• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN SANITASI DASAR PERMUKIMAN DAN PERSONAL HYGIENE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEADAAN SANITASI DASAR PERMUKIMAN DAN PERSONAL HYGIENE"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KEADAAN SANITASI DASAR PERMUKIMAN DAN PERSONAL HYGIENE MASYARAKAT SEKITAR ALIRAN SUNGAI

ASAHAN KECAMATAN SEI KEPAYANG BARAT KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

FERANCISCO PAKPAHAN NIM. 151000417

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

FERANCISCO PAKPAHAN NIM. 151000417

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 30 Juli 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D.

Anggota : 1. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes.

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Keadaan Sanitasi Dasar Permukiman dan Personal Hygiene Masyarakat Sekitar Aliran Sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2019

Ferancicso Pakpahan

(6)

pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.

Personal Hygiene adalah kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Analisis data yang dilakukan dengan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner kepada 57 keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sarana sanitasi dasar dan kesehatan pribadi masyarakat yang berada di Kecamatan Sei Kepayang Barat terutama yang berada di sekitar aliran sungai Asahan. Hasil penelitian diperoleh untuk sarana air bersih tidak memiliki sarana air bersih 43,9% dan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat tergantung pada air sungai Asahan, sarana pembuangan kotoran (Jamban) masyarakat belum dikategorikan memenuhi syarat kesehatan karena hanya 42,1% yang memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan, sarana pembuangan air limbah (SPAL) masyarakat belum memenuhi syarat kesehatan yaitu 73,7% tidak memilki SPAL sama sekali, sarana pembuangan sampah dikategorikan tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu 66,7% tidak memiliki tempat sampah dan semua tidak memiliki syarat. Untuk kesehatan pribadi diperoleh untuk kategori baik 94,7 %, untuk kategori cukup baik 5,3 %.

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 diperoleh bahwa sarana sanitasi dasar permukiman masyarakat sekitar aliran sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat secara keseluruhan dikategorikan tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk kesehatan pribadi masyarakat secara keseluruhan dikategorikan baik. Diharapkan kepada masyarakat kecamatan Sei Kepayang Barat terutama yang berada disekitar aliran sungai Asahan agar lebih memperhatikan sanitasi dasar, kepada camat hendaknya bekerja sama dengan pihak puskesmas untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai akibat yang ditimbulkan karena kurangnya sanitasi dasar di daerah tempat tinggal.

Kata kunci: Sanitasi dasar, permukiman, kebersihan diri

(7)

Abstract

Basic sanitation is the minimum sanitation that is needed to provide a healthy environment that meets health requirements that emphasizes monitoring of various environmental factors that affect the degree of health. Personal Hygiene is an activity or action to clean all members of the body aimed at maintaining one's hygiene and health. This type of research is descriptive. Data analysis was conducted with lead interviews using a questionnaire to 57 families. The purpose of this study was to determine the basic sanitation facilities and personal health of the people in the Sei Kepayang Barat Subdistrict, especially those around the Asahan River. The results obtained for clean water facilities do not have clean water facilities 43.9% and for the daily needs of the community dependent on Asahan river water, public sewage disposal facilities (latrines) have not been categorized as meeting health requirements because only 42.1% have latrines that meet health requirements, community wastewater disposal facilities do not meet health requirements, namely 73.7% do not have wastewater disposal facilities at all, waste disposal facilities are categorized as not meeting health requirements, namely 66.7% do not have trash bins and all do not have requirements. For personal health, it was obtained for good category 94.7%, for good enough category 5.3%. Based on the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number. 829 / Menkes / SK / VII / 1999 found that the basic sanitation facilities for community settlements as a whole were categorized as not meeting health requirements. For personal hygiene the community as a whole is categorized good. It is hoped that the people of Sei Kepayang Barat sub-district, especially those around the Asahan river will pay more attention to basic sanitation, The sub-district head should work closely with the Primary Health Care to provide information to the community regarding the consequences of the lack of basic sanitation in the area of residence.

Keywords: Basic sanitation, settlement, personal hygiene

(8)

berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keadaan Sanitasi Dasar Permukiman dan Personal Hygiene Masyarakat Sekitar Aliran Sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M., selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

(9)

5. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H., dan Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Dosen Penguji I & II yang telah membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Dian Afriyanti, Amd., selaku Pegawai Departemen Kesehatan Lingkungan.

9. Pegawai dan Staf Kecamatan Sei Kepayang Barat yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.

10. Teristimewa untuk orang tua (Lamhot Pakpahan) yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.

11. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Frikles Pakpahan, Kota Parcin Pakpahan, Rosianna Pakpahan, Aldi Pakpahan) yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.

12. Teman-teman terdekat (Garry, Harlen, Henri, Stefanus, Surayanto, Oca) yang telah menyemangati dan mendukung penulis.

(10)

14. Teman-teman satu peminatan Kesehatan Lingkungan Tahun 2015 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2019

Ferancisco Pakpahan

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Tujuan umum 6

Tujuan khusus 6

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Pengertian Kesehatan Lingkungan 8

Sanitasi Lingkungan 8

Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan 8

Penyediaan air bersih 9

Pengelolaan pembuangan kotoran 14

Pengelolaan air limbah 16

Pengelolaan sampah 18

Rumah Sehat 20

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman 21 Komponen yang harus dimiliki rumah sehat 24

Personal Hygiene 25

Defenisi 25

Macam-macam personal hygine 25

Hal-hal yang mencakup personal hygine 29 Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygine 30 Dampak yang timbul pada masalah personal hygine 31

Kerangka Konsep 33

(12)

Metode Pengumpulan Data 37

Metode Pengukuran 38

Metode Analisis Data 38

Hasil Penelitian 39

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39

Letak Geografis 39

Demografi 39

Karakteristik Responden 39

Sanitasi Dasar 41

Personal Hygiene 42

Pembahasan 47

Kondisi Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Aliran Sungai Asahan

Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan Tahun 2019 47

Sanitasi Dasar 47

Penyediaan air bersih 47

Sarana pembuangan kotoran (jamban) 49

Sarana pembuangan air limbah (SPAL) 51

Sarana pembuangan sampah 52

Kategori sanitasi dasar 53

Personal Hygiene 53

Kebersihan gigi dan mulut 53

Kebersihan rambut dan kulit kepala 54

Kebersihan telinga 55

Kebersihan kulit 55

Kebersihan kaki, tangan dan kuku 57

Kategori personal hygiene 58

Keterbatasan Penelitian 58

Kesimpulan dan Saran 59

Kesimpulan 59

Saran 59

Daftar Pustaka 60

Lampiran 62

(13)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Variabel Penelitian Sanitasi Dasar Permukiman 35 2 Distribusi Karakteristik Responden di Sekitar Aliran Sungai

Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan

Tahun 2019 40

3 Observasi Sanitasi Dasar Permukiman Masyarakat Sekitar Aliran Sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten

Asahan Tahun 2019 41

4 Distribusi Personal Hygiene Masyarakat Sekitar Aliran Sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten

Asahan Tahun 2019 42

5 Kategorik Personal Hygiene Masyarakat Sekitar Aliran Sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten

Asahan Tahun 2019 46

(14)

1 Kerangka konsep penelitian 33

(15)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 62

2 Master Data 65

3 Output Analisis Data 67

4 Surat Selesai Melakukan Penelitian 74

5 Surat Izin Penelitian 75

6 Surat Permohonan Izin Penelitian 76

7 Dokumentasi Penelitian 77

(16)

NAB Nilai Ambang Batas

PERMENKES Peraturan Menteri Kesehatan

PP Peraturan Pemerintah

WHO World Health Organization

(17)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Ferancisco Pakpahan berumur 22 tahun, dilahirkan di Hutatonga pada tanggal 12 Desember 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Lamhot Pakpahan dan Alm.

Ibu Masriana Gultom.

Pendidikan formal dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 175857 Sidagal Parsorminan I Tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 6 Pangaribuan Tahun 2009-2012, sekolah menegah atas di SMA N 1 Pangaribuan Tahun 2012-2015. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2019

Ferancisco Pakpahan

(18)

Negara yang menempati posisi kedua di dunia yang proporsi penduduknya tidak memiliki akses sanitasi yang layak adalah Indonesia. Indonesia sangat membutuhkan pengelolaan sanitasi menurut United Nation tahun 2008. Ini merupakan akibat dari sebagian besar sungai dan bendungan yang ada di Indonesia dicemari oleh limbah domestik karena pengolahan sanitasi yang tidak bagus (Yudha, 2016).

Indonesia sebetulnya sudah mengalami 2 kali lipat peningkatan untuk persentase rumah tangga dengan fasilitas sanitasi yang lebih baik sejak tahun 1993. Tetapi pencapaian ini belum mencapai target pada sanitasi MDGs 2015.

Data RISKESDAS 2010, menyatakan kurang lebih 166 belum memiliki akses sanitasi yang cukup. Pertumbuhan penduduk Indonesia adalah salah satu yang memberikan dampak penurunan daya dukung lingkungan yaitu yang mencapai 124 jiwa per km2 pada tahun 2010.

Dalam upaya pembangunan infrastruktur terlebih khusus sarana dan prasarana, hal itulah yang membuat kondisi sanitasi di Indonesia sangatlah buruk.

Berdasarkan hal-hal diatas membuat saya sebagai penulis ingin meneliti tentang sanitasi dan personal hygiene masyarakat, yang saya ambil lokasi penelitiannya disalah satu daerah di kabupaten Asahan yaitu di kecamatan Sei Kepayang Barat yang masyarakatnya tinggal di pinggiran sepanjang sungai Asahan.

Sanitasi merupakan kelakuan dalam pembudayaan hidup bersih yang disengaja dengan bermaksud agar mencegah manusia bersentuhan langsung atas

(19)

2

kotoran/limbah dan limbah lainnya yang berbahaya dengan harapan tindakan tersebut dapat meningkatkan dan juga melindungi kesehatan manusia (mundiatun, 2018). Sanitasi memiliki arti juga yaitu keadaan atau kondisi yang bisa mempengaruhi kesehatan seseorang terkhusu tentang pembuangan tinja dan terkhusus kontaminasi/infeksi yang ada kaitan atas pembuangan limbah, drainase dan barang tidak terpakai/sampah yang berasal dari rumah tangga (WHO, 1992).

Sanitasi dasar adalah syarat yang harus dimiliki rumah sehat karena sarana sanitasi dasar sangat besar kaitannya terhadap kesehatan terkhusu kesehatan lingkungan (Depkes RI, 2002). Ruang lingkup sanitasi dasar perumahan meliputi beberapa bagian diantaranya penyediaan air bersih, jamban, saluran pembuangan air limbah dan pengolahan sampah.

Fasilitas santasi merupakan sarana fisik bangunan serta mengenai alat- alatnya digunakan menjaga kualitas dari lingkungan atau mengendalikan faktor- faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan dampak negative terhadap kesehatan manusia diantaranya sarana air bersih, jamban, saluran pembuangan limbah, tempat cuci tangan, tempat sampah, kamar mandi, lemari pakaian atau loker, peralatan mencegah atas lalat, tikus, serta hewan dan alat untuk kebersihan.

Permukiman yaitu bagian dari lingkungan hidup yang bukan kawasan lindung, baik berbentuk wilayah pedesaan ataupun perkotaan yang berperan untuk lingkungan hunian /lingkungan tempat tinggal dan tempat aktivitas peri kehidupan/

penghidupan (UU RI No. 4/1992). Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 mengenai kawasan permukiman dan perumahan, kawasan permukiman yaitu bagian dari lingkungan hidup lepas dari kawasan lindung, baik berupa area pedesaan ataupun

(20)

kota yang berlaku menjadi lingkungan kediaman serta membantu aktivitas manusia.

Perumahan yaitu gabungan tempat tinggal yang merupakan bagian permukiman, baik perkotaan ataupun pedesaan yang dipenuhi oleh infrastruktur, sarana, dan utilitas umum untuk pemenuhan tempat tinggal yang layak huni (PP.No. 4/2016) sedangkan menurut world health organization Perumahan sebuah struktur fisik sebagaimana manusia memakainya sebagai sarana melindungi diri, sebagimana lingkungan pada struktur tersebut tergolong juga seluruh fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, alat-alat yang bermamfaat untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosial yang baik untuk individu dan keluarga (WHO).

Rumah sehat yaitu tempat yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis, memberi pencegahan dan perlindungan terhadap penularan penyakit dan pencegahan, dan memberi perlindungan/pencegahan terhadap bahaya kecelakaan dan kebakaran (Iman, 2015).

Kebutuhan psikologis adalah kebebasan dan kesempatan bagi keluarga secara normal dengan ikatan seimbang antara anak dengan orang tua. Rumah sehat harus dapat memberi pencegahan dan perlindungan terhadap penularan penyakit dan pencemaran seperti:

1. Vektor penyakit (tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk tidak bersarang dalam rumah sehingga dapat mencegah penularan penyakit).

2. Air (sarana air bersih tersedia, kapasitas maksimal 60 liter/harinya dan penyediaan air bersihnya memenuhi syarat kesehatan).

3. Limbah (limbah cair yang datang/keluar dari rumah tidak mencemari sumber

(21)

4

sedangkan limbah padat mesti dikelola supaya tidak mencemari permukaan tanah, air dan tidak menghasilkan bau.

4. Tersedianya tempat untuk menyimpan makanan. Rumah harus memberi perlindungan dan pencegahan terhadap bahaya kecelakaan dan kebakaran (konstruksi rumah kuat, menghindari bahaya kebakaran) supaya semua anggota keluarga bisa produktif dalam bekerja dan tinggal dengan nyaman.

Personal hygiene yaitu aktivitas maupun kegiatan membersihkan semua anggota tubuh dengan tujuan buat meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan badan, mencegah penyakit, menciptakan keindahan dan menambah percayaan diri (Natalia, 2015). Personal hygiene diperlukan oleh seseorang untuk kenyamanan dirinya, keamanan, dan kesehatannya.

Berdasarkan penelitian Eka (2012) mengenai kondisi rumah dan sarana sanitasi dasar dengan kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut, diare, dan tuberkulosis di Kota Sukabumi 2010-2011. Dari penelitian ini diperoleh kondisi rumah di Sukabumi sudah baik, namun ada kecamatan yang memiliki kondisi rumah yang buruk, ada beberapa kecamatan yang memiliki sarana air bersih yang buruk, memilik jamban, SPAL, dan TPS dengan kondisi buruk. Daerah yang penduduknya tinggi ditemukan kasus ISPA dan TB, dan PHBS yang masih kurang menyebabkan didaerah tersebut masih ada ditemukan penyakit diare.

Berdasarkan penelitian Agsa (2012) tentang hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan keluhan penyakit kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2012, memperoleh adanya hubungan keluhan penyakit kulit dengan kebersihan masyarakat atuu responden, adanya

(22)

hubungan penyakit kulit dengan kebersihan kuku dan tangan, keluhan penyakit kulit memiliki hubungan dengan sanitasi lingkungan.

Berdasarkan penelitian Rangkuti (2012) mengenai gambaran perilaku penghuni tentang personal hygiene sanitasi dasar perumahan sehat serta keluhan kesehatan kulit di asrama putri USU, diperoleh hasil persentase responden di asrama putri USU yang memiliki pengetahuan yang baik tentang personal hygiene dan anitasi dasar 73.3% dan sebesar 25% dengan kategori sedang. Persentase responden memiliki sikap baik tenyang personal hygiene dan sanitasi dasar sebesar 93.3%; sebesar 0.5% dengan kondisi sedang, dan 1.7% dengan kategori buruk.

Persentase responden yang mempunyai tindakan bagus mengenai personal hygiene dan sanitasi dasar sebesar 80.0% dan sabesar 20.0% dengan kategori sedang. Kondisi asrama ini sudah memiliki syarat kesehatan akan tetapi fasilitas sanitasi dasar belum memiliki syarat kesehatan, maka dari itu masih ditemukan pada asrama putri USU tersebut persentase yang memiliki keluhan kesehatan kulit terbesar berupa gatal-gatal, yakni sebesar 73.3% dari semua populasi yang di ukur.

Berdasarkan survei pendahuluan sanitasi dasar pemukiman dan personal hygiene masyarakat sekitar aliran sungai Asahan kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan, yang dalam penelian ini hanya mengambil rumah warga yang berada tepat dipinggiran sepanjang sungai asahan di kecamatan tersebut. Pada survei pendahuluan tersebut masih banyak ditemukan sampah-sampah yang masih berserakan disekitar perumahan warga, warga masih buang air besar/kecil sembarangan, penggunaan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, penggunaan

(23)

6

jamban diatas sungai dan rumah warga yang berada di daerah sekitar aliran sungai sering digenangi air kalau air sungai asahan mengalami pasang.

Perumusan Masalah

Keadaan lingkungan sekitar perumahan warga yang berada di sepanjang pinggiran sungai asahan di Kecamatan Sei kepayang Barat Kabupaten Asahan dengan kondisi air sungai Asahan yang keruh, berbau, dan banyak sampah berserakan, masyarakat disana menggunakan air tersebut untuk keperluan sehari- hari, keberadaan rumah warga juga sebagian berada tepat di atas sungai.

Berdasarkan uraian tersebut adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu

“Apakah saniatasi dasar permukiman dan personal hygiene masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan terutama yang tinggal disekitar aliran sungai Asahan sudah memenuhi syarat kesehatan?”

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui keadaan sanitasi dasar perumahan dan personal hygiene masyarakat yang berada di sekitar aliran sungai asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus pada penelitian ini Antara lain:

1. Untuk mengetahui system penyediaan air bersih yang digunakan oleh masyarakat sekitar aliran sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan.

2. Untuk mengetahui system pembuangan tinja yang digunakan oleh masyarakat sekitar aliran sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan.

(24)

3. Untuk mengetahui system pembuangan sampah yang digunakan oleh masyarakat sekitar aliran sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan.

4. Untuk mengetahui system pembuangan air limbah yang digunakan oleh masyarakat sekitar aliran sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan.

5. Untuk mengetahui kebersihan diri atau personal hygiene masyarakat sekitar aliran sungai Asahan Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan.

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, bisa dijadikan masukan dan bahan bacaan dan memperbanyak koleksi bahan perpustakaan.

Manfaat aplikatif. Adapun mamfaat aplikatif pada penelitian Antara lain sebagai berikut:

1. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan bisa memberikan masukan bagi pemerintah daerah dan khususnya kepada masyarakat Kecamatan Sei Kepayang Barat dalam meningkatkan sanitasi perumahan dan personal hygiene.

2. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bakal analisis maupun masukan buat petugas pelaksana program kesehatan di puskesmas.

(25)

Tinjauan Pustaka

Pengertian Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan sebuah keseimbangan ekologi antara manusia dan lingkungan yang wajib dimiliki, supaya keadaan sehat dari manusia dapat terjamin (WHO). Kesehatan lingkungan yaitu sebuah keadaan lingkungan yang sanggup menahan keseimbangan ekologi yang dinamis antar lingkungannya dengan manusia supaya mendorong keberhasilan derajat hidup manusia yang sehat dan bahagia (Syarifah, 2016).

Kesehatan lingkungan meliputi lingkungan permukiman, tempat umum, lingkungan kerja, dan lingkungan lainnya. Istilah kesehatan lingkungan sering kali dikaitkan dengan sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan yaitu aktivitas agar memperoleh lingkungan dengan kondisi sehat disuatu daerah, berwawasan lingkungan dan berkepanjangan.

Sanitasi Lingkungan

Sanitasi cara pencegahan penyakit dengan menitik beratkan pada upaya- upaya pemeliharaan kesehatan lingkungan manusia. Lingkungan dengan keadaan sehat merupakan situasi lingkungan yang tidak memiliki risiko dapat membahayakan keselamatan hidup manusia dan kesehatannya, melalui permukiman diantaranya kediaman/rumah dan asrama dan semacamnya.

Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan

Sanitasi merupakan tindakan secara sengaja didalam kebiasaan hidup bersih atas tujuan agar manusia tidak bersentuhan langsung pada kotoran serta

(26)

bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan tindakan tersebut dapat meningkatkan serta memelihara kesehatan manusia (Mundiatun, 2018).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), sanitasi adalah cara mengendalian seluruh aspek lingkungan fisik manusia yang bisa saja menimbulkan ataupun bisa melahirkan keadaan yang berdampak buruk terhadap, kesehatan, perkembangan fisik, serta daya tahan hidup manusia. Ruang lingkup sanitasi lingkungan ataupun sanitasi dasar permukiman mencakup:

Penyediaan air bersih. Bagian tubuh manusia 3⁄4 terdiri dari air, sehinngga air amat esensial untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.

Berdasarkan letaknya sumber penyediaan air sebagai berikut:

1. Air permukaan, yaitu air yang berada dipermukaan bumi seperti sungai, danau, telaga, embung, dan sebagainya.

2. Air tanah, yaitu air yang ada didalam tanah (ground water).

Cara mendapatkan air. Cara mendapatkan air yang umum dilakukan

masyarakat Indonesia di perkotaan maupun di pedesaan adalah dengan membangun sumur yang dibagi menjadi:

1. Sumur dangkal (swallow well), sumur yang sumber airnya dari air hujan yang menyerap ke dalam lapisan tanah yang dangkal. Kedalaman sumur berkisar 15 meter dari permukaan tanah.

2. Sumur dalam (deep well), sumur yang airnya berasal dari dalam lapisan tanah dalam, hasil dari penyaringan secara alamiah oleh lapisan tanah. Kedalaman sumur lenih dari 15 meter dari permukaan tanah.

(27)

10

Peranan air dalam kehidupan. Air yaitu bagian kehidupan dipermukaan

bumi sebab tanpa air kehidupan di bumi tidak satupun bisa berlangsung. Oleh karena itu sangat vital air dalam menjaga kelangsungan hidup manusia, tumbuhan dan hewan. Bagi manusia sendiri yang disebabkan 3⁄4 bagian tubuh manusia terdiri atas air.

Peranan air dalam kesehatan. Setiap orang untuk kesehatannya

memerlukan air ± 60 liter per harinya dengan perhitungan; 30 liter buat kebutuhan mandi, 15 liter buat mencuci, dan 15 liter untuk diminum, pengolahan makanan, dan buat buang air besar/kecil.

Air sebagai mikroba patogen (water borne diseases). Water borne

diseases ialah penyakit yang ditularkan/dipindahkan kepada manusia karena terdapat cemaran baik berbentuk mikroorganisme maupun zat dalam air. Biasanya gejala terbanyak akibat penyakit ini ialah diare, dan secara umum terjadi terhadap anak-anak terlebih pada kawasan yang sanitasi dan higienitasnya buruk.

Kurangnya penyediaan air bersih (water washed diseases). Water

washed diseases merupakan penyakit diakibatkan kurangnya air bagi penjagaan hygiene perseorangan dan air untuk kesehatan peralatan terkhusus peralatan masak serta peralatan makan. Atas terjaminnya kebersihan dalam terpenuhinya air dengan cukup, hingga suatu penyakit tertentu dikurangi penularannya terhadap manusia. Adapun penyakit tersebut adalah diare.

Air sebagai Sarang vektor penyakit (water related insect vektor). Water related insect vektor merupakan penyakit dimana penularannya melalui vektor

(28)

penyakit dimana sebagian ataupun semua perindukannya tergantung atas air seperti demam berdarah, malaria, filariasis, dan yang lainnya.

Air sebagai sarang hopes sementara (water based diseases). Water based

diseases ialah penyakit dimana penularannya oleh bibit penyakit dan pada umumnya siklus kehidupannya pada air contohnya schistomiasis.

Persyaratan kualitas air. Adapun syarat dari kualitas air adalah:

Standar kualitas air. Atas dimilikinya standar kualitas air, manusia bisa

mengukur kualitas air dari berbagai jenis. Semua jenis air bisa diukur konsentrasi kandungan unsur yang tercantum pada standar kualitas dan standar kualitas bisa dijadikan tolak ukur.

Standar kualitas air minum bisa didefenisikan jadi ketentuan beralaskan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492.Menkes/per/IV/2010 mengenai persyaratan kualitas air minum yang dituangkan dalam bentuk angka atau pernyataan dimana menunjukan persyaratan yang wajib terpenuhi supaya air tersebut tidak menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan teknis, dan gangguan pada bidang estetika.

Secara global untuk standar kualitas air bisa digunakan standar kualitas air menurut WHO. WHO pun membuat peraturan mengenai syarat kualitas air bersih yang diantaranya kualitas fisik, kimia dan biologi. Tetapi tidak menjadi ketetapan semua anggota, dapat disesuaikan menurut keadaan negaranya.

Syarat fisik. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari yaitu

(29)

12

air yang mempunyai kualitas yang bagus sebagai sumber air minum, dimana persyaratannya secara fisik yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak keruh, dan tidak berwarna. Secara fisik sifat-sifat air bisa dipengaruhi atas beberapa faktor Antara lain sebagai berikut:

Kekeruhan. Kekeruhan air bisa diakibatkan karena terdapat bahan-bahan organik dan anorganik dimana terdapat dalam air berupa lumpur serta bahan yang dihasilkan oleh buangan usaha/industri. Tingkat kekeruhan air bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode turbidimeter. Kekeruhan air dianjurkan maksimum 5 NTU berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 mengenai persyaratan kualitas air minum.

Bau dan rasa. Bau dan rasa umumnya terbentuk secara bersamaan dan umumnya disebabkan adanya bahan organik yang membusuk, adanya organisme mikroskopik, dan persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Untuk standar air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyatakan sesungguhnya air minum tidak berbau dan tidak berasa.

Temperatur / suhu. Tingginya temperatur/suhu air mengakibatkan turunnya kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut jika terlalu rendah dapat menighasilkan bau tidak sedap karena dekradasi anaerobic yang boleh saja terjadi.

Temperatur/suhu pada air secara langsung mempengaruhi toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme serta virus.

Temperatur/suhu air dapat diukur pakai alat yang bernama termometer air.

(30)

Syarat kimia. Kandungan bahan-bahan kimia dalam air bersih tidak boleh

melebihi batas. Beberapa persyaratan kimia diantaranya ialah: Mangan (Mn), Besi (Fe), Cadmiun (Cd), PH, dan beberapa zat lainnya (Ida, 2017).

Mangan. Mangan merupakan metal kelabu-kemerahan. Kadar Mn dalan tubuh bisa menyebabkan keracunan dan bersifat kronis kalau berlebihan sehingga dapat mengganggu proses pencernaan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 mengatakan kadar maksimum Mn yang diperbolehkan pada air minum adalah 0,4 mg/liter.

Besi (Fe). Besi atau Ferrum (Fe) merupakan metal yang warnanya putih, liat serta bisa dibentuk. Dalam jumlah sedikit di dalam tubuh manusia senyawa berfungsi membentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Jika melebihi dosis yang dibutuhkan dalam tubuh bisa menyebabkan masalah kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimum Fe yang diperbolehkan pada air minum ialah 0,3 mg/l.

Cadmiun (Cd). Cadmium merupakan metal berbentuk Kristal putih keperakan. Cadmium diperoleh bersamaan dengan Cu, Pb, Zn, dengan jumlah sedikit. Dalam fungsi dan pertumbuhan tubuh manusia tidak memerlukan cadmium, sebab Cd sangat beracun pada manusia. Keracunan akut dapat menyebabkan gejala gastrointestinal, serta penyakit ginjal. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimum Cd yang diperbolehkan pada air minum adalah 0,003 mg/l.

(31)

14

PH. PH merupakan sebuah satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman ataupun kadar alkali dalam sebuah larutan. PH ialah indicator tingkat asam atau basa dalam air yang dinilai dengan skala 0-14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 mengatakan standar PH yang baik pada air minum ialah 6,5-8,5 mg/liter.

Syarat bakteriologis. Semua sumber air di alam secara umum

mengandung bakteriologis baik itu air angkasa, air tanah dan air permukaan. Air bersih tidak diperbolehkan mengandung parasit dan kuman pathogen karena bisa mengganggu kesehatan. Persyaratan bekteriologis ini ditandai jika tidak terdapat bakteri E-coli pada air (Ida, 2017).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 mengenai persyaratan kualitas air minum, mengatakan total bakteri koliform yang memenuhi baku mutu ialah 0 per 100 ml air minum.

Pengelolaan pembuangan kotoran manusia (jamban). Kotoran manusia merupakan seluruh benda atau zat yang dikeluarkan dari dalam tubuh karena tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feses), air seni (urine), dan CO₂ sebagai hasil dari proses pernapasan (Ida, 2017).

Metode pembuangan kotoran manusia. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksud tempat pembuangan tinja dan urin, yang secara umum disebut jamban/kakus.

(32)

Jamban sehat. Demi mengurangi dan pencegahan kontimasi tinja atas lingkungan maka jamban wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Mencegah pencemaran terhadap badan air.

2. Mencegah kontak/sentuhan antara manusia dan tinja.

3. Membuat tinja/kotoran tersebut tidak bisa dihinggapi serangga ataupun binatang lainnya.

4. Mencegah bau yang kurang sedap.

5. Mudah dibersihkan, aman dan desain dudukannya dibuat dengan bagus.

Beberapa manfaat penggunakan jamban sehat, Antara lain:

1. Meningkatkan derajat dan hak pribadi.

2. Menjadikan lingkungan sekitar makin bersih.

3. Bau yang tidak sedap menurun, kesehatan serta sanitasi meningkat.

4. Dapat menghemat waktu dan uang, karena bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan pupuk kompos dan biogas untuk energy.

5. Siklus penyebaran penyakit yang ada kaitannya terhadap sanitasi terputus.

Macam-macam metode pembuangan kotoran manusia, metode pembuangan tinja yang ada dimasyarakat ada dua metode yaitu:

Dit drivy / jamban cubluk. Jamban cubluk merupakan jamban dimana penampungannya berupa lubang yang fungsinya menampung serta meresapkan tinja/cairan kotoran ke dalam tanah dan kotoran tersebut diendapkan kedasar lubang. Jamban ini cocok digunakan pada daerah yang sulit mendapatkan air.

Model jamban ini banyak ditemukan di daerah pedesaan (Ida, 2017).

(33)

16

Hal-hal yang harus diperhatikan pada bangunan jamban cupluk adalah sebagai berikut:

1. Dasar lubang langsung berhubungan dengan tanah tanpa ditutup bahan lainnya, supaya cairan kotoran bisa diserap oleh tanah dengan sistem perembasan.

2. Dasar lubang diperhatikan saat pembangunan dimana supaya kedalamannya tidak mencemari air dalam tanah.

3. Mulut lubang ditutupi dengan rapat, supaya bebas dari kemungkinan perembesan kotoran di permukaan tanah disekeliling mulut lubang.

Septic tank / Jamban leher angsa. Jamban leher angsa adalah jamban yang pada bagian bengkok berbentuk leher angsa, air tetap tergenang, yang berfungsi menutup lubang penampung. Model jamban ini cocok dipakai pada wilayah dimana tersedia cukup air dan wilayah dengan penduduk padat sebab bisa menggunakan multiple latrine atau satu lubang septic tank dapat dipergunakan lebih dari 1 jamban (Ida, 2017).

Hal-hal yang harus diperhatikan pada sarana buangan kotoran jamban leher angsa diantaranya ialah (Mundiatun, 2018):

1. Tidak mencemari permukaan air dan tanah.

2. Tidak terjangkau binatang pengerat seperti lalat, nyamuk, dan sebagainya.

3. Tidak menimbulkan bau setar kecelakaan.

Pengelolaan air limbah. Air limbah merupakan air dimana kualitasnya sudah mengalami penurunan sebab sudah dipengaruh aktivitas manusia. Air limbah ataupun limbah cair ialah campuran atau gabungan atas air dengan bahan- bahan pencemaran yang terbawa oleh air, baik dalam kondisi terlarut ataupun

(34)

tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perumahan, perkantoran dan perdagangan), sumber industry dan pada saat tertentu bercampur bersama air tanah, air hujan dan air permukaan.

Pengelolaan air limbah bisa dilaksanakan dengan cara alami atau dibantu dengan alat. Secara alami umumnya pengolahan dilakukan menggunakan bantuan kolam stabilisasi. Untuk daerah tropis dan negara berkembang kolam stabilisasi sangat direkomendasikan pada pengelolaan air limbah karena dana yang dibutuhkan pada pembuatannya lebih murah tetapi memerlukan area yang luas.

Tujuan kolam ini ialah mematikan ataupun memusnahkan mikroorganisme patogen yang berada dalam air limbah. Pengolahan air limbah yang menggunakan bantuan peralatan umumnya dilakukan dengan Instalasi Pegolahan Air Limbah (IPAL). Didalam IPAL, secara umum proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary treatment), pengolahan kedua (secondary treatment), dan pengolahan lanjutan (tertiary treatment).

Sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat ialah sebagai berikut (Mundiatun, 2018):

1. Tidak mencemari tanah, air permukaan dan air tanah.

2. Adanya saluran pembuangan dari kamar mandi, air cuci pakaian, dan peralatan dapur.

3. Tidak menimbulkan/menghasilkan bau.

4. Tidak menimbulkan becek, kelembapan serta pandangan yang kurang menyenangkan (Depkes RI. 1993).

(35)

18

Pengelolaan sampah. Sampah merupakan setiap bahan atau material dimana untuk sementara tidak bisa dipergunakan lagi dan harus dibuang atau dimusnahkan (Ida, 2017). Sampah merupakan bahan atau benda padat dimana sudah tidak dapat lagi dipakai manusia.

Agar mempermudah pengolahannya, sampah dibedakan atau digolongkan sebagai berikut (Ida, 2017):

1. Sampah cepat busuk (garbage) 2. Sampah mudah terbakar (rubbish) 3. Sampah berbentuk abu/debu 4. Sampah jalanan

5. Sampah industry

6. Sampah berupa bangkai bintang 7. Sampah berupa bangkai kendaraan 8. Sampah pembangunan.

Sampah cepat busuk pada bahasa inggris dikatakan garbage, sebab ada aktifitas mikroorganisme. Sampah ini berasal dari rumah tangga, rumah makan, hotel dan lainnya yaitu sisa-sisa pengolahan atau sisa makanan yang cepat busuk.

Sampah mudah/gampang terbakar dalam bahasa inggris disebut rubbish yaitu sampah yang mudah/gampang terbakar seperti kertas, kayu, karet dan lain- lain.

Sampah berupa debu atau abu ialah merupakan sisa pembakaran dari bahan- bahan yang mudah/gampang terbakar termasuk abu rokok.

(36)

Sampah jalan dalam Bahasa inggris disebut sreet sweeping ialah sampah yang dari pembersihan jalanan, yaitu terdiri dari gabungan berbagai macam sampah, dedaunan, kertas, debu, plastik dan lain-lain.

Sampah industri adalah sampah yang asalnya dari industri atau pabrik sampah ini berupa limbah atau hasil buangan yang tidak digunakan industri dan mempunyai bahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Sampah berupa bangkai binatang (dead animal) ialah bangkai-bangkai binatang yang mati/tewas secara alamiah, kecelakaan, dibuang orang. Sampah ini dapat mengganggu lingkungan karena menghasilkan bau yang tidak sedap.

Sampah berupa bangkai kendaraan (abandoned vehicle) ialah bangkai kendaraan misalnya bangkai sepeda motor, mobil, pesawat, kapal dan lain-lain.

Sampah pembangunan (construction wastle) ialah sampah oleh proses pembangunan rumah, gedung dan lain-lain diantaranya potongan-potongan kayu, bambu, besi, beton dan sebagainnya.

Secara garis besar pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan tahap- tahap sebagai berikut (Ida, 2017):

Pemilahan, pengumpulan, dan pengangkutan. Pengumpulan sampah

dari rumah tangga, hotel, perkantoran dan tempat-tempat umum, sebaiknya dipilah sampah kering dan sampah basah ditempatkan pada wadah yang berbeda agar memudahkan untuk pemusnahan. Tempat penyimpanan sementara yang baik antara lain: mempunyai konstruksi kuat, tidak mudah bocor atau kedap air, tidak mudah diganggu binatang, dan mudah dibersihkan serta terawat. Selanjutnya dari tempat penyimpanan sementara, sampah disatukan lalu dimasukkan

(37)

20

kedepo/rumah sampah berupa bak besar yang dikelola oleh pemerintah. Setelah dari depo sampah diangkut truk sampah ketempat pembuangan akhir sampah (TPA).

Pemusnahan sampah. Beberapa metode pemusnahan sampah, antara lain:

Sanitasi landfill (penimbunan). Pemusnahan sampah melalui penimbunan sampah serta dipadatkan, selanjutnya ditutup menggunakan tanah/pasir setinggi 15 cm sebagai lapisan penutup agar timbunan sampah tidak mudah terjangkau oleh binatang pengerat.

Incinerator (pembakaran). Membakar sampah secara besar-besaran pada suhu yang tinggi pada tungku pembakaran, sehingga pembakaran berlangsung sempurna. Cara ini dapat dilakukan diwilayah perkotaan karena tidak memiliki lahan cukup untuk pembuangan sampah.

Composting (komposting). Pemusnahan/penghanncuran sampah dengan pemamfaatan proses dekomposisi zat organik oleh bakteri pembusuk saat keadaan tertentu dan akan mendapatkan pupuk atau kompos.

Rumah Sehat

Rumah merupakan bangunan dengan fungsi sebagai tempat tinggal/hunian/ serta sarana pembinaan keluarga. Menurut WHO rumah merupakan sebuah stuktur fisik dimana orang menggunakannya sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas serta pelayanan yang diperlukan, perlengkapannya berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu.

(38)

Perumahan sehat ialah konsep pada perumahan selaku faktor yang bisa memajukan derajat kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko serta berorientasi pada lokasi, bangunan, kapabilitas, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan sekitarnya serta mencakup unsur apakah rumah tersebut mempunyai penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan serta membuang kotoran manusia maupun limbah lainnya (komisi WHO mengenai kesehatan dan lingkungan).

Kriteria rumah sehat berdasarkan atas panduan teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Panduan teknis ini dibentuk atas dasar keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999 mengenai persyaratan kesehatan perumahan. Sedangkan pembobotan pada kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi serta kelompok perilaku atas dasar teori Bloom, yang diinterpretasikan terhadap bobot komponen rumah (31%), bobot sarana sanitasi (25%), bobot perilaku (44%) (Mudiatun, 2018).

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman.

Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman ialah kondisi fisik, kimia dan biologi didalam rumah, dilingkungan rumah dan perumahan kemungkinan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang maksimal.

Persyaratan kesehatan perumahan ialah ketentuan teknik kesehatan dimana harus terpenuhi dalam rangka melindungi penghuni serta masyarakat yang

(39)

22

bermukim pada perumahan dan masyarakat sekitar atas gangguan atau bahaya kesehatan (Mudiatun, 2018).

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman, menurut keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:

Lokasi. Lokasi perumahan dan lingkungan perumahan yang memenuhi

syarat kesehatan ialah:

1. Tidak berada pada kawasan rawan bencana alam, bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang, tsunami, daerah gempa, dan sebagainya 2. Tidak berada pada kawasan bekas tempat pembuangan akhir sampah atau

bekas pertambangan

3. Tidak berada pada kawasan rawan kecelakaan serta kebakaran seperti alur pendaratan penerbangan.

Kualitas udara. Kualitas udara perumahan dan lingkungan perumahan

yang memenuhi syarat kesehatan ialah:

Kualitas udara ambien pada lingkungan perumahan wajib terbebas atas gangguan gas beracun serta memenuhi syarat baku mutu lingkungan yaitu sebagai berikut:

1. Gas H₂ S dan NH₃ secara biologis tidak ditemukan 2. Gas SO₂ maksimal 0,10 ppm

3. Debu maksimum 350 perhari

4. Kebisingan dan getaran

5. Kebisingan disarankan 45 dB.A , maksimal 55 dB,A

(40)

6. Tingkat getaran maksimal 10 mm /detik.

Kualitas tanah pada daerah perumahan dan permukiman. Kualitas

tanah pada daerah perumahan dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan ialah:

1. Kandungan timah hitam (Pb) maksimal 300 mg /kg 2. Kandungan Arsenik (As) total maksimal 100 mg /kg 3. Kandungan Cadmium (Cd) maksimal 20 mg /kg 4. Kandungan Benzopyrene maksimal 1 mg /kg.

Sarana dan prasarana lingkungan. Sarana dan prasarana perumahan dan

lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan ialah:

1. Mempunyai taman bermain untuk anak-anak, sarana rekreasi/piknik keluarga dengan desain/konstruksi yang aman dari kebakaran.

2. Mempunyai sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit

3. Mempunyai sarana jalan lingkungan berdasarkan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan

4. Tersedianya air bersih yang cukup sepanjang waktu yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan

5. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan

6. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan

(41)

24

7. Mempunyai akses atas sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat pendidikan, tempat liburan, kesenian dan lain sebagainya

8. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya

9. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang bisa menyebabkan keracunan.

Penghijauan. Pepohonan buat penghijauan lingkungan permukiman

merupakan pelindung dan juga berfungsi buat keindahan, kesejukan dan kelestarian alam.

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya 1997 komponen yang harus dimiliki rumah sehat Antara lain:

1. Fondasi yang kuat buat meneruskan beban bangunan ketanah dasar, memberikan kestabilan bangunan serta merupakan konstruksi penghubung antara tanah dengan bangunan

2. Lantai kedap air serta tidak lembab, tinggi minimalnya 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahannya kedap air, pada rumah panggung bisa menggunakan papan dan anyaman bambu

3. Mempunyai pintu dan jendela dimana berfungsinya untuk ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% dari luas lantai

4. Dinding rumah kedap air yang fungsinya untuk menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy)

(42)

5. Langit-langit berfungsi menahan dan menyerap terik matahari, Minimal 2,4m dari lantai, biasa terbuat dari papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum 6. Atap rumah yang berfungsi untuk menahan panas sinar matahari serta

melindungi masuknya angin, bebu dan air hujan.

Personal Hygiene

Defenisi. Personal hygiene berasal dari Bahasa yunani dimana personal artinya perorangan dan hygiene artinya sehat. Personal hygiene merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan semua anggota tubuh dengan tujuan untuk menjaga kebersihan serta kesehatan seseorang (Natalia, 2015). Personal hygiene juga merupakan kebutuhan dasar yang senantiasa wajib dipenuhi.

Macam-macam personal hygiene. Macam-macam personal hygiene yaitu:

Kebersihan gigi dan mulut. Mulut beserta lidah dan gigi ialah sebagian

dari alat pencerna makanan. Mulut sebuah rongga dimana dibatasi oleh jaringan lunak, bagian belakang berhubungan dengan tenggorokan dan didepan ditutup oleh bibir. Lidah terdapat didasar rongga mulut terdiri dari jaringan yang lunak dan ujung – ujung syaraf pengecap. Gigi terdiri dari jaringan keras yang terletak dirahang atas dan bawah yang tersusun rapi didalam mulut.

Makanan sebelum masuk ke dalam perut perlu dihaluskan oleh gigi dalam rongga mulut. Lidah berfungsi untuk mencampur makanan supaya bisa dikunyah dengan baik serta berperan sebagai Indra perasa dan pengecap. Seperti halnya dengan bagian hubuh lainnya, maka mulut dan gigi juga perlu perawatan yang teratur yang dilakukan seseorang semenjak anak-anak.

(43)

26

Kebersihan dan perawatan gigi bisa dilakukan dengan oral hygiene yaitu penggunaan sikat dan pasta gigi. Sedangkan pada kebersihan area mulut dan lidah dapat dilakukan dengan menggunakan kasa yang bercampur antiseptik (Natalia, 2015). Melalui perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat dimulut dapat dibersihkan.

Tujuan dari perawatan mulut yaitu mencegah timbulnya penyakit infeksi, menghilangkan bau mulut, menghadirkan perasaan segar, melaksanakan kebersihan perseorangan dan meningkatkan daya tahan tubuh (Natalia, 2015).

Kebersihan rambut dan kulit kepala. Kesejahteraan dan perasaan

seseorang umumnya tergantung dari cara dia berpenampilan salah satunya mengenai penampilan rambutnya. Menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala sangatlah penting. Mencuci rambut secara teratur sangat disarankan guna menghilangkan semua debu, kotoran dan endapan minyak yang menumpuk pada rambut. Memotong rambut, menyikat, menyisir dan bersampo merupakan cara untuk perawatan rambut.

Kebersihan telinga. Telinga ialah alat indra yang sangat penting bagi

tubuh manusia dimana fungsinya untuk alat pendengaran dan juga untuk keseimbangan tubuh. Status kesehatan telinga dipengaruhi oleh kebersihan seseorang. Dalam kebersihan telinga ada hal yang harus diperhatikan yaitu tindakan membersihkan telinga dengan teratur mengunakan korek kuping khusus, tidak mengorek-ngorek telinga dan tidak mengorek kuping dengan benda tajam.

Kebersihan kulit. Bagian paling pertama yang memberikan kesan atau cerminan kesehatan seseorang ialah kebersihan kulitnya, maka dari itu perlu

(44)

pemeliharaan kulit dengan baik. Pemeliharaan kesehatan kulit berkaitan dengan kebersihan lingkungan, makanan yang dikonsumsi dan juga kegiatan sehari-hari.

Kulit merupakan bagian lentur dan lembut dari tubuh manusia yang terletak paling terluar. Kulit merupakan benteng pertahanan pertama atas beberapa ancaman yang datang dari luar seperti bakteri, kuman dan virus. Untuk menjaga kebersihan kulit mandi menggunakan sabun minimal dua kali dalam sehari, menjaga kebersihan pakaian dan kebersihan lingkungan.

Kebersihan kaki, tangan, dan kuku. Bagian tubuh yang paling umum

manusia gunakan ialah tangan.Tangan manusia gunakan untuk memegang berbagai macam peralatan/benda. Tangan juga digunakan untuk makan. Biasanya untuk tangan kiri manusia gunakan untuk membersihkan dubur setelah buang air besar. Supaya kebersihan tangan tetap terjaga maka sebaiknya kuku dibersihkan dan dipotong secara rutin. Mencuci tangan menggunakan sabun jika mau makan dan setelah buang air besar. Dengan tangan yang tidak bersih bisa ditularkan berbagai macam penyakit perut yang berbahaya (Sayoga, 2015). Mencuci tangan bisa mencegah penyebaran kuman serta virus yang bisa menyebabkan penyakit, terutama ketika (Natalia, 2015):

1. Setelah menggunakan kamar mandi/toilet

2. Sebelum, selama, dan sesudah menyiapkan makanan 3. Sebelum atau sesudah melakukan aktivitas tertentu 4. Setelah memegang hewan peliharaan

5. Setelah memegang daging/ikan mentah saat memasak

(45)

28

6. Ketika batuk, bersin, berada dekat orang yang sedang sakit untuk mengontrol penyebaran kuman yang bisa menyebabkan filek dan flu

7. Ketika memasak/membungkus makanan, mencegah makanan dari kerusakan dan mengurangi kontaminasi. Ketika menangani makanan jangan menggaruk/memegang telinga, hidung, mulut atau luka terbuka.

Cara mencuci tangan dengan baik (Yunita, 2015):

1. Membasahi tangan pada air mengalir dan pakai sabun batang/sabun cair.

Seluruh bagian tangan harus terkena air, seluruh permukaan kulit bagian belakang telapak tangan digosok menggunakan busa sabun paling cepat 20 detik, lalu bilas menggunakan air

2. Keringkan tangan pakai handuk bersih/handuk disposable setelah cuci tangan 3. Handuk ditempat cuci tangan harus dicuci dan diganti setiap hari.

Tahapan mencuci tangan dengan benar menurut WHO yaitu:

1. Tuangkan cairan handrup ditelapak tangan setelah itu usap-usap dan gosok- gosok kedua telapak tangan dengan lembut dengan cara memutar

2. Gosok dan usap juga kedua punggung tangan secara bergantian 3. Gosok sela-sela jari tangan sampai bersih

4. Bersihkan ujung jari secara ganti-gantian dengan posisi saling mengunci 5. Gosok serta putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan setelah itu gosok berlahan.

Begitu juga dengan kaki, kita juga harus menjaga kebersihannya karena setiap aktivitas yang dilakukan mengandalkan kaki untuk berjalan. Kaki juga mengeluarkan keringat dan termasuk bagian dari tubuh yang paling sering terkena

(46)

kotor, maka dari itu kebersihan kaki harus dijaga seperti mencuci kaki sebelum tidur, memotong kuku kaki secara teratur dan tetap menjaga kebersihan lingkungan.

Hal-hal yang mencakup personal hygiene. Aktivitas yang mencakup personal hygiene ialah:

Mandi. Dalam menjaga kebersihan diri mandi ialah bagian yang sangat

penting. Mandi bisa menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, memberikan kesegaran pada tubuh. Agar tubuh tetap sehat serta segar bugar sebaiknya mandi dua kali dalam sehari.

Manfaat mandi (Natalia, 2015):

1. Merangsang sirkulasi 2. Menyegarkan

3. Menghilangkan kotoran, yang harus diperhatikan:

a. Mandi hati-hati jangan sampai jatuh b. Air harus bersih

c. Tidak terlalu panas serta tidak terlalu dingin

d. Menggunakan sabun yang mengandung atntiseptik.

4. Variabel budaya, di Amerika Utara kebiasaan mandi ialah setiap hari sedangkan di budaya lain hal ini cuma dilakukann 1 kali seminggu

5. Kebiasaan atau pilihan pribadi, setiap orang mempunyai keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut

(47)

30

6. Kondisi sifat seseorang, tidak sanggup melakukan hygiene karena tidak memiliki energi baik karena sakit atau cacat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene. Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) faktor –faktor yang mempengaruhi personal hygiene ialah:

Citra tubuh (body image). Citra tubuh ialah konsep subjektif seseorang

mengenai tubuhnya, termasuk penampilan, struktur serta fungsi fisik. Citra tubuh bisa mengalami perubahan jika melalakukan operasi, menderita penyakit, pembedahan atau perubahan status fungsional. Personal hygiene yang baik bisa mempengaruhi pada peningkatan citra tubuh individu.

Praktik sosial. Pada saat anak-anak, hygiene dipengaruhi kebiasaan

keluarga, seperti frekuensi mandi. Pada saat remaja, hygiene pribadi dipengaruhi teman. Misalnya remaja wanita mulai tertarik pada penampilan pribadi dan mulai menggunakan riasan wajah. Pada saat dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan saat lansia berbagi praktik hygiene berubah karena keadaan hidup serta sumber yang tersedia.

Status sosial ekonomi. Tingkatan praktik personal hygiene seseorang

dipengaruhi sumber daya ekonomi. Praktik personal hygiene yang baik membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai diantaranya kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (sabun, sikat gigi, sampo, dan sebagainya).

Pengetahuan dan motivasi kesehatan. Pengetahuan mengenai personal hygiene sangatlah penting, sebab dengan pengetahuan yang baik bisa meningkatkan kesehatan. Individu yang mengerti tentang pentingnya personal

(48)

hygiene akan selalu menjaga kebersihan dirinya supaya terhindar dari berbagai penyakit.

Dampak yang timbul pada masalah personal hygiene. Dampak yang sering muncul pada personal hygiene meliputi (Natalia, 2015):

Dampak fisik. Berbagai macam gangguan kesehatan yang diderita

seseorang karena tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang umum terjadi ialah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

Dampak psikososial. Masalah sosial yang berhubungan dengan personal

hygiene ialah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai serta mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi sosial.

Tanda dan gejala. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000), tanda dan gejala individu dengan perawatan diri kurang idalah:

Fisik. Secara fisik tanda dan gejala individu dengan perawatan diri

(personal hygiene) yang kurang ialah:

1. Badan bau dan pakaian kotor 2. Rambut dan kulit kotor 3. Kuku panjang dan kotor 4. Gigi kotor disertai mulut bau 5. Penampilan tidak rapi.

Psikologis. Secara psikologis tanda dan gejala individu dengan perawatan diri (personal hygiene) yang kurang ialah:

1. Malas dan tidak memiliki inisiatif

(49)

32

2. Menarik diri atau isolasi diri

3. Merasa tak berdaya, rendah diri serta merasa hina.

Sosial. Secara sosial tanda dan gejala individu dengan perawatan diri

(personal hygiene) yang kurang ialah:

1. Interaksi kurang 2. Kegiatan kurang

3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma

4. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Tujuan personal hygiene. Tujuan dari personal hygiene adalah (Natalia, 2015):

1. Meningkatkan derajat kesehatan 2. Memelihara kebersihan diri

3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4. Mencegah penyakit

5. Meningkatkan percaya diri 6. Menciptakan keindahan.

(50)

Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian Sanitasi Dasar Permukiman

1. Sarana Penyediaan Air Bersih

2. Sarana Pembuangan Kotoran

3. Sarana Pembuangan Sampah

4. Sarana Pembuangan Limbah

Personal Hygiene

1. Kebersihan Gigi dan Mulut

2. Kebersihan Rambut dan Kulit kepala 3. Kebersihan Telinga 4. Kebersihan Kulit 5. Kebersihan Kaki, Tangan, dan kuku

Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan

Memenuhi Syarat Kesehatan Persyaratan

Kesehatan (Kepmenkes

RI Nomor 829/Menkes/V

II/1999)

(51)

34

(52)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif hanya memberikan informasi mengenai karakteristik data yang didapat tanpa menggeneralisasikan untuk himpunan data yang lebih besar (Isgiyanto, 2009).

Penelitian ini untuk mengetahui keadaan sanitasi dasar perumahan dan personal hygiene masyarakat sekitar aliran sungai Asahan di Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian di lakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dari penelitian ini adalah kepala keluarga yang rumahnya berada tepat di sepanjang pinggiran pinggiran sungai Asahan di Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan yang berjumlah 131 kepala keluarga (KK) yang dihitung pada saat survei pendahuluan.

Sampel. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi penelitian yang besarnya ditentukan dengan rumus slovin:

Keterangan:

N = Besar Populasi n = besar sampel

(53)

35

Berdasarkan rumus diatas

Dari rumus diatas diperoleh sampel minimal 56.7 dan digenapkan menjadi 57 kepala keluarga/responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu mengambil sampel yang ada, tersedia dan memenuhi kriteria.

Variabel dan Defenisi Operasional Tabel 1

Variabel Penelitian Sanitasi Dasar Permukiman

Sanitasi Dasar Perumahan Variabel Independen

Penyediaan air bersih Defenisi

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

sarana air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari

Wawancara Observasi

1. Memenuhi syarat kesehatan

2. Tidak memenuhi syara kesehatan

Ordinal Jamban (Sarana pembuangan

kotoran)

Defenisi

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

Sarana yang digunakan untuk pembuangan feses dan urine merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia

Wawancara Observasi

1. Memenuhi syarat kesehatan

2. Tidak memenuhi syarat kesehatan

Ordinal

(54)

Tabel 1

Variabel Penelitian Sanitasi Dasar Permukiman

Sanitasi Dasar Perumahan Variabel Independen

Penyediaan air bersih Defenisi

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

sarana air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari

Wawancara Observasi

3. Memenuhi syarat kesehatan

4. Tidak memenuhi syara kesehatan

Ordinal Jamban (Sarana pembuangan

kotoran)

Defenisi

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

Sarana yang digunakan untuk pembuangan feses dan urine merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia

Wawancara Observasi

3. Memenuhi syarat kesehatan

4. Tidak memenuhi syarat kesehatan

Ordinal

Sanitasi dasar. Sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai factor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.

Permukiman. Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan peri kehidupan/

penghidupan.

(55)

37

Rumah sehat. Rumah sehat ialah tempat yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis, memberi pencegahan dan perlindungan terhadap penularan penyakit dan pencegahan, dan memberi perlindungan/pencegahan t

Penyediaan air bersih. Sarana air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jamban (sarana pembuangan kotoran). Sarana yang digunakan untuk pembuangan feses dan urine merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia.

Pembuangan sampah. Sarana pembuangan suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh responden.

Pembuangan air limbah (SPAL). Sarana pembuangan air sisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain.

Personal hygiene (kebersihan diri). Kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden.

Data sekunder. Data yang diperoleh dari gambaran umum Puskesmas Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan dan referensi-referensi perpustakaan yang ada hubungannya dengan penelitian serta literatur-literatur lainnya.

Gambar

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian Sanitasi Dasar Permukiman

Referensi

Dokumen terkait

Objek penelitian ini berupa pemeliharaan dan kondisi sanitasi yang meliputi air bersih, jamban, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), sarana pembuangan sampah, dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan sanitasi lingkungan (sarana air bersih, sarana jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah, dan

Terdapat hubungan yang bermakna kondisi sarana penyediaan air bersih, kondisi sarana jamban keluarga, kondisi sarana pembuangan air limbah keluarga dan kondisi

Terdapat hubungan yang bermakna kondisi sarana penyediaan air bersih, kondisi sarana jamban keluarga, kondisi sarana pembuangan air limbah keluarga dan kondisi

Ditemukan 5 variabel yang bermakna dengan kejadian kecacingan secara bersama yaitu sarana sanitasi pembuangan kotoran (jamban), kebiasaan BAB tidak di jamban, jenis lantai rumah

Untuk program air limbah rumah tangga, akan dibangun sarana septic tank komunal yang menjadi pengganti jamban dengan cubluk dengan prioritas pada lokasi bantaran sungai dan pantai

Hasil survei EHRA diketahui fasilitas BAB di Kabupaten Bojonegoro yang paling umum dilaporkan oleh rumah tangga adalah jamban siram/leher angsa yang disalurkan ke tangki

Ketika masyarakat diberifcan pilihan-pilihan, mereka akan memilib jamban didalam rumah dan untuk pemakaian di dalam rumah, maka.jamban dengan leher angsa (tuang siram) dan jamban