• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN KEAKSARAAN BERBASIS KOMPETENSI :Studi Evaluasi pada Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Fungsional.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN KEAKSARAAN BERBASIS KOMPETENSI :Studi Evaluasi pada Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Fungsional."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PersetujuanPanitiaDisertasi………...…….….i

Pernyataan………...……....ii

Kata Pengantar ………...………iii

UcapanTerimaKasih ….………iv

Abstrak ……….………...………viii-ix Daftar Isi……….………..………..x

DaftarTabel……….………..……....xii

DaftarBagan……….………...……xiii

DaftarGrafik……….………..…….xiv

DaftarGambar……….………..xv

DaftarDiagram……….…….……….………...…………...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang.………..……….………1

B. RumusanMasala.h……..……….…………9

C. TujuanPenelitian ………...………13

D. KegunaanPenelitian...……….………..13

E. PenjelasanIstilah ………14

F. KerangkaBerpikir ………...……….….17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. HakekatPendidikanKeaksaraan……….…………..….……19

B. HakekatKurikulumBerbasisKompetensi ………..……..27

C. HakekatTeoriBelajarPendidikan Orang Dewasa ……...….……39

D. Penelitianyang Relevan ………...….74

(2)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. PendekatandanMetodePenelitian ………..………..93 B. PengembanganInstrumenPengumpulan Data…………..….……99 C. PenentuanPopulasidanSampel ………..………107 D. ProsedurdanPengolahan Data .……….….………..116 E. ProsedurAnalisisData ………..……..117 BAB IV HasilPenelitiandanPembahasan

A.DeskripsiHasilPenelitian ……….……….………….118 B.TemuanPenelitian……….………...….………..250

C.Pembahasan ………..….………..261

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………..280

B. Rekomendasi ………..283

DAFTAR PUSTAKA………..285 LAMPIRAN

1. KurikulumPendidikanKeaksaraan Orang Dewasa 2. Kisi-Kisi penyusunanInstrumenPenelitian

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kedudukan teori konstruktivistik dalam pembelajaran ...63

Tabel 2PopulasiSubyek ……….…………..………..113

Tabel 3Sampel Tutor danwargaBelajar ………..…………..……114

Tabel 4RekapDeskripsiKompetensiWargaBelajarKeaksaraan………...152

Tabel 5 Rata-rata KompetensiWargaBelajarKeaksaraan di Papua Barat...………180

Tabel 6 Rata-rata KompetensiWargaBelajarKeaksaraan di Sulawesi Tenggara……...………...188

Tabel 7 Rata-rata KompetensiWargaBelajarKeaksaraan di Sulawesi Selatan…….………..……196

Tabel 8Rata-rata KompetensiWargaBelajarKeaksaraan diKalimantanTimur………....204

Tabel 9Rata-rata KompetensiWargaBelajarKeaksaraan di Kalimantan Barat …...……212

Tabel 10 Rata-rata KompetensiWargaBelajarKeaksaraan di Nusa Tenggara Timur………...….220

Tabel 11 Rata-rata KompetensiWargaBelajarKeaksaraan diKepulauan Riau …….…..……….………...228

Tabel 12 Rata-rata KompetensiWargaBelajarKeaksaraan diJawa Barat …….….………..…..236

(4)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir ...18 Bagan 2 Pembelajaran Kontruktivistik pada Pendidikan

Keaksaraan Berbasis Kompetensi ...60 Bagan 3 Paradigma Penentuan Tujuan

Berorientasi Pembelajaran Konstruktivistik ...62 Bagan 4 Pembelajaran Konstruktivistik pada

(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik1 PerencanaanMotivasiWargaBelajar(WB)………...118

Grafik2 PerencanaanPembelajaranEkonomiMikropada WB………...….121

Grafik3 PerencanaanPembelajaranKeterampilanpada WB………… ……125

Grafik4PerencanaanPembelajaranAksesLapanganKerjabagi WB..…….127

Grafik 5PerencanaanPembelajaranKeterampilanpada WB………… ……129

Grafik 6PerencanaanPembelajaranKomunikasipada WB…………. …….131

Grafik 7PerencanaanPembelajaranPenggunaanTeknologipada WB………133

Grafik 8PerencanaanPembelajaranPelestarianLingkunganpada WB…..…135

Grafik 9PerencanaanPembelajaranPenanggulanganBencanabagi WB…….137

Grafik 10PerencanaanPembelajaranKewajibandanHakWarga Negara…..139

Grafik 11PerencanaanPembelajaranPelestarianBudayabagi WB………...141

Grafik 12PerencanaanPembelajaranKesegaranJasmani danRekreasipadaWB………..……….…..143

Grafik 13PersentaseMotivasiBelajar WB………… ………....153

Grafik 14KompetensiterhadapEkonomiMikrobagiWB………. ……….. 156

Grafik15KompetensiterhadapKeterampilanPraktisbagiWargaBelajar…….…158

Grafik 16Kompetensiakseslapangankerjabagiwargabelajar………….… ….….160

Grafik 17KompetensiPolaHidupSehatbagiWB………...………...……...162

Grafik 18KompetensiBerkomunikasibagiWB…….………..………..164

Grafik 19KompetensiPenggunaanTeknologibagiWB……….……...….…166

Grafik 20KompetensiPelestarianLingkunganbagiWB………...…….…169

Grafik 21KompetensiPenanggulanganBencanabagiWB………...……...171

Grafik 22KompetensiKewajibandanHakWarga Negara ………....173

Grafik 23KompetensiPelestarianBudayabagiWB……….……….…175

(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

DIAGRAM

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan di dunia diberi amanah oleh Allah SWT, sebagai khalifah di permukaan bumi. Konsekwensi sebagai khalifah, melaksanakan interaksi kepada Tuhannya dan kepada makhluk-Nya. Hubungan kepada Tuhannya diwujudkan dalam bentuk peribadatan dan penyembahan, dan hubungan kepada semua makhluk-Nya diwujudkan dalam bentuk menjaga interaksi agar terjadi dialogistis mutualisma.

Hubungan kepada Tuhan maupun hubungan kepada makhluk-Nya tidak akan terjadi tanpa interaksi kausalitas atau hubungan sebab akibat. Hubungan dibangun atas dasar pemberian ilmu melalui membaca yang diperintahkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai berikut: ”Iqra bismirrabbika...”, (QS- Al Alaq : 5).

Nabi Muhamamad dengan segala kerendahan hati menolak membaca ketika Allah melalui Malaikat Jibril memerintahkan untuk membaca kalimat atau ayat ”Iqra bismirrabbika”. Melalui tuntunan Malaikat Jibril, Nabi Muhammad membaca yang bermakna, kegiatan bukan hanya membaca huruf, bukan hanya kemampuan berhitung, bukan hanya kemampuan berkomunikasi, tetapi kemampuan membaca alam, kemampuan membaca kemajuan dan peradaban masyarakat.

(9)

mempertahankan esksistensi kehidupannya. Perubahan masyarakat berasal dari masyarakat itu sendiri dan dari luar. Hal ini sejalan dengan pendapat berikut: ”perubahan masyarakat bersumber dari masyarakat dan di luar masyarakat...bertambahnya atau berkurangnya penduduk, penemuan baru atau invention, pertentangan atau conflic, dan pemberontakan atau revolution”

(Soemardjan dan Soemardi, 1964 : 489).

Mencermati pendapat di atas, menggambarkan bahwa tantangan kehidupan warga masyarakat yang belum memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi bahasa Indonesia sulit untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ke arah yang lebih baik. Kemampuan membaca pesan komunikasi terutama aksara latin dan kemampuan membaca perkembangan sosial budaya masyarakat dan fenomena alam sangat diperlukan. Pembudayaan kemampuan membaca sebagai sarana teknik pencerdasan masyarakat, dilakukan secara simultan dengan kegiatan pelatihan keterampilan. Hal ini sejalan dengan pokok-pokok pikiran yang termuat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

Kemampuan membaca peradaban bangsa dalam tataran pencerdasan umat dalam pembangunan nasional bertujuan mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Mulyana, 2007 : 2).

(10)

ilmuwan berkewajiban memberikan layanan bimbingan kepada setiap individu atau kelompok dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan

Warga masyarakat yang belum dapat membaca, menulis, berhitung dan berbahasa Indonesia malu mengemukakan ketidakmampuannya, oleh karenanya pendekatan dan metode untuk mendeteksinya diperlukan kompetensi yang memadai bagi tutor atau fasilitator pembelajaran pendidikan keaksaraan. Walaupun belum memiliki kompetensi dasar di atas, akan tetapi sebagai orang dewasa telah memiliki pengalaman dalam kehidupan yang dapat berfungsi sebagai sumber tema dan motivasi dalam pembelajaran.

Untuk memiliki kemampuan membaca, manusia perlu memiliki hard skills dan soft skills, sebagai media untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

Kemampuan hard skills diperoleh melalui penguasaan kompetensi belajar dan latihan keterampilan yang dapat diamati dan kemampuan soft skills diperoleh melalui pembelajaran akademis secara teoritis.

Akumulasi implementasi soft skills dan hard skills yang dinamis akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, PERC (The Political and Ecomonic Risk Consultancy) yang bermaskas di Hongkong, telah melakukan

survey untuk profil kualitas tenaga kerja di negara Asia bahwa:

(11)

Selanjutnya PERC, menyatakan ada tujuh belas indikator yang terkait dengan sistem pendidikan yang digunakan yang meliputi sebagai berikut:

(1) impresi keseluruhan tentang sistem pendidikan di suatu negara; (2) proporsi penduduk yang memiliki pendidikan dasar; (3) proporsi penduduk yang memiliki pendidikan menengah; (4) proporsi penduduk yang memiliki pendidikan tinggi; (5) jumlah biaya untuk mendidik tenaga kerja produktif; (6) ketersediaan tenaga kerja yang produktif berkualitas tinggi; (7) jumlah biaya untuk mendidik tenaga klerk; (8) ketersedian tenaga kerja klerk; (9) jumlah biaya untuk mendidik staf manajemen; (10) ketersediaan staf manajemen; (11) tingkat keterampilan tenaga kerja; (12) semangat kerja (work ethik) tenaga kerja; (13) kemampuan berbahasa Inggeris; (14) kemampuan berbahasa asing selain bahasa Inggeris; (15) kemampuan penggunaan teknologi tinggi; (16) tingkat keaktifan tenaga kerja (labour activism); (17) frekwensi perpindahan atau pergantian tenaga kerja yang pensiun, (Suyono, 2001 : 7)

Mencermati kondisi di atas bahwa pendidikan keaksaraan sebagai basic education merupakan hal yang tidak bisa diabaikan menuju jenjang pendidikan

dasar selanjutnya.

Secara filosofis, belajar pada hakekatnya berlangsung sepanjang hayat dan manusia sebagai makhluk yang ingin belajar. Basic pengetahuan diperoleh melalui keaksaranaan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar warga belajar baik yang termasuk buta aksara, aksarawan baru, maupun bagi mereka yang putus Sekolah Dasar kelas rendah dan telah berusia lebih dari 18 tahun.

(12)

yang menyenangkan, ” strategi pembelajaran melalui penemuan dan penampilan antara konsep, prinsip, prosedur dan prinsip, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai” (Romiszowski, 1982 : 296)

Warga belajar memerlukan bimbingan tutor untuk mengembangkan potensinya, sehingga dapat membuka wawasan, dengan demikian konsep-konsep pemikiran, tata kerja dan prinsip dalam pembelajaran berbasis kompetansi dapat dimiliki.

Konteks pendidikan keaksaraan, bagaimana meningkatkan kompetensi keaksaraan penduduk dari kebutaaksaraan yang disandangnya agar dapat membaca dunia kehidupanya. Untuk mencapai tujuan itu, kita tidak bisa memulai program pendidikan keaksaraan tanpa mengetahui filosofi yang berhubungan dengan program tersebut yaitu cara untuk mengingat, mencatat, mengungkapkan kenyataan, serta berkomunikasi lintas ruang dan waktu, Acher dan Cortingham (Kusnadi, 2005: 19)

Pendidikan keaksaraan bagi orang dewasa berbasis kompetensi bertujuan memberikan kemampuan membaca, menulis berhitung dan berbahasa Indonesia, memiliki kepekaan terhadap sosial.

Pendidikan bertujuan mendidik manusia agar menjadi manusia yang baik, yang pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, tapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia (Nasution, 2003 : 11).

(13)

untuk mendapatkan posisi tertentu sesuai dengan tanggungjawabnya sebagai anggota masyarakat.

Permasalahan dalam proses pembelajaran fungsional bagi orang dewasa adalah keterbatasan ruang dan waktu perserta didik untuk hadir dalam satu tempat pelaksanaan proses pembelajaran akibat kegiatan rutinitas mencari nafkah. Dalam mempertahankan kehidupannya, manusia membutuhkan proses belajar bagaimana ia bisa makan, minum, berpakaian, mempunyai tempat tinggal dan bersosialisasi dengan orang lain yang dilakukannya melalui komunikasi baik secara lisan, tertulis ataupun isyarat. Proses komunikasi tertulis, manusia membutuhkan lambang bunyi yang disebut aksara digunakan pada bangsa tertentu, sehingga tulisan ini memfokuskan pada aksara latin sebagai lambang bunyi komunikasi.

Penduduk buta aksara, selain menjadi masalah lokal, nasional, regional dan global, setiap tahun jumlahnya terus bertambah sebagai akibat pertumbuhan penduduk, ...tahun 2010 berjumlah 234,2 juta, dan penduduk miskin sebanyak 31,02 juta jiwa. BPS (2010). Tahun 2010 Penduduk Indonesia 234,2 Juta. Tersedia:

http://nasional.kompas.com/read/2010/06/23/12593833/Tahun.2010.

Penduduk.Indonesia.234.2.Juta [12 Agustus 2010], dan penduduk miskin sebanyak 31,02 juta jiwa. Heriawan, D. (2010). Penduduk Miskin Indonesia. (Tribunnews.com-Kamis, 1 Juli 2010 16:29 WIB) Tersedia:

(14)

Keterbatasan layanan pendidikan pada masa usia wajib belajar menyebabkan sebagian penduduk buta aksara, sehingga pada saat usia dewasa kondisi ini menimbulkan keterbasan kemampuan untuk mengakses sumber-sumber mata pancaharian, oleh karenanya memerlukan layanan pendidikan keaksaraan. Keaksaraan merupakan prasyarat untuk memperoleh berbagai kemampuan dasar belajar agar dapat mencari, memperoleh, menggunakan dan mengelola informasi untuk meningkatkan mutu hidupnya, (Depdiknas, 2009 : 5)

Dalam implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi memperhatikan kecakapan personal, interpersonal warga belajar, antar personal, fenomena, kejadian, perkembangan sosial budaya masyarakat dan dampak teknologi dalam kelangsungan kehidupan manusia.

Pendidikan keaksaraan fungsional merupakan pendekatan untuk mem-bantu mengembangkan kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati, berfikir, mendengar, berbicara dan mampu menganalisis permasalahan dalam kehidupannya serta pemberdayaan potensi lokal, (Depdiknas, 2006: 7).

(15)

Fenomena implementasi pendidikan keaksaraan fungsional telah tertuang dalam Rencana Jangka Menengah Nasional 2005 sampai 2009, menggariskan bahwa pada tahun 2009, angka buta aksara di Indonesia harus berkurang hingga setengahnya dari yang ada sekarang menjadi 5 % atau target penurunan tersebut 7,25 juta orang (Depdiknas, 2006 :1).

Kegiatan pembelajaran pada tingkat keaksaraan penting menekankan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan belajar secara individu yang sama sekali belum mampu membaca, menulis dan berhitung

Kegiatan pada tahap kedua adalah pengembangan kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi memberikan kesempatan pada warga belajar untuk mengembangkan kemampuan fungsionalnya, sedangkan pada tahap ketiga menekankan membantu warga belajar memperkuat dan mengembangkan kemampuan keaksaraan fongsionalnya untuk melakukan kegiatan usaha atau inkubasi usaha mikro pada sektor informal.

Percepatan pemenuhan kompetensi warga belajar terhadap perkembangan sosial budaya dalam masyarakat global seyogyanya diimplementasikan dalam pembelajaran keaksaraan orang dewasa. Dalam hal ini sehingga Unesco memberikan solusi untuk mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui ”pendidikan untuk semua termasuk pendidikan keaksaraan fungsional yang disebut Fast Track Initiative (FTI) atau inisiatif jalur cepat” (Jalal, 2006 : 11).

(16)

teknologi, sehingga peserta didik mempunyai kompetensi yang memadai dalam segala aspek kehidupannya.

Secara integratif pendidikan keaksaraan meliputi: pembelajaran membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, oleh karenanya maka pengetahuan minimal yang harus dikuasai oleh warga belajar pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi ada sejumlah kompetensi yang kesemuanya berbasis kebutuhan semua manusia. Beragam kompetensi tersebut kenyataan di lapngan menarik untuk diteliti dari sudut pandang kurikulum berbasis kompetensi.

B. Rumusan Masalah

Penduduk dewasa (15 tahun ke atas) yang tidak dapat membaca, kurang mempunyai harapan yang cerah karena tidak mempunyai keterampilan untuk menghadapi tantangan dan mencari penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan dalam kehidupan orang dewasa.

Data buta aksara tahun 2008 berjumlah 9.763.256 orang (5.97%) penduduk usia 15 tahun ke atas yang terdiri dari atas 6.248.484 (64%) perempuan, dan 3.514772 (36%) laki-laki (Depdiknas (2009 : 9).

(17)

Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan bahwa di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, masih ada warga negara Indonesia berusia di atas 15 tahun yang menyandang buta aksara, buta berbahasa Indonesia, buta berhitung yang berdampak pada keterbatasan mengakses hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Salah satu hak setiap warga negara adalah kesempatan dan pelayanan pendidikan, termasuk pelayanan pendidikan bagi warga negara yang masih buta aksara.

Pada sisi lain pendidikan keaksaraan yang dikenal dengan istilah pemberantasan buta aksara telah dimulai sejak awal kemerdekaan sampai dengan masa sekarang yang dikenal dengan zaman modern dan multi melek.

Fenomena kebutaaksaraan masih menjadi permasalahan nasional yang bahkan permasalahan dunia yang memerlukan pemecahan melalui need assesment pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional. Hal ini berfungsi

sebagai bahan penyusunan kurikulum pendidikan keaksaraan fungsional yang komprehensif diharapkan dapat menjawab kebutuhan pembelajaran, baik yang berorientasi kebutuhan individu, masyarakat lokal maupun materi yang bersifat perekat keutuhan bangsa dan negara.

Materi kebutuhan pengembangan kurikulum pendidikan keaksaraan fungsional tersebar pada 33 provinsi yang memerlukan pengkajian yang lebih spesifik sebagai bahan pembelajaran.

(18)

permasalahan-permasalahan di bidang pendidikan, baik di Indonesia maupun di kawasan Asia Pasifik lainnya adalah ”jumlah buta aksara yang masih besar”.

Identifikasi gambaran permasalahan di atas merupakan kegiatan pengkajian baik melalui metode rural reseach aprirasal maupun melalui rembug atau partisipatori rural apraisal.

Usaha peningkatan sumber daya manusia diharapkan berkaitan dengan peluang kerja yang optimal yang dipengaruhi oleh komponen kebutuhan ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, perkembangan sosial budaya dan pola hidup masyarakat (Mulyana 2007 : 7).

Pelayanan pendidikan buta aksara dilakukan melalui program pendidikan keaksaraan yang merupakan perpaduan materi dasar-dasar akademis dan dasar-dasar keterampilan sebagai penunjang kehidupan yang disusun dalam suatu konteks kurikulum yang berbasis pemberdayaan dalam segala aspek kehidupan dengan menggunakan pola pembelajaran tematik, inquiry, ekspolartif dan humanis.

Kurikulum pendidikan keaksaraan memerlukan kedinamisan untuk menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pembelajaran baik berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan warga belajar.

(19)

Warga belajar pendidikan keaksaraan sebagai orang dewasa yang mempunyai tanggungjawab dalam kehidupan rumah tangga untuk mencari nafkah, maka waktu pembelajaran dimusyawarahkan untuk menetapkan waktu yang tepat yang memungkinkan hadir secara bersama-sama antara tutor dan warga belajar.

Orientasi penelitian ini adalah bahwa implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan perlu diketahui seberapa baik dampak konteks kurikulum terhadap kemampuan warga belajar, bagaimana kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan hasil pembelajaran dan hambatan-hambatan apa yang dialami proses pembelajaran warga belajar keaksaraan berbasis kompetensi.

Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut

Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis

kompetensi?”. Upaya memenuhi jawaban terhadap rumusan masalah ini diuraikan atas sejumlah pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan tutor dalam pelaksanaan implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi?

2. Bagaimana keefektifan penggunaan modul tutor dalam pelaksanaan implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi? 3. Bagaimana penerapan strategi dalam pelaksanaan implementasi

kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi?

4. Bagaimana pelaksanaan penilaian pembelajaran pada warga belajar pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini diuraikan atas tujuan umum dan tujuan khusus yang diuraikan sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian untuk mengetahui implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan bagi orang dewasa. Pendidikan keaksaraan orang dewasa memberikan gambaran pelaksanaan pembelajaran, peranan tutor, pendayagunaan modul, dan penerapan strategi dalam implementasi kurikulum.

Konteks kurikulum pendidikan keaksaraan yang berorientasi membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi bahasa Indonesia, serta latihan keterampilan fungsional praktis dikategorikan sebagai hidden curriculum.

Gambaran implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan seiring dengan pemunculan masalah yang dialami oleh warga belajar, sehingga dalam kegiatan pembelajaran sebagai irisan antara konteks kurikulum dengan pemecahan masalah yang dialami oleh warga belajar.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui sebarapa baik dampak implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan terhadap kompetensi warga belajar dilihat dari:

(21)

Tutor pendidikan keaksaraan orang dewasa sebagai motivator dan dinamisator memiliki kompetensi andragogik, mempunyai kompetensi sosial, dan kompetensi kewirausahaan

2. Seberapa efektif penggunaan modul dalam pelaksaraan implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi?

Modul menjadi media pembelajaran yang dapat menarik minat warga belajar, sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar tanpa bimbingan tutor.

3. Seberapa efektif penerapan strategi dalam pelaksaraan implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi?

Strategi dilakukan oleh tutor sebelum memasuki proses pembelajaran, sehingga memungkinkan warga belajar dapat mengikuti pembelajaran yang menyenangkan dan terprogram.

4. Seberapa baik penilaian pembelajaran pada warga belajar pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi?

Penilaian dilakukan oleh tutor kepada warga belajar untuk mengetahui seberapa baik kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi bahasa Indonesia terhadap kompetensi fungsional.

D. Kegunaan Penelitian 1. Pengambil kebijakan

(22)

berbasis kompetensi. Pengambil kebijakan berkaitan dengan peninjauan dan pengembangan kurikulum pendidikan keaksaraan orang dewasa sebagai solusi pembelajaran dan pemecahan masalah warga belajar dalam kehidupan sehari-sehari.

2. Praktisi

Secara praktis kegunaan penelitian ini sebagai bahan kajian pengembagan secara praktis, terutama pada:

a. Pengelola program pendidikan keaksaraan, diharapkan sebagai salah satu rujukan untuk mengembangkan kompetensi warga belajar.

b. Pamong belajar diharapkan menjadi bahan pengembangan program pembelajaran sehingga warga belajar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi bahasa menggunakan bahasa Indonesia menjadi transformator untuk mencapai kompetensi fungsional yang memadai untuk menjalankana kegiatan bermatapencaharian dan bermasyarakat.

c. Warga belajar diharapkan menjadi bahan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan fungsional sebagai motivasi belajar, dan kompetensi fungsional sehingga dapat eksis dalam kehidupan.

3. Penelitian Lanjutan

(23)

E. Penjelasan Istilah

Dalam penelitian ini mengkaji implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi, sehingga perlu dikemukakan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Kurikulum pendidikan keaksaraan adalah seperangkat rencana pembelajaran membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi bahasa Indonesia yang harus dikuasasi oleh warga belajar orang dewasa yang masih buta aksara.

(24)

F. Kerangka Berpikir

Penyusunan kerangka pikir didasarkan atas hasil studi penelitian yang relevan, fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan warga belajar keaksaraan. Fenomena dimaksud meliputi, kurangnya motivasi belajar warga belajar, kurangnya kemampuan memahami pengembangan ekonomi keluarga, keterampilan, akses lapangan kerja, pola hidup sehat, interaksi sosial, penggunaan teknologi, pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana, kewajiban dan hak sebagai warga negara, pelestarian budaya, kesesagaran jasmani dan rekreasi.\

Sejumlah kompetensi yang dicapai warga belajar diperoleh melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh tutor, pendayagunaan modul dan penerapan strategi sehingga memiliki hard skills dan soft skills.

Komponen kerangka pikir penelitian ini meliputi: (1) antasenden, (2) independen, dan (3) dependen. Antasenden sebagai hal yang berada di luar

substansi penelitian tetapi dapat mempengaruhi implementasi kurikulum meliputi agen pembaru, masyarakat buta aksara, sedangkan independen adalah kegiatan implementasi kurikulum sehingga warga belajar mencapai kompetensi, sehingga dalam kerangka ini meliputi input atau warga belajar, proses dan output.

Input terdiri dari komponen warga belajar, media, lingkungan dan dana

(25)

Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka penelitian ini mengkaji peranan tutor, pendayagunaan modul dan penerapan strategi pembelajaran, kompetensi warga belajar sebagai output pembelajaran, adapun outcome pembelajaran sebagai bagian dari keterbatasan penelitian, sebagaimana pula keterbatasan menggunakan teori penelitian.

Agen

Pembaharu Input Proses Output Outcome

Antasenden Independen

1.Motivasi belajar warga belajar 2.Kompetensi ekonomi keluarga. 3.Kompetensi keterampilan. 4.Kompetensi akses lapangan kerja. 5.Kompetensi pola hidup sehat. 6.Kompetensi komunikasi sosial. 7.Kompetensi penggunaan teknologi

dalam kehidupan.

8.Kompetensi pelestarian lingkungan.

9.Kompetensi penanggulangan bencana.

10.Kompetensi kewajiban dan hak sebagai warga negara.

11.Kompetensi pelestarian budaya. 12.Kompetensi rekreasi dan jasmani.

Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini sebagai penelitian evaluasi, yang lebih menekankan pada pengumpulan data hasil belajar yang dicapai oleh warga belajar pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi. Kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berbahasa Indonesia selanjutnya dapat menjadi kompetensi yang dapat menunjang kehidupan warga belajar pada aspek sebagai berikut: (1) motivasi belajar warga belajar (2)kompetensi ekonomi keluarga (3) kompetensi keterampilan(4) kompetensi mengekses lapangan kerja (5) kompetensi pola hidup sehat, (6) kompetensi komunikasi sosial, (8) kompetensi penggunaan teknologi (9) kompetensi pelestarian ligkungan (10) kompetensi penanggulangan dan menghindari bencana (11) kompetensi hak dan kewajiban sebagai warga negara (11) kompetensi pelestarian budaya (12) kompetensi kesegaran jasmani dan rekreasi.

(27)

Kompetensi yang tertuang dalam dokumen kurikulum sebagai kompetensi teroritis yang berorientasi akademis, sedangkan dalam pelaksanaan penelitian lebih menenkankan pada integrasi kompetensi akademis dengan kebutuhan fungsional dalam kehidupan orang dewasa.

Kompetensi fungsional yang dikuasai oleh warga belajar dapat menunjang eksistensi kehidupannya baik secara personal maupun intrapersonal serta dapat memberi manfaat bagi lingkungan sosial masyarakat dan kelestarian alam.

Melalui analisis pencapaian kompetensi warga belajar pendidikan keaksaraan, maka peranan tutor, pendayagunaan modul dan penerapan strategi dalam proses pembelajaran.Evaluasi merupakan bagian dari komponen kurikulum bertujuan untuk mengetahui kompetensi peserta didik.Hal ini sejalan dengan pendapat Tyler (1949) yang mengemukakan bahwa warga belajar sebagai fokus utama dalam implementasi kurikulum, oleh karenanya diperlukan kegiatan evaluasi hasil belajar. Berkaitan dengan penelitian, maka hasil evaluasi menjadi bahan analisis, kompetensi yang diperlukan dalam pengembangan warga belajar pendidikan keaksaraan.

Berdasarkan fokus penelitian pada permasalahan yaitu implementasi pendidikan keaksaraan bagi orang dewasa, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

(28)

Berdasarkan konteks pada permasalahan yaitu seberapa baik pembelajaran pendidikan keaksaraan bagi orang dewasa untuk mencapai dua belas kompetensi, maka penelitian ini termasuk dalam kategori jenis penelitian evaluatif dengan pendekatan surveyeksploratif (Syaodih, 2007, Ali, 2010). Sejumlah kompetensi di atas akan dicapai melalui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang tertuang dalam dokumen tertulis kurikulum atau silabus pendidikan keaksaraan.

Tujuan penelitian evaluatif pendidikan implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan adalah adalah untuk mengetahui seberapa mampu warga belajar dalam menguasai kompetensi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hal di atas dan permasalahan dalam penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini mengkaji evaluasi implementasi kurikulum dan pencapaian kompetensi warga belajar.

Metode survey dilaksanakan jika datanya tangible atau nyata, dalam penelitian kuantitatif, oleh karenanya dalam penelitian implemetasi kurikulum pendidikan keaksaraan datanya jelas maka metode penjaringan data menggunakan metode survei pada kemampuan warga belajar.

2. Metode Penelitian

(29)

program. Konteks penelitian dilaksanakan melalui evaluasi hasilpembelajaran diikuti oleh warga belajar pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi.

Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan penelitian yang berorientasi penelitian evaluatif, maka penelitian menggunakan metode survey dengan teknik countence stake, observasi dan wawancara.

Data penelitian diperoleh melalui instrumen, observasi, wawancara studi dokumentasi. Data yang diperoleh melalui instrumen ditabulasi diolah secara statistik dan data dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi diolah dengan pendekatan logika.

Data pencapaian kompetensi warga belajar diperoleh melalui instrumen penilaian yang diberikan oleh tutor dan pengelola terhadap warga belajar keaksaraan orang dewasa melalui instrumen.Data kuantitatif dilakukan melalui metode survei implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan orang dewasa yang diolah dengan menggunakan teknik korelasi, regresi, sedangkan data kualitatif dilakukan melalui observasi dan wawancara sebagaimana lampiran.

Dalam pelaksanaan penelitian, melakukan kolaborasi antara tutor dengan peneliti, yang meliputi pengamatan kemampuan warga belajar selama pembelajaran, sedangkan wawancara dilaksanakan oleh peneliti pada tutor dan warga belajar, sebagaimana manuskrip wawancara terlampir.

(30)

Alur penelitian ini dilakuan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian. Persiapan penelitian meliputi: pengkajian literatur dan jurnal hasil penelitian sejenis, merumuskan permasalahan penelitian, merumuskan pertanyaan penelitian, merumuskan metode penelitian, menentukan variabel penelitian, merumuskan kisi-kisi instrumen, menyusun instrumen.

Pelaksanaan penelitian meliputi penjaringan data hasil implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kurikulum yang meliputi peranan tutor, pendayagunaan modul, dan penerapan strategi terhadap pencapaian kompetensi warga

belajar yang meliputi : (1) motivasi belajar warga belajar, (2) ekonomi

keluarga atau inkubasi usaha mikro, (3) keterampilan praktis, (4) akses lapangan kerja, (5) pola hidup sehat, (6) komunikasi sosial, (7) penggunaan teknologi kehidupan sehari-hari, (8) pelestarian lingkungan, (9) Penanggulangan bencana, (10) hak dan kewajiban sebagai warga negara, (11) pelestarian budaya, (12) kesegaran jasmani dan rekreasi.

Sejumlah kompetensi di atas merupakan hal yang mutlak dikuasai oleh warga belajar orang dewasa yang telah memiliki tanggungjawab sosial baik tanggung jawab individu daan domestik dalam keluarga maupun tanggungjawab sosial, lingkungan hidup maupun tanggung jawab pada hukum yang berlaku.

(31)

keaksaraan orang dewasa, maka penelitian ini memfokuskan pada akumulasi implementasi kurikulum yang dilakukan melalui pree test dan post test.

Alur penelitian berfungsi sebagai pemberi arah bagi peneliti untuk mengelaborasi data hasil penelitian dengan rencana penelitian.

Bagan : 6 Alur Penelitian

B. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data

Judgment Ahli terhadap

Judgment Ahli terhadap Draft Kisi-kisi dan

(32)

1. Kisi-Kisi Instrumen Pengumpulan Data

Peranan tutor Instrumen observasi

(33)

implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan meliputi dua belas kompetensi sebagai berikut:

a. Motivasi belajar warga belajar, sebagai landasan dalam membangkitkan minat warga belajar mempelajari materi lain.

b. Ekonomi keluarga atau inkubasi usaha mikro, sebagai kompetensi untuk meningkatkan kesejahteraan warga belajar dan angggota keluarga yang menjadi tanggungjawabnya.

c. Keterampilan praktis, sebagai kompetensi pendukung untuk mendapatkan lapangan kerja atau inkubasi usaha mikro.

d. Ketenagakerjaan, sebagai kemampuan untuk dapat mengakses sumber-sumber lapangan kerja sekaligus sebagai kompetensidalam melamar pekerjaan.

e. Kesehatan, sebagai kompetensi dalam melaksanakan pola hidup sehatsehari-hari.

f. Komunikasi,sebagai kompetensi dalam melaksanakan interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

g. Penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari,sebagai kompetensi dalam kehidupan sehari-hari warga belajar.

h. Pelestarian lingkungan,sebagai kompetensi dan sikap responsif kepedulian terhadap pemeliharaan dan pelestarian lingkungan baik lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik.

(34)

sewaktu-waktu dapat terjadi baik bencana alam maupun bencana akibat kelalaian manusia.

j. Hak dan kewajiban sebagai warga negara,sebagai kompetensi dan hal yang harus ditunaikan oleh setiap warga belajar dan mutlak didapat oleh warga belajar atau warga negara pada umumnya.

k. Pelestarian budaya,sebagai kompetensi dan kepedulian dalam memelihara dan mengembangkan budaya yang merupakan warisan leluhur.

l. Kesegaran jasmani dan rekreasi,sebagai kompetensi untuk menjaga kesegaran jasmani dan rekreasi dan melahirkan semangat baru setelah melaksanakan program kegiatan.

Dua belas kompetensi di atas merupakan hal yang harus dimiliki oleh warga belajar pendidikan keaksaaraan, agar eksis dalam kehidupan, baik dalam semangat pembelajaran yang terus menerus, menerapkan pola hidup sehat, bermatapencaharian dan pendapatan yang layak, dapat mengetahui penggunaan teknologi sebagai penunjang kehidupannya, paham terhadap norma hukum, peduli terhadap budaya dan mempunyai kesegaran jasmani.

Secara rinci pengembangan instrumen dapat dilihat pada lampiran.

2. Penyusunan Instrumen

a. Deskripsi Instrumen Pengungkap Data

(35)

yang telah disiapkan, tim kolaborasi peneliti dapat membaca butir pertanyaan dan mengetahui kompetensi subyek penelitian atau peserta belajar, lalu mencocokannya dengan option dengan standar penilaian keterhubuangan antara pernyataan dengan option jawaban adalah sebagai berikut: (1) penilaian kompetensi warga belajar (a) sangat baik, skor 5, (b) baik skor 4, (c) cukup baik skor 3, (d) kurang baik skor 2, e) tidakbaik skor 1., dan (2) perencanaan pembelajaran yang dilakukan tutor terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dengan kompetensi yang diharapkan pada warga belajar (a) sering sekali skor 5, (b) sering skor 4, (c) adakalanya skor 3, (d) jarang skor 2 (e) tidak pernah skor 1.

Option jawaban yang berkaitan dengan perencanaan peranan pendidik dengan pilihan sebagai berikut: (a) sangat penting dengan skor 5, (b) penting dengan skor 4, (c) cukupdengan skor 3, (d) kurang penting dengan skor 2, (e) sangat kurang penting dengan skor 1.

Option jawaban yang berkaitan dengan pendayagunaan modul dengan pilihan sebagai berikut: (a) sangat efektif dengan skor 5, (b) efektif dengan skor 4, (c) cukup efektifi dengan skor 3, (d) kurang efektif dengan skor 2, (e) sangat kurang efektif dengan skor 1

(36)

Option jawaban yang berkaitan dengan perencanaan penilaian pembelajaran pilihan sebagai berikut: (a) sangat tepat dengan skor 5, (b) tepat dengan skor 4, (c) cukup tepat dengan skor 3, (d) kurang tepat dengan skor 2, (e) sangat kurang tepat dengan skor 1

Option jawaban yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran untuk mencapai motivasi belajar warga belajar, ekonomi, keterampilan, akses lapangan kerja, komunikasi sosial, penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana, kewajiban dan hak sebagai warga negara, pelestarian budaya, kesegaran jasmani dan rekreasi dengan pilihan sebagai berikut: (a) sangat sering dengan skor 5, (b) sering dengan skor 4, (c) cukup sering dengan skor 3, (d) kurang dengan skor 2, (e) sangat kurang sekali dengan skor 1

Option jawaban yang berkaitan dengan pencapaian hasil pembelajaran dengan pilihan sebagai berikut: (a) sangat mampu dengan skor 5, (b) mampu dengan skor 4, (c) cukup mampu dengan skor 3, (d) kurang mampu dengan skor 2, (e) sangat kurang mampu dengan skor 1

b. Wawancara

(37)

c. Kalibrasi Konseptual Instrumen

Uji keterbacaan pengungkap data melalui teman sejawat yang mengetahui substansi penelitian.Pengujian konseptual dilakukan untuk menguji validasi logis, konsep dan konstruk. Pengujian konseptual dilakukan melalui program komputer uji statistik dengan program SPSS versi 17.

d. Kalibrasi instrumen melalui ujicoba empirik

Evaluasi implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan, dilakukan melalui diskusi dengan teman sejawat yang memahami substansi pendidikan keaksaraan orang berbasis kompetensi.

3. Ujicoba Instumen

Instrumen yang telah disusun oleh peneliti dilakukan ujicoba. Ujicoba pertama instrumen dilakukan melalui uji keterbacaan atau analisis kebahasaan oleh teman sejawat yang memahami konteks kurikulum pendidikan keaksaraan orang dewasa berbasis kompetensi.

(38)

4. Analisis Hasil Ujicoba Instrumen

Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif survey maka dalam menganalisis data digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif atau persentase dan korelasi (Arikunto, 2000 : 344-350) dan analisis data dengan

statistik deskriptif (et. al, 2000 : 357-386).

Data hasil ujicoba instrumen dianalisis dengan teknik korelasi dan regresi yang menggunakan komputer program SPSS versi 17 yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.

a. Validitas Instrumen

Validitas dan reliabilitas instrumen sebagai suatu alat ukur dikatakan valid

jika dapat mengukur secara tepat. Validitas terbagi atas empat yaitu : (a) content

validity, (b) construct validity, (c) predictive validity, (d) concurent validity.

Content validity (validitas isi) yaitu: (1) materi atau bahan yang

diteskan sesuai dengan isi kurikulum, (2) untuk menilai apakah suatu tes memiliki validitas isi atau tidak dapat dilakukan dengan cara membandingkan materi tes dengan analisis rasional terhadap bahan/materi yang ada pada kurikulum. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengkajian silabus pembelajaran dan pertanyaan permasalahan penelitian yang terurai dalam bentuk instrumen.

5. Reliabilitas tes

(39)

dibagi dua kelompok item ganjil dan kelompok item genap, hasilnya dikorelasikan menggunakan rumus korealasi, (b) teknik bentuk paralel, dua jenis tes yang identik diberikan secara berturut-turut, hasilnya dikorelasikan, (c) Teknik ulangan, tes dua kali waktu berbeda, hasilnya dikorelasikan, sehingga dalam penelitian ini menggunakan teknik ulangan.

6. Validasi Instrumen

Instrumen selain dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17 juga divalidasi ahli atau pembimbing penelitian yang bertujuan untuk mendapatan keshahian kualitas dan keterhubungan analisis bahasa dan ketepatan pencapaian tujuan penjaringan data.

Instrumen menggunakan skala likert dengan limaindikator dalam mengugkapkan kemampuan warga belajar pendidikan keaksaraan berbasis

kompetensi yaitu sebagai berikut:

(a)

sangat mampu =5 (b) mampu = 4 (c)

cukup mampu= 3, (d) kurang mampu = 2 (e) tidak mampu = 1 Kriteria keputusan validitas:

Jika sig. (2-tailed)<0,05 = valid, jika sig.(2-tailied)>0,05=tidak valid. Kriteria keputusan reliabilitas:

(40)

Untuk mengetahui daya pembeda digunakan analisis kovarians, untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata (Ali, 2010 : 347).

Jika nilai covariance<t (1%), maka dikatakan tidak ada perbedaan, sehingga instrumen layak untuk penjaringan data penelitian (Arikunto, 2000 : 596).

Pengujian validitas dan reliabilitas dilaksanakan dalam dua tahap, pada satu kelompok yang sama yaitu kelompok belajar pendidikan keaksaraan di Desa Alebo Kecamatan Konda Provinsi Sulawesi Tenggara.

Jumlah responden ujicoba tahap pertama sebanyak 30 orang warga belajar dan ujicoba tahap kedua sebanyak 30 orang warga belajar yang sama pada saat ujicoba tahap pertama.

C. Penentuan Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sebelum penentuan populasi, maka terlebih dahulu menentukan prosedur sebagai berikut:

prosedur pemilihan sampel dengan langkah-langkah (1) menentukan tujuan riset, (2) menentukan populasi, (3) menentukan jenis data yang diperlukan, (4) menentukan metode riset, (5) menentukan harga alpha (α). (6) membuat bingkai sampel, (7) memilih sampel (Ali, 2010 : 265-268).

(41)

Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan di atas, maka populasi penelitian adalah warga belajar pendidikan keaksaraan yang berkategori orang dewasa yang belum pernah sekolah atau putus Sekolah Dasar kelas rendah, yang sedang mengikuti pembelajaran pada kelompok belajar keaksaraan berusia delapan belas tahun atau lebih, belum dapat membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi bahasa Indonesia.

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar melalui implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan orang dewasa, melalui penilaian tutor pada kelompok belajar keaksaraan.

Metode riset yang digunakan adalah survei dengan menyebarkan instrumen penilain kepada warga belajar pendidikan keaksaraan sejak diimplementasikannya kurikulum pendidikan keaksaraan.

Penyampelan penelitian ini dengan menggunakan bingkai penelitian sebagamana dikemukakan sebagai berikut: ”bingkai sampel dalam penelitian berdasarkan wilayah dan klaster dan gugus klaster yaitu kelompok-kelompok belajar pendidikan keaksaraan yang telah terbentuk (Ali, 2010).

(42)

Oleh karena itu penyampelan menggunakan teknik berjenjang sebagai berikut:

penyampelan berjenjang termasuk penyampelan wilayah dengan menggunakan random...dimana setiap random dimulai dari sub wilayah geografis atau administratif, menjadi sub wilayah geografis pada wilayah sampel, dan selanjutnya randon subyek atau unit dari setiap subyek setiap bagian sub wilayah sampel. Dengan demikian populasi wilayah terwakili oleh sampel sub wilayah, dan sub wilayah sampel terwakili oleh sampel sub bagian wilayah, dan sub bagian wilayah terwakili oleh subyek atau unit subyek sampel (Ali, 2010 : 276).

Berdasarkan pendapat Ali (2010) mengemukakan bahwa: ”populasi wilayah” dalam penelitian ini adalah tiga puluh tiga Propinsi Wilayah Republik Indonesia dengan garis besar karakteristik sebagai berikut: (1) memahami makna peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi orang dewasa yang belum bisa membaca, menulis, berhitung dan akses komunikasi berbahasa Indonesia; (2) memahami makna belajar sepanjang hayat; (3) memahami makna pembelajaran untuk semua (learning for all); (4) memahami makna pendidikan non formal.

Dari karaktertik tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian sebagai berikut: (1) Tutor pendidikan keaksaraan fungsional, (2) warga belajar keaksaraan fungsional.

2. Sampel

(43)

Data pemerintahan provinsi di Indonesia sebanyak 33 Provinsi (http://www.depdagri.go.id) diakses 13 Maret 2008, maka dengan menggunakan teknik berjenjang secara acak atau random populasi 3750 orang maka sampel jumlah warga belajar sebanyak 350 orang, sebagimana grafik Krejchi dan Morgan 1970 dalam Ali 2010:264).

Oleh karena penentuan sampel berjenjang maka populasi dalam penelitian ini adalah tutor dan warga belajar keaksaran berbasis kompetensi.

Sampel penelitian diambil secara random dengan berdasarkan populasi wilayah sebagai berikut:

a. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan wilayah Papua Barat diwakili populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Manokwari. Selanjutnya populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Manokwari diwakili oleh dua kelompok belajar pendidikan keaksaraan, dan populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Fak-fak. Selanjutnya populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Fak-fak diwakili oleh dua kelompok belajar keaksaraan.

(44)

keaksaraanKabupaten Muna diwakili dua kelompok warga belajar keaksaraan.

c. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan wilayah Kalimantan Timur, selanjutnya populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kalimantan Timur diwakili populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kota Balikpapan. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan diwakili dua kelompok belajar dan populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Nunukan diwakili dua kelompok belajar.

d. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan wilayah Kalimantan Barat diwakili populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kota Pontianak diwakili dua kelompok belajar dan populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Kuburaya diwakili dua kelompok belajar.

e. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan wilayah Nusa Tenggara Timur, selanjutnya populasi warga belajar pendidikan keaksaraan diwakili populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan diwakili dua kelompok belajar, dan populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Kupang diwakili dua kelompok belajar.

(45)

g. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan wilayah Jawa Barat selanjutnya populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Jawa Barat diwakili populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Subang. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Subang diwakili dua kelompok belajar, dan populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Garut diwakili dua kelompok belajar,

h. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan wilayah Jawa Timur, selanjutnya populasi warga belajar pendidikan keaksaraan diwakili populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Madiun. Populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Madiun diwakili dua kelompok belajar dan populasi warga belajar pendidikan keaksaraan Kabupaten Tuban diwakili dua kelompok belajar.

(46)

Keterangan:

K : Kabupaten/Kota • : Kelompok Belajar

Pengambilan populasi dan sampel dilakukan secara acak sistematis dengan prosedur sebagai berikut:

1. Sampel acak penentuan wilayah penelitian pada tingkat provinsi.

Populasi tutor dan warga belajar di 33 provinsi dengan jumlah tutor 70 orang dan jumlah warga belajar 350 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan acak sistematis terhadap provinsi, kabupaten, tutor kelompok belajar dan warga belajar.

Penentuan sampel acak sistematis tahap ini dilakukan sebanyak tiga puluh tiga provinsi dengan uraian sebagai berikut;

Jumlah provinsi sebanyak 33 digenapkan menjadi 36, jumlah sampel 9,

(47)

014. Jawa Tengah 35 031. Maluku Utara 9

015. DIY 5 032. Papua 29

016. Jawa Timur 38 033. Papua Barat 11

017. Bali 9

Sumber: Ditjen Otonomi Daerah Depdagri( http://www.depdagri.go.id/basis-data/2009/01/28/daftar-provinsi)

Penentuan sampel dan sub-sub sampel dilakukan dengan mengunakan random atau acak sistematik dengan cara kertas yang berisi kode di atas, digulung dan dimasukkan ke dalam kotak selanjutnya diacak dan diundi.

Tabel 3

Sampel Tutor dan warga Belajar

(48)

Katergori persiapan dalam pengumpulan data penelitian, sebagaimana tahap dikemukakan pada tahap pengembangan garis-garis besar pengembangan instrumen, pembuatan instrumen, validasi instrumen, yang telah dikemukakan pada pengembangan alat pengumpul data.

Sebagai kelanjutan kegiatan diatas, mengadakan koordinasi kepada pembantu peneliti yaitu tutor pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi dan pihak-pihak yang terkait untuk menyampaikan kegiatan penelitian.

Penyiapan administrasi kegiatan menyampaikan kepada pihak-pihak institusi penyelenggara pendidikan keaksaraan sesuai dengan daerah sampel penelitian.

2. Pelaksanaan

a. melaksanakan sosialisasi atau latihan singkat pengisian angket kepada tutor pendidikan keaksaraan sebagai mitra peneliti di lapangan.

b. memberikan angket kepada tutor pendidikan keaksaraan.

c. implementasi proses pembelajaran pada warga belajar pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi, selama 116 jam pelajaran.

d. Tutor memberikan penilaian terhadap kompetensi membaca, menulis berhitung dan berbahasa Indonesia terhadap:

1) kemampuan keaksaraan (baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia) sebagai pengantar motivasi belajar warga belajar.

(49)

3) kemampuan keaksaraan baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia) sebagai pengantar pembelajaran keterampilan.

4) kemampuan keaksaraan baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia) sebagai pengantar pembelajaran ketenagakerjaan.

5) kemampuan keaksaraan sebagai pengantar pembelajaran kesehatan. 6) kemampuan keaksaraan baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia)

sebagai pengantar pembelajaran komunikasi sosial.

7) kemampuan keaksaraan sebagai pengantar penggunaan teknologi. 8) kemampuan keaksaraan baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia)

sebagai pengantar pendidikan lingkungan hidup.

9) kemampuan keaksaraan (baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia) sebagai pengantar pendidikan penanggulangan bencana alam.

10) kemampuan keaksaraan (baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia) sebagai pengantar pendidikan atas kewajiban dan hak sebagai warga negara.

11)kemampuan keaksaraan (baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia) sebagai pengantar pembelajaran pelestarian budaya.

12) kemampuan keaksaraan baca, tulis, hitung dan berbahasa Indonesia) sebagai pengantar pembelajaran jasmani dan rekreasi.

E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

(50)

tekumpul dan terpilah, diinput dalam program Excel versi 2007 selanjutnya ditransfer ke program SPSS versi 17.

Klasifikasi implementasi kurikulum untuk mengetahui kemampuan warga belajar pendidikan keaksaraan:

a. Peranan pendidik, pendayagunaan modul, penerapan strategi pembelajaran. b. Kompetensi warga belajar

2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS versi 17. Analisis data untuk mengetahui kompetensi warga belajar pada implementasi pendidikan keaksaraan diuraikan sebagai berikut:

a. Mengiput data hasil penelitian.

b. Mencari deskripsi hasil penelitian pada setiap lokasi penelitian selanjutnya menyatukan secara keseluruhan.

c. Mencari korelasi antar variabel untuk mengetahui keterhubungan implementasi kurikulum yang dilakukan oleh tutor, pendayagunaan modul dan penerapan strategi dengan kompetensi warga belajar.

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan temuan penelitian maka implementasi kurikulum pendidikan keaksaraan berbasis kompetensi yang dilakukan oleh tutor, keefektifan pendayagunaan modul, ketepatan penerapan strategi dan penerapan perangkat penilaian pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

1. Motivasibelajarwargabelajarsangatdipengaruhiperan

tutorsebagaidinamisatordanfasilitatorpembelajaran. Modulatau media pembelajarantidakmemberikandampakmotivasi yang significantsebaliknyapenerapanstrategidapatmemberikandampak yang significantpadapeningkatanmotivasibelajarwargabelajar. Hal inidiakibatkanolehpenerapanmetodepembelajaran yang lebihberorientasikonstruktivistik.

2. Kompetensiekonomikeluargaatauinkubasiusahamikrosangatdipengaruhi implementasi yang berorientasipadakeuntungan, melaluibimbingan tutor, pendayagunaanmoduldanpenerapanstrategi. Olehkarenapendidikankeaksaraanlebihberorientasipadapemberdayaanm aka, kegiataninimenjadiinti program pembelajaran.

3. Kompetensiketerampilanwargabelajarberkaitandengankompetensiekono mikeluarga,

(52)

usahamemilikiketerampilan, baikdalambentukhard skills maupundalambentuksoft skills.

4. Kompetensipembelajaranakseslapangankerjalapangankerja, sebagaitahaplanjutankompetensiketerampilan.

Akseslapangankerjabagiwargabelajarkeaksaraanlebihdiorientasikanpada sektor informal, sepertiprogram padatkarya, buruhtani, burupelabuhandannelayan.

5. Kompetensipolahidupsehatbagiwargabelajarkeaksaraanberhubunganden ganperanpendidik, pendayagunaanmodulsebagai media danpenerapanstrategipembelajaran.

Polahidupsehatdilakukandalamkehidupansehari-hariwargabelajar, pengaturanpoladanjenis-jenismakan,

sertakemampuanmembacadanmemahami media hiduppolasehat. 6. Kompetensipembelajarankomunikasisangatdipengaruhiperanpendidik,

modul, danstrategisangatsignifikant. Peran tutor dapatmemberikanteknikpembelajaran yang berupadiskusi, curahpendapat, mendiskusikanisimodul, danpelaksanaantugas-tugas yang diberikan tutor untukdiselesaikan di rumah.

7. Kompetensipembelajaranpenggunaanteknologisangatsignifikantdilakuk

anoleh tutor yang

memberikanpetunjukdanarahanuntukmenggunakanteknologidalamkehid

(53)

penggunaansedangkanstrategisebagaiteknikuntukdapatmenggunakantek nologidalamkehidupansehari-hari.

8. Kompetensipembelajaranpelestarianlingkungansangatsignificantdipeng

aruhioleh tutor

dalammemberikanpembelajaranmaniaturlingkunganhidup,

pendayagunaanmodulsangatsignificantdalammengembangkankompeten sipelestarianlingkungan. Strategipembelajaranmemberikankontribusi yang

sangatsignificant,dalampembelajaranpelestarianlingkungandengancaral atihan.

9. Kompetensikompetensipenanggulanganbencana,

sangatsignificantdipengaruhioleh tutor

dalammemberikanlatihanpenanggulanganbencana,

pendayagunaanmodulsangatsignificantdalammengembangkankompeten sipenanggulanganbencana. Strategipembelajaranmemberikankontribusi yang

sangatsignificantdalampembelajaranpenanggulanganbencanadengancar alatihan.

10.kompetensikewajibandanhaksebagaiwarganegara, pengaruh tutor danpendayagunaanmoduldanstrategisangatsignificantsehinggapembelaj

arandikatakanefektif. Hal

(54)

konstruktivistik yang berorientasipadapemecahanmasalahkehidupanwargabelajar.

11.Kompetensipembelajaranpelestarianbudaya, peran tutor

memberikankontribusi yang

sangatsignificantdalampembelajaraninimelaluilatihan, dandiskusi. Penggunaanmoduldapatmemberikankontribusi yang

sangatsignifikantolehkarenawargabelajardapatmengetahuijenis-jenisbudayamelalui media pembelajaran.

Strategipembelajaransebagaipendukunguntukpelaksanaanlatihanpelestar ianbudaya, melaluiperandansimulasi yang dilakukanolehwargabelajar. 12.Kompetensipembelajarankesegaranjasmanidanrekreasi.Peran tutor

memberikankontribusi yang sangatsignificant, olehkarenapembelajaranmelakukansenamkesegaranjasmanidikoordinasi kanoleh tutor, selanjutnya media pembelajaranmemberikankontribusi yang sangatsignificant. Hal inidisebabkanoleh media yang berfungsisebagaisalahsatustrategiuntukmenarikminatwargabelajarmelak sanakansenamkesegaranjasmanidanrekreasi.

B. Rekomendasi

Rekomendasihasilpenelitianditujukankepada: (1) pengambilkebijakan, (2) praktisi, (3) penelitilanjutan.

(55)

pembelajaran yang berorientasi kompetensi pemecahan masalah kehidupan warga belajar. Dukungan pengambil kebijakan untuk implementasi kurikulum, akan mempercepat proses melek aksara bagi warga belajar buta aksara sangat ditentukan oleh peran tutor. Oleh karena itu tutor pendidikan keaksaraan diharapkan memiliki kompetensi andragogik, kompetensi sosial dan kompetensi vokasional melalui pelatihan, penyusunan bahan pembelajaran yang menarik, latihan keterampilan praktis fungsional pada warga belajar.

Selain evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi output, perlu dilakukan evaluasi outcome untuk mengetahui dampak penerapan hasil pembelajaran pada kegiatan pekerjaan warga sehari-hari.

Rekomendasi peneliti kepada praktisi diharapkan: (1) perekrutan warga belajar berdasarkan pree test,sehingga potensi dan kemampuan awal warga belajar dan berfungsi sebagai tolok keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran, evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi output(2) pelaksanaan pembelajaran terintegrasi dengan latihan keterampilan berdasarkan kebutuhan lapangan kerja pada sektor informal.

Pelaksanaan evaluasi di atas diharapkan didukung oleh para pengambil kebijakan, sehingga mobilitas tutor praktisi mendapat dukungan regulasi.

(56)
(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I, (2000), Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira. Ali, M (2007). Teori Penelitian Pendidikan. Dalam Ali M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasyidin Penyunting. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan . Bandung: Pedagogian Press (Halaman 323-344

---(2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung : Pustaka Cendekia Utama

Ali, M;Olim, A (2007).Pendidikan Kecakapan Hidup. Dalam Ali, M. Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W. (Penyunting).Ilmudan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogian (halaman 1261-1284)

Anderson, 1989.The Effective Teacher (Studi Guide and Readings).New York : Mc. Graw-Hill Publishing.

Arif, Z., (1986). Andragogi.Bandung :Angkasa.

Arikunto, S, (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Beane, A. James, 1997.Curriculum Integration (Designing the Core of Democratic Education). New York : Published by Teachers College Press.

Bernardo, 1998.Literacy and the Mind (The Contextual and Cognitive Consequences of Literacy Practice).Hamburg :LuzacAriental.

Biklen,B, (1992). Qualitative Research for Education.(An Itroduction to Theory and Methods), (Second Edition).Boston :Allyn and Bacon.

Borg; Gall, (1979).Educational Research An Introduction (Third Edition). New York : Longman.

Buchori.M. (1995).TransformasiPendidikan.Jakarta :PustakaSinarHarapan Budiningsih, (2005).BelajardanPembelajaran.Jakarta :RinekaCipta.

Casten, Luke; Lennan (1989. Literacy, Society, and Schooling (A Reader). New York : Cambrigde University Press.

(58)

Clark, D. (2006). Instruction to Instructional System Design [Online].Tersedia: to ISD.htm (18 September 2006].

Creswell, W.J. (1994). Research Design (Qualitative & Quantitative Approach. London : Sage Publication.

Dalal,B;Clayton; Bass,S, (2002). Sustainable Development Strategies a Resource Book.London : OECD.

Darling, 2005.Preparing Teachers for Changing World (Whot Teacher Should Learn and Be Able to Do). San Francisco : Published by Jossey-Bass.

Departemen Agama R.I. (2000). Al Quran dan Terjamahannya. Jakarta : Departemen Agama R.I.

Depdiknas; KOICA. (2002). GerakanMasyarakatBaru di Korea (FilosofidanAplikasiSaemaulUndong) Jakarta :Depdiknasdan KOICA.

Depdiknas, (2006).Acuan,

Panduan,LaporanPenyelenggaraanPendidikanKeaksaraanFungsional, Seri 1 sampaidengan 10. Jakarta :DirektoratPendidikanMasyarakat.

---, (2006).Laporan Survey ButaAksaraTahun 2006.Jakarta :KerjasamaBadanPusatStatistikdanDepartemenPendidikanNasional.

---, (2007). Pendidikan Keaksaraan Fungsional. [Online]. Tersedia:www.dikmas.depdiknas.go.id, html [16 Oktober 2007]

DePorter;Hernaki, (1992).Quantum Learning: UnleasingThe Genius In You. New York : Dell Publishing, DiterjamahkanolehAlwiayh Abdurrahman, tahun 1999 diterbitkanolehMizan Bandung tahun 2004.

Dick, Carey; Carey, (2001).The Systematic Design of Instruction (Fifth Edition).Longman :Addision-Wasley Educational Publisher.

Fattah.,Nurdin, (2007). EkonomiPendidikan. Dalam Ali, M. Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., danRasjidin, W. (Penyunting).IlmudanAplikasiPendidikan.Bandung: Pedagogian (Halaman 591- 618).

Gagne; Brigs; Wager, (1992).Principles Of Instructional Design. USA : Jovanovich Publisher.

(59)

Education.

Goleman, 1995.Emotional Intelegence (KecerdasanEmosionalMengapa EI lebihpentingdaripada IQ), Alihbahasa T. Hermaya.Diterbitkanoleh PT. Gramedia Jakarta (2000)

Grifft,Mc.,ISD Knowledge Base Instructional Design and Development Instructional System Design Models. [Online] Tersedia: (20 September 2006).

Gunadi, 1993. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hamalik,O, (1989). Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung :

Mandar Maju.

---(2006). Implementasi Kurikulum (bagi pengembang, pengelola dan pengawas). Bandung : SPS UPI

Hannon, 2000. Reflecting on Literacy in Education. New York : Routledge Falmer.

Hurlock, (1999). Perkembangan Anak, (Alih bahasa Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Erlangga.

Ibrahim,R; Syaodih,N. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Ihromi,T,O, (2006). Pokok-pokokAntropologiBudaya.Jakarta :YayasanObor Joyce; Bruce, (2000).Models of Teaching (Sixth Edition).Boston :Alyn and Bacon.

(informasitentangproduk lain dapatdiaksespada: www.abacon.com.)

Kleden, M, (2008). HakAsasiManusiadalamMasyarakatKomunal.Yogyakarta :Lamalera.

Kneller,(1976).Introduction to The Philosophi of Education.NewYork : Printed in the United States of America.

---, 1984.Movements of Thought in Modern Education.New York : Printed in the United States of America.

Knowles, M, S. (1976). The Modern Practice of Adult Education: from Pedagogy to Andragogy: Chicago: Follet Publishing ompany.

(60)

--- (1984).The Adults Learner.A Negletected Species.Houston: Gulf Publishing Company.

---. (1984). The Adults Learner. A Negletected Species.Houston: Gulf Publishing Company.

Komar, O, (2006). Filsafat Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Grafika.

Kruse, K (tt). Introduction to Instruktional Design and the ADDIE Model [Online] tersedia (20 September 2006].

Kurniawan, (2007).BelajarSendiriMicrosof Excel 2007.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Kusnadi.(2004). PendidikanKeaksaraanFungsional.Jakarta :DirektoratPendidikanMasyarakatDepartemenPendidikanNasional.

Lasley, J, (2002). Istructional Models (Strategies for Teaching in a Diverse Society). (Second Edition).United States of America : Wadsworth Publisher.

Longstreat; Shane, (tt), Curriculum for a New Millenium.Boston : Indiana University.

Lunandi, A.G, (1993). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Maslow, 1994. Motivasi dan Kepribadian 1 (Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia. Bandung : PT RemajaRosdakarya.

Mellatoa, J. (1997). Sistem Budaya Indonesia. Jakarta : Kerjasama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan PT Pamator.

Merryfield.M, (1997).Preparing Teachers to Teach Global Perspectives.California : Corwin Press, Inc. A Sage Publication Company.

Milles;Huberman, (1992).Analisis Data Kualitatif (Bukusumbertentangmetode-metodebaru). Jakarta : UI Press. (DiterjemahkanolehRohidiRohendiTjetjep)

Ministery of National Education, (2005).Indonesia Educational Statistic in Brief in Indonesia 2003/2004.Jakarta :Balitbang.

Mohanty, R.P. ;Lakhe R,R, (2000). (Handbook) Total Quality Management.Mumbai :Jaico Publishing House.

(61)

Interstate Printers & Publishers, Inc.

Mulyana, E, (2007). Model TukarBelajar (Learning Exchange) DalamPerspektifPendidikanLuarSekolah.Bandung :MutiaraIlmu.

---, (2008).Model TukarBelajar (Learning Exchange) dalamPerspektifPendidikanLuarSekolah.Bandung :Alfabeta.

Murray, P. (1993). Curriculum Development and Design.Australia : Allen & Unwin Pty Ltd.

Murphy,(2001).Online Learning and Teaching With Technology (case Studies, Experience and Practice). United Kingdom :Kogan Page Limited.

Nasir.(1988). MetodePenelitian.Jakarta :Ghalia Indonesia.

Nasution, (2000).BerbagaiPendekatanDalam Proses BelajarMengajar.Jakarta: Bumi Aksara.

Norma, V, (2009). 4 Pilar Kesehatan (Panduan Memilih dan Mengonsumsi Vitamin, Mineral, Suplemen dan Herbal). Jakarta : Prestasi Pustaka.

Pannen; Paulina; Ida, M, S, (1997). Pendidikan Orang Dewasa. Dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Mangajar di Perguruan Tinggi Bagian Dua, hlm. 4-6.

Pinar, F,W, (2003). International Handbook of Curriculum Research. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Publisher.

Preffer, (1996). Keunggulan Bersaing melalui Manusia (Competitive Advantage Through People) Melepaskan Kekuatan Angkatan Kerja (Alih Bahasa Ir. Agus Maulana MSM). Jakarta : Binarupa Aksara.

Recee,R; Walke,S, (1997). Third Edition Teaching Training and Learning (A Practical Guide).Sunderland : Published in Great Britain by Bussiness Education Publishers Limited.

Reigeluth; Charles,M, (199). Instructional Design Theories and Models (Volume II) a New Paradigm of Instructional Theory). Mahwa, New Jersey :Laurence Erlbaum Associates, Publishers.

Rogers, 1983.Diffusion of Innovations (third Edition). New York : The Press A Division of Macmillan Publishing Co., Inc.

Gambar

Tabel  2 Populasi Subyek
Tabel  3 Sampel Tutor dan warga Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraaian latar belakang peneliti pengaruh kualitas produk, citra merek dan promosi secara simultan terhadap keputusan pembelian sparepart pada bengkel

Faktor Value for Money merupakan faktor yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian pakaian Nevada di Matahari Department Store Royal Plaza Surabaya, dengan nilai

Bahasa-Bahasa di Semenanjung Malaysia Klasifikasi Bahasa Orang Asli Menurut Benjamin 1976 Kategori Rumpun Bahasa dan Suku Kaum Orang Asli Jumlah Penduduk Orang Asli Mengikut Suku

Latar putih (sedikit hitam mungkin untuk memperlihatkan sisi maskulin) dengan pakaian putih yang dikenakannya, serta aksesoris yang dikenakanannya sama sekali tidak

[r]

Biaya tidak tetap adalah biaya operasi kendaraan yang dibutuhkan untuk menjalankan kendaraan pada suatu kondisi lalu lintas dan jalan untuk suatu jenis kendaraan

d) Apabila di suatu ketika karena keadaan tertentu, seperti keadaan sehabis peperangan, mengakibatkan banyaknya jumlah wanita tidak sebanding dengan jumlah kaum

Air payau bisa menimbulkan iritasi dan bakteri yang berasal dari air tersebut akan menggangu kesehatan kulit pada masyarakat pesisir pantai di Desa Rugemuk, sebagai contoh