• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENERAPAN JUST IN TIME (JIT) SEBAGAI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN PT. BOSOWA MEDIA GRAFIKA HARIAN TRIBUN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENERAPAN JUST IN TIME (JIT) SEBAGAI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN PT. BOSOWA MEDIA GRAFIKA HARIAN TRIBUN TIMUR"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEDIAAN DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN PT. BOSOWA MEDIA GRAFIKA HARIAN

TRIBUN TIMUR

YUSFIKA KASIM 10572 02892 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

(2)

ii

diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muahammadiyah Makassar Nomor : 100 Tahun 1435 H / 2014 M dan telah dipertahankan didepan penguji pada hari jumat tanggal 30 bulan Mei tahun 2014, Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar,

PANITIA PENGUJI

1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd (. . . .) (Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A (. . . .) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

3. Sekretairs : Drs. Sultan Sarda, MM (. . . .) (WD 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

4. Penguji :

a. Dr. H. Mahmud Nuhung, MA (. . . .) b. H. Muhammad Rusyidi, SE., M.Si (. . . .) c. Samsul Rizal, SE., MM (. . . .) d. Drs. H. A Muhiddin daweng (. . . .)

(3)

iii

PENINGKATAN KEUNTUNGAN PT.

BOSOWAMEDIA GRAFIKA HARIAN TRIBUN TIMUR

Nama Mahasiswa : YUSFIKA KASIM No. Stambuk/ Nim : 105720 202892 10

Fakultas / Jurusan : EKONOMI DAN BISNIS / MANAJEMEN

Makassar, Juli 2014 Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Sultan Sarda, MM Samsul Rizal, SE., MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Manajemen

Dr. H. Mahmus Nuhung, M.A Moh. Aris Pasigai, SE., MM

NBM : 497794 NBM : 1093485

(4)

iv

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Alllah SWT yang telah memberikan kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi berjudul “ Penerapan Just In Time sebagai sistem pengendalian persediaan dalam peningkatan

keuntungan pada PT. Bosowa Media Grafika harian tribun timur ” yang merupakan tugas akhir yang dilaksanakan penulis dengan lancar dan baik.

Melalui karya ini, teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Muh Kasim dan Ibunda Kamariah S.Pd, saudara-saudaraku Irmayanti Kasim, Rezky Handayani Kasim, dan Abdullah Kasim atas segala doa, cinta, kasih sayang, didikan, kepercayaan dan pengorbanan ayahanda, ibunda serta saudara-saudaraku. Tanpa Ayah Bunda, Ananda tak seperti ini. Karena ridho Ayah Bunda adalah ridho dari-Nya. Meskipun ucapan terima kasih ini tiada artinya bila dibandingkan dengan pengorbanan dan doa Ayah Bunda serta saudara-saudaraku tercinta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang memberikan kontribusi kepada skripsi ini, terutama orang-orang dekat yang senantiasa memberikan dukungan tiada henti. I love you forever.

Kesempatan ini penulis berusaha menyampaikan ucapan terima kasih walapun tidak dapat disebutkan satu per satu :

(5)

v

3. Moh. Aris pasigai, SE., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bsnis

4. Drs. H. Sultan Sarda, MM dan Samsul Rizal, SE., MM selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan serta perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberi masukan dan saran dalam proses penulisan skripsi ini yaitu :

6. Bapak H. Ciptyantoro, Selaku Pimpinan Perusahaan PT. Bosowa Media Grafika Makassar atas bantuan yang diberikan selama mengadakan magang.

7. Bapak Abdul Haris, SE selaku Manajer sirkulasi Harian Tribun Timur 8. Bapak Muh Saleha Amirullah, SE selaku asisten manajer sirkulasi

Harian Tribun Timur

9. Seluruh staff dalam bagian sirkulasi yang memberikan tempat bagi kami para mahasiswa untuk mengenal dunia kerja secara langsung

10. Seluruh mahasiswa angkatan 2010 terkhusus man 12.10 yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis sahabat-sahabatku yang paling menyayangi aku.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, olehnya itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaannya.

(6)

vi Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Penulis,

(7)

vii

peengendalian persediaan dalam meningkatkan keuntungan PT. Bosowa Media Grafika. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Drs. H. Sultan Sarda, MM dan pembimbing II Samsul Rizal, SE., MM.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di laksanakan di PT. Bosowa Media Grafika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Just In Time sebagai sistem peengendalian persediaan dalam meningkatkan keuntungan PT.

Bosowa Media Grafika dengan membandingkan sistem tradisonal dan sistem just in time,Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data boiaya overhed pabrik dan data penjualan, Hasil uji coba menunjukkan bahwa: pada tahun 2010 dengan menggunakan sistem tradisional, biaya overhead pabrik mencapai 12.142.673.857 sedangkan dengan menggunakan sistem just in time perusahaan akan mengeliminasi biaya-biaya yang tidak perlu,. biaya overhead pabrik dengan sistem just in time 12.055.241.857 sehingga perusahaan mengalami penurunan biaya overhead 87.432.000 pada tahun 2012 perusahaan mengalami peningkatan pada biaya overhead pabrik yang dimana dengan sistem tradisional perusahaan mengalami 12.445.764.864 sedangkan dengan sistem just in time perusahaan hanya mengalami 12.371.163.346 biaya overhead. Begitu pula dengan tahun 2013 perusahaan menganggarkan biaya overhead 12.592.112.793 sedangkan dengan sistem Just In Time 15.351.461.473 Dari hasil tersebut diperoleh selisih hasil antara peneraapan just in time dan penerapan tradisional hal ini di sebabkan karena Just in time megiliminasi biaya-biaya yang tidak penting seperti biaya gudang, biaya depresiasi gudang dan biaya BPD

Kata kunci: hasil penelitian, penerapan just in time sebagai sistem pengendalian persediaan dalam meningkatkan keuntungan

(8)

viii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUNAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Pengertian just in time ... 4

B. Konsep just in time ……… ... 5

C. Tujuan just in time ... 8

D. Faktor pendukung just in time ... 10

E. Produksi dengan sistem just in time ... 12

F. Pengertian Persediaan ... 17

G. Jenis-jenis persediaan ... 22

(9)

ix

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode Pengumpulan Data ... 28

C. Jenis dan Sumber Data ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 29

E. Metode Analisis ... 30

BAB IV. HASIL GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 31

A. Sejarah singkat perusahaan ... 31

B. Visi-misi perusahaan ... 32

C. Stuktur organisasi ... 33

D. Tugas dan tanggung jawab ... 34

E. Sistem kerja ... 35

F. Kegiatan produksi ... 35

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 46

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Simpulan ... 49

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN

(10)

x

Tabel 3. Perbandingan laba menurt persahaan dan laba dengan sistem JIT ... 48

(11)

xi

Stuktur pemasaran produk ... 45

(12)
(13)
(14)

PERSEDIAAN DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN PT. BOSOWA MEDIA GRAFIKA HARIAN

TRIBUN TIMUR

YUSFIKA KASIM 10572 02892 10

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

(15)
(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Secara umum tujuan suatu industri manufaktur adalah untuk memproduksi barang secara ekonomis agar dapat memperoleh keuntungan serta dapat menyerahkan Produk tepat waktu. Selain itu industri manufaktur juga ingin agar proses produksi dapat kontinyu dan berkembang sehingga kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Sekarang ini perusahaan juga dituntut untuk lebih kompetitif sehingga mampu bersaing merebut pasar yang ada.

Konsep just in time sebagai salah satu sistem manajemen persediaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, Sehingga dapat menjadi perusahaan yang unggul, Karena pada sistem just in time kegiatan-kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah dapat dihindari dengan adanya pengawasan yang ekstra ketat demi peningkatan mutu produk PT. Bosowa Media Grafika di Makassar sebagai salah satu media cetak yang bertujuan menyediakan informasi bagi masyarakat, telah memberikan kontribusi pada kepentingan dan kebutuhan manusia secara khusus di Sulawesi Selatan dan secara umum di Indonesia yang perkembangannya telah memberikan informasi seiring dengan kemajuan zaman.

Dengan adanya sistem just in time dapat mengendalikan biaya produksi, karena penerapan just in time persediaan barang dalam satukali produksi dapat terencana sehingga menghindari biaya produksi yang berlebihan. selain itu sistem just in time juga dapat menjawab tantangan kompotisi global karena produk yang di hasilkan dapat sesiaui dengan keinginan pelanggan melalui peningkatan

(17)

kualitas produk sehingga permintaan bertambah dan produk semakain di perhitungkan di pasaran dan dapat beerkompotisi dengan para pesaing. dengan adanya sistem just in time dapat mengifisienkan biaya dan meningkatkan keuntungan. just in time merupakan suatu yang ideal untuk perusahaan manufaktur yang berkembang sesuia dengan perkembangan teknologi modern.

just in time yang sukses membutuhkan adanya perusahaan dalam proses manufaktur yang ada pada perusahaan, dimana proses kerjanya harus seragam dalam setiapa stadiun kerja yang di bentuk.hal tersebutmerupakan ciri dari proses manufaktur yang berulang.

Pengaruh perusahaan dalam lingkunagan manufaktur belakangan ini, tidak hanya terfokus pada efisiensi biaya, tetapi juga pada mutu produk, fleksibelitas, waktu berproduksi yang diminimalisasi, serta persentase pengiriman produk yang tepat waktu. oleh sebab itu, mananajemen yang mendasarinya harus melekat, melebihi informasi biaya berbasis transaksi untuk mengetahui apakah keputusan yang di ambil menghasilkan keuntungan atau pendapatan yang meningkat.

PT. Bosowa Media Grafika yang menjadi lokasi penelitian penulis merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang media massa. Surat kabar Tribun Timur pertama kali terbit 9 Februari 2004. Kantor pusatnya di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan wilayah edar meliputi dua Provinsi utama di Sulawesi, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Hasil produksi dari perusahaan ini yaitu Koran yang terbit setiap hari dengan berita-berita yang up to date.

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah di paparkan pada latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian di atas adalah “Apakah dengan penerapan sistem Just In Time dapat mengifisienkan biaya persediaan dan meningkatkan keuntungan pada PT. Bosowa Media Grafika harian Tribun Timur”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan konsep junt in time dalam mengefisienkan biaya persediaan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagaiberikut:

a. Sebagai alternatif dan sumbangan pemikiran PT. Bosowa Media Grafika dalam menerapkan sistem persediaan just in time untuk pengenbangan pembelian bahan baku, produksi, penjualan.

b. Sebagai bahan masukan untuk menambah karya ilmiah yang dapat di jadikan literatur dalam penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Just In Time

Just In Time adalah sebuah filosofi manajemen yang berasal dari Jepang yang telah diaplikasikan secara nyata sejak awal tahun 1970 pada perusahaan manufaktur di Jepang. Pada awalnya di Toyota Motor, Taichii Ono dan tangan kanannya Shigeo Shingo mengadaptasi strategi Henry Ford yang disesuaikan dengan etos kerja masyarakat Jepang sehingga lahirlah sebuah filosofi yang disebut sebagai Just In Time. Terdapat banyak definisi JIT yang diungkapkan oleh Russell dan Taylor (2006: 685) “Just In Time is a concept minimizing inventory and smoothing the flow of materials so that material arrived just as it was needed” sehingga JIT dapat diartikan sebagai sebuah konsep meminimalkan jumlah persediaan dan memastikan kelancaran aliran bahan baku sehingga sampai tepat ketika dibutuhkan.

Sedangkan Menurut Suppriyono (2007:124) just in time (JIT) adalah suatu filosofi yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara momproduksi produk dengan upaya untuk mengurangi persediaan (biaya-biaya) yang tidak memiliki nilai tambah.

Meredith (1992: 549) mengatakan “The basic idea behind JIT is to make goods flow like water through the shop and not build up, or arrive eiither early or late.” Sedangkan menurut Zhu dan Meredith (1995), mengatakan bahwa “JIT defined as an approach to achieving excellence in a manufacturing company

4

(20)

based on countinuing elimination of waste and consitent improvement in productivity.” Yang dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan untuk mencapai tingkat yang paling baik pada perusahaan manufaktur yang berdasarkan pada pengurangan waste secara terus menerus dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. Yang dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan untuk mencapai tingkat yang paling baik pada perusahaan manufaktur yang berdasarkan pada pengurangan waste secara terus menerus dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas.

B. Konsep JIT

Pada industri manufaktur, filosofi JIT di terapkan dengan cara mengeporasikan sistem manufaktur yang sederhana dan efisien, sehingga mampu mengoptimalkan penggunaaan sumber daya seperti modal, peralatan, dan tenaga kerja yang mendukung upaya pengingkatan kualitas. JIT mengasumsikan bahwa semua biaya selain bahan baku langsung di dorong oleh waktu dan pendorong ruang. Maka JIT menfokuskan pada pengeliminasiaan ruangan dengan menekan waktu dan ruang.

JIT manufakturan di dasarkan pada konsep : a. Memproduksi produk bermutu tinggi b. Memproduksi produk berbiaya remdah c. Memprduksi produk berdaur ktu yang tepat d. Mengirim produk pada konsumen tepat waktu.

(21)

JIT mempunyai empat aspek pokok dalam konsep sebagai berikut:

a. Aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau kepuasan konsumen harus dieliminasi, komitmen ini di perlukan untuk memproduksi produk bermutu dengan biaya rendah. aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya (pemakaian sumber-sumner ekonomi) yang tidak perlu, misalnya persediaan, sehingga sedapat mungkin nol.

b. Selalu di upayakan penyempurnaan berkesinambungan, Komitmen ini dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas aktivitas sehingga dapat di hasilakan produk yang bermutu tinggi dan berbiaya rendah.

c. Menekankan pada penyerhanaan aktivitas dan peningkatan pemahaman terhadap aktivitas, Komitmen ini untuk mengetahui aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai bernilai tambah. aktivitas bernilai tambah sedapat mungkin diefisienkan melalui penyederhanaan aktivitas. pengidentifikasiaan aktivitas tidak bernilai tambah di perlukan agar aktivitas ini dapat di eliminasi. Konsep tidak bernilai tambah (no value-added) dapat secara mudah dilihat dalam aktivitas yang berhubungan dengan produksi (nilai hanya dapat di tambahkan kesuatu produk pada saat diproses). Waktu tenggang proses (proses lead time) dapat di nyatakan sebagai berikut:

Waktu tenggang = waktu proses + waktu inspeksi + waktu gerak + waktu menunggu ( queue time )

Keempat waktu tenggang di atas di jelaskan lebih jauh sebagai berikut:

a. Waktu proses (proses time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi bahan menta

(22)

b. Waktu inspeksi (inspection time) adalah lamanya waktu yang dihabiskanuntuk memastikan bahwa produk bermutu tinggi

c. Waktu gerak (move time) adalah waktu yang di butuhkan untuk memindahkan bahan baku atau produk yang sebagian rampung dari suatu stasiun kerja yang satu ke stasiun keerja yang lainnya.

d. Waktu menunggu (queue time) adalah lamanya waktu tunggu produk untuk di kerjakan, di pindahkan, atau dikirimkan dari gudang kepada pelanggang.

Waktu inspeksi, waktu gerak, waktu menunggu merupakan waktu yang tidak bernilai tambah karena tidak diolah.

Perusahaan juga harus memiliki:

a. Komitmen tinggi terhadap mutu

Melakukan secara benar segala sesuatunya sejak dari awal adalah esensi manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang.perusahaan perlu memililki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu yang tinggi dalam semua aspek aktivits-aktivitas perubahan.

b. Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas-aktivitas perusahaan. Perusahaan perlu menekankan komitken terhadap perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) pada semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi manajemennya.

perbaikan yang berkesinambungan adalah pengupayaan terus menerus nilai yang kian besar diberikan kepada pelanggan.

c. Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan vasibilitas aktivitas- aktivitas nilai tambahPerusahaan dapat lebih mengentrol segala aktivitas

(23)

dalam memproduksi produk. Dengan demikian dapat dilihat dan di lakukan penyederhanaan terhadap kegiatan-kegiatan produksi.hal ini membantu untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah.

C. Tujuan Just In Time

Tujuan dari Just In Time (JIT) adalah menghilangkan pemborosan melalui perbaikan terus-menerus. Melalui Just In Time, segala sesuatu material, mesin dan peralatan, sumber daya manusia, modal, informasi, manajerial, proses dan lainnya yang tidak memberikan nilai tambah pada produk disebut sebagai pemborosan.

Nilai tambah produk, merupakan kunci dalam Just In Time.

(Ristono : 2010). Nilai tambah produk diperoleh dari aktivitas aktual yang dilakukan pada produk, tidak melalui pemindahan, penyimpanan, penghitungan dan penyortiran

Tujuan dari adanya Manajemen menggunakan dan mengembangkan konsep manajemen Just In Time dalam perusahaan dapat dirangkum atas beberapa aspek. Adapun tujuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut Menurut Indrajid dan Pranoto (2003):

1. Menciptakan fleksibilitas produk yang tinggi produksi, bersifat “Sistem Tarik” (pull system) memerlukan fleksibilitas tinggi untuk menanggapi tuntutan konsumen yang terus berkembang. Produksi dengan cara “sistem tarik” (pendekatan baru) merupakan produksi yang dilakukan untuk menganggapi permintaan, sedangkan produksi dengan “sistem dorong”

(24)

(pendekatan lama) merupakan produksi yang ditetapkan produsen kepada konsumen.

2. Meningkatkan efisiensi proses produksi

Peningkatan efisiensi dapat dilakukan terutama melalui pengurangan persediaan barang sehingga mengakibatkan pengurangan biaya persediaan, atau dengan kata lain meningkatkan perputaran modal. Biaya persediaan ini sangat tinggi, berkisar antara 20 persen–40 persen dari harga barang pertahun.

Efisiensi didapat juga dengan cara mendesain pabrik sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan aman.

3. Meningkatkan daya kompetisi

Meningkatnya efisiensi dalam proses produksi dengan sendirinya akan meningkatkan daya saing perusahaan. Hal ini dianggap salah satu tujuan yang paling penting, yaitu suatu tujuan strategis, karena peningkatan efisiensi berarti penurunan biaya dan ini memungkinkan perusahaan untuk tetap bertahan dalam persaingan pasar.

4. Meningkatkan mutu barang

Kemitraan pembeli-penjual yang dibina dan berlangsung dalam jangka panjang selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dalam hal mutu dan biaya barang. Mutu tinggi dari suku cadang atau komponen yang dipasok oleh pemasok pada gilirannya akan meningkatkan mutu barang yang diproduksi oleh perusahaan. Kemitraan penjual pembeli memungkinkan melakukan pengendalian mutu suku cadang atau komponen dengan lebih murah dan lebih handal.

(25)

5. Mengurangi pemborosan

Pengurangan pemborosan terutama dalam bentuk barang yang terbuang, karena pada hakekatnya pemborosan adalah biaya. Menurut jenisnya, pemborosan dapat dibedakan dari cara pemborosan itu terjadi, yaitu:

a. Karena produksi berlebih (memproduksi barang dengan jumlah yang terlalu banyak).

b. Karena waktu tunggu (waktu tunggu yang tidak produktif dalam proses produksi perusahaan).

c. Karena transport (gerakan yang tidak perlu dalam proses produksi).

d. Karena proses (operasi atau proses yang tidak perlu).

e. Karena persediaan (penimbunan bahan baku, bahan setengah jadi, bahan jadi, atau bahan lain yang berlebih).

f. Karena gerakan (pengerjaan kembali atau hasil dari kegiatan-kegiatan yangtidak perlu).

D. Faktor Pendukung Just In Time

Sistem produksi Just In Time memiliki beberapa faktor pendukung yang berperan penting dalam usaha untuk mencapai keberhasilan penerapan sistem tersebut. terdapat beberapa faktor penting dalam Just In Time,Menurut Heizer dan Render (2004), yaitu:

1. Faktor Supplier (Pemasok)

Just In Time sangat memerlukan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli seperti konsep kemitraan (partnership). Sistem Just In

(26)

Time memerlukan jumlah pemasok yang sedikit, pemasok dekat dengan pabrik, peningkatan frekuensi pengiriman dalam jumlah kecil, dilakukannya kontrak jangka panjang, pemasok dibantu dalam peningkatan kualitas serta penerapan Just In Time yang dibangun secara bersama-sama.

2. Faktor Inventory (Persediaan)

Perusahaan pabrikasi biasanya menyimpan tiga jenis persediaan yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Just In Time memerlukan teknik dalam mengelola inventory antara lain penggunaan pull system untuk pergerakan inventory, pengurangan variabilitas, pengurangan persediaan, ukuran lot yang kecil dan pengurangan waktu set up.

3. Faktor Scheduling (Penjadwalan)

Scheduling atau penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu serta penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasi produksi. Just In Time mensyaratkan dan mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier, jadwal produksi yang bertingkat, menekankan bagian dari jadwal paling dekat dengan tempo, lot kecil, dan teknik kanban.

4. Faktor Layout (Tata Letak)

Tata letak (layout) merupakan susunan dari mesin-mesin dan peralatan serta semua komponen yang menunjang produksi dalam suatu pabrik. Tata letak yang baik memungkinkan pengurangan pemborosan yaitu pergerakan, misalnya pergerakan bahan baku maupun manusia.

(27)

5. Faktor Quality Management (Manajemen Kualitas)

Just In Time memiliki prinsip utama dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih penting dari output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih murah dari pada pekerjaan mengulang. Dengan demikian Just In Time lebih dapat menghemat biaya karena tidak ada pemborosan.

6. Faktor Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)

Pemeliharaan dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan melalui tindakan pencegahan. Preventive maintenance merupakan semua aktifitas yang dilakukan untuk menjaga peralatan dan mesin tetap bekerja dengan baik dan untuk mencegah kerusakan. Just In Time membutuhkan preventive maintenance yang terjadwal dan adanya pemeliharaan rutin harian.

7. Faktor EmployeeEmpowerment (Pemberdayaan Pekerja)

Pemberdayaan pekerja berarti melibatkan pekerja dalam setiap langkah proses produksi. Pemberdayaan pekerja dengan meluaskan pekerjaan pekerja sehingga bertanggung jawab dan memiliki kewenangan tambahan yang dipindahkan sedapat mungkin pada tingkat terendah dalam organisasi

E. Produksi Dengan Sistem JIT

Produksi dengan sistem JIT adalah sistem produksi berdasarkan tarikan permintaan sehingga produk dapat di produksi tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi, dan berbiaya rendah, berikut ini di jelaskan dua hal yang berkaita dengan produksi berdasarkan sistem JIT yaitu:

(28)

1. Sistem produksi

Untuk penerapan JIT dengan tepat, perusahaan harus memperbaiki rancangan alur produksi dengan pabrik. rancangan alur produksi adalah tahapan-tahapan fisik suatu produk dalam proses manufaktur muai dari bahan menta sampai menjadi bahan jadi. JIT manufaktur merupakan sistem tarikan permintaan.

tujuan tarikan JIT manufakrtur adalah menghasilkan suatu yang dibutuhkan dan hanya dalam kualitas yang di minta oleh para pelanggang sehingga pembelian material dan penjadwalan produksi untuk produk yangdi butuhkan pelanggang. dalam lingkungan JIT, arus barang-barang dikendalikan oleh pendekatan tarik (full approach) untuk pengolahan produk. sistem tarik bergerak dari tahap produksi akhir (perakitan produk akhir (perakitan produk jadi) kembali ke tahap awal produksi.

2. Pengiriman dengan sistem JIT

Tujuan dari produksi adalah untuk mendapatkan produk yang berkualitas tinggi yang di teri oleh konsumen dengan cepat. dengan demikian, perusahaan dapat membina hubungan dengan pelanggang yang memberi order besar bagi perusahaan yang nerupakan hal yang sangat penting yang mengikat input dari pelanggan yang di atur dengan baik. Penjadwalan yang baik dengan memperhatikan lead time untuk proses produksi akan sangat membantu bagi kelancaran proses manufaktur perusahaan maupun bagi pelanggan itu sendiri. selain itu JIT juga dapat meminumumkan biaya pemasaran dan biaya penyimpanan.

(29)

3. Klasifikasi biaya

Bagian ini menuraikan dan mengklasisifkasi beberapa macam perbedaan biaya. klasifikasi lain sangat berguna dalam sistem yang khusus.

Bagaimanapun, klasifikasi biaya lain dari yang lain. sebagai contoh biaya peredekspedisi bahan mentah, dapat di identifikasi ke dalam beberapa bentuk biaya (Lili sadeli,2010:44)

a. Konsep biaya di hubungkan dengan tingkat pruduksi

Konsep biaya dasar yang dihubungkan dengan tingkat produksi dari suatu pabrik. bagan megenai bentuk klasifikasi biaya tetap variabel ini merupakan analisis dari operasional pabrik untuk tujuan perencanaan dan pengendalian rencana-rencana tersebut. rencana tersebut di buat untuk memproyeksi biaya, setelah di hubungkan antara biaya variabel, biaya tetap, danpenjualan.

Tabel 1

PT. Bosowa Media Gafika konsep biaya

KONSEP DASAR DESKRIPSI DARI KLASIFIKASI

1. Biaya tetap (fixed cost) Setiap biaya yang jumlahnya tidak berubah-ubah paada setiap tingkat produksi dalam pabrik.contoh:biaya asuransi untuk pabrik dan biaya gaji dari produksi

(30)

b. Komponen biaya pengolahan produk

Biaya produksi (biaya operasi pabrik) dapat diklasifikasikan menurut komponen dalam proses manufaktur. klasifikasi setiap biaya pabrik di kategorikan seperti:

1. Bahan-bahan mentah (raw material) 2. Tenaga kerja langsung (directlabor) 3. Overhead pabrik (factory overhead)

Ketiga bentuk tersebut di uraikan secara rinci pada bagian berikut.

klasifikasi ketiga kategori ini atas biaya pabrik mambantu manajer untuk mancatat dan mengendalikan operasi.

1. Biaya bahan mentah (raw material cost)

Semua bahan mentahfisik dapat diidentifikasikan sebagai bagian dari barang jadi dan yang dapat ditelusuri pada barang jadi tersebut dengan cara yang sederhana dan ekonomis.

2. biaya variabel (variabel cost) Setiap biaya cenderung bertambah dalam total sebagaimana penambahan tingkat produksi,dan cenderung berkurang sebagaimana pengurangan tingkat produksi contoh: biaya bahan mentah dan biaya tenaga kerja langsung dalam pabrik.

(31)

2. Biaya tenaga kerja langsung (direct laborcost)

Tenaga kerja langsung adalah seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara fisik pada barang jadi dengan ekonomis. Contohnya operator mesin dan perakitan. Banyak upah seperti upah satpam, penjaga pabrik, dan pegawai administrasi gudang, termasuk upah tidak langsung, karena tidak mungkin atau tidak ekonomis untuk menelusuri aktivitas seperti itu pada setiap produksi. upah tidak langsung digolongkan sebagian dari biaya overhead pabrik.

3. Biaya overhead pabrik (factory overhead pabric )

Biaya overhead pabrik adalah semua biaya selain biaya bahan mentah atau upah langsung yang berkaitan dengan proses produksi. ada dua subklasifikasi overhead pabrik, yaitu:

a. Overhead pabrik variabel (factory overhead variabel)

Contohnya : Energi, perlengkapan, dan sebagian besar upah tidak langsung. Biaya aupah tidak langsung dari suatu kategoro tertentu adalah biaya variabel biaya tetap, tergantung pada perilakunya dalam perusahan tertentu.

b. Overhead pabrik tetap (factory overhead fixed)

Contohnya: Gaji penyedia, pajak karyawan, panyusutan mesin, gedung, asuransi, sewa, dan sebagainya setelah di ketahui bahwa biaya manufaktur/pabrik dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori umum, dapat di jelaskan kembali bahwa:

(32)

1. Bahan mentah (bahan-bahan) dan alat yang digunakan langsung dalam pembuatan produk.

2. Tenaga kerja langsung (biaya teaga kerja yang dihubungkan langsung dengan pengolahan produk).

3. Overhead pabrik (seluruh biaya-biaya dari pabrik kecuali bahan mentah dan tenaga kerja langsung)

F. Pengertian Persediaan

Yang di maksud persediaan adalah barang-barang dangan yang di maksudkan untuk di jual dalam kondisi usaha normal dan bahan baku yang di pergunakan dalam proses produksi untuk di jual. Menurut hendriksen (2006:19):

menyebutkan persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk di jual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksiAssauri (2006:147):

Jadi, persediaan merupakan bahan-bahan yang di sediakan bahan-bahan dalam proses yang terdapat di perusahaan untuk proses produksi serta barang- barang jadi atau produksi yang di sediakan untuk memenuhi permintaan dari langganan setiap waktu.

Persedian dapat di artikan sebagai uang yang dalam sementara waktu berada dalam bentuk harta berwujud dalam bentuk apapun, seperti sekantong bahan kimia, sebongkah kuningan, segunung kain, lempengan baja, dan bentuk barang lainnya yang menunggu proses lebih lanjut. Persediaan di simpan oleh

(33)

perusahaan yang setipa saat di jual. Persediaan disimpan oleh perusahaan yang setiap saat dapat di jual oleh perusahaan, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dalam siklus operasi normal.

Dari pendapat di atas mengenai persediaan, maka dapat di simpulkan bahwa persediaan merupakan segala sumber daya organisasi dengan maksud akan di jual atau persediaan barang yang masih dalam suatu proses pengerjaan yang menunggu penggunaanya.

Terdapat empat faktor yang di jadikan sebagai fungsi perlunya persediaan, yaitu:

1. Faktor waktu

2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier 3. Faktor ketidakpastian penggunaan, dan

4. Faktor ekonomis

Keempat dari faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk selalu menyediaakan persediaan tersebut lebih lanjut diuraikan sebagai berikut :

1. Faktor waktu:menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai ke tangan konsumen. waktu selama proses produksi ini di perlukan oleh perusahaan untuk membuat skedul produksi, mengelolah bahan baku, pengirman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi dan pengiriman barang jadi kepada konsumen. oleh karena itu, perusahaan memerlukan persediaan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).

(34)

2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier menyebankan perusahaan memerlukan persediaan. Ketidakpastian ini biasanya menghamabat proses produksi sehingga menyebabkan keterlambatan pengiriman kepihak konsumen, hal ini biasanya terjadi karena persediaan bahan baku terikat pada supplier, persediaan dalam terikat pada konsumen.

3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari pihak perusahaan yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahanperamalan permintaan, terjadi kerusakan mesin, terdapat bahan bau yang rusak atau cacat, dan berbagai kondisi lainnya, sehingga persediaandilakukan untuk mengentisipasi ketidakpastian peramalan akibat lainnya tersebut.

4. Faktor ekonomis, kejadian ini terjadi karena adanya keinginan perusahaan Berdasarkan pada jenis organisasi yang terdapat di negara kita, perlakuan terhadap persediaan dapat disebedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Pengecer, di mana bentuk persediaanya mudah di jual dan di gunakan tanpa melakukan proses trnsformasi atau konversi terlabih dahulu.sestem penyediaan maupun pemenuhan kebutuhan secara fisik langsung di peroleh dari pabrik atau agen.

b. Agen ( Distributor/pedagang besar) biasanya persediaan yang dimiliki oleh organisasi jenis ini dalam bentuk alat-alat kantor maupun barang jadi.

c. Pabrik, dimana persediaan dibeli untuk kemudian memprosesnya menjadi barang jadi siap dijual. Persediaan pada pabrik/perusahaan manufaktur terdiri dari persediaan barang baku, persediaan barang dalam

(35)

proses,dan persediaan barang jadi. Biasanya untuk mempermudah kelancaran proses.

Fungsi dan Manfaat Persediaan Fungsi tersebut menurut Handoko, antara lain:

1. Fungsi Decoupling Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut:

a. Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan pengiriman.

b. Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat lebih leluasa dalam berbuat.

c. Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.

2. Fungsi Economic Lot Sizing Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit.

3. Fungsi Antisipasi Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra.

Persediaan antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu.

Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman).

(36)

Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran kegiatan operasional internal dan eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi tanpa tergantung pemasok.sistem dan teknik pengendalian persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut prinsip Pengendalian Persediaan Menurut Matz:

1. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan suku cadang, tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang jadi.

2. Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan.

3. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien.

4. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan investasi persediaan.

5. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi.Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan.Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.Untuk mencatat taransaksi-transaksi yang mempengaruhi nilai persediaan.

G. Jenis-jenis Persediaan

Jenis persediaan yang ada dalam perusahaan tergantung pada jenis usahanya. Suatu barang dapat merupakan bahan baku bagi suatu perusahaan

(37)

,tetapi bagiperusahaan lain barang tersebut merupakan barang setengah jadi.

Menurut jenis usaha perusahaan,

Persediaan menurut Soemarso SR. (2003 : 412) seperti yang dirumuskan diatas, dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Perusahaan Perdagangan jenis usaha ini melakukan pembelian dan kemudian menjual kembali barang-barang tanpa mengadakan perubahan- perubahan yang prinsip alternatif hadap barang-barang yang diperjual belikan tersebut. Oleh karena itu barang-barang yang digunakan untuk menjalankan usaha digolongkan sebagai barang-dagang.

2. Perusahaan Industri manufaktur jenis usaha ini melakukan perubahan- perubahan prinsip alternatif hadap barang-barang yang dibeli sebelum barang tersebut dijual kembali. Persediaan jika dilihat dari jenisnya dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Bahan mentah/baku (Raw Materials) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Bahan ini diperoleh dari sumber alam maupun dibeli dari supplayer atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.

Bahan baku ini diperlukan untuk diolah melalui beberapa proses dan diharapkan menjadi barang jadi.

b. Bahan dalam proses (Worked in Process) yaitu keluaran produk yang masih memerlukan pemprosesan kembali untuk menjadi barang jadi.

Tapi mungkin saja barang setengah jadi dari suatu perusahaan merupakan barang jadi dari perusahaan lain atau bahan setengah jadi perusahaan

(38)

merupakan bahan baku perusahaan lain. Jadi pengertian barang setengah jadi adalah barang jadi pada perusahaan itu sendiri dan perlu diproses lebih lanjut oleh perusahaan itu sendiri menjadi barangjadi.

c. Barang jadi (Finished Good) yaitu persediaan barang yang telah selesai diproses dan siapun tuk dijual. Jadi barang ini merupakan produk/keluaran akhir dari suatu proses produksi pada perusahaan dan siapun tuk dipasarkan. Jadi barang ini merupakan produk selesai yang telah siap untuk dijual, biaya-biaya yang meliputi pembuatan produk selesai ini terdiri dari biaya bahan baku, upah buruh langsung serta biaya-biaya yang berhubungan dengan proses produk tersebut.

d. Bahan Pembantu atau perlengkapan ( Supplies) yaitu barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi atau membantu berhasilnya produksi atau dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. Misalnya minyak pelumas, bahan bakar dan lain-lain.

e. Barang dalam perjalanan (Good in Transit) yaitu merupakan barang- barang yang sedang dalam perjalanan. Disamping persediaan dapat dibedakan menurut jenisnya, persediaan dapat pula dikelompokkan menurut fungsinya menurut Sofjan Assauri ( 2002 : 221 ) yaitu :

1. Batch Stock atau Los Size Inventory Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan. Perlu kita ketahui bahwa relative lebih menguntungkan apabila kita melakukan

(39)

pembelian dalam jumlah besar, karena kemungkinan untuk mendapatkan potongan harga pembelian, biaya pengangkutan perunit menjadi lebih murah dan penghematan biaya-biaya lainnya yang mungkin diperoleh.

2. Fluctuation Stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan terlebih dahulu. Jadi apabila fluktuasi permintaan sangat besar maka persediaan yang dibutuhkan sangat besar pula guna menjaga kemungkinan turunnya permintaan.

3. Anticipation Stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi persediaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan/ permintaan yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukar diperolehnya bahan-bahan/barang-barang untuk persediaan sehingga tidak mengganggu kelancaran produksi. Yang tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan yaitu bahan penolong lainnya yang tidak digunakan dalam proses produksi, tetapi digunakan untuk kegiatan penjualan atau keperluan administrasi.

(40)

H. Alasan Memiliki Persediaan

Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untukmeminimalkan biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yangbesar dan jarang. Jadi meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan,persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang besar.

Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah yang relatif besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas.

Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.

2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati waktu pengiriman.

3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat : a. Kerusakan mesin.

b. Kerusakan komponen.

(41)

c. Tidak tersedianya komponen.

d. Pengiriman komponen yang terlambat.

4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.

5. Untuk memanfaatkan diskon.

6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.

I. Kerangka Fikir

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan bagaimana Pengendalian Persediaan yang dilakukan dengan sistem JIT dapat bermanfaat dalam pembelian, produksi, dan pengiriman.

Penerapan JIT didasarkan pada pelaksanaan produksi secara singkat dan cepat yang dijalankan secara tepat waktu, menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian awal pada perusahaan, maka dapat disusun kerangka dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam gambar berikut:

PT. BOSOWA MEDIA GRAFIKA

PERSEDIAAN BAHAN BAKU

SISTEM TEPAT WAKTU

KEUNTUNGAN

(42)

J. Hipotesis

Sebagai dasar pembahasan dalam kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penulis dalam hal ini akan mencoba mengajukan Hipotesis sebagai berikut: “Diduga Bahwa Penerapan JIT Dapat Mengifisienkan Biaya persediaan Dan Meningkatkan Keuntungan Pada PT. Bosowa Media Grafika Harian Tribun Timur”.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Makassar, dimana PT. Bosowa Media Grafika Makassar dengan produknya koran Tribun Timur dijadikan sebagai obyek penelitian.

Sedangkan waktu penelitian dan penyusunan laporan sekitar 2 (dua) bulan.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan guna pembahasan dan analisis ini maka digunakan dua metode penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data lapangan dengan cara melakukan observasi dan wawancara dengan pimpinan dan staf perusahaan.

2. Penelitian Pustaka (Library Research)

Yaitu pengumpulan data teoritis dengan cara menelaah berbagai buku literatur dan pustaka lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

28

(44)

C. Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis data

a. Data Kualitatif, merupakan yang telah di dapat atau bukan merupakan angka-angka yang diperoleh dari wawancara langsung dengan Pimpinan Perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

b. Data Kuantitatif, merupakan data yang dapat dihitung atau berupa angka-angka yang diperoleh dari buku laporan perkembangan penjualan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.

2. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan yaitu diperoleh secara langsung dan tidak langsung sebagai berikut :

a. Data Primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan berupa hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan secara langsung pada lingkungan perusahaan dengan nara sumber pimpinan perusahaan, manajer pemasaran dan bagian-bagian perusahaan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

b. Data Sekunder yaitu data yang berupa dokumen dalam laporan- laporan tertulis dari perusahaan serta informasi lainnya yang ada hubugannya dengan penulisan ini.

D. Populasi Dan Sampel

Sampel adalah “sebagian dari jumlah dan karekteriatik yang dimiliki populasi tersebut”. Penarikan sampel penelitian ini di lakukan secara purposive

(45)

sampling, bahwa purposing sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Oleh karena itu yang menjadi sampel penelitian ini adalah data produksi PT. Bosowa Media Grafika.

E. Metode Analisis

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan,yaitu dengan memaparkan dan membandingkan keuntungan yang di peroleh pada PT. Bosowa Media Gradika harian Tribun Timur dalam berproduksi yang juga dapat mengendalikan persediaan dan mengurangi persediaan, yang menjadi tolak ukur sebagai berikut :

Yaitu membandingkan antara BOP yang di targetkan oleh perusahaan dengan BOP yang di hitung berdasarkan just in time selama tiga tahun periode produksi.

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELTITIAN

A. SEJARAH SINGKAT PERUAHAAN

Surat kabar Tribun Timur pertama kali terbit 9 Februari 2004. Kantor pusatnya di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan wilayah edar meliputi dua provinsi utama di Sulawesi, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Tribun Timur merupakan salah satu koran daerah Kompas Gramedia yang dikelola PT Indopersda Primamedia (Persda Network), Divisi Koran Daerah Kompas Gramedia. Untuk menerbitkan Tribun Timur, Kompas Gramedia bekerja sama dengan Bosowa Group, kelompok usaha nasional terkemuka yang berbasis di Makassar, kota utama pintu gerbang Indonesia timur.

Koran ini merupakan generasi baru koran daerah Kompas setelah generasi pertama Tribun lahir di Kalimantan Timur (Tribun Kaltim) dan kemudian Tribun Timur. Sukses Tribun Kaltim dan Tribun Timur membuat bendera Tribun semakin berkibar, terlebih setelah koran Tribun yang lainnya juga menuai sukses yang luar biasa: Tribun Batam, Tribun Pekanbaru, Tribun Pontianak, dan Tribun Jabar (dulu Metro Bandung).

Sejak pertama kali terbit, Tribun Timur mendapat sambutan yang luar biasa dari pasar. Tribun Timur sekarang menjadi koran utama dan terkemuka di Makassar . Iklan Tribun Timur tahun 2008, menurut survey AC Nielsen, merebut

31

(47)

hampir 50 persen kue iklan di Makassar (iklan lokal maupun nasional). Sisanya diperebutkan oleh empat koran lain yang terbit di Makassar .

Dari sisi sirkulasi (oplaq) dan readership, Tribun Timur juga tumbuh pesat, menempatkan koran ini tidak hanya sebagai koran terkemuka di Makassar tapi juga masuk dalam jajaran koran-koran dengan readership terbanyak secara nasional. Bekerja sama dengan kompas.com, tribun-timur.com terus mengembangkan diri, antara lain, dengan menghadirkan Tribun TV. Fitur-fitur dan fungsinya akan terus dikembangkan, menyesuaikan dengan perkembangan website surat kabar di dunia.

Adapun tujuan didirikannya PT. Bosowa Media Grafika melakukan kegiatan usaha sebagai berikut :

1. Mengusahakan penerbitan surat kabar harian

2. Mengusahakan penerbitan berkala, yaitu meliputi majalah, tabloid, buletin, dan lain-lainnya

3. Menyelenggarakan kantor berita yang dapat menerima dan menyebarkan informasi serta memperdagangkan hasil-hasil informasi pers.

Mengusahakan percetakan pers dan percetakan umum antara lain berupa koran, majalah tabloid, brosur, buletin dan buku

B. Visi – Misi Tribun Timur

Sebagai salah satu penerbit koran di Indonesia, Tribun Timur memiliki visi ke depan sebagai berikut:

(48)

“ Menjadi kelompok usaha penerbitan, media online dan percetakan daerah terbesar dan tersebar di Indonesia melalui penyediaan informasi yang terpercaya untuk memberikan spirit baru dan mendorong terciptanya demokratisasi di daerah dengan menjalankan bisnis yang beretika, efisien, dan menguntungkan “

C. Stuktur organisasi

D.

E.

F.

G.

H.

PEMIMPIN UMUM

PEMIMPIN REDAKSI PEMIMPIN

PERUSAHAAN

REDAKTUR PELAKSANA

STAF PP

SEKRETARIS REDAKSI

STAF TI DOKUMN

MGR PRODUK

LAYOUT GRAFIS

DESK POL/NAS/EKOBIS/

HIBURAN/KOTA/O LAHRAGA/DAERA H/IPTEK/LN/DESK HUSUS/DESKFOTO

IKLAN SIRKULASI PERCETAKAN KEUANGAN PSD M

KOORDIN ATOR LIP

(49)

D. Tugas dan tanggung jawab

Pemimpin Umum bertugas memimpin secara kelembagaan PT Media Grafika Bosowa Makassar, baik secara internal maupun secara eksternal.

1. Pemimpin Redaksi bertugas menjalin komunikasi yang baik dan menciptakan tim work yang solid.

2. Pimpinan Perusahaan bertugas melakukan pengamblan keputusan yang tertinggi dalam pelaksanaan roda perusahaan.

3. Redaktur Pelaksana membawahi beberapa reporter tentunya, juga bagian desain, produksi dan kontributor.

4. Sekretaris Redaksi mengatur jadwal Pemimpin Redaksi dan bertugas menerima tamu.

5. Staf Pemimpin Perusahaan merupakan bawahan langsung Pimpinan Perusahaan.

6. Koordinator Liputan bertiugas mengkoordinir jadwal peliputan.

7. Manager Produksi bertugas mengatur dan bertanggungjawab ataslay out edisi berjalan.

8. Staf TI bertanggungjawab atas IT perusahaan.

9. Lay Out dan Grafis mengatur dan mendesain tata letak sebuah berita.

10. Desk bertugas menyusun berita.

11. Bagian Iklan berfungsi untuk mencari iklan yang akan dimuat.

12. Bagian Sirkulasi bertanggungjaab terhadap distribusi koran.

13. Bagian Pracetak dan Cetak bertanggungjawab terhadap proses pencetakan koran.

(50)

14. Bagian Keuangan bertugas mengatur pengeluaran perusahaan.

15. Bagian PSDM/ Umum bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia karyawan.

E. Sistem Kerja

Bagian produksi Harian Tribun Timur memiliki tenaga kerja berjumlah 26 orang waktu kerjanya adalah setiap hari kecuali hari besar (tanggal merah).

Perincian waktu kerjanya adalah sebagai berikut : a. 08.00 - 16.00 WITA

b. 20.00 – 03.00 WITA c. 21.00 – 04.30 WITA

Harian Tribun Timur memiliki dua tipe produksi yaitu Job Shop dan Job Order. Hal ini dilakukan agar seluruh permintaan pelanggan dapat terpenuhi. Tipe Job Shop dilakukan pada divisi cetak koran yang menangani produksi Harian Tribun Timur, Harian Kompas, dan Tabloid Bola. Sedangkan Job Order dilakukan pada divisi cetak umum. Yang menangani produksi brosur, pamflet, poster, dll.

F. Kegiatan Produksi

PT. Bosowa Media Grafika merupakan suatu perusahaan yang mempunyai kegiatan di bidang usaha industri terutama percetakan media massa dan umum, dimana pemasarannya difokuskan di daerah Indonesia Timur terutama untuk produk koran Tribun Timur. Selain itu juga perusahaan menerima order cetak yang bersifat umum berdasarkan pesanan oleh konsumen, sehingga spesifikasi

(51)

yang dibuat juga disesuaikan dengan keinginan konsumen baik dari segi bahan baku, desain, maupun modelnya. Dalam kegiatan produksinya, Tribun Timur melakukan beberapa kegiatan yang secara garis besarnya meliputi pengolahan bahan baku menjadi produk cetak media massa dan cetak umum yang siap pakai.

(52)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian

1. Just In Time Pembelian

Just In Time tidak hanya berlaku untuk persediaan akan tetapi juga pembelian, fungsi pembelian sangat terlibat dalam penerapan just in time.

Tujuannya adalah baik persediaan bahan baku, maupun persediaan dalam proses berada pada tingkat yang benar-benar minimum. Konsep just i n time menekankan pada pembelian bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi yang diperlukan untuk membuat produk yang dipesan konsumen baik melalui pesanan maupun kebutuhan pasar, sehingga tidak ada persediaan bahan baku di gudang kecuali untuk diproses. Pembelian Just In Time menurut Supriono, adalah:

“Sistem pembelian barang berdasarkan tarikan permintaan sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi, dan berharga murah”. Just In Time pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara :

1. Mengurangi jumlah pemasok.

2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.

3. Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan.

4. Mengeliminasi atau mengurangi aktivitas dan biaya tidak bernilai tambah.

37

(53)

5. Mengurangi waktu dan biaya untuk pemeriksaan mutu. Secara tradisional biasanya perusahaan akan melakukan pembelian dalam kuantitas yang besar sehingga perusahaan mendapatkan potongan harga dan mengantisipasi adanya kenaikan harga dimasa yang akan datang. Tujuan pembelian dalam kuantitas besar adalah mengurangi biaya persediaan. Just in time mempunyai tujuan yang sama akan tetapi pemecahan masalahnya berbeda. Just in time mencapai tujuan tersebut dengan mengadakan negoisasi kontrak jangka panjang dengan pemasok yang dipilih. pertimbangan pemilihan pemasok antara lain didasarkan atas Menurut Supriono :

a. Pemasok mempunyai lokasi terdekat dengan perusahaan.

b. Perusahaan dapat menjalin hubungan yang erat dengan pemasok.

c. Pemasok dapat menawarkan harga yang bersaing.

d. Pemasok mempunyai kinerja mutu dan kemampuan menyerahkan komponen tepat jumlah dan waktu sesuai dengan yang diperlukan

e. Pemasok mempunyai komitmen pada pembelian just in time yang digunakan oleh perusahaan. Perusahaan harus berusaha untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan para pemasok untuk mengurangi ketidakpastian permintaan dan mewujudkan rasa saling percaya sebab just in time menerapkan sistem kontrak jangka panjang.

Manfaat dari kontrak panjang menurut Supriono, adalah : 1. Dapat menentukan tingkat harga dan mutu yang diterima.

2. Frekuensi pemesanaan dapat berkurang sehingga biaya 3. pemesanan berkurang dalam jumlah besar.

(54)

4. Biaya komponen yang dibeli dapat lebih rendah.

5. Jumlah pemasok dapat diturunkan dengan tajam, Dengan

6. berkurangnya pemasok maka waktu dan biaya dikontrak dapat dikurangi

7. Dengan berkurangnya pemasok dan berhubungan baik dengan pemasok, maka mutu dan komponen yang dibeli dapat ditingkatkan secara signifikan.

8. Dengan adanya peningkatan mutu bahan dan komponen yang dibeli, maka biaya yang berhubungan dengan mutu dapat dihindari atau dikurangi.

Dengan demikian, kontrak jangka panjang menarik biaya set up dan pemesanan mendekati nol, pendekatan ini menjelaskan mengapa just in time pembelian sangat terlibat dalam mendorong ke persediaan nol.

2. Kinerja produksi dengan sistem just in time

Pertimbangan utama bagi just in time produksi adalah pengurangan biaya- biaya dengan sama sekali menghapus pemborosan. Ada enam jenis macam pemborosan dalam operasi produksi pengolahan produk pada PT. Bosowa media grafika antara lain:

a. Persediaan terlalu banyak, hal ini dapat di atasi dengan penerapan sistem tarik, dimana sistem ini bersifat revolusioner dalam arti bahwa proses berikutnya akan mengambail persediaan dari proses terdahulu. Karena hanya

(55)

dengan proses akhir yang dapat mengetahui dengan tepat penetapan waktu yang di perlukan dan jumlah persediaan yang di perlukan.

b. Liad time produksi terlalu lama, hal ini dapat di atasi dengan mengililinasi aktivitas yang tidak bernilai tambah bagi perusahaan.

c. Produksi berlebihan, hal ini dapat di atasi dengan menghapuskan pemborosan dengan produksi tepat waktu

d. Sumber daya produksi terlalu banyak, hal ini dapat diatasi dengan perubahan fungsi karyawan dimana selama ini karyawan hanya berfungsi tetapi dengan sistem just in time, karyawan menjadi fungsi ganda.

e. Investasi modal yang tidak perlu, hal ini dapat di atasi dengan penurunan BOP

f. Aktifitas yang tidak bernilai tambah, hal ini dapat di atasi dengan pengurangan biaya dan penigkatan produktifitas.

Keenam biaya produksi ini hanya menambah biaya produksi dan tidak menambah biaya produk. Selain itu hanya menambah biaya administrasif. Biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung maupun tidak langsung, biaya umum misalnya penyusutan dan lain-lain.

Tindakan pertama yang sangat penting adalah mengurangi atau menghapus pemborosan ini dalam menerapakn konsep just in time. Prosedur praktis dapat di jabarkan sebagai berikut:

3. Pengendalin dan pengurangan persediaan

(56)

Proses produksi yang di laksanakan PT. Bosowa media grafika adalah sistem dorong, artinya proses terdahulu memasok persediaan pada proses berikutnya.namun, metode ini akan menyulitkan penyusuian diri secera tepat terhadap perubahan yang disebabkan fluktuasi permintaan atau adanya perubahan model yang di pesan. Dengan sistem ini, untuk menyusuaikan diri terhadap berbagai perubahan, perubahan harus mengubah semua jabwal produksi secara serempak. Akibatnya, perubahan harus menimbun persediaan diantara semua proses untuk mengatasi persoalan dan perubahan permintaan. Dengan demikian, sistem tersebut sering menciptakan ketidak seimbangan persediaan antar pproses, yang sering mengakibatkan adaanya persediaan mati, keliebihan persdiaan dan suplus pekerja bila perubahan model terjadi.

sebaliknya, konsep Just in teme menerapkan metode yang di kenal dengan sistem tarik, sistem ini bersifat revolusioner, dalam arti bahwa proses berikutnya akan mengambil persediaan dari proses terdahulu. Karena hanya dengan proses akhir yang dapat mengetahui dengan tepat penetapan waktu yang di perlukan dan jumlah persediaan yang di perlukan. Dalam hal ini proses akhir pergi ke proses terdahulu untuk mendapatkan persediaan dalam proses yang di perlukan dalam waktu di perlukan untuk perngolahan koran.

4. lead time produksi

Waktu tunggu adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan atau yang terjadi antara saat pemesanan bahan baku dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut. Hal ini sangat erat kaitannya dengan penentuan

(57)

saat pemesanan kembali (reorder poin). Dengan diketahui waktu tunggu yang tepat, maka perusahaan akan dapat memberi pada saat yang tepat pula sehingga resiko penumpukan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Waktu tenggang = waktu proses + waktu inspeksi + waktu gerak + waktu menunggu ( queue time )

5. Penengendalian produk berlebihan

Pengerangan biaya di capai dengan menghapuskan pemborosan melalui proses produksi tepat waktu. dalam penjualan, konsep just in time akan di capai dengan memasok produk yang dapat di jual dan hanya dalam jumlah yang dapt di jual. Keadaan seperti ini menandakan produksi yang dapat sepat di sesuaikan dengan perubahan permintaan. Akibatnya kelebihan persediaan produk jadi dapat di hindari.

Produk berlebihan yang terjadi pada PT. Bosowa Media Grafika di sebabkan oleh jumlah produksi berubah-ubah berdasarkan ramalan permintaan akibat permintaan macam-macam produk. Selain itu, pada pabrik perusahaan di buat berbagai bermacam olahan dalam jumlah yang berbeeda. Fasilitas pabrik, tenaga kerja, persediaan dan unsur-unsur lain yang di perlukan untuk produksinya di siapkan dengan mengambil puncak permintaan sebagai standar. Akibarnya dalam periode operasi pruduk yang pendek, mungkin akan terlihat pemborosan dalam bentuk tenaga kerja dan persediaan.

Dengan penerapan just in time, jumlah produksi harian untuk produk koran di pertahankan secara keseluruhan.Pelancaran jumlah produksi merupakan

(58)

suatu gagasan pelancaran jumlah produksi kesekuruhan, hal ini di maksudkan untuk menghilangkan peborosan akibat kelebihan produksi pada proses terdahulu adapun langkah pelancaran produksi yaitu:

a. Menunjukkan adaptasi terhadap perubahan permintaan harian selama sebulan (permitaan sebulan)

b. Pengembangan fasilitas

6. Pengurangan investasi modal yang tidak perlu Investasi modal yang tidak perlu mencakup :

a. Pembangunan gudang untuk persediaan bahan baku yang banyak b. Penambahan pekerja baru untuk mengangkut persediaan ke gudang.

c. Pembelian mesin pengangkat untuk setiapalat angkut.

d. Penambahan karyawan pengendali persediaan untuk menangani gudang baru e. Penambahan oprator untuk menangani persediaan yang rusak.

f. Pembuatan proses untuk memenej jumlah persediaan yang banyak

Keenanm pemborosan di atas dapat di minimalisir dengan penerapan just in time, karena pada dasarnya filosofi just in time adalah memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan dan membeli persediaan juga berdasarkan kebutuhan, sehingga perusahaan tidak mempunyai persediaan yang berlebihan. Persediaan yang berlebihan akan menimbulkan peningkatan biaya.

7. Mengiliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah

Gambar

Tabel 3. Perbandingan laba menurt persahaan dan laba dengan sistem JIT ..........   48
Gambar  3.  Arus  perpindahan  produk  koran  dari  produsen  ke  konsumen  pada PT. Bosowa Media Grafika
Tabel 2. Perbandingan BOP menurut perusahaan dengan BOP JIT  Tahun  BOP menurut perusahaan  BOP menurut JIT 2010   12.142.673.857  12.055.241.857
Tabel 3. Perbandingan laba menurut perusahaan dan sistem JIT

Referensi

Dokumen terkait

Variabel paritas daya beli berdasarkan rasio inflasi antara Indonesia dan Amerika Serikat terbukti tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai tukar Rupiah/Dollar Amerika Serikat

Dapatan Kajian 4.2.1 Unsur Ketauhidan, Kerasulan dan Islam yang terdapat dalam Dewan Imam as-Syafie 4.2.2 Aspek Sastera dan Estetik dalam puisi as-Syafie 4.2.3 Peranan Imam

Terdapat tiga komponen lalu lintas yaitu manusia sebagai konsumen, kendaraan dan jalan yang saling melakukan interaksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi kondisi

Menurut Weisz (1973) ciri-ciri umum Bivalvia yaitu : hewan lunak; sedentary (menetap pada sedimen); umumnya di laut meskipun ada yang hidup di perairan tawar; pipih di bagian

Penelitian selanjutnya di lakukan oleh Zahreni & Pane (2012) menggunakan teori Ajzen & Fisbein (1975) yang menyatakan bahwa intensi berwirausaha merupakan

Demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan asimtomatik. Timbulnya gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam

Pada dosis pupuk kandang ayam yang sama, bobot kering tajuk kolesom asal stek lebih tinggi daripada asal benih.. Hal ini diduga karena adanya perbedaan fase