• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SILABUS DAN MATERI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERBASIS KOMPETENSI DAN LOKALITAS UNTUK KELAS X SEMESTER I SMA YPPK ADHI LUHUR NABIRE PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN SILABUS DAN MATERI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERBASIS KOMPETENSI DAN LOKALITAS UNTUK KELAS X SEMESTER I SMA YPPK ADHI LUHUR NABIRE PAPUA"

Copied!
428
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SILABUS DAN MATERI MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERBASIS KOMPETENSI DAN

LOKALITAS UNTUK KELAS X SEMESTER I SMA

YPPK ADHI LUHUR NABIRE PAPUA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh

Oleh Yermias Degei NIM 011224055

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Kupersembahkan kepada:

® Sahabatku Yesus Kkristus ® Ibu dan Ayahku ® Adik-adikku ® Para pejuang kemanusiaan (guru-guru) di pedalaman Papua ® Dan semua orang yang telah mati dan sedang berjuang demi dan untuk bangsa Papua Barat.

(5)

Perjuangan itu Bernama Hidup

Tuhan menitipkan saya lewat perjuangan Ibunda dan Ayahku. Lalu saya terdampar di dunia ini. Kemudian, saya berjuang merangka, saya

berjuang makan, saya berjuang berbicara, saya berjuang melihat orang-orang di sekitarku. Saya berjuang, masuk sekolah, saya berjuang belajar bersama satu guru saja, saya berjuang belajar di sekolah berkelas 4, saya berjuang sekolah

kelas 4 dan 6 di desa lain setiap pagi selama dua tahun, saya berjuang masuk SMP jauh dari rumah (puluhan KM), saya berjuang

ke kota untuk belajar di SMA. Di kota, saya berjuang menyesuaikan diri di lingkungan baru, saya belajar berjuang mengejar ketertinggalan (kesempurnaan), saya berjuang belajar berbicara bahasa seperti mereka (dari kota), saya terus berjuang

mencari diri, bahkan saya berjuang mencari diri di antara mereka dalam diriku. Saya berjuang meratap memohon jalan, saya berjuang Tuhan kasih jalan,

saya ke Yogyakarta, saya berjuang belajar, saya berjuang berpikir, saya berjuang bergabung berjuang, saya berjuang berteriak, saya berjuang membenci, saya berjuang mengerti, saya berjuang menulis

tulisan ini pada tahap perjuangan ini (tahap mencari saya Yermias Degei), saya berjuang mengakhiri proses ini, saya berjuang mengawali perjuangan, saya terus berjuang…

(6)
(7)

Abstrak

Degei, Yermias. 2007. Pengembangan Silabus dan Materi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Berbasis Kompetensi dan Lokalitas untuk Kelas X Semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.

Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Untuk mewujudkan harapan tersebut perlu dikembangkan program pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang mengacu pada pendekatan-pendekatan pembelajaran siswa aktif sesuai dengan kebutuhan pembelajar dan berbasis lokal.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan produk berupa silabus dan buku teks. Secara khusus, penelitian ini menghasilkan produk silabus dan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berbasis kompetensi dan dikembangkan berbasis lokalitas serta indikator hasil belajarnya sesuai dengan kebutuhan siswa kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua.

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah silabus dan materi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berbasis kompetensi dan lokalitas untuk kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua?” Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya silabus dan materi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan KBK dan berbasis lokalitas dan indikator hasil belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyarakat Papua khususnya di kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua.

Pengembangan produk diawali dengan kegiatan analisis kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui informasi kebutuhan siswa terhadap mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Informasi tersebut diperoleh melalui pengisian angket oleh siswa kelas XI dan kelas X, wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, dan wawancara dengan kepala SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua.

Pengembangan produk silabus dan materi dilakukan dengan mengacu pada pengembangan yang disarankan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004. Silabus dikembangkan dengan mengacu pada KBK dan perangkat komponen-komponennya yang disusun oleh Puskur. Sekolah yang memunyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolahnya, (Depdiknas, 2003:18). Penyusunan silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan.

(8)

Untuk mengetahui kualitas silabus dan buku teks yang dihasilkan, dilakukan penilaian ahli dan uji coba produk. Penilaian ahli adalah penilaian yang diberikan dosen ahli pendidikan bahasa Indonesia dan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Uji coba adalah tanggapan yang diberikan siswa selama pelaksanaan praktik pembelajaran di kelas. Data-data hasil uji coba digunakan untuk memperbaiki produk silabus dan buku teks.

Pengembangan produk ini kemudian dikaji berdasarkan teori yang digunakan. Pendekatan-pendekatan yang memungkinkan keberhasilan pembelajaran, yaitu (1) pendekatan komunikatif, (2) pendekatan terpadu, (3) pendekatan konstruktivisme dan (4) pendekatan student active learning (SAL). Pendekatan behaviorisme dan kognitivisme diterapkan sebagai pembanding dalam pengembangan ini. Pengkajian meliputi silabus dan buku teks. Komponen silabus meliputi (1) kompetensi dasar, (2) materi pokok, (3) indikator, (4) pengalaman belajar, (5) alokasi waktu, (6) sumber belajar, dan (7) penilaian. Sedangkan buku teks meliputi (1) unit dan tema, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) uraian pembelajaran terdiri dari (a) kegiatan awal pembelajaran (apresiasi), (b) kegiatan inti pembelajaran, (c) kegiatan akhir dan (d) kegiatan lanjutan.

(9)

ABSTRACT

Degei, Yermias. 2007. Developing the Syllabus of the Indonesia Languange and Literary Subject With Locality and competency Base For the 10th grade students in the 1st Semester in SMA YPPK Adhi Luhur, in Nabire-Papua. Thesis. Yogyakarta. Sanata Dharma University.

On the essence, language learning is how to communicate. It thus is aimed to increase the learners’ competency in communicating, either orally or in a written form. It is necessary to develop the learning program of Indonesian language and literary subject. The program should be based on the Student Active Learning (SAL) approaches, relevant with the learners’ need as well as local-based-needs.

This is a developmental study producing the syllabus and the text books. It specifically produces the syllabus and the materials of the subject stated. Besides, the indicator of the learning result is relevant to the 10th grade students in the 1st semester in SMA YPPK Adhi Luhur, Nabire Papua.

The problem formulation of this study is “how such a kind of syllabus and materials are developed”. And the objective of this study is to design syllabus and materials, which are relevant with learners’ needs and especially for the Papuans.

Developing the outcome firstly is commenced with learners’ needs analyzing. This aimed to know the information of students’ needs on the Indonesian language and literary subject. Such information was attained through the questionnaires from the students intended, interviewing the teacher of the subject there in such a way of written form, and interviewing the headmaster of the school.

The way of developing the syllabus and materials was based on the procedure proposed in competency based-curriculum (CBC) 2004. Its syllabus was developed in line with the CBC and components arranged by curriculum centre. Certain schools that are regarded to be independent ones are allowed to develop their own syllabus being relevant to their school condition and needs (Depdiknas. 2003; 18). The syllabus developing was done by raising the participation of some experts or any related institute.

To develop the materials and syllabus, I as the researcher involved some experts or counseling lecturer, and the school staffs. The syllabus developing includes (1) planning, (2) implementing, (3) improving, (4) finalizing, and (5) evaluating. Meanwhile, the materials developing includes (1) identifying basic competency, the indicator, and major materials, (2) defining the materials according to the indicator, (3) selecting the relevant media, (4) developing the materials aspects, (5) briefly clarifying the materials aspect, (6) attaching the learners’ materials, (7) list the appendixes of learners’ activities.

To know the quality of the syllabus and text books, it is necessary to test the outcome. The first test was the evaluation from the lecturer of Indonesian language and the teacher of Indonesian language and literary. The second test was the learners’ responses during the micro teaching in the class. And the data of the tests is used to asses the outcome of the syllabus and text book.

(10)

comparison in this developing. The examination involves both syllabus and text books. And the components of syllabus involve (1) the basic competency, (2) major materials, (3) indicator, (4) learning experience, (5) time allocation, (6) learning resources, and (7) the evaluation. Meanwhile, the text books involves (1) units and themes, (2) basic competency, (30 indicator, (4) learning analysis that consist of (a) the class starting or appreciation, (b) the process of learning, (c) closings, (d) extra activities.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah, berkat dan kasihNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tanpa bantuan dan dorongan pembimbing dan berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh kerena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Pastor Drs. J. Prapta Diharja, SJ. M.Hum, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang secara akademik banyak membantu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. B. Widharyanto, M.Pd, selaku pembimbing, yang dengan sungguh penuh perhatian dan kesabaran yang tidak hanya membimbing penulis dalam penyelesaikan skripsi ini tetapi juga telah membantu membangun idealisme-idealime masa depanku dan bangsaku Papua.

3. Pastor P. Basilius Suedibja, SJ, selaku rektor Kolese Le Cocq d’Armandville Nabire Papua, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah dengan memberikan beasiswa.

4. Pastor J. Muji Santara, SJ selaku kepala SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, yang telah memberikan kesempatan praktek mengajar selama enam bulan sekaligus melakukan penelitian.

5. Seno Hari Prakoso, SJ dan Yakobus S. Massora, SS selaku guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, yang telah memberikan keterangan tentang pembelajaran melalui wawancara.

6. R. In Nugroho Budisantoso, SJ, selaku guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire tahun 2001 dan tahun 2002, yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk memberikan masukan-masukan dan saran perbaikan produk pengembangan.

(12)

8. Pak Y.F. Setya Tri Nugraha, S. Pd. yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan penelitian pengembangan ini.

9. Para dosen program studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah membimbing penulis selama belajar dan khususnya dalam proses penyelesaian penelitian pengembangan ini. 10. Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya Kiki Dian

Sunarwati dan Yohanes Adven Sarbani, yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kebersamaan kalian berdua.

11. Teman-teman beasiswa Kolese Le Cocq d’Armandville Nabire Papua: Longginus Pekey, Agustinus Degei, Gerald Bidana, dan Melkias Tekege, yang selalu berada bersama saya dalam belajar di mana saja dan tentang apa saja.

12. Desi Natalia Edowai yang telah menjadi inspirator dan mendorong saya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Des, maafkan saya. Saya egois dan tidak pernah memahami kamu. Hanya kamu yang dapat memahami saya karena itu.. sekali lagi terima kasih. Karena itu pula kamu akan selalu ada dalam ingatanku. Saya ingin kamu tetap selalu dijaga….

13. Bapak Derek Mote yang selalu ada bersama saya di setiap detik kesusahan dan kesenangan. Terima kasih telah menjadi abang yang baik tetapi juga kadang menjengkelkan. Juga Ibu Sisilia Mote yang telah membantu saya secara finansial dan moril pada detik-detik terakhir.

Penulis juga berterima kasih kepada: sa pu teman Rosita Muyapa, adik Maria Iyai, Longginus Manangsang, Sabinus Petege, Mateus Auwe, Joni Kristianus Iyai, Eka Iyai, Tri Kurniawan, Sinyo, adik Leonardus Magai (telah membantu menggambar ilustrasi gambar), dan saudara-saudara lain. Semoga Tuhan Yesus Kristus membalas kebaikan semua pihak.

Akhirnya, terlepas dari berbagai kekurangan, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, para pembaca, dan bagi siapa saja, terutama bagi yang berminat terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Yogyakarta, 19 Juni 2007

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ……… ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Pengembangan ... 10

1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 11

1.4.1 Silabus ... 11

1.4.2 Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia ... 11

1.5 Pentingnya Studi Pengembangan ... 12

1.6 Asumsi dan Batasan Studi Pengembangan ... 13

1.6.1 Asumsi ... 13

1.6.2 Pembatasan Studi Pengembangan ... 14

1.7 Definisi Istilah ... 15

(14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

2.1 Deskripsi Kabupaten Nabire dan SMA YPPK Adhi Luhur Nabire ... 19

2.1.1 Deskripsi Kabupaten Nabire ... 19

2.1. 2 Deskripsi SMA YPPK Adhi Luhur Nabire ... 23

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 32

2.3 Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa... 36

2.3.1 Pendekatan Komunikatif ... 37

2.3.1.1 Teori Kompetensi Komunikatif ... 38

2.3.1.2 Teori Linguitik ... 39

2.3.1.3 Teori Belajar Bahasa... 41

2.3.2 Pendekatan Terpadu ... 43

2.3.3 Pendekatan Kontruktivisme ... 44

2.3.4 Pendekatan Student Active Learning ... 47

2.3.4.1 Prinsip-Prinsip Student Active Learning ... 48

2.3.5 Pendekatan Behaviorisme ... 52

2.3.6 Pendekatan Kognitivisme ... 54

2.4 Pembelajaran bahasa Komunikatif ... 55

2.4.1 Prinsip-prinsip Pendekatan Komunikatif ... 55

2.4.2 Kebutuhan Berbahasa ... 56

2.5 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ... 57

2.5.1 Pengembangan KBK ... 60

2.5.2 Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia KBK ... 61

2.5.2.1 Fungsi dan Tujuan ... 62

2.5.2.2 Kompetensi Umum ... 63

2.5.2.3 Pendekatan dan Pengorganisasian Materi ... 66

2.5.2.4 Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ... 69

2.6 Pengembangan Silabus dan Materi ... 71

2.6.1 Pengembangan Silabus KBK ... 71

2.6.1.1 Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus ... 72

2.6.1.2 Model Pengembangan Silabus ... 81

2.6.1.3 Tahapan Pengembangan Silabus... 82

(15)

5.6.2 Pengembangan Materi KBK ... 85

2.6.2.1 Prinsip-prinsip Pengembangan ... 85

2.6.1.2 Bentuk Materi ... 86

2.6.1.3 Langkah-langkah Pengembangan Materi KBK ... 88

2.7 Kerangka Berpikir ... 89

BAB III METODE PENGEMBANGAN... 91

3.1 Metode Pengembangan ... 91

3.2 Prosedur Pengembangan ... 93

3.2.1 Analisis Kebutuhan ... 93

3.2.2 Pengembangan Silabus ... 93

3.2.3 Pengembangan Materi ... 95

3.3 Uji Coba Priduk ... 96

3.4 Subjek Penelitian ... 98

3.5 Jenis Data ... 99

3.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 99

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 102

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA ... 104

4.1 Paparan dan Pembahasan Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 104

4.1.1 Paparan dan Pembahasan Data Materi dan Kegiatan Pembelajaran... 105

4.1.2 Paparan dan Pembahasan Data Minat dan Motivasi ... 123

4.1.3 Paparan dan Pembahasan Data Harapan dan Kebutuhan ... 128

4.1.4 Paparan dan Pembahasan Data Hasil Wawancara ... 138

4. 2 Paparan dan Pembahasan Data Uji Coba Produk ... 151

4. 2.1 Paparan dan Pembahasan Data Uji Coba Pakar ... 151

4. 2.2 Paparan dan Pengembangan Data Uji Coba Guru ... 155

4.2.3. Paparan dan Pembahasan Saran Revisi Dosen Penguji ... 161

BAB V PENUTUP ... 162

(16)

5.1.1 Kajian Produk Silabus ... 162

5.1.2 Kajian Produk Silabus ... 168

5.2 Implikasi ... 170

5.3 Saran-saran ... 171

5.3.1 Saran untuk Keperluan Pemanfaatan Buku Teks ... 171

5.3.2 Saran untuk Kepentingan Pengembangan Lebih Lanjut ... 172

5.3.3 Saran untuk Para Penulis Buku Teks ... 172

DAFTAR PUSTAKA ... 174

(17)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Tahapan Pembelajaran Bermakna ... 76 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 90 3.1 Pembelajaran Disusun Berdasarkan Satu atau Lebih Indikator dalam

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi Penilaian Produk Silabus dan Materi ... 97

3.2 Kisi-kisi Uji Coba Materi di Kelas ... 98

3.3 Kisi-kisi Kuisioner Kenyataan Materi Pelajaran yang Telah Dipelajari di Kelas X SMA YPPK Adhi Luhur ... 100

3.4 Kisi-kisi Kuisioner Kenyataan Kegiatan Belajar Mengajar ... 100

3.5 Kisi-kisi Kuisioner Minat dan Motivasi Siswa ... 101

3.6 Kisi-kisi Kuisioner Harapan Kebutuhan Siswa ... 101

3.7 Pedoman Wawancara Guru Mata Pelajaran ... 101

3.8 Pedoman Wawancara Pengelola SMA YPPK Adhi Luhur Nabire ... 102

3.9 Kriteris Penilaian Produk Pengembangan ... 103

4.1 Data Tentang Materi Pembelajaran yang Telah Disajikan ... 105

4.2 Data Kegiatan Pembelajaran yang Telah Berlangsung ... 114

4.3 Data Minat dan Motivasi ... 123

4.4 Data Harapan Siswa Tentang Kegiatan Pembelajaran ... 128

4.5 Data Harapan Siswa Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 133

4.6 Data Kebutuhan Buku Teks ... 137

4.7 Data Hasil Uji Coba Produk Buku Teks Oleh Pakar ... 151

4.8 Data Hasil Uji Coba Produk oleh Guru ... 155

(19)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Kenyataan Tentang Materi Pembelajaran yang Telah Disajikan ... 107

4.2 Kenyataan Tentang Kegiatan Pembelajaran yang Telah Berlangsung ... 115

4.3 Kenyataan Tentang Minat dan Motivasi ... 125

4.4 Kenyataan Harapan Siswa Tentang Kegiatan Pembelajaran ... 129

4.5 Kenyataan Tentang Harapan Siswa Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 134

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Halaman

1. Angket untuk Siswa SMA YPPK Adhi Luhur Nabire yang Telah Menempuh Mata Pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia ... 178 2. Angket untuk Siswa SMA YPPK Adhi Luhur Nabire

yang Belum Menempuh Mata Pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia ... 183 3. Pedoman Wawancara Guru

Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

SMA YPPK Adhi Luhur Nabire ... 186 4. Pedoman Wawancara Kepala

SMA YPPK Adhi Luhur Nabire ... 190 5. Angket Penilaian Guru Terhadap Produk Silabus

dan Materi Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia Berbasis Kompetensi dan Lokalitas

untuk SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Kelas X Semester 1 ... 192 6. Angket Penilaian Ahli Pendidikan Bahasa Indonesia

Terhadap Produk Silabus dan Materi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Berbasis

Kompetensi dan Lokalitas untuk SMA

YPPK Adhi Luhur Nabire Kelas X Semester 1 ... 194 7. Surat Izin Penelitian dari Dekan FKIP

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 196 8. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala

SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua ... 197 9. Surat Keterangan Kepala SMA YPPK

Adhi Luhur Nabire Tentang Guru

Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ... 198 10. Biodata Penulis ... 199

Lampiran II

1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X Semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua

2. Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X Semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan yang melingkupinya dan mempertemukan manusia dengan kodrat sejatinya, yaitu kemanusiaan. Freire (2002) melalui Yunus (2004:1) mengatakan, pendidikan merupakan salah satu upaya mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia agar terhindar dari berbagai bentuk penindasan, kebodohan sampai kepada ketertinggalan. Oleh karena manusia sebagai pusat pendidikan, maka manusia harus menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang bermartabat (Yunus, 2000).

Pendidikan pembebasan adalah pendidikan lokalitas yang diletakkan di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat. Pembicaraan tentang kebebasan suatu masyarakat manusia akan menjadi apabila meletakkan pendidikan sebagai hak primer dan dilakukan berbasiskan kebutuhan lokal dan realitas masyarakat. Mangunwijaya (tanpa tahun) mengatakan semua negara yang beradab dan demokratis mengakui hak primer pendidikan. Maka pendidikan sebagai hak primer harus menjadi proses dialektis antarmanusia. Karena sejak lahir, manusia mendapatkan bekal pendidikan oleh orang tua di rumah kemudian mendapatkan pendidikan dalam lingkungan sekolah, dan pada akhirnya manusia menemukan pendidikan dari proses interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat.

(22)

merupakan angin segar untuk meletakkan pendidikan di tengah-tengah realitas sosial masyarakat. Depdiknas (2003:3) menjelaskan, kewenangan pemerintah daerah ini perlu dilaksanakan secara luas, utuh dan bulat, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi pada semua aspek pemerintahan (penjelasan atas PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah provinsi sebagai Daerah Otonom).

Pemberlakuan otonomi daerah yang kemudian diikuti oleh otonomi pendidikan memberikan angin segar bagi peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Khususnya daerah-daerah yang telah lama mengikuti sistem pendidikan sentralistik pada masa Orde Baru. Dengan adanya desentralisasi pendidikan diharapkan proses pendidikan dapat memberikan ruang yang lebih baik bagi katerlibatan guru-guru untuk bereksplorasi kemampuannya secara mendalam sesuai kebutuhan siswa dan realitas sosial masyarakatnya.

(23)

(2002:1), pembelajaran dikatakan aktif apabila para siswa banyak melakukan aktivitas. Locke dalam Widharyanto (2002:1) memperjelas, dalam model ini, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa sendiri dan bukan dengan cara transfer pengetahuan, pengalaman, keterampilan oleh guru kepada siswa. KBK memberikan keleluasaan untuk menemukan jati diri siswa, guru dan masyarakat dalam menentukan arah sekolah. Sekolah diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran secara (aktif) efektif dan materi pembelajaran diharapkan relevan dengan tuntutan/kebutuhan siswa, lingkungan yang akan menggunakan lulusan tanpa menutup diri terhadap tuntutan nasional dan global.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaanya (Depdiknas, 2003:3). Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Kurikulum ini diarahkan untuk siswa terbuka terhadap beraneka ragam informasi yang hadir di sekitarnya dan dapat menyaring yang berguna, belajar menjadi diri sendiri, dan siswa menyadari eksistensi budayanya sehingga tidak tercabut dari lingkungannya.

(24)

dan Sastra Indonesia sebagai (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahun, teknologi dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman beraneka ragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusasteraan Indonesia.

Dilihat dari pengertian, fungsi dan standar kompetensi yang dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) agar pembelajar memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk meningkatkan kemampuan kognitif, kematangan emosional kematangan sosial dan menerapkannya dalam realitas sosial masyarakat. Sedangkan pembelajaran sastra agar pembelajar dapat mengembangkan kepribadiannya dengan memperluas wawasan tentang hidup, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa dengan menikmati dan memanfaatkan karya sastra.

(25)

lisan maupun tulisan dalam kehidupan nyata kurang. Penggunaan bahasa Indonesia secara benar belum memadai bagi kebanyakan siswa, sehingga antara konsep berbeda dengan apa yang diungkapkan. Akhirnya menimbulkan pemahaman yang kurang tepat bagi pembaca maupun pendengar. Minat terhadap sastra Indonesia terlihat semakin kurang. Secara mendasar usaha untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan bersastra Indonesia ditempuh melalui perbaikan pembelajaran mulai dari jenjang rendah hingga jenjang yang paling tinggi (Werdiningsih, 1998:2).

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA merupakan mata pelajaran yang penting di sekolah. Bahasa dan sastra Indonesia dapat menjadi mata pelajaran pengantar dalam pembelajaran mata pelajaran yang lain. Maka penguasaan keterampilan berbahasa dalam bentuk keterampilan mengungkapkan pikiran, gagasan, ide, pendapat, pesetujuan, keinginan, maupun menyampaikan informasi tentang peristiwa oleh siswa sangat penting. Hal itu disampaikan melalui aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf, dengan mempertimbangkan ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan (Depdiknas, 2003:7).

(26)

Dalam komunikasi, kata menduduki peranan yang penting. Maka penguasaan kosakata siswa sangat menentukan keberhasilan dalam berkomunikasi. Berbagai penelitian telah menunjukkan, semakin tinggi kemampuan berbahasa dan mengapresiasi sastra, semakin tinggi pula prestasi dalam mata pelajaran lain. Oleh karena itu pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya berorientasi pada pengetahuan dasar tetapi juga pada aspek kemahiran berbahasa dan mengapresiasi sastra Indonesia. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan bersastra dapat dimanfaatkan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain dan dapat menerapkannya dalam lingkungan sosial yang nyata.

(27)

pembelajaran dalam berbagai aspek, maka perlu disusun materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang fungsional berbasiskan analisis kebutuhan.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang menghargai realitas masyarakat, khususnya realitas perbedaan siswa SMA YPPK Adhi Luhur Nabire sangat penting. Siswa SMA YPPK Adhi Luhur Nabire terdiri dari tiga golongan siswa dengan kemampuan berbahasa dan bersastra yang berbeda. Pertama, siswa yang berasal dari pesisir pantai. Kedua, siswa yang berasal dari pegunungan. Ketiga, siswa pendatang. Siswa yang berasal dari pesisir pantai, sebagian besar menguasai bahasa Indonesia pasaran, tetapi kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar kurang dikuasainya. Siswa yang berasal dari pegunungan, kemampuan berbahasa Indonesia kurang dan kaku. Hal ini dikarenakan lingkungan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan lingkungan masyarakat pegunungan yang jarang menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran maupun dalam lingkungan masyarakat. Kemampuan berbahasa Indonesia siswa pendatang rata-rata bagus. Kemampuan bersastra pun rata-rata tidak berbeda dengan kemampuan berbahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire selama ini diampu oleh seorang guru tetap. Selebihnya adalah honorer yang berisiko selalu berganti di perjalanan sementara mereka juga mengajar di SMA lain. Perencanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diserahkan kepada masing-masing guru pengampu mata pelajaran tersebut. Hal ini mengakibatkan adanya keragaman silabus bahasa dan sastra Indonesia. Apabila guru yang mengajar tanpa perencanaan pembelajaran (silabus) yang jelas, tentu akan lebih memprihatinkan lagi.

(28)

pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran tentunya perlu dikembangkan silabus dan materi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang fungsional dan komunikatif untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin Papua. Adapun model pengembangan yang memenuhi harapan tersebut adalah model silabus dan pengembangan materi yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran dan disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan.

Seperti yang dijelaskan di atas, SMA YPPK Adhi Luhur Nabire terdiri dari tiga golongan siswa, yaitu siswa yang berasal dari pesisir pantai, pengunungan dan pendatang. Tidak semua dari tiga golongan siswa ini melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi ada yang masuk dunia kerja dan ada yang kembali ke kampung (khusus untuk siswa dari pegunungan). Untuk itu, perlu disusun silabus dan materi pelajaran yang mempertimbangkan tiga golongan siswa tersebut. Silabus dan materi pembelajaran diarahkan untuk memberikan bekal yang cukup bagi tiga golongan siswa itu. Dengan demikian pengembangan silabus dan materi berdasarkan analisis kebutuhan tiga golongan siswa tersebut dirasa sangat penting. Pembelajaran sepatutnya memberikan wawasan kerja sesuai dengan lingkungannnya. Hal ini sangat mendukung pembelajar setelah selesai dari tingkat pendidikan yang mereka tempuh. Kemudian langkah selanjutnya tergantung dari mereka yang penting mereka memiliki suatu keterampilan atau hasil dari pendidikan yang mereka tempuh.

(29)

akan menggunakan lulusan. Jika penyusunan silabus benar-benar didasarkan pada hasil analisis kebutuhan berbagai pihak, maka dimungkinkan dapat tersusun program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, sedangkan materi pembelajaran sebagai salah satu komponen penting pembelajaran dapat mendukung efektivitas pembelajaran, jika dikembangkan berdasarkan tujuan yang menggambarkan kebutuhan siswa serta dilengkapi dengan perangkat penunjang (Werdiningsih, 1998).

Pengembangan model silabus perlu didasarkan pada pendekatan pembelajaran bahasa. Mengingat bahasa adalah sarana untuk komunikasi maka orientasi pembelajaran perlu dititikberatkan pada pendekatan komunikatif. Werdiningsih (1998:7) mengatakan, pembelajaran bahasa dengan menggunakan pendekatan komunikatif merupakan pembelajaran bahasa yang bertujuan membentuk kemampuan atau kompetensi komunikatif. Mulyasa (2003:89) mengatakan, bahasa Indonesia mengembangkan kemampuan komunikasi (lisan-tulis) sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain, berpikir kritis dalam berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan sikap menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan apresiasi terhadap karya sastra Indonesia. Maka, dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, kompetensi komunikatif yang hendak dicapai adalah kemampuan menggunakan bahasa Indonesia (baik lisan maupun tulis) dalam komunikasi dan kemampuan bersastra dalam kehidupannya.

(30)

lokalitas atau didasarkan pada kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat. (3) pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire selama ini diampu oleh seorang guru tetap. Selebihnya adalah honorer yang berisiko selalu berganti di perjalanan sementara mereka juga mengajar di SMA lain. Hal ini mengakibatkan belum ada silabus dan buku teks tetap yang menggambarkan karakteristik latar belakang siswa dan lingkungan sosial siswa (4) pembelajaran bahasa dan sastra Indonseia belum berdasarkan pada pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, sehingga kemampuan berbahasa dan bersastra alumni SMA YPPK Adhi Luhur Nabire masih terbatas (5) dilihat dari beberapa alasan di atas, kepala SMA YPPK Adhi Luhur dan rektor Kolese Le Cocq d’Armandville mendukung penuh untuk melakukan penelitian studi pengembangan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang diangkat dalam penelitian studi pengembangan ini adalah “Bagaimanakah Silabus dan Materi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Berbasis Kompetensi dan Lokalitas untuk kelas X Semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Papua?”

1.3 Tujuan Studi Pengembangan

(31)

dengan kebutuhan siswa dan masyarakat Papua khususnya di kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire-Papua.

1.4Spesifikasi Produk yang Diharapkan

1.4.1 Silabus

Silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berisi beberapa komponen sebagai berikut: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu, sarana/sumber belajar dan aspek/bentuk penilaian (Depdiknas, 2003:5). Urutan penyusunan dalam silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, yaitu (1) identitas mata pelajaran, (2) kelas (3) semester (4) unit ke- (5) tema (6) standar kompetensi (7) kompetensi dasar (8) indikator (9) materi pokok (10) teknik dan media, (11) alokasi waktu (12) sarana/sumber belajar (11) aspek/bentuk penilaian.

1.4.2Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia

Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berisi beberapa komponen. 1) Unit dan Tema

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berbasis kompetensi berisi delapan standar kompetensi (Depdiknas, 2003:9-10). Unit dan tema akan dicantumkan sesuai dengan jumlah standar kompetensi yang ada pada kelas X semester I. 2) Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator Hasil Belajar

Kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator hasil belajar akan dicantumkan sebagai fokus atau arah dalam pembelajaran bagi siswa dan guru.

3) Uraian Pembelajaran

(32)

(a) kegiatan awal pembelajaran antara lain: (1) membangkitkan minat (penguatan) kepada pembelajar dengan cara penjelasan singkat (tujuan pembelajaran) tentang pentingnya penguasaan materi tertentu, (2) mengecek kemampuan atau konsep awal siswa tentang suatu materi dengan cara menyajikan pertanyaan lisan maupun tertulis.

(b) kegiatan inti pembelajaran antara lain: (1) penyajian materi berupa teks bacaan, permainan, menulis cerita berdasarkan gambar dan mendengarkan rekaman radio atau TV, (2) pembahasan materi berupa diskusi dalam kelompok kecil, dan (3) pelaporan kegiatan siswa secara tertulis maupun lisan secara kelompok maupun dan individu.

(c) Kegiatan akhir antara lain: (1) penyimpulan bersama antara guru dan siswa, (2) kegiatan pengayaan untuk pengkajian ulang pemahaman siswa tentang suatu topik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan (3) tugas kelompok dan individu di luar kelas.

1.5Pentingnya Studi Pengembangan

Studi pengembangan silabus dan materi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi dan lokalitas di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, perlu dilakukan karena beberapa alasan berikut:

(33)

2. Mulai diberlakukan secara nasional berbasis kompetensi pada tahun 2004 secara nasional, termasuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

3. Studi pengembangan materi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan KBK dan lokalitas diharapkan akan mempermudah siswa dalam mempelajari mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya kelas X semester I, SMA YPPK Adhi Luhur Nabire-Papua.

4. Bagi guru, hasil studi pengembangan silabus dan materi pelajaran ini diharapkan

dapat menunjang keberhasilan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, khususnya di Papua dan lebih khusus kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.

5. Studi pengembangan ini merupakan salah satu usaha meningkatan pembelajaran yang lebih efektif, komunikatif, interaktif dan sesuai dengan kebutuhan siswa atau lokalitas SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.

1.6Asumsi dan Batasan Pengembangan

1.6.1Asumsi

Asumsi yang melandasi studi pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire memiliki kemampuan dasar berbeda-beda dalam berbahasa dan bersastra Indonesia. Hal ini disebabkan karena siswa SMA YPPK Adhi Luhur Nabire terdiri dari tiga golongan siswa dengan latar belakang pendidikan dasar yang berbeda. 2. Kemampuan siswa kelas X semester I dalam berbahasa dan bersastra

(34)

masyarakat, komunikasi formal, penunjang mempelajari mata pelajaran lain, dan jenjang pendidikan selanjutnya.

3. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA selama ini belum berdasarkan lokalitas dan hasil analisis kebutuhan siswa.

4. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa kelas X dan kelas XI SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, kepala sekolah, guru pengampu maupun analisis kebutuhan masyarakat yang akan menggunakan lulusan, dapat disusun silabus dan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan kurikulum 2004 dengan mempertimbangkan lokalitasnya.

5. Materi dalam bentuk buku teks berdasarkan analisis kebutuhan dan berbasis lokalitas diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.

1.6.2Pembatasan Studi Pengembangan

Studi pengembangan ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Pada silabus dan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, khususnya di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.

2. Silabus dan materi yang akan disusun dibatasi hanya untuk kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.

(35)

1.7Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadi penyimpangan makna istilah-istilah tertentu yang digunakan dalam studi pengembangan ini, berikut dijelaskan definisinya.

1. Studi adalah penelitian ilmiah; kajian; telaahan secara mendalam dan utuh tentang sesuatu (KBBI, 2001:1093). Dalam hal ini menganalisis secara utuh dan mendalam kebutuhan pembelajaran siswa kelas X semester I SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.

2. Pengembangan adalah suatu proses yang sistematis dalam rangka menghasilkan produk berupa silabus dan buku teks yang dapat digunakan secara efektif, efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia (Werdiningsih, 1999:13)

3. Silabus merupakan acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan penilaian hasil belajarnya. Silabus berisi komponen dasar yang dapat menjawab permasalahan: (1) apa yang akan dibelajarkan, (2) bagaimana cara membelajarkannya, dan (3) bagaimana cara memenuhi target pencapaian hasil belajarnya (Depdiknas, 2004:2)

4. Materi adalah bahan ajar yang berisi seperangkat konsep, fakta, prinsip-prinsip, dan prosedur yang dirancang berdasarkan pendekatan dan sistematika tertentu untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran (Werdiningsih, 1999:13)

(36)

petunjuk, tujuan, daftar bacaan yang relevan, dan latihan (Werdiningsih, 1999:13).

6. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah umum dengan tujuan (1) agar siswa menghargai dan membanggai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (2) agar siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan, (3) agar siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, kematangan sosial, (4) agar siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) agar siswa menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) agar siswa menghargai dan membanggai sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2003:4).

7. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

(37)

dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Mulyasa, 2003:38).

9. Kurikukum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa (Depdiknas, 2003:14).

10. Kurikulum mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berbasis kompetensi adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia (Depdiknas, 2003:6).

11. Lokalitas dalam studi pengembangan ini adalah silabus dan materi mata pembelajaran (tema buku teks), khususnya teks yang sesuai dengan masalah-masalah sosial (budaya, lingkungan, ekonomi, pendidikan, gender, hak asasi manusia, kesehatan, korupsi dan minuman keras serta narkoba.

12. Pendekatan adalah seperangkat asumsi, persepsi, kayakinan dan teori tentang bahasa dan pembelajaran bahasa yang akan menjiwai keseluruhan proses belajar bahasa dan berbahasa (Widharyanto, 2003:20 melalui Wahyu, 2004:9).

13. Metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan bahasa secara rapi dan tertib, yang tidak mengandung bagian-bagian yang berkontradiksi, yang semuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih (Anthony, 1963:63-70-N).

(38)

Teknik ini haruslah konsisten dengan metode dan oleh karena itu harus selaras dan serasi juga dengan pendekatan (Anthony, 1963-N).

1.8Sistematika Penyajian

Pada bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya pengembangan asumsi, pembatasan pengembangan, definisi istilah, sistematika penyajian, dan jadwal penelitian. Bab kedua berisi kajian penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori-teori yang relevan. Teori-teori terdahulu yang relevan, antara pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa, pembelajaran bahasa komunkatif, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pengembangan silabus dan materi berdasarkan KBK, dan kerangka penelitin. Bagian ketiga menyajikan metode pengembangan yang berisikan model pengembangan, prosedur pengembangan, dan rincian hal-hal yang diperlukan dalam uji coba produk.

(39)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini diuraikan tentang deskripsi Kabupaten Nabire, SMA YPPK Adhi Luhur Nabire dan penelitian sejenis serta teori-teori yang relevan. Deskripsi kabupaten Nabire, SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, hasil penelitian yang relevan dan teori-teori tersebut akan digunakan sebagai landasan dan kerangka berpikir untuk pemecahan masalah yang diteliti.

Sistematika penyajiannya sebagai berikut: pertama, deskripsi Kabupaten Nabire dan SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, kedua kajian hasil penelitian terdahulu yang relevan dan bagian ketiga kajian teori-teori terdahulu yang mencakup: (1) pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa, (2) pembelajaran bahasa komunkatif, (3) kurikulum berbasis kompetensi (KBK), (4) pengembangan silabus dan materi berdasarkan KBK, dan (5) kerangka penelitin. Pada bagian keempat berisi kerangka pemikiran.

2.1 Deskripsi Kabupaten Nabire dan SMA YPPK Adhi Luhur Nabire

Gambaran tentang kabupaten Nabire dan SMA YPPK Adhi Luhur Nabire penting dipaparkan pada bagian ini. Gambaran umum ini akan membantu peneliti dalam pengembangan silabus dan buku teks mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia

(40)

2.1.1 Deskripsi Kabupaten Nabire

Secara geografis, Kabupaten Nabire terletak di kawasan Teluk Cenderawasih, bagian tengah Provinsi Papua. Kabupaten Nabire terdiri dari 10 distrik, yakni distrik Yaur, Wanggar, Nabire, Napan, Siriwo, Uwapa, Sukikai, Mapia, Ikrar, dan Kamuu. Kabupaten Nabire sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Waropen, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Paniai dan Waropen, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mimika, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wandama dan Kaimana. Berdasarkan PP No. 52 Tahun 1996 Kabupaten Nabire

memiliki luas wilayah 15.358 km2.

Pada zaman Belanda, pusat pemerintahan terletak di Enarotali (daerah pedalaman, kini ibu kota kabupaten Paniai). Namun, melalui penentuan pendapat rakyat (PEPERA) tahun 1969, Papua diintegrasikan dengan Indonesia. Setelah Papua dintegrasikan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, pusat pemerintahan dialihkan ke Nabire.

Kabupaten Nabire mengalami perkembangan yang cukup pesat, karena didukung oleh transfortasi laut dan udara yang memadai. Kabupaten Nabire memunyai transfortasi udara dan laut yang menghubungkan dengan daerah lain di Indonesia. Dengan adanya transportasi ini perubahan di segala bidang terjadi secara cepat. Jumlah penduduk di Nabire dari tahun ke tahun semakin bertambah, lebih-lebih dengan datangnya transmigran. Dengan demikian, jumlah penduduk hingga sekarang mencapai + 41.500 jiwa, sedang penduduk seluruh Kabupaten Nabire + 111.000 jiwa.

(41)

ibu kota kabupaten Nabire sehingga hanya dapat dijangkau dengan transportasi udara: Twin Otter/Merpati, MAF dan AMA (penerbangan misionaris Zending dan Katolik). Walaupun kini ada jalan darat yang menghubungkan dengan daerah-daerah di pedalaman, namun selalu saja mengalami kesulitan karena kondisi alam yang tidak bersahabat.

Daerah Nabire dan sekitarnya terletak di atas 3 lempengan bumi yang mengakibatkan daerah itu rawan gempa bumi. Gempa bumi besar terakhir terjadi pada tanggal 6 Februari 2004. Gempa itu berkekuatan 6,9 skala Richter di sebelah Tenggara diikuti dengan gempa susulan pada tanggal 8 Februari 2004 di sebelah Barat Laut. Korban jiwa meninggal 37 orang, ratusan orang terluka, dan kerugian materi (fasilitas umum) mencapai milyaran rupiah.

Kota ini menjadi pusat pemerintahan kabupaten Nabire dan pusat perdagangan kabupaten dan kecamatan sekitarnya, lebih-lebih kabupaten dan kecamatan yang berada di pedalaman/pegunungan. Selain itu, karena letaknya yang strategis, maka kota Nabire menjadi tempat tujuan bagi para pendatang baik dari pedalaman maupun dari luar Papua. Banyak dari mereka yang tinggal dan berusaha di Nabire. Oleh karena itu, dilihat dari sisi ekonomi, kota Nabire nampak semakin berkembang dari tahun ke tahun. Semua keperluan hidup dapat diperoleh di kota Nabire, khususnya bagi penduduk pedalaman di sekitar kota Nabire.

(42)

berbaling-baling). Transportasi ke daerah pedalaman sekarang semakin lancar dengan kehadiran banyak maskapai penerbangan perintis. Rata-rata mereka menggunakan pesawat jenis Cessna, Twin Otter maupun Pilatus untuk menuju ke pedalaman. Pemakaian transportasi udara ini hingga saat ini masih menjadi prioritas sebagian besar masyarakat pedalaman karena transportasi darat belum baik.

Penduduk kota Nabire terdiri dari penduduk asli Papua yang terdiri dari berbagai suku (misalnya suku Mee, Dani, Damal, Dauwa, Moni, Nayak, Auye, Wate, Waropen, Moor-Mambor, Yerisiam) dan suku-suku pendatang, misal dari Sulawesi (Toraja, Manado, Makasar/Bugis), Jawa, dan Maluku. Meskipun kepercayaan asli masih mewarnai kehidupan sehari-hari, secara umum penduduk terbagi dalam 60% beragama Kristen Protestan, 25% Katolik, 10% Islam dan 5% Hindu-Budha.

Kebanyakan pendatang memiliki keterampilan yang cukup tinggi, mampu meningkatkan taraf hidup yang layak sehingga kehidupan mereka cukup berada. Umumnya mereka bekerja sebagai pegawai negeri, pengusaha, pedagang, petani, tukang, dan lebih banyak TNI/Polri. Sedang keadaan sosial-ekonomi putera daerah pada umumnya menyedihkan. Mereka yang bekerja sebagian besar sebagai pegawai negeri. Hal ini merupakan buah dari kebijaksanaan pemerinatah memberikan otonomi khusus. Kebanyakan mereka memegang pucuk pimpinan kantor pemerintahan.

(43)

Pada umumnya keadaan kesehatan masyarakat diwarnai oleh indikasi kekurangan gizi dan penyakit endemik seperti malaria, TBC, dan gangguan pernafasan. Angka kematian ibu dan anak tinggi. Sementara itu fasilitas pelayanan kesehatan masih sangat terbatas. Adapun fasilitas kesehatan yang ada ialah: Rumah Sakit Umum Daerah ada satu dan Pusat Kesehatan Masyarakat ada lima.

2.1.2 Deskripsi SMA YPPK Adhi Luhur Nabire

2.1.2.1 Sejarah SMA YPPK Adhi Luhur Nabire

SMA YPPK Adhi Luhur adalah sekolah milik Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik (YPPK) keuskupan Timika. Pada tahun 1980-an, siswa yang telah tamat SMP di pedalaman dikirim ke sekolah dan asrama di Jayapura (Ibu kota provinsi Papua). Di sana mereka masuk di SMA, Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Pendidikan Guru Agama Katolik (PGAK), dan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA). Sekitar tahun 1984-1986 sekolah- sekolah tersebut ditutup. Dengan ditutupnya sekolah sekolah tersebut dan semakin mahalnya biaya untuk sekolah dan asrama di Jayapura, anak anak dari daerah pedalaman Nabire cenderung memilih bersekolah di kota Nabire. Nabire menjadi tempat tujuan pendidikan anak-anak dari pedalaman.

(44)

Pada tahun 2000, Serikat Yesus (SY) diberi kepercayaan oleh Keuskupan Jayapura (sekarang Nabire termasuk keuskupan Timika) untuk mengelola SMA ini, dengan seizin Pater Jendral Serikat Jesus (SJ). Visi dan misi SMA YPPK Adhi Luhur Nabire adalah: “Menciptakan tatanan baru bagi masyarakat Papua yang sedang merindukan pembebasan diri dari kebodohan dan pengembangan diri sesuai dengan jati dirinya. Oleh karena itu, Yesuit terpanggil untuk menyumbangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan kekayaan rohani yang dimiliki untuk memberdayakan putera-puteri Papua, khususnya dalam dan melalui pendidikan. Visi di atas dicapai melalui misi SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, yakni “Menjadi pribadi unggul dalam intelektual, dengan bersedia belajar terus-menerus, menjaga kemurnian hati nurani, dan bertanggung jawab penuh dan terlibat nyata dalam hidup bersama di sekolah dan masyarakat. Misi ini tertuang dalam semboyan 3 C (Competence, Conscience, Compassion), (Degei, 2006: 9).

Sejalan dengan visi dan misi di atas SMA YPPK Adhi Luhur Nabire memiliki quota lebih besar untuk putra daerah. Putra daerah 75% dan 25% untuk siswa pendatang. Hal-hal yang menyebabkan Serikat Yesus bersedia mengelola SMA ini ialah karena pertama posisi Nabire yang strategis yakni di tengah-tengah tanah Papua dan berada sebagai transit bagi masyarakat pedalaman/pegunungan, dan kedua mayoritas siswanya adalah dari masyarakat (asli) Papua (Yesuit di tanah Papua, 2001).

(45)

Semarang, dan terakhir, dan SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.

Para Yesuit (sebutan untuk anggota SJ) yang berkarya di SMA YPPK Adhi Nabire hingga saat ini terdiri dari empat pater, dua frater, dua bruder, dan dibantu oleh seorang suster Abdi Kristus (AK). Sedangkan latar belakang pendidikan para guru di SMA Adhi Luhur bervariasi, ada yang dari Univesitas Sanata Dharma, Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Surabaya), Universitas Cendrawasih (UNCEN), Universitas Atmajaya Ujung Pandang, IKIP Manado (sekarang Universitas Negeri Manado), IKIP Semarang (sekarang Universitas Negeri Semarang), Universitas Pattimura, Universitas Hasannudin, Universitas Terbuka, dan lain-lain.

Sekolah Menengah Atas YPPK Adhi Luhur Nabire merupakan bagian dari Kolese Le Cocq d’Armanville Nabire bersama peternakan babi, pertukangan kayu 'Alfonsus', dan asrama putra “Taruna Karsa” dan asrama putri “St. Theresia”. Le Cocq d’Armanville adalah pastor ordo Serikat Jesus pertama yang menginjakkan kaki di tanah Papua, melalui pantai selatan (Mimika) dan konon terbunuh di sana.

Peternakan babi untuk mendukung dan mengimbangi pendidikan formal orang muda asli pedalaman di Nabire. Kolese Le Cocq d’Armandville Nabire mengusahakan pendidikan terpadu, yaitu memberikan keterampilan peternakan babi dan pertukangan kayu. Sedangkan asrama putra “Teruna Karsa” dan asrama putri St. Theresia untuk membantu anak-amak yang berasal dari pedalaman. Teruna Karsa adalah asrama untuk putra, dan St. Theresia adalah asrama untuk putri. Keduanya dapat menampung 50 orang siswa.

(46)

berasal dari pegunungan tetapi juga orang tua murid dari pesisir pantai maupun pendatang yang ada di Nabire maupun luar Nabire. Bertambahnya jumlah penduduk yang datang dari pegunungan, pulau-pulau di pesisir pantai maupun transmigran, siswa yang sekolah di SMA YPPK Adhi Luhur semakin bertambah dan terdiri dari tiga kelompok, yakni siswa dari pengunungan, pesisir pantai dan pendatang.

2.1.2.2 Situasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire selama ini diampu oleh seorang guru tetap. Selebihnya adalah honorer yang berisiko selalu berganti di perjalanan sementara mereka juga mengajar di SMA lain. Perencanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diserahkan kepada masing-masing guru pengampu mata pelajaran tersebut. Hal ini mengakibatkan adanya keragaman silabus bahasa dan sastra Indonesia. Apabila guru yang mengajar tanpa perencanaan pembelajaran (silabus) yang jelas, tentu akan lebih memprihatinkan lagi.

Berdasarkan beberapa hal tersebut, perlu dikembangkan program pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran tentunya perlu dikembangkan silabus dan materi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang fungsional dan komunikatif untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin Papua. Adapun model pengembangan yang memenuhi harapan tersebut adalah model silabus dan pengembangan materi yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran dan disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan.

(47)

pendatang. Tidak semua dari tiga golongan siswa ini melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi ada yang masuk dunia kerja dan ada yang kembali ke kampung (khusus untuk siswa dari pegunungan). Untuk itu, perlu disusun silabus dan materi pelajaran yang mempertimbangkan tiga golongan siswa tersebut. Silabus dan materi pembelajaran diarahkan untuk memberikan bekal yang cukup bagi tiga golongan siswa tersebut. Dengan demikian pengembangan silabus dan materi berdasarkan analisis kebutuhan tiga golongan siswa tersebut dirasa sangat penting. Pembelajaran sepatutnya memberikan wawasan kerja sesuai dengan lingkungannnya. Hal ini sangat mendukung pembelajar setelah selesai dari tingkat pendidikan yang mereka tempuh. Kemudian langkah selanjutnya tergantung dari mereka yang penting mereka memiliki suatu keterampilan atau hasil dari pendidikan yang mereka tempuh.

(48)

bahasa Indonesia (baik lisan maupun tulis) dalam komunikasi dan kemampuan beraastra dalam kehidupannya.

2.1.2.3 Kondisi Gedung dan Lingkungan Sosial

2.1.2.3.1 Kondisi Bangunan

Kondisi bangunan SMA YPPK Adhi Luhur Nabire sudah permanen. Seluruh bangunan bertembok. Atap-atap menggunakan daun seng dengan lagit-lagit berpelapon tripelks yang sudah dicat berwarna putih. Beberapa ruang retak akibat gempa bulan Februari tahun 2005, namun kini sedang direnopasi. SMA YPPK Adhi Luhur Nabire berbentuk huruf U. Adapun batas-batas wilayah SMA YPPK Adhi Luhur Nabire adalah sebagai berikut: sebelah Timur asrama putra “Taruna Karsa”, sebelah Selatan lapangan sepak bola, agak rawah-wawah dengan pepohonan yang tinggi. Sebelah Barat (bagin depan kantor) Radio Republik Indonesia (RRI) Nabire dan bagian belakang rumah warga. Bagian Utara (depan sekolah) jalan utama, yakni jalan Merdeka.

Sekolah Menengah Atas YPPK Adhi Luhur Nabire strategis karena mudah dijangkau dengan angkutan kota dari semua arah. Proses pembelajaran tidak terlalu terusik oleh ramainya suara mesin kendaraan dan keributan lainnya. Ruang-ruang kelas agak tertutup ke dalam oleh kantor kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang moderator/wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, dan ruang guru yang berada di depan. Suasana lingkungan dapat dikatakan mendukung kenyamanan belajar siswa. Dari jalan raya terlihat kecil tetapi di dalam memiliki halaman yang cukup luas dan asri lengkap dengan lapangan basket standar, lapangan voli dan lapangan sepak bola.

(49)

di kabupaten Nabire bahkan seluruh Papua yang memiliki tukang kebun. Mereka bekerja setiap hari, sehingga SMA YPPK Adhi luhur terlihat asri. Halaman di depan sekolah maupun di dalam dihiasi dengan taman dan pepohonan. Di depan sekolah ditanami rumput semen, bunga pagar yang selalu digunting rapi oleh tukang kebun dan ada beberapa bunga yang selalu bermekaran serta pohon beringin dan beberapa pohon enau membuat sekolah ini tetap asri.

Halaman sekolah bagian dalam sungguh terlihat indah. Di depan kelas ada taman kecil milik setiap kelas yang ditanami beragam bunga kesukaan siswa. Halamannya luas dan ditumbuhi pepohanan dan bunga sehingga sekolah ini paling nyaman bagi siswa untuk belajar. Di setiap depan ruang kelas terdapat tempat sampah yang terbuat dari kayu sehingga tidak terlihat kertas, plastik dan kotoran lain yang berserakahan di halaman sekolah. Sekolah ini memiliki laboratorium fisika-kimia dan biologi, laboratorium komputer, serta perpustakaan dan laboratorium bahasa dan hall akan dibangun.

Sekolah ini juga memiliki sebuah kapela yang tinggi dan megah. Kontruksi bangunannya berbentuk katedral dengan hiasan di dalamnya bermotif khas Papua. Menurut rektor Kolese Le Cocq d’Armandville Basilius Soedibja, SJ., kapel tersebut dirancang oleh dua arsitek professional dan kekuatan bertahan minimal 85 tahun. SMA YPPK Adhi Luhur Nabire sudah menyediakan tempat parkir kendaraan bagi guru di depan kantor sekolah dan untuk siswa di samping Timur sekolah. Pagar sekolah merupakan gabungan antara tembok dan besi.

(50)

Lord. Kelas XI terdiri dari tiga ruang kelas, yaitu XI IPS Paciolo, IPS Hildebran, dan IPA Einstein Guys. Kelas III terdiri dari tiga ruang kelas, yaitu III IPA Libra, III IPS Adam Smith, dan III IPS Spica d’ Rexford. Nama kelas dapat diganti setiap tahun sesuai dengan kesukaan siswa.

Jumlah siswa SMA YPPK Adhi Luhur Nabire per 11 November 2005 adalah 283 orang. Kelas X jumlah siswa seluruhnya 116 orang yang terdiri dari X Galaxy 29 orang , X Gesseshaft 30 orang, X Cenderawasih 28 orang, dan X Praise the Lord 29 orang. Kelas XI jumlah siswa seluruhnya 85 orang terbagi dalam dua bagian, yaitu XI IPA Einstein Guys 23 orang dan IPS Paciolo dan Hildebrand 62 orang. Kelas III jumlah siswa seluruhnya adalah 82 siswa yang juga terbagi dalam dua bagian, yaitu III IPA 29 orang dan III IPS 53 orang.

Ukuran kelas 7 x 8 m. Semua kelas memiliki ventilasi yang cukup, pintu dan jendela berkaca loper sehingga udaranya cukup segar dan mendukung untuk belajar. Lantai dan ruang kelas sangat bersih. Pada dinding tiap kelas dihiasi dengan pernak-pernik hasil kreativitas siswa. Fasilitas kelas cukup memadai. Setiap kelas memiliki papan tulis yang dilengkapi dengan tempat kapur tulis. Kelas dilengkapi dengan kursi dan meja yang terbuat dari kayu sehingga cukup nyaman untuk belajar. Seperti biasa satu siswa satu kursi dan satu meja untuk dua orang. Tersedia pula papan presensi, jadwal pelajaran, piket sekolah, dan dena kelas.

(51)

Peneliti melihat bahwa fasilitas yang memadai, kebersihan lingkungan yang terpelihara dan asri, serta suasana yang nyaman (kondusif) adalah faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.

2.1.2.3.2 Kehidupan Sosial Sekolah

Sekolah Menengah Atas YPPK Adhi Luhur Nabire adalah sekolah yang berlatar belakang agama Kristen Katolik. Namun tidak membatasi bagi calon siswa dari agama lain. Kehidupan sosial terutama toleransi atarsiswa yang berbeda agama sungguh terpelihara di sana. Pada saat masuk di SMA YPPK Adhi Luhur Nabire siswa baru dibelaki dengan berbagai pengetahuan dan kegiatan ssosial melalui camping rohani.

Moto SMA YPPK Adhi Luhur Nabire adalah “AD MAIOREM DEI GLORIAM”. Moto ini benar-benar ditanamkan dalam sanubari siswa. Sehingga agama dan segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini adalah sarana untuk memuliakan Tuhan, bukan tujuan. Jalinan keakraban dalam satu keluarga sungguh terlihat di sana, walaupun SMA ini terkenal dengan disiplin ketat di kota Nabire, bahkan se-Papua. Antara guru, siswa dan karyawan dapat berkomunikasi dengan lancar dan bebas, namun sesuai dengan kedudukan masing-masing.

(52)

Sekolah sebagai bagian dari masyarakat memiliki kelompok sosial dan sekaligus menggelar berbagai aksi sosial. Misalnya, kampanye HIV/AIDS dari kelompok AISD, sosialisasi isu gender dari kelompok gender, pendidikan dari kelompok pendidikan dan budaya, serta kunjungan dan analisis pasar. Sekolah juga mengelar berbagai kegiatan sosial yang melibatkan mengundang masyarakat seperti open house, festival budaya, drama di gedung olahraga Nabire dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Sekolah juga menyediakan bantuan berupa beasiswa kepada siswa yang tidak mampu dengan melakukan subsidi silang. Artinya anak dari keluarga yang mampu membiayai yang tidak mampu tetapi berprestasi.

Semua kegiatan sosial ini dilakukan untuk mewujudkannyatakan misi SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, yakni membangun kemurnian hati dan bertanggung jawab penuh serta terlibat nyata dalam hidup bersama di sekolah dan masyarakat. SMA YPPK Adhi Luhur Nabire berpandangan bahwa manusia yang sempurna adalah manusia yang memiliki kemampuan intelektual, memilki hati nurani yang baik serta bertanggung penuh dan terlibat nyata dalam masyarakat (sesama).

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

(53)

pengembangan media gambar untuk pembelajar asing tingkat dasar. Pengembagan silabus dan materi yang bersifat lokalitas kiranya perlu dilakukan.

Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian pengembangan yang relevan, khususnya tentang penentuan kriteria pengembangan, pengembangan silabus, dan pengembagan buku teks.

Werdiningsih (1998) meneliti tentang pengembangan silabus dan materi bahasa Indonesia di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner dan wawancara. Subyek penelitiannya dosen ahli rancang pembelajaran dan mahasiswa jurusan Manajemen dan Akuntansi. Hasil akhir berupa produk silabus dan buku teks mata kuliah umum Bahasa Indonesia Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Malang.

Ratri (2002) meneliti pengembangan bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas X SMK elompok Ekonomi. Ratri menggunakan pendekatan komunikatif kurikulum 1994. Alat yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah angket dan observasi. Ratri menghasilkan berupa produk bahan ajar untuk satu tahun berdasarkan empat kriteria bahan ajar. Empat kriteria tersebut adalah (1) bahan ajar (benar-benar) harus berdasarkan kaidah bahasa Indonesia, kaidah bentuk dan pemakaian, variasi bahasa, dan kenyataan kultural masyarakat, (2) sesuai dengan (sasaran) minat dan perhatian siswa, (3) menarik (tampilan, isi, ragam bahasa dan tema), dan (4) sumber bahan bervariasi.

(54)

menghasilkan produk berupa model silabus dan materi pembelajaran bahasa Indonesia dengan media gambar. Pengujiannya dilakukan dengan tiga cara, yaitu (1) insrumen yang berupa angket, dan bahan ajar dikonsultasikan kepada pembimbing, (2) peneliti berkonsultasi kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dan (3) pengujian langsung kepada siswa.

Prasetyo (2003) meneliti pengembangan silabus dan materi pelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KBK untuk Kelas X Semester I SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Alat yang digunakan untuk memperoleh data adalah kuisioner dan wawancara. Hasil akhir penelitian Prasetyo menghasilkan produk berupa silabus dan buku teks mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk siswa kelas X semester I SMU Pangudi Luhur Yogyakarta.

(55)

pembelajaran menulis cerita media gambar untuk kelas III Sekolah Dasar Kanisius II Kota Baru Yogyakarta.

Bintoro (2004) meneliti pengembangan silabus dan materi pembelajaran sastra drama berdasarkan KBK untuk kelas V sekolah dasar Pangudi Luhur Muntilan. Bintoro mengawali dengan analisis kebutuhan dan data diperoleh dengan penyebaran kuesioner, observasi, dan wawancara tertulis dengan guru mata pelajaran. Metode pengembangan mengacu kepada proses pengembangan yang disarankan oleh KBK 2003. Hasil akhir dari penelitian Bintoro adalah silabus dan modul pembelajaran drama untuk kelas V sekolah dasar, khususnya untuk kelas V sekolah dasar Pangudi Luhur Muntilan.

Penelitian Bintoro merupakan studi pengembangan dari penelitian-penelitian terdahulu yang sudah diuraikan di atas. Peneliti-peneliti terdahulu penyarankan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu dengan objek penelitian yang berbeda sebelum menyusun silabus dan buku teks (Werdiningsih, 1998). Untuk pengembangan silabus dan materi hendaknya berdasarkan hasil analisis di lapangan bukan atas opini saja sehingga buku teks yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan siswa yang menggunakan buku teks tersebut dan hendaknya menggunakan teknik tertentu yang jelas tujuannya.

(56)

teks disusun dengan merangkul tiga golongan siswa tersebut dalam pembelajaran. Studi pengembangan ini menggunakan model pembelajaran berdasarkan satu atau lebih indikator dalam satu kompetensi.

2.3Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa

Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Karena, bahasa menungkinkan manusia untuk saling komunikasi, saling bagi pengalaman, saling belajar selain (dan untuk) meningkatkan kemampuan intelektual (Depdiknas, 2003).

Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, pembelajaran bahasa lebih ditekankan pada pembelajaran bahasa yang komunikatif. Menurut Widharyanto (2003) pada praktiknya pembelajaran bahasa selama ini masih cenderung bersifat satu arah, tidak komunikatif, datar, membosankan, berpusat pada guru, tidak memberdayakan siswa, dan tidak diminati siswa.

Pembelajaran bahasa diharapkan bersifat komunikatif, tidak membosankan, berpusat pada siswa, dan harus memberdayakan siswa. Bertolak dari harapan tersebut muncul Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK mengharapkan pembelajaran mengikuti prinsip-prinsip belajar-mengajar. Belajar mengajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna, pemahaman, dan tanggung jawab belajar siswa. Guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.

(57)

Perubahan itu berkaitan dengan peran siswa, guru, dan model interaksi yang dikembangkan di kelas dalam rangka proses pembelajaran bahasa yang komunikatif. Ciri-ciri pembelajaran yang memberdayakan siswa (Depdiknas, 2003:7) adalah antara lain (1) pembalikan makna belajar, (2) berpusat pada sisswa, (3) belajar dengan mengalami, (4) mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional, (5) mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah ber-Tuhan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7) perpaduan kemandirian dan kerja sama.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang diharapakan oleh KBK perlu mengacu pada pendekatan-pendekatan tertentu yang memungkinkan keberhasilan pembelajaran. Widharyanto (2004) menyarankan beberapa pendekatan untuk diterapkan secara konsisten dalam pembelajaran bahasa, antara lain (1) pendekatan komunikatif, (2) pendekatan terpadu, (3) pendekatan konstruktivisme dan (4) pendekatan student active learning (SAL). Selain empat pendekatan di atas, pendekatan behaviorisme dan kognitivisme akan diterapkan dalam studi pengembangan ini.

2.3.1 Pendekatan Komunikatif

(58)

Menurut Werdiningsih (1998:16) pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa dilandaskan pada teori kompetensi komunikatif, teori linguistik, dan teori belajar bahasa. Tiga hal yang melandasi lahirnya pendekatan komunikatif dalam belajar bahasa akan dijejaskan berikut ini.

2.3.1.1Teori Kompetensi Komunikatif

Istilah komunikatif dalam pengajaran bahasa muncul pertama kali dalam makalah Willkins (1972) dengan judul Gramatical, Situasional and Notional Sylabus yang disampaikan dalam konfrensi Linguistik Terapan di Copenhagen. Munculnya pengajaran bahasa komunikatif mendapat sambutan hangat dari para pakar pengajaran bahasa dan mampu mengkoyakkan konsep pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh kaum struktural (Pranowo, 1996:60).

Selanjutnya para pakar bahasa memandang bahwa pengajaran bahasa komunikatif mengubah citra pengajaran bahasa yang selalu berorientasi pada kaidah kebahasaan yang dikembangkan oleh kaum struktural. Mereka menganggap kaum struktural telah gagal menjabarkan bahasa sesuai dengan fungsinya dan pembelajaran bahasa komunikatif memberikan warna baru dalam pembelajaran bahasa dan mampu menjawab pertanyaan “Apa yang dipelajari dan bagaimana bahasa harus dipelajari?” (Das, 1985 dalam Pranowo, 1996).

(59)

secara wajar dalam proses komunikasi atau interaksi dengan orang lain dalam kontak sosial, Hymes (dalam Brumfit, 1983; dan Stern, 1983 melalui Werdiningsih, 1998). Menurut Hymes (1972) dalam Pranowo (1996:61) yang lebih penting dalam penggunaan bahasa adalah pertimbangan cocok tidaknya penggunaan suatu aturan dengan konteks sosialnya, yaitu konteks sosiokultural. Jadi menurut Hymes (1972) dalam Werdiningsih (1998) seorang dikatakan memiliki kompetensi komunikatif jika telah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam konteks komunikasi seutuhnya.

Gambar

Tabel
Grafik
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuisioner Kenyataan Kegiatan Belajar Mengajar Mata
Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuisioner Harapan dan Kebutuhan Siswa kelas X SMA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan locus of control terhadap kepuasan kerja

Sebenarnya terdapat beberapa pantai bertelur penyu di Bali, tetapi kebanyakan dari pantai-pantai tersebut sudah tercemar oleh kegiatan- kegiatan manusia yang

Dalam kejadian bahwa pemerintah melaksanakan kegiatan pekerjaan yang berhubungan dengan pengelolaan banjir (misalnya pengerukan dan/atau rehabilitasi kanal) pada 10 bagian

Akuntabilitas merupakan bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

Persoalan-persoalan tersebut memberikan suatu indikasi bahwa penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain harus mendapatkan perhatian yang lebih cermat

Hal ini juga terjadi di SMA Negeri Kisaran, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kisaran pada bulan November 2014 yang lalu, kekerasan yang dilakukan guru

(3) Pelaksanaan Gerakan Gemar Membaca tingkat Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia Nomor