• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

AHMAD FAUZAN NIM: 1113051000135

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1438 H. / 2017 M.

▸ Baca selengkapnya: pidato tentang berbakti kepada orang tua dan guru beserta hadisnya

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

Ahmad Fauzan

Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit

Film merupakan salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan termasuk pesan-pesan dakwah. Dakwah melalui film dinilai efektif mempengaruhi masyarakat karena bersifat audio visual dan dikemas dalam bentuk cerita. Salah satu permasalahan yang ada saat ini ialah kurangnya moral manusia untuk berbakti kepada orang tua. Film Tendangan dari Langit merupakan salah satu film yang memuat pesan dakwah khususnya berbakti kepada kedua orang tua.

Hanung Bramantyo mampu menyelipkan pesan tersebut dalam film yang menceritakan perjuangan seorang anak dalam menggapai impiannya menjadi pesepakbola. Film ini pun sukses masuk nominasi empat besar film terbaik tahun 2011 pada ajang Festival Film Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaannya ialah bagaimana wacana pesan berbakti kepada kedua orang tua dalam film Tendangan dari Langit dilihat dari level teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk. Van Dijk membagi tiga level pembentuk wacana yakni teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Level teks melihat bagaimana struktur teks membentuk wacana yang terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Kognisi sosial melihat bagaimana pembuat teks dalam hal ini penulis skenario memahami dan memaknai suatu peristiwa. Konteks sosial melihat wacana yang berkembang di masyarakat.

Hasil penelitiannya ialah dari level teks, berbakti kepada kedua orang tua digambarkan melalui beberapa adegan di antaranya saat Wahyu membantu ayahnya berjualan, pamit saat bepergian, bersikap lemah lembut terhadap orang tua serta memberikan ayahnya kuda dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak bola. Bahasa yang digunakan ialah bahasa sehari-hari dan juga bahasa Jawa. Dari level kognisi sosial, Fajar Nugros selaku penulis skenario mendekatkan Wahyu sebagai tokoh utama kepada dirinya. Fajar berasal dari daerah yakni Jogja sedangkan Wahyu dari Malang yang sama-sama berjuang menggapai cita-cita.

Dari level konteks sosial, banyaknya anak yang lupa dengan orang tua ketika sudah sukses dan banyaknya orang tua yang melarang bakat dan impian anaknya dalam sepak bola membuat film ini hadir untuk menjawab permasalahan tersebut dan untuk mengingatkan setiap orang agar jangan lupa dengan kedua orang tua.

Film Tendangan dari Langit memuat pesan berbakti kepada kedua orang tua. Pesan tersebut di antaranya ialah seorang anak hendaknya selalu bersikap lemah lembut terhadap orang tuanya sekalipun mereka berlaku kasar. Selalu pamit saat bepergian, taat dan membantu urusan orang tua. Mensedekahkan harta kepada orang tua dan selalu ingat ibu yang menimang ketika masih kecil.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, dan kasih sayang- Nya yang senantiasa diberikan kepada hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan syafaatnya kelak.

Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 5 bulan, Alhamdulillah skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama menyelesaikan skripsi ini, baik dalam diri penulis smaupun faktor lainnya. Namun atas izin Allah SWT, semua hambatan dan rintangan dapat diatasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat dilepaskan dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing penulis. Terima kasih

(7)

vi

banyak atas bimbingan dan masukan-masukannya kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

3. Bapak Drs. Masran, MA dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku dosen penasihat akademik kelas KPI C. Terima kasih atas bimbingan dan segala masukannya.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

6. Segenap pimpinan hingga seluruh staf tata usaha Fakultas Ilmu Dawah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

7. Segenap pimpinan hingga seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan juga Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam pencarian bahan penulisan skripsi.

8. Ayahanda tercinta, Bapak Sutrisno, BA dan almarhumah ibu tercinta, Ibu Nurhayati dan juga ibu penulis saat ini, Ibu Nurjanah, S.Ag. Terima kasih atas doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya yang tak pernah lelah dan tak henti-henti diberikan kepada penulis.

9. Kakak-kakak saudara kandung penulis, Febrian Kurnia Akbar, SE dan juga Ahmad Yanuar Dwi Tama, S.Sy. Adik penulis, Muhammad Said

(8)

vii

Ibroohiim, kakak ipar penulis, Siti Nuryanti dan juga seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih atas segala masukan, do’a, dukungan dan motivasinya.

10. Bapak Fajar Nugros selaku Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit dan juga ibu Susanti Dewi beserta seluruh kru Demi Istri Production yang telah meluangkan waktunya untuk wawancara dan melengkapi data penulis.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan KPI angkatan 2013, khususnya kelas KPI C yang setia memilih kelas C dari awal hingga akhir semester. Terima kasih atas kerja sama serta dukungannya.

12. Keluarga besar DNK TV yang telah memberikan ilmu serta pengalaman- pengalaman dalam memproduksi suatu program selama kurang lebih tiga tahun masa jabatan.

13. Teman-teman KKN BETTER beserta seluruh masyarakat Desa Daru.

Terima kasih atas pengalaman berharga yang telah diberikan selama satu bulan penuh saat pelaksanaan KKN.

14. Nur Asiah Aisyah Zaldi. Terima kasih telah menjadi penyemangat, memberikan doa, dukungan dan tak pernah lelah menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini dan penulis terbuka atas saran dan kritik membangun dari semua pihak.

Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang penulis lakukan baik yang

(9)

viii

disengaja maupun tidak sengaja. Dengan segala hormat, penulis persembahkan skripsi yang berjudul “ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT”.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik dari segi akademis maupun praktis.

Jakarta, 21 Agustus 2017

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Fokus dan Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Metodologi Penelitian ...7

F. Penelitian Terdahulu ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

A. Analisis Wacana ... 16

B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ... 20

1. Teks ... 22

2. Kognisi Sosial ... 25

3. Konteks Sosial ... 26

C. Film ... 26

1. Definisi Film ... 26

2. Klasifikasi Film ... 27

3. Jenis-jenis Film ... 31

4. Struktur Film ... 33

5. Unsur-Unsur Film ... 34

D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua... 36

(11)

x

1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua ... 36

2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua... 38

3. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Kedua Orang Tua ... 41

BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI LANGIT ... 43

A. Sinopsis Film Tendangan dari Langit ... 43

B. Keunggulan Film Tendangan dari Langit ... 44

C. Riwayat Sutradara Film Tendangan dari Langit ... 45

D. Riwayat Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit ... 47

E. Riwayat Pemain Film Tendangan dari Langit ... 48

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit dilihat dari Teks ... 53

1. Struktur Makro (Tematik) ... 53

2. Superstruktur (Skematik) ... 65

3. Struktur Mikro ... 72

B. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit dilihat dari Kognisi Sosial ... 89

C. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit dilihat dari Konteks Sosial ... 92

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 102

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Elemen Wacana Van Dijk ... 21

Tabel 4.1 Berbakti kepada Ayah ... 54

Tabel 4.2 Berbakti kepada Ayah ... 55

Tabel 4.3 Berbakti kepada Ayah ... 57

Tabel 4.4 Berbakti kepada Ibu ... 59

Tabel 4.5 Berbakti kepada Ibu ... 61

Tabel 4.6 Cinta Orang Tua terhadap Anak ... 62

Tabel 4.7 Cinta Orang Tua terhadap Anak ... 63

Tabel 4.8 Cinta Orang Tua terhadap Anak ... 64

Tabel 4.9 Opening Bill Board ... 66

Tabel 4.10 Opening Scene ... 67

Tabel 4.11 Conflict Scene ... 68

Tabel 4.12 Anti Klimaks ... 70

Tabel 4.13 Ending ... 71

Tabel 4.14 Stilistik ... 81

Tabel 4.15 Grafis ... 84

Tabel 4.16 Metafora ... 86

Tabel 4.17 Ekspresi ... 88

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Hanung Bramantyo ... 46

Gambar 3.2 Fajar Nugros ... 47

Gambar 3.3 Yosie Kristanto ... 49

Gambar 3.4 Sudjiwo Tedjo ... 50

Gambar 3.5 Yati Surachhman ... 51

Gambar 3.6 Agus Kuncoro ... 52

Gambar 4.1 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ... 54

Gambar 4.2 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ... 55

Gambar 4.3 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ... 57

Gambar 4.4 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ... 57

Gambar 4.5 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah... 57

Gambar 4.6 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu... 59

Gambar 4.7 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu... 60

Gambar 4.8 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu... 61

Gambar 4.9 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ... 62

Gambar 4.10 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ... 63

Gambar 4.11 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ... 64

Gambar 4.12 Opening Bill Board ... 66

Gambar 4.13 Opening Scene ... 67

Gambar 4.14 Conflict Scene ... 68

Gambar 4.15 Conflict Scene ... 68

Gambar 4.16 Conflict Scene... 68

Gambar 4.17 Conflict Scene ... 69

Gambar 4.18 Conflict Scene ... 69

Gambar 4.19 Conflict Scene... 69

Gambar 4.20 Anti Klimaks ... 70

Gambar 4.21 Ending ... 71

Gambar 4.22 Stilistik ... 81

Gambar 4.23 Stilistik ... 81

Gambar 4.24 Stilistik ... 82

(14)

xiii

Gambar 4.25 Stilistik... 82

Gambar 4.26 Stilistik ... 83

Gambar 4.27 Stilistik... 83

Gambar 4.28 Grafis ... 84

Gambar 4.29 Grafis ... 85

Gambar 4.30 Metafora ... 86

Gambar 4.31 Metafora ... 86

Gambar 4.32 Metafora ... 87

Gambar 4.33 Ekspresi ... 88

Gambar 4.34 Ekspresi... 87

Gambar 4.35 Ekspresi... 88

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan.

Dalam komunikasi, pesan disampaikan melalui media oleh komunikator kepada komunikan. Melalui film, pesan-pesan dapat disampaikan secara efektif oleh pembuat film seperti sutradara, penulis skenario dan tim produksi lainnya. Film biasanya diperankan oleh aktor-aktor ternama yang dapat menarik khalayak untuk menontonnya.

Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku dan emosi yang dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus dengan mata dan telinga baik di ruang yang gelap maupun terang.1

Sebagai salah satu media audio visual, film dapat menjadi media yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat.

Dakwah melalui film lebih komunikatif dibandingkan dengan media lainnya.

Materi dakwah di dalam film diproyeksikan dalam skenario film yang menyentuh dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.2 Film dapat menjadi media dakwah yang efektif karena dibuat dengan pendekatan seni budaya berdasarkan kaidah sinematografi. Pesan dakwah dalam film

1 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, cet ke-5), h. 84.

2 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif;Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 39.

(16)

2

disajikan dalam bentuk cerita sehingga memiliki daya pengaruh yang besar kepada penontonnya.3

Di Indonesia, banyak sekali film yang hanya bertemakan hiburan dan tidak mengedukasi masyarakat. Film bertema kisah cinta remaja, film yang menampilkan pergaulan bebas, film bergenre horror yang mengumbar aurat dan adegan-adegan dewasa merupakan film yang diproduksi hanya untuk meraih keuntungan dan penonton yang sebanyak-banyaknya. Film ini beberapa kali hadir di industri perfilman Indonesia dan membawa dampak negatif terhadap masyarakat. Walau begitu, tidak semua film di Indonesia tidak mendidik. Beberapa film bersifat edukatif dan memiliki nilai-nilai religius di dalamnya termasuk berbakti kepada kedua orang tua.

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban dari setiap orang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 23-24 yang berbunyi:

ِلا َوْلاِب َو ُهاَّيِإ َّلاِإ ْاوُدُبْعَت َّلاَأ َكُّبَر ىَضَق َو َكَدنِع َّنَغُلْبَي اَّمِإ اًناَسْحِإ ِنْيَد

َرَبِكْلا

o اًم ي ِرَك ًلا ْوَق اَمُهَّل لُق َو اَمُه ْرَهْنَت َلا َو ٍّ فُأ اَمُهَّل لُقَت َلاَف اَمُهَلاِك ْوَأ اَمُهُدَحَأ ٍِّبَّر لُق َو ِةَمْحَّرلا َنِم ٍِّلُّذلا َحاَنَج اَمُهَل ْضِفْخا َو يِناَيَّب َر اَمَك اَمُهْمَح ْرا

o ا ًريِغَص

Artinya:

“Dan Rabb-mutelah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua- duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah ketakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganah kamu membentak keduanya”, “Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku,

3 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 106.

(17)

sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil’.”

(QS. Al-Isra ayat 23-24).

Dari ayat tersebut, jelas bahwa Allah memerintahkan manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua. Seorang anak wajib mendoakan orang tua dan memperlakukannya dengan kasih sayang. Allah juga melarang manusia untuk membentak dan berlaku kasar kepada keduanya.

Dalam kenyataannya, masih banyak anak-anak yang tidak hormat kepada kedua orang tua, bahkan ada yang tega membunuh orang tua hanya karena sering dimarahi. Seperti kasus pembunuhan orang tua yang terjadi di Brebes, Jawa Tengah. Seorang anak tega membunuh ayah dan ibu kandungnya hanya karena sering dimarahi. Ia membunuh ayahnya ketika sedang tertidur pulas pada malam hari tepatnya hari selasa, 9 Desember 2014.

Ia memukul kepala ayahnya dengan palu dan menyayat pipinya dengan golok. Melihat kejadian tersebut, ibunya ingin menolong ayahnya, namun sang anak justru membunuh ibunya. Tak hanya itu, ia pun melukai kedua saudara kandungnya yang ingin menyelamatkan orang tuanya.4 Dari kasus tersebut tentu diperlukan adanya upaya yang mampu mengingatkan masyarakat untuk berbakti kepada kedua orang tua. Di antaranya yang efektif ialah melalui film.

Salah satu film yang memuat pesan berbakti kepada kedua orang tua ialah film Tendangan dari Langit. Film ini menceritakan tentang kisah seorang pemuda bernama Wahyu yang gemar bermain sepak bola. Namun dalam menjalani hobinya,Wahyu terhalang oleh ayahnya sendiri yang

4 Mohamad Taufik, “Kejamnya Anak di Brebes,Tega Bunuh Kedua Orang Tua Kandung”, artikel diakses pada 15 Agustus 2017 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak- di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-

dimarahi.html,

(18)

4

bernama Pak Darto. Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu untuk berkarir dan menggantungkan harapan di dunia sepak bola karena ia mengalami masa pahit di dunia sepak bola. Dahulu, Pak Darto hampir menjadi pesepakbola klub Persema atau Persatuan Sepakbola Malang tetapi berhenti karena cedera yang menghantam kakinya. Cederanyapun tak diobati sehingga angan- angannya untuk menjadi pesepakbola pupus begitu saja. Inilah yang menjadi sebab Pak Darto melarang keras Wahyu untuk bermain sepak bola.

Film ini berisi semangat pantang menyerah seorang Wahyu yang amat mencintai sepak bola. Wahyu ialah sosok yang amat menghormati kedua orang tuanya. Ia tidak melawan ayahnya yang melarang ia bermain sepak bola tetapi tetap berusaha meyakinkan ayahnya dengan prestasi dan kemampuannya. Dalam kesehariannya, Wahyu membantu ayahnya berjualan mie seduh dan minuman hangat di Bromo. Ia juga memberikan ayahnya kuda dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak di desa Karang Sari. Di dalam film ini juga terapat nilai-nilai persahabatan antara Wahyu dengan dua orang sahabatnya yakni Mitro dan Purnomo. Inilah yang membuat film ini memiliki rasa humor yang baik.

Untuk membuat film ini lebih menarik, Hanung menarik dua pemain tim nasional Indonesia yang digandrungi oleh remaja yakni Irfan Bachdim dan juga Kim Jeffrey Kurniawan. Ini merupakan penampilan perdana mereka dalam membintangi sebuah film. Selain itu, film ini juga menyelipkan kisah cinta antara Wahyu dengan Indah, gadis tercantik di sekoalahnya yang diperankan oleh Maudy Ayunda. Film Tendangan dari Langit memuat nilai-nilai religi tetapi tetap dapat menghibur penontonnya

(19)

dengan dialog-dialog yang natural dengan beberapa kali menggunakan bahasa Jawa sebagai latar tempat cerita film dibuat.

Film ini merupakan karya dari sutradara terkenal dan salah satu yang terbaik di Indonesia yakni Hanung Bramantyo. Hanung telah banyak memproduksi film-film bioskop berkualitas di Indonesia. Film-film Hanung banyak yang bertemakan religi dan memuat nilai-nilai Islami serta pelajaran hidup. Beberapa film yang bertema religi dan memuat pesan dakwah karya Hanung ialah film Ayat-Ayat Cinta, Sang Pencerah, dan Tanda Tanya. Ketiga film tersebut sangat populer dan mendapatkan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Begitu juga dengan film Tendangan dari Langit yang memiliki pesan dakwah dan dikemas dengan menarik.

Pada tahun 2011, film ini menjadi salah satu dari empat nominasi film bioskop terbaik pada acara Festival Film Indonesia (FFI). Empat film tersebut di antaranya ialah Sang Penari, The Mirror Never Lies, ? (Tanda Tanya), dan Tendangan dari Langit. Di antara empat film terbaik tahun 2011 tersebut, Hanung berhasil membawa dua film karyanya yang masuk ke dalam nominasi yakni Tanda Tanya dan Tendangan dari Langit. Meski tidak memenangkan nominasi ini, film Tendangan dari Langit berhasil memberikan penghargaan kepada tim produksi film khususnya pada kategori Pengarah Artistik Terbaik.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit”.

(20)

6

B. Fokus dan Rumusan Masalah

Untuk membatasi penelitian agar tidak terlalu luas, maka penulis memfokuskan penelitian ini pada Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks?

2. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial?

3. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks

2. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial

3. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi akademis maupun dari segi praktis.

(21)

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan wawasan mengenai pesan berbakti kepada kedua orang tua dalam film Tendangan dari Langit yang dianalisis menggunakan model analisis wacana Teun A. Van Dijk. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah di bidang studi dakwah dan komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai pesan berbakti kepada bedua orang tua yang dituangkan dalam sebuah film. Pesan-pesan yang dianalisis menggunakan model Teun A. Van Dijk diharapkan dapat daplikasikan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan motivasi kepada sutradara dan penulis skenario agar dapat memproduksi film-film yang memuat pesan-pesan positif, tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat.

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.5

5 Dr. Juliansyah Noor, S.E., M.M., Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 32.

(22)

8

Pada penelitian ini, penulis menggunakan paradigma konstruktivisme. Guba menjelaskan tentang kontruktivisme yang berarti pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari aktivitas manusia, pengetahuan merupakan kontruksi manusia, tidak pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap merupakan permasalahan dan selalu berubah.6

2. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7

3. Subjek dan objek penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Film Tendangan dari Langit sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah analisis wacana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang dilihat dari teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

4. Teknik pengumpulan data

Langkah – langkah dalam teknik pengumpulan data sebagai betikut a. Wawancara

6 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013). h. 49.

7 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006 cet ke 22), h. 6.

(23)

Menurut Kartono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Lexy J. Moleong, wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dimana prosesnya terdiri dari tanya jawab lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.8 Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan penulis skenario film “Tendangan dari Langit” yakni Fajar Nugros. Penulis melakukan wawancara pada hari Minggu, 30 Juli 2017 di Kantor Demi Istri Production, Jalan Depsos I, No. 30, Komplek Depsos, Jakarta Selatan.

b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.9 Penulis melakukan observasi dengan menonton film “Tendangan dari Langit” lewat bentuk soft copy. Penulis mencatat bagian-bagian yang penting di dalam film yang

memiliki pesan berbakti kepada kedua orang tua untuk kemudian dijadikan bahan analisis. Penulis juga menyesuaikan dialog-dialog yang terdapat dalam film dengan yang ada pada naskah skenario.

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Imam Gunawan, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

8 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 160.

9 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 143.

(24)

10

penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber noninsani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Sedangkan kata dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, naskah pidato, dan sebagainya.10 Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen terkait dengan film “Tendangan dari Langit”. Dokumen tersebut di antaranya dalam bentuk soft copy film dan juga naskah skenario film Tendangan dari Langit.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi dan untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan dan pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani, perangkumannya, pencarian pola-pola, dan penemuan apa yang penting.11

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan model analisis wacana Teun Van Dijk dimana wacana terbentuk melalui tiga level yakni level

10 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 176.

11 Prof. Dr. Emzir, M. Pd., Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, cet ke-3), h. 85.

(25)

teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial. Pada level teks, terdapat tiga elemen struktur di antaranya:12

1. Struktur Makro (Tematik) : Elemen ini berisi makna umum dari sebuah teks biasa juga disebut sebagai tema ataupun topik.

2. Superstruktur (Skematik) : Elemen ini berisi bagaimana sebuah teks disusun sedemikian rupa sehingga dapat membentuk sebuah makna atau pesan yang disampaikan.

3. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Reotris) : Elemen ini berisi hubungan antar kalimat, kata, proposisi, latar, detail, sampai kepada gaya bahasa yang dipakai dalam suatu teks.

Dalam struktur wacana Van Dijk, tidak hanya meneliti sebuah teks, melainkan juga bagaimana teks tersebut dibuat dan disusun sehingga memunculkan makna. Hal inilah yang kemudian disebut dengan kognisi sosial dan juga konteks sosial. Penulis melakukan analisis sesuai dengan tiga konsep wacana dari Van Dijk yang terdiri dari teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial.

F. Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan tinjauan pustaka ke Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tinjauan pustaka dilakukan untuk memastikan belum ada penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan penulis dan juga sebagai bahan rujukan untuk penelitian. Penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki kemiripan

12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.

228.

(26)

12

dengan judul penelitian penulis yang kemudian dijadikan langkah awal untuk menjadi rujukan penelitian. Adapun beberapa skripsi yang ditemukan antara lain :

1. Zakiyah Al-Wahdah, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Zakiyah Al-Wahdah menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana Percintaan Beda Agama dalam Film Cinta Tapi Beda”. Di dalam skripsi ini dijelaskan tentang percintaan beda agama yang terdapat dalam film Cinta Tapi Beda. Zakiyah Al-Wahdah menjelaskan bahwa banyak masyarakat di Indonesia yang mengalami percintaan beda agama seperti dalam film tersebut. Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah sama-sama meneliti analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaannya terletak pada subjeknya. Zakiyah Al-Wahdah meneliti film Cinta Tapi Beda, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

2. Sutrisno Sugiyono, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013. Sutrisno Sugiyono menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana Berbakti kepada Ibu dalam Lagu Keramat Karya Rhoma Irama”. Di dalam skripsinya dijelaskan tentang perintah dan nasihat untuk berbakti kepada ibu yang terdapat dalam lirik lagu Keramat. Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti yakni sama-sama meneliti tentang Analisis Wacana berbakti kepada orang tua. Namun Sutrisno Sugiyono memfokuskan pada ibu dan meneliti sebuah lagu, sedangkan penulis meneliti film. Perbedaan

(27)

terletak pada subjeknya. Sutrisno Sugiyono meneliti lagu Keramat Karya Rhoma Irama, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

3. Putri Rizky Handayani, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2016. Putri Rizky Handayani menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana Dakwah dalam Film Kartun Syamil dan Dodo”. Di dalam skripsi ini dijelaskan tentang pesan dakwah yang terdapat dalam film kartun Syamil dan Dodo. Putri Rizky Handayani menjelaskan bahwa film ini memiliki pesan-pesan dakwah yang berhubungan dengan aqidah dan syariah.

Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah sama-sama meneliti analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaanya terletak pada subjeknya.

Putri Rizky Handayani meneliti film kartun Syamil dan Dodo, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

4. Sugeng Priyanto, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, tahun 2013. Sugeng Priyanto menulis skripsi berjudul “Pendidikan Karakter dalam Film Tendangan dari Langit (Kajian Semiotik Dalam Perspektif PPKn)”. Di dalam skripsi ini dijelaskan tentang pendidikan karakter para tokoh yang terdapat dalam film Tendangan dari Langit. Hasil penelitian ini ialah bahwa film Tendangan dari Langit memiliki muatan karakter yang pantang menyerah, kerja keras, persahabatan dan nasionalisme yang terdapat pada tokoh utama Wahyu.

Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti terletak pada subjeknya, yakni sama-sama meneliti film Tendangan dari Langit. Sedangkan perbedaannya terletak pada objeknya. Sugeng Priyanto meneliti pendidikan karakter.

(28)

14

dengan menggunakan kajian semiotik, sedangkan penulis menggunakan analisis wacana.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada penelitian yang sama dengan penelitian penulis. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, fokus dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kerangka teori penelitian yang di dalamnya diuraikan tentang pengertian analisis wacana, analisis wacana menurut Teun A Van Dijk, film dan juga konsep berbakti kepada kedua orang tua.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI LANGIT

Bab ini memaparkan tentang sinopsis film, keunggulan film,

(29)

profil sutradara, profil penulis skenario, dan juga profil pemain film Tendangan dari Langit.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang pembahasan dan analisis data yang berbentuk uraian hasil temuan lapangan. Di dalamnya diuraikan pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam film Tendangan dari Langit dilihat dari teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulis.

(30)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis Wacana

Kata “Analisis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis juga berarti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan begian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.131

Sedangkan kata “Wacana” berarti komunikasi verbal, percakapan, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan. Wacana juga berarti satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khutbah.2

Istilah Wacana belum dipakai di Indonesia pada tahun 1960-an karena pada mulanya wacana berasal dari kata discourse yang terdapat dalam Kamus Inggris-Indonesia yang ditulis oleh Echols dan Shadily pada tahun 1975. Dalam kamus tersebut, kata discourse berarti pidato, tulisan, percakapan atau ceramah.

Penjelasan dari kamus tersebut menggambarkan pengertian umum tentang wacana yang digunakan di Indonesia. Segala hal yang berkaitan dengan ujaran atau penggunaan bahasa pidato, tulisan, percakapan disebut sebagai wacana.3

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 58.

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, h.

1552.

3 Herudjati Purwoko, Discourse Analysis; Kajian Wacana bagi Semua Orang, (Jakarta:

Indeks, 2008), h.1.

(31)

Secara bahasa, wacana juga berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata

“wac” atau “wak” atau “vak”, yang artinya “berkata” atau “berucap”. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Tambahan “na” di belakang kata “wac” adalah bentuk akhiran yang bermakna “membendakan”. Dengan demikian, kata “wacana” dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Kata wacana dalam kamus bahasa kontemporer memiliki tiga arti. Pertama, percakapan, ucapan, atau tuturan. Kedua, keseeluruhan percakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga satuan bahasa terbesar yang realisasinya merupakan bentuk karangan yang utuh.4

Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang wacana dan juga analisis wacana. Wahab dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko Rusminto, menyatakan bahwa,

“Wacana dapat diartikan sebagai organisasi bahasa yang lebih luas dari kalimat atau klausa, dan oleh karena itu dapat juga dimaksudkan sebagai satuan linguistik yang lebih besar, misalnya percakapan lisan atau naskah tulisan. Oleh karena itu, wacana tidak dapat dibatasi hanya pada bentuk-bentuk linguistik yang terpisah dari tujuan dan fungsi bahasa dalam proses interaksi manusia.”5

Menurut J.S. Badudu pada tahun 2000 dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Aris Badara, Wacana adalah kalimat-kalimat yang berkaitan yang menghubungkan suatu proposisi dengan proposisi lainnya. Proposisi yang telah terhubung satu sama lain membentuk makna di antara kalimat-kalimat tersebut.

Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi di atas kalimat maupun klausa dengan

4 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), h. 20.

5 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2015, cet. pertama), h. 2.

(32)

18

koherensi dan kohesi yang tinggi. Wacana dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis. 6

Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko Rusminto, menyatakan bahwa, Wacana merupakan satuan bahasa di atas kalimat yang digunakan untuk melakukan proses komunikasi dalam konteks sosial.

Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran dalam bentuk lisan atau tulisan, baik bersifat transaksional atau interaksional. Secara lisan, wacana ialah proses komunikasi antara penyapa dan pesapa. Sedangkan secara tulisan, wacana ialah ungkapan gagasan atau ide dari penyapa.7

Objek kajian wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa lisan maupun teks tertulis. Objek kajiannya adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan mekna dan kepaduan bentuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat dan sebagainya. Kajian atau analisis wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks.

Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antarkalimat atau antarujaran, yang membentuk wacana. Dengan demikian, rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan yang dinamakan wacana.8

6 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media. (Jakarta; Kencana Prenada Media Grup, 2012), h. 16-17.

7 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 3.

8 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia, h. 20-21.

(33)

Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap di atas kalimat atau klausa. Tarigan menggambarkan kedudukan wacana dalam satuan bahasa yakni sebagai berikut.

Skema 2.1 Satuan Bahasa9

WACANA Kalimat

Klausa Frase

Kata Morfem

Fonem

Menurut Stubs dalam buku Analisis Wacana yng ditulis oleh Aris Badara, analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, yakni penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Wacana dapat digunakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Definisi ini sejalan dengan Cook yang menyatakan bahwa analisis wacana merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana merupakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.10

Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko Rusminto menyimpulkan bahwa

9 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 4.

10 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media, h. 18.

(34)

20

“Analisis wacana menginterpretasikan makna sebuah ujaran atau tulisan dengan memperhatikan konteks yang melatarinya baik konteks linguistik maupun konteks etnografi. Konteks linguistik merupakan rangkaian kata yang mengikuti satuan bahasa tertentu, sedangkan konteks etnografi merupakan ciri atau faktor dari pemakai bahasa seperti faktor budaya, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat.”11

Ada beberapa ahli yang memiliki perspektif terhadap analisis wacana di antaranya ialah Foucault, Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, Tony Trew, Theo Van Leeuwen, Sara Mills, Norman Fairclogh, dan Teun A. Van Dijk.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Analisis Wacana milik Teun A. Van Dijk.

B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Model analisis wacana yang dipakai oleh Van Dijk sering disebut sebagai

“Kognisi Sosial”. Pendekatan ini menjelaskan bahwa wacana terbentuk tidak hanya dari teks karena teks merupakan suatu bentuk hasil dari praktik produksi yang juga harus diamati. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu teks diproduksi diperlukan dalam analisis kognisi sosial.12

Menurut Van Dijk, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis yang membongkar maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Teun Van Dijk mengembangkan pendekatan kognisi sosial . Ia melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana.

11 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 5.

12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.

221.

(35)

Van Dijk berpendapat bahwa hal yang dapat membedakan wacana atau bukan adalah adanya kesatuan, baik struktur maupun teksturnya. Struktur dan tekstur dapat dipahami sebagai kohesi dan koherensi. Van Dijk menjelaskan bawa elemen-elemen struktur wacana antara lain ialah tematik atau apa yang dikatakan, skematik atau cara informasi disusun, semantik atau makna yang ditekankan, sintaksis atau bagaimana pendapat disampaikan, stilistik atau pemilihan kata, dan retoris atau cara penekanan itu dilakukan.13

Struktur elemen wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Elemen Wacana Van Dijk14

Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen Struktur Makro Tematik (Apa yang

dikatakan?)

Topik Superstruktur Skematik (Bagaimana

pendapat disusun dan dirangkai?)

Skema

Struktur Mikro Semantik (Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)

Latar, detail, maksud, praanggapan,

nominalisasi Struktur Mikro Sintaksis (Bagaimana

pendapat disampaikan)

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Struktur Mikro Stilistik (Pilihan kata apa

yang dipakai?)

Leksikon Struktur Mikro Retoris (Bagaimana dan

dengan cara apa penekanan dilakukan?)

Grafis, metafora, ekspresi

Menurut Teun Van Dijk, makna atau pesan dari suatu teks tidak hanya dilihat dari teksnya saja melainkan juga dilihat dari kesadaran pembuat teks dan juga kehidupan sosial masyarakat yang juga mempengaruhi. Van Dijk

13 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia, h. 5-6.

14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 228

(36)

22

membagikan tiga elemen pembentuk makna dari suatu wacana yakni elemen teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial. Jika digambarkan, model analisis wacana Van Dijk ialah sebagai berikut:

Skema 2.2

Model Analisis Wacana Van Dijk15

Teks Kognisi Sosial Konteks Sosial

1. Teks

Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan yakni struktur makro, superstruktur, dan juga struktur mikro.16

a. Struktur Makro (Tematik)

Struktur makro ialah makna global dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topiknya. Struktur makro biasa disebut dengan tematik. Tematisasi merupakan proses pengaturan tekstual yang berguna untuk memberikan perhatian pada bagian-bagian terpenting dari isi teks, kepada pembaca.

Tema kerap disandingkan dengan topik. Topik dapat digambarkan sebagai bagian dari informasi penting dari suatu wacana atau inti pesan yang disampaikan oleh komunikator. Dalam kerangka Van Dijk, topik

15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 225.

16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004. Cet. Ke-3), h. 75-84.

(37)

dalam suatu teks didukung oleh beberapa subtopik Masing-masing subtopik ini mendukung, memperkuat, bahkan membentuk topik utama.

b. Superstruktur (Skematik)

Superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks.

Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan pemecahan masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik merupakan strategi bagaimana menempatkan bagian yang penting dari suatu teks. Struktur skematik memberikan penekanan bagian yang ingin didahulukan oleh pembuat teks. Dalam film, skematik dapat berupa alur dari film tersebut.

c. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Retoris):

1.) Semantik

Dalam skema Van Dijk, semantik dikategorikan sebagai makna lokal. Makna lokal merupakan makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu teks. Latar, detail dan maksud dari suatu teks merupakan bagian dari strategi semantik.

Latar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan. Latar menentukan ke arah mana pandangan khalayak dibawa. Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan oleh seseorang. Detil yang panjang dan lengkap ialah suatu penonjolan yang disengaja dengan tujuan untuk menciptakan makna tertentu kepada

(38)

24

khalayak. Maksud ialah informasi yang disampaikan oleh komunikator baik secara implisit ataupun eksplisit.17

2.) Sintaksis

Sintaksis merupakan pemakaian kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat, pemakaian kalimat yang kompleks dan sebagainya. Koherensi atau jalinan antarkata, bentuk kalimat dan kata ganti merupakan bagian dari strategi sintaksis.

Bentuk kalimat ialah makna yang dibentuk lewat susunan kalimat.

Bentuk kalimat menentukan subjek yang diekspresikan secara eksplisit ataupun implisit dan teks menggunakan kalimat aktif atau pasif dengan struktur deduktif ataupun induktif. Koherensi ialah jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Suatu kalimat dapat memiliki hubungan sebab akibat, keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya melalui kata hubung yang digunakan. Sementara kata ganti ialah struktur teks untuk menunjukkan posisi komunikator dalam wacana.18

3.) Stilistik

Stilistik ialah cara yang digunakan penulis atau pengarang untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.

Gaya bahasa mencakup diksi tau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, dan citraan yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam sebuah karya sastra.

4.) Retoris

17 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 235-240.

18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 242-254.

(39)

Retoris berhubungan erat dengan bagaimana pesan disampaikan kepada khalayak. Strategi retoris muncul dalam bentuk interaksi yakni bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya di antara khalayak dengan menggunakan gaya formal, informal atau santai. Grafis, metafora dan ekspresi merupakan bagian dari retoris.

Grafis merupakan bagian yang ditekankan dan ditonjolkan dalam teks. Penekanan dapat dilakukan dengan membedakan tulisan yang satu dengan yang lain seperti dengan menggunakan huruf tebal, besar, miring dan sebagainya sedangkan metafora ialah pemakaian ungkapan, atau kiasan.19

2. Kognisi Sosial

Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.

Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa.

Peristiwa dapat dimengerti dan dipahami berdasarkan pada skema atau model dan juga memori dari komunikator. Skema digunakan untuk memproses informasi yang datang dari lingkungan dan diintegrasikan dengan informasi baru yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami., ditafsirkan, dan

19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 257-259.

(40)

26

dimasukkan sebagai bagian dari pengetahuan. Sedangkan memori mengandung pemasukan dan penyimpanan pesan-pesan untuk memandang realitas.20

3. Konteks Sosial

Wacana adalah bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi di dalam masyarakat. Dalam kerangka Van Dijk, perlu dilakukan penelitian mengenai wacana diproduksi dan dikonstruksi oleh masyarakat. Titik penting dari anaisis ini ialah bagaimana wacana yang dihayati bersama-sama.21

C. Film

1. Definisi Film

Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku dan emosi yang dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus dengan mata, telinga dan di ruang yang gelap dan terang.22

Film adalah medium komunikasi massa yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, melainkan juga pendidikan dan juga penerangan. Film dapat digunakan untuk alat bantu memberikan penjelasan, ceramah-ceramah, penerangan atau pendidikan. Bukan hanya sebagai alat bantu, bahkan secara penuh film berfungsi sebagai penerangan dan pendidikan. Sejak audio visual

20 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 260-264.

21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 272.

22 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, cet ke-5), h. 84.

(41)

dianggap sebagai media yang terbaik dalam pendidikan, berbagai universitas, sekolah, industri, lembaga kesehatan, polisi lalu lintas dan sebagainya menggunakan film untuk mengintensifkan usahanya. Film juga merupakan alat yang ampuh untuk memberikan penerangan, petunjuk, dan instruksi kepada orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis.23

Film dapat menyampaikan banyak pesan. Melalui film, orang yang buta huruf dapat ikut menikmatinya dibandingkan dengan media cetak. Mimik dalam film dapat diperlihatkan dengan jelas dengan melakukan big close up pada wajah.

Begitu juga dengan gerak-gerik dan teknik suara yang diperlihatkan. Film merupakan media yang paling banyak menampilkan lambang untuk menunjang penyampaian pesan.24

2. Klasifikasi Film

Film dapat diklasifikasikan berdasarkan genre, yang di antaranya:25 a. Aksi

Film bergenre aksi merupakan film yang berisi adegan-adegan fisik adegan menegangkan dan adegan berbahaya dengan tempo yang cepat.

Film aksi menayangkan adegan perkelahian, tembak-menembak, balapan, ledakan serta aksi-aksi fisik lainnya. Dalam film ini, umumnya tokoh protogonis berperan sebagai penegak hukum seperti polisi, detektif, agen pemerintah, tentara dan sebagainya. Film aksi banyak menggunakan karakter laki-laki sebagai tokoh utama dan sasaran penonton juga ditujukan untuk laki-laki.

23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003) h. 209.

24 Amura, Perfilman di Indonesia dalam Era Orde Baru, (Jakarta: Lembaga Komunikasi Massa Islam di Indonesia, 1989), h. 136-137.

25 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 13-20.

(42)

28

b. Drama

Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, karakter serta suasana yang sesuai dengan kehidupan nyata. Tema-tema film ini mengangkat isu-isu sosial di masyarakat seperti ketidakadilan, kekerasan, dikriminasi, penyakit, kemiskinan, poiltik, dan sebagainya. Cerita dari film drama kerap kali merupakan cerita yang diadaptasi dari novel, puisi, biografi dan karya sastra lainnya. Film drama dapat ditonton oleh semua kalangan namun biasanya tertuju pada kalangan penonton seperti keluarga, remaja dan anak-anak.

c. Epik Sejarah

Film epik sejarah menceritakan tentang peristiwa sejarah masa lampau dengan latar sebuah kerajaan yang menjadi mitos ataupun legenda.

Film kolosal ini menggunakan setting mewah, megah dan menampilkan berbagai kostum yang unik, perlengkapan perang, seperti pedang, tombak, kereta kuda, panah dan sebagainya. Tokoh utama dalam film ini biasanya merupakan sosok yang gagah dan disegani oleh lawannya.

d. Fantasi

Film fantasi ialah film yang menampilkan peristiwa, tempat, serta karakter yang tidak nyata. Film ini berhubungan dengan mitos, dongeng, imajinasi, halusinasi serta alam mimpi. Cerita dari film ini banyak mengadaptasi kisah 1001 malam, dan mitos dewa-dewi Yunani. Genre ini biasanya juga berhubungan dengan fiksi ilmiah, petualangan, supernatural, dan horror. Film fantasi ditujukan untuk penonton remaja dan anak-anak, namun mampu juga memikat kalangan dewasa.

(43)

e. Fiksi Ilmiah

Film fiksi ilmiah berhubungan dengan teknologi serta kekuatan yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Film ini umumnya menceritakan tentang masa depan, perjalanan luar angkasa, penjelajahan waktu, invasi atau kehancuran bumi. Karakter dari film ini biasanya bukan manusia melainkan makhluk asing, robot, monster, hewan purba, dan sebagainya. Sasaran penonton film ini bervariasi namun umumnya disukai oleh laki-laki.

f. Horror

Film horror ialah film yang bertujuan untuk memberikan efek rasa takut, kejutan ataupun terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot dari film ini yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat yang berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.

Pelaku terror berbentuk menyeramkan yang dapat berwujud manusia, makhluk goib, monster, hingga makhluk asing. Film ini memiliki suasana yang gelap dengan diiringi oleh musik yang mencekam.

g. Komedi

Komedi ialah film yang dibuat untuk membuat penontonnya tertawa dan terhibur. Film komedi berisi drama yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa hingga karakternya. Film komedi dibagi menjadi dua jenis yakni komedi situasi dan juga komedi lawakan. Dalam komedi situasi, unsur komedi menyatu dengan cerita, sedangkan dalam komedi lawakan bergantung pada figur komedian.

(44)

30

h. Kriminal dan Gangster

Film kriminal umumnya menampilkan aksi-aksi kriminal seperti pencurian, perampokan, perjudian, pembunuhan dan lain sebagainya.

Perseteruan antara pelaku kriminal dan penegak hukum seperti detektif swasta, polisi atau pengacara biasanya terdapat dalam film ini. Berbeda dengan film bergenre aksi, film ini menampilkan aksi kekerasan yang lebih sadis. Latar tempat dalam film ini umumnya mengambil kota-kota besar yang padat penduduk.

i. Musikal

Film musikal adalah film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari, dan gerak. Lagu-lagu dan tarian biasanya ditampilkan sepanjang film dan menyatu dengan cerita. Penggunaan musik dan lagu beserta liriknya ialah untuk mendukung jalannya alur cerita yang umumnya berkisah tentang percintaan, kesuksesan serta popularitas. Sasaran dari film ini lebih ditujukan untuk keluarga, remaja dan anak-anak.

j. Petualangan

Film petualangan ialah film yang mengisahkan tentang perjalanan, eksplorasi atau ekspedisi ke suatu wilayah yang belum pernah dikunjungi.

Film-film ini menampilkan pemandangan atau panorama alam seperti hutan rimba, pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil. Dalam film ini, umumnya menceritakan tentang pencarian sesuatu yang berharga seperti harta karun, artefak, emas, berlian dan lainnya. Film ini juga dapat berupa penaklukan suatu wilayah atau usaha penyelamatan diri dari suatu wilayah tertentu.

(45)

k. Perang

Film perang ialah film yang menampilkan adegan pertempuran baik di darat, laut, maupun udara. Berbeda dengan film epik sejarah, film ini umumnya menampilkan perang dengan menggunakan kostum, peralatan serta perlengkapan dan strategi yang modern mulai dari seragam, sepatu, pistol, tank, helikopter, kapal selam dan sebagainya.

l. Western

Western ialah film yang berasal dari Amerika. Film ini berisi konflik dari pihak yang baik dan juga jahat. Latar tempat dari film ini biasanya ialah kota kecil, bar, sungai, pohon kaktus, peternakan, serta perkampungan suku Indian. Ciri khas dari film ini dilihat dari karakternya seperti koboi, sheriff¸ Indian dan kavaleri yang memiliki perlengkapan seperti pistol, senapan, jaket kulit, topi dan sepatu boot. Film ini umumnya menampilkan aksi tembak-menembak, berkuda, dan aksi duel.

3. Jenis-jenis Film

Berdasarkan sifatnya, film terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut:

a. Film Cerita

Film cerita merupakan film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di bioskop dengan bintang film yang ternama. Film yang bersifat auditif visual disajikan kepada publik dalam bentuk gambar dan suara. Film ini dapat membuat penonton tertawa, menangis, marah, terharu, tegang dan lain sebagainya dengan cerita yang dapat diambil dari kejadian sehari-hari, cerita nyata, sejarah, atau juga khayalan.26

26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212.

(46)

32

Film cerita memiliki berbagai jenis genre seperti drama, horror, perang, fiksi ilmiah, komedi dan sebagainya. Film cerita dapat diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide dengan pertolongan gambar-gambar, gerak dan suara. Dalam pembuatannya, diperlukan proses pemikiran dan proses teknis. Proses pemikiran berupa ide, gagasan, atau cerita, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan cerita tersebut menjadi film yang menarik untuk ditonton.27

b. Film Berita

Film berita adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar- benar terjadi. Dengan adanya TV yang sifatnya auditif visual seperti film, maka berita yang difilmkan dapat ditayangkan kepada publik melalui TV dengan lebih cepat daripada dipertunjukkan di bioskop yang mayoritas diawali film cerita.28

c. Film Dokumenter

Istilah dokumenter dipopulerkan oleh John Gierson berkebangsaan Prancis yang menyebut karya dari Robert Flaherty, warga Amerika Serikat yang berjudul Moana, 1926. Ia mendefinisikan film dokumenter sebagai perlakuan kreatif atas peristiwa.29 Film dokumenter menitikberatkan pada fakta atau peristiwa yang sedang terjadi. Film dokumenter berkisar pada hal-hal yang merupakan perpaduan manusia dan alam.30

d. Film Kartun

27 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT Grasindo 1996), h. 10-13.

28 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212.

29 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 14.

30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 214.

(47)

Film kartun menitikberatkan pada seni lukis. Ditemukannya sinematografi membuat para pelukis memiliki gagasan unutuk menghidupkan lukisan-lukisannya. Lukisan tersebut dapat menjadi menarik karena dapat memegang peran apa saja yang tidak dapat diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat menjadi ajaib seperti terbang, menghilang, menjadi besar atau kecil secara tiba-tiba.31 4. Struktur Film

Semua film memiliki struktur yang berguna untuk membagi segmentasi plot film secara sistematik. Struktur fisik film terbagi menjadi shot, adegan dan juga sekuen:32

a. Shot

Shot dapat diartikan berdasarkan dua bagian yakni saat produksi berlangsung dan pasca produksi. Shot selama produksi ialah proses perekaman gambar dari mulai kamera roll atau aktif hingga kamera dihentikan. Shot saat produksi biasa disebut dengan take atau pengambilan gambar. Sementara shot pasca produksi ialah suatu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar. Shot merupakan unsur terkecil dari film karena dapat berdurasi kurang dari satu detik, namun bisa beberapa menit atau bahkan jam. Sekumpulan shot dapat menjadi sebuah adegan dimana satu adegan memiliki belasan hingga puluhan shot.

b. Adegan (Scene)

Adegan adalah suatu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan. Suatu adegan diikat

31 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 216.

32 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.

Gambar

Gambar 3. 1 Hanung Bramantyo 4
Gambar 3.2 Fajar Nugros 7
Gambar 3.3 Yosie Kristanto 10
Gambar 3. 4 Sudjiwo Tedjo 12
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini nanti akan mendiskripsikan dialog dan adegan yang terdapat dalam film Tanah Surga Katanya yang menunjukkan aspek nilai kerja keras dan wacana

Ditengah kemajuan teknologi pada era modernisasi saat ini yang digandrungi masyarakat lintas usia di indonesia saat ini terutaman perfilman, dakwah pun harus hadir

Adapun masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana isi cerita dalam dialog film Dalam Mihrab Cinta yang mengandung unsur

Film adalah salah satu media yang dapat menyampaikan pesan kepada khalayak melalui visual-visual yang di tampilkan. Pesan yang di tampilkan dikemas melalui adegan-adengan

Berdasarkan hasil analisis pesan-pesan dakwah pada Film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang dilakukan oleh ketiga juri maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari ketiga kategori