• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN KAPANG Neurospora crassa TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM ARAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN KAPANG Neurospora crassa TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM ARAB."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN KAPANG Neurospora crassa TERHADAP

KUALITAS TELUR AYAM ARAB

SKRIPSI

Oleh:

DENDI KURNIAWAN 0910612107

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN KAPANG Neurospora crassa TERHADAP

KUALITAS TELUR AYAM ARAB

Dendi Kurniawan, dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Yose Rizal, MSc dan Dr. Ir. Maria Endo Mahata, MS, Jurusan Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak

Fakultas Peternakan, Universitas Andalas, 2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Bungkil Inti Sawit yang difermentasi (BISF) dengan Neurospora crassa dalam ransum terhadap kualitas telur ayam Arab. Penelitian menggunakan 300 ekor ayam Arab (Gallus turcicus) umur 72 minggu dengan persentase produksi telur sebesar 50%. Metode penelitian adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan yaitu A (0% BISF), B (7,25% BISF), C (10,15% BISF), dan D (13,05% BISF) dalam ransum dan masing- masing perlakuan diulang 5 kali. Peubah yang diamati adalah lemak kuning telur, kolesterol kuning telur dan warna kuning telur. Hasil analisis ragam menunjukkan penggunaan BISF sampai level 13,05% dalam ransum ayam Arab memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan lemak dan kolesterol, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna kuning telur. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan BISF sampai level 13.05% dalam ransum ayam Arab dapat menggantikan penggunaan konsentrat sebesar 45% dalam ransum dan meningkatkan kualitas telur dengan terjadinya penurunan kandungan lemak kuning telur sebesar 22,20%, dan kolesterol 12,62%, serta mempertahankan warna kuning telur setara dengan ransum kontrol yaitu 8,66.

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahan pakan memiliki peranan penting dalam suatu usaha peternakan, karena

diperlukan untuk kelangsungan hidup dan proses biologis dalam tubuh ternak. Pemakaian

bahan pakan yang berkualitas tinggi merupakan faktor yang menentukan efisiens

pemeliharaan ternak. Saat ini bahan-bahan yang berkualitas gizi bagus sebagian masih

diperoleh dari bahan impor dengan harganya yang tinggi contohnya konsentrat. Oleh

karena itu, perlu dicari alternatif bahan pakan yang mudah didapat, harga murah dan

mengandung zat makanan yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Salah satu pakan

yang dapat dimanfaatkan adalah Bungkil Inti Sawit (BIS).

Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu limbah industri kelapa sawit yang

ketersediaannnya di Indonesia cukup banyak. Bungkil inti sawit berpotensi sebagai bahan

pakan untuk ternak, namun untuk ternak monogastrik seperti unggas, terkendala dengan

adanya kandungan serat kasar yang tinggi. Bungkil inti sawit hanya dapat diberikan

sampai 10% atau menggantikan 40% bungkil kedelai dalam ransum broiler karena

broiler tidak mampu mencerna serat kasarnya yang tinggi (Rizal 2000).

Salah satu usaha untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan protein kasar

adalah dengan metode fermentasi. Fermentasi dapat mengubah bahan pakan yang

mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang sulit dicerna menjadi mudah dicerna,

disamping itu dapat menghasilkan aroma yang disukai oleh ternak (Saono, 1976). Oleh

karena itu untuk meningkatkan gizi bungkil inti sawit agar pemanfaatannya dalam

ransum unggas dapat maksimal, dan diperkaya dengan β-karoten, diperlukan fermentasi

(4)

2 Kapang Neurospora crassa ini merupakan penghasil β–karoten tertinggi

dibandingkan kapang karotenogenik lainnya yang telah diisolasi dari tongkol jagung

(Nuraini dkk, 2007). Kapang Neurospora crassa dapat menghasilkan enzim amilase

(Ningrum, 2004), enzim selulase (Adriadi, 2005) dan protease (Rusman, 2004).

Hasil analisis kandungan gizi bungkil inti sawit sebelum difermentasi menurut

Mirnawati dkk, (2008) adalah: bahan kering 87,30%, protein kasar 16,07%, serat kasar

21,30%, lemak kasar 28,23%, Ca 0,27%, P 0,94%. Setelah difermentasi dengan kapang

Neurospora crasa,selanjutnya disebut Bungkil Inti Sawit Fermentasi (BISF), kandungan

protein kasar BISF meningkat menjadi 24,49% dan serat kasar turun menjadi 14,75%

(Rizal dkk, 2013). Berdasarkan kandungan zat gizinya BISF diprediksi dapat

menggantikan sebagian konsentrat dalam ransum ayam petelur. Disamping itu BISF ini

juga kaya dengan β–karoten karna difermentasi dengan Neurospora crassa, sehingga

diprediksi ransum yang mengandung BISF ini dapat pula menurunkan kandungan lemak,

kolesterol dan meningkatkan warna kuning telur ayam. Menurut Nuraini (2006),

penggunaan produk pakan fermentasi dari campuran ampas sagu dan ampas tahu yang

difermentasi dengan Neurospora crassa sehingga kaya β-karoten dalam ransum unggas

selain dapat mengurangi penggunaan jagung juga dapat menghasilkan telur yang rendah

kolesterol.

Belum ada informasi tentang pemakaian bungkil inti sawit yang difermentasi

dengan Neurospora crassa ini dalam ransum ayam petelur, termasuk ayam Arab (Gallus

turcicus). Berdasarkan hal itu maka dilakukan penelitian penggunaan BISF untuk

menggantikan sebagian konsentrat dalam ransum ayam Arab dan melihat pengaruhnya

(5)

3 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Berapa batas penggunaan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan Neurospora

crassa dalam ransum ayam arab.

2. Bagaimana pengaruh penggunaan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan

Neurospora crassa dalam ransum terhadap kandungan lemak, kandungan kolesterol,

dan warna kuning telur ayam arab.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit yang difermentasi

dengan kapang Neurospora crassa dalam ransum terhadap kandungan lemak, kolestrol

dan warna kuning telur.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Memberikan informasi pada masyarakat bahwa bungkil inti sawit yang difermentasi

dengan Neurospora crassa dapat dipakai sebagai bahn penyusun ransum ayam arab.

2. Penggunaan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan Neurospora crassa diharapkan

dapat meningkatkan kualitas telur.

1.5 Hipotesis Penelitian

Bungkil inti sawit yang difermentasi dengan Neurospora crassa dapat digunakan

Referensi

Dokumen terkait

komite audit, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen.. laba, kepemilikan institusional dan berpengaruh terhadap

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero)

Flat Slab biasanya ekonomis untuk bangunan gedung, parkir dan pabrik dan bangunan sejenis dimana drop panel atau kepala kolom yang terbuka diizinkan.Pelat

Ternak yang digunakan adalah ternak kambing Kacang jantan sebanyak 4 ekor dengan umur berkisar antara 6-8 bulan dengan bobot badan awal 10 kg. Penempatan ternak ke dalam

Hubungan antara penambahan berat badan diantara dua waktu hemodialisis (interdialysis weight gain = IDWG) terhadap kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik

Selanjutnya untuk mengurangi biaya konsumsi bahan bakar pengoperasian kapal penangkap ikan disarankan dalam pengunaan sistem propulsi hybrid diesel-listrik, diesel

Tujuan penelitian ini adalah (1) memahami pengetahuan, sikap dan perilaku bidan desa, (2) melakukan analisis hubungan usia, masa kerja dan pendidikan dengan perilaku bidan desa,

Dalam strategi Membangun Kebiasaan, program Extreme Moshpit melakukannya dengan gaya siaran yang berbeda serta melibatkan komunitas musik metal untuk materi siaran.. Dalam