• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN WISATA SIPINSUR DI DESA PEARUNG KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERKEMBANGAN WISATA SIPINSUR DI DESA PEARUNG KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN ( )"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN WISATA SIPINSUR DI DESA PEARUNG KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN (1988-2010) SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O L E H

NAMA : ELLIS R. SIREGAR NIM : 150706038

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perkembangan Wisata Sipinsur di Desa Pearung Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan (1988-2010)”.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami rintangan maupun hambatan, namun penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang sangat bernilai dari berbagai pihak, terutama dari staf pengajar jurusan Ilmu Sejarah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan penulisan ini. Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, 02 Mei 2019 Penulis

Ellis R. Siregar NIM 150706038

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M. S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, beserta Wakil Dekan I Prof. Drs. Mauly Purba, M. A., Ph.D, Wakil Dekan II Dra. Heristina Dewi, M. Pd, dan Wakil Dekan III Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M. Si, berkat bantuan dan fasilitas yang penulis peroleh di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, maka penulis dapat menyelesaikan studi.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah banyak memberikan dorongan, nasihat dan motivasi kepada penulis baik selama kuliah maupun pada saat mengerjakan penulisan skripsi ini.

Juga kepada Ibu Dra. Nina Karina, M. SP. sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah. Terimakasih banyak penulis ucapkan kepada seluruh Bapak/Ibu dosen khususnya di Program Studi Ilmu Sejarah, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.

3. Ibu Dra. Nurhabsyah, M. Si sebagai dosen Penasehat Akademik penulis yang telah sabar dalam membimbing dan memberikan nasehat serta motivasi kepada penulis.

4. Ibu Dra. Peninna Simanjuntak, M. S sebagai dosen selaku pembimbing skripsi yang selalu sabar dan tanpa henti-hentinya memberi nasihat serta arahan kepada penulis.

Terimakasih atas segala arahan dan bantuannya dalam penulisan skripsi ini, masukan

(7)

5. Seluruh staff pengajar Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan, bimbingan, nasehat dan dorongan selama penulis menjadi Mahasiswa. Semoga ilmu yang telah penulis terima bisa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Juga Bapak Ampera yang telah membantu penulis perihal administrasi di Program Studi Ilmu Sejarah.

6. Kedua orang tua penulis Bapak Amister Siregar dan Ibunda tersayang Marince Sihombing yang telah merawat, membesarkan, mendidik, membiayai, memberi dorongan dan nasehat. Terimakasih atas segala doa, didikan dan dukungannya yang menjadikan penulis bisa sampai seperti ini. Terimakasih juga kepada semua keluarga besar penulis.Terima kasih kepada semua saudara penulis (Linca, Frida, Polin, Trypol) yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis untuk tetap semangat dan selalu mengingatkan penulis untuk selalu berpengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Terimakasih atas doa dan bantuannya baik materil maupun moril, tanpa kalian penulis tidak bisa menyelesaikan studi ini.

7. Kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan yakni Saut Sitinjak sebagai Dinas Pengembangan Pariwisata yang meresponi kebutuhan penulis dengan baik dan bersedia memberikan informasi dan data-data yang berhubungan dengan bahan yang penulis teliti.

8. Untuk teman-teman KTB penulis (Kelompok Tumbuh Bersama) SERAF di UKM KMK UP FIB yaitu Hokhop P. Sianipar, Sari Nauli Sinaga. Terima kasih karena selama kuliah selalu menghiasi hari-hari penulis dengan suka, duka, canda, tawa, doa dan semangat yang positif. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada PKK tercinta Kakak Tuti

(8)

Gunawati Hutasoit yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis agar tetap semangat mengerjakan skripsi ini.

9. Kepada adik-adik Lemuel dan Anagkazo ada Ariki Tamba, Bina Lumban Gaol, Devi Purba, Floren Sihombing, Katrin Sirait, Kimton Habeahan, Lestary Sinaga, Rotua Sitorus, Titian Simanullang dan Yolanda Ginting. Mereka sebagai tempat berbagi momen penting dalam hidup saya yang selalu mendukung dan mendoakan dalam penulisan skripsi ini. Bersyukur mengenal mereka dan semoga hari demi hari menjadi orang-orang yang taat kepada Tuhan.

10. Kepada teman-teman seperjuangan di Ilmu Sejarah 2015 terkhusus teman saya Rini Afsari, Siska Andini, Ida Defi, Novita Siagian, Hannah Usmalina, Yuliza Parmadani terima kasih untuk pertemanan kita yang terjalin selama ini, untuk doa, motivasi, saran dan juga bantuan sehingga kita bisa sama-sama berjuang. Untuk teman-teman satu angkatan juga yang tak bisa disebutkan satu persatu terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini.

11. Untuk teman-teman satu kontrakan penulis ada Juliana Sihombing, Eflin Sihombing, Sarah Sihombing, Natasya Sihombing, Ester Sihombing dan Naomi Sihombing.

Terimakasih telah menjadi kawan satu rumah selama 2 tahun yang selalu suka berbagi dan menegor satu sama lain.

12. Untuk semua pihak yang turut membantu penulis dalam penelitian skripsi ini baik Kepala Desa Pearung, masyarakat dan teman saya yang tinggal di Pearung. Terimakasih karena kalian semua dengan sikap baik mau memberikan informasi kepada penulis waktu diwawancarai.

(9)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Perkembangan Wisata Sipinsur di Desa Pearung Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan (1988-2010), merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana Wisata Sipinsur yang semula hanya lahan yang tidak dikelola oleh masyarakat sekitar namun kemudian bisa menjadi daerah tujuan wisata terbesar di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan Heuristik (pengumpulan data-data atau sumber informasi tentang perkembangan Wisata Sipinsur melalui sumber yang relevan dengan penelitian), Kritik (memberikan penilaian terhadap data yang diperoleh untuk mencari kebenaran data melalui kritik intern dan kritik ekstern), Interpretasi (melakukan penafsiran atau penganalisisan sejarah melalui data yang ada) serta Historiografi (penulisan karya tulis sejarah dalam bentuk skripsi).

Pembangunan tempat wisata memiliki pengaruh yang besar namun memiliki dampak positif dan negatif. Bahkan tempat wisata yang sudah dikembangkan dengan baik mampu membuat masyarakat mengalami perubahan yang pesat dalam berbagai aspek. Wisata Sipinsur secara langsung membawa berbagai dampak bagi masyarakat setempat dalam hal ekonomi, sosial dan budaya.

Wisata Sipinsur yang kemudian dikembangkan oleh Pemerintah menjadikan desa Pearung sebagai tujuan wisata karena letak wisata Sipinsur yang berada disitu. Seiring dengan perkembangannya Wisata Sipinsur menjadi daerah tujuan wisata yang ramai dikunjungi.

Kata kunci: Wisata Sipinsur, perkembangan, dampak wisata, Desa Pearung

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

UCAPAN TERIMA KASIH...ii

ABSTRAK...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...5

1.4 Tinjauan Pustaka...7

1.5 Metode Penelitian...10

BAB II WISATA SIPINSUR DI DESA PEARUNG KECAMATAN PARANGINAN TAHUN 1988...12

2.1 Letak Geografis...12

2.2 Keadaan Penduduk...14

2.2.1 Mata Pencaharian...15

2.2.2 Pendidikan...17

2.2.3 Fasilitas yang tersedia...19

2.3 Wisata Sipinsur di Desa Pearung...22

2.4 Kepemilikan Lahan Wisata Sipinsur...24

2.5 Kondisi Wisata Sipinsur...26 BAB III PERKEMBANGAN WISATA SIPINSUR DI DESA PEARUNG

(11)

3.1 Pengembangan Tempat Wisata...30

3.2 Kuliner...35

3.3 Ketersediaan Transportasi...37

3.4 Pengunjung...38

3.5 Sistem Pengelolaan Objek Wisata...41

3.6 Faktor Pendukung...45

3.7 Faktor Penghambat...50

BAB IV DAMPAK WISATA SIPINSUR PADA MASYARAKAT DESA PEARUNG KECAMATAN PARANGINAN TAHUN 1988-2010...52

4.1 Bidang Ekonomi...52

4.1.1 Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Pearung...52

4.1.2 Menambah Pemasukan Khas Daerah...54

4.2 Bidang Sosial...55

4.3 Kondisi Lingkungan...56

BAB V KESIMPULAN...59

5.1 Kesimpulan...59

5.2 Saran...61

DAFTAR PUSTAKA...63 DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...14

Tabel 2 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur...15

Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian...16

Tabel 4 : Data Pengunjung/wisatawan Wisata Sipinsur tahun 1988-2010...39

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Peta lokasi Wisata Sipinsur di Desa Pearung Kecamatan Paranginan Lampiran 2 : Lokasi Wisata Sipinsur di Desa Pearung

Lampiran 3 : Pintu masuk menuju lokasi Wisata Sipinsur

Lampiran 4 : Kegiatan Perkemahan yang diadakan di Lokasi Wisata Sipinsur Lampiran 5 : Tempat jualan pedagang di Lokasi Wisata Sipinsur

Lampiran 6 : Fasilitas jogging track untuk pengunjung

Lampiran 7 : Acara Pagelaran Seni Pertunjukan dan Kerajinan Tangan

Lampiran 8 : Panorama Wisata Pulau Sibandang dari Ketinggian Wisata Sipinsur Lampiran 9 : Tempat untuk permainan anak-anak yang berkunjung ke Sipinsur Lampiran 10: Tempat duduk yang tersedia menghadap panorama Danau Toba

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman semakin menumbuhkembangkan sikap kreatif manusia dalam tingkah laku sehari-hari seperti menata keindahan untuk dinikmati manusia.

Sebuah daerah dengan keindahan alamnya dapat menggugah orang untuk berkreatifitas menata dengan baik agar pengunjung lebih tertarik untuk datang.1 Pengunjung dapat menikmati keindahan alam dengan nyaman apabila tempat tersebut dikelola secara teratur dan baik.

Suatu tempat wisata yang dibentuk dan telah dikenal masyarakat umum akan selalu menjadi hal yang bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat yang berada dalam tempat wisata tersebut. Citra yang terbentuk dari tempat wisata merupakan faktor kombinasi yang ada pada tempat wisata yang bersangkutan (cuaca, pemandangan alam, keamanan, kuliner, dan kebersihan). Tempat wisata yang telah dialih fungsikan dari yang sebelumnya lahan pertanian, perkebunan dan bahkan peternakan akan memberikan waktu yang lama dalam mengembangkannya menjadi sebuah tempat wisata yang bisa dinikmati banyak orang.2

1 Kodhyat, Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta:PT. Grasindo, 1996, hlm. 11.

2 M. Alwy, “Alih Fungsi Lahan Non Produktif Menjadi Objek Wisata di Kecamatan Pantai Cermin dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Masyarakat”, Tesis S-2 Belum Diterbitkan, Medan:

Universitas Sumatera Utara, 2006, hlm. 9.

(15)

Tempat wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung ke tempat tersebut. Menurut UU No. 10 tahun 2009 Bab III pasal 4 tentang kepariwisataan, objek wisata adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan rimbun, dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.3

Sipinsur adalah tempat wisata yang sudah lama dikenal dalam masyarakat luas yang berada di dataran tinggi dengan panorama Danau Toba. Wisata Sipinsur memiliki luas area kurang lebih 2 hektar pada ketinggian 1.213 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sebelumnya Sipinsur ini merupakan lahan yang ditumbuhi oleh semak belukar dan pohon pinus. Kemudian pada tahun 1988 penduduk desa yang merupakan keturunan dari marga Siregar Silo melihat bahwa lahan yang ditumbuhi oleh pohon pinus menarik dan ditambah dari tempat itu bisa melihat keindahan Pulau Sibandang di tengah Danau Toba, Pulau Samosir, Kecamatan Muara dan Bakkara sebagai panorama wisata. Pada saat itulah masyarakat memberikan ide dan pemikiran untuk mengembangkan lahan itu menjadi tempat wisata bagi masyarakat. Sipinsur memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri karena lahan wisata ini hanya ditumbuhi oleh pohon pinus dan tidak ada jenis pohon yang lain.

Semenjak dibuka, tempat wisata Sipinsur menjadi pilihan wisatawan domestik untuk menghabiskan waktu bersama keluarga menikmati pemandangan alam yang ada.

3 Nyoman Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1986, hlm. 27.

(16)

Sipinsur ini sebelumnya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan kemudian setelah Kabupaten Humbang Hasundutan mekar dari Kabupaten Tapanuli Utara pada 23 Juli 2003 berdasarkan UU No. 9 tahun 2003, maka Sipinsur di bawah pengelolaan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan yang dikelola oleh Dinas Pariwisata.4 Dilihat dari perspektif kehidupan masyarakat, Sipinsur ini menjadi suatu tempat wisata yang ada di pedesaan. Dalam wisata pedesaan memiliki bentuk wisata dengan objek dan daya tarik berupa kehidupan desa dengan ciri-ciri khusus dalam masyarakat setempat.5

Dari uraian di atas tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perkembangan wisata Sipinsur sebagai objek penelitian karena belum pernah diteliti dan ditulis sebelumnya. Wisata Sipinsur memiliki kuliner yang khas yaitu Mie Gomak6 sehingga pengunjung yang datang bisa makan sambil menikmati pemandangan yang ada. Wisata Sipinsur ini menyuguhkan pemandangan alam yang indah dan hanya tempat wisata inilah yang lebih dikembangkan oleh Pemerintah dari sekian banyak tempat wisata di Kabupaten Humbang Hasundutan. Semenjak dibukanya tempat wisata Sipinsur akses jalan dan sarana prasarana semakin baik.

Wisata Sipinsur digunakan untuk rekreasi, perkemahan, lintas alam, kegiatan rohani.

Selain itu juga dijadikan sebagai tempat kegiatan budaya Batak Toba seperti acara

4 Pesona Sipinsur Danau Toba. (Situs resmi: http//www. Sumutpos.co. Pesona-Sipinsur-danau- toba.2018) Diakses pada tanggal 23 Desember 2018.

5 Herlando Manurung, “Kontribusi Pengembangan Objek Wisata Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun”, Tesis S-2 Belum Diterbitkan, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2011, hlm. 4.

6 Mie Gomak adalah makanan khas sebagai kuliner yang berasal dari Batak Toba.

(17)

margondang, serta pesta muda-mudi untuk manortor yang biasanya dilakukan sekali setahun untuk menjelang hari ulang tahun berdirinya Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini membuat banyak pengunjung yang datang selain menikmati panorama alam juga untuk menyaksikan pertunjukan tersebut.

Atas dasar pemikiran di atas maka tulisan ini diberi judul

”PERKEMBANGAN WISATA SIPINSUR DI DESA PEARUNG

KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN (1988-2010).” Alasan pembatasan periodesasi penelitian dari tahun 1988-2010, karena pada tahun 1988 Sipinsur dibuka dan difungsikan oleh masyarakat setempat menjadi tujuan untuk wisata dan masih di bawah Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara. Pada tahun 2010 adalah dimana kepemilikan lahan wisata Sipinsur di bawah Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan.

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan uraian yang dijelaskan sebelumnya, dalam sebuah penelitian diperlukan rumusan masalah agar peneliti dapat mengetahui batasan- batasan dalam penelitian yang dilakukan. Oleh sebab itu, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang munculnya tempat wisata Sipinsur tahun 1988?

2. Bagaimana perkembangan wisata Sipinsur di Desa Pearung dari tahun 1988- 2010?

3. Bagaimana dampak wisata Sipinsur pada masyarakat Desa Pearung Kecamatan Paranginan tahun 1988-2010?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu harus memiliki tujuan dan manfaat sebagai titik akhir dari penelitian itu sendiri. Berikut merupakan tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini.

1. Menjelaskan latar belakang munculnya tempat wisata Sipinsur pada tahun 1988

2. Menjelaskan perkembangan wisata Sipinsur di Desa Pearung dari tahun 1988- 2010

3. Menjelaskan dampak wisata Sipinsur pada masyarakat Desa Pearung Kecamatan Paranginan tahun 1988-2010

(19)

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang keberadaan wisata Sipinsur 2. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang

berhubungan dengan wisata Sipinsur dan tidak menutup kemungkinan dilakukannya penelitian lanjutan bila ditemukan fakta baru

3. Memberikan masukan kepada pemerintah untuk lebih mengembangkan tempat wisata Sipinsur guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Pearung

(20)

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan sebuah kegiatan penelitian dan penulisan, perlu dilakukan tinjauan pustaka. Kepustakaan ini sangat diperlukan sebagai sumber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan tidak keluar dari rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi literatur yang digunakan menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian.

Kodhyat dalam Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia (1996) menjelaskan tentang latar belakang munculnya pariwisata dan bahwa adanya Pariwisata dikarenakan tempat wisata yang akan dituju, sebuah objek wisata memiliki banyak jenis dan pengembangannya juga tergantung dari suatu daerah tersebut. Suatu tempat wisata yang dikelola dengan baik akan memberikan banyak dampak baik bagi wisatawan dan masyarakat yang berada disekitar tempat wisata itu. Buku ini membantu penulis dalam menjelaskan latar belakang munculnya pariwisata dan bagaimana pengembangannya dengan baik.

R.G. Soekadijo dalam Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata (1997) menjelaskan tentang cara mengelola suatu lahan untuk dijadikan suatu objek wisata serta untuk melestarikan wisata tersebut. Selain itu juga dijelaskan bahwa pariwisata sebagai devisa bagi negara dengan cara apabila banyaknya wisatawan yang datang baik lokal maupun mancanegara. Buku ini membantu penulis dalam menjelaskan tentang cara pengelolaan suatu lahan untuk dijadikan suatu lahan objek wisata.

(21)

Wardiyanto dan M. Baiquni dalam Perencanaan Pengembangan Pariwisata (2011) menjelaskan tentang defenisi pariwisata, objek wisata, manfaat dan dampak pariwisata. Selain itu dijelaskan juga sistem-sistem kepariwisataan yang meliputi komponen-komponen yang terdapat dalam pariwisata, permintaan dan penawaran pariwisata, hingga pada indikator keberhasilan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dalam lingkungan masyarakat. Buku ini membantu penulis dalam menjelaskan manfaat dan dampak yang diperoleh dari terbentuknya sebuah tempat wisata.

M. Alwy dalam “Alih Fungsi Lahan non Produktif Menjadi Objek Wisata di Kecamatan Pantai Cermin dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Masyarakat”

(tesis) 2006 menjelaskan tentang pengelolaan lahan adalah suatu upaya untuk dapat mengarahkan pemanfaatan, dan penggunaan lahan secara terpadu sesuai dengan yang telah ditentukan. Agar dapat memberikan kesempatan kepada setiap dinamika yang berkembang dalam masyarakat yang memberikan potensi pengembangan lahan dalam peningkatan keuntungan secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Tinjauan pustaka ini membantu penulis dalam menjelaskan cara pemanfaatan suatu lahan yang berguna bagi masyarakat.

Herlando Manurung dalam “Kontribusi Pengembangan Objek wisata Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun” (tesis) 2011 menjelaskan tentang pengembangan objek wisata yang dikelola dengan baik akan memberikan nilai tambah yang dapat

(22)

dirasakan oleh masyarakat sekitar secara ekonomis. Basis pengembangan objek wisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam(pesona alam), dan dalam hal ini dilihat tentang pelestarian sumber daya alam sebagai objek wisata.

Tinjauan pustaka ini membantu penulis menjelaskan pengembangan dan pelestarian tempat wisata dengan keberagaman potensi yang terdapat didalamnya.

Susan Yosevina Saragi dalam “Objek Wisata Pemandian Air Panas Sipoholon (1980-2004)” (skripsi) 2015 menjelaskan kontribusi Pemandian Air Panas Sipoholon dalam meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Tinjauan pustaka ini membantu penulis memahami bahwa wisata Sipinsur juga dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata yang dapat memberikan pendapatan daerah melalui industri pariwisata.

(23)

1.5 Metode Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian kita akan membutuhkan suatu metode untuk lebih mempertajam dan menjelaskan penelitian tersebut. Maka penelitian akan menggunakan metode sejarah untuk lebih memudahkan peneliti agar mencapai hasil yang maksimal. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan jejak-jejak peniggalan dimasa lampau.7 Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah antara lain:

Heuristik yaitu tahap awal yang dilakukan untuk mencari data-data melalui berbagai sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap ini, sumber data dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data yang secara langsung terjun ke Kantor Camat Kecamatan Paranginan, Kantor Kepala Desa Pearung dan Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan untuk memperoleh data dengan terlebih dahulu menerapkan kriteria informan. Studi kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai buku, dokumen, dan arsip serta mengunjungi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Kritik sumber yaitu proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dimana dalam tahap

7Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 39.

(24)

ini sumber sejarah dapat digunakan untuk mendapatkan otentisifitas dan kredibilitas sumber. Upaya yang dilakukan dalam kritik sumber ada 2 yaitu, kritik internal adalah kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang diteliti dan memperoleh dokumen yang asli dengan menganalisis beberapa sumber tertulis. Kritik eksternal adalah mencari kebenaran sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan denagn informan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kredibilitas sumber atau kebenaran isi dari sumber tersebut.8

Interpretasi yaitu hasil pengamatan dan penganalisisan terhadap sumber- sumber yang telah diteliti. Dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisis sehingga sifatnya lebih objektif. Dengan perkataan lain, data-data yang diperoleh dianalisis sehingga data tersebut menjadi fakta. Interpretasi sangat dibutuhkan keakuratannya karena interpretasi mengarahkan peneliti kepada objek yang sesungguhnya.

Historiografi yaitu penyusunan fakta-fakta yang dapat dipercaya menjadi kajian yang menarik dan memperhatikan aspek kronologisnya. Historiografi ini merupakan klimaks dari sebuah metode penelitian sejarah.9 Penelitian tersebut akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang sifatnya deskripsi-analitis yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis, dan tentunya berpedoman pada outline yang telah dirancang sebelumnya.

8 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1995, hlm. 99.

9 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Jakarta:Gramedia, hlm.58.

(25)

BAB II

WISATA SIPINSUR DI DESA PEARUNG KECAMATAN PARANGINAN TAHUN 1988

2.1 Letak Geografis

Sipinsur adalah salah satu kawasan wisata alam yang terdapat di Desa Pearung Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan. Sipinsur sebagai salah satu tempat wisata yang diminati masyarakat memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri karena menyuguhkan keindahan alam dengan panorama Danau Toba.

Sipinsur menjadi daerah wisata yang dikembangkan masyarakat dan Pemerintah untuk menarik wisatawan datang.

Kecamatan Paranginan memiliki 10 desa dan masing-masing memiliki luas yang berbeda-beda. Adapun desa yang berada di Paranginan adalah sebagai berikut:

 Lobu Tolong

 Lobu Tolong Habinsaran

 Lumban Barat

 Lumban Sialaman

 Lumban Sianturi

 Paranginan Selatan

 Paranginan Utara

(26)

 Pearung

 Pearung Silali

 Siboru Torop

Secara geografis, Desa Pearung berada pada 2013’-2020’ Lintang Utara, dan 98047’-98057’ Bujur Timur. Daerah ini berada pada ketinggian 1.100-1250 mdpl, dengan luas wilayah 5 km2 atau 500 Ha. Desa Pearung ini adalah salah satu desa dari 10 desa di Kecamatan Paranginan, dengan batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Desa Sigumpar

 Sebelah Selatan : Desa Sigumpar 1

 Sebelah Timur : Desa Pearung Silali

 Sebelah Barat : Kecamatan Muara

Jarak antara Desa Pearung sebagai tempat wisata Sipinsur ke Doloksanggul ibukota Humbang Hasundutan sekitar 23 km ditempuh dengan menggunakan kendaraan.

Desa Pearung didiami oleh mayoritas suku Batak Toba yang bermarga Siregar. Sejarah desa ini dimulai dengan kedatangan Marga Siregar dari Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara untuk membuka perkampungan di dataran tinggi.

Marga Siregar ini terbagi menjadi 2 yaitu Siregar Silo dan Siregar Silali. Adapun marga yang lain seperti Sihombing, Hutasoit, Sianturi, Sinaga, Silaban, Simanjuntak

(27)

dan yang lain adalah perkawinan anak dan boru dengan marga yang lain, dan pendatang yang bukan penduduk asli.10

2.2 Keadaan Penduduk

Tingkat perkembangan dan potensi suatu daerah dapat diketahui dari jumlah dan kepadatan penduduk yang diketahui dari komposisi penduduk berdasarkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan serta umur. Di Desa Pearung terbagi menjadi 4 dusun dan terdiri dari jumlah kepala keluarga yang berbeda-beda.

Tabel I: Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin11

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 514

2. Perempuan 456

Jumlah 970

Berdasarkan data dari Kantor Kepala Desa Pearung bahwa jumlah kepadatan penduduk desa Pearung adalah 970 orang dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 230 KK. Jumlah penduduk laki-laki 514 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 456 jiwa. Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.

10 Wawancara, Hardi Siregar, Kepala Desa Pearung, 25 Februari 2019 11 Kantor Kepala Desa Pearung tahun 2005

(28)

Tabel II: Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur12

No. Kelompok umur Jumlah

1. 0-5 tahun 110

2. 6-16 tahun 317

3. 17-60 tahun keatas 543

Jumlah 970

Data di atas menunjukkan penduduk Desa Pearung yang berumur 0-5 tahun sebanyak 110 orang, berumur 6-16 tahun sebanyak 317 orang dan yang berumur 17- 60 tahun ke atas sebanyak 543 orang. Ini menunjukkan bahwa pengelompokan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat memberikan gambaran mengenai besarnya penduduk usia kerja dan produktif di Desa Pearung.

2.2.1 Mata Pencaharian

Setiap daerah mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda tergantung dari letak geografisnya. Pada umumnya untuk melangsungkan kehidupan masyarakat yang tinggal di desa memiliki mata pencaharian sebagai petani. Bertani sudah mendarah daging dan dilakukan secara turun-temurun. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari-hari terutama bagi masyarakat yang tinggal dekat pegunungan. Hal ini juga yang terjadi pada Desa Pearung yang menggantungkan perekonomiannya pada

12 Kantor Kepala Desa Pearung 2005

(29)

pertanian. Penduduk Desa Pearung mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani sedangkan lainnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta, pedagang dan buruh.

Tabel III: Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian13

No. Pekerjaan Persentase

1. Petani 90,00%

2. PNS 7,00%

3. Pedagang/pengusaha 3,00%

Berdasarkan data dari Kantor Kepala Desa Pearung maka dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian Desa Pearung adalah petani sebanyak 90,00%, PNS sebanyak 7,00 % dan pedagang/pengusaha sebanyak 3,00%.

Mata pencaharian di Desa Pearung lebih banyak petani hal tersebut didukung oleh kondisi geografis daerah ini sangat potensial sebagai lahan pertanian. Tanaman yang ditanam masyarakat adalah kopi, sayuran, buah-buahan dan padi. Hasil pertanian digunakan untuk keperluan sehari-hari dan sebagian dijual. Walaupun terdapat berbagai macam hasil pertanian masyarakat tetapi yang lebih dikembangkan adalah tanaman kopi. Desa Pearung dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di Kecamatan Paranginan.

13 Kantor Kepala Desa Pearung tahun 2005

(30)

Adapun penduduk asli dan penduduk pendatang memiliki mata pencaharian sebagai petani, dimana penduduk asli memiliki lahan pertanian dari warisan keluarga.14 Sedangkan penduduk pendatang yang merupakan boru mendapat bagian tanah dari keluarga dengan sistem sewa atau meminjam. Sistem ini diberlakukan karena penduduk pendatang memiliki hubungan keluarga dengan masyarakat setempat. Pada tahun 1988 dalam mengelola lahan pertanian masyarakat masih menggunakan alat pertanian yang sederhana seperti cangkul, sabit dan sebagainya.

Untuk membanjak sawah masih menggunakan tenaga hewan yaitu tenaga kerbau.

Sebagai usaha sampingan, penduduk Desa Pearung juga memelihara jenis hewan peliharaan seperti kerbau, babi, ayam dan anjing. Penggunaan lahan pertanian di Desa Pearung masih relatif rendah dilihat dari lahan yang masih banyak ditumbuhi semak belukar dan ilalang. Selain itu karena lahan di daerah ini masih berbukit-bukit sehingga susah untuk dikelola penduduk setempat. Masyarakat di Desa Pearung yang usia produktif banyak yang memilih merantau daripada mengelola lahan untuk dijadikan pertanian. Sehingga dalam mengelola lahan pertanian itu hanya mengandalkan tenaga keluarga saja.

2.2.2 Pendidikan

Pendidikan sebagai suatu kebutuhan yang sangat penting berkembang juga pada masyarakat Desa Pearung. Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

14 Wawancara, Tobok Siregar, Penduduk Desa Pearung, 23 Februari 2019

(31)

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memberikan kesempatan untuk mengubah anak-anak mereka untuk mengalami kehidupan yang lebih baik. Pendidikan dapat diperoleh baik secara formal, informal dan nonformal.

Pendidikan di Desa Pearung sebelum tahun 1950 masih relatif rendah hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Pada tahun 1980-an di Desa Pearung hanya ada satu sekolah yaitu SD Inpres 173776 Pearung.

Sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) belum ada. SMP dan SMA ada di Kecamatan Lintongnihuta dengan menempuh jarak sekitar 5-10 kilometer. Dari Desa Pearung ditempuh dengan berjalan kaki dan baru tahun 2003 menggunakan bus sekolah. Meskipun demikian mereka tetap bersemangat sekolah, karena bagi anak-anak bisa bersekolah adalah hal yang patut disyukuri.

Bagi masyarakat desa motivasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka mulai dari SD sampai SMA bahkan ke Perguruan Tinggi merupakan kewajiban setiap keluarga. Namun karena kondisi sebagian ekonomi masyarakat yang minim menyebabkan banyak dari anak-anak desa Pearung akhirnya hanya mengecap pendidikan pada tingkat SMP dan SMA dan memilih untuk marjalang. 15 Setiap anak yang sudah diberangkatkan oleh orangtuanya dianggap mampu bertanggung jawab

15 Marjalang dalam Bahasa Indonesia adalah Merantau.

(32)

dan mandiri, bahkan diharapkan orangtuanya bisa membantu meringankan beban orangtuanya.

2.2.3 Fasilitas yang tersedia

Ada banyak fasilitas yang tersedia di desa Pearung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

a. Kesehatan

Di dalam setiap desa tentunya memiliki fasilitas kesehatan sebagai pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Di Desa Pearung terdapat fasilitas kesehatan seperti 1 unit Poskesdes dan 1 unit Puskesmas dengan jumlah tenaga kesehatan 5 orang bidan.

Secara umum fasilitas kesehatan ini berfungsi untuk pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam pengobatan yang bersifat pertolongan pertama. Fasilitas kesehatan ini berada dekat dengan Kantor Kepala Desa dan rumah-rumah masyarakat sehingga lokasinya mudah dijangkau bagi seluruh masyarakat desa.

Dengan adanya fasilitas kesehatan ini masyarakat lebih mudah untuk datang berobat. Dimana sebelum ada fasilitas kesehatan ini masyarakat harus ke Doloksanggul dengan menempuh jarak yang jauh. Masyarakat dilayani dengan baik dan ramah karena bidan yang ada di Desa Pearung berasal dari desa setempat.

(33)

b. Tempat ibadah

Di Kecamatan Paranginan yang berjumlah 11 desa masing-masing memiliki fasilitas tempat ibadah. Tempat ibadah ini berupa Gereja seperti HKBP, HKI, GPDI, Katolik dan masih banyak lagi. Di Desa Pearung memiliki tempat ibadah yaitu gereja HKBP yang dibangun pada tahun 1889 resort Paranginan.

Namun karena hanya gereja HKBP yang ada di Desa Pearung dan ada juga yang Katolik maka banyak masyarakat yang gereja di Kecamatan Lintongnihuta.

Acara kebaktian di Gereja dilakukan sekali seminggu dengan dua sesi. Adanya kebaktian pada pagi hari untuk Sekolah Minggu dan siangnya untuk ibadah dewasa.

c. Rumah

Penduduk Desa Pearung yang mayoritas menggantungkan perekonomian pada hasil pertanian selalu mengalami perubahan. Kehidupan ekonomi masyarakat petani tidak menentu setiap waktu. Perekonomian masyarakat masih tergolong rendah dan minim sehingga mempengaruhi bentuk rumah masyarakat. Pada tahun 1980-an sebagian besar rumah masyarakat terbuat dari papan ada yang berbentuk rumah panggung bahkan masih ada yang berlantai tanah.16 Sebagian kecil masyarakat semi beton dan beton adalah milik masyarakat yang bekerja sebagai PNS.

16 Wawancara, op. cit,. Hardi Siregar.

(34)

d. Transportasi

Transportasi merupakan sarana untuk pendukung dalam masyarakat dalam hal ini untuk pertanian. Transportasi memiliki peran penting dalam pemasaran dan pengangkutan hasil pertanian. Akan tetapi karena faktor ekonomi yang kurang mendukung mengakibatkan sebagian besar masyarakat petani di Desa Pearung mengurungkan niat untuk memiliki transportasi.

Pada tahun 1980 fasilitas jalan sebagai sarana penghubung desa dengan ibukota dalam kondisi yang memprihatinkan. Jalan yang rusak dan berlubang membuat masyarakat kesulitan untuk mengangkut hasil pertanian untuk dijual ke pasar. Untuk mengangkut hasil pertanian ke pasar masyarakat berjalan kaki, menggunakan pedati dan adapun angkutan umum sangat jarang. Dimana pada saat angkutan umum pun belum ada.17

e. Fasilitas lainnya

Fasilitas yang mendukung kegiatan sosial masyarakat sehari-hari seperti warung dan toko masih terbatas. Misalnya toko yang menjual kebutuhan pertanian seperti pupuk, pestisida dan bibit serta kebutuhan sehari-hari masih sulit dijangkau.

Sehingga masyarakat petani harus pergi ke desa lain atau ibukota untuk mendapatkannya.

17 Wawancara, op. cit., Tobok Siregar.

(35)

Warung dan toko yang ada di Desa Pearung yang dijual pun masih sedikit dan kurang memadai. Penduduk banyak yang kemudian harus pergi ke desa lain untuk mencari kebutuhan pertanian.

2.3 Wisata Sipinsur di Desa Pearung

Kabupaten Tapanuli Utara adalah salah satu wilayah yang memiliki perkembangan yang baik dilihat dari segi ekonomi. Potensi alam pun sangat baik sehingga dikelola dengan baik. Mulai tahun 1950 daerah Kabupaten Tapanuli Utara secara berkesinambungan telah dipimpin oleh Bupati yang sudah berganti-ganti.18 Kabupaten Tapanuli Utara memiliki banyak daerah yang cukup terkenal terutama karena hasil bumi seperti padi, kopi, sayuran dan buah-buahan. Peranan daerah Kabupaten Tapanuli Utara dalam pembangunan sangat menonjol. Melalui pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor di Kabupaten Tapanuli Utara. Dimana sektor pertanian dan perkebunan menjadi peranan utama dalam meningkatkan pendapatan petani.

Sejalan dengan lanjutnya pembangunan, maka pembangunan di bidang sektor pariwisata pun juga berkembang walaupun masih kurang diperhatikan di semua daerah. Salah satunya adalah wisata Sipinsur yang sudah ada sebelum tahun 1990-an.

Seiring dengan pergantian periode dari Bupati di Tapanuli Utara kemajuan diberbagai sektor makin meningkat dan dalam hal ini dalam sektor pariwisata.

18 Kabupaten Tapanuli Utara-https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tapanuli_Utara, diakses tanggal 03 Maret 2019

(36)

Dimana kemudian banyak tempat wisata yang dikelola Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara. Dari banyaknya tempat wisata yang dibangun dan dikelola, pada tahun 2001 barulah tempat wisata Sipinsur diperhatikan walaupun sebelumnya sudah dibuka masyarakat setempat menjadi tujuan wisata.

Setiap tempat memiliki cerita tersendiri, yaitu sebuah cerita tentang terbentuknya nama pengenalan wilayah sejalan dengan keberadaan tempat itu. Hal ini sangat tergantung pada keberadaan alam maupun konteks penemuannya. Berdasarkan sejarahnya wisata Sipinsur adalah daerah yang ditumbuhi oleh semak belukar dan masih seperti hutan belantara. Sebelum Sipinsur nama tempat itu adalah Tano Takko (tanah curian) disebutkan karena pada masa itu tempat tersebut sebagai persembunyian pahlawan yang bernama Melanthon Siregar dari kolonial Belanda.19 Setelah lama kemudian ketika masyarakat mulai memanfaatkan lahan digunakan untuk pertanian maka daerah Sipinsur dibuka dan dimanfaatkan masyarakat untuk menanam padi darat karena lahan tersebut cocok untuk pertumbuhan padi tersebut.

Untuk menjaga kelestarian alam karena daerah Sipinsur ini berada di dataran tinggi Pearung maka supaya menghindari longsor masyarakat menanam pohon pinus dipinggiran lahan pertanian mereka. Pohon pinus tersebut diperoleh dari bibit yang didapatkan dari hutan-hutan yang ada di Pearung.

Setelah beberapa tahun kemudian lahan Sipinsur tidak dikelola lagi karena daerah itu sudah hampir semua ditanami pohon pinus dan penduduk Pearung

19 Wawancara, Bosmen Siregar, Pearung, 23 Februari 2019

(37)

berpindah tempat mencari lahan pertanian dan lebih memilih untuk menanam tanaman kopi, dan sayur-sayuran. Pada tahun 1988 masyarakat di Desa Pearung membuka lahan Sipinsur menjadi tujuan wisata dan yang mengelola adalah masyarakat setempat sehingga kurang dirawat dengan baik. Para pengunjung yang datang pun hanya masyarakat di Kecamatan Paranginan dan Lintongnihuta.

Melihat kondisi itulah kemudian Pemerintah Tapanuli Utara mengambil peran untuk kembali mengelola lahan Sipinsur agar pengunjung yang datang semakin banyak dan tidak hanya berasal dari daerah itu.

2.4 Kepemilikan Lahan Wisata Sipinsur

Setiap lahan atau tempat yang akan dijadikan sebagai daerah yang berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat akan dikelola dan dilestarikan. Lahan akan dimanfaatkan oleh masyarakat apabila memberikan keuntungan bagi mereka.

Masyarakat yang telah menetap di Desa Pearung kemudian mengelola lahan dan dibagi berdasarkan wilayah yang ditempati. Menurut penuturan dari masyarakat bahwa pembagian lahan berdasarkan keturunan.

Masyarakat Desa Pearung dibagi atas 2 pomparan (keturunan) yaitu pomparan Siregar Silo dan Siregar Silali. Keturunan Siregar Silo yang menempati wilayah yang lebih luas karena keturunannya lebih banyak. Dengan pembagian

(38)

wilayah tersebut kemudian masyarakat mengelolanya menjadi lahan pertanian seperti ladang, kebun dan sawah.20

Namun tidak semua lahan itu dikelola masyarakat secara perorangan, ada juga yang dikelola bersama dengan satu keturunan itu. Dalam hal ini adalah dijadikannya satu lahan yang bisa dikerjakan oleh banyak orang, seperti lahan Sipinsur yang sebelumnya ditanami padi darat. Masyarakat saling membantu dan bergotong royong dalam mengelola lahan tersebut. Dalam hal ini sistem marsiadapari atau marsirimpa21 masih sangat kental dalam masyarakat Desa Pearung.

Setelah beberapa tahun kemudian lahan Sipinsur ini tidak dapat digunakan masyarakat menjadi lahan pertanian karena telah ditumbuhi oleh pohon pinus dan akhirnya keturunan Siregar Silo membiarkan lahan itu dan tidak dijamah lagi. Lahan Sipinsur lama dibiarkan masyarakat hingga kemudian banyak masyarakat yang berburu babi hutan membuka jalan dari Sipinsur sampai ke Muara di Kabupaten Tapanuli Utara. Dari situlah kemudian dibuka kembali jalan menuju Sipinsur dan jalan itu semakin lebar ketika penduduk Pearung ada yang membawa hasil pertaniannya untuk dijual ke Pasar Muara.

Pada tahun 1988, keturunan Siregar Silo membuka kembali lahan Sipinsur dan dijadikan tempat tujuan untuk wisata dengan keindahan alam banyak pohon

20 Wawancara, op. cit., Bosmen Siregar.

21 Marsiadapari atau Marsirimpa adalah sistem gotong royong dimana jasa dibalas dengan jasa dalam waktu yang lama dan berlangsung secara terus-menerus

(39)

pinus selain itu juga dapat melihat panorama Danau Toba, Pulau Sibandang dan masih banyak lagi. Setelah dibukanya wisata Sipinsur banyak pengunjung yang datang untuk sekedar melihat dan menikmati alamnya dan banyak yang kecewa karena belum ditata dengan baik oleh masyarakat selain itu fasilitas yang tersedia belum memadai. Pada tahun 2001 Pemerintah Tapanuli Utara melakukan pembangunan dan salah satunya perkembangan pariwisata disetiap daerah di Tapanuli Utara. Barulah setelah itu Wisata Sipinsur dikelola dan ditata.

Pada 23 Juli 2003 Kabupaten Tapanuli Utara melakukan pemekaran terhadap kabupaten Humbang Hasundutan yang terdiri dari 10 Kecamatan. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan hasil dari suatu daerah. Salah satu didalamnya adalah Kecamatan Paranginan yang merupakan lokasi tempat wisata Sipinsur. Pada saat itulah wisata Sipinsur resmi dikelola dan diserahkan oleh Keturunan Siregar Silo kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan.

Akhirnya pada saat itu lokasi Sipinsur resmi dikelola oleh Pemerintah Daerah tanpa ada permasalahan dari masyarakat karena mereka ingin Sipinsur lebih dikembangkan lagi menjadi tempat wisata.

2.5 Kondisi Wisata Sipinsur

Tempat wisata memiliki daya tarik apabila pengembangan dan pengelolaannya baik dan diperhatikan. Daya tarik dari objek wisata adalah elemen

(40)

terpenting dalam pengembangan daerah tujuan wisata. Dikatakan demikian karena secara primer wisatawan yang bermaksud berkunjung ke daerah tujuan wisata karena termotivasi oleh objek dan daya tarik wisata yang berbeda dari yang biasa dilihat.

Selain daya tarik dari tempat wisata dilihat juga potensi-potensi objek wisata yang ada sangat mempengaruhi objek wisata.

Potensi adalah semua sumber yang terdapat di suatu daerah yang bersangkutan, baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk sosial yang perlu dikembangkan.22 Yang termasuk potensi dalam suatu wilayah atau tempat adalah sebagai berikut:

a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta

b. Bentuk tanah dan pemandangan alam, misalnya: lahan yang datar, pegunungan, danau, pantai, dan air terjun

c. Hutan dengan didalammnya jenis flora dan fauna

d. Hasil ciptaan manusia seperti: benda-benda bersejarah, rumah ibadat dan berbagai alat kesenian tradisional

e. Sistem dan tata cara hidup masyarakat yang masih tradisional dari suatu masyarakat yang merupakan salah satu sumber penting untuk dibawakan kepada wisatawan bagaimana kebiasaan hidupnya, dan adat-istiadatnya.

22 Nyoman Pendit, op. cit., hlm.75.

(41)

Potensi objek wisata terdiri atas 2, yaitu:23

1. Potensi Internal Objek Wisata

Potensi internal adalah potensi wisata yang dimiliki objek itu sendiri yang meliputi kondisi fisik objek, kualitas objek dan dukungan bagi pengembangannya.

Upaya pengembangan potensi internal sebagai suatu usaha yang dilakukan dalam mengembangkan, memelihara, dan merawat objek wisata yang telah ada sebelumnya demi kemajuan objek wisata tersebut. Dalam hal ini pengembangan yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan bersama agar objek wisata tersebut diminati oleh banyak orang.

2. Potensi Eksternal Objek Wisata

Potensi eksternal adalah potensi wisata yang mendukung pengembangan suatu objek wisata yang terdiri dari aksebilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas pelengkap kepariwisataan. Seperi contohnya pengembangan dan promosi objek wisata, ketersediaan angkutan umum menuju lokasi wisata, dan ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik/dasar wisatawan(makan/minum, penginapan, bangunan untuk menikmati objek).

Kondisi wisata Sipinsur sebenarnya belum memuaskan jika dibandingkan dengan tempat wisata lainnya dengan potensi wisata yang masih minim. Namun bukan berarti lokasi ini tidak layak untuk dikembangkan melainkan lokasi ini perlu

23 Kodhyat, op. cit., hlm. 66.

(42)

pembenahan sedemikian rupa sehingga dapat berkembang maju yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Kondisi Wisata Sipinsur jika dilihat masih sangat alami hanya saja belum tertata dengan baik.

Wisata Sipinsur ini merupakan wisata alam dimana segala bentuk hal didalamannya memanfaatkan potensi sumber daya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya. Sehingga hal ini memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmani dan mendapatkan pengalaman untuk menumbuhkan kecintaan terhadap alam. Wisata alam mempunyai prinsip sebagai berikut:24

1. Kontak dengan alam

2. Adaptasi dengan kondisi akomodasi pedesaan 3. Toleran terhadap kenyamanan dan keindahan 4. Memanfaatkan semua yang ada di alam 5. Memiliki keunikan dan daya tarik alami

Perlunya pembenahan dan penambahan sarana dan prasarana yang menunjang perkembangan Wisata Sipinsur sehingga wisatawan tidak bosan untuk datang.

Apalagi di Kabupaten Humbang Hasundutan hanya di wisata Sipinsur inilah masyarakat dapat menikmati keindahan alam dibawah pepohonan yang banyak serta udara yang sejuk dan untuk tempat bersantai bersama keluarga. Selain itu dapat melihat keindahan panorama Danau Toba, Pulau Sibandang. Citra baik dari tempat

24 Nyoman Pendit, op. cit., hlm.85.

(43)

wisata adalah membuat rasa puas orang lain sehingga orang tersebut merasa ingin kembali ke tempat wisata itu pada kesempatan lain.25

25 Happy Marpaung, Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung: Alfabeta, 2002, hlm. 45.

(44)

BAB III

PERKEMBANGAN WISATA SIPINSUR DI DESA PEARUNG KECAMATAN PARANGINAN DARI TAHUN 1988-2010

3.1 Pengembangan Tempat Wisata

Pembangunan tempat wisata alam bertujuan mengelola dan mengembangkan sumber daya alami bagi kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.

Pengembangannya harus mampu menunjang dalam pembangunan ekonomi masyarakat setempat sehingga menambah pendapatan masyarakat dari sektor perdagangan maupun jasa. Oleh karena itu kehadiran masyarakat merupakan faktor utama dalam mengembangkan sektor wisata. Peran masyarakat sangat diperlukan dalam mengembangkan tempat wisata selain keterlibatan pemerintah. Masyarakat harus bisa mengambil inisiatif agar tempat wisata bisa dijangkau oleh masyarakat luas.

Wisata Sipinsur yang sebelumnya dikembangkan oleh masyarakat desa Pearung sarana prasarananya masih sangat minim dan bahkan belum ada fasilitas yang tersedia. Wisatawan yang datang hanya sekedar menikmati keadaan alam yang ada dan hanya sebentar saja.26 Para pengunjung yang datang pun masih membuang sampah secara sembarangan dan sehingga lokasi Sipinsur sangat kotor dan kurang menarik. Namun setelah dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara selama

26 Wawancara, op. cit., Bosmen Siregar.

(45)

kurang lebih 2 tahun sarana prasarana mulai dibangun seperti pagar yang mengelilingi tempat wisata, tempat berjualan masyarakat, toilet umum dan tempat duduk untuk bersantai.

Setelah kemudian Kabupaten Humbang Hasundutan mekar pada tahun 2003 dari Kabupaten Humbang Hasundutan maka wisata Sipinsur yang berada di Desa Pearung semakin dibenahi dan pengembangannya juga sangat baik oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan. Fasilitas yang tersedia sudah semakin mamadai dan semenjak saat itulah Wisata Sipinsur makin ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal. Sarana prasarana yang bertambah seperti:

 Tempat permainan anak-anak

 Tempat kemah

 Open stage

 Pos jaga

 Pondok

 Lahan parkir

 Tempat pembuangan sampah

 Jogging track

 Perlengkapan lintas alam

(46)

Supaya semakin berkembang petugas kebersihan dan pos penjaga dibuat sehingga pengunjung yang datang merasa nyaman untuk menikmati keindahan alam Sipinsur.

Melihat perkembangan di atas maka wisata Sipinsur menjadi objek wisata yang dikembangkan dengan baik. Hal ini sejalan dengan yang tertuang dalam TAP MPR NO.IV/MPR/1993 tentang GBHN dalam hal Pariwisata yang berisi:27

1. Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, daerah dan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional.

2. Dalam pembangunan kepariwisataan harus dijaga tetap terpeliharanya kepribadian serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup.

Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh dan terpadu dengan melibatkan sektor yang terkait dalam suatu keutuhan usaha kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan baik yang berskala kecil, menengah maupun besar.

3. Pengembangan pariwisata nusantara dilakukan sejalan dengan upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa setra menanamkan jiwa semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan

27 Karyono, Kepariwisataan, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997, hlm.34.

(47)

kesatuan nasional, terutama dalam bentuk penggalakan pariwisata remaja dan pemuda dengan lebih meningkatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan. Daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan wisata mancanegara perlu ditingkatkan melalui upaya pemeliharaan benda khazanah bersejarah yang menggambarkan ketinggian budaya dan kebesaran bangsa serta didukung dengan promosi memikat.

4. Upaya pengembangan objek dan daya tarik wisata serta kegiatan promosi dan pemasarannya, baik di dalam maupun di luar negeri terus ditingkatkan secara terencana, terarah, terpadu, dan efektif antara lain dengan memanfaatkan secara optimal kerjasama kepariwisataan regional dan global guna meningkatkan hubungan antar bangsa.

Sasaran yang diinginkan oleh Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan pengembangan wisata Sipinsur ini terhadap daerah wisata adalah meningkatkan promosi dan memperkenalkan Wisata Sipinsur kepada masyarakat luas, mengembangkan potensi alami dan mendukung pelaksanaan acara-acara dan hiburan wisata. Promosi wisata dilakukan lewat media cetak dan elektronik, karena salah satu faktor yang mendorong wisatawan mengunjungi suatu tempat adalah ingin mengetahui lebih atas informasi yang telah didapatkan. Dengan demikian daerah wisata tersebut akan memiliki nilai tinggi bagi pemerintah dari satu sisi dan disisi lain bagi masyarakat disekitar objek wisata.

(48)

Dengan adanya promosi tersebut di Sipinsur banyak diadakan acara besar seperti Pesta Gereja HKI se-Sumatera Utara , kegiatan kemah dan pramuka Humbang Hasundutan, Pesta Gondang dan masih banyak lagi. Dalam pengembangan wisata Sipinsur ini tidak terlepas dari kerjasama antara Pemerintah dan masyarakat.

Masyarakat Desa Pearung terbuka terhadap perubahan dan mereka menerima dengan baik. Sehingga setiap adanya pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah sangat didukung oleh masyarakat.

3.2 Kuliner

Salah satu strategi agar sebuah tempat wisata semakin menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan adalah dengan adanya kuliner khas yang ada ditempat wisata itu. Kebutuhan akan makanan menjadi faktor utama dalam mempengaruhi perkembangan tempat wisata. Kuliner berkembang dengan cepat seiring dengan perkembangan zaman. Sejak wisata Sipinsur dibuka masyarakat belum ada yang berjualan hingga kemudian pada tahun 1998 masyarakat Desa Pearung berinisiatif untuk datang berjualan berbagai makanan ringan dan minuman dengan menggunakan gerobak sorong karena belum ada tempat khusus untuk berjualan.

Menurut penuturan dari informan setelah beberapa lama kemudian pada tahun 2001 beberapa penduduk desa Pearung membuka warung di Sipinsur dan hanya buka pada hari minggu saja28. Dan ada satu penjaga warung yang sebelumnya berjualan mie di pasar Lintongnihuta kemudian menambah menu Mie Gomak andaliman di

28 Wawancara. Handayani Siburian, Pearung, 23 Februari 2019

(49)

warung tersebut. Setelah beberapa lama pengunjung banyak yang tertarik dengan mie gomak tersebut sehingga masyarakat menyebutkan bahwa itu salah satu kuliner khas dari wisata Sipinsur. Kemudian Mie Gomak ini semakin dikembangkan karena dimana setiap pengunjung yang datang ke Sipinsur kurang puas apabila tidak menikmati kuliner ini.29 Kuliner dari Batak Toba ada yang dikenal dengan sebutan Arsik, namun belum ada dijual di lokasi wisata Sipinsur karena harga yang lumayan mahal. Selain itu juga karena pengunjung ke wisata Sipinsur tidak ramai setiap hari yang datang. Hal ini membuat sehingga pedagang tidak ada yang berinisiatif untuk menjual kuliner tersebut. Selain Mie Gomak ada juga kuliner lain seperti:

 ombus-ombus (kue yang terbuat dari tepung beras dan diisi dengan gula merah dengan bungkusnya daun pisang)

 goreng toba (gorengan yang terbuat dari parutan singkong)

 kacang rebus

Namun pengunjung biasanya lebih banyak menikmati Mie Gomak karena rasanya yang khas dan cocok dimakan pada cuaca dingin. Kuliner semakin dikembangkan di tempat wisata Sipinsur setelah dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan. Pada tahun 2003 kemudian dibangun kios-kios jualan untuk tempat masyarakat berjualan sekitar 30 tempat. Disetiap kios ini menjual berbagi aneka makanan dan hanya 10 kios yang menjual kuliner mie gomak.

29Wawancara, op. cit., Handayani Siburian.

(50)

3.3 Ketersediaan Transportasi

Berbicara tentang untuk mengunjungi tempat wisata tidak luput dari transportasi yang digunakan. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang kepariwisataan sehingga masyarakat yang berkunjung banyak yang datang. Tanpa sarana transportasi maka pengunjung yang datang ke tempat wisata akan mengalami kesulitan. Para pengunjung tidak akan kecewa karena akses jalan bagus karena perbaikan yang terus dilakukan oleh Pemerintah.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan keberadaan prasarana transportasi di lokasi Sipinsur masih kurang memadai. Angkutan umum pun masih jarang sehingga jikapun berkunjung ke tempat wisata maka para pengunjung harus menggunakan kendaraan pribadi dan jika rombongan harus menggunakan mobil yang di rental.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat sebelum banyaknya kendaraan ada beberapa motor sejenis becak yang digunakan untuk membawa pengunjung ke tempat wisata itu sekitar tahun 1990-an.30 Para pengunjung memesan motor dari dari masyarakat di desa Pearung yang dekat rumahnya ke jalan raya karena jalan ke lokasi Sipinsur masih jauh dari jalan lintas. Jumlah motor ini pun masih sedikit sehingga karena kondisi tersebut pengunjung yang datang dari luar daerah masih sedikit.

30 Wawancara, Ronni Siregar, Kepala Dusun 1, 23 Februari 2019

(51)

Namun seiring perkembangan pengunjung sudah banyak yang kemudian menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat.31

3.4 Pengunjung

Pengunjung adalah orang-orang yang datang ke sebuah tempat wisata untuk menikmati keindahan atau keadaan tempat tersebut. Dari tahun ke tahun pengunjung akan bertambah apabila tempat wisata dikelola dengan baik dan memilik daya tarik tersendiri. Pengunjung akan memiliki kepuasan tersendiri terhadap tempat wisata yang telah dikunjunginya. Pengunjung datang dari berbagai tempat baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Sama halnya pengunjung yang datang ke tempat wisata Sipinsur, dimana dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik anak-anak, dewasa maupun orang tua.

Pengunjung yang datang ke Sipinsur lebih banyak pada hari yaitu hari-hari besar saja seperti Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru serta hari sabtu dan minggu. Mereka menikmati keindahan dan kesejukan alam yang ada dibawah pepohonan pinus serta dengan melihat keindahan panorama Danau Toba.

31 Wawancara, Simon Doni Siregar, Pearung, 23 Februri 2019

(52)

Tabel IV: Data pengunjung/wisatawan tempat wisata Sipinsur tahun 2006-2010

Tahun Wisatawan

mancanegara

Wisatawan

domestik Jumlah

1988

Belum terdata 1989

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

2003 0 200 200

2004 0 245 245

2005 9 630 639

2006 13 850 863

2007 22 1122 1144

2008 32 1450 1482

2009 45 2300 2345

2010 57 3425 3482

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2010

(53)

Pengunjung yang datang ke wisata Sipinsur semenjak dibuka dan dikelola sebelumnya belum pernah di data, kemudian setelah tahun 2003 Dinas Pariwisata melakukan pendataan terhadap pengunjung karena masih dalam pembenahan dan masih memperkenalkan kepada masyarakat maupun pengunjung.32

Pada tahun 2003 jumlah pengunjung antara lain: wisatawan mancanegara 0, wisatawan domestik 200 orang, total jumlah pengunjung adalah 200 orang. Pada tahun 2004 jumlah pengunjung untuk wisatawan mancanegara 0, wisatawan domestik 245 orang, total jumlah pengunjung adalah 245 orang.

Pada tahun 2005 jumlah pengunjung untuk wisatawan mancanegara adalah 9 orang, wisatawan domestik 630 orang, jadi total jumlah pengunjung adalah 639 orang. Pada tahun 2006 jumlah pengunjung untuk wisatawan mancanegara adalah 13 orang, wisatawan domestik 850 orang, jadi total jumlah pengunjung adalah 863 orang.

Pada tahun 2007 jumlah pengunjung untuk wisatawan mancanegara adalah 22 orang, wisatawan domestik 1122 orang, jadi total jumlah pengunjung adalah 1144 orang. Pada tahun 2008 jumlah pengunjung untuk wisatawan mancanegara adalah 32 orang, wisatawan domestik 1450 orang, jadi total jumlah pengunjung adalah 1482 orang.

32 Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2010

(54)

Pada tahun 2009 jumlah pengunjung untuk wisatawan mancanegara adalah 45 orang, wisatawan domestik 2300 orang, jadi total jumlah pengunjung adalah 2345 orang. Pada tahun 2010 jumlah pengunjung untuk wisatawan mancanegara adalah 57 orang, wisatawan domestik 3425 orang, jadi total jumlah pengunjung adalah 3482 orang.

Wisatawan yang berkunjung ke wisata Sipinsur semakin berkembang dimana pada tahun 2003-2010 wisatawan mancanegara sebanyak 178 orang, dan wisatawan domestik adalah 10. 222 orang. Dari total wisatawan mancanegara dan domestik pada tahun 2003-2010 berjumlah 10.400 orang.

Dari berbagai tempat wisata di Humbang Hasundutan seperti air terjun Janji, Tombak Sulu-sulu, Aek Sipangolu dan Makam serta Istana Sisingamangaraja bahwa pengunjung yang paling banyak datang yaitu ke tempat wisata Sipinsur.

3.5 Sistem Pengelolaan Tempat Wisata

Pengelolaan dapat diartikan sebagai manajemen yaitu suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya mengkoordinir untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pengelolaan tempat wisata harus didukung dengan sarana prasarana sehingga kondisi tempat wisata tertata dengan baik. Dengan demikian akan memberikan kontribusi bagi perkembangan bagi pemerintah dan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan juga pelestarian lingkungan hidup.

(55)

Wisata Sipinsur yang dikelola oleh masyarakat pada tahun 1988-2000 tidak mengalami perkembangan karena tidak didukung dengan dana yang ada. Masyarakat desa Pearung dalam mengelolanya dilakukan secara bergotong royong untuk membersihkan lahan Sipinsur yang masih banyak ditumbuhi tanaman liar serta menebang ranting-ranting pohon yang sudah tua. Masyarakat Desa Pearung biasanya melakukan gotong royong membersihkan lahan Sipinsur dua kali sebulan dan dikoordinir oleh Kepala Desa Pearung.33

Pada tahun 2001 setelah dikelola oleh Pemerintah Tapanuli Utara masih tetap sama karena hanya beberapa sarana yang ditambahkan. Dalam mengelolanya untuk menjaga kebersihan, merawat sarana yang tersedia tetap dilakukan oleh masyarakat Desa Pearung.

Hingga kemudian pada tahun 2003 setelah dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan mengalami banyak perubahan. Dalam sistem pengelolaannya langsung dibawah tanggung jawab Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan. Dinas Pariwisata membuat sistem pengelolaan tempat wisata Sipinsur sehingga makin tertata dengan baik. Mereka bekerjasama dengan masyarakat untuk mengembangkan tempat Wisata Sipinsur dimana masyarakat Desa Pearung yang ditugaskan sebagai petugas kebersihan, tukang parkir dalam mengelola tempat wisata Sipinsur.

33 Wawancara, op. cit., Ronni Siregar.

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Madrasah Tsanawiyah Negeri Pantai Lunci Tahun Anggaran 2012 mengumumkan Pemenang Lelang untuk Paket Pekeijaan sebagai beriku:.. Berdasarkan

penilaian dan evaluasi dari Semua Data dalam surat penawaran harga.. perusahaan ternyata rekanan / perusahaan tersebut telah

70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti Proses pemilihan penyedia untuk pekerjaan Pengerasan/Paving Blok Jalan dan Halaman Pos

Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa terhadap pembelajaran dengan teknik

1. Anak sah, yaitu mereka yang lahir didalam suatu perkawinan, pengertian ini berdasarkan Pasal 250 KUHPerdata, yakni : “ Tiap- tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan

Basa Alus Madia, marupa basa Bali alus sane wirasanipun tengah-tengah, dados mangge marep ring Wangsa tegehan, sesamen Triwangsa miwah wangsa andapan sane

Based on the research conducted, it can be assumed that the existence of IoT in Heritage Building inventory could help stakeholder to find out the condition and

SMP Swasta Katolik Asisi Medan : Lulus Tahun 20101. SMK Negeri 1 Tanjung Pandan : Lulus