidikan tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila dibandingkan
pendidikan jasmani sangatlah berbeda. Pendidikan jasmani mengajak siswa
untuk dapat berkembang sesuai dengan keinginannya, tetapi kenyataan lain
dilapangan mengakibatkan pendidikan jasmani menjadi suatu mata pelajaran
yang membosankan dan melelahkan serta tidak sesuai dengan konsep dasar
pendidikan jasmani itu sendiri. Kenyataan lainnya adalah tidak adanya
kesinambungan antara kurikulum yang diajarkan dengan kehidupan nyata anak
sehari-hari seperti diungkap oleh Siswoyo dalam (Sobarna, 2009) menyatakan
bahwa pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang dirumuskan para ahli
kurikulum cenderung eksklusif, sempit, dan terlalu akademis dan terkesan
semua peserta didik hendak diarahkan jadi ilmuwan.
Meskipun secara konseptual pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas hidup siswa, tetapi secara
umum fakta dilapangan menunjukan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan masih memiliki berbagai permasalahan, terutama yang terkait
dengan kualitas proses pembelajaran. Hasil survey pada tingkat global
menunjukan beberapa indikasi lain, mulai dari alokasi waktu yang terbatas,
kelangkaan infrastruktur, kualifikasi tenaga yang tidak sesuai (Lutan, 1999).
Hasil penelitian yang dilakukan di Belanda menunjukan bahwa remaja pada
usia 13-17 tahun terjadi penurunan tingkat aktivitas jasmani dan aktivitas
jasmani siswa laki-laki lebih aktif secara signifikan dari pada siswa perempuan
yang diungkap oleh Biddle dan Chatzisarantis dalam (Lutan, 1999)
Persoalan-persoalan seperti diatas bisa berdampak pada munculnya
masalah-masalah lain, seperti siswa mempunyai tingkat kebugaran yang rendah
dan keterampilan dasar yang tidak memadai, kurang termotivasinya siswa
untuk berpartisifasi dalam aktivitas pendidikan jasmani. Hasil survey yang
dilakukan oleh Cholik dan Harsono dalam ngasmin dan Soepatono dalam
(Lutan, 1999) menunjukan adanya kecenderungan siswa kurang meminati
aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan karena dirasakan sangat
Demikian pula dengan persoalan pendidikan jasmani di kelas V pada saat
penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN Cisitu I
Kota Bandung, menunjukan masih banyak siswa yang kurang antusias
mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada saat materi
aktivitas pembelajaran kebugaran jasmani. Pada saat pembelajaran pendidikan
jasmani berlangsung, siswa lebih memilih duduk di pinggir lapangan dari pada
mengikuti kegiatan, selalu mengeluh bahwa pembelajaran kebugaran sangat
melelahkan dan membosankan, menunjukan adanya kecenderungan minat
siswa berkurang pada saat aktivitas pembelajaran kebugaran jasmani karena
dirasakan sangat berat, dan partisipasi dalam pembelajaran pun cenderung
menurun.
Pembelajaran kebugaran merupakan salah satu komponen yang ada
dalam pendidikan jasmani. Kebugaran jasmani dapat diartikan dalam berbagai
kualitas hidup yang sangat berhubungan dengan keadaan status kesehatan
seseorang, dan menjadi bagian pendorong serta sumber kekuatan bagi
perkembangan dan pertumbuhan jasmani ke arah yang lebih baik.
Pembelajaran kebugaran sangat penting diberikan pada anak sekolah dasar, hal
tersebut sesuai dengan kurikulum yang terlampir dalam Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SK dan KD) tentang pembelajaran
kebugaran dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani. Pembelajaran kebugaran
secara garis besar mengajarkan tentang konsep dasar pembinaan kebugaran
jasmani, praktek dasar kebugaran jasmani, membuat dan menilai status
kebugaran jasmani untuk diri sendiri. Untuk itu beberapa pertimbangan
penerapan model ini antara lain meliputi: 1) Menekankan pada partisipasi yang
menyenangkan pada kegiatan-kegiaan yang mudah dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. 2) Menyediakan kegiatan-kegiatan kompetitif dan non kompetitif
dengan rentang yang bervariasi sesuai dengan tuntutan perbedaan kemampuan
siswa. 3) Memberikan keterampilan (skill) dan keyakinan (confidence) yang
diperlukan siswa agar dapat berpartisipasi aktif secara fisik.
Sesuai dengan uraian diatas dan kondisi nyata permasalahan yang
maka perlu dilakukan upaya kongkret dan inovatif untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran pendidikan jasmani,
salah satunya antara lain dengan menerapkan model pembelajaran kebugaran.
Dengan diberikan pemahaman serta motivasi tentang manfaat mempunyai
tubuh yang bugar sejak usia dini, diharapkan siswa akan lebih termotivasi dan
terdorong untuk berpartisipasi mengikuti pembelajaran kebugaran dalam
pendidikan jasmani, serta lebih menyadari fungsi dan manfaat memiliki tubuh
yang sehat untuk sekarang, dan dimasa yang akan datang.
Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, yang paling penting
adalah bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan
siswa itu ikut berpartisipasi dalam aktivitas belajar. Dalam hal ini sudah tentu
peran guru sangat penting, bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk
dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan
aktivitas belajar dengan baik. Seseorang dalam melakukan aktivitas didorong
oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, insting, unsur-unsur kejiwaan
yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Sebenarnya
semua faktor-faktor itu tidak dapat dipisahkan dari soal kebutuhan, kebutuhan
dalam arti luas, baik kebutuhan yang bersifat biologis maupun psikologis.
Kebutuhan tersebut akan selalu berkaitan dengan motivasi, jika siswa sudah
tidak merasa butuh dengan aktivitas belajar, maka motivasi siswa akan
berkurang, sehingga partisipasi siswa dalam aktivitas belajar pun tidak ada.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa partisipasi akan selalu berkaitan
dengan soal kebutuhan. Sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu
bila merasa ada suatu kebutuhan. Macam-macam faktor psikologis yang
diperlukan dalam kegiatan belajar menurut Thomas F. Staton dalam (A. M.
Sardiman, 2011) yaitu 1) Motivasi, 2) Konsentrasi, 3) Reaksi, 4) Organisasi, 5)
Pemahaman, 6) Ulangan.
Penulis dalam penerapan model ini lebih menekankan pada pemberian
materi pembelajaran aktivitas bermain yang bersifat kompetitif,
menyenangkan, dan selalu memberi pemahaman tentang fungsi dan manfaat
mengikuti pembelajaran kebugaran yang bervariasi, menarik, sehingga siswa
akan lebih tertarik mengikuti pembelajaran khususnya dalam konteks
pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan demikian motivasi dalam proses
pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
aktivitas pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran kebugaran untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
mengikuti aktivitas pembelajaran kebugaran serta menambah pemahaman
siswa tentang manfaat dalam mengikuti aktivitas pembelajaran pendidikan
jasmani, selanjutnya peneliti merumuskan dalam sebuah judul penelitian: “Implementasi Model Pembelajaran Kebugaran Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Mengikuti Aktivitas Pembelajaran Kebugaran Dalam
Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas V di SDN Cisitu I Kota Bandung”. Penelitian ini penulis anggap memiliki nilai penting dalam kaitannya dengan
upaya mengembangkan kualitas pembelajaran baik dalam intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler, yang berdampak pada tingkat keberhasilan
pembelajaran pendidikan jasmani pada khususnya dan umumnya pada siswa
dapat menerapkan kebiasaan hidup sehat dilingkungan sendiri maupun
masyarakat.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, maka permasalahnnya dapat di
identifikasi sebagai berikut:
Apakah penerapan model pembelajaran kebugaran dapat meningkatkan
partisipasi siswa saat mengikuti pembelajaran aktivitas kebugaran dalam
pendidikan jasmani siswa kelas V SDN Cisitu I Kota bandung ?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan penerapan model
mengikuti pembelajaran aktivitas kebugaran pada siswa kelas V SDN Cisitu 1
Kota Bandung.
D.Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan
bahan pemikiran untuk kajian penerapan model pembelajaran kebugaran
terhadap partisipasi siswa ketika belajar aktivitas kebugaran dalam pendidikan
jasmani yang diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih
lanjut bagi pengembangan belajar mengajar.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi
yang sangat besar bagi semua pihak yang terkait dalam usaha perbaikan proses
pembelajaran kebugaran jasmani dalam pendidikan jasmani di sekolah dasar,
diantaranya:
a. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan kepada pengajar pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan untuk merangsang kreativitas dan inovasi
dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya dalam pembelajaran
kebugaran.
b. Bagi siswa
Diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik
serta siswa menjadi lebih berpartisipasi mengikuti pembelajaran kebugaran
dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
c. Bagi peneliti
Peneliti secara tidak langsung telah ikut andil dalam memberikan
pemahaman dan memperkuat perencanaan pelaksanaan proses pembelajaran
d. Bagi SD Negeri Cisitu I Kota Bandung
Hasil penelitian akan memberikan sumbangan praktis untuk sekolah
tersebut dalam rangka perbaikan proses pembelajaran kebugaran dalam
pendidikan jasmani.
E.Pembatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Definisi-definisi menurut para ahli, meliputi : model pembelajaran
kebugaran, partisipasi belajar, pendidikan jasmani dan Penelitian Tindakan
Kelas.
2. Partisipasi belajar akan dilihat dari lima aspek dorongan psikologis belajar
menurut Thomas dalam (A. M. Sardiman, 2011) yaitu : 1). Motivasi, 2).
Konsentrasi, 3). Reaksi, 4). Organisasi, 5). Pemahaman 6). Ulangan.
3. Dalam penelitian ini pembelajaran pendidikan jasmani dibatasi dengan
materi pembelajaran kebugaran aktivitas permainan yang bersifat
kompetitif.
4. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
dengan cara pengamatan (lembar observasi siswa), catatan lapangan, dan
dokumentasi berbentuk foto.
F. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran dari masalah penelitian ini, maka
penulis ingin memberikan beberapa definisi yang berkaitan dengan istilah yang
digunakan dalam penelitian ini yakni:
1. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
2. Model diartikan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu
kegiatan. Fred Percipal dalam buku model-model pembelajaran (Juliantine
3. Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis melalui tahap
rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. (UUSPN No 20 tahun 2003). dalam
buku model-model pembelajaran (Juliantine T. dkk. 2011:6).
4. Model pembelajaran adalah rancangan yang dibuat oleh guru untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru
dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rencana, pelaksanaan,
dan evluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Knirk dan Gustafon
dalam (Juliantine T. dkk. 2011:8).
5. Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan
sehari-hari dengan semangat penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami
kelelahan yang berarti, serta dapat terhindar dari penyakit kurang gerak
(hypokinetik) sehingga dapat menikmati kehidupan yang baik dan
bersahaja, (Tarigan, 2012).
6. Model pembelajaran kebugaran adalah model pembelajaran yang
didalamnya mengajarkan tentang gaya hidup sehat, mandiri, serta serta
menumbuhkan partisipasi siswa dalam aktivitas fisik. (Suherman, 2011)
7. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.
8. Menurut Keith Davis dalam (Sastropoetro, 1986) , partisipasi adalah
suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan
Andrias Salsabiel, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang penulis laksanakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research/CAR) yang sudah dipaparkan di BAB II.
Adapun yang mendasari atau alasan penulis memilih PTK adalah karena objek
permasalahan penelitian ini adalah metode pembelajaran yang merupakan
permasalahan faktual. Permasalahan ini muncul dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari yang dihadapi oleh guru dari proses mengajar. Penelitian ini
dilakukan dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan yang
terjadi selama proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan sebuah model
atau pendekatan pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam peneltian
ini adalah model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, alasanya karena
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai
model penelitian tindakan yang lain, rancangan modelnya sederhana dan lebih
muda dipahami, serta paling banyak digunakan dalam penelitian-penelitian
tindakan kelas. Rancangan model PTK. Menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh
Susilana dalam (Hidayat, Y. 2011) yang menyatakan bahwa: “Penelitian
tindakan kelas mengikuti suatu siklus dimana tiap siklus terdiri dari
langkah-langkah berikut: (1). Perencanaan (Planing) (2).Aksi atau tindakan (Action)
(3).Observasi (Observing) (4).Refleksi (Reflecting)”. Lebih jelasnya disajikan
Andrias Salsabiel, 2013
Gambar 3.1 Rancangan PTK
Berdasarkan pemaparan di atas, jadi tujuan utama dari Penelitian
Tindakan Kelas yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajarandalam proses belajar mengajar di kelas yang dilakukan secara
berkesinambungan melalui teknik-teknik yang tepat, yang dilakukan sesuai
dengan masalah yang dihadapi dan tingkat perkembangan siswa.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu, yaitu pada pertengahan
bulan Agustus sampai awal bulan September 2013. Penelitian direncanakan
akan dilaksanakan selama dua minggu empat kali pertemuan atau tindakan,
yaitu dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas dua pertemuan atau
tindakan. Penelitian dilakukan Tempat penelitian dilaksanakan di komplek
Sekoah Dasar Negeri Cisitu I Kota Bandung Jalan Sangkuriang No. 87 Kec.
Coblong Kota Bandung.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah para siswa kelas V di Sekolah Dasar
Negeri Cisitu I Kota Bandung dan objek penelitian adalah siswa-siswi kelas
V-B yang berjumlah 34 orang, terdiri atas 15 siswa putera dan 19 siswa putri.
Merencanakan
(Planning)
Refleksi
(Reflecting)
Melakukan Tindakan
(Acting)
Mengamati
Andrias Salsabiel, 2013
D. Variabel dan Definisi Operasioanl Variabel
1. Variabel Penelitian
Ada tiga variabel pokok yang dilibatkan dalam PTK ini, yaitu:
1) Variabel input : Siswa kelas V-B SDN Cisitu I Kota Bandung
2) Variabel proses : Model Pembelajaran Kebugaran
3) Variabel Out put : Partisipasi siswa mengikuti aktivitas pembelajaran
kebugaran dalam pendidikan jasmani
2. DefinisiOperasional Variabel
Mengkaji dan mengimplementasikan model pembelajaran kebugaran
untuk meningkatkan partisipasi siswa ketika mengikuti pembelajaran
aktivitas kebugaran dalam pedidikan jasmani.
Menurut Suherman 2011, tujuan mengajar kebugaran kepada siswa
adalah membantu mereka memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan
sikap yang membawa mereka ke gaya hidup aktif.
Menurut Husdarta (2011:18) pendidikan jasmani adalah proses
pendidikan melalui aktifitas jasmani, permainan atau olahraga yang
terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Keith Davis dalam (Sastropoetro, 1986), partisipasi adalah
suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan
dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
E. Prosedur Penelitian
Rangkaiam proses peneletian akan dilakukan dengan menempuh empat
tahapan proses rancangan model Kurt Lewin, yaitu : (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi. Keempat tahap
tersebut merupakan suatu putaran yang disebut siklus. Adapun tahap-tahap
Andrias Salsabiel, 2013
Gambar 3.2
Tahapan atau siklus PTK Model dari Workshop Jurusan oleh Yusuf Hidayat,
S.Pd, M.Si
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini guru harus merencanakan program
pembelajaran, Peneliti membuat sekenario pembelajaran yang sesuai dengan
PERMENDIKNAS NOMOR 41 TAHUN 2007 Tentang STANDAR PROSES
UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH, tentang
pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kebugaran sebagai fokus utamanya.
1) Setiap pertemuan atau tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan terhadap hasil atau tujuan yang diinginkan,
termasuk didalamnya membuat sekenario pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran kebugaran.
Pengamatan Tindakan I & II Pelaksanaan
Perencanaa
Perencanaan Ulang Refleksi
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan Tindakan III & IV
Pengamatan
Siklus II
Andrias Salsabiel, 2013
2) Menyiapkan alat dan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan, baik
untuk kepentingan simulasi maupun untuk pelaksanaan tindakan.
3) Menyusun dan mengembangkan instrumen atau alat pengumpul data,
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : (a) Menentukan indikator setiap
variabel; (b) Membuat format observasi, (c) Menentukan indikator/target
pencapaian, (d) Dokumentasi berupa foto.
4) Melakukan pra observasi pembelajaran untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan yang mungkin ada sebelum pelaksanaan tindakan
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas ini akan dilaksanakan sebanyak dua siklus,
setiap siklus terdiri atas dua tindakan atau pertemuan. Rangkaian siklus dan
tindakan dilaksanakan selama dua minggu, jadi setiap minggu dilaksanakan
dua kali tindakan atau pertemuan. Pada tahap pelaksanaan ini peneliti sebagai
guru, melaksanakan tindakan yang sebelumnya telah direncanakan untuk
dilaksanakan sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan terhadap
hasil atau tujuan yang diinginkan, dan akan dibantu oleh seorang observer,
yaitu Drs. Hasanudin (guru penjas kelas V dari SDN Cisitu 1 Kota Bandung).
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini
dari Siklus I s/d Siklus II, yaitu sebagai berikut:
1. Ide Awal
Pada ide awal peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi dan
ditemukan dalam proses pembelajaran. identifikasi masalah tersebut
dilakukan dengan cara observasi langsung pada siswa kelas V-B SDN
Cisitu 1 Kota Bandung.
2. Temuan Analisis
Pada temuan analisis ini, peneliti berdasarkan observasi yang telah
dilakukan terhadap siswa kelas V-Bmenemukan permasalahan yang
diantaranya adalah siswa kurang bersemangat dan rendahnya tingkat
Andrias Salsabiel, 2013
pembelajaran aktivitas kebugaran yang berdampak terhadap hasil belajar,
sehingga peneliti memutuskan siswa kelas V-B untuk dijadikan sebagai
objek penelitian.
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Meminta izin kepada Kepala Sekolah SDN Cisitu 1 Kota Bandung.
Permintaan izin dapat diperoleh dari Kepala Sekolah, karena
peneliti sebelumnya telah melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SDN tersebut.
b. Melakukan sosialisasi dengan Guru Penjas dan siswa
Peneliti melakukan sosialisasi terhadap guru untuk melakukan
penelitian dengan meminta kelas V-B sebagai subjek penelitian. Selain
itu peneliti melakukan sosialisasi dengan siswa kelas V-BSDN Cisitu 1
Kota Bandung yang akan dijadikan objek penelitian.
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai
situasi dan kondisi di SDN Cisitu 1 Kota Bandung, terutama siswa
kelas V-B yang akan dijadikan objek penelitian. Kemudian peneliti
menganalisis Kurikulum dan Silabus SDN Cisitu 1 Kota Bandung
untuk mempelajari Kompetensi Dasar dari mata pelajaran Penjasorkes
khususnya materi pembelajaran kebugaran. Setelah itu, peneliti
menyiapkan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
d. Identifikasi masalah
Pada tahap ini peneliti menentukan cara pemecahan masalah
sebelum melaksanakan tindakan, dan peneliti sudah menelaah
Kurikulum dan Silabus SDN Cisitu 1 Kota Bandung mata pelajaran
Penjasorkes kelas V-B semester 1 tahun ajaran 2013-2014. Adapun
Andrias Salsabiel, 2013
1) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator,
tujuan pembelajaran, dan materi pokok.
2) Menentukan model/pendekatan pembelajaran. peneliti memilih
model pembelajaran kebugaran dengan pendekatan bermain dalam
penelitiannya.
3) Mempersiapkan media pembelajaran sesuai dengan materi yang
akan dilakukan.
4) Menyusun Rerencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam
RPP tersebut peneliti menyusun tindakan yang dilakukan dalam
sebuah siklus.
5) Memilih dan menyusun serta menetapkan teknik pengumpulan data
penelitian yaitu dengan menggunakan lembar observasi (lembar
observasi siswa), catatan lapangan, dan rekaman foto.
4. Implementasi / Menerapkan
Siklus I
Pada siklus 1 dilakukan dengan 2 tindakan pembelajaran. Kegiatan yang
dilakukan yaitu:
1) Tindakan 1
a. Pelaksanaan
Pada tindakan 1 proses pembelajaran, materi yang peneliti pilih
dalam model pembelajaran kebugaran adalah materi pembelajaran
aktivitas permainan pos-pos (3pos) yang ditambah usur kompetitif
didalamnya, hal tersebut dilakukan karena menurut peneliti usia anak
sekolah dasar adalah termasuk kedalam usia bermain. Sehingga
akan lebih efektif dilakukan jika dibandingkan dengan memberikan
materi pembelajaran kebugaran yang sifatnya baku atau sesuai
Andrias Salsabiel, 2013
b. Melaksanakan tindakan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran (KBM) sesuai dengan
rencana (skenario pembelajaran) yang telah ditetapkan pada
perencanaan disiklus 1.
c. Observasi
Mengamati proses pembelajaran sekaligus mengevaluasi
perilaku siswa dan guru penjas yang sesuai dengan target yang harus
dicapai dan yang telah ditetapkan disiklus 1.
d. Refleksi
Mengevaluasi yang berkaitan dengan proses dan hasil yang
dicapai pada siklus I, menentukan tindakan selanjutnya di tindakan
II.
2) Tindakan 2
Pada tindakan 2 juga masih sama menggunakan pembelajaran
kebugaran berbentuk permainan pos-pos (3 pos), yang diberi unsur
kompetitif yang disesuai dengan pedoman model pembelajaran
kebugaran.
B. Siklus II
1) Siklus II tindakan 3
a. Pelaksanaan
Pada tindakan 3, jenis pembelajaran kebugaran yang penulis
pilih adalah model pembelajaran kebugaran yaitu permainan sirkuit
dan menambahkan unsur kompetitif didalam pembelajaran tersebut
dengan rencana tindakan dari hasil refleksi siklus 3 yang telah
dilakukan. Kemudian pada akhir pembelajaran melakukan sesi tanya
jawab dengan siswa dan mendiskusikannya dengan observer, hal ini
bertujuan untuk melihat perubahan atau peningkatan dari tindakan
Andrias Salsabiel, 2013
b. Melaksanakan tindakan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran (KBM) sesuai dengan
rencana (skenario pembelajaran) yang telah ditetapkan pada
perencanaan disiklus II yaitu menerapkan model pembelajaran
kebugaran.
c. Observasi
Mengamati proses pembelajaran sekaligus mengevaluasi
perilaku siswa dan guru peneliti yang sesuai dengan target yang
harus dicapai dan yang telah ditetapkan disiklus 1.
d. Refleksi
Mengevaluasi secara keseluruhan yang berkaitan dengan proses
dan hasil yang dicapai pada siklus I, dan menentukan tindakan
selanjutnya di tindakan II.
2) Siklus II tindakan 4
Pada tindakan 4, pembelajaran kebugaran yang dilakukan adalah
aktivitas permainan memindahkan bola secara berkelompok yang
dimodivikasi dan bervariasi baik alat atau aturannya dengan rencana
tindakan dari hasil siklus sebelumnya. Pada akhir pembelajaran seperti
biasanya guru melakukan sesi tanya jawab pada siswa, dan diskusi
dengan observer untuk mengetahui perubahan atau peningkatan
partisipasi siswa dari tindakan yang telah diberikan.
a. Pelaksanaan observasi dan evaluasi
Observer melakukan pengamatan secara langsung terhadap
pelaksanaan tindakan secara sistematis dan objektif dengan
menggunakan format observasi yang telah disiapkan.
3. Tahap Pengamatan (observasi) dan Evaluasi
Pada tahapan ini, guru sebagai observer mengamati semua hal yang
terjadi dan mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang
gejala-Andrias Salsabiel, 2013
gejala yang timbul pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Tahap ini
ditujukan untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan
dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
4. Tahap Refleksi
Refleksi adalah proses berpikir untuk melihat kembali aktivitas yang
sudah dilakukan. Tujuannya yaitu untuk mencari solusi berdasarkan hasil
observasi di lapangan pada saat pembelajaran berlangsung. Tahapan refleksi
ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menemukan, mengkaji, menganalisa,
dan merenungkan kembali hasil pembelajaran dari setiap tindakan yang
disiskusikan dengan observer. Hasil refleksi ini berfungsi untuk perbaikan
terhadap rencana awal, sehingga diketahui apakah penelitian yang dilakukan
telah dapat meningkatkan partisipasi siswa atau sebaliknya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam
kegiatan pengumpulan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah (Arikunto, 2006).
Adapun instrumen yang digunakan penulis selama penelitian berlangsung
adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi (pengamatan)
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk
melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi
berfungsi juga sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya. Observasi ini
dilakukan oleh rekan sejawat/ guru penjas peneliti dengan menggunakan
lembar observasi sebagai pedoman, dan dilakukan secara terus menerus dalam
setiap siklus.
Adapun lembar observasi aktivitas siswa yang digunakan dalam penelitian ini
Andrias Salsabiel, 2013
Tabel 3.1
Format lembar observasi aktivitas siswa
No Aspek-aspek yang
a. Siswa bersemangat dalam melakukan gerakan yang diajarkan.
b. Siswa antusias mengikuti pembelajaran yang disampaikan.
c. Siswa begairah mengikuti kegiatan pembelajaran
2 Konsentrasi
d. Siswa berkonsentrasi ketika mendengarkan penjelasan materi pembelajaran.
e. Siswa berkonsentrasi ketika mempelajari gerakan.
f. Siswa berkonsentrasi ketika mengikuti kegiatan pembelajaran .
3 Reaksi
g. Siswa dapat merespon dengan cepat semua yang disampaikan oleh pengajarnya.
h. Siswa bersikap waspada ketika melakukan permainan
i. Siswa bersikap cermat ketika melakukan permainan.
4 Organisasi
j. Siswa mampu bekerjasama ketika bermain dengan satu tim
k. Siswa melakukan tugas dengan baik dalam kelompoknya
l. Siswa tidak diam saja dalam mengikuti permainan/pembelajaran
Andrias Salsabiel, 2013
Keterangan penilaian tiap indikator terhadap partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran
Motivasi :
a. Semangat
1. Siswa berkemauan dalam mengikuti pembelajaran (B)
2. Siswa biasa saja dalam mengikuti pembelajaran (C)
3. Siswa tidak berkemauan dalam mengikuti pembelajaran (K)
b. Antusias
1. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran (B)
2. Siswa kadang-kadang aktif dalm mengikuti pembelajaran (C)
3. Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran (K)
c. Bergairah
1. Siswa berenergik dalam mengikuti pembelajaran (B)
2. Siswa kadang-kadang berenergik dalam mengikuti pembelajaran (C)
3. Siswa tidak berenergik dalam mengikuti pembelajaran (K)
Konsentrasi
1. Siswa memperhatikan setiap pembelajaran dengan sungguh-sungguh (B)
2. Siswa kadang-kadang memperhatikan pembelajaran (C)
3. Siswa tidak memperhatikan setiap pembelajaran (K)
6 Ulangan
p. Siswa dapat menyebutkan kembali materi pembelajaran
q. Siswa dapat mengulangi gerakan yang telah diajarkan oleh pengajar dengan baik.
r. Siswa dapat mengingat pembelajaran yang telah disampaikan dengan baik
Skor Maksimal: 18 Ket. Nilai=
Andrias Salsabiel, 2013
Reaksi : a. Respon
1. Siswa menanggapi kegiatan pembelajaran deangan baik (B)
2. Siswa kadang-kadang menanggapi kegiatan pembelajaran (C)
3. Siswa tidak menanggapi kegiatan pembelajaran (K)
b. Waspada
1. Siswa behati-hati dalam melakukan kegiatan pembelajaran (B)
2. Siswa kadang-kadang memperhatikan keselamatan ketika pembelajaran(C)
3. Siswa ceroboh pada saat melakukan kegiatan pembelajaran (K)
c. Cermat
1. Siswa teliti pada saat melakukan kegiatan pembelajaran (B)
2. Siswa kadang-kadang teliti melakukan kegitan pembelajaran (C)
3. Siswa ceroboh melakukan kegitan pembelajaran (K)
Organisasi :
1. Siswa saling membantu dan peduli dengan siswa lainnya (B)
2. Siswa kadang-kadang peduli kepada siswa lainnya (C)
3. Siswa tidak peduli/tidak membantu siswa lainnya (K)
Pemahaman :
1. Siswa dapat melakukan gerakan yang diminta oleh pengajar (B)
2. Siswa kadang-kadang dapat melakukan gerakan apa yang diminta oleh
guru (C)
3. Siswa tidak dapat melakukan sendiri apa yang diminta oleh pengajarnya
(K)
Ulangan :
1. Siswa dapat melakukan pembelajaran dengan baik ketika guru meminta
mengulang kembali permainan / pembelajaran yang disampaikan (B)
2. Siswa kadang-kadang bisa melaksanakan pembelajaran yang telah
Andrias Salsabiel, 2013
3. Siswa tidak bisa melaksanakan pembelajaran ketika guru meminta
mengulangnya kembali pemainan / pembelajaran (K).
2. Catatan lapangan
Catatan lapangan merupakan alat yang penting dalam penelitian tindakan
kelas. Catatan tersebut berisi deskripsi hal-hal yang terjadi atau muncul pada
saat pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan. Rusmini dalam (Hikmalulloh 2011: 48) menjelaskan bahwa, “Catatan lapangan dalam penelitian pendidikan berkaitan dengan interaksi belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. ”Interaksi yang teramati dan tercatat memuat perilaku praktis saat melaksanakan pembelajaran, dalam hal ini berkaitan dengan kesulitan perilaku
yang dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah yang termuat dalam
perencanaan yang tersusun. Adapun perilaku siswa yang diharapkan sebagai
indikator ketercapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Format catatan
lapangan berfungsi untuk mengamati perilaku siswa ketika melaksanakan
pembelajaran.
Adapun format catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Permasalahan yang Muncul Pada Waktu
Observasi Tindakan ... Alternatif Pemecahan Masalah
... ...
... ...
... ...
Andrias Salsabiel, 2013
3. Rekaman Foto
Rekaman foto digunakan untuk mengabadikan tindakan yang telah
dilaksanakan. Selain itu, rekaman foto berguna untuk menggambarkan situasi
yang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran berlangsung, untuk
menangkap suasana, detail peristiwa penting yang perlu didokumentasikan
sebagai tanda bukti fisik.
Gambar-gambar foto juga dapat menjadi bukti kuat bahwa telah
dilakukan penelitian, sehingga laporan yang diberikan menjadi lebih akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, foto-foto juga dapat
menggambarkan kemajuan pembelajaran siswa secara visual.
4. Indikator Keberhasilan
Bersumber dari hasil yang diperoleh dari observasi awal, yang
mencerminkan partisipasi siswa kelas V-B SDN Cisitu 1 Kota Bandung
dalam mengikuti pembelajaran kebugaran, diharapkan adanya peningkatan
partisipasi setelah dilakukannya pembelajaran kebugaran tersebut. Indikator
keberhasilan yang ditentukan adalah minimal 70%.
G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, sehingga dapat
menjawab permasalahan penelitian. Adapun cara yang ditempuh itu terdiri
dari berbagai teknik yang digunakan seperti: obsevasi, mencatat gejala-gejala
yang timbul dan dokumentasi data sebagai bukti dalam pelaksanaan.
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi atau pengamatan langsung. Observasi dalam penelitian ini disusun
berdasarkan pra observasi. Pra observasi adalah penulis mengamati siswa saat
mengikuti pembelajaran penjas atau PJOK sebelum kegiatan penelitian
Andrias Salsabiel, 2013
Jenis observasi yang akan digunakan adalah observasi partisipatif, yaitu
proses observasi langsung yang dilakukan dimana observer berada bersama
subjek yang diteliti. Dalam teknik observasi ini, peneliti membuat pedoman
observasi secara terstruktur untuk mengukur tingkat aktivitas siswa selama
mengikuti kegiatan pembelajaran dalam variabel gejala partisipasi siswa.
Penilaian yang di laksanakan oleh observer yaitu secara subjektif. Menurut
Sugiyono (2010:145), observasi partisipatif adalah peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian.
Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data dilakukan sejak awal
penelitian, pada setiap aspek kegiatan penelitian. Penulis juga dapat langsung
menganalisis apa yang diamati, situasi dan suasana kelas/lapangan, hubungan
guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan teman yang lainnya.
Proses analisis data dalam penelitian ini adalah mengelompokan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden siswa kelas VB, menyajikan tiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang sudah diajukan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data
kualitatif dan kuantitatif. Secara garis besar teknik analisis data dilakukan
dalam tahapan-tahapan berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah
terkumpul, (2) penghitungan / pengolahan data, (3) penjabaran hasil data, (4)
evalasi hasil data. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Menelaah seluruh data yang telah terkumpul
Penelaahan dilakukan dengan cara menghitung data dari lembar
observasi, serta didukung dengan catatan lapangan dan diperkuat dengan
Andrias Salsabiel, 2013
(2) Penghitungan / pengolahan data
Data yang sudah dihitung, kemudian dimasukan pada grafik dalam
bentuk persentase agar mempermudah membaca hasil penelitian.
(3) Penjabaran hasil data
Hasil data yang sudah ditampilkan berbentuk persentase, selanjutnya
diperjelas dalam suatu kalimat yang disesuaikan dengan hasil dari analisis
data.
(4) Evaluasi hasil penelitian
Mengevaluasi dan mendiskuasikan hasil penelitian, tentang
kekurangan atau gejala-gejala yang terjadi pada saat penelitian berlngsung
Andrias Salsabiel, 2013
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dari mulai pra observasi
sampai dengan tindakan terakhir, dapat peneliti simpulkan bahwa dengan
menerapkan model kebugaran jasmani dalam pelajaran pendidikan jasmani dapat
meningkatkan partisipasi siswa kelas V SDN Cisitu 1 Kota Bandung dalam
mengikuti aktivitas pembelajaran kebugaran.
Berdasarkan hasil penelitian dari mulai pra observasi sampai dengan tindakan
keempat, diketahui bahwa partisipasi siswa kelas V-B SDN Cisitu 1 dalam
pembelajaran kebugaran telah meningkat.
B. Saran
1. Untuk sekolah
Diharapkan sekolah dapat mempertimbangkan waktu pembelajaran
pendidikan jasmani lebih awal atau dilakukan di pagi hari, karena pada
saat itu siswa masih memiliki energi yang cukup untuk menunjang
pembelajaran lebih efektif, menyediakan sarana dan prasarana untuk
pembelajaran pendidikan jasmani agar siswa lebih aman dan nyaman
sehingga partisipasi siswa mengikuti pembelajaran akan lebih meningkat.
2. Untuk guru pendidikan jasmani
Agar motivasi belajar siswa dalam materi pembelajaran kebugaran
dapat ditingkatkan, maka guru pendidikan jasmani harus lebih kreatif dan
inovatif ketika memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran sehingga partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
Andrias Salsabiel, 2013
3. Untuk siswa
Siswa diharapkan untuk lebih konsentrasi ketika mengikuti
pembelajaran kebugaran agar siswa dapat lebih memahami materi
pembelajaran kebugaran baik manfaat maupun fungsi dari pembelajara
tersebut serta dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga
siswa dapat melakukan kembali gerakan yang telah dipelajari dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Buku
A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo: Jakarta
Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Rizqi Press : Bandung
Arikunto, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara: Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hidayat, Y. 2011. Penulisan Penelitian Tindakan Kelas dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. FPOK UPI: Bandung.
Husdarta, J.s .(2009) . Manajemen Pendidikan Jasmani. Alfabeta: Bandung.
Ibrahim R. 2001. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas: Jakarta
Juliantine T. dkk. 2011.Model-model Pembelajaran Pendidikan Jamani. FPOK UPI:Bandung.
Lutan R. dkk. 2001. Pendidikan Kebugaran Jasmani. Direktorat Jenderal Olahraga, Dep.Diknas: Jakarta pusat.
Lutan R. 1999. Krisis Global Pendidikan Jasmani. Reinterpretasi Hasil Kongres Summit on Physical Education. Makalah. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Mahendra A. 2007. Asas dan filsafah Pendidikan Jasmani. FPOK UPI:Bandung
Marbono, (1986). Partisipasi dan Berbagai Kehidupan Sosial. Granada: Jakarta
Netisemito. (1986). Partisipasi dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya. PT Rajagrafindo: Jakarta..
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Pustaka Setia: Bandung
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung
Suherman A. 2011. Realitas Kurikulum Pendidikan Jasmani. Rizqi Press: Bandung
Sukajati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.PPPTK Matematika : Yogyakarta
Tarigan, B. (2012) Optimalisasi Pendidikan Asmani dan Olehraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga (Sebuah Analisis Kritis). Eidos: Bandung
UPI. 2012. Pedoman Karya Penulisan Karya Ilmiah. UPI: Bandung
Wardani, igak. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka : Jakarta
Sumber Lain
(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/penelitian-tindakan-kelas-definisi.html)
______. Partisipasi . http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi. [7 september 2013]
Chandra, 2013. Penelitian Tindakan Kelas.
http://yokychandra.blogspot.com/2013/01/penelitian-tindakan-kelas.html. [21 september 2013]
file.upi.1edu/.../MODEL_PEMBELAJARAN_PENDIDIKAN_JASMANI.pdfqa file:///G:/Physical%20Education%20%20Tes%20Kebugaran%20Jasmani%20untu
k%20SD,SMP%20dan%20SMA.html
Hikmalulloh. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Bermain dalam meningkatkan kebugaran jasmani siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Cikembar .
http://juprimalino.blogspot.com/2012/01/peraturan-menteri-pendidikan-nasional.html
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pjkr_0605642_chapter1.pdf.ikadam23.
Rahmi, Ulfia. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.
http://tepenr06.wordpress.com/2012/02/15/penelitian-tindakan-kelas/ [7 Juli 2013]
Sakdiyah, Efa, 2011. Pengaruh Motivasi, Disiplin, Dan partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Akuntansi siswa Kelas Xi Ips Sma
Negeri 1 Tayu Pati semester Ii Tahun Ajaran 2005/2006.
http://id.scribd.com/doc/25009775/13/Pengertian-Partisipasi. [7 september 2013]
Sobarna. 2009. Filosofi Sekolah Olahraga.
http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/02/filosofi-sekolah-olahraga.html. [21 september 2013]
Taufik, M. 2009. Motivasi Belajar Dalam Penjaskes.