• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUKHLIS, S.H.,M.Hum. (NIDN: 0021046803) MAHFUD, S.H.,LL.M. (NIDN: 0015048002) SYAMSUL BAHRI, S.Hi., M.A. (NIDN: 0015117906) UNIVERSITAS SYIAH KUALA NOVEMBER 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MUKHLIS, S.H.,M.Hum. (NIDN: 0021046803) MAHFUD, S.H.,LL.M. (NIDN: 0015048002) SYAMSUL BAHRI, S.Hi., M.A. (NIDN: 0015117906) UNIVERSITAS SYIAH KUALA NOVEMBER 2014"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN FUNDAMENTAL

PENERAPAN KONSEP HUKUM PIDANA KONVENSIONAL (MATERIL, FORMIL) DALAM PEMBENTUKAN KITAB JINAYAT DI ACEH

Tahun ke I (satu) dari rencana 2 (dua) Tahun

MUKHLIS, S.H.,M.Hum. (NIDN: 0021046803) MAHFUD, S.H.,LL.M. (NIDN: 0015048002) SYAMSUL BAHRI, S.Hi., M.A. (NIDN: 0015117906)

Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian Fundamental

Tahun Anggaran 2014 Nomor: 497/UN11/S/LK-BOPT/2014

UNIVERSITAS SYIAH KUALA NOVEMBER 2014

(2)

Idilfqirm

It.odilt/ Felrboa

Nama t engkap

NIDN

Jabatan Fungsional Pr0gram Studi Nomor HP Suel (e-mail) ADguprsPbdfi (l)

Nama l,€ngkap NIDN

Ferguruan Tinggi

tuSSp.rPffi(2)

Nama lrngkap NIDN

Pergunun Tinggi Inltitusi ffifis 0Ar

dr)

Nama Institusi Miha Alamat

Penang8ung Jawab

TabH&on

BiDFTshBc.jdm BicyoK!.Ghoh

HALAMAN PENGFSAIIAI\I

PENERAPAN KONSEP I{TJKUM PIDANA KOTWENSIONAL (MATERIL, FORMIL) DAIj,M PEMBEMTJKAN KITAB JINAYAT DI ACEH

MUKHLIS SH.,M.Hun

0041046803

Ilmu Hukum (B1x905680

mukhlis-muslim@yahoo rom

MAHFUDS.H.,LLM.

00t 5048m2

Universitas Syiah Kuala

SYAMSI,JL BAHRI SHI.M"{.

00151l7q)6

Universitas Syiah Kuala

Tahun ke 1 dari rencana 2 tahm Rp.40.90.950,00

Rp. 141.m0.0m,00

BANDA ACEH,28 -

tl

-2014,

*W

%80/.2119'402100,2

HASANUDDIN l419B6m1ml

fe ;=\

,tr""

1

3*,?,1tit*"l

i.i ;ir

,Ju

*

'":tqHNtK 1

Jtsll

r$

(3)

RINGKASAN

PENERAPAN KONSEP HUKUM PIDANA KONVENSIONAL (MATERIL, FORMIL) DALAM PEMBENTUKAN KITAB JINAYAT DI ACEH

(Mukhlis dkk, 2014, 31 halaman)

Pelaksanaan syariat Islam berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 yang dicabut dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh salah satunya adalah Jinayat (Hukum Pidana Islam). Implementasi undang-undang tersebut dikeluarkan Qanun Jinayat Nomor 12, 13 dan 14 Tahun 2003 tentang Jarimah Khamar, Maisir dan Khalwat yang sampai sekarang masih berlaku. Pelaksanaan ketiga qanun jinayat tersebut mendapat kritikan dalam pelaksanaannya baik menyangkut materi, substansi dan penerapan uqubatnya. Oleh sebab itu ketiga qanun jinayat ini perlu penyempurnaannya sehingga dalam implementasinya dapat menjamin kepastian hukum dan selanjutnya di Aceh benar-benar dapat membentuk suatu Kitab Jinayat yang lengkap dengan didukung substansi ketentuan umum atao konsep-konsep hukum pidana yang jelas.

Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang merupakan penelitian normatif-empiris.

Data diperoleh dari penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data atau bahan yang bersifat teoritis, yang merupakan data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, literatur, majalah, peraturan perundang-undangan dan bahan sekunder lainnya.

Disamping itu juga penelitian lapangan mendapatkan data sekunder yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dengan cara mewawancarai para responden dan Informan yang telah ditentukan sebelumnya, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat terhadap masalah yang diteliti. Disamping itu juga dilakukan FGD atau public hearing dalam menemukan jarimah yang dapat dituangkan dalam kitab jinayat dan bagaimana formatnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan qanun jinayat (khamar, maisir dan khalwat) adalah rumusan qanun mengandung multi tafsir, tidak adanya kepastian hukum dalam penerapannya, asas yang dianut tidak sesuai lagi dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, aturan penahanan yang tidak jelas, dan penerapan uqubat yang tidak efektif. Konsep hukum pidana konvensional (materil, formil) dapat diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariat Islam, yaitu konsep hukum pidana yang berkaitan dengan pengaturan jinayat seperti delneming, concursus, dasar peniadaan pidana (alasan pemaaf dan pembenar, penahanan, pidana yang dijatuhkan dan lain-lain. Penerapan konsep ini diharapkan

(4)

dapat menjamin kepastian hukum dalam penerapan qanun jinayat. Upaya yang telah dilakukan menggabungkan ketiga qanun jinayat ke dalam satu buah qanun jinayat dengan jarimah diperluas. Penyempurnaan yang telah dilakukan juga telah memasukkan konsep hukum pidana konvensional tetapi belum secara menyeluruh sehingga haruslah dalam pembentukan Qanun Jinayat atau membuat Kitab Jinayat nyang lengkap harus memperhatikan konsep-konsep yang ada pada hukum pidana konvensional baik materil maupun formil.

Disarankan kepada Pemerintah Aceh untuk terus melakukan penyempurnaan kepada ketentuan-ketentuan umum qanun hukum jinayat dan membuat Kitab Jinayat dengan ketentuan umum dan jarimah-jarimah yang lebih lengkap. Disamping itu perlu juga dibuat qanun yang mengatur tentang Hukum Formil (Hukum Acara Jinayat) yang khusus tidak bertentangan dengan KUHAP. Oleh sebab itu disarankan perlu adanya konsep hukum pidana konvensional dalam pelaksanaan qanun jinayat untuk mengatasi hambatan yang ada.

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah, Swt, karena dengan izinNyalah penelitian dan laporan hasil penelitian fundamental yang berjudul “Penerapan Konsep Hukum Pidana Konvensional (materil,formil) dalam Pembentukan Kitab Jinayat di Aceh dapat diselesaikan.

Penelitian ini dapat terlaksana atas bantuan dan kerjasama berbagai pihak, karena itu disampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah membiayai penelitian ini.

2. Rektor Universitas Syiah Kuala dan Ketua Lembaga Penelitian beserta seluruh staf yang telah membantu memfasilitasi pelaksanaan penelitian.

3. Dekan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

4. Semua pihak yang telah turut membantu baik responden maupun informan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Disadari bahwa laporan penelitian ini masih belum sempurna, oleh sebab itu segala kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik terhadap khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, pemerintah daerah Aceh, khususnya dalam bidang Hukum Pidana Islam.

Banda Aceh, November 2014 Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN PENGESAHAN……… i

RINGKASAN……… ii

PRAKATA………. iv

DAFTAR ISI……….. v

BAB I PENDAHULUAN...………. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 5

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……… 9

BAB IV METODE PENELITIAN……… 11

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN……… 13

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……… 28 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN:

1. Curiculum Vitae 2. Draf Artikel Penelitian

(7)

BAB I PENDAHULUAN

Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh terdapat 13 substansi penting menyangkut aspek pelaksanaan syariat yakni aspek akidah, ibadah, muamalah, akhlak, pendidikan dan dakwah islamiyah/amar ma’ruf nahi munkar, baitul mal, kemasyarakatan, syiar Islam, pembelaan Islam, qadha, jinayat, munakahat, dan mawaris (Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)) Peraturan Daerah Aceh Nomor 5 Tahun 2000.

Salah satu yang dicakup dalam pelaksanaan Syariat Islam adalah Jinayat (pidana) yang dibatasi oleh norma primer dari pidana Islam saja, yaitu penentuan larangan yang tidak boleh dilanggar. Sedangkan perumusan norma sekundernya yaitu kaedah untuk melaksanakan sanksi atas pelanggaran norma primer tidak dilakukan sesuai pidana Islam sehingga hukuman hudud atau qishas-diyat belum dijalankan. Selain itu hukuman yang dijalankan masih berupa ta’zir. Begit juga menyangkut dengan hukum acara jinayatnya yang sangat kurang mendapat perhatian.

Dalam rangka pelaksanaan jinayat ini telah dikeluarkan tiga buah qanun provinsi yaitu yang mengatur tentang jarimah Khamar, Maisir dan Khalwat yang masing-masing dalam Qanun Nomor 12, 13 dan 14 Tahun 2003. Pelaksanaan ketiga qanun jinayat ini mendapatkan pertanyaan, kritikan dan pendapat yang disampaikan oleh para akademisi, praktisi, pelaksana dan pengamat di lapangan, baik ketika menjalani proses penyidikan, penuntgutan dan peradilan oleh Mahkamah Syariyah, ataupun ketika dalam kegiatan sosialisasi, kordinasi, diskusi dan evaluasi lainnya. Pertanyaan dan kritikan atas ketentuan di dalam qanun- qanun di atas yang tidak dapat dijawab dengan baik, misalnya kekaburan dalam defenisi, ketidak jelasan dan kurang lengkapnya norma peraturan yang menimbulkan kesulitan dalam praktik serta perlu disempurnakan serta penambahan terutama menyangkut dengan ketentuan umumnya. Ada ide ketiga

(8)

qanun jinayat tersebut dijadikan satu buah qanun dalam proglegda tahun 2013.

Namun sebenarnya dengan penyempurnaan tersebut belum lengkap jika tidak memasukkan seluruh jarimah yang ada lengkap dengan ketentuan umum dan acaranya dalam satu Kitab Jinayat yang mengandung berbagai jarimah-jarimah lainnya.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh membuka peluang dibentuknya sebuah Qanun tentang Kitab Jinayat yang lengkap sebagai implementasi dari pasal-pasal berikut:

1. Pasal 125 ayat (2); Syari’at Islam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ibadah, ahwal al-syakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum pidana), qadha` (peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar dan pembelaan Islam.

2. Pasal 128 ayat (3); Mahkamah Syar’iyah berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara yang meliputi bidang ahwal al- syakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), dan jinayah (hukum pidana) yang didasarkan atas syari’at Islam.

3. Pasal 128 ayat (4); Ketentuan lebih lanjut mengenai bidang ahwal al- syakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), dan jinayah (hukum pidana) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Qanun Aceh

Kitab jinayat yang lengkap diperlukan ketentuan materil (umum) hukum pidana yang lengkap pula seperti halnya Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) konvensional yang berisi suatu ketentuan umum mengenai percobaan melakukan kejahatan, delik aduan, pengulangan tindak pidana (resedivis), daluarsa penuntutan, pemberatan, alasan pemaaf dan pembenar dan lain sebagainya. Begitu juga rumusan tindak pidana yang tersebar dikodifikasikan menjadi satu. Kitab jinayat yang lengkap perlu perumusan jarimah dan ketentuan

(9)

Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). Begitu juga mengenai acara jinayatnya juga perlu mencoba menerapkan konsep hukum acara pidana konvensional yang diharmonisasikan dengan konsep Hukum Pidana Islam, seperti penyelidikan, penyidikan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, penuntutan, dan peradilan.

Hukum pidana materil adalah hukum yang menentukan tentang:

1. Perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana;

2. Siapakah yang dapat dipidana, atau siapakah yang dapat dipertanggungjawabkan;

3. Jenis hukuman apakah yang dapat dijatuhkan kepada orang yang melanggar undang-undang.

Istilah hukum pidana materil juga disebut dengan hukum pidana substansial. Dalam pergaulan sehari-hari hukum pidana materil disebut dengan hukum pidana atau disebut juga dengan hukum pidana in abstracto, artinya hukum pidana dalam arti yang abstrak (tidak nyata) karena berlaku kepada semua orang, tidak tentu orangnya.

Hukum pidana materil ini juga dibagi kedalam pengertian- pengertian sebagai berikut:

a. Hukum pidana umum

b. Hukum pidana khusus, yaitu hukum pidana yang berlaku bagi orang tertentu saja, seperti hukum pidana militer dan hukum pidana fiskal (Pajak).

c. Hukum pidana nasional, yaitu hukum yang berlaku secara nasional.

d. Hukum pidana lokal, yaitu hukum pidana yang berlaku bagi daerah- daerah tertentu, seperti yang terdapat dalam Perda, Qanun.

e. Hukum pidana kodifikasi, hukum pidana yang telah dibukukan dalam satu kitab undang-undang, seperti KUHP.

f. Hukum pidana yang tidak terkodifikasi, yaitu hukum pidana yang terdapat peraturan hukum pidana diluar KUHP, Misalnya Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Sehubungan dengan hukum pidana materil ada yang menyebut dengan hukum delik. Kata delik berasal dari delictum (Latin), dalam bahasa Belanda disebut dengan falen yang berarti perumusan sikap/perbuatan yang salah (gagal melaksanakan yang baik dan benar.

(10)

Disamping delictum dalam bahasa latin juga dikenal istilah crimen, yang berarti misdaad (Belanda), sama dengan penyelewengan. Dalam negara yang menganut hukum Anglo Saxon dikenal dengan istilah Criminal Law.

Hukum pidana formal adalah keseluruhan aturan hukum yang menentukan cara bagaimana melaksanakan ketentuan hukum pidana materil.

Dengan demikian Kitab Jinayat yang lengkap dengan memadukan konsep hukum pidana konvensional dapat terwujud akan sempurnalah pemberlakuan Hukum Jinayat di Aceh dengan adanya kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat. Oleh sebab itu konsep apa yang dapat dimasukkan dalam pembentukan Kitab Jinayat tersebut? Pembentukan Kitab Jinayat ini memerlukan format, asas, dan ketentuan materil dan formil yang jelas.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Merumuskan jarimah-jarimah dan acara (hukum formil) jinayatnya yang dapat dirumuskan dalam kitab jinayat tersebut dan upaya-upaya yang ditempuh sebelum kitab jinayat dapat dirumuskan dalam satu qanun.

1. Apa hambatan-hambatan dalam pelaksanaan jinayat di Aceh?

2. Apakah konsep hukum pidana konvensional baik materil maupun formil yang dapat digunakan dalam pembentukan kitab jinayat di Aceh?

3. Apakah upaya-upaya yang telah ditempuh dalam penerapan konsep hukum pidana konvensional dalam pembentukan kitab jinayat?

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hukum pidana pada pokoknya dibagi dua, yaitu hukum pidana materil dan formil. Hukum pidana materil menentukan siapa yang dapat dipidana, perbuatan apa yang dilarang dalam aturan hukum pidana dan sanksi yang dapat dijatuhkan bagi yang melanggar perbuatan tersebut. Aturan hukum pidana materil terdapat dalam KUHP dan aturan-aturan hukum pidana khusus. Sedangkan hukum pidana formil mengatur tata cara dilakukannya penyidikan, penuntutan dan peradilan. Aturan hukum pidana formil dalam hukum pidana konvensional diatur dalam KUHAP dan aturan formil yang khusus dalam Undang-Undang Pidana Khusus.

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:

a. Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang atau dijatuhi pidana sebagaimana telah diancam.

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut (Moeljatno, 1987: 4).

Definisi hukum pidana yang disampaikan oleh Moeljatno adalah definisi hukum pidana yang lengkap, artinya dalam definisi ini terkandung hukum pidana materil dan hukum pidana formil. Untuk perbuatan dipakai asas legalitas, untuk pertanggungjawaban dipakai asas tiada pidana tanpa kesalahan dan untuk cara pengenaan pidana salah satu asasnya adalah asas praduga tak bersalah.

Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang

(12)

dilakukan oleh orang-orang mukallaf, sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terinci dari Al-Qur’an dan hadist (Dede Rosyada dalam Zainuddin Ali, 2007: 1).

Menurut Ahmad Wardi Muslich (2005: 9) fikih jinayah adalah ilmu tentang hukum syara’ yang berkaitan dengan perbuatan yang dilarang (jarimah) dan hukumnya (uqubah), yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Jadi objek pembahasan fiqh jinayah itu secara garis besar ada 2 yaitu jarimah atau tindak pidana dan uqubah atau hukumannya.

Menurut Topo Santoso (2003: 17) seharusnya, hukum pidana Islam dibaca dalam konteks yang menyeluruh dengan bagian lain dari Syariat Islam. Hukum potong tangan contohnya, sering dituding terlampau kejam dan tidak adil. Padahal hukuman ini baru dijatuhkan ketika sejumlah syarat yang ketat dipenuhi.

Pengertian jarimah menurut Imam Al Mawardi (1975: 219) adalah perbuatan- perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah, SWT dengan hukuman Had dan Ta’zir. Sedangkan menurut Rahmat Hakim (2000: 17) bahwa suatu perbuatan yang dinamai jarimah (tindak pidana, peristiwa pidana atau delik) apabila perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain atau masyarakat baik jasad, harta benda, keamanan, tata aturan masyarakat, nama baik, perasaan ataupun hal-hal lain yang harus dipelihara dan dijunjung tinggi keberadaannya.

Syariat Islam menetapkan perbuatan tertentu sebagai kejahatan dan mengancamnya dengan hukuman tertentu dengan maksud melindungi kepentingan kolektif dan sistem yang di atasnya berdiri bangunan besar masyarakat untuk menyelamatkan nilai-nilai moral dan kehidupan yang harmoni.

Menurut W.A. Bonger (1981: 25) mengemukakan, bahwa “Pada prinsipnya setiap Tindak Pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang, dimana terhadap perbuatan tersebut sangat anti sosial dan menghadapi tantangan dari negara berupa pemberian penderitaan (hukuman / tindakan)”.

(13)

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana kepada barang siapa yang melanggar larangan tersebut (Moelyatno, 2002: 2).

Hukum pidana Islam juga mengatur ketentuan-ketentuan umum pidana materi yang menyangkut dengan asas legalitas, tidak dapat dipertanggung jawabkannya sipelaku, percobaan melakukan jarimah dan sebagainya.

Menurut Al Yasa’ Abubakar (2006: 204), pada akhirnya untuk bidang jinayat perlu disusun rancangan qanun tentang jarimah penipuan, penggelapan, dan pemalsuanpun harus disiapkan dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang lebih bersih dan lebih berwibawa di Provinsi NAD. Qanun tentang Hudud dan pengkodifiksian hukum acara dan jinayat dalam satu qanun perlu dilakukan. Lebih lanjut Al Yasa’ Abubakar (2006: 201) mengemukakakan bahwa membuat kitab hukum sebagai kodifikasi (walaupun hanya pada bidang tertentu), relatif sangat sukar dan berat.

Secara umum Syariat Islam dibidang hukum memuat norma hukum yang mengatur kehidupan bermasyarakat/ bernegara dan norma hukum yang mengatur moral atau kepentingan Individu yang harus ditaati oleh setiap orang, ketaatan terhadap norma hukum yang mengatur moral sangat tergantung pada kualitas Iman dan Taqwa atau hati nurani seseorang, juga disertai adanya sanksi Duniawi dan Ukhrawi terhadap yang melanggar, misalnya saja hukuman Cambuk.

“Hukuman dalam bahasa Arab disebut ‘Uqubat, artinya mengiringnya dan datang dibelakangnya, maksudnya ialah sesuatu disebut hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah perbuatan itu dilakukan, sedang menurut Istilah hukuman berarti membalasnya sesuai dengan apa yang dilakukannya”(Ahmad Wardhi Muslich H, 2005: 136).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hukuman adalah suatu penderitaan atau akibat- akibat yang tidak menyenangkan yang diberikan dengan sengaja oleh badan yang berwenang kepada seseorang yang cakap

(14)

menurut hukum yang telah melakukan perbuatan yang dilarang berdasarkan aturan yang ada.

Menurut hukum pidana Islam, hukuman adalah seperti yang didefinisikan oleh Abdul Qadir Audah, sebagai berikut “Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan- ketentuan syara’”.

Dari definisi tersebut dapatlah dipahami bahwa hukuman adalah salah satu tindakan yang diberikan oleh syara’ yang diancam dengan ta’zir sebagai pembalasan atas perbuatan yang melanggar ketentuan syara’ dengan tujuan untuk memelihara ketertiban dan kepentingan masyarakat, sekaligus juga untuk melindungi kepentingan individu.

Menurut Istilah, Ta’zir didefinisikan oleh Al-Mawardi sebagai berikut: yang dimaksud dengan Ta’zir adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara’.

Sedangkan menurut Wahbah zuhaili yang dimaksud dengan Ta’zir menurut syara’ adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat atau jinayah yang tidak dikenakan hukuman had dan tidak pula kifarat” (Ahmad Wardhi Muslich: 2005:

249).

(15)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengungkapkan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan jinayat di Aceh.

2. Untuk menemukan dan menjelaskan konsep hukum pidana konvensional baik materil maupun formil yang dapat digunakan dalam pembentukan kitab jinayat di Aceh.

3. Untuk menjelaskan upaya-upaya yang telah ditempuh dalam penerapan konsep hukum pidana konvensional dalam pembentukan kitab jinayat di Aceh.

B. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan khususnya hukum pidana dan jinayat. Hasil penelitian ini juga dapat menemukan konsep-konsep atau teori-teori dalam pengembangan hukum pidana Islam dengan mengkaji hukum pidana konvensional yang telah ada baik dari segi materil maupun formil.

2. Secara praktis hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pemerintah provinsi Aceh dalam pembentukan kitab jinayat di Aceh. Teori atau konsep yang ditemukan dapat menjadi bahan dalam membangun substansi hukum jinayat di Aceh baik materil maupun formil. Hasil penelitian ini juga dapat menjawab kritikankritikan terhadap pelaksanaan qanun jinayat yang multi

(16)

tafsir, tidak menjamin kepastian hukum sebelum menyusun kebijakan di bidang jinayat untuk masa yang akan datang.

(17)

BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan normatif yang mengkaji dan menganalisis primer yang merupakan bahan kepustakaan sedangkan data sekunder yang berasal dari lapangan hanya sebagai pendukung data primer. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Provinsi Aceh yang meliputi Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen dan Kota Langsa.

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan bahan-bahan dalam penelitian ini dilakukan:

a. Penelitian Lapangan (field research).

Penelitian Lapangan ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dengan cara mewawancarai para responden dan Informan yang telah ditentukan sebelumnya, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat terhadap masalah yang diteliti. Disamping itu juga dilakukan FGD atau public hearing dalam menemukan jarimah yang dapat dituangkan dalam kitab jinayat dan bagaimana formatnya.

b. Penelitian Kepustakaan (Library research).

Penelitian Kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data atau bahan yang bersifat teoritis, yang merupakan data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, literatur, majalah, peraturan perundang-undangan dan bahan sekunder lainnya.

(18)

3. Metode Pemilihan Sampel

Populasi Penelitian terdiri atas: Ulama, Hakim Mahkamah Syar’iyah dan Pengadilan Negeri, tokoh adat, akademisi, pejabat Dinas Syariat Islam, tokoh masyarakat, Jaksa, dan anggota DPRA/DPRK .

Berdasarkan populasi di atas, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Purposive Sampling, yaitu dari keseluruhan populasi akan diambil beberapa orang yang diperkirakan dapat mewakili keseluruhan dari populasi yang terdiri dari:

1. Kepala Dinas Syariat Islam Propinsi NAD dan Kabupaten?Kota 2. Hakim Mahkamah Syar’iyah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3. Anggota DPRKabupaten/Kota sebanyak 3 orang

4. Hakim Pengadilan Negeri dan Mahkamah Syar’iyah Kabupaten/Kota sebanyak 2 orang

5. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Kabupaten/Kota sebanyak 2 orang 4. Analisis Data

Data yang terkumpul baik dari hasil penelitian lapangan maupun dari penelitian kepustakaan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

(19)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Qanun Jinayat

Pelaksanaan qanun khamar, maisir dan khalwat yang telah diberlakukan di Aceh menemui banyak hambatan dalam implementasinya, sehingga penerapan ketiga qanun tersebut tidak efektif dan mendapatkan banyak kritikan dari berbagai kalangan masyarakat.

Beberapa hambatan pokok dalam pelaksanaan ketiga qanun jinayat tersebut, yaitu:

1. Rumusan Pasal yang Multi Tafsir

Salah satu hambatan dalam pelaksanaan qanun jinayat yang ada adalah banyaknya rumusan pasal di dalam qanun jinayat multi tafsir, dalam arti rumusannya tidak jelas dan dapat ditafsirkan berbeda-beda. Misalnya rumusan Pasal 1 butir 20 dalam Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan khalwat adalah perbuatan yang bersunyi-sunyi antara dua orang mukhllaf atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrim atau tanpa ikatan perkawinan. Kemudian disebutkan dalam ruang lingkup larangan khalwat/mesum adalah segala kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina.

Berdasarkan rumusan di atas hanya khalwat saja yang dapat diberikan hukuman, namun kenyataannya dalam praktek banyak kasus-kasus yang juga mesum dilakukan pada tempat-tempat terbuka (ikhtilath), mahram, liwath dan musahaqah yang tidak diatur. Begitu juga banyak kasus yang mengarah kepada zina bahkan ada perkosaan. Jelas jika yang dipergunakan qanun khalwat/mesum tidak dapat diterapkan sehingga qanun ini perlu penyempurnaan.

(20)

Begitu juga pada maisir dan khamar banyak kasus perbuatan tersebut dilakukan bersama-sama orang non muslim yang hanya dapat dijerat hanya orang Islam saja, sedangkan yang non muslim tidak diatur dalam KUHP.

2. Tidak Menjamin Kepastian Hukum

Muatan qanun yang tidak jelas membuat qanun-qanun yang ada tidak menjamin kepastian hukum. Hal ini ditunjukkan dengan kurang lengkapnya rumusan pasal misalnya tidak mengatur mengenai ihtilath, liwath, zina bahkan juga perkosaan. Begitu juga bagi orang non muslim yang melakukan maisir dan khamar tidak dapat diberlakukan qanun yang ada. Penerapan hukum pidana selama ini terkesan disepelekan bahkan tidak diimplementasikan menurut aturan yang ada karena substansi atau norma yang ada pada qanun sulit diterapkan di dalam masyarakat.

3. Kurang Tepatnya Asas yang Dianut

Asas yang dianut dalam qanun yang ada hanya diberlakukan kepada orang muslim saja (personalitas) yang pasif sedangkan berdasarkan hasil penelitan menunjukkan hambatan dalam pelaksanaannya. Menurut beberapa orang nara sumber sebaiknya dilakukan penyempurnaan disuaikan dengan Undang-undang Pemerintahan Aceh (UU Nomor 11 Tahun 2006) yaitu : selain orang yang beragama Islam melakukan jarimah di Aceh juga yang bukan beragama Islam melakukan jarimah di Aceh bersama-sama dengan orang Islam serta memilih dan menundukkan diri secara sukarela pada hukum jinayat; dan yang beragama bukan Islam melakukan jarimah di Aceh yang tidak diatur dalam KUHP atau ketentuan pidana diluar KUHP tetapi diatur dalam qanun.

4. Tidak Adanya Pengaturan Penahanan

Pengaturan penahanan di ketiga qanun tidak ditur secara jelas hanya didasarkan kepada aturan peralihan dan dasar konsideran mengingat yang masih menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

(21)

Dalam KUHAP sendiri disebutkan bahwa landasan objektif untuk dapat dilakukan penahanan adalah tindak pidana yang ancamannya 5 tahun atau lebih atau tindak pidana lain yang telah disebutkan dalam KUHAP itu sendiri.

Kewenangan melakukan penahanan menjadi tidak jelas sehingga penyidik ragu untuk melakukan penahanan terhadap pelanggar qanun jinayat tersebut. Kenyataannya menunjukkan banyak pelanggar qanun tidak ditahan dan akhirnya melarikan diri dan uqubat tidak dapat dilaksanakan.

5. Pelaksanaan Uqubat

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2005 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Uqubat Cambuk menyebutkan bahwa pelaksanaan uqubat cambuk adalah kewenangan dan tanggung jawab Jaksa dan atas permintaan Jaksa, Dinas Syariat Islam menunjuk Pecambuk. Dalam hal ini dalam pelaksanaannya terjadi kurangnya koordinasi yang baik sehingga pelaksanaan ini sering tidak efektif.

Pelaksanaan yang tidak efektif juga sering disebabkan dalam menyediakan tempat dilakukannya eksekusi yaitu dengan alas 3x3 meter, ditempat umum dan jarak dari alas 10 meter dari kiri-kanan dan juga muka belakang, sehingga Jaksa sering kesulitan mencari tempat sebesar itu. Kemudian dalam pelaksanaan uqubat juga hambatan yang dihadapi bahwa terhukum tidak ditahan sehingga untuk mengahdirkannya juga mengalami kesulitan dan memakan waktu. Hasil penelitian lapangan sebagai penelitian sekunder menunjukkan bahwa ketiga daerah penelitian tidak melakukan eksekusi yang telah diputuskan oleh hakim.

Pada Mahkamah Syar”iyah Biureun sejak tahun 2011 tidak terdapat perkara jinayat yang dilimpahkan ke Mahkamah Syar”iyah, bahkan perkara yang diputuskan pada tahun 2011 sampai sekarang belum di eksekusi.

Pada Mahkamah Syar’iyah Meureudu (Pidie Jaya) ada sejumlah perkara yang diputuskan di tahun 2013 dan 2014, tetapi untuk tahun tersebut sampai sekarang juga belum dieksekusi.

(22)

Ada berbagai hambatan yang terjadi di lapangan tidak hanya hambatan klasik yaitu berupa dana, tetapi juga masih banyaknya konsep hukum pidana yang belum diterapkan dalam pelaksanaan jinayat. Hal ini diakui oleh para responden bahwa diperlukan penerapan konsep hukum pidana konvensional sepanjang tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang ada dalam hukum Pidana Islam.

B. Konsep yang Perlu Diterapkan dalam Pembentukan Kitab Jinayat

Hasil penelitian kepustakaan menunjukkan bahwa ada beberapa konsep ketentuan umum/teori Hukum pidana material dan formil yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan Jinayat di Aceh sebagai berikut :

1. Ketentuan tentang Ruang Lingkup

Berlakunya yang selama ini hanya orang muslim di Aceh dapat diperluas yaitu: tidak hanya yang beragama Islam melakukan jarimah di Aceh tetapi juga yang bukan beragama Islam melakukan jarimah di Aceh bersama-sama dengan orang Islam serta memilih dan menundukkan diri secara sukarela pada hukum jinayat; dan yang beragama bukan Islam melakukan jarimah di Aceh yang tidak diatur dalam KUHP atau ketentuan pidana diluar KUHP. Ruang lingkup teritorial (Teritorialiteit Beginsel) perlu juga di atur dalam norma qanun yang akan datang jika perlu asas personalitas yang aktif dalam arti orang aceh yang melakukan jarimah atau melanggar qanun jinayat di luar aceh dapat diterapkan uqubat dengan qanun Aceh.

2. Menyangkut dengan Delneming (Penyertaan) :

Ajaran mengenai deelneming itu menurut van Hamel, sebagai suatu ajaran yang bersifat umum, pada dasarnya merupakan suatu ajaran mengenai pertanggungjawaban dan pembagian pertanggung-jawaban, yakni dalam hal dimana suatu delik yang menurut rumusan undang-undang sebenarnya dapat dilakukan oleh seseorang secara sendirian, akan tetapi dalam kenyataannya

(23)

telah dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam suatu kerjasama yang terpadu baik secara psikis (intelektual) maupun secara material (Lamintang, 1984: 7).

Konsep delneming yang perlu diterapkan dalam qanun jinayat lebih kurang rumusannnya.

a. Setiap orang yang turut serta, membantu atau menyuruh melakukan jarimah dikenakan ‘uqubat paling banyak sama dengan ‘uqubat yang diancamkan kepada pelaku jarimah.

b. Setiap orang yang memaksa melakukan jarimah dikenakan ‘uqubat paling banyak 2 (dua) kali ‘uqubat yang diancamkan kepada pelaku jarimah.

c. Setiap orang yang membiarkan terjadinya jarimah dikenakan ‘uqubat paling banyak 1/2 (satu per dua) ‘uqubat yang diancamkan kepada pelaku jarimah.

3. Alasan Pemaaf dan Pembenar (Dasar Peniadaan Pidana)

Menurut Adami Chazawi, dasar-dasar peniadaan atau penghapusan pidana (strafuitslutingsgronden) di dalam KUHP dibedakan antara yang bersifat umum dan khusus.

Tidak dipidananya seseorang atas pelanggaran ketentuan pidana yang bersifat umum disebabkan tidak dapat dituntutnya si pembuat (vervolgingsuitslutingsgronden) karena alasan pemaaf dan dihapuskannya perbuatan si pembuat karena alasan pembenar.

Pada hal yang disebutkan pertama (strafuitslutingsgronden), jaksa penuntut umum telah mengajukan surat dakwaan. Terdakwa telah diperiksa dalam sidang pengadilan, bahkan telah diajukannya requisitoir (tuntutan) oleh Jaksa Penuntut, dan telah terbukti terwujudnya tindak pidana itu oleh si pembuat. Namun, karena terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak dipidananya si pembuat, majelis hakim tidak menjatuhkan pidana (veroordering) kepadanya, melainkan menjatuhkan putusan lepas dari segala

(24)

tuntutan hukum (onslag van alle rechtvervolging). Putusan itu dijatuhkan terhadap pokok perkaranya atau terhadap tindak pidana yang didakwakan.

Bab III KUHP menentukan tujuh alasan (dasar) yang menyebabkan tidak dapat dipidananya si pembuat ini, ialah:

a. adanya ketidakmampuan bertanggung jawab si pembuat, (Pasal 44 ayat (1))

b. adanya daya paksa (overmacht, Pasal 48)

c. adanya pembelaan terpaksa (noodweer, Pasal 49 ayat (1)

d. adanya pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweerexcess, Pasal 49 ayat (2))

e. karena sebab menjalankan perintah UU (Pasal 50)

f. karena melaksanakan perintah jabatan yang sah (Pasal 51 ayat (1))

g. karena menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan i’tikad baik (Pasal 51 ayat (2))

Dari tujuh alasan tersebut di atas, kemudian dibagi menjadi dua alasan, yaitu:

1. Alasan pemaaf (schulduitsluitingsgronden)

Alasan ini bersifat subjektif dan melekat pada diri orangnya, khususnya mengenai sikap batin sebelum atau pada pada saat akan berbuat. Alasan pemaaf ini terdiri dari:

a. ketidakmampuan bertanggung jawab b. pembelaan terpaksa yang melampaui batas

c. menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan i’tikad baik 2. Alasan pembenar (rechtsvaardingingsgronden)

Alasan ini bersifat objektif dan melekat pada perbuatannya atau hal-hal lain di luar batin si pembuat. Alasan pembenar ini terdiri dari:

a. adanya daya paksa

b. adanya pembelaan terpaksa c. sebab menjalankan perintah UU

(25)

Ada beberapa perbedaan antara alasan pemaaf dengan alasan pembenar yaitu: pada alasan pemaaf si pelaku tidak dipidana meskipun perbuatannya terbukti melanggar undang-undang. Artinya perbuatannya itu tetap bersifat melawan hukum, namun karena hilang atau hapusnya kesalahan pada diri si pelaku, perbuatannya itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya atau si pelaku dimaafkan atas perbuatannya tersebut. Contohnya orang gila yang melakukan pembunuhan atau perkosaan. Sedangkan pada alasan pembenar, tidak dipidananya si pelaku karena perbuatannya dibenarkan atau perbuatan tersebut kehilangan sifat melawan hukumnya, meskipun kenyataannya perbuatan si pelaku telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana tetapi karena hapusnya sifat melawan hukum pada perbuatan itu, si pelaku tidak dapat dipidana. Contohnya, seorang algojo yang mengeksekusi mati terhukum pidana mati karena menjalankan perintah jabatan. (Adami Chazawi, 2007: 16).

Konsep ini juga perlu dilakukan penyempurnaan dengan memasukkan alasan pembenar dan pemaaf sebagai berikut:

a. Tidak dikenakan ‘uqubat setiap orang yang melakukan jarimah karena melaksanakan peraturan perundang-undangan.

b. Tidak dikenakan ‘uqubat setiap orang yang melakukan jarimah karena melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh pejabat yang berwenang.

c. Alasan pemaaf tidak dikenakan ‘uqubat, seseorang yang melakukan jarimah karena: dipaksa oleh adanya ancaman, tekanan, kekuasaan atau kekuatan yang tidak dapat dihindari, kecuali perbuatan tersebut merugikan orang lain; dan pada waktu melakukan jarimah menderita gangguan jiwa, penyakit jiwa atau keterbelakangan mental.

d. Perintah jabatan yang diberikan tanpa wewenang tidak mengakibatkan hapusnya ‘uqubat, kecuali jika orang yang diperintahkan dengan i’tikad

(26)

baik mengira bahwa perintah tersebut diberikan dengan wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya. Setiap orang yang melakukan pekerjaan di tempat kerja dan pada waktu kerja tidak dapat dituduh melakukan khalwat dengan sesama pekerja. Setiap orang yang menjadi penghuni sebuah rumah tidak dapat dituduh melakukan khalwat dengan sesama penghuni rumah tersebut. Setiap orang yang memberikan pertolongan kepada orang lain yang berbeda jenis kelamin dalam keadaan darurat, tidak dapat dituduh melakukan khalwat atau Ikhtilath.

4. Concursus (Perbarengan)

Concursus atau perbarengan tindak pidana ialah terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang di mana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim.* Jadi concursus adalah seseorang melakukan beberapa tindak pidana dan di antara tindak pidana tersebut belum mempunyai putusan hakim yang memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht).

Ilmu hukum pidana mengenal 3 (tiga) bentuk concursus yang juga disebut ajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Concursus idealis (eendaadsche samenloop); terjadi apabila seseorang melakukan satu perbuatan dan ternyata satu perbuatan tersebut melanggar beberapa ketentuan hukum pidana

b. Concursus realis (meerdaadsche samenloop); terjadi apabila seseorang sekaligus merealisasikan beberapa perbuatan

c. Perbuatan lanjutan (voortgezette handeling); terjadi apabila seseorang melakukan perbuatan yang sama beberapa kali, dan di antara perbuatan-

(27)

perbuatan itu terdapat hubungan yang sedemikian eratnya sehingga rangkaian perbuatan itu harus dianggap sebagai perbuatan lanjutan.

Mengenai gabungan perbuatan jarimah juga perlu dimasukkan yaitu :

a. Dalam hal suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan jinayat, maka yang dikenakan hanya salah satu diantara aturan-aturan itu, dalam hal ‘uqubatnya berbeda maka yang dikenakan ‘uqubat yang paling berat.

b. Dalam hal satu atau lebih perbuatan jarimah yang mempunyai hubungan, dan dilakukan sebagai perbuatan jarimah secara berturut-turut, maka dikenakan ‘uqubat yang paling berat.

c. Dalam hal terdapat gabungan perbuatan yang masing-masing merupakan jarimah yang berdiri sendiri, maka dikenakan satu ‘uqubat saja.

d. Maksimum ‘uqubat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ialah ‘uqubat yang paling berat ditambah sepertiganya.

5. Pengaturan tentang Penahanan

Penahanan dalam qanun yang ada selama ini mengacu kepada KUHAP, sehingga pelaku yang melakukan Jarimah tidak dapat ditahan karena syarat penahanan tidak dapat dipenuhi yaitu dalam KUHAP hanya terhadap hukuman penjara dengan syarat tertentu..

Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, penuntut umum dan hakim untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan. Penahanan dilakukan untuk keperluan objektif dan subjektif sehingga dalam qanun jinayat perlu dilakukan penahanan dengan syarat-syarat yang ditentukan. Jika konsep penahanan dimasukkan, maka penghitungan masa penahanan perlu diterapkan dalam memperhitungkan konsekwensi pengurangan masa tahanan.

(28)

C. Upaya yang ditempuh dalam Penerapan Konsep Pidana Konvesnsional dalam Qanun Jinayat

Penyempurnaan qanun-qanun jinayat tidak hanya dilakukan oleh pemerintah provinsi Aceh juga dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial masyarakat. Dari draft qanun jinayat yang ada yang akan disahkan oleh Gubernur Provinsi Aceh dapat ditemukan beberapa upaya dalam pembentukan qanun hukum jinayat yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan penggabungan ketiga qanun menjadi satu qanun yaitu Qanun Hukum Jinayat.

2. Melakukan beberapa penyempurnaan menyangkut dengan pasal-pasal yang multi tafsir dan tidak menjamin kepastian hukum.

3. Memperluas ruang lingkup yang menjadi larangan khusus menyangkut dengan khalwat.

4. Merumuskan beberapa ketentuan umum pidana konvensional yang diselaraskan dengan konsep pidana Islam.

Berikut ini beberarapa rumusan yang terdapat dalam Draft Rancangan Qanun Hukum Jinayat yang telah selesai disempurnakan tetapi belum disahkan sampai saat ini berkaitan dengan upaya-upaya penyempurnaan di atas.

Ada beberapa defenisi yang lebih lengkap dirumuskan dalam draft qanun hukum jinayat yaitu:

1. Khalwat adalah perbuatan berada pada tempat tertutup atau tersembunyi antara 2 (dua) orang yang berlainan jenis kelamin yang bukan mahram dan tanpa ikatan perkawinan.

2. Ikhtilath adalah perbuatan bermesraan antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami isteri atau mahram baik pada tempat tertutup atau terbuka.

3. Bermesraan adalah bercumbu seperti bersentuh-sentuhan, berpelukan, berpegangan tangan dan berciuman.

(29)

4. Mahram adalah orang yang haram dinikahi selama-lamanya yakni orang tua kandung dan seterusnya ke atas, Orang tua tiri, Anak dan seterusnya ke bawah, Anak tiri dari isteri yang telah disetubuhi, Saudara (kandung, se-ayah dan se-ibu), Saudara sesusuan, Ayah dan ibu susuan, Saudara ayah, Saudara ibu, Anak saudara, Mertua (laki-laki dan perempuan), Menantu (laki-laki dan perempuan).

5. Zina adalah persetubuhan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan tanpa ikatan perkawinan dengan kerelaan kedua belah pihak.

6. Pelecehan Seksual adalah perbuatan cabul yang dilakukan terhadap orang lain tanpa kerelaannya.

7. Liwath adalah hubungan seksual antara laki-laki dengan laki-laki yang dilakukan dengan kerelaan kedua belah pihak.

8. Musahaqah adalah hubungan seksual antara perempuan dengan perempuan yang dilakukan dengan kerelaan kedua belah pihak.

9. Pemerkosaan adalah hubungan seksual terhadap faraj atau dubur korban dengan zakar pelaku atau benda lainnya yang digunakan pelaku atau terhadap faraj atau zakar korban dengan mulut pelaku atau terhadap mulut korban dengan zakar pelaku, dengan kekerasan atau paksaan atau ancaman terhadap korban, tidak termasuk hubungan seksual yang dilakukan dengan suami atau isteri.

10. Qadzaf adalah menuduh seseorang melakukan zina tanpa dapat membuktikan dengan menghadirkan 4 (empat) orang saksi.

11. Memaksa adalah setiap perbuatan yang menjadikan orang lain harus melakukan suatu perbuatan yang tidak dikehendakinya dan/atau tidak kuasa menolaknya dan/atau tidak kuasa melawannya.

(30)

12. Turut serta adalah suatu perbuatan atau serangkaian perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara bersama-sama melakukan jarimah.

13. Membantu melakukan adalah setiap perbuatan atau serangkaian perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memudahkan orang lain melakukan jarimah.

14. Menyuruh melakukan adalah setiap perbuatan atau serangkaian perbuatan yang menggerakkan orang lain melakukan jarimah.

15. Memproduksi khamar adalah setiap kegiatan atau proses untuk menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, dan/atau mengubah bentuk sesuatu menjadi khamar.

16. Mempromosikan adalah memperagakan dan/atau menginformasikan cara melakukan jarimah, dan/atau memberitahukan tempat yang dapat digunakan untuk melakukan jarimah dan/atau orang/korporasi yang menyediakan tempat untuk melakukan jarimah dan/atau menceritakan kembali pengakuan seseorang yang telah melakukan jarimah, secara lisan atau tulisan, melalui media cetak, elektronik dan/atau media lainnya.

17. Membiarkan adalah tidak menginformasikan kepada pihak yang berwajib baik Keuchik, Polisi Wilayatul Hisbah maupun Polisi tentang terjadinya suatu jarimah.

18. Setiap orang adalah mencakup orang perseorangan dan korporasi.

19. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik berupa badan hukum maupun bukan badan hukum, yang akan bertanggungjawab terhadap jarimah yang dilakukan adalah penanggungjawab yang ada di Aceh.

Ruang lingkup dalam draft qanun ini mengatur tentang jarimah dan

‘uqubat khamar, maisir, khalwat, ikhtilath, zina, pelecehan seksual, pemerkosaan, qadzaf, liwath, dan musahaqah.

(31)

Qanun ini berlaku untuk setiap orang:

a. yang beragama Islam melakukan jarimah di Aceh;

b. yang bukan beragama Islam melakukan jarimah di Aceh bersama-sama dengan orang Islam serta memilih dan menundukkan diri secara sukarela pada hukum jinayat; dan

c. yang beragama bukan Islam melakukan jarimah di Aceh yang tidak diatur dalam KUHP atau ketentuan pidana diluar KUHP tetapi diatur dalam qanun ini.

Menyangkut dengan penyertaan diatur dalam Pasal 5 yang berbunyi : (1) Setiap orang yang turut serta, membantu atau menyuruh melakukan jarimah

dikenakan ‘uqubat paling banyak sama dengan ‘uqubat yang diancamkan kepada pelaku jarimah.

(2) Setiap orang yang memaksa melakukan jarimah dikenakan ‘uqubat paling banyak 2 (dua) kali ‘uqubat yang diancamkan kepada pelaku jarimah.

(3) Setiap orang yang membiarkan terjadinya jarimah dikenakan ‘uqubat paling banyak 1/2 (satu per dua) ‘uqubat yang diancamkan kepada pelaku jarimah.

Dalam upaya ini juga telah dilakukan penyempurnaan dengan memasukkan alasan pembenar dan pemaaf sebagai berikut :

1. Alasan Pembenar

Pasal 7

Tidak dikenakan ‘uqubat setiap orang yang melakukan jarimah karena melaksanakan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

Tidak dikenakan ‘uqubat setiap orang yang melakukan jarimah karena melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh pejabat yang berwenang.

2. Alasan pemaaf

(32)

Pasal 9

Tidak dikenakan ‘uqubat, seseorang yang melakukan jarimah karena:

a. dipaksa oleh adanya ancaman, tekanan, kekuasaan atau kekuatan yang tidak dapat dihindari, kecuali perbuatan tersebut merugikan orang lain; dan

b. pada waktu melakukan jarimah menderita gangguan jiwa, penyakit jiwa atau keterbelakangan mental.

Pasal 10

Perintah jabatan yang diberikan tanpa wewenang tidak mengakibatkan hapusnya ‘uqubat, kecuali jika orang yang diperintahkan dengan i’tikad baik mengira bahwa perintah tersebut diberikan dengan wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.

Pasal 11

6. Setiap orang yang melakukan pekerjaan di tempat kerja dan pada waktu kerja tidak dapat dituduh melakukan khalwat dengan sesama pekerja.

7. Setiap orang yang menjadi penghuni sebuah rumah tidak dapat dituduh melakukan khalwat dengan sesama penghuni rumah tersebut.

Pasal 12

(1) Setiap orang yang memberikan pertolongan kepada orang lain yang berbeda jenis kelamin dalam keadaan darurat, tidak dapat dituduh melakukan khalwat atau Ikhtilath.

Mengenai gabungan perbuatan jarimah juga telah dimasukkan yaitu : 1. Dalam hal suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan jinayat, maka yang dikenakan hanya salah satu diantara aturan-aturan itu, dalam hal ‘uqubatnya berbeda maka yang dikenakan ‘uqubat yang paling berat.

(33)

2. Dalam hal satu atau lebih perbuatan jarimah yang mempunyai hubungan, dan dilakukan sebagai perbuatan jarimah secara berturut-turut, maka dikenakan ‘uqubat yang paling berat.

3. Dalam hal terdapat gabungan perbuatan yang masing-masing merupakan jarimah yang berdiri sendiri, maka dikenakan satu ‘uqubat saja.

4. Maksimum ‘uqubat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ialah ‘uqubat yang paling berat ditambah sepertiganya.

Dengan demikian upaya penyempurnaan qanun-qanun jinayat telah dilakukan dengan memasukkan ketentuan umum pidana konvensional dan melakukan perumusan yang lebih jelas dan lebih menjamin kepastian hukum.

(34)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan qanun jinayat (khamar, maisir dan khalwat) menemui hambatan karena disebabkan rumusan qanun mengandung multi tafsir, tidak adanya kepastian hukum dalam penerapannya, asas yang dianut tidak sesuai lagi dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, aturan penahanan yang tidak jelas, dan penerapan uqubat yang tidak efektif.

2. Rumusan ketentuan umum pidana konvensional (KUHP) yang dapat diterapkan adalah ajaran penyertaaan (delneming), hapusnya pertanggungjawaban pidana (straafuitsluitingsgronden), pembarengan (concursus), percobaan (poging), dan pengulangan tindak pidana.

3. Upaya-upaya yang ditempuh adalah dengan menyatukan ketiga qanun yang ada ke dalam satu qanun hukum jinayat, melakukan penyempurnaan ketiga qanun dengan kekurangan yang ada dan membuat aturan-aturan jarimah lainnya dan ketentuan umum yang lengkap.

B. Saran

1. Disarankan kepada Pemerintah Aceh untuk terus melakukan penyempurnaan kepada ketentuan-ketentuan umum qanun hukum jinayat dan membuat Kitab Jinayat dengan ketentuan umum dan jarimah-jarimah yang lebih lengkap.

2. Disamping itu perlu juga dibuat qanun yang mengatur tentang Hukum Formil (Hukum Acara Jinayat) yang khusus tidak bertentangan dengan

(35)

KUHAP. Oleh sebab itu disarankan perlu adanya konsep hukum pidana konvensional dalam pelaksanaan qanun jinayat untuk mengatasi hambatan yang ada.

3. Pelaksanaan qanun jinayat tidak hanya substansi hukum yang harus disempurnakan, tetapi juga harus didukung oleh struktur hukum atau infrastruktur yang lengkap.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abd Al-Qadir Audah, tt, At-Tusyi’ Al- Jinalu al-Islamy, Dar Al-Kitab Al- Arabi, Beirut.

Abdullah Ahmed an-Naim, 2001, Dekonstruksi Syariat, Lembaga Kajian Islam dan Sosial, Jogyakarta.

Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana (Bagian I), PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

---, 2007, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ahmad Hanafi,1967, Azas-azas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Jakarta.

Ahmad Wardi Muslich, 2005, Pengantar dan Azas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta.

Al-Mawardi, 1969, At-Tazir fi Asy-Syariah Al-Islamiyah, Dar Al-Fikri Al- Arabi.

Al-Yasa’Abubakar, 2006, Syariat Islam di Provinsi NAD Paradigma Kebijakan dan Kegiatan, Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, Banda Aceh.

---, 2005, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung Qanun Pelaksanaan Syariat Islam), Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, Banda Aceh.

Jonkers, J.E. 1987.Hukum Pidana Hindia Belanda, (Judul Asli: Handbook van het Nederlandsch Indische Strafrecht), Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Bina Aksara, PT Bina Aksara, Jakarta

Lamintang, P.A.F.1990. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung.

---, 1984, Hukum Penetensier di Indonesia, Armico, Bandung.

Moeljatno. 1983. Asas-asas Hukum Pidana, PT Bina Aksara, Jakarta.

Rahmad Hakim, 2000, Hukum Pidana Islam, Pustaka Setia, Bandung.

(37)

Topo Santoso, 2003, Membumikan Hukum Pidana Islam Penegakan Syariat dalam Wacana dan Agenda. Gema Insani, Jakarta.

Zainuddin Ali, 2007, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta.

(38)

Curriculum Vitae A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Mukhlis, S.H., M.Hum..

2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

3 Jabatan Struktural Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Unsyiah 4 NIP/NIK/ identitas lainnya 196804211994021002

5 NIDN 0021046803

6 Tempat dan Tanggal Lahir Sabang, 21 April 1968

7 Alamat Rumah Kopelma Darussalam, Banda Aceh 23111 8 Nomor Telepon/Faks/HP 08126905680

9 Alamat kantor Fakultas Hukum Unsyiah, Jl. Putroe Phang No. 1 Kompelma Darussalam Banda Aceh 23111

10 Nomor Telepon/Faks/HP (0651) 7552295

11 Alamat e-mail Mukhlis_Muslim@yahoo.com

12 Lulusan yang telah dihasilkan S1= 36 orang 13 Mata Kuliah Yang Diampu 1. Hukum Pidana

2. Kriminologi

3. Hukum Acara Pidana 4. Hukum Pidana Khusus

5. Tindak Pidana Terhadap Keamanan Umum 6. Hukum Pidana Islam

7. Praktik Hukum B. Riwayat Pendidikan

S1 S2 S3

Nama Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala Pascasarjana UGM

Bidang Ilmu Hukum Pidana Ilmu Hukum

Tahun Masuk-Lulus 1987-1992 1998-2001 Judul

Skripsi/Thesis/Desertasi

Pelaksanaan Penyitaan dan Pelelangan Ikan Hasil Penangkapan Ikan oleh Kapal Asing di Kota Sabang

Peran TNI Angkatan Laut Sabang dalam Perlindungan Sumber Daya Perikanan di Perairan Aceh

Nama

Pembimbing/Promotor

Ridwan Rani, S.H., M.Hum.

Prof. Dr. Koesnadi Hardjo Soemantri, S.H.

(39)

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pendanaan

Sumber Jumlah

1

2006 Perumusan Bentuk

Larangan dan Sanksi Pidana pada Qanun Anti Korupsi Perspektif Syariat Islam di Provinsi NAD (Ketua)

BRR NAD-Nias Rp. 75.000.000,-

2

2006 Aceh Rehabilitation and Recontruction of Appraisal (ARRA) II Kabupaten Aceh Besar

TAF Rp. 50.000.000,-

3

2006 Implementasi Qanun

Mukim terhadap

Eksistensi Mukim di Provinsi NAD

BRR NAD-Nias Rp. 200.000.000,-

4.

2007 Tugas dan Fungsi Lembaga Ketua Sineubok, Hari Peukan dan Syahbanda

BRR NAD-Nias Rp. 300.000.000,-

5. 2008 Dampak Kerja Sama IOM- Polri tentang Polmas di Aceh

IOM Rp. 100.000.000,-

6.

2008 Refungsionalisasi Institusi Penegakan Hukum Formal pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh

BRR NAD-Nias Rp. 125.000.000,-

7.

2009 Kesadaran Hukum

Masyarakat Terhadap Pelestarian Fungsi danau Laut Tawar di Aceh Tengah

Fundamental DIKTI

Rp. 35.000.000,-

8.

2009 Penelitian Putusan Hakim tentang Tindak Pidana KDRT, Narkotika, Ilegal Loging dan Korupsi

Komisi Yudisial Rp. 40.000.000,-

9.

2011 Penelitian Putusan Hakim tentang Tindak Pidana di Bidang Perikanan

Komisi Yudisial Rp. 40.000.000,-

10. 2012 Penelitian Putusan Hakim tentang Tindak Pidana Korupsi

Komisi Yudisial Rp. 60.000.000,-

(40)

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pendanaan

Sumber Jumlah

1. 2005- 2012

Konsultasi Hukum Dep. Hukum dan HAM

Rp. 5.000.000,-

2. 2011 Anggota Pos Bantuan pada Mahkamah Syar”iyah Kota Banda Aceh

Mahkamah Agung

Rp. 1.800.000,-

3. 2006 Tim Penyusun Tinjauan Yuridis Qanun Korupsi

BRR Rp. 12.000.000,-

4. 2007

Tim Penyusun Penyem- purnaan Draft Qanun Jinayat

Dinas Syariat Islam Provinsi NAD

Rp. 5.000.000,-

5. 2012

Anggota Majelis Penga- was Notaris

Kanwil

Kehakiman dan HAM Aceh

Rp. 1.800.000,-

6. 2012

Tim Perekaman Persida- ngan Tindak Pidana Korupsi

KPK Rp. 2.400.000,-

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Tahun Nama Jurnal

1. Kesadaran dan Kepatuhan Hukum Masyarakat Terhadap Pelestarian Funsi Lautan dan Pesisir di Kota Sabang

2007 Jurnal Kanun

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 4 Perbandingan Tindak

Pidana Pencurian Menurut KUHP dan Hukum Pidana Islam

2011 Mondial

F. Pengalaman Penyampaian makalah Secara Oral pada Pertemuan/Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat 1. Diskusi Tentang Lesson

Person

Kewenangan Baitul Mal terhadap Harta Benda Orang Hilang

2008 di ICRC Jakarta

2

Pelatihan di Bidang Perikanan

Tinjauan Pidana di Bidang Perikanan

2010 di Polisi Airud Banda Aceh

(41)

3 Sosilisasi UU Kesehatan Aspek Hukum UU Kesehatan

2011 di Kajati Aceh

G. Pengalaman Penulisan Buku Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit

1 Buku Ajar Hukum Pidana

2009 222 Unsyiah

Press 2

Buku Ajar

Kriminologi dan Viktimologi

2012 260 Usyiah

Press

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

1 2 3 4 5

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial lainnya

yang telah diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon Masyarakat 1

2 3

J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan Tahun

1 2 3 4 5

(42)

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pelaporan Penelitian Fundamental

Banda Aceh, 20 Nopember 2014 Pengusul,

Mukhlis,S.H.,M.Hum.

(43)

Curriculum Vitae A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Mahfud, S.H., LL.M.

2 Jabatan Fungsional Lektor

3 Jabatan Struktural -

4 NIP/NIK/ identitas lainnya 19800415 200501 1 003

5 NIDN 0015048002

6 Tempat dan Tanggal Lahir Banda Aceh/ 15 April 1980

7 Alamat Rumah Jl. Tanah Tinggi No.26 Kelurahan Keuramat Banda Aceh

8 Nomor Telepon/Faks/HP 085361910221

9 Alamat kantor Fakultas Hukum Unsyiah

10 Nomor Telepon/Faks/HP (0651) 7552295

11 Alamat e-mail mahfudsh@yahoo.com.

12 Lulusan yang telah dihasilkan S1= S2= S3=

13 Mata Kuliah Yang Diampu 1. Hukum Pidana 2. Hukum Acara Pidana 3. Kriminologi

B. Riwayat Pendidikan

S1 S2 S3

Nama Perguruan Tinggi Universitas Syiah

Kuala Universitas

Cardiff

Bidang Ilmu Ilmu Hukum European Legal

Studies

Tahun Masuk-Lulus 1999-2004 2008-2009 Judul

Skripsi/Thesis/Desertasi

Penyalahgunaan Izin Keimigrasian di Kota Banda Aceh

Extraordinary Torture towards Terrorists

Suspects in the UK and the US

Nama Pembimbing M. Yusuf Hasan,

S.H., M.Hum. Christine Byron

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pendanaan

Sumber Jumlah 1

2010 Survey Pemetaan Area Ganja di Aceh

BNN 70.000.000

(44)

2

2012 Subnational Conflict dan Pengaruh Pemberian Bantuan pada Daerah Subnasional Conflict

CPCRS 200.000.000

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pendanaan

Sumber Jumlah 1 2011 Saksi Ahli pada Perkara

Pelanggaran UU Perlindungan Anak

Polda Aceh 500.000

2 2012 Penyusunan Naskah

Akademik Qanun Aceh Tentang Pendidikan

SEDIA (AUSAID)

50.000.000

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal

1 The Uk’s And The Usa’s Legislations

To Clean Historic Contamination

Volume 25 No. 1 February 2013

Jurnal Mimbar Hukum Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2 Sanksi Pidana Terhadap

Anak Nakal Menurut Undang Undang Nomor 3 Tahun 1997

No. 1 Tahun I April 2011

Jurnal Delik Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

3 Hukum Lingkungan dan Pertanggungjawaban Strict Liability Dalam Sistem Hukum Common Law (Studi Kasus Cambridge Water Co. Ltd v. Eastern Countries Leather Plc)

N0. 52 Tahun XII

Agustus 2010 Jurnal Kanun Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

(45)

F. Pengalaman Penyampaian makalah Secara Oral pada Pertemuan/Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1

Annual International Conference 2011

Responsibility to Clean

Up Historic

Contamination in the United Kingdom and the United States

Universitas Syiah Kuala 2011

2

Aceh Development International Conference 2012

Pemetaan Area Ganja dan Pelaksanaan Program Alternative Development di Aceh Pidie

International Islamic University Malaysia, Tahun 2012.

3

Annual International Conference 2012

Criminal Mediation as an Alternative Model of Restorative Justice in Juvenile Court System

Universitas Syiah Kuala 2012

G. Pengalaman Penulisan Buku Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit

1 2 3 4 5

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

1 2 3 4 5

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir

(46)

No

Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial lainnya

yang telah diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan Respon Masyarakat 1

2

J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan Tahun 1

2 3 4 5

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk pelaporan Penelitian Fundamental.

Banda Aceh, 20 Nopember 2014 Pengusul,

Mahfud, S.H.,LL.M..

(47)

Curriculum Vitae

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Syamsul Bahri, S.H.I., M.A 2 Jabatan Fungsional Lektor

3 Jabatan Struktural -

4 NIP/NIK/ identitas lainnya 19791115 200812 1 001

5 NIDN 0015048002

6 Tempat dan Tanggal Lahir Banda Aceh/ 15 November 1979

7 Alamat Rumah Menasah Baro Lamlhom, Kec. Lhoknga Aceh Besar

8 Nomor Telepon/Faks/HP 085277497172

9 Alamat kantor Fakultas Hukum Unsyiah

10 Nomor Telepon/Faks/HP (0651) 7428935

11 Alamat e-mail nyak_adek@yahoo.com

12 Lulusan yang telah dihasilkan S1= S2= S3=

13 Mata Kuliah Yang Diampu 1. Hukum Islam

2. Kaidah Hukum Islam 3. Pemikiran Politik Islam B. Riwayat Pendidikan

S1 S2 S3

Nama Perguruan Tinggi IAIN Ar Raniry Universitas Muhammadiyah Yogtyakarta

Bidang Ilmu Hukum Islam Pemikiran Hukum Islam

Tahun Masuk-Lulus 1998-2003 2005-2006

Judul

Skripsi/Thesis/Desertasi

Kedudukan Nafkah Anak Terhadap

Orang Tua

(Analisis Terhadap Hadits Tamlik)

Implementasi Syari’at Islam Di Banda Aceh (Studi Respon

Masyarakat)

Nama Pembimbing Dra. Fatimah Muhammad

Dr. Hamim Ilyas, M.A

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pendanaan

Sumber Jumlah 1

2010 Survey Pemetaan Area Ganja di Aceh

BNN 70.000.000

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk lebih memaksimalkan populasi ternak ruminansia di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur perlu memaksimalkan sumber daya lahan yang ada dengan cara

Decision tree ini berisi urutan pertanyaan mengenai bahaya yang mungkin muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan pada bahan baku untuk

Sesuai dengan namanya, teknik ini berisi lima langkah/sesi yang ditujukan untuk menurunkan frekuensi merokok pada remaja putri akhir (17-22 tahun).Sesi pertama

Kolom ini digunakan untuk menentukan tipe data dari variabel yang akan dimasukkan data dari variabel yang akan dimasukkan ke dalam program SPSS.. ke dalam

Ketentuan Lampiran Peraturan Bupati Nomor 59 Tahun 2015 tentang Pemberian Honorarium dan Uang Saku kepada Pejabat/Pegawai yang bekerja pada kegiatan Satuan Kerja Perangkat

Dalam hal ini, happiness program akan diterapkan pula pada calon pekerja migran wanita untuk meningkatkan kebahagiaan atau kesejahteraan subyektif mereka, yang

Pasal 17 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, dan Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Pada tulisan ini akan dibahas menegenai perkembangan teknologi CDMA dan NGN di Indonesia sampai saat ini dan peran Huawei-UI Research & Training Center dalam pengembangan