• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM PENDIRIAN BANK UMUM MENURUT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASPEK HUKUM PENDIRIAN BANK UMUM MENURUT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN SKRIPSI"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK HUKUM PENDIRIAN BANK UMUM MENURUT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara

Oleh :

EDWIN HOT BASANA NIM : 130200371

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ASPEK HUKUM PENDIRIAN BANK UMUM MENURUT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Oleh :

EDWIN HOT BASANA NIM : 130200371

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H M.H NIP : 195603291986011001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H M.H Tri Murti Lubis, S.H, M.H NIP : 195603291986011001 NIP : 198612122014042001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Abstrak

Aspek Hukum Pendirian Bank Umum Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

*Edwin Hot Basana

**Bismar Nasution

***Tri Murti Lubis

Perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup tentang lembaga, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha perbankan adalah untuk mengimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada pihak-pihak yan membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa-jasa lainnya. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan yang. Kewenangan pengawasan ini sebelumnya dimiliki oleh Bank Indonesia, yang kemudian beralih dengan amanat Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Pasca dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan, maka fungsi, tugas, dan wewengang pengaturan dan pengawasan kegiatan usaha keuangan di sektor perbankan beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana tinjauan umum tentang perbankan menurut undang-undang perbankan, bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan dalam hal pengawasan perbankan di Indonesia, dan bagaimana aspek hukum pendirian Bank Umum berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Metode penelitian ini dilakukan dengan memperoleh data-data sekunder yang diperlukan, meliputi hukum primer, sekunder, tersier, yang terkait dengan permasalahan. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif guna memperoleh penjelasan dari masalah yang dibahas.

Otoritas Jasa Keuangan memiliki kewenangan dalam hal pemberian perizinan pendirian Bank Umum dan pemberian perizinan kegiatan usaha Bank Umum. Dalam pendirian Bank Umum terdapat persyaratan yang wajib dipenuhi oleh pihak yang akan mendirikan Bank Umum tersebut diantaranya adalah susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan, kepemilikan, keahlian, dan kelayakan rencana kerja. Persyaratan-persyaratan tersebut diatur dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini dilakukan agar dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank terhindar dari potensi risiko yang dapat menggangu kesehatan bank.

Kata Kunci : wewenang, perizinan, OJK

*Mahasiswa

**Dosen Pembimbing I

***Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuham Yang Maha Esa atas segala berkat yang tercurahkan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua , sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan memilih judul Aspek Hukum Pendirian Bank Umum Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Penasehat Akademik penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

3. Bapak Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution S.H., M.H selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Ibu Tri Murti Lubis S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada kedua orang tua penulis Jhonni Hermanto dan Tioria Siahaan yang telah memberikan dukungan, doa dan nasehat kepada penulis.

10. Kepada abang penulis Ein Valencia yang telah memberikan dukungan, doa dan nasehat.

11. Kepada kakak penulis Imelda Lestari yang telah memberikan dukungan, doa dan nasehat.

12. Kepada kakak penulis Indi Christy yang telah memberikan dukungan, doa dan nasehat.

(6)

13. Kepada teman-teman penulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Abdi Dwi Wibowo, Christy, Dewi Maharani, Immanuel Sembiring, Ilkham Siregar, Jaka Kelana Joice Jesica, Juliani Safitri, N.E. Theresia, Siti Madina, Leli Borhap, Rizky Amala, Vina, Oktri Silfia dan teman- teman yang lainya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

14. Kepada teman-teman organisasi DPC Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia Medan Abangda Elridho Calvin, Abangda Edison Tanjung, Abangda Gian, Kakak Novi, Kakak Cindy, Daniel Limbong, Kiki Asidia dan teman-teman yang lainna yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Penulis sadar masih terdapat banyak kekuarangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya penulis dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi masyarakat banyak. Terima Kasih.

Medan, Juli 2017 Penulis,

(Edwin Hot Basana)

(7)

Daftar Isi

Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 10

E. Keaslian Penulisan ... 11

F. Tinjauan Kepustakaan ... 12

G. Metode Penulisan ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 1998 A. Pengertian, Asas, Fungsi, dan Tujan Perbankan ... 21

1. Pengertian Perbankan ... 21

2. Asas Perbankan ... 25

3. Fungsi Perbankan ... 30

(8)

4. Tujuan Perbankan ... 34

B. Jenis dan Usaha Bank ... 36

1. Jenis-Jenis Bank ... 36

2. Usaha-Usaha Bank ... 37

C. Perizinan, Bentuk Hukum dan Kepemilikan Dalam Perbankan ... 41

1. Perizinan Perbankan ... 41

2. Bentuk Hukum Perbankan ... 43

3. Kepemilikan Dalam Perbankan ... 46

BAB III PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA A. Tugas Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan ... 51

1. Tugas Otoritas Jasa Keuangan ... 53

2. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan ... 57

B. Independensi Otoritas Jasa Keuangan ... 59

C. Pengaturan Perizinan Dalam Pendirian Lembaga Perbankan ... 62

D. Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perbankan Di Indonesia ... 64

BAB IV ASPEK HUKUM PENDIRIAN BANK UMUM MENURUT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN A. Ketentuan Pendirian Bank Umum Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ... 68

B. Pengaturan Kepemilikan Bank Umum ... 102

(9)

C. Tanggung Jawab Pendiri Bank Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 113 B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga- lembaga keuangan. Lembaga keuangan dapat berupa lembaga keuangan perbankan maupun lembaga keuangan non-perbankan. Pembagunan ekonomi yang dilakukan oleh lembaga keuangan ini haruslah saling bahu membahu dalam menggerakkan semua potensi ekonomi agar dapat memberikan kesejahteraan untuk kepentingan masyarakat banyak.

Tujuan untuk memberikan kesejahteraan masyarakat banyak ini sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yaitu "memajukan kesejahteraan umum...." Tujuan negara tersebut tentu harus di implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam mengamanatkan isi pembukaan yang tertuang di alinea keempat tersebut, para founding fathers kita juga mengamanatkan tujuan tersebut ke dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni pada pasal 33 ayat (1) yaitu :1

"Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas dasar kekeluargaan."

Dalam perjalanan konstitusi Negara Republik Indonesia, terjadi amandemen Undang-Undang Dasar. Amandemen Undang-Undang Dasar ini kemudian terjadi sebanyak empat (4) kali. Pada pasal 33 Undang-Undang Dasar

1 Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(11)

Negara Republik Indonesia ini kemudian terjadi perubahan dengan adanya penambahan dalam ayat dalam pasal tersebut. Salah satu penambahan tersebut adalah Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yaitu:2

"Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional."

Laju pertumbuhan ekonomi dan gerak pembangunan suatu bangsa, lembaga keuangan tumbuh dengan berbagai alternatif jasa yang ditawarkan.

Lembaga keuangan yang merupakan lembaga perantara dari pihak yang memiliki dana (surplus of funds) dengan pihak yang memiliki kekurangan dana (lack of funds), memliki fungsi sebagai perantara keuangan masyarakat (financial intermediary).3

Lembaga keuangan perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Dalam hal pengertiannya dalam Pasal 1 huruf 1 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 menyatakan perbankan adalah :4

"Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya."

2 Pasal 33 ayat (4 ) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3 Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi,(Bandung : Graha Ilmu, 2009), hlm.68

4 Pasal 1 huruf 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

(12)

Mengenai defenisi bank itu sendiri dinyatakan dalam Pasal 1 huruf 2 dalam Undang-Undang Perbankan, yaitu :5

"Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak."

Dari pengertian tersebut dapat disederhanakan bahwa peran perbankan pada dasarnya adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada pihak-pihak yang membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.6 Dengan demikian lembaga perbankan merupakan inti dari sistem pembayaran keuangan dari setiap negara.

Asas perbankan Indonesia dapat diketahui dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 2 yaitu :7

"Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip-prinsip kehati-hatian".

Demokrasi ekonomi yang diaksud dalam pasal tersebut adalah demokasi ekonomi dengan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Mengenai prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan, bank dalam menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti, dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. Selain itu bank dalam menjalankan

5 Pasal 1 huruf 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

6Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2012), hlm.8

7 Pasal 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

(13)

usahanya harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara konsisten dengan didasari oleh iktikad baik.

Perbankan difungsikan sebagai tempat lalu lintas keuangan bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.

Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh lembaga perbankan, bank melayani kebutuhan pembiyaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Dalam pasal 3 Undang- Undang No.10 Tahun 1998 fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank dapat berfungsi sebagai penerima kredit, menyalurkan kredit, melakukan pembiyaan, investasi, menerima deposito, menciptakan uang dan jasa-jasa lainnya seperti tempat penyimpanan barang-barang berharga.8 Di samping itu terdapat beberapa fungsi bank menurut para ahli di bidang perbankan yaitu :

1. Oliver G. Wood, Jr, mengatakan bahwa bank umum melaksanakan lima fungsi utama dalam perekonomian, yaitu :

a. Memegang dana nasabah.

b. Menyajikan mekanisme pembayaran.

c. Menciptakan uang dan kredit.

d. Menyajikan pelayanan trust e. Menyajikan jasa-jasa lain.9

2. American Bankers Association, menyebutkan empat fungsi ekonomi utama bank, yaitu

a. The deposit function (fungsi penyimpanan dana) b. The payment function (fungsi pembayaran)

8 Zainal Asikin, Pengantar Hukum Perbankan IndonesiaI, (Mataram : PT. Raja Grafindo Indonesia, 2014), hlm. 16

9 Ibid., hlm 16

(14)

c. The loan function (fungsi pemberian kredit) d. The money function (fungsi uang).10

3. Howar D. Crosse dan George H.Hempel menyebutkan tujuh pokok fungsi bank umum :

a. "Credit creation" (penciptan kredit), b. Depository Function (fungsi giral),

c. Payments and collections (pembayaran dan penagihan),

d. Saving Accumulation and investment (akumulasi tabungan dan investasi),

e. Trust services (jasa-jasa kepercayaan), f. Others Services (jasa-jasa lain) dan

g. Devident (perolehan laba untuk imbalan para pemegang saham).11 Dengan demikian, bahwa bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki peranan penting dan besar dalam kehidupan masyarakat. Dalam menjalankan peranannya, maka bank bertindak sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat banyak, dengan cara memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya.12 Adapun dalam memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dilakukan dengan modal sendiri, atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.13

Sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat berarti bahwa perbankan dituntut berperan yang lebih aktif dalam menggali dana dari masyarakat dalam rangka pembangunan nasional. Selanjutnya tujuan perbankan Indonesia adalah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

10 Ibid., hlm 17

11 Ibid., hlm 18

12 Zainal Asikin, Op.cit, 2014, hlm.17

13 O.P.Simorangkir, Kamus Perbankan,Cet.II, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), hlm.33

(15)

Perbankan dalam menjalankan kegiatan usahanya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini dikarenakan oleh kegiatan perbankan merupakan urat nadinya perekonomian suatu negara, sehingga perbankan memiliki peran dalam mempengaruhi maju atau mundurnya perekonomian di negara yang bersangkutan.

Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawas jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan ini sebagai suatu lembaga pengawas sektor keuangan di Indonesia yang perlu untuk diperhatikan, karena harus dipersiapkan dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan Otoritas Jasa Keuangan tersebut.14

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 menyebutkan :15

"Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat dengan OJK, adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang memepunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini."

Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa Otoritas Jasa Keuangan adalah suatu lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Pada dasarnya Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan ini hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan di dalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa

14 Siti Sundari, Laporan Kompendium Hukum Bidang Perbankan, (Jakarta : Kementrian Hukum dan HAM RI, 2011), hlm. 44

15 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

(16)

keuangan. Oleh karena itu, dengan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan diharapkan dapat mencapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam penaganan masalah-masalah yang timbul di dalam sistem keuangan. Dengan demikian, dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan dan adanya pengaturan dan pengawasan yang lebih terintegrasi.16

Latar belakang terbentuknya lembaga Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan amanat yang tertuang dalam Pasal 34 Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, mengamanatkan pembentukan lembaga ini bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun pasar modal, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Pembentukan lembaga yang disebutkan dalam undang-undang ini selambat-lambatnya dibentuk akhir tahun 2010 dengan nama Otoritas Jasa Keuangan. Lembaga pengawas sektor jasa keuangan tersebut diatas pada hakikatnya merupakan lembaga bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah. Lembaga ini berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat.17

Alasan lain pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini antara lain makin kompleksnya dan bervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala

16 Rebekka Dosma, Bismar Nasution, Mahmul Siregar, Sistem Koordinasi Antara Bank Indonesia Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Bank Setelah Lahirnya Undang Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013, Volume I, Nomor 2 , hlm.2

17 Hermansyah, Op.,Cit., hlm 216

(17)

konglomerasi perusahaan jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan.

Di samping itu, salah satu alasan rencana pembentukan Otoritas Jasa Keuangan adalah karena pemerintah beranggapan bahwa Bank Indonesia, selaku Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997, dimana sebanyak 16 bank dilikuidasi pada saat itu.

Tujuan Otoritas Jasa Keuangan dibentuk antara lain agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, maupun mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Disamping itu, tujuan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini agar Bank Indonesia fokus kepada pengelolaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan bank karena bank itu merupakan sektor perekonomian.18

Setelah keluarnya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang diundangkan tanggal 22 November 2011, pengaturan dan pengawasan sektor perbankan yang semula kewenangannya berada pada Bank Indonesia telah dialihkan pada Otoritas Jasa Keuangan. Peralihan kewenangan ini juga yang semula dimilliki oleh Bank Indonesia yang kemdian dimiliki oleh Otoritas Jasa Keuangan termasuk dalam hal pemberian izin (right to license) dan pencabutan izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha bank. Selain itu Otoritas Jasa Keuangan juga memiliki kewenangan dalam mengatur (right to regulate), kewenangan untuk mengawasi (right control), kewenangan memberikan sanksi

18 Zainal Asidikin, Op.,Cit.,hlm.50

(18)

(right to impose sanction) dan kewenagan untuk melakukan penyidikan (right to investigate).

Dari kewenangan dalam pemberian izin perbankan, Otoritas Jasa Keuangan memiliki regulasi mengenai pendirian bank tersebut. Ini sangat penting untuk melindungi kepentingan masyarakat, terutama terhadap nasabah penyimpan dan simpanannya.

Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pemberian izin usaha dalam perbankan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang berkewenangan mengeluarkan izin tesebut, sehingga penulis mengangkat judul "Aspek Hukum Pendirian Bank Umum Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan."

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan apa yang telah diuarikan pada latar belakang di atas, maka permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tinjauan umum tentang perbankan menurut Undang- Undang perbankan yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimanakah peran Otoritas Jasa Keuangan dalam hal pengawasan perbankan di Indonesia ?

3. Bagaimanakah aspek hukum pendirian Bank Umum berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan ?

C. Tujuan Penelitian

(19)

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk memahami peraturan dan hal-hal umum dalam lembaga pebankan menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

2. Untuk memahami peran Otoritas Jasa Keuangan dalam hal pengawasan perbankan di Indonesia.

3. Untuk memahami dan mengetahui aspek hukum pendirian Bank Umum berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam hal ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan terhadap perkembangan hukum perbankan pada khususnya dalam hal pendirian Bank Umum. Pembahasan terhadap permasalahan-permasalahan sebagaimana diuraikan di atas diharapkan akan memberikan pengertian dan pemahaman bagi pembaca mengenai Aspek Hukum Pendirian Bank Umum Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

2. Manfaat Praktis

Penulis berharap semoga hasil penulisan skripsi ini semoga bermanfaat bagi semua orang, terutama bagi setiap orang yang beminat untuk mengikuti

(20)

perkuliahan di fakultas hukum di setiap perguruan tinggi, dan menjadi sumbangan ilmiah bagi hukum positif di Indonesia dan dapat dijadikan referensi bagi penulisan karya ilmiah selanjutnya yang mengkaji mengenai Aspek Hukum Pendirian Bank Umum Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

E. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah "Aspek Hukum Pendirian Bank Umum Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan" yang diajukan dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan syarat untuk memperoleh gelar "Sarjana Hukum".

Judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan ini berdasarkan referensi dari pemikiran para praktisi, referensi buku-buku, makalah, hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet setta bantuan dari berbagai pihak yang berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka. Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah karya asli sehingga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan.

F. Tinjauan Kepustakan

Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat (1) mendefenisikan perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

(21)

melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan memiliki peran dalam menjalankan sistem keuangan di setiap negara.

Rumusan bank itu sendiri mengenai pengertiannya dapat dilihat dari beberapa defenisi baik dari Undang-Undang tentang perbankan maupun pendapat- pendapat para ahli. Berikut adalah pengertian-pengertian tentang bank :

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Menurut Prof.G.M Verryn Stuart, mendefenisikan bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaranya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.

Menurut Kamus Istilah Hukum Fockema Andreane, mendefenisikan bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubung

(22)

dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada bankir sebagai tertarik, amaka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada pihak-pihak yang membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disebutkan bahwa

"Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini."

Lebih lanjut, dalam bagian penjelasan Undang-Undang OJK disebutkan bahwa, "Otoritas Jasa Keuangan dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah, jadi seharusnya tidak terpengaruh oleh pemerintah (independen).

Dalam melakukan pendirian suatu bank, Undang-Undang memberikan persyaratan-persyaratan dalam pemberian izin usaha tersebut. Hal ini terdapat dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang berbunyi :

(23)

Untuk memperoleh izin usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat sebagaimana dimaksud ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang- kurangnya tentang :

a. Susunan organisasi dan kepengurusan.

b. Permodalan c. Kepemilikan

d. Keahlian di bidang perbankan e. Kelayakan rencana kerja.

Dari ketentuan yang disebutkan dalam undang-undang di atas, Otoritas Jasa Keuangan membuat peraturan lebih lanjut dalam persaratan-persyaratan pemberian izin usaha perbankan. Peraturan tersebut dapat berupa Peraturan Otortitas Jasa Keuangan dan juga Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu reseach. Kata research berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Reseach dapat diartikan mencari kembali. Oleh karena itu, penelitian pada dasarnya merupakan

"suatu upaya pencarian".19 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

19 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm.1

(24)

hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.20

Metode penelitian sangat penting dalam suatu penulisan skripsi. Dalam hal ini metode penelitian bertujuan agar dalam penulisan skripsi dapat lebih terarah dan dapat dipertanggunjawabkan secara ilmiah. Hal ini dilakukan agar dalam penulisan skripsi terhindar dari suatu penilaian bahwa dalam penulisan skripsi dibuat dengan sembarangan dan tanpa dukungan data yang lengkap. Dalam melengkapi penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penulisan yang diantaranya :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisa hukum positif yang tertulis. Penelitian hukum normatif membahas doktirin-doktrin dan asas- asas yang ada dalam ilmu hukum dan penelitian ini sering disebut penelitian yang bersifat teoritis.21

2. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini , data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui bahan pustaka.22 Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah data

20 Ibid. hlm. 15

21 Ibid. hlm. 24

22 Ibid. hlm. 23

(25)

yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.23

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoriatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.24 Bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum perbankan yang menjadi referensi penulis diantaranya adalah :

a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang No.10 Tahun 1998

b. Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder meliputi semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Dalam penulisan ini publikasi tentang hukum yang menjadi sumber meliputi sumber hasil karya para ahli hukum berupa teks-teks buku, doktrin-doktrin ahli hukum, jurnal- jurnal hukum yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer

23 Amiruddin dan Zainal Asikin , Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2006), hlm. 30

24 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2005), hlm. 141

(26)

dan/atau bahan hukum sekunder, yakni kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ensiklopedia, indeks kumulatif.25

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penulisan ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kepustakaan (library reseach) yang merupakan pengumpulan data-data yang dilakukan melalui literatur atau sumber bacaan buku-buku, peraturan perundang-undangan, karya tulis ilmiah para ahli, artikel-artikel baik surat kabar, majalah, media elektronik dan bahan bacaan lain yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.26 Dan semua itu dimaksudkan untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini termasuk dalam penelitian hukum normatif. Pengelolaan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan cara :

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah hukum yang sesuai dengan penelitian.

c. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep pasal yang ada.

25 Zainuddin Ali, Op.cit. hlm.24

26 Zainuddin Ali, Op.cit. hlm 107

(27)

H. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pemahaman atas isi dari skripsi ini, penulis membuat sistematikan penulisan dan pembahasan secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan erat antara pembahasan yang satu dengan yang lainnya. Dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan sejumlah sub bab.

Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang landasan dan dasar pemikiran bagi penyusun skripsi, baik mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Umum Tentang Perbankan Menurut Undang Undang

Bab ini menguraikan tentang Pengertian, Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan, Jenis dan Usaha Bank, Perizinan, Bentuk Hukum dan Kepemilikan Dalam Perbankan.

BAB III : Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perbankan Indonesia

(28)

Bab ini membahas mengenai Tugas dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan, Independensi Otoritas Jasa Keuangan, Pengaturan Perizinan Dalam Pendirian Lembaga Perbankan, Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perbankan di Indonesia.

BAB IV : Aspek Hukum Pendirian Bank Umum Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Bab ini membahas mengenai Ketentuan Pendirian Bank Umum Menurut Peratuan Otoritas Jasa Keuangan, Pengaturan

Kepemilikan Bank Umum, dan Tanggung Jawab Pendirian Bank Menurut Peratuan Otoritas Jasa Keuangan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran yang diberikan oleh penulis.

(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN SEBAGAIMANA

TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO.10 TAHUN 1998 A. Pengertian, Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan

1. Pengertian Perbankan

Dalam perkembangan perbankan saat ini istilah Bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga, dan membiayai usaha-usaha perusahaan.27

Menurut Abdurrachman, perbankan (banking), pada umumnya adalah kegiatan dalam menjualbelikan mata uang, surat efek dan instrumen-instrumen lainnya yang dapat diperdagangkan. Penerimaan diposito untuk memudahkan penyimpanan atau untuk mendapatkan bunga, dan/atau perbuatan, pemberian pinjaman-pinjaman dengan atau tanpa barang-barang tanggungan, penggunaan uang yang ditempatkan atau diserahkan untuk disimpan.28

Dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998

27 Sensosa Sembiring, Hukum Perbankan Cetakan Ke III, (Jakarta : PT.Mandar Maju, 2012), hlm. 56

28 Zainal Asikin, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Mataram : PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm.27

(30)

menyatakan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Terdapat beberapa pengertian bank menurut Undang-Undang maupun pendapat para ahli di bidang perbankan. Berikut adalah beberapa defenisi-defenisi tentang bank, yakni

Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No.10 Tahun 1998 defenisi bank itu sendiri adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan megeluarkan uang di masyarakat, terutama memberikan kedit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae yang dimaksud dengan bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubungan dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada bankier sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.29

29 Ibid. hlm. 25

(31)

Menurut O.P Simorangkir, bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri ataupun dengan dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang.30

Menurut Kasmir, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudia bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya. Bank merupakan lembaga keuangan menyediakan jasa, berbagai jasa keuangan, bahkan di negara maju bank merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali bertransaksi.31

Menurut G.M. Verryn Stuart, bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat baru berupa uang giral.32

Menurut Abdul Rachman, bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai jenis jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat

30 O.P.Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, (Jakarta : Aksara Persada Indonesia, 1998),hlm. 10

31 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.6(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 23

32 Zainal Asikin, Op.Cit. hlm. 24

(32)

penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.33

Menurut Sentosa Sembiring pengertian dari bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan, yang dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkan kembali ke masyarakat melalui prantara hukum pengkreditan.34

Dari pengertian di atas jelaslah bahwa usaha perbankan pada dasarnya suatu usaha simpan pinjam demi dan untuk kepentingan pihak ketiga tanpa memeperhatikan bentuk hukumnya apakah perorangan ataukah badan hukum (rechts person).35 Pengertian seperti itu tampaknya secara historis dijumpai di Undang-Undang No.14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan yang memberikan pengertian bank sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Lembaga keuangan itu sendiri didefenisikan sebagai semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya ke dalam masyarakat.

Jika melihat defenisi bank seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan di atas, maka frasa "semua badan" akan memberikan kesan bahwa bank tersebut dapat berbentuk usaha perseorangan (jika tidak melihat persyaratan lebih lanjut tentang pendirian bank sebagaimana diatur dalam Pasal 8 sampai

33 Ibid.hlm. 27

34 Uswatu Hasanah, Hukum Perbankan,(Surabaya : Setara Press, 2016), hlm. 20

35 Zainal Asikin, Op.,cit., hlm.28

(33)

dengan Pasal 18 Undang-Undang No.14 Tahun 1967). Oleh sebab itu, sejak keluarnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan barulah diberikan defenisi secara tegas tentang bank sebagai badan usaha yang menhimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Pasal 1 ayat 1).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa usaha perbankan haruslah didirikan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak boleh berbentuk usaha perseorangan. Penegasan seperti ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 21 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang No.

10 Tahun 2008 yang menentukan bebrapa bentuk hukum bank yaitu : Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Daerah, Koperasi dan Perseroan Terbatas (PT).

2. Asas Perbankan

Untuk mempelajari norma hukum, kita harus mengetahui asas-asas hukumnya. Norma hukum itu lahir tidak dengan sendirinya, ia dilatarbelakangi oleh dasar-dasar filosofi tertentu. Itulah yang disebut dengan asas hukum.

Semakin tinggi tingkatan asas hukum ini semakin abstrak dan umm sifatnya serta mempunyai daya jangkau kerja yang lebih luas untuk menaungi norma hukum.

Dengan demikian, asas hukum merupakan dasar atau ratio legis bagi dibentuknya norma hukum. Sebaliknya, norma hukum harus dapat dikembalikan kepada asas hukumnya, jangan sampai norma hukum yang lahir bertentangan dengan asas

(34)

hukum. Asas hukum inilah yang memberikan makna etis kepada peraturan perundang-undangan serta tata hukum.36

Asas perbankan Indonesia dapat diketahui dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No.10 Tahun 1998 pada Pasal 2, yaitu :37

"Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian."

Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Ini berarti, fungsi dan usaha perbankan darahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, jelaslah bahwa perbankan dalam menjalankan fungsi dan usahanya harus memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia 1945. Demokrasi ekonomi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

b) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

36 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Bandar Maju, 1996), hlm 45

37 Pasal 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

(35)

c) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.38

Mengenai hal ini, Penjelasan Umum Undang-Undang tentang Perbankan menyatakan antara lain :39

" Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan, perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional.

Salah satu yang mempunyai peran strategis dalam menyerasikan dan menyeimbangkan masing-masing unsur dari Trilogi Pembangunan adalah perbankan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak."

Mengenai prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan, tidak ada penjelasan secara resmi, tetapi kita dapat mengemukakan bahwa bank dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti, dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. Asas kehati- hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi

38 Uswatun Hasanah, Op.Cit. hlm. 22

39 Penjelasan Umum Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

(36)

dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.40

Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan likuid dan solvent. Dengan diberlakukannya prinsip kehati- hatian diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank.41 Prinsip kehati-hatian ini harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena dihubungkan dengan kewajiban bank agar tidak merugika kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada masyarakat, yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja.42

Dengan demikian, prinsip kehati-hatian ini bertujuan agar bank menjalankan usahanya secara baik dan benar dengan mematuhi ketentuan- ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku dalam dunia perbankan, agar bank yang bersangkutan selalu dalam keadaan sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya, yang pada gilirannya akan mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dalam arti sempit dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfat bagi perkembangan ekonomi nasional.43 Untuk itulah dalam beberapa ketentuan perbankan dijabarkan

40 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2001),hlm.18

41 Ibid. hlm. 25

42 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), hlm. 1993

43 Rachmdi Usman. Op.cit., hlm.19

(37)

rambu-rambu penerapan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam dunia perbankan, yang merupakan suatu kewajiban atau keharusan bagi bank untuk memperhatikan, mengindahkan dan melaksanakannya.

Prinsip kehati-hatian perbankan di sini hendak dilihat dalam kerangka pikir untuk menjaga kepercayaan masyarakat penyimpan dana. Untuk itu diperlukan adanya kondisi bank yang sehat, sebab dengan kondisi bank yang sehat akan mewujudkan kepercayaan masyarakat. Dengan kata lain, penerapan prinsip kehati-hatian dalam industri perbankan nasional ini dimaksudkan untuk menjaga kepercayaan masyarakat sekaligus menciptakan perbankan yang sehat. Dalam kerangka inilah, maka prinsip kesehatan bank mempunyai kaitan dengan prinsip kehati-hatian, yang sama-sama dapat dijadikan sebagai tolak ukur memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat nasabah bank, termasuk nasabah penyimpan dana bank.44

Selain itu bank dalam menjalankan usahanya harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara konsisten dengan didasari oleh itikad baik.

Konsep demokrasi ekonomi di Indonesia sebagai suatu sistem pasar yang terkendali (Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Tahun 1990 di Bandung). Jadi jelaslah bahwa yang mengendalikan konsep demokrasi ekonomi Indonesia itu adalah Pancasila dan UUD 1945.

44 Djoni S.Gazali dan Racmadi Usman, Hukum Perbankan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), hlm.28

(38)

Berangkat dari konsep di atas maka demokrasi ekonomi di Indoensia itu dirumuskan oleh Mubyarto sebagai "Demokrasi Ekonomi Pancasila" yang mempunyai ciri khas sebagai berikut :

a. Pertama, dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah soko guru perekonomian.

b. Kedua, perekonomian Pancasila digerakkan oleh rangsangan- rangsangan ekonomi, sosial, dan yang paling penting adalah moral.

c. Ketiga, perekonomian Pancasila ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam perekonomian Pancasila terdapat solidaritas sosial.

d. Keempat, perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia, yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi. Sedangkan sistem perekonomian kapitalis pada dasarnya kosmopolotanisme, sehingga dalam mengejar keuntungan tidak mengenal batas-batas negara.

e. Kelima, sistem perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya keseimbanan antara perencana sentral (nasional) dengan tekanan pada desentalisasi di dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi.

3. Fungsi Perbankan

(39)

Fungsi utama bank diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, yaitu :45

"Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat."

Dari bunyi pasal itu dapat disimpulkan bahwa bank dapat berfungsi sebagai penerima kredit, menyalurkan kredit, melakukan pembiayaan, investasi, menerima deposito, menciptakan uang dan jasa-jasa lainnya seperti tempat penyimpanan barang-barang berharga. Lebih lanjut lagi dalam menjalankan kegiatannya terdapat lima fungsi pokok dari bank, yaitu :46

a. Menghimpun Dana

Dana yang dihimpun oleh bank terutama berasal dari tiga sumber pokok, yaitu :

1) Dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito, tabungan, dana endapan L/C, bank garansi, wesel, dan sebagainya.

2) Dari lembaga penanaman modal atau lembaga keuangan non-bank, seperti dana pensiun, asuransi, koperasi, reksadana, dan sebagainya.

3) Dari dunia usaha dan masyarakat lain.

b. Memberi Kredit

45 Pasal 3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

46 Djoni S.Gazali dan Racmadi Usman,Op.Cit.,hlm.140

(40)

Pelaksanaan fungsi pemberian kredit harus memperhitungkan likuidasi agar tidak membahayakan pemehuhan kewajiban kepada nasabah jika sewaktu-waktu diperlukan. Kredit dapat berupa kredit jangka pendek, menengah dan panjang. Kredit jangka pendek dapat memberi pengaruh langsung terhadap pasar uang, sedangkan kredit jangka menengah dan jangka panjang dapat mempunyai pengaruh langsung terhadap pasar modal.

c. Memperlancar Lalu Lintas Pembayaran

Fungsi ini dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain pemberian jaminan bank, pengiriman uang, pembukaan L/C, dan inkaso.

d. Media Kebijakan Moneter

Bank sebagai penerima simpanan giro sering dikatakan sebagai lembaga yang mempunyai kemampuan menciptakan uang. Dalam konteks demikian bank sering berfungsi sebagai media kebijakan moneter.

e. Penyedia Informasi, Pemberi Konsultasi, dan Bantuan Penyelenggara Administrasi

Informasi suku bunga (investasi), konsultasi investasi, bantuan administrasi proyek, dan sebagainya sudah lazim dilakukan oleh bank-bank sekarang ini.47

47 Nindro Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.212

(41)

Di samping itu terdapat beberapa fungsi bank menurut para ahli di bidang perbankan, yaitu sebagai berikut :

a. Howart D. Crosse dan George H. Hempel, menyebutkan tujuh pokok fungsi bank umum :

1) "Credit creation" (penciptaan kredit) 2) Depository Function (fungsi giral)

3) Payments and collections (pembayaran dan penagihan)

4) Saving Accumulation and investment (akumulasi tabungan dan investasi)

5) Trust services (jasa-jasa kepercayaan) 6) Other services (jasa-jasa lainnya)

7) Devident (perolehan laba untuk imbalan para pemegang saham)

b. American Bankers Association, menyebutkan empat fungsi ekonomi utama bank, adalah sebagai berikut :

1) The deposit function (fungsi penyimpanan dana) 2) The payment function (fungsi pembayaran) 3) The loan function (fungsi pemberian kredit) 4) The money function (fungsi uang)

c. Oliver G. Wood, Jr., menyebutkan bahwa bank umum melaksanakan lima fungsi utama dalam perekonomian adalah sebagai berikut :

1) Memegang dana nasabah

2) Menyajikan mekanisme pembayaran 3) Menciptakan uang dan kredit

(42)

4) Menyajikan pelayanan trust 5) Menyajikan jasa-jasa lain.

Dengan demikian, bahwa bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki peranan yang penting dan besar dalam kehidupan masyarakat. Dalam menjalankan peranannya, maka bank bertindak sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat banyak, dengan cara memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya. Adapun dalam memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dilakukan dengan modal sendiri, atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

4. Tujuan Perbankan

Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang nonekonomis seperti masalah menyangkut stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan stabilitas sosial.48 Secara lengkap mengenai tujuan dari perbankan diatur dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang berbunyi :49

"Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak."

48 Hermansyah, Op.Cit.,hlm. 20

49 Pasal 4 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

(43)

Dari bunyi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa perbankan nasional mempunyai tujuan dalam kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia, yaitu :50

a. Bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit difisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam.

b. Penghimpunan dan penyaluran dana dari dan kepada masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan negara yaitu :

1) Meningkatkan pemerataan nasional, termasuk pembangunan daerah, bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan, apalagi perseorangan. Jadi, perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan (agent of development).

2) Dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional, yaitu :

a) meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, bukan kesejahteraan segolongan oang atau perseorangan saja, melainkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

b) meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan ekonomi segolongan orang atau perseorangan, melainkan pertumbuhan ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk petumbuha ekonomi yang diserasikan.

c) meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

d) meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak, artinya tujuan yang hendak dicapai oleh perbankan nasional adalah meningkatkan pemerataan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segolongan orang atau perseorangan saja.

c. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, perbankan Indonesia harus mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat

50 Djoni S.Gazali dan Racmadi Usman, Op.Cit.,hlm.141

(44)

kepadanya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dengan cara :

1) Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau mendunia, dan

2) Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif, bukan konsumtif.

d. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank, selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

B. Jenis dan Usaha Bank

1. Jenis-Jenis Bank

Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang berbunyi :51

"Menurut jenisnya, bank terdiri dari : a. Bank Umum dan

b. Bank Perkreditan Rakyat."

Yang dimaksud dengan Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan

51 Pasal 5 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

(45)

kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Selain itu, Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan ”mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu” adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayan jangka panjang, kegiatan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha ekonomi lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor nonmigas, dan pengembangan pembangunan perumahan.

2. Usaha-Usaha Bank

Sebagai lembaga yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan berbagai kegiatan, sebagai lembaga keuangan kegiatan bank sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara penghimpun dana dari masyarakat luas. Kemudian menjual uang yang berhasil dihimpun dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit.52

Dalam praktiknya kegiatan bank dibedakan sesuai dengan jenis bank tersebut. Setiap jenis bank memiliki ciri dan tugas tersendiri dalam melakukan kegiatannya, misalnya dilihat dari segi fungsi bank yaitu antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat, jelas memiliki tugas atau kegiatan yang berbeda.

52 Zainal Asikin, Op.Cit., hlm 135

(46)

Menurut kententuan Pasal 6 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum adalah sebagai berikut :53

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikasi deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menerbitkan surat pengakuan utang.

d. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya :

1) surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat wesel.

2) surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.

3) kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.

4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

5) obligasi

6) surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.

7) instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, dan atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.

j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

k. dihapus

l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.

53 Pasal 6 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

Referensi

Dokumen terkait

Konflik bermula dari PT Pakis Aji Banyumas yang masa Hak Guna Usaha nya untuk mengelola tanah sebagai kebun kopi, cengkeh dan kelapa habis pada 31 Desember 2011. Masyarakat

Sebagaimana dikutip Darmawati (2003), hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dechow (1996), Beasley (2000), Klein (2000) dan Chtourou (2001) yang

Hal tersebut antara lain disebabkan karena: Mitokondria menjadi tempat terjadinya reaksi fosforilasi oksidatif yang menghasilkan banyak radikal oksigen yang bersifat mutagen; pada

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ditempat penelitian PT. Cipta Mandiri Wirasakti, yang merupakan perusahaan cabang baru dibuka di Cirebon, dijumpai

penulisan fakta-fakta yang ditulis oleh Tirto.id lebih baik dibandingkan Kumparan, fakta berupa kutipan sumber selalu disertakan pada setiap informasi yang disampaikan,

Berdasarkan penelitian sebelumnya di beberapa negara, mengungkapkan bahwa terdapat rasio-rasio keuangan bank yang dapat memengaruhi rasio kecukupan modal bank,

´(PEDK Kakung mulai perjalan jauhnya meniti tangga apa yang disebut sebagai tangga priyayi sekian tahun silam. Perjalan itu dimulainya waktu beliau menyelesaikan

Berdasarkan langkah – langkah untuk melakukan penentuan lokasi penambahan BTS pada Smartfren dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW), maka