• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perlindungan Hukum

Kata perlindungan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna tempat berlindung atau mempunyai makna hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi.19 Sedangkan hukum menurut Prof. Dr. E. Utrecht, S.H., hukum memiliki makna sebagai himpunan petunjuk hidup yang berupa perintah dan larangan di dalam suatu masyarakat (sifatnya harus ditaati oleh anggota masyarakat) apabila dilanggar akan melahirkan suatu tindakan dari pemerintah.20 Pemahaman mengenai perlindungan dan hukum kemudian disatukan menjadi konsep perlindungan hukum.

Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum merupakan upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan untuk bertindak dalam kepentingannya dengan maksud memiliki keterkaitan terhadap tujuan dari hukum yaitu memberikan perlindungan atau pengayoman kepada masyarakat yang diimplementasikan dalam bentuk adanya kepastian hukum.21

Pendapat dari Philipus M. Hadjon menyatakan perlindungan hukum merupakan tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum yang preventif memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya suatu sengketa

19 https://kbbi.web.id/perlindungan, diakses terakhir pada 11 April 2022, pukul 01.16 WIB

20 Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia (Cetakan Pertama, Ed. 2, Penerbit Ghalia Indonesia 2013). h. 8.

21 Rahman Syawal Rusman, ‘Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak Merek dalam Perdagangan Elektronik di Marketplace (Platform)’ (2020) Procceding: Call for Paper 2nd National Conference on Law Studies: Legal Development Towards A Digital Society Era, NCOLS, ISBN : 978-979-3599-13-7, h. 177.

(2)

13 sehingga mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam mengambil suatu keputusan sedangkan perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan.22 Pendapat lain yaitu Soerjono Soekanto menyatakan perlindungan hukum merupakan perlindungan yang diberikan kepada suatu subyek hukum di dalam bentuk perangkat hukum.23 Soerjono Soekanto menyatakan lebih lanjut hal-hal yang mempengaruhi proses penegakan hukum dan bagaimana perlindungannya yaitu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

- Faktor Undang-Undang merupakan peraturan tertulis yang berlaku secara umum dan dibuat oleh penguasa yang sah;

- Faktor Penegak Hukum merupakan pihak-pihak yang terlibat di dalam penegakan hukum, baik secara langsung dan tidak langsung;

- Faktor Sarana atau Fasilitas yang mendukung Penegakan Hukum, merupakan faktor yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang terampil atau alat-alat yang memadai;

- Faktor Masyarakat merupakan lingkungan tempat hukum berlaku dan diterapkan. Penerimaan dalam masyarakat akan hukum yang berlaku diyakini menjadi sebagai kunci kedamaian;

- Faktor Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup.24

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas perlindungan hukum memiliki

22 Achmad Chosyali, ‘Perlindungan Hukum Hak Cipta Buku Pengetahuan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta’ (2018) 3, (1) Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, h. 53.

23 https://www.hukumonline.com/berita/a/perlindungan-hukum-contoh--dan-cara- memperolehnya-lt61a8a59ce8062?page=2, diakses terakhir pada 13 April 2022, pukul 01.48 WIB.

24 Ibid.

(3)

14 makna sebagai suatu keadaan atau posisi suatu masyarakat atau subyek hukum untuk memperoleh kepastian hukum, memperoleh hak atau kekuasaan dan melaksanakan kewajiban berdasarkan hukum yang berlaku apabila melanggar melahirkan tindakan dari pemerintah atau perangkat hukum. Perlindungan hukum dapat menjadi dasar untuk melaksanakan suatu tindakan apabila mengalami gangguan dari pihak lain yang sengaja dan tidak memiliki wewenang melakukan pelanggaran hukum. Perlindungan hukum yang tepat adalah mencakup terciptanya jaminan dan kepastian hukum sebagai syarat utama dalam mewujudkan terpeliharanya keamanan, ketertiban, tegaknya hukum.

B. Tinjauan mengenai Hak Cipta 1. Pengertian Hak Cipta

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, menjelaskan mengenai apa itu Hak Cipta,

“Hak Cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”

Hak cipta merupakan hak kekayaan intelektual yang dijaminkan atas karya sastra, ilmu pengetahuan, dan seni.25 Interpretasi ini dinyatakan sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang mendefinisikan ciptaan atau karya sebagai hak cipta merupakan

“setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, alau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.”

25 Yafet Yosafet Wilben Rissy, Memahami Rezim Kekayaan Intelektual Internasional dan Indonesia (Cetakan Pertama, Griya Media 2020), h. 50.

(4)

15 Menurut Miller dan Davis menyatakan pemberian hak cipta berlandaskan pada kriteria keaslian atau kemurnian (originality), yang memiliki makna bahwa ciptaan tersebut asli berasal dari pencipta yang sebenarnya atau bersifat orisinal.26

Menurut pendapat lainnya menyatakan secara sederhana pengertian hak cipta merupakan karya atau perwujudan atau ekspresi dalam bentuk fisik dari ide atau pikiran bukan ide atau pikiran itu sendiri.27 Selain itu meninjau Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pada pengertian tersebut diketahui bahwa dengan lahirnya hak cipta pencipta mendapatkan keistimewaan secara khusus atas karya cipta yang dihasilkan. Artinya, hanya pencipta yang memiliki hak atas ciptaan tersebut dan penggunaan ciptaan tersebut menjadi kewenangan pencipta sepenuhnya.28 Sehingga kesimpulan dari pendapat dan argumen mengenai pengertian hak cipta diatas, hak cipta merupakan sesuatu hal yang timbul secara otomatis atas karya atau ekspresi seseorang dalam bentuk nyata sebagai suatu hak eksklusif. Hak eksklusif tersebut dapat berupa hak moral dan hak ekonomi.

2. Perlindungan Hak Cipta

Menurut Widyopramono perlindungan hak cipta adalah perlindungan hak atas suatu karya intelektual yang tepat bukan hanya berasal dari pengakuan negara saja tetapi diharapkan dapat membangkitkan semangat

26 Ni Ketut Supasti Dharmawan, Buku Ajar Hak Kekayaan Intelektual (Cetakan Pertama, Deepublish 2016), h.36.

27 Yafet Yosafet Wilben Rissy, Memahami Rezim Kekayaan Intelektual Internasional dan Indonesia, (Cetakan Pertama, Griya Media 2020), h. 50.

28 Indirani Bastian Christy Wauran, Pengantar Hukum Kekayaan Intelektual (Edisi Pertama, Tisara Grafika 2017), h. 54.

(5)

16 dan minat dalam menciptakan suatu hal yang baru.29 Sejarah dari perlindungan hak cipta yaitu hak ekonomi sudah dikenal dan dijaminkan lebih dahulu dalam berbagai konvensi internasional, akan tetapi berbeda dengan hak moral baru dijaminkan ke dalam Berne Convention 1886 ketika amandemen dilakukan tahun 1997 yang terdapat dalam Article 6bis.

“Article 6bis Berne Convention 1886 menentukan lima hak moral yaitu a) hak untuk mengklaim sebagai pengarang (rights to claim authorship), b) hak untuk menolak modifikasi atas karyanya (rights to object to certain modifications), c) hak untuk menolak tindakan yang menghina atau merendahkan ciptaan (rights to object to derogatory actions), d) hak untuk tetap diakui hak-hak yang telah diberikan kepada pengarang setelah kematiannya (rights after the author’s death), dan e) hak untuk mendapatkan ganti rugi (rights to means of redress).

Article 6bis (1) menegaskan bahwa hak moral tetap melekat pada pengarang atau pencipta sekalipun hak ekonominya telah dialihkan. Dalam hal hak dijaminkan kepada pengarang setelah kematiannya, Article 6bis (2) mengatakan hak-hak yang telah dijaminkan kepada pencipta atau pengarang ketika masih hidup, harus tetap dipertahankan ketika pengarang tersebut wafat, setidaknya hingga berakhirnya masa perlindungan hak ekonomi.“30

Penjaminan hak kepada pencipta atau pemegang hak cipta yaitu menjamin 2 jenis hak yaitu hak moral (moral rights) dan hak ekonomi (economic rights). Kedua jenis hak ini yang disebut sebagai hak eksklusif dari pencipta atau pemegang hak cipta yang sudah secara umum diketahui dan di Indonesia sendiri diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 yaitu di dalam Pasal 5 menyatakan bahwa hak moral adalah hak yang melekat secara pribadi pada diri pencipta.

29 Widyopramono, Tindak Pidana Hak Cipta Analisa dan Penyelesaiannya (Cetakan Pertama, Sinar Grafika 1992), h. 14,

30 Yafet Yosafet Wilben Rissy, Memahami Rezim Kekayaan Intelektual Internasional dan Indonesia (Cetakan Pertama, Griya Media 2020), h. 54.

(6)

17 Sedangkan untuk hak ekonomi merupakan hak yang dimiliki oleh pencipta untuk mendapatkan hak ekonomi atas ciptaannya. Hak ekonomi sifatnya memungkinkan pencipta atau pemilik hak mendapat suatu imbalan secara finansial dari penggunaan karya milik mereka oleh orang lain, sedangkan untuk hak moral memungkinkan penulis dan pencipta untuk mengambil tindakan tertentu dalam menjaga dan melindungi hubungan mereka dengan pekerjaan mereka dengan kesimpulan bahwa hak ekonomi dapat ditransfer ke satu atau lebih pemilik hak cipta akan tetapi untuk hak moral tidak diperbolehkan dan diijinkan untuk ditransfer. Perlindungan terhadap hak cipta menyasar pada 2 hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta atau pemilik hak atas suatu ciptaan yaitu hak ekonomi dalam mendapatkan manfaat ekonomi dari karya ciptaannya dan hak moral sebagai hak yang melekat abadi pada pencipta.

Perlindungan dirasa perlu karena kekayaan intelektual (termasuk hak cipta) atas pencipta diciptakan dengan mencurahkan waktu, biaya, dan usaha, sebagai teori yang mempengaruhi perkembangan hukum hak kekayaan intelektual adalah

- Teori the Exchane for Secery Rationale

Teori ini berkaitan dengan upaya pencipta merahasiakan ciptaanya dalam mencegah pihak lain melakukan peniruan terhadap penemuan atau ciptaannya tanpa hak yang sepatutnya,

- The Quality-Control Principle

Teori ini menekankan hak eksklusif sebagai metode dalam melindungi inovasi dan ciptaan saat sudah di tangan pihak lain atau diedarkan,

(7)

18 - The Prospecting Theory

Teori ini mengajarkan satu nilai dalam sistem eksklusif untuk menunjukkan kualitas suatu ciptaan,

- The Profit Incentive Theory

Teori ini menekankan pada eksklusivitas dalam melindungi para inovator dan pencipta atas tindakan penjiplakan atau peniruan.31

Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 mengenai Hak Cipta menjelaskan Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup pula program komputer.

Dengan perlindungan yang memadai terhadap Hak Cipta diharapkan membawa keberhasilan pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

Hak Cipta juga mendorong pertumbuhan dan perkembangan dari ekonomi kreatif suatu negara. Sasaran perlindungannya yaitu tidak lain adalah hak eksklusif yaitu hak moral dan hak ekonomi. Apabila hak ekonomi dan hak moral teringkari atau dirampas oleh pihak yang tidak memiliki hak maka dapat mengurangi dan mengikis motivasi para Pencipta dan pemilik Hak Terkait untuk berkreasi.32

Meninjau tujuan WIPO dalam melindungi HKI yaitu sebagai upaya dalam mendorong kemajuan peradaban manusia sedangkan menurut Kamil

31 Widyo Pramono, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Hak Cipta Cipta (Cetakan Ketiga, Ed. 1, P.T. Alumni 2013), h. 74.

32 Penjelasan Umum Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(8)

19 Idris menyatakan HKI merupakan alat ampuh dalam mengupayakan pembangunan ekonomi dan penciptaan kesejahteraan. Pendapat lain juga menyatakan bahwa secara umum tujuan dari perlindungan HKI (yang pastinya di dalamnya termasuk hak cipta) adalah untuk memberi perlindungan hukum ekonomi maupun moral bagi pencipta, investor, disainer, atau para pemiliknya (termasuk pemilik merek, indikasi geografis, rahasia dagang, desain tata letak dan sirkuit terpadu, serta pemilik varietas tanaman) atas ciptaan, invensi dan disain mereka serta untuk memberikan penghargaan atas kerja atau sumbangan mereka bagi perkembangan ilmu pengetahuan, seni, sastra, ekonomi dan teknologi sehingga perlindungan ini dimaksudkan untuk mendorong inovasi, kreatifitas, perkembangan teknologi, penelitian dan pengembangan, termasuk kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.33

Berdasarkan uraian diatas kesimpulannya bahwa hak cipta memiliki peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangan pembangunan ekonomi pada suatu negara. Maka dengan adanya perlindungan hak cipta diharapkan dapat mewujudkan iklim yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan semangat dalam mencipta baik dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, dan mencakup pula program komputer yang semuanya itu kembali diperlukan bagi pembangunan nasional, kesejahteraan dari masyarakat, serta berupaya meminimalisir tindakan yang melanggar hak cipta.

3. Pelanggaran Hak Cipta

33 Yafet Yosafet Wilben Rissy, Memahami Rezim Kekayaan Intelektual Internasional dan Indonesia (Cetakan Pertama, Griya Media 2020), h. 10.

(9)

20 Pelanggaran hak cipta merupakan pemanfaatan ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta tanpa seizin pencipta atau pemegang hak cipta, yang melanggar hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta, seperti hak untuk memproduksi, mendistribusikan, menampilkan, atau memamerkan, atau membuat karya turunan. Pelanggaran hak cipta dapat berupa tindakan mengambil, mengutip, merekam, memperbanyak, ataupun mengumumkan sebagian atau seluruh ciptaan orang lain, tanpa izin dari pencipta atau pemegang hak cipta.

Berdasarkan pandangan dari Rehulina Tarigan pengertian dari pelanggaran hak cipta yaitu

“Pelanggaran-pelanggaran hak cipta tersebut dapat berupa mengkopi hasil karya cipta dari internet, baik berupa tulisan, music maupun film, dan menyebarluaskannya tanpa izin, menggunakan nama- nama dari orang terkenal ataupun perusahaan- perusahaan besar sebagaimana domain tanpa izin, dan berbagai bentuk pelanggaran lainnya.”34

Pelanggaran hak cipta sederhananya ditandai dengan suatu tindakan atau perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang hak cipta. Sedangkan kategori perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan tindakan-tindakan tersebut antara lain

- Pengumuman pendistribusian, komunikasi dan/atau perbanyakan Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan menurut sifatnya yang asli;

- Pengumuman dan/atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan

34 Helena Lamtiur Simangunsong, Budi Santoso, dan Anggita Doramia Lumbanraja,

‘Perlindungan Hak Cipta terhadap Pembajakan Karya Sastra Novel Versi E-Book di Tokopedia’

(2020) 13 (1) Notarius, h. 445.

(10)

21 dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali jika hak cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang- undangan maupun pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika ciptaan itu diumumkan, didistribusikan, dikomunikasikan dan/atau diperbanyak; atau

- Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

- Pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan/atau menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau Pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan tersebut.

- Penggandaan, Pengumuman, dan/atau Pendistribusian Potret Presiden, Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan Nasional, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian, dan/atau kepala daerah dengan memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan aturan.

Pasal 44-45 lebih lanjut menerangkan perbuatan agar tidak dianggap melanggar hak cipta juga ditinjau melalui syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan yaitu :

- Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan

(11)

22 kepentingan yang wajar dari pencipta;

- Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar pengadilan, ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.

- Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan tersebut bersifat komersial;

- Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang bersifat non komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;

- Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan;

- Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Sehingga terdapat batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan tertentu suatu karya ciptaan dapat dinyatakan tidak termasuk dalam kategori pelanggaran hak cipta.

Jenis-jenis dari pemanfaatan hak cipta secara ilegal atau pelanggaran hak cipta yaitu terdapat pelanggaran secara langsung, pelanggaran secara

(12)

23 tidak langsung, dan pelanggaran atas dasar kewenangan.35 Pelanggaran langsung (direct infringement) merupakan suatu tindakan yang melanggar hak cipta secara langsung adalah perbuatan yang melanggar hak eksklusif pencipta atas ciptaannya untuk memperbanyak atau memproduksi kembali, mengumumkan, dan menyewakan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak cipta atau hak terkait.36 Istilah pelanggaran langsung (direct infringement) tidak diterangkan secara eksplisit dalam Undang-undang Hak Cipta, akan tetapi secara tersirat atau pemaknaan secara implisit terkandung pada Pasal 2, 20, dan 49 Undang-undang Hak Cipta yaitu:

- Tanpa memiliki hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra;

- Tanpa memiliki hak memperbanyak dan mengumumkan suatu hasil potret;

- Tanpa memiliki hak memperbanyak atau menyewakan suatu karya sinematografi dan program komputer untuk suatu kepentingan komersial;

- Tanpa memiliki hak membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara/atau gambar pertunjukannya;

- Tanpa memiliki hak memperbanyak, menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi;

- Tanpa memiliki hak melakukan pertunjukan umum (public performance), mengkomunikasikan pertunjukan langsung (live performance), dan mengomunikasikan secara interaktif suatu karya

35 Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta (Copyright’s Law) (Citra Aditya Bakti, 2014), h.215- 220.

36 Ibid., h. 215-217

(13)

24 rekaman pelaku atau artis;

- Tanpa memiliki hak membuat, memperbanyak dan atau menyiarkan ulang karya siaran melalui transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik lainnya.

Bentuk pelanggaran kedua adalah Pelanggaran Tidak Langsung (indirect infringement) pada bidang hak cipta umumnya berkaitan dengan ciptaan yang merupakan hasil dari pelanggaran hak cipta atas ciptaan lain.

Poin pelanggaran tidak langsung ini adalah pelanggar mengetahui atau selayaknya mengetahui. Sederhananya pelanggaran hak cipta secara tidak langsung adalah suatu perbuatan yang secara tidak langsung ditujukan terhadap suatu ciptaan, tetapi perbuatan tersebut berakibat pada terjadinya pelanggaran hak cipta.37

Sebagai bentuk pelanggaran hak cipta ketiga adalah pelanggaran atas dasar kewenangan. Pelanggaran ini menekankan pada pihak-pihak yang dianggap memiliki kewenangan atas pelaksanaan pekerjaan dimana pelanggaran hak cipta terjadi dengan orientasi terjadinya tanggung gugat.

Dalam praktik penegakan hukum hak cipta, pihak lain yang tidak secara langsung melakukan pelanggaran juga dapat dikenakan pertanggungjawaban hukum sebagai pelaku yaitu dalam hal pemberian bantuan atau turut serta melakukan tindak pidana.38

Pelanggaran Hak Cipta di era globalisasi atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya ditemukan secara konvensional saja tetapi pada era ini merambah hingga dunia maya seperti penjualan barang

37 Ibid., h. 220.

38 Ibid., h. 217-219

(14)

25 yang melanggar hak cipta bajakan di marketplace online. Contohnya pelanggaran hak cipta atas buku.

4. Hak Cipta Buku dan Pelanggaran Hak Cipta Buku di Marketplace Online

Buku merupakan salah satu bentuk dari karya tulis. Karya tulis yaitu suatu ciptaan atau karya intelektual dari manusia yang dinyatakan dalam bahasa dan atau dengan tanda baca tertentu.39 Sedangkan buku adalah penerbitan suatu karya tulis dan/atau disertai gambar dalam bentuk halaman, dijilidkan, dan biasanya diproduksi dalam jumlah eksemplar tertentu.40

Buku sebagai karya intelektual yang sudah menjadi perhatian perlindungan atas kekayaan intelektual manusia sejak dahulu. Buku dianggap menjadi karya ciptaan yang unik dan memiliki fungsi yang positif yaitu sebagai media/perantara, milik, pencipta suasana, dan sumber kreativitas.41 Tahapan menerbitkan buku juga tidak singkat banyak pihak yang berperan pada pembuatan buku mulai dari pencipta karya, penerbit, penyunting, hingga percetakan terlibat dalam menghasilkan buku. Buku harus dilindungi karena buku menandakan kekayaan intelektual pencipta yang memiliki arti ekonomis dan arti penting bagi pembangunan spiritual dan material bangsa.42

Gagasan perlindungan terhadap buku pertama kalinya yaitu pada tahun 1709 didasari dengan berkembang pesatnya industri buku pada abad ke-16 di Inggris yang mendorong sikap progresif pemerintah untuk

39 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta (Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Alumni 2005), h. 155.

40 Ibid., h.156

41 Ibid., h.153

42 Ibid., h.155

(15)

26 menciptakan kepastian hukum melalui suatu peraturan yaitu Statue of Anne 1709 (peraturan ini dijelaskan sebagai Undang-Undang Hak Cipta pertama) yang melahirkan hak eksklusif terhadap penulis atau pengarang.43 Sedangkan sebagai perkembangan sejarah buku sebelumnya sudah terdapat peraturan yang mengatur di zaman Belanda dan menjadi karya ciptaan yang dilindungi di Indonesia yaitu di dasari dengan amanah Konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dikarenakan buku menjadi media pengetahuan dan wawasan maka Tap MPR dilanjutkan pada arahan GBHN 1993 buku telah menjadi karya ciptaan yang dilindungi. Sebagai hukum positif yang saat ini berlaku yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014.44

Berdasarkan Pasal 40 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan buku merupakan ciptaan yang dilindungi, akan tetapi penegakan atas tindakan pelanggaran dari Hak Cipta yang merampas hak eksklusif dari pencipta masih lemah. Pelanggaran terus merambah hingga di marketplace online.

Berkaitan dengan pembajakan sebagai tindak pelanggaran hak Cipta Osgar di dalam jurnalnya menjelaskan awal permasalahan pembajakan melalui contoh ciptaan karya tulis sistemnya menggunakan metode mengetik ulang dan mencetak buku yang akan dibajak atau menggunakan mesin fotocopy, dengan tahapan berikutnya yang berkembang saat ini menggunakan scanner. Karya tulis yang akan dibajak tinggal di scan lalu diolah dengan program OCR (Optical Character Recognition) dan

43 Ibid., h.158

44 Ibid., h.153

(16)

27 penjualannya bisa dilakukan dengan dua acara, dalam bentuk buku elektronik yang kemudian dimasukkan ke dalam CD dan bentuk buku cetak.45 Lebih lanjut diterangkan oleh Osgar pembajakan apabila dibiarkan, maka akan menimbulkan dampak negatif pada pengembangan perekonomian Indonesia. Lingkup sempitnya akan berdampak pada aktivitas dan semangat pengarang yang tidak mau berkarya kembali.

Pembajakan yang terus meningkat menjadikan penulis kehilangan minat dalam menulis. Undang-Undang Hak Cipta tidak memperkenankan perbuatan pengambilan, pengutipan tanpa izin dari pencipta karena tigal hal yakni: merugikan pencipta/pemegang hak cipta, misalnya mem-fotocopy sebagian atau seluruhnya ciptaan orang lain kemudian diperjualbelikan kepada masyarakat luas. Hal tersebut dikategorikan dalam tindakan merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan serta bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

Salah satu pelanggaran hak cipta adalah pembajakan buku. Pada era teknologi berkembang pesat ini pembajakan buku tidak ditemui hanya di tempat atau toko tapi merambah hingga marketplace online. Pelanggaran Hak Cipta atas buku di dalam marketplace online menjualkan buku baik buku cetak menggunakan peristilahan non-original atau kw, harga murah tapi tak wajar karena melebihi diskon, dan kertas buram atau book paper tanpa memperoleh izin dari pencipta. Pada lapaknya di suatu marketplace online menyatakan tetap sama dengan original hanya kualitas saja yang

45 Osgar Sahim Matompo, Osgar Sahim Matompo, ‘Perlindungan Hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual atas Pembajakan di Indonesia’ (2018) 2 (1) Legal Standing Jurnal Ilmu Hukum, h. 110.

(17)

28 berbeda namun sangat layak untuk dibaca. Peristilahan tersebut memang tidak dijelaskan secara langsung di dalam Undang-Undang Hak Cipta merupakan kategori tindakan pembajakan yang melanggar hak cipta.

Meninjau lebih dalam unsur hasil penggandaan dimaksud secara luas dan peristilahan yang dibuat-buat tersebut telah melanggar hak eksklusif dari pencipta yaitu hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan, penggunaan peristilahan tersebut disertai kualitas buku yang direduksi telah melanggar hak moral dari pencipta selaku penulis buku. Pelanggaran hak cipta buku secara umum ditemukan saat ini, diungkapkan oleh Authors Guild yaitu

(1) the sale or free distribution of unauthorized ebooks through online marketplace and, most commonly, through websites devoted to piracy, (2) the sale of physical pirated books through online marketplace, and (3) the recent “book- selling scams” that involve either trademark counterfeiting, copyright piracy, or both: “author doppelganging,” “title cloning,” cut-and-paste plagiarism, and other rip-offs—

which are perpetrated in online marketplaces like Amazon, eBay and Google (see July 26, 2019 LA Times op-ed “Online Book-Selling Scams Steal a Living from Writers” by Authors Guild President Doug Preston describing these practices.)46

C. Tinjauan mengenai Marketplace Online

Pelanggaran hak cipta seperti pembajakan telah merambah hingga marketplace online. Pembedahan makna marketplace dan online merupakan kata serapan asing yang memiliki makna Marketplace yaitu suatu tempat atau pasar dan online memiliki makna secara daring (dalam jaringan). Sehingga marketplace online yaitu suatu tempat atau sebagai wadah pada suatu jaringan yaitu banyak pihak berkumpul untuk melakukan proses transaksi jual beli, ada pihak yang ingin

46 The Authors Guild, Comments of the Authors Guild, Inc.about The State of Counterfeit and Pirated Goods Trafficking and Recommendations (Document No. 2019-14715) h.2, diakses https://www.authorsguild.org/wp-content/uploads/2019/09/Authors-Guild-Comments.DOC- Counterfeiting-1.pdf pada 27 April 2022 pukul 15.20 WIB.

(18)

29 membeli suatu barang dan ada pihak lain yang sedang menjual barang melalui suatu jaringan. Contoh marketplace online yang berkembang di Indonesia antara lain seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada.

Berdasarkan pasal 1 angka 6a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan Marketplace Online termasuk ke dalam penyelenggara sistem elektronik.

Pengertian tersebut juga terdapat pada pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan melalui Sistem Elektronik. Marketplace Online ini diibaratkan sebagai fasilitator dalam menyediakan ruang dan tempat secara legal bagi para penjual dan para pembeli secara online (dalam jaringan). Unsur-unsur yang terlibat dalam marketplace online antara lain :

- Pengelola Marketplace Online

Sebagai tempat dalam suatu jaringan para penjual dan para pembeli berkumpul marketplace online sebagai suatu sistem secara online, pengelola merupakan pihak yang menyediakan dan mengelola suatu platform atau aplikasi marketplace online dengan memiliki kewajiban untuk selalu memperbaharui sistem marketplace online yang dikelolanya. Tujuannya yaitu dalam memenuhi kemudahan dalam bertransaksi, meningkatkan fitur layanan yang disediakan ataupun perlindungan dari serangan virus, hacker, hingga suatu tindakan yang dapat mengganggu jalannya transaksi jual beli.

- Penjual atau Merchant

Komponen yang memiliki wujud berupa pemilik toko online bersangkutan

(19)

30 atau sejumlah pelaku usaha yang telah terdaftar dan berjualan di marketplace online.

- Konsumen atau Pembeli

Komponen yang memiliki peran penting atau krusial dalam transaksi jual beli, sebagai individu atau badan yang memerlukan sesuatu dengan mencari dan membeli suatu barang atau benda, dalam hal ini melalui marketplace online.

- Teknologi

Teknologi mencakup semua teknologi informasi terkini yang digunakan di dalam jalannya kegiatan transaksi online. Dimulai dari teknologi web, aplikasi mobile, keamanan transaksi, dukungan cloud computing, ERP (Enterprise Resource Planning), CRM (Customer Relationship Management), POS (Point Of Sale), dukungan kurs mata uang dan bahasa seluruh negara di dunia, Geographic Information System (GIS), Near Field Communication (NFC), dan sebagainya.

- Jaringan Komputer atau Internet

Ketersediaan jaringan komputer, khususnya internet merupakan kemampuan sinyal dalam gawai atau melalui komputer/PC. Sehingga mampu melayani seluruh pengguna di seluruh dunia.

Mengutip Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-commerce, proses transaksional terdiri dari tiga tahap antara lain :

- Proses Bisnis Jasa Penyediaan Tempat dan/atau Waktu

a) Merchant melakukan pendaftaran dan memberikan persetujuan atas yang ditetapkan oleh pengelola marketplace online.

b) Pengelola marketplace online melakukan verifikasi, menyetujui

(20)

31 permohonan pendaftaran dan menerbitkan invoice atas Monthly Fixed Fee (bisa gratis).

c) Merchant melakukan pembayaran atas monthly fixed fee melalui rekening pengelola marketplace online (proses ini hanya terjadi pada marketplace online berbayar)

d) Pengelola marketplace online menyediakan tempat dan/atau waktu kepada merchant untuk memajang konten (teks, grafik, video penjelasan, informasi, dan lain-lain) barang dan/atau jasa dan melakukan penjualan di website marketplace online.

- Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa

a) Merchant menawarkan barang dan/atau jasa yang akan dijual dengan mengunggah data dan/atau informasi terkait barang dan/atau jasa yang akan dijual di website marketplace online.

b) Pengelola marketplace online melakukan verifikasi dan menampilkan data dan/atau informasi terkait barang dan/atau jasa yang akan dijual di website marketplace online (umumnya akan dilakukan sistem website marketplace online secara otomatis).

c) Pembeli melakukan pemesanan di toko merchant melalui website marketplace online. Untuk memesan barang dan/atau jasa di Mall website marketplace online, beberapa pengelola marketplace online mensyaratkan pembeli untuk mendaftarkan diri.

d) Pengelola marketplace online mengeluarkan rincian transaksi beserta jumlah yang harus dibayar oleh pembeli ke toko merchant melalui website marketplace online.

(21)

32 e) Pembeli melakukan pembayaran melalui escrow account yang telah ditetapkan oleh pengelola marketplace online, pembayaran dapat dikirim pembeli secara langsung kepada merchant apabila pengelola marketplace online tidak menyediakan fasilitas escrow account.

f) Pengelola marketplace online melalui website marketplace online menyampaikan notifikasi kepada merchant untuk melakukan pengiriman barang dan/atau jasa kepada pembeli.

g) Merchant melakukan pengiriman barang dan/atau jasa kepada pembeli, baik dengan menggunakan fasilitas pengiriman sendiri atau melalui penyedia jasa pengiriman. Selanjutnya, merchant juga mengirimkan notifikasi kepada pengelola marketplace online untuk memberitahu bahwa merchant telah melakukan pengiriman barang dan/atau jasa kepada Pembeli.

- Proses Bisnis Penyetoran Hasil Penjualan kepada Merchant oleh Pengelola Marketplace Online

a) Pengelola marketplace online menyetor hasil penjualan kepada merchant melalui rekening yang telah ditetapkan oleh merchant.

b) Jumlah yang disetor oleh pengelola marketplace online kepada merchant adalah sebesar nilai transaksi dan dapat dikurangi dengan per Sale Fee, Point Fee, serta tagihan lainnya apabila ada.

c) Periode penyetoran hasil penjualan oleh pengelola marketplace online kepada merchant adalah sesuai dengan isi perjanjian.

D. Konsep Pertanggungjawaban Hukum

Verantwoordelijk atau di dalam Bahasa Indonesia tanggung jawab adalah

(22)

33 kewajiban dalam memikul pertanggungjawaban hingga memikul kerugian (apabila dituntut atau sebaliknya) baik secara hukum atau administrasi.47 Pendapat lain menyatakan tanggung jawab adalah keadaan cakap menurut hukum baik orang atau badan hukum, serta memiliki kemampuan menanggung kewajiban yang telah dilakukan.48 Menurut Hans Kelsen dalam teorinya mengenai tanggung jawab hukum menjelaskan bahwa:

“Seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan.”49

Tanggung jawab dalam kamus hukum dapat diistilahkan sebagai liability50 dan responsibility, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.51

Terdapat beberapa prinsip dari tanggung jawab yaitu prinsip kesalahan (liability based on fault), praduga selalu bertanggung jawab (presumption of liability), praduga selalu tidak bertanggung jawab (presumption of non liability), tanggung jawab mutlak (strict liability), ataukah pembatasan tanggung jawab

47 Ni Nyoman Ayu Ratih Pradnyani, Tanggung Jawab Hukum dalam Penolakan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (Scopindo Media Pustaka 2005), h. 6.

48 Ibid., h. 7

49 Rahman Syawal Rusman, ‘Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak Merek dalam Perdagangan Elektronik di Marketplace (Platform)’ (2020) Procceding: Call for Paper 2nd National Conference on Law Studies: Legal Development Towards A Digital Society Era, NCOLS, ISBN : 978-979-3599-13-7, h. 176.

50 Ibid., h. 176

51 Ibid., h. 176

(23)

34 (limitation of liability).52

Pertanggungjawaban Hukum Marketplace Online yaitu di dalam Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu: Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya; kedua penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya, dengan ketentuan pada ayat ketiga mengenai ayat kedua tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.

Akan tetapi berkaitan dengan aspek pertanggungjawaban juga dapat ditinjau dari Pasal 1367 KUHPerdata berbunyi

“orang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan dari orang-orang, untuk mana kita bertanggung gugat atau untuk benda-benda yang ada dibawah pengawasan kita”.

Marketplace online dalam hal ini sama dengan orang sebagai subyek hukum karena marketplace online merupakan suatu badan hukum yang dapat dikenakan tanggung gugat oleh perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anggota bagiannya atau organ-organ yang melakukan suatu kewajiban. Marketplace online yang bertanggung jawab atas keseluruhan isi informasi selain diatur dalam peraturan perundang-undangan didasarkan pada beberapa teori antara lain:

- Teori Culpa in Eligendo yaitu berkaitan dalam pemilihan dan seleksi awal

52 Samuel Evan, ‘Tinjauan Bentuk Pertanggungjawaban PT TOKOPEDIA selaku Marketplace dalam Rangka Menyediakan Sistem Elektronik yang Andal dan Aman berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo. Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik’ (2020), 3 (2) Jurnal Hukum Adigama,h.423

(24)

35 karyawan yang dapat diartikan sebagai penjual atau merchant menjadi bagian penting dalam keberlangsungan transaksi di marketplace online, - Teori Mengambil Untung.

Marketplace Online turut memikul kerugian dikarenakan telah mengambil untung dari adanya transaksi jual beli online,

- Teori Kesatuan dalam Rumah Tangga atau Perusahaan.

Marketplace online dalam hal ini menjadi pemimpin sekaligus mengawasi dalam transaksi jual beli online selayaknya dapat dituntut untuk perbuatan- perbuatan yang bekerja dibawah marketplace online tersebut.53

Perihal pertanggungjawaban hukum pidana, menurut Pasal 23 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi diatur berdasarkan pada masing-masing Undang-Undang terkait pada Pasal yang mengatur mengenai ancaman pidana.

Didasarkan Pasal 25 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan perkara Tindak Pidana oleh Korporasi disebutkan bahwa Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap Korporasi adalah pidana denda. Ketentuan tersebut menjelaskan marketplace online tergolong sebagai Korporasi maka pidana yang dapat dikenakan kepada marketplace online jika terbukti bersalah ialah berupa denda.

E. Konsep mengenai Upaya Hukum dan Hukum Acara

Upaya Hukum dalam bahasa Belanda yaitu rechtsmiddel, yang memiliki

53 Maria Bertha Ismulyani Tambuwun, Sari Mandiana, Joshua Evandeo Irawan, ‘Analisis Pertanggungjawaban Hukum Marketplace selaku Penyedia Tempat Perdagangan Online terkait Penjualan Produk Tiruan yang Melanggar Kekayaan Intelektual’ (2022), 9 (1) Jurnal Gema Aktualita, h.88.

(25)

36 makna upaya atau suatu tindakan yang telah diberikan oleh hukum (dalam arti sempit yaitu undang-undang) kepada seseorang untuk dalam suatu hal atau kondisi tertentu melawan putusan hakim. Umumnya sebelum mengarah dalam upaya hukum, seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahannya atau sengketanya dapat melalui pengadilan (litigation) ataupun non-pengadilan (non litigation).

Sebagai upaya penyelesaian sengketa dalam Hak Cipta yaitu terdapat salah satu upaya penyelesaian sengketa melalui luar pengadilan. Upaya hukum yang dilakukan dengan penyelesaian sengketa di luar pengadilan atas pelanggaran hak cipta yang terjadi pada platform digital umumnya adalah diselesaikan dengan pemegang hak cipta mengajukan take down terhadap ciptaannya yang telah diunggah tanpa hak oleh seseorang di platform digital.54

Tata cara permohonan take down dalam pelanggaran hak cipta berbeda-beda pada tiap platform digital dalam perlengkapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, hal ini tergantung dalam ketentuan masing-masing platform digital sesuai dengan kebijakan didalamnya (bisa diberikan upaya take down contoh Shopee, Tokopedia, Alibaba Group). Contoh kebijakan di Tokopedia apabila terdapat pelanggaran Hak Cipta atau menemukan adanya konten penawaran produk yang menggunakan hasil ciptaan seseorang tanpa hak, termasuk pada: (i) menggunakan foto milik; (ii) penjualan buku ciptaan tanpa izin; (iii) penjualan software ciptaan tanpa izin; (iv) dan bentuk pelanggaran hak cipta lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Maka untuk jenis pelaporan berkaitan pelanggaran hak cipta atau poin tersebut yaitu wajib melampirkan bukti bahwa

54 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Modul Kekayaan Intelektual Hak Cipta (2020), h. 58

(26)

37 konten penawaran produk yang dilaporkan tersebut melanggar Hak Cipta pemilik hak cipta seperti :

- Surat Pencatatan Ciptaan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual;

- Bukti kepemilikan ciptaan (surat pernyataan, surat kuasa, bukti pengalihan, dan sebagainya);

- Perjanjian dengan penerbit buku; dan bukti pendukung lainnya.55

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 upaya penyelesaian sengketa untuk pelanggaran hak cipta yaitu dapat melalui penyelesaian sengketa alternatif, arbitrase, dan pengadilan (Pasal 95 ayat 1). Ayat 2 dan 3 lebih lanjut menjelaskan sebagai upaya penyelesaian sengketa Hak Cipta melalui pengadilan yang dimaksud yaitu Pengadilan Niaga yang berwenang menanganinya bukan pengadilan lainnya. Pada ayat 4 juga dijelaskan sebagai langkah penyelesaian sengketa hak cipta harus melalui mediasi sebelum melaksanakan tuntutan pidana dikecualikan untuk tindakan pembajakan.

Penyelesaian sengketa atas pelanggaran hak cipta terdapat satu penyelesaian yang sedikit berbeda yaitu menjadikan satu kesatuan atau menggabungkan proses perdata yang berkaitan dengan ganti rugi ke dalam putusan perkara tindak pidana.

Mekanisme yang diterangkan dalam Pasal 96 ayat 1 dan 2 disebut juga sebagai mekanisme penyelesaian melalui ganti rugi dalam proses atau tuntutan pidana.56 Mekanisme penggabungan perkara memang diperbolehkan di dalam Pasal 98 ayat 1 dan 2 KUHAP, dengan catatan suatu perkara ditangani oleh Pengadilan Negeri dan Hakim yang sama dan memiliki wewenang dalam melaksanakan dan

55 Terms of Tokopedia

56 Yafet Yosafet Wilben Rissy, Memahami Rezim Kekayaan Intelektual Internasional dan Indonesia (Cetakan Pertama, Griya Media 2020), h. 81.

(27)

38 menetapkan penggabungan suatu perkara57. Meninjau kompetensi mengadili pada suatu pengadilan dari suatu pelanggaran Hak Cipta yang termasuk dalam Hak Kekayaan Intelektual, berkaitan gugatan perdata HKI merupakan kewenangan dari Pengadilan Niaga sedangkan berkaitan tuntutan pidana merupakan kewenangan dari Pengadilan Negeri maka Pasal 98 ayat 1 dan 2 KUHAP ini tidak dapat dilaksanakan untuk perkara berkaitan Hak Cipta.58 Mekanisme ini dapat dianggap tetap berjalan dengan ketentuan Pasal 96 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 yaitu dengan syarat yang harus terpenuhi pihak yang paling dirugikan misal pencipta atau penulis buku mengadu dan menjelaskan kepada penyidik disertai bukti yang cukup. Sehingga uraian dari Jaksa Penuntut Umum dapat lengkap dan relevan yang akan membawa Majelis Hakim dapat memeriksa, mengadili, dan menghasilkan putusan yang sesuai termasuk jumlah ganti rugi yang didapatkan.59

Sedangkan sebagai upaya hukum yang dapat dilakukan menurut hukum acara di Indonesia.Untuk upaya hukum dalam Hukum Acara Perdata.Hukum Acara Perdata merupakan yaitu terbagi menjadi 2 yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.60 Upaya hukum biasa dalam Pasal 102 ayat 1-5 pada suatu putusan Pengadilan Niaga atas sebuah gugatan hanya menyediakan upaya hukum kasasi tanpa melalui upaya hukum banding yang diajukan paling lama 14 hari sejak diumumkan putusan dalam sidang terbuka atau diberitahukan pada

57 Ibid., h. 95.

58 Ibid., h. 96

59 Ibid., h. 96

60 Iskandar Oeripkartawinata, ‘Upaya-Upaya Hukum yang dapat digunakan oleh Pencari Keadilan menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia’ (1981), 11 (5), Jurnal Hukum dan Pembangunan, h. 443.

(28)

39 seluruh pihak.61 Sedangkan sebagai upaya hukum luar biasa, sebagai contoh upaya hukum peninjauan kembali (PK) tidak dijelaskan lebih lanjut pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta akan tetapi upaya hukum ini tetap dapat ditempuh dan dilaksanakan apabila para pihak memandang upaya hukum peninjauan kembali (PK) dianggap perlu dan dapat memenuhi syarat dan ketentuan prosedur dalam melaksanakan peninjauan kembali (PK) berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku yaitu Hukum Acara Perdata.62

61 Yafet Yosafet Wilben Rissy, Memahami Rezim Kekayaan Intelektual Internasional dan Indonesia (Cetakan Pertama, Griya Media 2020), h. 88.

62 Ibid., h.99

Referensi

Dokumen terkait

Secara definisi, sebuah tabel berada pada bentuk normal ketiga (3NF) jika tabel sudah berada pada 2NF dan setiap kolom yang bukan kunci tidak tergantung secara transitif pada

a) Sirkulasi udara, ruangan yang lembap perlu ditambahkan ventilasi udara ataupun AC untuk memenuhi kebutuhan udara segar di dalam ruangan. b) Kondisi bangunan yang

Hasil dari penelitian ini yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan variabel ini mempunyai signifikan terhadap Investasisaham.aspek manufaktur Secara parsial

Berdasarkan hasil tinjauan pada penelitian sebelumnya terdapat kesamaan yaitu untuk meningkatkan pelayanan guna untuk memenuhi kepuasan pelanggan, namun yang menjadi

(c) Kesimpulan, (d) Tindak lanjut; (7) dokumen laporan, minimal mencakup:(a) Pendahuluan sampai dengan metodelogi relatif sama dengan proposal penilitian (ada penyesuaian),

Dasar hukum pelaksanaan program penyediaan jasa akses telekomunikasi perdesaan KPU/USO Tahun 2009 umumnya juga mengacu kepada beberapa peraturan perundang-undangan yang

Ketiga, penerapan Asas Unus Testis Nullus Testis dalam perkara Nomor 48/Pid.Sus/2017/PN.Plg yang terbagi dengan deskripsi perkara nomor 48/Pid.Sus/2017/PN.Plg yang di

Oleh karena itu, jika ditinjau dari konvensi ekspresinya, sastra kitab mempunyai ciri-ciri yang khusus yang meliputi struktur penyajian, gaya penyajian, pusat penyajian,