DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Masalah Penelitian ... 10
C. Identifikasi Pertanyaan Penelitian ... 13
D. Pertanyaan Penelitian ... 15
E. Tujuan Penelitian ... 16
F. Manfaat Penelitian ... 17
G. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 17
H. Definisi Operasional ... 19
BAB II : TINJAUAN TEORITIS ... 22
A. Perkembangan Motorik Anak SD ... 22
B. Konsep Pendidikan Jasmani di SD ... 24
C. Konsep Kebugaran Jasmani ... 27
D. Komponen Kebugaran Jasmani ... 33
F. Interval Training ... 43
BAB III : METODE PENELITIAN ... 48
A. Desain Penelitian ... 48
B. Pemograman Latihan Eksperimen ... 50
C. Program Latihan Eksperimen ... 56
D. Populasi dan Sampel ... 59
E. Instrumen Penelitian ... 59
F. Pengumpulan Data ... 64
G. Analisis Data ... 65
BAB IV : PROSEDUR PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 66
A. Prosedur Pengolahan Data ... 66
B. Pengolahan Data ... 67
C. Diskusi Hasil Temuan Penelitian ... 78
BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Implikasi Hasil Penelitian ... 85
C. Rekomendasi dan Saran ... 85
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulilah dan memanjatkan puji Kepada Allah SWT, berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian studi S2 pada bidang Pendidikan Olahraga di SPS UPI.
Persoalanpokok yang menjaditopikdalamtesisiniadalahuntukmengetahuidanmengkajipengaruh program kebugaranjasmanimetode interval training tugaslatihanlompat segi-6, lompat segi-4 danlari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani anak sekolah dasar.
Penulisan tesis ini dilandasi oleh metode eksperimen, dan yang menjadi subjek adalah para siswa-siswi kelas IV dan V dari Sekolah Dasar Negeri Bakalan I dan II Bulu lawang Kabupaten
Malang.Penelitian ini merupakan eksperimen lapangan, yang tentunya mempunyai hambat andala meksperimen.
Isi tesis ini terdiri dari lima bab, ditambah dengan lampiran kepustakaan, lampiran data yang menunjang pengolahan data dan analisis data, serta penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian ini. Bab kesatu, berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, pembatasan penelitian, anggapan dasar dan hipotesis.Bab kedua, berisikan tinjauan teori dissesuai kebutuhan penelitian. Bab ketiga, berisikan prosedur penelitian yang mencakup metode penelitian, desain penelitian, instrument, materi latihan, program latihan, pelaksaan eksperimen dan pengumpulan data. Kemudian Bab keempat, berisikan pengolahan dan analisis data serta pembahasan hasil-hasil penelitian.Bab kelima berisi kankesimpulandan saran. Penulis menyadari bahwa tesis ini jauhdari sempurna, meskipun telah diusahakan semaksimal mungkin.Namun penulis berharap agar penulisan ini akan ada manfaatnya bagipembaca yang memerlukannya.
Bandung, 11 -01 - 2012
Penulis,
UCAPAN TERIMA KASIH
Seraya mengucapkan Syukur dan Alhamdulilah Kepada Allah SWT, yang telah memberikan
taufikdanhidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih tersebut terutama disampaikan kepada yang terhormat Pembimbing I, Bapak Prof dr. Drs. H. Santosa Giriwijoyo, dan Bapak Prof. Drs.H. Imam Hidayat, M.Pd. yang telah
mencurahkan perhatian dan selalu meluangkan waktu disela-sela kesibukannya dengan penuh kesabaran untuk membimbing, mengarahkan, dan mengoreksi penulis sejak awal sampai akhir penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Adang Suherman, M.A selakuketua program studi Pendidikan Olahraga yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi penulis untuk menyelesaikan studi ini dengan sebaik-baiknya.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Direktur PascaSarjana UPI beserta staf danj ajarannya yang banyak memberi bimbingan dan kelancaran dalam administrasi kepada penilis dalam melaksanakan studi ini.
Terima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah Dasar Negeri Bakalan I dan Bapak Kepala Sekolah Dasar Negeri Bakalan II, Bululawang Kabupaten Malang yang telah mengijinkan penuli smenggunakan para siswa-siswinya sebagai subyek dalam penelitian ini.
Terima kasih kepada Ibu guru olah raga Sekola hDasar Negeri Bakalan I dan II yang telah membantu sebagai pengajar dal proses penelitian ini.
Terimakasihkepadarekan-rekanmahasiswaSPS program studiPendidikanOlahraga UPI yang telahbanyakmembantusertamemotivasipenulisgunapenyelesaianpenulisanini.
Akhirnya dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku,adik-adikku, serta istri tercinta, dan anak-anakku tersayang yang dengan penuh perhatian telah mendorong penulis untuk menyelesaikan studi S2 di SPS UPI.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan pembuatan tesis ini.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Olahraga sudah menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya olahraga
kesehatan yang merupakan salah satu alat untuk memelihara kesehatan
dinamis. Olahraga juga sebagai media pendidikan sudah pula diakui
peranannya. Pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah menjadi bagian dari
kebutuhan hidup sehari-hari. Kesehatan dinamis diperlukan oleh semua orang,
termasuk anak usia sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah
Dasar (SD) sampai Sekolah Lanjutan Atas (SLTA). Jika memiliki kesehatan
dinamis, siswa mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu lebih
lama dibanding siswa yang tidak memiliki kesehatan dinamis.
Pembelajaran pendidikan jasmani di SD memiliki tujuan pendidikan
jasmani sebagai berikut;
2
pola hidup sehat, (i) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. (Depdikbud,2003;6-7).
Menurut Annarino (1980) dalam Winarno (1997:4) mengemukakan,
pembelajaran pendidikan jasmani memiliki empat tujuan yang ingin dicapai,
yaitu:
(1) domain fisik meliputi: kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardiovaskuler, dan kelentukan, (2) domain psikomotor meliputi : motor perseptual, gerak dasar fundamental dan keterampilan olahraga dan tari, (3) domain kognitif meliputi: pengetahuan, informasi fakta, kemampuan dan keterampilan intelektual, dan (4) domain afektif: respon kesehatan untuk melakukan aktivitas fisik, aktualisasi diri, rasa percaya diri, dan konsep diri.
Penyajian materi pendidikan jasmani yang sesuai dengan kurikulum
seringkali sulit dilaksanakan. Permasalahan yang sering muncul adalah tidak
semua SD memiliki sarana dan prasarana yang cukup tersedia. Minimnya
sarana dan prsarana pendidikan jasmani dan olahraga di SD menuntut guru
pendidikan jasmani dan olahraga untuk lebih kreatif dalam menciptakan
sesuatu yang baru, atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada, untuk disajikan
dengan cara yang lebih menarik, murah, bermanfaat dan mudah dilaksanakan,
dengan kondisi lingkungan , sarana dan prasarana, media atau alat bantu yang
menunjang pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
Seseorang yang memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi akan dapat
melakukan pekerjaan dengan baik dan tanpa kelelahan yang berarti, serta
tubuhnya tetap segar ketika berhenti bekerja. Sebaliknya seseorang yang
tingkat kebugaran jasmaninya rendah akan menjadi kendala dalam
pelaksanaan pekerjaannya, oleh karena tuntutan pekerjaan yang meminta
3
produktivitasnya. Tidak terjadinya kelelahan yang berlebihan pada seseorang
dalam melakukan pekerjaannya dan tetap segarnya kondisi tubuh setelah
bekerja, memungkinkan mereka secara wajar melaksanakan kegiatan-kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat menikmati kehidupan
dalam arti luas.
Kebugaran jasmani merupakan modal utama untuk melakukan
aktivitas, karena semakin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang akan
semakin tinggi pula kemampuan dan kesanggupannya untuk melakukan tugas
fisik tanpa mengalami kelelahan dan mempunyai cadangan energi untuk
memulai tugas-tugas fisik yang baru.
Untuk mendapatkan kebugaran jasmani atau meningkatkan kebugaran
jasmani atau meningkatkan derajat sehat (sehat dinamis), hanyalah melalui
olahraga. Santosa Giriwijoyo (1984) menyatakan ”olahraga adalah
satu-satunya alat dan cara meningkatkan derajat sehat dinamis”.
Latihan fisik atau olahraga jika dilakukan menurut proporsi yang
sebenarnya dapat meningkatkan derajat kesehatan dinamis atau kebugaran
jasmani, sehingga berguna sekali untuk mencegah atau membatasi terjadinya
penyakit. Otot-otot akan cepat menyusut dan menjadi lemah bilamana terus
menerus tidak digunakan, akan tetapi sebaliknya melalui latihan
jasmani/olahraga yang teratur dan terukur, otot dapat berkembang ukurannya
serta kekuatan otot juga bertambah. Demikian juga halnya dengan otot
4
Salah satu cara untuk mencapai derajat kebugaran jasmani yang prima
adalah dengan cara melakukan latihan-latihan fisik. Latihan-latihan fisik dapat
dipilih yang disenangi, digemari dan syukur bila dapat menimbulkan
kepuasan diri. Bisa bentuknya jalan cepat, jogging, lari, lompat-lompat dan
sebagainya.
Latihan-latihan kebugaran jasmani yang dilakukan secara tepat dan
benar akan memberikan manfaat bagi tubuh, yaitu:
(a)Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru, (b) Memperkuat sendi dan otot, (c) Menurunkan tekanan darah,
(d) Mengurangi lemak, (e) Memperbaiki bentuk badan, (f) Memperbaiki kadar gula darah, (g) Mengurangi risiko penyakit
jantung coroner, (h) Memperlancar aliran darah, (i) Memperlancar pertukaran gas, (j) Memperlambat proses menjadi tua. (Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi:1996:2-3).
Kebugaran jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan
dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari
secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan untuk
melaksanakan aktifitas lainnya. Menurut Santosa Giriwijoyo & Dikdik
(2010:23)
Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani untuk dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya
Dengan demikian, kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat
sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menanggulangi tuntutan jasmani
5
cadangan kemampuan (tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan fisik
extra serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas sehari-harinya
lagi.
Menurut Sigit Muryono (1980) dalam Wasis (1990:17) menyatakan
“kebugaran jasmani dimaksudkan adanya kebugaran daya tahan dimana
bukan hanya otot-otot tetapi juga pengembangan paru-paru, jantung, serta
pembuluh darah dan alat-alat dalam lainnya untuk konsumsi oksigen secara
maksimal”. Wasis (1990:21), menyatakan “kebugaran jasmani dapat diartikan
sebagai kemampuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan
bidangnya tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan akan mendapat
pemulihan yang cepat seperti pada waktu sebelum melakukan
kegiatan/aktivitas”.
Secara umum komponen atau unsur-unsur dari Pusat kebugaran
jasmani dan Rekreasi itu adalah sebagai berikut :
Daya tahan (endurance), kekuatan otot (muscle strength), kecepatan (speed), kelincahan (agility), kelentukan (flexibility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), dan komposisi tubuh (body composition) (Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi:1997:4).
Menurut. Santosa Giriwijoyo & Dikdik (2010;117), komponen
kebugaran jasmani yang dikemukakan oleh Larson yang terdiri dari;
6
Cara membagi dalam komponen-komponen tersebut di atas tidak
tampak jelas dasar pemikirannya dan karena itu pula maka tidak jelas
sistematikanya.
Menurut Santosa Giriwijoyo (2010;118), dengan menganalisnya lebih
lanjut terlihat bahwa komponen-komponen itu sesungguhnya terdiri dari;
- Komponen anatomical fitness; body composition
- Kondisi kesehatan statis; biological function
- Komponen physiciogical fitness yang terdiri dari;
-Kemampuan/kualitas dasar ES-I;
- muscle strength
- muscle explosive power kekuatan dan daya tahan otot
- musle endurance
- flexibility – luas pergerakan persendian
- reaction time – fungsi dasar syaraf : - menerima dan menghantarkan
rangsang
- coordination – koordinasi fungsi otot
- Kemampuan/kualitas dasar ES-II:
- endurance – daya tahan umum – kapasitas aerobic.
-Kemampuan penampilan yang merupakan gabungan dari berbagai
kemampuan/kualitas dasar ES-I:
- speed (kecepatan) dan agility (kelincahan)
7
Dilihat dari unsur-unsur kebugaran jasmani yang ada, unsur yang paling
penting untuk dilatih, adalah kapasitas aerobik/VO2 max (daya tahan
kardiovaskuler), karena dengan latihan secara langsung juga melatih kekuatan otot,
kelentukan, daya tahan otot, koordinasi dan komponen kebugaran jasmani lainnya
serta dapat membentuk komposisi tubuh.
Kebugaran jasmani tidak hanya ditentukan oleh kekuatan dan
perkembangan otot, akan tetapi kapasitas jantung dan paru-paru untuk melimpahkan
oksigen (O2) dan darah ke seluruh jaringan tubuh. Dewasa ini masalah aerobik
merupakan pusat perhatian dalam penyelidikan dan pembinaan kebugaran jasmani.
Jantung dan paru-paru orang yang benar-benar bugar akan mampu melimpahkan
lebih banyak darah dan oksigen kejaringan-jaringan tubuhnya, sehingga tidak perlu
terlalu bersusah payah dalam mengerahkan segala tenaga diwaktu bekerja,
dibandingkan dengan mereka yang sistem jantung dan paru-parunya tidak bugar.
Latihan fisik yang melibatkan aktivitas aerobik, merupakan cara yang
paling tepat dan sempurna untuk meningkatkan derajat kesehatan dinamis dan
pembinaan tingkat kebugaran jasmani. Program latihan yang baik memusatkan
perhatian dan menghayati manfaat dari aktivitas aerobik. Adapun bentuk latihan
dalam hal ini hendaklah aktivitas yang dapat melibatkan kelompok otot-otot besar,
seperti: berjalan, berlari, lompat-lompat, berenang dan bersepedah.
Latihan lari dan lompat-lompat merupakan bentuk latihan yang murah,
mudah dan aman dilakukan oleh setiap orang, oleh karenanya latihan lari dan
8
Menurut Santosa Giriwijoyo (1992:2) “sifat/ciri umum olahraga kesehatan
adalah masal, mudah, murah, bermanfaat dan aman”.
Seperti telah dikemukakan di atas, peningkatan unsur daya tahan
(endurance) adalah sangat penting, bahkan daya tahan adalah sebagai dasar atau inti
dari peningkatan kondisi fisik atlet sebelum latihan keterampilan (skill), kecepatan,
mobilitas gerak, kekuatan otot dan lainnya.
Dalam upaya meningkatkan daya tahan, hal-hal yang bersangkut paut
dengan metode latihan fisik yang baik dan benar-benar harus mendapatkan
perhatian penuh. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi latihan fisik
meliputi: intensitas latihan, frekwensi latihan, durasi latihan, dan
gerakan-gerakannya melibatkan otot-otot besar.
Latihan interval merupakan salah satu metode latihan fisik yang dilakukan secara sistematis dan ilmiah. Metode ini dapat dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan suatu pola untuk mengembangkan sistem energi yaitu: sistem energi aerobik maupun sistem energi anaerobik, atau mengembangkan perpaduan dari kedua sistem energi utama tersebut secara seimbang, tergantung dari intensitas dan durasi latihan yang dipakai. (Fox:1984: dalam Roesdiyanto 1995:55).
Lebih lanjut Roesdiyanto (1995:56), mengatakan,
Latihan interval dianggap sebagai suatu metode latihan yang paling baik, karena latihan ini menggunakan prinsip overload secara progresif, dengan beban latihan yang semakin meningkat mendekati maksimal, sehingga kemampuan fisik seseorang akan dapat meningkat secara bertahap.
Menurut Woeryanto (1984), “interval training memberikan rangsang yang
sangat tinggi kepada jantung berserta peredarannya, paru-paru dengan sistem
9
menyatakan “interval training adalah salah satu cara atau metode latihan untuk
meningkatkan daya tahan dengan cepat”. Latihan interval training menurut Harsono
(1984:45), yaitu: “suatu program latihan untuk melatih kondisi fisik yang
menghasilkan endurance dan stamina atlet secara efektif”.
Setelah menyimak pentingnya memiliki tingkat kebugaran jasmani yang
baik, menurut pendapat penulis, pembinaan kebugaran jasmani perlu menjadi
perhatian utama bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak usia sekolah
dari TK, SD sampai SMU. Dalam mengkaji permasalahan ini bentuk latihan
hendaklah yang dapat melibatkan otot-otot besar seperti lari dan lompat-lompat.
Latihan lompat-lompat sering dilakukan dalam latihan olahraga, baik
sebagai pemanasan maupun sebagai model latihan fisik untuk memperkuat otot
tungkai, daya tahan otot tungkai dan kelincahan otot tungkai, salah satunya adalah
model latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4.
Ditinjau dari gerakannya latihan lompat segi-6 dan segi-4 mampu
mengembangkan kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai, kelincahan otot
tungkai dan sekaligus bisa meningkatkan kemampuan aerobik maupun anaerobik
jika dalam latihannya menggunakan metode interval training.
Disamping itu latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 tidak memerlukan
tempat luas, sehingga bisa digunakan sebagai alternatip model latihan kebugarann
jasmani bagi sekolah yang bermasalah dengan keterbatasan sarana dan prasarana
olahraga.
Latihan lari dan lompat-lompat adalah suatu bentuk latihan yang mudah
10
itu lari dan lompat-lompat merupakan gerakan dasar yang melibatkan kelompok
otot besar. Menurut Santosa Giriwijoyo (1992;26) “aktivitas otot-otot tubuh
sebanyak lebih dari 40%, yang menjadi salah satu ciri olahraga aerobik sebagai
bentuk olahraga kesehatan”. Oleh karena itu latihan lari dan lompat-lompat sesuai
untuk jenis kegiatan olahraga kesehatan.
Berangkat dari dasar pemikiran di atas bahwa metode interval training
dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter mampu
meningkatkan kebugaran jasmani, perlu dilakukan pembuktian dengan jalan
penelitian.
B. MASALAH PENELITIAN
Untuk bisa meningkatkan kebugaran jasmani, faktor latihan fisik sangat
signifikan meningkatkan kebugaran jasmani. Latihan fisik yang baik akan
menimbulkan efek yang baik pula pada berkembangnya organ tubuh. Dalam upaya
meningkatkan kebugaran jasmani, hal-hal yang bersangkut paut dengan metode
latihan fisik yang baik dan benar harus mendapat perhatian penuh. Adapun
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi latihan fisik meliputi: intesitas, volume,
frekwensi, durasi dan gerakan-gerakannya harus melibatkan otot-otot besar.
Metode latihan harus berangkat dari prinsip-prinsip dan konsep-konsep
dasar latihan yang benar. Untuk itu perlu diciptakan dasar latihan secara ilmiah
yang dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan individu serta mempunyai daya
11
Menurut Santosa Giriwijoyo & Dikdik (2010;113) komponen kebugaran
jasmani secara struktur dan sistematikanya terbagi seperti pada bagan sebagai
berikut :
Kekuatan dan daya tahan : ∼ Statis (isometrik endurance) ∼ Dinamis (moscular endurance)
∼ Dinamis metabolik (peningkatan metabolisme lemak) untuk durasi lebih dari 30 menit
Semua unsur-unsur tersebut dimiliki oleh setiap individu hanya berbeda
dalam tingkatannya oleh karena kesesuaian kebutuhan masing-masing. Adapun
unsur yang paling penting yang perlu mendapat perhatian khusus adalah daya tahan
jantung, peredaran darah dan pernapasan atau sering disebut daya tahan
kardiovaskuler (Cardiovascular Endurance).
Olahraga kesehatan ditujukan bagi semua orang, oleh karena itu bentuk
12
yang luas, tidak terikat waktu dan tempat. Ditinjau dari segi gerakannya, latihan lari
dan lompat-lompat adalah merupakan bentuk latihan yang murah, mudah dan aman
dilakukan oleh setiap orang, oleh karenanya latihan lari dan lompat-lompat cocok
untuk jenis olahraga kesehatan. Menurut Santosa Giriwijoyo (1991:21) “sifat/ciri
umum olahraga kesehatan adalah masal, mudah, murah, meriah, manfaat dan
aman”.
Berdasarkan uraian di atas, pokok masalahnya adalah tingkat kebugaran
jasmani yang rendah akan menjadi kendala bagi pelaksanaan tugas, oleh karena itu
latihan fisik/olahraga adalah solusinya. Latihan fisik yang baik dan benar akan
menimbulkan efek yang baik pada peningkatan kebugaran jasmani. Tugas latihan
lari dan lompat-lompat merupakan bentuk latihan fisik yang murah, mudah dan
aman dilakukan oleh setiap orang. Selain itu lari dan lompat merupakan gerak dasar
yang melibatkan kelompok otot besar, sehingga terjadi aktivitas otot-otot tubuh
sebanyak lebih dari 40% yang menjadi salah satu ciri olahraga aerobik sebagai
bentuk olahraga kesehatan, oleh karena itu latihan lari dan lompat-lompat cocok
untuk tugas latihan olahraga kesehatan.
Penentuan tujuan latihan kebugaran jasmani dapat memberi arti berbeda
bagi individu yang berbeda. Misalnya, seseorang yang sangat tinggi berat badannya
akan memerlukan penekanan latihan pada komposisi tubuh (mengurangi berat
badan) dan daya tahan kardiovaskuler, sedang orang yang kurus tentu ingin
meningkatkan kekuatan otot, dan daya tahan ototnya yang sekaligus akan
13
penelitian ini adalah pada peningkatan daya tahan kardiovaskuler sebagai unsur
kebugaran jasmani yang paling penting yang perlu mendapat perhatian khusus.
Cara yang paling tepat dan sempurna untuk mendapatkan kebugaran
jasmani atau meningkatkan derajat sehat dinamis adalah latihan fisik/olahraga.
Adapun latihan fisik yang baik memanfaatkan aktivitas aerobik yang melibatkan
otot-otot besar, sepertri: berlari, lompat-lompat, berenang, bersepeda dan lain-lain.
Keterbatasan sarana dan prasarana olahraga seperti lapangan yang luas, di
kota-kota semakin hari semakin memperhatinkan termasuk sarana-sarana olahraga
di sekolah-sekolah tidak banyak tersedia bahkan banyak sekolah yang tidak punya
lapangan yang cukup luas. Ini suatu kendala dan tantangan tersendiri untuk guru
pendidikan jasmani dan olahraga dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dan
olahraga.
Diperlukannya suatu metode latihan yang bisa bermanfaat terhadap
peningkatan kebugaran jasmani walaupun ada kendala dalam hal kurangnya sarana
dan prasarana olahraga yang terbatas. Dipandang perlu untuk menciptakan model
latihan yang bisa dilaksanakan ditempat yang tidak memerlukan tempat yang terlalu
luas, mudah dilakukan, murah dan bisa dilakukan secara masal.
C. Identivikasi Pertanyaan Penelitian
1. Penyajian materi pendidikan jasmani yang sesuai kurikulum, seringkali
sulit dilaksanakan. Permasalahan yang muncul adalah tidak semua sekolah
dasar memiliki sarana dan prasarana yang cukup tersedia.
2. Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani di sekolah dasar
14
sesuatu yang baru, atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada untuk
disajikan dengan cara yang lebih menarik, murah, mudah dilakukan dan
bermanfaat. Dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang dimiliki
sekolah sebagai sarana, media atau alat bantu guru menunjang
pembelajaran pendidikan jasmani.
3. Secara teoritis metode interval training dapat untuk meningkatkan
kapasitas aerobik maupun anaerobik, dan gerakan-gerakan lompat-lompat
merupakan gerak dasar yang melibatkan kelompok otot besar, sehingga
terjadi aktivitas otot-otot tubuh sebanyak lebih dari 40%, yang menjadi
salah saatu ciri olahraga aerobik sebagai bentuk latihan kesehatan, oleh
karena itu latihan lompat-lompat cocok untuk jenis latihan kebugaran
jasmani.
4. Dalam aplikasi di lapangan penggunaan metode interval training hanya
menggunakan tugas latihan lari, padahal model latihan tugas latihan lompat
segi-6 dan lompat segi-4 secara teoritis mempunyai dampak latihan yang
cukup baik terhadap peningkatan physical fitness, yaitu: kekuatan otot
tungkai, dayatahan otot tungkai, kelincahan. maupun kemampuan aerobik.
5. Ketidaktahuan guru penjas dan pelatih olahraga dalam memilih metode
interval training model tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4
dikarenakan masih jarang masyarakat yang menggunakan metode interval
training tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 disamping itu belum
15
lompat segi-6 dan lompat segi-4 terhadap perkembangan kebugaran
jasmani.
Berdasar pada pemikiran diatas peneliti ingin mengetahui secara impiris
metode interval training model tugas latihan lompat segi-6 , lompat segi-4 dan lari
200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini difokuskan pada
beberapa variabel sebagai berikut:
Tabel: 1.1. Variabel Penelitian:
Metode Tugas Latihan
Variabel Bebas Interval Training
• Lompat segi-6 • Lompat segi-4 • Lari 200
meter
Ergosistem
(Sistem Kerja) Komponen Fisik
16
4. Adakah perbedaan pengaruh metode interval training tugas latihan lompat
segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran
jasmani.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Untuk memperoleh kejelasan secara empiris pengaruh metode interval
training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter
terhadap perkembangan kebugaran jasmani melalui parameter kekuatan otot
tungkai, daya tahan otot tungkai, kelincahan dan aerobik (daya tahan
kardiovaskuler).
Tujuan Khusus :
Secara spesifik tujuan penelitian ini untuk:
1. Mengungkapkan pengaruh metode interval training dengan tugas latihan
lompat segi-6 terhadap perkembangan kebugaran jasmani.
2. Mengungkapkan pengaruh metode interval training dengan tugas latihan
lompat segi-4 terhadap perkembangan kebugaran jasmani.
3. Mengungkapkan pengaruh metode interval training dengan tugas latihan lari
200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani.
4. Mengungkapkan perbedaan pengaruh metode interval training tugas latihan
lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap perkembangan
17 F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan metode latihan kebugaran jasmani melalui pendekatan yang
menekankan pada peningkatan kualitas kebugaran jasmani (fitnees approach).
Menjadi masukan bagi peneliti dalam melaksanakan latihan kebugaran jasmani
yang efektif dan efisien, serta dijadikan khasanah kepustakaan ilmu
keolahragaan.
2. Secara Praktis.
Menjadi masukan bagi para guru, Pembina olahraga, pelatih olahraga
yang dalam tugasnya dan pekerjaannya seringkali dihadapkan pada masalah
memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan latihan kebugaran
jasmani. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pemikiran untuk
menentukan metode latihan kebugaran jasmani yang sesuai untuk digunakan.
G.Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan titik tolak pemikiran yang akan
memberikan landasan bagi keseluruhan proses penelitian. Selain itu dapat
membantu dan member arah terhadap pembuatan kesimpulan. Adapun
anggapan dasar yang menjadi landasan pengkajian penelitian ini adalah
18
a. Latihan lari dan lompat-limpat adalah suatu bentuk latihan yang mudah
dilaksanakan, tidak membutuhkan biaya mahal, dan bisa dilakukan secara
masal. Selain itu lari dan lompat-lompat merupakan gerakan dasar yang
melibatkan kelompok otot besar, sehingga terjadi aktivitas otot-otot
tubuh sebanyak lebih dari 40% yang menjadi salah satu ciri olahraga
aerobik sebagai bentuk olahraga kesehatan.
b. Interval training memberikan rangsang yang sangat tinggi kepada jantung
beserta peredarannya, paru-paru dengan sistem pernapasannya dan
organ-organ tubuh lainnya. Interval training adalah metode latihan untuk
meningkatkan daya tahan aerobik, dan daya tahan anaerobik secara
efektip.
c. Dengan menerapkan prinsip latihan seperti: prinsip individu , intensitas
latihan, durasi latihan, volume latihan dan frekwensi latihan, serta kriteria
penyusunan interval training seperti lamanya latihan, beban (intensitas)
latihan, Ulangan (repetisi) latihan, dan masa istirahat (recovery interval)
setelah setiap repetisi latihan, akan banyak berdampak efektip terhadap
perkembangan kebugaran jasmani.
d. Ditinjau dari manfaatnya metode interval training tugas latihan lompat
segi-6 , lompat segi-4 lebih unggul disbanding tugas latihan lari 200
meter, karena tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 mampu
mengembangkan kebugaran jasmani secara lebih lengkap, yaitu
disamping mampu mengembangkan aerobik dia juga mampu
19
kelincahan. Disamping itu tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4
tidak memerlukan tempat yang luas dan tidak terbebas dari situasi dan
kondisi cuaca, waktu dan tempat, karena dapat dimainkan di ruangan
tertutup jika terjadi cuaca panas atau hujan.
2. Hipotesis
Berangkat dari anggapan dasar tadi, maka penulis mengajukan
hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Ada pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-6,
terhadap perkembangan kebugaran jasmani.
2. Ada pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-4
terhadap perkembangan kebugaran jasmani.
3. Ada pengaruh metode interval training tugas latihan lari 200 meter
terhadap perkembangan kebugaran jasmani.
4. Ada perbedaan pengaruh metode interval training tugas latihan lompat
segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran
jasmani.
H. Definisi Operasional
1. Progam latihan kebugaran metode interval training dengan tugas latihan
lompat segi-6 lompat segi-4 dan lari 200 meter diartikan sebagai
bentuk/macam latihan yang digunakan mengembangkan kebugaran jasmani
melalui para meter daya tahan kardiovaskuler (aerobik), kelincahan, power
20
2. Kebugaran jasmani adalah suatu kesanggupan dan kemampuan tubuh dalam
melakukan penyelesaian atau adaptasi terhadap pembebanan fisik (dari kerja
yang dilakukan sehari-hari) tanpa timbul kelelahan yang berlebihan dan
masih memiliki cadangan energi untuk keperluan yang mendadak.
3. Daya tahan adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh
darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam
mengambil oksigen dan menyalurkan kejaringan sehingga dapat
dipergunakan pada proses metabolisme tubuh.
4. Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh/bagian
tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.
5. Power otot adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
6. Daya tahan otot adalah kemampuan atau kapasitas sekelompok otot untuk
melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu
beban dalam jangka waktu tertentu. Jadi daya tahan otot merupakan
kemampuan untuk mengatasi kelelahan otot.
7. Lompat segi-6 adalah melompat dengan dua kaki secara bersamaan pada
kotak segi-6 yang berjari-jari 20 cm dan mempunyai enam arah lompatan
dengan irama lompatan 132 kali/menit. Arah dan urutan lompatan searah
jarum jam yaitu dari sudut satu sampai sudut enam.
8. Lompat segi-4 adalah melompat pada kotak segi empat yang berukuran 20
cm dengan cara melompat buka tutup kesamping kanan kiri dan buka tutup
21
9. Lari 200 meter adalah berlari pada lintasan yang berjarak 200 meter dengan
tempo lari ( kecepatan lari) 74 detik/200 meter.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji program pembinaan kebugaran
jasmani metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4
dan lari 200 meter. Untuk mengkaji ada tidaknya pengaruh metode interval training
dengan tugas latihan tersebut di atas digunakan parameter kelincahan, daya tahan
kardiovaskuler, daya tahan otot tungkai, dan power otot tungkai.
Atas dasar tujuan tersebut, metodologi dalam penelitian ini, menggunakan
metode eksperimen.Rancangan eksperimen yang digunakan adalah pre-test post-test
control group design.
Dalam desain ini para subyek dikelompokan menjadi tiga kelompok.
Adapun pemisahan dan pemasangan subyekkemasing-masing kelompok
eksperimen adalah atas dasar test kelincahan, daya tahan kardiovaskuler, power otot
tungkai dan daya tahan otot tungkai sebelum perlakuan diberikan.
Adapun alasan pemilihan ketiga latihan ini adalah:
1. Tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 ditinjau dari gerakannya:
mudah dilakukan, murah, sederhana, aman dan tidak membutuhkan tempat
yang luas, tidak terikat waktu dan tempat. Oleh karenanya, lompat segi-6 dan
lompat segi-4 cocok untuk olahraga kesehatan.
2. Ditinjau dari manfaatnya, latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4
sekaligus seperti: daya tahan kardiovaskuler, kelincahan, power otot tungkai,
daya tahan otot tungkai, serta keseimbangan secara serempak.
3. Tugas latihan lari 200 meter ditinjau dari gerakannya: mudah dilakukan,
murah, sederhana, aman, sehingga latihan ini cocok untuk olahraga kesehatan.
Sedangkan manfaatnya latihan lari 200 meter dalam program latihan interval
bagus unbtuk mengrembangkan kemampuan aerobik, yang merupakan dasar
indicator kebugaran jasmani.
Selanjutnya perlakuandiberikan selama 8 minggu dengan frekwensi
perminggu sebanyak 3 kali. Rancangan penelitiannya dapat dilihat pada table 3.1 di
bawah ini:
Tabel:3.1. Rancangan Penelitian
Kelompok Pre-test Treatment Post-test
A T1 X1 T2
B T1 X2 T2
C T1 X3 T2
Keterangan:
X1= Interval training tugas latihan lompat segi-6 X2= Interval training tugas latihan lompat segi-4 X3= Interval training tugas latihan lari 200 meter
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan uji coba instrument dan program latihan pembinaan
kebugaran jasmani metode interval training dengan tugas latihan lompat
2. Menyiapkan dan menentukan populasi dan sampel penelitian.
3. Uji coba perlakuan (treatment).
4. Mengumpulkan data awal (pre-test).
5. Memisahkan subyek penelitian ke masing-masing kelompok dengan cara
random.
6. Membagi treatment ke masing-masing kelompok dengan cara random.
7. Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kellompok
eksperiment selama delapan minggu dengan frekwensi perminggu tiga kali.
8. Mengambil data akhir (post-test).
9. Menganalisis data akhir dengan statistik analisis uji-t dan anava.
10.Menyajikan hasil penelitian dan menyimpulkan.
B. Pemograman Latihan Eksperimen
1.Prosedur pemograman tugas latihan dilakukan sebagai berikut:
1.1.Tugas latihan lompat segi-6
Prosedurnya sebagai berikut:
1.1.1. Besar beban
Besar beban (besarnya ukuran jari-jari segi-6) diambil sepertiga
rata-rata kemampuan maksimal lompat jauh tanpa awalan siswa (subyek),
yang dalam hal ini jari-jari segi-6 sebesar 20 cm.
1.1.2.Frekwensi
Frekwensi (irama lompatan) diambil rata-rata kemampuan
dengan siswa), yang dalam hal ini jumlah irama berkecepatan 132
kali/menit.
1.1.3.Dosis maksimal
Dosis maksimal adalah durasi maksimal individu siswa dalam
melakukan tugas latihan.
Keterangan:
Dosis maksimal ditentukan sebagai berikut:
Dosis = intensitas x waktu
Intensitas = beban xfrekwensi waktu
Jadi dosis = beban xfrekwensi/waktu x waktu
Karena beban dan frekwensi sudah ditentukan (merupakan faktor
tetap) sedangkan yang berubah adalah waktu, maka dosis maksimal
disini adalah waktu maksimal.
1.1.4.Dosis latihan.
Dosis latihan sebagai olahraga kesehatan adalah prosentase sebesar
70%-80% dari dosis maksimal (70%-80% x waktu maksimal).
1.2. Tugas latihan lompat segi-4.
Prosedurnya sebagai berikut:
1.2.1.Besar beban.
Besar beban (besarnya ukuran luas segi empat diambil sepertiga
rata-rata kemampuan lompat jauh tanpa awalan siswa, yang dalam hal ini
1.2.2.Frekwensi.
Frekwensi (irama lompat) diambil dari rata-rata kemampuan
maksimal siswa mengikuti irama lompat (irama yang paling sesuai
dengan siswa), yang dalam hal ini jumalh irama lompat sebesar 132
kali/menit.
1.2.3.Dosis maksimal.
Dosis maksimal adalah durasi maksimal individu siswa dalam
melakukan tugas latihan.
Keterangan:
Dosis maksimal ditentukan sebagai berikut:
Dosis = intensitas X waktu
Intensitas = beban X frekwensi/waktu.
Jadi dosis = beban X frekwensi/waktu X waktu.
Karena beban dan frekwensi sudah ditentukan (merupakan faktopr
tetap) sedangkan yang berubah adalah waktu (merupakan faktor
tidak tetap), maka dosis maksimal disini adalah waktu maksimal.
1.2.4.Dosis latihan.
Dosis latihan sebagai olahraga kesehatan adalah prosentase sebesar
70%-80% dari dosis maksimal (70%-80% X waktu maksimal).
1.3. Tugas latihan lari 200 meter.
Prosedurnya sebagai berikut:
Besarnya beban ( jarak lari) diambil dari sepertiga tes lari 600 meter
(tes daya tahan kardiovaskuler SD), yang dalam hal ini berjarak 200
meter.
1.3.2.Frekwensi
Frekwensi sesuai pola langkah pada lari maksimal masing-masing
siswa.
1.3.3.Dosis maksimal
Dosis maksimal adalah kemampuan maksimal individu dalam
memacu kecepatan lari 200 meter dalam satuan waktu.
1.3.4.Dosis latihan
Dosis latihan bagi olahraga kesehatan diambil dari prosentase
sebesar 70%-80% dari waktu malksimal (70%-80% X kecepatan
maksimal lari 200 meter).
Contoh perhitungan:
Jika si A, kemampuan maksimal dari tugas latihan lompat segi-6
selama 120 detik maka dosis latihannya adalah:
70%-nya adalah 0,7 X120 detik = 84 detik.
80%-nya adalah 0,8 X 120 detik = 96 detik.
Jadi dosis latihan si A, untuk lompat segi-6 adalah 84 – 96 detik
setiap dosis latihan (setiap repetisi).
Jika si C, kemampuan maksimal dari kecepatan lari 200 meter
sebesar 60 detik maka dosis latihannya adalah:
80%-nya adalah 100/80 X 60 detik = 75 detik
Jadi dosis latihan si C, untuk lari 200 meter pace larinya adalah
85.71detik – 75 detik setiap dosis latihan (setiap repitisi).
2. Durasi Latihan
Durasi latihan ditentukan sebesar minimal 20 menit sesuai kriteria olahraga
kesehatan yang adekuat untuk pembinaan kebugaran jasmani.
Keterangan:
- Dosis latihan = volume latihan
- Dosis per kali = 1 repetisi
- Dosis per hari = jumlah repetisi per hari
- Dosis perminggu = jumlah repetisi per minggu
- Satu dosis interval = satuan waktu yang meliputi waktu aktif berlatih
ditambah waktu istirahat (satu repetisi).
- Durasi satu dosis interval (1 repetisi) = kurang lebih 2 menit, yang
terdiri 1 menit interval kerja 1 menit interval istirahat jadi durasi latihan
perkali latihan (per hari) sebesar 20 menit memerlukan 10 repetisi.
3. Frekwensi Latihan
Frekwensi latihan ditentukan 3 kali per minggu.
C. Program Latihan Eksperimen. Kelompok A
Intensitas Dosis
Pelaksanaan Tugas Latihan Lompat segi-6
Subyek pertama-tama berdiri tegak di titik pusat segi-6, selanjutnya
melakukan gerakan melompat keluar lingkaran segi enam kemudian kembali lagi
ketitik puat segi enam. Arah dan urutan lompatan searah jarum jam sesuai dengan
arah dan urutan lompat, yaitu dari nomor 1 sampai nomor 6, setelah sampai nomor
6 kembali lagi kearah lompat nomor 1. Demikian dan seterusnya gerakan itu
diulang-ulang dengan kecepatan irama lompat 132 kali/menit. Kecepatan irama
menggunakan metronom lihat gambar:3.1.
Kelompok B
Metode Interval Tugas Latihan Lompat Segi-4
Intensitas Dosis
Pelaksanaan tugas latihan lopat seg-4
Subyek pertama-tama berdiri tegak di dalam lingkaran segi empat. Selanjutnya
melakukan gerakan melompat buka-tutup ke samping kanan dan kiri. Setelah itu
melakukan gerakan melompat kedepan-belakang. Demikian seterusnya gerakan itu
dilakukan dan diulang-ulang dengan kecepatan irama lompat 132 kali/menit. Lihat
gambar: 3.2
Alasan pemilihan lompat segi-6 dan segi-4 adalah:
1. Gerakan lompat segi-6 dan segi-4 melibatkan 2/3 anggota tubuh sebagai
syarat olahraga kebugaran.
2. Mudah dilakukan.
3. Gerakannya bisa mengembangka keseimbangan, kelincahan, kekuan dan
daya tahan otot tungkai.
Kelompok C
Metode Interval Tugas Latihan Lari 200 Meter
Intensitas Dosis
Pelaksanaan tugas latihan lari 200 meter:
1. Subyek berdiri di garis start.
2. Aba-aba Bersedia - Siap – Ya.. Pada saat aba-aba Ya subyek berlari
menempuh jarak 200 meter.
3. Kecepatan lari maksimal 90 detik sudah harus masuk kegaris finis.
4. Istirahat 90 detik dengan cara berjalan atau jogging dan sudah harus siap
5. Setelah istirahat 90 detik, berikutnya subyek melakukan lari lagi sampai
beberapa pengulangan yang telah di program 10-15 pengulagan. Lihat
gambar:3.3.
Gambar 3.3. Lari 200 Meter
Alasan memilih tugas latihan lari 200 meter:
1. Gerakannya melibatkan 2/3 anggota tubuh sebagai syarat olahraga
kesehatan.
2. Gerakannya mudah dilakukan.
3. Memberikan keleluasaan dan kebebasan gerak secara maksimal.
4. Memudahkan dalam pengamatan latihan.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri
Bakalan I dan II Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Pengambilan sampel
yang digunakan adalah dengan teknik sampling bertujuan, yaitu dengan mengambil
E.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk
mengukur kelincahan menggunakan test Shuttle-Run (4 x 10 m), mengukur daya
tahan kardiovaskuler menggunakan test lari 1.069 km, mengukur power otot
tungkai menggunakan tes Vertical-Jumps dan mengukur daya tahan otot tungkai
menggunakan test Squat-Jumps.
Pelaksanaa Test:
1.Vertical-Jumps.
a. Tujuan mengukur power otot tungkai.
b. Perlengkapan:
1) Papan berskala
2) Penghapus papan tulis
3) Serbuk kapur.
4) Alat tulis
c. Pelaksanaan:
1).Sikap permulaan:
a) Terlebih sdahulu ujung jari peserta diolesi dengan serbuk kapur.
b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada di
samping kiri atau kananya. Kemudian tangan yang dekat dinding diangkat
lurus ke atas dan telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga
2).Gerakan:
a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua
lengan diayun ke belakang. Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin
sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan
bekas.
b) Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut.
d. Petugas tes:
Pengamat dan pencatat hasil.
e. Pencatatan hasil:
1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak.
2) Ketiga selisih raihan dicatat dan diambil yang terbaik.
2.Squat-Jumps:
a. Tujuan :
Mengukur daya tahan otot tungkai.
b. Perelengkapan:
bidang datar.
c. Pelaksanaan:
Tester berada pada sikap setengah jongkok dengan salah satu kakinya
berada di depan, sedangkan kedua tangan saling berkaitan dibelakang kepala,
pandangan ke depan. Tester melompat ke atas sehingga kedua tungkai lurus,
lalu mendarat dengan berganti kaki ke depan dan ke belakang, dengan posisi
kaki bergantian, sampai tester tak dapat melompat lagi secara sempurna
seperti ketentuan tersebut di atas.
d. Pencatatan hasil:
Jumlah lompatan yang sempurna.
e. Petugas tes:
Pengamat dan pencatat hasil.
3. Shuttle-Run 4 x 10 meter:
a. Tujuan:
Mengukur kelincahan dan koordinasi.
b. Perlengkapan:
1) Stop Watch.
2) Bidang datar selebar maksimal 15 meter.
c. Pelaksanaan:
Tester berdiri di belakang garis start, dengan salah satu kaki diletakan di
depan. Pada aba-aba “ya” diberikan, tester dengan segera dan secepat
mungkin lari kedepan garis akhir dan menyentuh garis tersebut, kemudian
kembali lagi dan segera lari.Demikian seterusnya dilakukan dengan lari
sebanyak 6 x 10 meter. Tester diberi kesempatan melakukan test tersebut
sebanyak 2 kali.
d. Pencatatan hasil.
Waktu terbaik dari dua kali kesempatan. Yang dicatat sampai 1/10 detik.
e. Petugas tes.
2) Pencatat hasil.
4.Tes lari 1.069 km.
a. Tujuan:
Mengukur daya tahan kardiovaskuler.
b. Perlengkapan:
1) Lintasan lari berjarak 1.069 km.
2) Stop watch
3) Bendera start.
4) Peluit.
5) Tiang pancang.
6) Nomor dada.
7) Formulir test.
8) Alat tulis.
c. Petugas test:
1) Juri keberangkatan.
2) Pengukur waktu.
3) Pencatat hasil.
d. Pelaksanaan:
1) Sikap permulaan’
Peserta berdiri di belakang garis start.
a) Pada aba-aba “siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap
untuk lari.
b) Pada aba-aba “ya” peserta lari menuju garis finis, menempuh
jarak 1.069 km.
e. Pencatatan hasil.
1) Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diankat sampai pelari
tepat melintas garis finis.
2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk
menempuh jarak 1.069 km. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik.
F.Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan test, yaitu: test
Vertical-Jumps untuk mengukur power otot tungkai, test Squat-Jumps untuk
mengukur daya taha otot tungkai, test Shuttle-Run 4 x 10 meter untuk mengukur
kelincahan dan test lari 1.069 km untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler.
Tes ini dilakukan sebanyak 2 kali, pertama sebelum diberikan perlakuan
yangbertujuan untuk mengetahui kemampuan awal. Test kedua dilakukan setelah
diberikan perlakuan, yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari pengaruh
program latihan yang diberikan.
G.Analisis Data
Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengkaji ada
lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap peningkatan kelincahan, daya tahan
otot tungkai, power otot tungkai dan daya tahan kardiovaskuler, maka dalam
menganalisis data menggunakan statistik inferensial yang berupa uji beda mean
dari (pre-test dan post-test). Dengan pertimbangan jenis data, maka analisis data
yang digunakan adalah uji-t dan anava. Analisis data menggunakan komputer
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Berdasarkan deskrepsi, analisis hasil latihan, serta pembahasan yang telah
dilakukan pada bagian terdahulu, selanjutnya dikemukakan rumusan kesimpulan,
implikasi dan rekomendasi dan saran kepada pihak yang terkait pada bidang kajian
pendidikan jasmani.
A. Kesimpulan
Atas dasar perhitungan data, interprestasi dan pembahasan, dapat
disimpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Program latihan kebugaran jasmani metode interval training tugas latihan
lompat segi-6 mempunyai pengaruh positip terhadap perkembangan
kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler,
kelincahan, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai.
2. Program latihan kebugaran jasmani metode interval training tugas latihan
lompat segi-4 mempunyai pengaruh positip terhadap perkembangan
kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler,
kelincahan, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai.
3. Program latihan kebugaran jasmani metode interval training tugas latihan
lari 200 meter mempunyai pengaruh positip terhadap perkembangan
kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler,
4. Perbandingan pengaruh latihan antara program latihan kebugaran jasmani
metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari
200 meter tidak ada perbedaan yang nyata terhadap perkembangan
kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler,
kelincahan, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai.
5. Ditinjau dari analisis diagram presentasi peningkatan hasil latihan
perkembangan kebugaran jasmani anak SD pada kelompok B (tugas
latihan lompat segi-4) lebih baik dari kelompok A (tugas latihan lompat
segi-6) dan kelompok C (tugas latihan lari 200 meter).
6. Ditinjau dari analisis presentasi antara peningkatan hasil latihan
perkomponen kebugaran jasmani yang paling baik peningkatannya adalah
daya tahan otot tungkai, diikuti power otot tungkai, daya tahan
kardiovaskuler dan kelincahan.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dirumuskan dalam
kesimpulan tadi, implikasi hasil penelitian ini dapat:
1. Memberi sumbangan terhadap pemberdayaan pembelajaran pendidikan
jasmani di SD yang mengacu pada perkembangan kebugaran jasmani.
2. Dapat dijadikan masukan bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga
untuk lebihb produktif, kreatif dan selektif dalam memilih suatu metode
latihan kebugaran jasmani untuk mencapai tujuan kebugaran jasmani secara
menggunakan metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat
segi-4 atau lari 200 meter. Metode interval training ini cukup baik dalam
program pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani anak SD.
C. Rekomendasi dan Saran
Penelitian ini dilaksanakan dilapangan terbuka dengan kondisi
lingkungan dan tempat latihan yang terbatas, tidak menutup kemungkinan
memiliki beberapa kelemahan dan kekurangannya.Disamping faktor eksternal,
faktor internal seperti faktor gizi, bakat, intelegensi, struktur dan fungsional
fisik, pengalaman gerak dan motivasi untuk latihan.Beberapa faktor tersebut
cukup menarik untuk diteliti lebih cermat lagi, terutama dalam konteks
pengembangan kebugaran jasmani.
Karena itu penulis merekomendasikan kepada: (a). pihak peneliti yang
akan dating diharapkan munculnya beberapa penelitian lanjutan yang hamper
sama dengan masalah ini atau yang ada kaitannyadengan isi,metode latihan dan
evaluasi kebugaran jasmani, baik tingkat Pendidikan Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Atas (SLTA), Pendidikan Tinggi
(PT) dan bahkan masyarakat umum. Dalam penelitian ini digunakan subyek
penelitian siswa Sekolah Dasar (SD) dengan usia rata-rata antara 10-12 tahun
putra dan putri, karena itu penelitian lanjutan dengan karakteristik jenjang
pendidikan yang berbeda merupakan suatu masalah yang menarik dan layak
untuk diteliti oleh pihak yang peduli dengan permasalahan yang sama, (b)
kesehatan seperti: FPOK (Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan), FIK
(Fakultas Ilmu Olahraga dan sanggar-sanggar kebugaran jasmani, patut juga
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Arma. 1994. Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta. P2LPTK. Dirjen Dikti.
Ateng, Abdulkadir. 1993. Pendidikan Jasmani di Indonesia. Jakarta. FPOK IKIP Jakarta.
Bompa, Tudor, O. 1986. Theory and Methodology of Training.Toronto: Kendall/Hunt Publishing Company.
Depdikbud.2003. Kurikulum Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.
Depdikbud. 1987. SK Mendikbud 04/3/0/1987. Tentang Perubahan Nama Pendidikan dan Kesehatan menjadi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.
Fox, Edward, L. 1984. Sport Physiology. Philadelphia: Saunders. College Publishing.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: P2LPTK. Depdikbud.
Hasan, Said. 1972. Manusia Energik dan Produktif adalah Modal Utama Bagi Pembangunan. Jakarta. Dirjen Pemuda dan Olahraga.Depdikbud.
Harrow, Anita, J. 1972. A Taxonomy of The Psychomotor Domain: A Guide for Developing Behavioral Objectives. New York: Longman Inc.
Hoywood, Kathleen. M. 1986. Life Span Motor Development. Linois: Human Kinetics. Inc.
Iskandar dkk. 1999. “Panduan teknis: Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani untuk Anak Usia Sekolah”. Seminar dan Widiakarya Nasional Olahraga dan Kesegaran Jasmani. Jakarta. September. 1999.
Kirkendal, Don R, Joseph J, Guber, & Robert E, Johnso. 1980. Measurement and Evaluation for Physical Educations. Dubugua. Lowa: Wm.C. Brown Company.
Nurhasan. 1983. Tes dan Pengukuran. Bandung. FPOK IKIP Bandung.
Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 1996.
88
Santosa Giriwijoyo. 1992. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK IKIP Bandung.
Santosa Giriwijoyo. 1984. Ilmu Faal Olahraga Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat. Bandung. FPOK IKIP Bandung.
Santosa Giriwijoyo & Dikdik Zafar Sidik. 2010. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. Jurusan Kepelatihan FPOK UPI.
Sajoto.Muhamad.1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga.Jakarta Depdikbud P2LPTK.
Sigit Maryono. 1980. Peran Kinisiologi Terapan Dalam Pembangunan Olahraga. Jakarta. PIO KONI Pusat.
Suhendro, Bambang. 1990.Pengaruh Inteval dengan Istirahat Aktif dan Istirahat Pasif pada Latihan Sirkuit Terhadap Daya Ledak dan Daya Tahan Anaerobik. Tesis. Surabaya. Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.
Hartoyo. 1992. Pengaruh Latihan Skipping Rope Terhadap Peningkatan Eksplosive Power dan VO2-max. Malang.Puslit IKIP Malang.
Roesdiyanto. 1995. “Pengaruh Latihan Lari Cepat Interval Istirahat Aktif Terus Menerus dan Interval Istirahat Aktif Berkala Terhadap Daya Alaktat Anaerobik serta Kapasitas Laktat Anaerobik”. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga.
Rushall BS. FS Pyke. 1990. Training For Sport and Fitness. Melbourne; McbMillan Co
Roesdiyanto dkk. 2010. Penjaskes SMP. Malang. Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15.Universitas Negeri Malang.
Roesdiyanto. 2011. Pendidikan Jasmani Berbasis Kecerdasan Majemuk Untuk Pendidikan Anak Usia Dini.Malang. Lembaga Penelitian UM.
Rusli Lutan. 1997. StrategiPembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdikbud RI.
89
Wasis Djoko Dwiyogo. 1990. Pengetahuan Kesegaran Jasmani: Malang. POK.IKIP Malang.
Wasis dkk. 2010 Penjaskes SD. Malang. Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15..Universitas Negeri Malang.
Winarno. 1997. “Strategi MeningkatkanEfektivitas Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah”. Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung, 22-23 September. 1997.