PENGGUNAAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
BILANGAN PECAHAN SEDERHANA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Siti Karimah NIM. 0902884
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
2013
PENGGUNAAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
Oleh
Siti Karimah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
© Siti Karimah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SITI KARIMAH (0902884)
PENGGUNAAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing 1
Dr. H. Babang Robandi, M. Pd NIP. 19610814 198603 1001
Pembimbing II
ABSTRAK
Siti Karimah. (0902884). Penggunaan Puzzle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Pecahan Sederhana (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perencanaan, pelaksanaan serta perubahan hasil belajar siswa pada materi bilangan pecahan sederhana setelah menggunakan media puzzle saat proses pembelajaran. Media puzzle merupakan media yang membantu peneliti untuk mengkonkretkan bilangan pecahan dalam bentuk gambar, karena permasalahan terjadi pada proses pembelajaran siswa yang kurang menggunakan media konkret sehingga hal tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa yang sangat kurang. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga subjek penelitian terbatas pada siswa kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, sebanyak 31 orang. Teknik pengolahan data pada penelitian ini dengan cara menghitung rata-rata kelas, ketuntasan belajar siswa, gain serta gain yang dinormalisasikan. Proses penghitungan data tersebut menggunakan program MS. Excel 2010. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh simpulan, yaitu: (1) Perencanaan pada penelitian ini dirancang dengan sumber dari hasil analisis dan refleksi peneliti akan pembelajaran-pembelajaran sebelumnya, sehingga kualitas perencanaan menjadi semakin baik dari setiap siklusnya. Sejalan dengan itu, pelaksanaan pun menjadi semakin terkoordinir dengan baik, sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang semakin meningkat pula. Dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang baik ialah perencanaan yang sebelumnya diadakan refleksi terlebih dahulu, sehingga guru dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya. (2) penggunaan media puzzle pada pembelajaran bilangan pecahan sederhana memberikan pengaruh positif pada pelaksanaan proses pembelajaran. Pembelajaran bilangan pecahan dengan menggunakan media
puzzle memudahkan siswa untuk memahami bilangan pecahan sederhana terutama
tindakan-tindakan yang lebih baik guna memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas dengan metode yang lebih luas juga agar dapat digeneralisasikan.
Kata kunci: Media puzzle, Hasil belajar, bilangan pecahan sederhana.
ABSTRACT
Siti Karimah. (0902884). The use of Puzzle to improve student learning outcome
on simple matter fraction (Research Action Class on 3rd Grade in SD Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat).
DAFTAR ISI
3. Pembelajaran Matematika di SD ... 13
4. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 15
B. Materi Bilangan Pecahan ... 16
1. Definisi Bilangan Pecahan ... 16
2. Jenis-Jenis Bilangan Pecahan ... 17
C. Media Pembelajaran ... 18
1. Konsep Media Pembelajaran ... 18
2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 20
1. Konsep Media Puzzle ... 21
2. Jenis-Jenis Media Puzzle ... 23
3. Kelebihan dan Kekurangan Media Puzzle ... 24
4. Media Puzzle dalam Penelitian ... 24
E. Hasil Belajar ... 28
1. Konsep Hasil Belajar ... 28
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 28
3. Penelitian yang Relevan ... 30
F. Analisis dan Interpretasi Data ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Hasil Penelitian ... 59
1. Deskripsi Awal Penelitian ... 59
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 ... 60
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 ... 75
4. Deskripsi Pelaksanaan siklus 3 ... 88
RIWAYAT HIDUP ... 301
DAFTAR TABEL 3.1 Tata Cara Penggunaan Puzzle Multifungsi ... 26
3.1 Kriteria Validitas Item Tes ... 43
3.2 Rekapan Validitas Item Tes Siklus 1 ... 44
3.3 Rekapan Validitas Item Tes Siklus 2 ... 44
3.4 Rekapan Validitas Item Tes Siklus 3 ... 45
3.5 Kriteria Reliabilitas Item Tes ... 46
3.6 Rekapan Hasil Reliabilitas Item Tes Siklus 1 ... 46
3.7 Rekapan Hasil Reliabilitas Item Tes Siklus 2 ... 47
3.8 Rekapan Hasil Reliabilitas Item Tes Siklus 3 ... 47
3.9 Kriteria Daya Pembeda Item Tes ... 48
3.10 Rekapan Hasil Daya Pembeda Item Tes Siklus 1 ... 49
3.11 Rekapan Hasil Daya Pembeda Item Tes Siklus 2 ... 49
3.12 Rekapan Hasil Daya Pembeda Item Tes Siklus 3 ... 50
3.13 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 51
3.14 Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 1 ... 51
3.15 Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 2 ... 52
3.16 Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 3 ... 52
3.17 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 1 ... 53
3.18 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 2 ... 53
3.19 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 3 ... 54
3.20 Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi ... 58
4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus 1 ... 66
4.2 Hasil Penggunaan Media Puzzle pada Siklus 1 ... 68
4.3 Refleksi terhadap Aktivitas Pembelajaran Siklus 1 ... 70
4.4 Perolehan Skor Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus 1 ... 73
4.5 Soal-Soal yang Dijawab salah oleh Siswa ... 74
4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus 2 ... 81
4.7 Hasil Penggunaan Media Puzzle pada Siklus 2 ... 83
4.9 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 ... 87
5.0 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus 3 ... 93
5.1 Hasil Penggunaan Media Puzzle pada Siklus 3 ... 95
5.2 Hasil Angket Siswa ... 97
5.3 Refleksi terhadap Aktivitas Pembelajaran Siklus 3 ... 98
5.4 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa Siklus 2 dan Siklus 3 ... 100
DAFTAR GAMBAR
2.1 Media Puzzle Multifungsi ... 25
2.2 Model Siklus PTK Kemmis dan Taggart ... 33
4.1 Pekerjaan Siswa yang Mengalami Kesulitan pada Soal No. 5 dan 6 ... 75
4.2 Pekerjaan Siswa yang Mengalami Kesulitan pada Soal No. 5 ... 88
4.3 Pekerjaan Siswa yang Mengalami Kesulitan pada Soal No. 6 ... 101
4.4 Grafik Perolehan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa ... 102
4.5 Grafik Perolehan Ketuntasan Belajar Siswa ... 103
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ... 124
A.1 Surat-Surat ... 125
A.2 Kisi-Kisi Instrumen ... 130
A.3 Hasil Uji Instrumen ... 145
A.3.a Uji Validitas dan Reliabilitas ... 145
A.3.b Uji Indeks Kesukaran ... 160
A.3.c Uji Daya Pembeda ... 164
A.4 Kegiatan Bimbingan Penyusunan Skripsi ... 170
A.5 Instrumen Pembelajaran ... 172
A.5.a Rencana Program Pembelajaran (RPP) ... 172
A.6 Instrumen Pengumpul Data ... 209
A.6.a Soal-Soal Tes siklus ... 209
A.6.b Format Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 216
A.6.c Format Observasi Media ... 218
A.6.d Format Observasi Keterlaksanaan RPP ... 220
A.6.e Format Angket Siswa ... 221
B.3.b Penggunaan Media Puzzle ... 269
B.3.c Keterlaksanaan RPP ... 281
C.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 291
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kurikulum terdapat beberapa mata pelajaran sebagai kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa. Pada jenjang Sekolah Dasar terdapat lima
mata pelajaran pokok yang harus dikuasai, salah satunya yaitu mata pelajaran
matematika. Pada Lampiran 1 Permendiknas No. 22/2006 (Depdiknas,
2009:117) terungkapkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Pembelajaran matematika mempunyai manfaat umum yakni agar siswa
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah-ubah, tidak
pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2009:117). Dalam kehidupan ini manusia
akan berusaha untuk bertahan hidup, melawan jaman yang dinamis, terus
berubah, sehingga dunia bak kompetisi hidup, hanya manusia yang mampu
beradaptasi dengan perubahan yang bisa berkembang. Menghadapi hal
tersebut tentu manusia perlu berpikir secara logis dan kritis untuk
menganalisis kehidupan ini, karena tidak semua perubahan yang ada itu
berdampak positif. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama (Depdiknas, 2009:117).
Dalam Kurikulum 2006 terungkap hal terpenting dalam mata pelajaran
matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan mereka.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mepelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
(Depdiknas, 2009)
Melihat betapa pentingnya nilai guna mempelajari matematika dalam
kehidupan bermasyarakat, pendidik pun tergerak untuk menciptakan suatu
inovasi yang dapat memberi sugesti positif pada peserta didik terhadap mata
pelajaran matematika. Inovasi-inovasi itu terlihat pada saat proses
pembelajaran berlangsung, baik metode, model maupun media yang
digunakannya.
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI hanya meliputi
tiga aspek, yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.
Di antara ketiga aspek tersebut, terdapat aspek bilangan dimana salah satu
pokok bahasannya yaitu bilangan pecahan. Materi bilangan pecahan pertama
kali diperkenalkan di kelas III. Materi ini hanya mengenal, membandingkan
dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan
sederhana. Meski masih pada tahap pengenalan dan pemahaman konsep
secara sederhana namun, pada seusianya siswa masih mengalami kesulitan.
Untuk mencapai pemahaman siswa dalam pengenalan ini tidaklah terlalu
sulit, jikalau dapat mengilustrasikan sesuai dengan tingkat pemahaman dan
3
sampai 11 tahun anak berada pada tahap operasi konkret, dimana cara
berpikirnya belum dapat memahami yang abstrak. Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran di kelas terutama di kelas rendah lebih baik memakai media
agar pembelajaran menjadi lebih konkret.
Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas III SDN Pasirwangi
Kecamatan Lembang ini terdapat pada mata pelajaran matematika materi
pokok bilangan pecahan sederhana. Berdasarkan analisis peneliti terhadap
hasil tes awal yang telah dilakukan, hasilnya mengindikasikan para siswa
tersebut mengalami kesulitan dalam memahami bilangan pecahan sederhana
berbentuk gambar. Lebih dari 50% siswa mengalami kesalahan pada soal
yang menuntut siswa untuk mengubah gambar bilangan pecahan ke dalam
bentuk lambang bilangan pecahan begitupun sebaliknya yakni mengubah
lambang bilangan pecahan ke dalam bentuk gambar bilangan pecahan. Hal
tersebut berimbas pada hasil belajar siswa, dimana 87% hasil belajar siswa
berada di bawah KKM.
Untuk mencari penyebab mengapa permasalahan tersebut bisa muncul di
lapangan, peneliti melakukan observasi serta wawancara secara langsung
kepada orang-orang yang terlibat dengan pembelajaran bilangan pecahan
sederhana saat itu yakni guru dan siswa kelas III. Dari hasil observasi dan
wawancara, penyebab permasalahan pembelajaran pada materi bilangan
pecahan sederhana di kelas III adalah kurang menekankannya penggunaan
media dalam pembelajaran terutama pada materi pokok bilangan pecahan
sederhana. Siswa hanya mengenal bilangan pecahan dalam bentuk lambang
bilangan pecahan saja, sehingga ketika lambang bilangan pecahan itu
dikemas secara berbeda yakni berupa gambar siswa kurang memahaminya.
Jika kondisi ini terus berlangsung, pembelajaran akan menjadi monoton
dan kurang bermakna bagi siswa karena pembelajaran bilangan pecahan
hanya mempelajari lambang-lambang bilangan saja tanpa mengetahui
di kehidupan sehari-hari pengimplementasiannya mayoritas tidak hanya
berbentuk lambang bilangan saja. Pada kasus ini guru sebaiknya melakukan
upaya perbaikan sehingga pemahaman siswa tentang bilangan pecahan yang
diharapkan dapat tercapai. Salah satu upaya yang dapat guru lakukan untuk
memperbaiki pembelajaran yaitu dengan cara mempelajari dan memilih
pendekatan atau metode dan alat peraga atau media yang baik, tepat dan
bervariasi agar dapat memotivasi siswa dalam belajar dan melakukan
pembelajaran yang bermakna sehingga pemahaman siswa dalam
pembelajaran matematika tentang bilangan pecahan sederhana akan
meningkat.
Salah satu alternatif media yang dapat digunakan dalam pembelajaran
bilangan pecahan sederhana ini adalah puzzle. Dalam penelitian ini akan
mencoba menggunakan puzzle yang dirancang dan dirakit oleh peneliti
sendiri. Games puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya
kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya
motivasi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun tetap
menyenangkan sebab bisa di ulang-ulang (Syukron, 2011). Hal ini serupa
dengan pendapat Epeni (2012) bahwa puzzle merupakan alat permainan
edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang
dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan
pasangannya.
Puzzle yang akan peneliti rakit ini bernama Puzzle Multifungsi. Puzzle
Multifungsi adalah suatu media belajar berupa gambar dan warna yang
memiliki multifungsi yakni dapat membentuk sebuah gambar seri juga dapat
membentuk satu warna. Melihat masalah yang ditemukan di lapangan
terdapat pada kelas rendah yakni kelas III, dimana RPP yang dilaksanakan
berbentuk tematik, maka Puzzle Multifungsi ini juga dapat digunakan secara
tematis pada mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia. Maka dari itu,
5
pengunaan media puzzle dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
akan dilakukan penelitian dengan topik “Penggunaan Puzzle untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Pecahan
Sederhana”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, secara
umum permasalahan yang akan diteliti adalah “bagaimana penggunaan puzzle agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di SDN Pasirwangi
Lembang pada materi bilangan pecahan sederhana?”
Masalah tersebut dijabarkan ke dalam rumusan masalah yang lebih khusus
yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan puzzle pada
materi bilangan pecahan sederhana?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan puzzle pada
materi bilangan pecahan sederhana?
3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan puzzle pada materi
bilangan pecahan sederhana?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan penggunaan
puzzle pada materi bilangan pecahan sederhana agar dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III di SDN Pasirwangi Lembang sebagai upaya
perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. Adapun tujuan khusus dari
1. Mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan puzzle
pada materi bilangan pecahan sederhana.
2. Mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran yang mencakup aktivitas
siswa dan guru pada pembelajaran materi bilangan pecahan sederhana
menggunakan puzzle.
3. Mengetahui hasil belajar siswa pada materi bilangan pecahan sederhana
setelah menggunakan puzzle.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil melalui penelitian tindakan kelas ini
diantaranya adalah :
1. Bagi Siswa
a. Siswa dapat memahami konsep materi bilangan pecahan dengan
suasana yang tidak monoton, konkret dan menyenangkan karena
menggunakan media yang tidak asing bagi siswa.
b. Siswa mengalami pembelajaran dengan mempergunakan puzzle yang
dapat siswa gunakan langsung, dalam hal ini melibatkan siswa secara
langsung sehingga dapat menghilangkan kejenuhan dalam belajar.
2. Bagi Guru
a. Memberikan suatu alternatif model pembelajaran dengan
mempergunakan media pembelajaran yang dapat diterapkan pada
pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika berikutnya.
b. Memberikan gambaran tentang penggunaan puzzle dalam
pembelajaran bilangan pecahan sederhana.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sedikit sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah akan
7
dan peningkatan proses pembelajaran dengan diterapkannya
pembelajaran mempergunakan puzzle khususnya dalam pembelajaran
matematika.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan ini diambil untuk memberi jawaban sementara pada
rumusan masalah adalah sebagai berikut :
“Jika digunakan puzzle dalam pembelajaran materi bilangan pecahan sederhana di kelas III SDN Pasirwangi, maka hasil belajar siswa dapat
meningkat.”
F. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Puzzle
Puzzle merupakan suatu media belajar dengan menggunakan teknik
permainan teka-teki yang mengasah otak dan dapat dibongkar pasang.
Puzzle terdiri dari papan dan beberapa kepingan dimana
kepingan-kepingan tersebut jika disusun hingga menutupi bagian papan yang
sedikit menjorok ke dalam akan membentuk satu wajah. Dalam
pembelajaran bilangan pecahan di penelitian ini, puzzle dapat
mengembangkan pemahaman siswa tentang pembagian suatu benda
menjadi beberapa pecahan sesuai dengan instruksi yang diberikan serta
mengasah ketelitian siswa dalam menyusun kepingan-kepingan puzzle
yang cocok dengan bentuk papannya.
2. Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai ; a, b
dengan bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan
; a, b I ; a, b 0, b 1, FPB (a,b) = 1 dan a b.
3. Hasil Belajar
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal bilangan pecahan
sederhana setelah memperoleh pembelajaran materi pokok bilangan
pecahan dengan menggunakan puzzle. Kemampuan ini ditunjukkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka
pemecahan suatu permasalahan. Jadi, penelitian merupakan bagian dari usaha
pemecahan masalah. Dimana masalah itu dipecahkan dengan menggunakan
cara ilmiah sehingga menghasilkan serangkaian data yang dapat membantu
dalam proses pemecahan masalah itu sendiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:2) mengenai pengertian
penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut.
Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Sementara itu, penelitian menurut Suhardjono (2006:53) merupakan
aktivitas kegiatan mencermati suatu objek tertentu dengan menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat. Penelitian juga menuntut objektivitas, baik dalam proses maupun
dalam penyimpulan hasilnya.
Lebih spesifik pada pendidikan Ruswandi, dkk (2010:6) mengungkapkan
sebagai berikut :
Pada dasarnya terdapat beragam jenis penelitian, diantaranya yaitu
penelitian deskriptif, studi kasus, penelitian eksperimen, penelitian survey,
penelitian korelasional serta penelitian tindakan (Ruswandi, dkk, 2010:7).
Beberapa penelitian tersebut dapat dilakukan oleh pendidik sesuai dengan
jenis kebutuhan dan masalah yang ada.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan kelas
(PTK) yang dikenal dengan nama Classroom Action Reserch merupakan
suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas.
Menurut Kasihani (Sukayati, 2008:8) menyatakan bahwa yang dimaksud
PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan
tindakan-tindakan. Sementara itu Suyanto (Sukayati 2008:8) berpendapat bahwa PTK
merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Jadi, ketika pembelajaran berlangsung terdapat hal-hal yang terjadi
sehingga mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak sesuai dengan
harapan, untuk memperbaiki hal tersebut maka perlu dilakukan suatu
penelitian yakni berupa tindakan-tindakan perbaikan, penelitian tersebut yang
disebut PTK.
Pada PTK terdapat beberapa model yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam bertindak diantaranya yaitu model Kurt Lewin, model Kemmis dan Mc
Taggart, Model John Elliot, Model Hopkins, dan Model Cohen dkk. Untuk
penelitian yang akan dilakukan ini akan menggunakan model daur siklus
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model ini mencakup
empat komponen, yaitu: rencana (planning), tindakan (action), observasi
(observation) dan refleksi (reflection). Berikut ini merupakan gambar dari
33
Gambar 3.1
Model Siklus PTK dari Kemmis dan Taggart
(diadaptasi dari Arikunto, 2009:16)
Dalam penelitian tindakan kelas, siklus merupakan daur yang dilakukan
secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Jumlah
siklus tidak ditentukan secara pasti dalam setiap penelitian tindakan kelas.
Setiap siklusnya memiliki tujuan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan pembelajaran yang akan diteliti. Pada penelitian ini rencana siklus
yang akan dilakukan sebanyak tiga buah siklus, apabila pada saat
pelaksanaannya hasil belajar yang diharapkan belum tercapai, jika waktu dan Perencanaan
Pelaksaanaan Pengamatan
Refleksi
Perencanaan Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi dst
SIKLUS I
tempat memungkinkan, peneliti akan melakukan lebih dari tiga siklus yang
seperti sebelumnya telah direncanakan.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas III SDN Pasirwangi yang
beralamat di Kampung Pasirwangi, Desa Gudang Kahuripan, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Kondisi geografis sekolah ini ialah
terletak diantara pemukiman warga dan perkebunan. Akses jalan cukup sulit
karena kondisi jalan yang naik turun dan rusak.
SDN Pasirwangi memiliki enam ruang belajar yang cukup luas untuk
siswa berjumlah 35 anak. Kondisi kelas khususnya untuk kelas III A cukup
memadai, adapun sarana yang terdapat di kelas tersebut antara lain :
a) Kursi plastik : 33 buah
b) Meja siswa : 17 buah
c) Papan tulis : 2 buah (White dan Blackboard)
d) Buku sumber : 43 buah buku matematika untuk 2 kelas
e) Gambar-gambar pengetahuan yang ditempel di dinding.
f) Tempat sampah : 4 buah
g) Ventilasi dan penerangan yang cukup baik
Pendidik sebagian besar telah menjadi PNS, begitupun wali kelas III A,
beliau adalah PNS semenjak tahun 1994, lulusan D2 dan sedang studi S1 di
jurusan PGSD. Dalam hal ini membuktikan bahwa pendidikan guru sesuai
dengan profesinya saat ini.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester dua tahun ajaran
2012/2013, yakni pada bulan April hingga Juni 2013. Pelaksanaan penelitian
juga mengacu pada kalender akademik sekolah, dimana akan dilaksanakan
pada saat proses kegiatan belajar mengajar pada waktu yang efektif. Selain
itu, materi yang akan dibahas pada penelitian ialah materi yang berada pada
35
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian
adalah siswa kelas III SDN Pasirwangi Lembang yang berjumlah 31 orang.
Terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini, peneliti melakukan persiapan awal yaitu observasi
yang bertujuan untuk mendapatkan masalah yang terjadi di lapangan, adapun
rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pembuatan surat ijin observasi untuk sekolah yang bersangkutan,
2) Observasi langsung ke tempat,
a) Observasi dilakukan ke beberapa kelas terhadap kegiatan
pembelajaran untuk memperoleh gambaran pembelajaran terutama
pada pembelajaran matematika selama ini,
b) Mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran yang terjadi di
lapangan berdasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan.
3) Pembuatan proposal,
4) Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing 1 yakni dosen yang
membimbing ketika kegiatan PLP.
5) Revisi proposal berdasarkan hasil bimbingan.
6) Pembuatan SK penelitian.
Pada kegiatan inti, peneliti melakukan sebuah perlakuan yakni melakukan
siklus penelitian yang terdiri dari tiga siklus. Rancangan penelitian ini seperti
yang telah dikemukakan yakni mengacu pada model yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Mc Taggart dimana terdiri dari empat tahapan setiap
siklusnya yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (action),
tahap pengamatan (observation), dan tahap refleksi (reflection). Adapun
tahapan setiap siklus diuraikan sebagai berikut:
1) Siklus 1
a)Tahap Perencanaan (Planning)
Sesuai dengan hasil observasi, pokok bahasan yang akan digunakan
dalam penelitian adalah materi bilangan pecahan sederhana. Pada pokok
bahasan ini terdapat permasalahan yang menyebabkan hasil belajar siswa
tidak sesuai dengan harapan. Sehingga pada penelitian ini akan
memfokuskan penggunaan cara alternatif yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran tersebut sebagai upaya memperbaiki hasil belajar siswa yang
masih kurang. Adapun upaya yang peneliti akan lakukan yakni penggunaan
media puzzle.
Peneliti merancang dan menyusun rencana pembelajaran matematika
materi pokok bilangan pecahan sederhana dengan mempergunakan media
puzzle. Peneliti menyiapkan segala keperluan dalam pembelajaran seperti
media puzzle dan instrumen pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi dan
soal-soal tes siklus. (terlampir).
Pada siklus 1 ini peneliti akan membahas dua Kompetensi Dasar (KD)
dan dua mata pelajaran karena penelitian dilaksanakan di kelas rendah
sehingga proses pembelajaran berlangsung secara tematis. Untuk mata
pelajaran matematika yaitu mengenal pecahan sederhana sementara untuk
37
seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan
memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik.
Sebelum pelaksanaan siklus, peneliti melakukan bimbingan tentang
media dan instrumen yang akan dipakai. Instrumen penelitian yang telah
direvisi akan diujikan terlebih dahulu di lapangan agar dapat diketahui
tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya. Hal
ini dilakukan agar dapat menghasilkan instrumen yang baik dan berkualitas.
b)Tahap Pelaksanaan (Action)
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan langkah-langkah sesuai
perencanaan serta menerapkan pembelajaran mempergunakan media puzzle
yang peneliti rakit sendiri. Kegiatan yang dilakukan pada siklus 1 yaitu saat
kegiatan awal siswa diberikan apersepsi mengenai bilangan pecahan dengan
kehidupan sehari-hari. Apersepsi ini dilakukan dengan cara bercerita
interaktif antara guru dengan siswa, metode ini dilakukan sehubungan
dengan KD bahasa Indonesia yaitu membuat karangan sederhana dimana
dimulai dari sebuah cerita. Pada kegiatan inti siswa ikut serta dalam
demonstrasi yang dilakukan oleh guru tentang pengenalan bilangan pecahan
sederhana menggunakan media real yaitu coklat dan media puzzle.
Kemudian siswa mengerjakan beberapa soal matematika dan bahasa
Indonesia dengan berkelompok. Pada saat diskusi, masing-masing kelompok
siswa difasilitasi LKS dan satu buah puzzle. Kemudian pada akhir
pembelajaran siswa diberikan evaluasi berupa tes siklus yang bertujuan
untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus 1.
c) Tahap Pengamatan (observation)
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap penggunaan media puzzle
pada proses pembelajaran, proses pembelajaran itu sendiri berupa aktivitas
guru dan siswa serta keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai
RPP. Selain itu juga mencatat serta merekam setiap kegiatan dan perubahan
d)Tahap Refleksi (Reflection)
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi dengan cara berdiskusi
bersama observer membahas pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan
media puzzle serta menganalisis kelemahan dan kekurangannya berdasarkan
temuan saat melakukan pembelajaran pun dari hasil observasi. Selain itu
peneliti melakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran
sehingga terlihat hasil pencapaiannya. Setelah dilakukan analisis tersebut,
peneliti mempertimbangkan rencana dengan segala perbaikannya sebagai
tindak lanjut untuk langkah selanjutnya pada siklus ke II.
2) Siklus 2
a) Tahap Perencanaan (Planning)
Peneliti merancang dan menyusun rencana pembelajaran matematika
materi pokok bilangan pecahan sederhana dengan mempergunakan media
puzzle berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus 1. Peneliti
menyiapkan segala keperluan dalam pembelajaran seperti media puzzle dan
instrumen pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi dan soal-soal tes siklus.
(terlampir).
Pada siklus 2 ini peneliti akan membahas dua KD dan dua mata
pelajaran. Untuk mata pelajaran matematika yaitu membandingkan pecahan
sederhana sementara untuk bahasa Indonesia yaitu menulis puisi
berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik. Sama halnya pada
siklus 1, di siklus 2 pun sebelum melaksanakan siklus, peneliti melakukan
bimbingan tentang media dan instrumen yang akan dipakai.
b) Tahap Pelaksanaan (Action)
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan langkah-langkah sesuai
perencanaan serta menerapkan pembelajaran mempergunakan media puzzle
yang peneliti rakit sendiri. Kegiatan yang dilakukan pada siklus 2 yaitu saat
39
siklus 1 dengan materi yang akan dibahas di siklus 2. Apersepsi ini
dilakukan dengan cara bercerita interaktif antara guru dengan siswa, metode
ini dilakukan sehubungan dengan KD bahasa Indonesia yaitu membuat puisi
dimana dengan bercerita siswa dapat menemukan tema-tema yang akan
dijadikan sebuah puisi. Pada kegiatan inti siswa dibimbing untuk melakukan
demonstrasi tentang membandingkan bilangan pecahan sederhana
menggunakan media puzzle. Kemudian siswa mengerjakan beberapa soal
latihan matematika dan bahasa Indonesia secara individu dan berkelompok.
Pada saat diskusi, masing-masing kelompok siswa difasilitasi LKS dan satu
buah puzzle. Kemudian pada akhir pembelajaran siswa diberikan evaluasi
berupa tes siklus yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa pada
siklus 2.
c) Tahap Pengamatan (observation)
Pada siklus 2 ini aspek yang diamati bertambah yaitu dengan
keterlaksanaan hasil refleksi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan
sebelumnya, selain itu observer yang dilakukan oleh dua guru kelas ini juga
tetap harus terfokus dengan aspek sebelumnya yaitu pengamatan terhadap
penggunaan media puzzle pada proses pembelajaran, proses pembelajaran
itu sendiri berupa aktivitas guru dan siswa serta keterlaksanaan
langkah-langkah pembelajaran sesuai RPP. Selain itu juga mencatat serta merekam
setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penggunaan media puzzle
dalam pembelajaran tersebut.
d) Tahap Refleksi (Reflection)
Pada tahap refleksi, seperti pada siklus 1, peneliti melakukan refleksi
dengan cara berdiskusi bersama observer membahas pelaksanaan
pembelajaran serta menganalisis kelemahan dan kekurangannya berdasarkan
temuan saat melakukan pembelajaran pun dari hasil observasi. Pada siklus 2
ini juga dilakukan evaluasi terhadap keterlaksanaan hasil refleksi siklus 1,
siklus 1 atau memunculkan masalah baru maka peneliti harus mencari solusi
lain agar dapat memecahkan masalah-masalah tersebut. Selain itu peneliti
melakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran sehingga terlihat
hasil pencapaiannya. Setelah dilakukan analisis tersebut, peneliti
mempertimbangkan rencana dengan segala perbaikannya sebagai tindak
lanjut untuk langkah selanjutnya pada siklus ke 3.
3) Siklus 3
a) Tahap Perencanaan (Planning)
Sama halnya pada siklus 1 dan 2, pada siklus 3 ini pun peneliti
merancang dan menyusun rencana pembelajaran matematika materi pokok
bilangan pecahan sederhana dengan mempergunakan media puzzle
berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus 1 dan 2. Peneliti
menyiapkan segala keperluan dalam pembelajaran seperti media puzzle dan
instrumen pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi dan soal-soal tes siklus.
(terlampir).
Pada siklus 3 ini peneliti akan membahas tiga KD dan dua mata
pelajaran. Untuk mata pelajaran matematika yaitu memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pecahan sederhana sementara untuk bahasa
Indonesia yaitu menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri
menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan
penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik serta menulis puisi
berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik. Sama halnya pada
siklus 1 dan 2, di siklus 3 pun sebelum melaksanakan siklus, peneliti
melakukan bimbingan tentang media dan instrumen yang akan dipakai.
b) Tahap Pelaksanaan (Action)
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan langkah-langkah sesuai
perencanaan serta menerapkan pembelajaran mempergunakan media puzzle
41
kegiatan awal siswa diberikan apersepsi yakni mengaitkan materi pada
siklus 2 dengan materi yang akan dibahas di siklus 3. Apersepsi ini
dilakukan dengan cara bercerita interaktif antara guru dengan siswa, metode
ini dilakukan sehubungan dengan KD bahasa Indonesia yaitu membuat puisi
dan karangan sederhana dimana dengan bercerita, imajinatif serta
perbendaharaan kata siswa dapat semakin bertambah. Pada kegiatan inti
siswa dibimbing untuk melakukan demonstrasi tentang memecahkan
masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan sederhana menggunakan
media puzzle. Kemudian siswa mengerjakan beberapa soal latihan
matematika dan bahasa Indonesia secara individu dan berkelompok. Pada
saat diskusi, masing-masing kelompok siswa difasilitasi LKS dan satu buah
puzzle. Kemudian pada akhir pembelajaran siswa diberikan evaluasi berupa
tes siklus yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus 3.
c) Tahap Pengamatan (observation)
Pada siklus 3 ini observer mengamati keterlaksanaan hasil refleksi
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, penggunaan
media puzzle pada proses pembelajaran, proses pembelajaran itu sendiri
berupa aktivitas guru dan siswa serta keterlaksanaan langkah-langkah
pembelajaran sesuai RPP. Selain itu juga mencatat serta merekam setiap
kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penggunaan media puzzle dalam
pembelajaran tersebut.
d) Tahap Refleksi (Reflection)
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi dengan cara berdiskusi
bersama observer membahas pelaksanaan pembelajaran serta menganalisis
kelemahan dan kekurangannya berdasarkan temuan saat melakukan
pembelajaran pun dari hasil observasi. Pada siklus 3 ini juga dilakukan
evaluasi terhadap keterlaksanaan hasil refleksi siklus 2, Selain itu peneliti
melakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran sehingga terlihat
dilakukan melainkan menganalisis hasil belajar, namun jika data masih
belum jenuh idealnya siklus dilanjutkan ke siklus IV dan seterusnya hingga
data telah jenuh.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir penelitian adalah melaporkan hasil penelitian yang akan
dilaksanakan pada bulan Juli. Laporan tersebut akan dilaporkan dalam
bentuk skripsi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, adapun
intrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah :
a. Instrumen Pembelajaran
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat persiklus yang memuat
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
metode pembelajaran, skenario pembelajaran dan evaluasi. Tujuannya
adalah untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pada penelitian ini rencana siklus yang akan dilakukan sebanyak
tiga buah siklus, apabila pada saat pelaksanaannya hasil belajar yang
diharapkan belum tercapai jika waktu dan tempat memungkinkan,
peneliti akan melakukan lebih dari tiga siklus yang seperti sebelumnya
telah direncanakan.
2) Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa memuat masalah-masalah yang harus
diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Penyajian teori
dalam LKS ini diawali dengan petunjuk kegiatan yang harus
dilakukan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami konsep
43
Lembar kerja siswa digunakan pedoman atau prosedur agar siswa
aktif dalam kelompok untuk melakukan eksplorasi terbimbing.
b.Instrumen Pengumpulan Data
1) Instrumen Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2009:53). Tes dalam
penelitian ini merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur kemampuan siswa kelas III dalam
pembelajaran bilangan pecahan sederhana dengan menggunakan
media puzzle. Tes yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa tes
siklus. Tes siklus ini akan diberikan di akhir pembelajaran untuk
mengukur kemampuan siswa sesudah pembelajaran.
Tes yang baik ialah tes yang telah teruji validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan indeks kesukarannya. Seperti yang dikemukakan oleh
Arikunto (2009:57) sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat
pengukur harus memenuhi persyaratan tes yaitu memiliki validitas,
reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.
Pada penelitian ini, uji coba instrumen tersebut dilakukan kepada
salah satu kelas yang telah mempelajari pokok bahasan yang diteskan,
yaitu siswa kelas IV SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat. Sebelum diuji coba, instrumen tes
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mengetahui
validiatas isi dan validitas susunannya, berkenaan dengan ketepatan
antara alat ukur dengan materi yang diuji. Setelah uji coba instrumen,
maka diketahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya pembeda sebagai berikut:
Suatu alat evaluasi atau sebuah tes dapat dikatakan valid (sahih)
apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang harusnya diukur.
Arikunto (Riduwan, 2011:97) menjelaskan bahwa validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas
dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dengan
angka kasar dengan rumus sebagai berikut:
√{ }{ }
(Riduwan, 2011:72)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
N = jumlah responden
X = jumlah skor total (seluruh item)
Y = jumlah skor item
Tabel 3.1
Kriteria Validitas Item Tes
Indeks Korelasi Kategori
0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi
0,600 sampai dengan 0,799 Tinggi
0,400 sampai dengan 0,599 Cukup
0,200 sampai dengan 0,399 Rendah
0,000 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah (tidak valid)
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal instrumen maka
45
Tabel 3.2
Rekapan Hasil Validitas Item tes
Siklus 1
No Soal rxy Interpretasi
1 0.408 Cukup
2 0.533 Cukup
3 0.111 Sangat Rendah
4 0.647 Cukup
5 0.453 Cukup
6 0.391 Rendah
7 0.526 Cukup
8 0.601 Cukup
9 0.313 Rendah
Tabel 3.3
Rekapan Hasil Validitas Item tes
Siklus 2
No Soal rxy Interpretasi
1 0.362 Rendah
2 0.519 Cukup
3 0.150 Sangat. Rendah
4 0.762 Tinggi
5 0.655 Cukup
6 0.839 Tinggi
7 0.451 Cukup
8 0.587 Cukup
Tabel 3.4
Rekapan Hasil Validitas Item tes
Siklus 3
No Soal rxy Interpretasi
1 0.493 Cukup
2 0.492 Cukup
3 0.558 Cukup
4 0.332 Rendah
5 0.255 Rendah
6 0.514 Cukup
7 0.766 Tinggi
8 0.673 Cukup
9 0.716 Cukup
Data perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran.
b)Reliabilitas
Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg
memberikan data yang sesuai dengan kenyataan (Arikunto,
2009:86). Untuk menghasilkan instrumen yang ajeg dalam
memberikan data maka digunakan suatu alat ukur atau alat evaluasi
yang disebut reliabilitas. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode belah dua dengan memberikan sebuah tes
dan dicobakan satu kali, atau disebut juga single-test-single-trial
method dengan menggunakan rumus Spearman Brown; yang
47
(Riduwan, 2011:102)
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item
rb = korelasi Product Moment antara belahan (ganjil-genap)
Tabel 3.5
Kriteria Relibilitas Item Tes
Koefisien Reliabilitas Kategori
0,80 < r11≤ 1,00 sangat tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 Sedang
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
r11≤ 1,00 sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal instrumen maka
didapat Reliabilitas item soal sebagai berikut:
Tabel 3.6
Rekapan Hasil Reliabilitas Item tes
Siklus 1
No Soal r11 Interpretasi
1 0.579 Reliabel
2 0.695 Reliabel
3 0.200 Tidak Reliabel
4 0.786 Reliabel
5 0.623 Reliabel
6 0.562 Reliabel
7 0.690 Reliabel
9 0.477 Reliabel
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien relibilitas soal pada
siklus satu yaitu 0,374 maka reliabilitas soal termasuk rendah.
Tabel 3.7
Rekapan Hasil Reliabilitas Item tes
Siklus 2
No Soal r11 Interpretasi
1 0.532 Reliabel
2 0.684 Reliabel
3 0.261 Tidak Reliabel
4 0.865 Reliabel
5 0.791 Reliabel
6 0.912 Reliabel
7 0.621 Reliabel
8 0.739 Reliabel
9 0.621 Reliabel
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien relibilitas soal pada
siklus dua yaitu 0,677 maka reliabilitas soal termasuk cukup.
Tabel 3.8
Rekapan Hasil Reliabilitas Item tes
Siklus 3
No Soal r11 Interpretasi
49
2 0.660 Reliabel
3 0.716 Reliabel
4 0.498 Reliabel
5 0.406 Tidak Reliabel
6 0.679 Reliabel
7 0.867 Reliabel
8 0.805 Reliabel
9 0.834 Reliabel
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien relibilitas soal pada
siklus tiga yaitu 0,790 maka reliabilitas soal termasuk tinggi. Data
perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran.
c) Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal dalam suatu alat tes yang
dapat membedakan kemampuan siswa yang berkemampuan rendah
dengan yang berkemampuan tinggi. Hal ini terlihat dari nilai tes uji
coba yang didapat siswa, dimana terdapat siswa yang dapat
menjawab benar juga yang tidak dapat menjawab benar soal-soal
tersebut. Daya pembeda suatu soal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
(Prabawanto, 2013)
Adapun untuk menentukan kriteria daya pembeda tiap butir soal,
dapat disesuaikan dengan kriteria daya pembeda sperti berikut ini:
Tabel 3.9
Indeks Diskriminasi Klasifikasi
DP 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP 0,20 Jelek
0,20 < DP 0,40 Cukup
0,40 < DP 0,70 Baik
0,70 < DP 1,00 Sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal maka didapat
daya pembeda item soal sebagai berikut:
Tabel 3.10
Rekapan Hasil Daya Pembeda Item tes
Siklus 1
No Soal DP Interpretasi
1 0.100 Jelek
2 0.300 Cukup
3 0.000 Sangat Jelek
4 0.400 Cukup
5 0.300 Cukup
6 0.100 Jelek
7 0.400 Cukup
8 0.700 Baik
9 0.300 Cukup
Tabel 3.11
51
Siklus 2
No Soal DP Interpretasi
1 0.200 Jelek
2 0.300 Cukup
3 0.100 Jelek
4 0.500 Baik
5 0.600 Baik
6 0.700 Baik
7 0.100 Jelek
8 0.300 Cukup
9 0.100 Jelek
Tabel 3.12
Rekapan Hasil Daya Pembeda Item tes
Siklus 3
No Soal DP Interpretasi
1 0.200 Jelek
2 0.300 Cukup
3 0.200 Jelek
4 0.200 Jelek
5 0.100 Jelek
6 0.400 Cukup
7 0.500 Baik
8 0.400 Cukup
Data perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran.
d)Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran merupakan suatu cara untuk menunjukkan
apakah suatu butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Butir
soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Adapun untuk menghitung indeks kesukaran soal
dapat digunakan rumus sebagi berikut:
(Prabawanto, 2013)
Untuk mengetahui tingkat kesukaran maka digunakan kiteria pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 3.13
Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal
Indeks Tingkat kesukaran Kriteria
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < IK < 0,30 Sukar
0,30 < IK < 0,70 Cukup
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal maka didapat
indeks kesukaran item soal sebagai berikut:
53
Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item tes
Siklus 1
No Soal IK Interpretasi
1 0.45 Cukup
2 0.225 Sukar
3 0.425 Cukup
4 0.25 Sukar
5 0.6 Cukup
6 0.475 Cukup
7 0.575 Cukup
8 0.475 Cukup
9 0.3 Sukar
Tabel 3.15
Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item tes
Siklus 2
No Soal IK Interpretasi
1 0.325 Cukup
2 0.425 Cukup
3 0.55 Cukup
4 0.85 Mudah
5 0.6 Cukup
7 0.475 Cukup
8 0.5 Cukup
9 0.475 Cukup
Tabel 3.16
Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item tes
Siklus 3
No Soal IK Interpretasi
1 0.450 Cukup
2 0.350 Cukup
3 0.050 Sukar
4 0.450 Cukup
5 0.400 Cukup
6 0.225 Sukar
7 0.300 Sukar
8 0.200 Sukar
9 0.100 Sukar
Data perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran.
Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis validitas, reliabilitas,
daya pembeda dan indeks kesukaran pada setiap siklusnya:
Tabel 3.17
Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda
dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 1
No Validitas Reliabilitas Indeks
Kesukaran Daya Pembeda Keterangan 1 0.408 Cukup 0.579 Reliabel 0.45 Cukup 0.100 Jelek Dibuang 2 0.533 Cukup 0.695 Reliabel 0.225 Sukar 0.300 Cukup Dipakai
3 0.111 Sangat 0.200 Tidak 0.425 Cukup 0.000 Sangat
55
Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda
dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 2
No Validitas Reliabilitas Indeks
Kesukaran Daya Pembeda Keterangan 1 0.362 Rendah 0.532 Reliabel 0.325 Cukup 0.200 Jelek Dipakai
Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda
dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 3
No Validitas Reliabilitas Indeks
3 0.558 Cukup 0.716 Reliabel 0.050 Sukar 0.200 Jelek Dibuang
Instrumen non tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
lembar observasi, angket dan wawancara. Lembar observasi
merupakan lembar yang digunakan dalam proses observasi ketika
dalam pembelajaran yang mencakup pengamatan aktivitas siswa dan
guru pada saat pembelajaran menggunakan media puzzle berlangsung.
Lembar observasi yang digunakan merujuk pada RPP yang telah
dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian serta pedoman
observasi yang telah dibuat sebelumnya. Adapun lebih lengkapnya
untuk lembar observasi dapat dilihat pada lampiran.
Angket pada penelitian ini merupakan cara untuk memperoleh data
tentang pendapat seluruh siswa akan kesan setelah melaksanakan
pembelajaran materi bilangan pecahan sederhana menggunakan media
puzzle. Pengisian angket dilakukan oleh seluruh siswa kelas III A
yang telah melaksanakan pembelajaran materi bilangan pecahan
sederhana menggunakan media puzzle. Aspek-aspek pada angket
diangkat secara bebas dan kondisional oleh peneliti. Hasil angket akan
57
penggunaan media puzzle pada proses pembelajaran terutama
pengalaman siswa.
Sementara wawancara merupakan proses tanya jawab lisan untuk
memperoleh bahan atau informasi yang dilaksanakan sepihak,
berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan
(Poerwanti dalam Prihardina, 2012). Pada penelitian ini wawancara
akan dilaksanakan apabila terjadi penurunan hasil belajar pada siswa.
Wawancara ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui
penyebab menurunnya hasil belajar siswa tersebut. Objek yang
diwawancarai pun merupakan siswa yang mengalami penurunan hasil
besar saja, selain itu juga guru wali kelas agar terjadi kesingkronan
hasil wawancara antara siswa dan guru. Untuk pedoman wawancara
dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan. Adapun
pedoman wawancara secara lebih lengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
F. Analisis dan Interpretasi Data
Analisis data ialah upaya yang dilakukan guru yang berperan sebagai
peneliti untuk mengolah serta merangkum data secara akurat. Data yang
dikumpulkan dari setiap pelaksanaan siklus dan kegiatan observasi dianalisis
secara deskriptif. Adapun analisis data yang akan dilakukan terdiri dari dua
macam yaitu diantaranya :
a. Analisis data kualitatif
Dalam pengolahan data kualitatif, digunakan analisis data deskriptif
berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi tentang aktivitas
siswa dan guru, penggunaan media puzzle dan keterlaksanaan RPP oleh
observer dalam proses pembelajaran matematika. Hasil angket akan menjadi
sumber data untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan media
untuk hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru dan siswa yang
mengalami penurunan hasil belajar juga akan diolah secara deskriptif dan
dibahas pada bab selanjutnya.
b. Analisis data kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siklus untuk melihat ketercapaian
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika di setiap siklus sehingga
dapat disimpulkan bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika materi pokok bilangan pecahan sederhana menggunakan puzzle.
Analisis data dilakukan dengan penskoran yang disesuaikan dengan
masing-masing bobot pada butir soal. Sistem penskoran jawaban siswa terhadap soal
tes siklus mengadaptasi teknik penskoran Focused Holistic Scoring Point
Scale yang dikemukakan oleh Charles NCTM (Novianti, 2010:29) yaitu
penskoran yang dilakukan bertahap sesuai dengan kunci jawaban. Kriteria
penskoran jawaban tes siklus siswa pada penelitian ini adalah 0-2 adapun
indikatornya sebagai berikut:
0 = Siswa tidak mengerjakan sama sekali atau menuliskan jawaban yang
salah dan tidak sesuai dengan pertanyaan soal.
1 = Siswa menuliskan jawaban akhir sesuai dengan pertanyaan soal secara
benar namun cara penyelesaian tidak ada atau salah begitupun
sebaliknya.
2 = Siswa mencantumkan cara penyelesaian sesuai dengan pertanyaan soal
sampai jawaban akhir secara benar.
Data kuantitatif berasal dari tes sikus yang dilakukan pada akhir siklus.
Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi:
a. Penentuan rata-rata ( ̅) kelas berdasarkan skor yang diperoleh dicari
dengan menggunakan rumus :
59
b. Penentuan presentase ketuntasan belajar (TB) siswa dicari dengan
menggunakan rumus :
TB =
x 100%
(Adaptasi dari Novianti, 2010)
Kriteria yang ditetapkan pada kurikulum 1994 menurut Alhamidi
(Novianti, 2010 : 31) adalah siswa diakatakan telah belajar tuntas jika
sekurang-kurangnya dapat mengerjakan soal dengan benar sebesar 65% dari
skor total. Sedangkan belajar secara klasikal dikatakan baik apabila
sekurang-kurangnya 85% siswa telah mencapai ketuntasan belajar, apabila hanya
mencapai 75%, maka secara klasikal dinyatakan cukup.
c. Penentuan peningkatan kemampuan siswa pada setiap siklusnya
ditentukan dari besarnya gain antar siklusnya dengan perhitungan sebagai
berikut :
Gain = Skor tes siklus ke-i + 1 – Skor tes siklus ke-i
(Prabawanto,2013)
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa setiap siklus yang
telah dilakukan dengan mengetahui gain rata-rata yang telah
dinormalisasikan berdasarkan efektivitas pembelajaran. Menurut Hake
rumus yang digunakan untuk perhitungan gain ternormalisasi adalah
sebagai berikut :
< g > =
(Prabawanto,2013)
Adapun kriteria efektivitas pembelajaran menurut Hake R. R (Novianti,
Tabel 3.20
Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi
Nilai <g> Interpretasi Efektifitas
0.00 – 0.30 Rendah
0.31 – 0.70 Sedang
0.71 – 1.00 Tinggi
Pengolahan data baik data yang berbentuk kualitatif maupun kuantitatif
dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini pengumpulan data secara
garis besar dilakukan pada saat:
1) Observasi awal sebagai pencarian permasalahan yang terjadi di lapangan.
2) Analisis permasalahan dan mencari alternatif pemecahan masalah yang
dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.
3) Persiapan pelaksanaan perilaku yang akan diberikan sebagai usaha dalam
memecahkan permasalahan yang ada seperti membuat, RPP, media,
LKS, lembar observasi dan pedoman wawancara.
4) Pelaksanaan yang terdiri dari tiga buah siklus dimana di tiap siklusnya
dilakukan suatu refleksi yang membuat siklus tersebut berbeda dalam
pelaksanaannya. Pada pelaksanaan terdapat beberapa sumber data antara
lain :
a) Lembar observasi
b) Hasil tes siklus
c) Hasil wawancara
5) Proses analisis pelaksanaan pembelajaran tiap siklusnya (refleksi).
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III SDN Pasirwangi Lembang.
Masalah yang diteliti adalah hasil belajar siswa pada pembelajarn bilangan
pecahan sederhana. media yang digunakan untuk perbaikan dalam penelitian
ini adalah media puzzle. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan
pembahasan peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pada penelitian ini pada dasarnya sama dengan perencanaan
pembelajaran pada umumnya, namun yang membedakan ialah pada
tindakan. Tindakan yang diberikan ialah penggunaan media puzzle.
Perencanaan pada penelitian ini dirancang dengan sumber dari hasil
analisis dan refleksi peneliti akan pembelajaran-pembelajaran
sebelumnya, sehingga kualitas perencanaan menjadi semakin baik dari
setiap siklusnya. Sejalan dengan itu, pelaksanaan pun menjadi semakin
terkoordinir dengan baik, sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa
yang semakin meningkat pula. Dapat disimpulkan bahwa perencanaan
yang baik ialah perencanaan yang sebelumnya diadakan refleksi terlebih
dahulu, sehingga guru dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang harus
diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya.
2. Penggunaan media puzzle pada pembelajaran bilangan pecahan sederhana
memberikan pengaruh positif pada pelaksanaan proses pembelajaran. Hal
ini tampak pada hasil observasi dimana secara keseluruhan media mampu
meningkatkan dan memelihara minat siswa terhadap materi yang
disajikan serta mampu mendorong siswa untuk memahami materi dengan
lebih jelas. Siswa dengan cepat mudah memahami bilangan pecahan
dalam bentuk gambar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
untuk memahami bilangan pecahan sederhana terutama dalam bentuk
gambar.
3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran bilangan pecahan sederhana
mengalami peningkatan dilihat dari rata-rata skor tes dan ketuntasan
belajar setiap siklusnya. Jumlah siswa dengan skor yang telah tuntas dari
KKM setiap siklusnya mengalami peningkatan, sejalan dengan rata-rata
kelas yang semakin naik. Namun bila dilihat berdasarkan rata-rata indeks
gain, hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami penurunan dari
siklus 1 hingga siklus 3 dengan kategori rendah.
B. Rekomendasi
Berdasarkan paparan simpulan di atas maka rekomendasi yang bisa
peneliti berikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan media puzzle pada pembelajaran bilangan pecahan
merupakan salah satu alternatif tindakan yang telah terbukti dapat
dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Namun, tindakan ini
bukan satu-satunya yang dapat dilakukan, sehingga diharapkan dengan
adanya penelitian ini semoga dapat mendorong guru-guru untuk terus
mengeksplor tindakan-tindakan yang lebih baik untuk memperbaiki
permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas.
2. Pada penelitian ini masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti
rata-rata indeks gain yang menurun. Oleh karena itu pada penelitian
selanjutnya, diharapkan dapat memperbaiki hal tersebut dengan tindakan
yang lebih relevan. Selain itu, peneliti menyadari bahwa penelitian masih
sangat terbatas karena menggunakan metode PTK, dimana hasilnya
hanya dapat digunakan pada siswa yang memiliki karakteristik serupa
dengan subjek penelitian serta materi pokok yang sama. Sehingga
120
penelitian dengan metode yang lebih luas seperti metode eksperimen