• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN DAN KOTA TERBAIK DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN DAN KOTA TERBAIK DI PROVINSI SUMATERA SELATAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN DAN KOTA TERBAIK DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Suripto

Puslitbang. SIOAN - LAN Jl. Veteran 10 Jakarta Pusat

E-mail: suripto3x@rocketmail.com atau suriptox3@gmail.com Diterima : 13/08/2013 Direvisi :04/10/2013 Disetujui : 23/12/2013

ABSTRAK

Provinsi Sumatera Selatan memiliki perkembangan pembangunan manusia yang sangat baik.

Hal ini ditunjukan dengan capaian peringkat 10 besar nasional dan pertumbuhan indek pembangunan manusia selama 2005-2010. Namun demikian, capaian tersebut merupakan kontribusi dari seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Selatan. Hal yang sangat menarik adalah perkembangan pembangunan manusia kabupaten dan kota sangat bervariasi, kondisi tersebut yang menunjukan kurang meratanya pembangunan di Sumatera Selatan. Study ini menganalisa kabupaten/kota yang memiliki perkembangan pembangunan manusia terbaik dengan menggunakan metode evaluasi dan tool analytical hierarchy process (AHP). Hasil Analisa menunjukan bahwa Kabupaten Musi Rawas memiliki pembangunan manusia terbaik dengan nilai 10.1 persen.

Kata Kunci : Sumatera Selatan, pembangunan manusia, pendidikan, kesehatan, perkembangan

DEVELOPMENT OF HUMAN DEVELOPMENT DISTRICT AND BEST CITY IN THE PROVINCE OF SOUTH SUMATRA

ABSTRACT

South Sumatera province has the development of excellent human development. This is evidenced by the achievements of the national top 10 ranking and growth in human development index during 2005-2010. However, the achievement is a contribution from all counties and cities in South Sumatra. It is very interesting is the development of human development and urban districts varying widely, which indicates the condition is less uneven development in South Sumatra. This study analyzes the District / Municipality that have the best human development progress by using the method of evaluation and analytical tool hierarchy process (AHP). Analysis results show that the Musi Rawas has the best human development with a value of 10.1 percent.

Keywords : South Sumatera, human development, education, health, development

(2)

PENDAHULUAN

Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antar provinsi memiliki variasi yang cukup tinggi.

Hasil tersebut tentunya tidak terlepas dari komitmen pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pembangun Perbedaan pencapaian ini mengaki batkan terjadinya disparitas pem bangunan antar daerah. Kualitas capaian IPM umumnya ditentukan dengan skala internasional dalam pencapaian IPM dikategorikan menjadi empat yaitu kategori tinggi (IPM≥80), kategori menengah atas (66≤IPM<80), kategori menengah bawah (50≤IPM<66), dan kategori rendah (IPM<50). Artinya bila nilai indeksnya semakin besar maka semakin berkualitas dalam pem bangunan bidang kesehatan, pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Kemudian merujuk pada hasil statistik tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) maka provinsi yang termasuk dalam 10 besar pembangunan manusia meliputi Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta (77,60); Sulawesi Utara (76,09); Provinsi Riau (76.07);

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) (75,77); Kalimantan Timur (75,56);

Kepulauan Riau (75,07); Kalimantan Tengah (74,64); Sumatera Utara (74,19);

Sumatera Barat (73,78); dan Sumatera Selatan (72,95).

Pada umumnya, penempatan prestasi pembangunan manusia didasarkan atas nilai akhir IPM dari setiap daerah.

Sehingga dengan demikian, provinsi yang telah memiliki nilai tinggi memiliki peluang yang besar untuk tetap menempati tertinggi dan sebaliknya. Hal ini menunjukan kurang objektifitas atas capaian pertumbuhan pembangunan manusia di daerah dalam waktu tertentu.

Pada level provinsi, IPM DKI Jakarta selalu menduduki peringkat pertama diikuti oleh Provinsi Sulawesi Utara, Riau, dan DI Yogyakarta. Sedangkan di peringkat terakhir, pada tahun 1990 ditempati oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur, tetapi tahun 1991 sampai 2004 peringkat terakhir ditempati oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan sejak tahun 2005 sampai 2010 peringkat terakhir IPM ditempati oleh Provinsi Papua. Gap antara IPM DKI Jakarta yang menempati peringkat tertinggi, dengan IPM Papua yang menempati peringkat terendah mencapai 12,66 poin sedikit menyempit dibandingkan gap tahun 2009 yang sebesar 12,83 poin.

(3)

Grafik 1.

Pergerakan Peringkat IPM Nasional Tahun 2005 sampai 2010

Sumatera Selatan menjadi salah satu provinsi dengan kualitas pembangunan manusia di atas rata- rata dari provinsi lainnya di Indonesia. Dengan Visi “Sumatera Selatan Sejahtera dan Terdepan Bersama Masyarakat Cerdas Yang Berbudaya”, Pembangunan manusia Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) selama periode 2005 sampai 2010 memiliki pertumbuhan yang sangat baik. Kondisi tersebut dapat dilihat dari peringkat Sumsel yang naik 3 peringkat secara nasional. Pada tahun 2005 Provinsi Sumsel menempati peringkat 13 sedangkan pada tahun 2010 menempati peringkat 10 atau sebagai juru kunci 10 besar pembangunan manusia nasional. Pertumbuhan yang dicapai selama kurun tersebut adalah sebesar sebesar 2.72 point.

Pergeseran peringkat pembangunan

manusia secara nasional tahun 2005 sampai 2010 seperti pada Grafik 1. Dari data tersebut dapat dilihat hanya ada dua provinsi yang memiliki peningkatan peringkat lebih tinggi dibandingkan Sumsel yakni Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Sedangkan yang mengalami penurunan cukup peringkat paling banyak meliputi Provinsi Banten, Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Sedangkan dilihat dari peningkatan jumlah nilai, Sumsel menempati peringkat ke lima setelah Papua Barat sebesar 4,32 point, Nusa Tenggara Timur sebesar 3,67 point, Sulawesi Selatan sebesar 3,56 point dan Jawa Timur sebesar 3,20 point. Dengan data dan fakta tersebut maka provinsi yang memiliki pertumbuhan nilai dan peringkat sangat baik meliputi Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Tentunya ketiga provinsi tersebut sangat menarik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut terkait pertumbuhan variabel -

(4)

variabel pembangunan manusianya.

Namun demikian study ini menfokuskan pembangunan manusia dengan lokus Provinsi Sumsel.

Perkembangan pembangunan manusia di Provinsi Bumi Sriwijaya ini ditunjukan dengan perbaikan variabel-variabel IPM. Data perkembangan varibel IPM tahun 2010 yakni bidang kesehatan ditunjukan dengan mening katnya angka harapan hidup sebesar 1,6 tahun, menurunnya angka sebanyak 2,3 Bayi per 1000 kelahiran hidup, Angka kematian ibu sebanyak 77,6 per 100.000 kelahiran hidup, menurunnya prosentase gizi buruk pada balita sebesar 0,2, mening katnya Presentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi sebesar 12,02, Persen tase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat sebesar 26. Capaian peningkatan tersebut tentunya tidak terlepas dari penyediaan akses kesehatan masyarakat antara lain bertambahnya sarana dan prasarana kesehatan seperti Posyandu Purnama & Mandiri, Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar, Persalinan oleh Tenaga

Kesehatan dan Rasio Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk. Dalam bidang pendidikan tahun 2010, Angka melek huruf sebesar 97,5 persen dan Angka rata-rata sekolah sebesar 9 tahun.

Selanjutnya dalam bidang ekonomi, Provinsi Sumsel mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,3 persen pada tahun 2006 dan pada tahun 2010 sebesar 6,9 persen, sebagai salah satu indikatornya di tunjukan dengan pendapatan perkapita berdasarkan harga berlaku tanpa migas sebesar Rp. 9.791.000 atau meningkat Rp. 505.000, penurunan persentase penduduk miskin sebesar 2,98 persen, penurunan tingkat penggangguran terbuka sebesar 0,86 persen dibandingkan dengan dengan tahun 2006.

Selain itu, Pertumbuhan ekonomi juga terakselerasi dibandingkan periode sebelumnya dan didorong oleh meningkatnya permintaan dunia atas komoditas primer.

Mestipun Data tahun 2010 menunjukan bahwa Pemerintah Provinsi Sumsel memiliki pertumbuhan pembangunan manusia yang relatif tinggi, akan tetapi masih banyak “pekerjaan rumah” yang harus dikerjakan dalam mencapai “Sumatera Selatan Sejahtera dan Terdepan Bersama Masyarakat Cerdas Yang Berbudaya”. Permasalahan yang dihadapai saat ini antara lain masih

(5)

cukup tingginya angka kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan penduduk, rendahnya akses pelayanan pendidikan dasar dan menengah terutama di daerah perdesaan dan daerah tertinggal, dan belum berkembangnya pelayanan pendidikan yang bermutu terutama pendidikan menengah dan tinggi. Hal ini ditunjukan dengan tingkat pendidikan angkatan kerja lebih dari 76 persen angkatan kerja berpendidikan paling tinggi SMP.

Dalam bidang kesehatan perlu ditingkatkan derajat kesehatan masyarakat, belum meratanya pelayanan kesehatan dan rendahnya partisipasi program Keluarga Berencana..

Disisi lain, hasil pembangunan manusia provinsi tersebut merupa kan kontribusi pembangunan manusia yang diselenggarakan oleh kabupaten dan kota di Sumatera Selatan. Pembangunan manusia kabupaten dan kota di lingkungan Provinsi Sumatera Selatan sangat bervariasi. Variasi capaian tersebut dapat dilihat dari capaian peringkat secara nasional. Sebagai contoh peringkat IPM tahun 2010, Kota Palembang menempati peringkat 54 (tertinggi di Sumsel), sedangkan

kabupaten musi rawas menempati peringkat 405 (terendah di Sumsel).

Kondisi tersebut menunjukan bahwa pembangunan pendidikan, kesehatan dan ekonomi di provinsi Sumatera Selatan belum merata antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Study tentang pembangunan manusia di Provinsi Sumsel bukanlah yang pertama. Kajian sebelumnya antara lain Kajian IPM Provinsi Sumsel yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumsel bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Sumsel. Secara khusus kajian ini bertujuan untuk menyajikan : 1) Perkembangan IPM dan komponennya. 2) Analisis perkembangan IPM antar kabupaten kota maupun komponennya. 3) Korelasi antara IPM dengan kemiskinan 4) Korelasi IPM dengan ketenagakerjaan 5) Korelasi antara IPM dengan ketahanan pangan.

Kajian atau analisis lainnya juga pada umumnya hanya menggunakan nilai IPM untuk menentukan prestasi pencapaian pembangunan manusia. Dengan memperhatikan hal tersebut, tentunya sangat menarik dan penting untuk memperkaya sudut padang capaian pertumbuhan pembangunan manusia di Provinsi Sumsel. Maka selanjutnya yang menjadi pertanyaan dan pernyataan study ini yakni: Bagaimana pertumbuhan

(6)

pembangunan kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan?

Kabupaten dan kota mana saja yang memiliki rata-rata pertumbuhan pembangunan manusia paling baik?

dan, Kebijakan apa saja yang diterapkan dalam menyelenggarakan pembangunan manusianya?

Pertanyaan ini tentunya sangat penting dijawab untuk mengetahui kabupaten dan kota yang memiliki pertumbuhan manusia terbaik di lingkungan Provinsi Sumsel serta kebijakan yang ditempuh untuk mencapai hasil pembangunan manusianya tersebut. Selain itu juga memberikan rekomendasi dalam peningkatan pembangunan manusia di kabupaten dan kota lainnya.

Tinjauan pustaka

Tinjauan pustaka dan literature study ini merujuk pada konsep teori serta kebijakan pembangunan manusia dilingkungan Provinsi Sumatera Selatan.

Konsep umum yang digunakan dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merujuk pada hasil Konggres Pembangunan Manusia Indonesia pada tahun 2006. Hasil konggres menyatakan bahwa, pengukuran IPM didasarkan atas tiga indeks dimensi utama yakni Indeks harapan hidup, Indeks pendidikan dan Indeks pendapatan.

Dalam pengukuran indeks tersebut dengan menggunakan empat indikator dalam pembangunan manusia yang meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil perkapita. Model perhitungan IPM seperti pada Gambar 1.

Gambar 1

Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia

Selanjutnya dalam pembangunan manusia mengandung empat komponen utama yakni Produktifitas,

Pemerataan, Keberlanjutan dan Pem berdayaan. Kebijakan pembangunan manusia dapat dilihat dari visi Sumatera

(7)

Selatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2008 – 2013. Untuk mencapai visi tersebut, Visi dijabarkan ke dalam 10 (sepuluh) Program Prioritas Daerah meliputi : 1) Pengembangan Pendidikan; 2) Peningkatan Kesehatan Masyarakat;

3) Revitalisasi Lembaga Pelatihan dan Keterampilan; 4) Pembangunan Pertanian; 5) Pembangunan Sumber Daya Energi; 6) Pembangunan Industri Pengolahan dan Manufaktur;

7) Pengembangan Inovasi; 8) Peningkatan dan Pemerataan Pem bangunan; 9) Kerjasama Ekonomi dan Kelembagaan; 10) Pembangunan Pemerintahan.

Untuk mewujudkan manusia handal dengan produktivitas tinggi yang bermartabat dan berkeadilan, Pemerintah Daerah Sumsel berusaha mewujudkan masyarakat sehat, berpendidikan tinggi dan berwawasan informasi terdepan serta memiliki kemampuan daya saing tinggi, kreatif dan produktif.

Untuk mencapai hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sumsel menetapkan strategi-strategi sebagai berikut: 1) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang

bermutu melalui pengembangan fasilitas dan sarana pendidikan baku, pembiayaan pendidikan dan kesejahteraan guru ; 2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan melalui perluasan pusat pelayanan (Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit Umum), fasilitas kesehatan, dan pembiayaan; 3) Revitalisasi pendidikan kepelatihan, keahlian, dan keterampilan untuk secara mandiri dapat berpartisipasi dalam membangun dan mengembang

kan usaha ekonomi produktif; 4) Meningkatkan partisipasi lembaga pendidikan non-formal untuk mencerdaskan dan memahirkan keterampilan masyarakat; 5) Menyedia kan beasiswa daerah dan memfasilitasi perolehan beasiswa internasional bagi putra-putri terbaik Sumatera Selatan untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Strategi tersebut diatas, Selanjutnya di uraikan menjadi arah Kebijakan Pemerintah Sumsel sebagai berikut : 1) Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan melalui Sekolah Gratis, pengembangan fasilitas, penyediaan sarana pendidikan, pembiayaan pendidikan dan peningkatan kesejahteraan guru ; 2) Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing melalui pengem bangan sekolah bertaraf interna

(8)

sional; 3) Peningkatan pembinaan kepemudaan dan olahraga; 4) Fasilitasi perolehan beasiswa internasional bagi putra-putri terbaik Sumatera Selatan untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi;

5) Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan; 6) Peningkatan prasarana dan fasilitas pelayanan kesehatan. 7) Pening katan kualitas pelayanan kesehatan.

8) Peningkatan kemampuan pem biayaan kesehatan. 9) Peningkatan jumlah dan kualitas Jaringan Keluarga Berencana. 10) Penguatan Kelembagaan Jaringan Keluarga Berencana. 11) Peningkatan dan pengembangan profesionalisme tenaga kerja. 12) Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan ekonomi produktif.

13) Peningkatan dan Pemanfaatan kapasitas Balai Latihan Keterampian Kerja dan lembaga kursus keteram pilan kerja.

Dalam Program Pengembangan Pendidikan Formal, Provinsi Sumatera selatan menetapkan kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut : 1) Menambah jumlah sarana, prasarana pendidikan dan guru untuk mendukung wajib belajar dua belas (12) tahun; 2)

Meningkatkan dan menguatkan pendidikan kejuruan menengah dan tinggi (politeknik) untuk menghasilkan tenaga profesional; 3) Meningkatkan kesejahteraan guru untuk pendidikan umum dan kejuruan; 4) Meningkatkan mutu guru melalui penyediaan pembiayaan untuk memenuhi kualifikasi dan kompetensi, serta menempuh pendidikan lanjut (sarjana dan pascasarjana); 5) Meningkatkan alokasi dana bagi pendidikan gratis 12 tahun serta meningkatkan akses terhadap pembiayaan pendidikan murah mahasiswa; 6) Membantu pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana untuk memperkuat pendidikan non-formal (fasilitas, pelatihan, dan magang); 7) Mengembangkan pendanaan khusus APBD untuk beasiswa nasional dan internasional bagi putra-putri ber prestasi Sumatera Selatan untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Sedangkan, pengembangan pendidikan non formal melalui Program Revitalisasi Lembaga Kepelatihan dan Keterampilan dengan kegiatan pokok sebagai berikut : 1) Meningkatkan dan memanfaatkan kapasitas fisik, sarana/prasarana, dan kurikulum Balai Latihan Keterampilan Kerja (BLK) sesuai

potensi daerah untuk

(9)

menumbuhkembangkan wirausaha dan pekerja terampil; 2) Mening katkan mutu SDM pengelola, pengajar, dan staf pendukung BLK secara merata dan berkelanjutan; 3) Membina dan mengembangkan keterampilan dan kewirausahaan bagi generasi muda; 4) Membina dan mengembangkan usaha ekonomi produktif termasuk sektor informal dan UKM sesuai dengan potensi daerah melalui BLK dan dukungan dana khusus; 5) Meningkatkan jejaring kerja sama BLK tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.

Selanjutnya, dalam Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menerapkan dengan kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut : 1) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan umum yang baku (Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit Umum) secara merata di seluruh wilayah; 2) Mengalokasikan dana yang memadai bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan murah; 3) Menangani penyakit menular dan endemik secara gratis, cepat, dan professional; 4) Menanggulangi gizi

buruk dan KKP (kekurangan kalori dan protein) melalui revitalisasi pelayanan keluarga berencana (keluarga sehat), Posyandu, Puskesmas dan Pendidikan Kesejah teraan Keluarga (PKK).

Sedangkan untuk memberikan peningkatan dan pemerataan Pembangunan, Provinsi Sumsel menerapkan kegiatan pokok sebagai berikut : 1) Membentuk forum bupati sebagai wahana komunikasi dan interaksi pembangunan di tingkat Provinsi Sumatera Selatan; 2) Menegaskan kewenangan provinsi dan kabupaten dalam percepatan dan pemerataan pembangunan; 3) Membangun keterkaitan ekonomi perkotaan dan perdesaan serta lintas daerah dalam satu sistem ekonomi terpadu; 4) Memberikan dukungan khusus bagi unggulan daerah (kabupaten) untuk penguatan kapasitas dan percepatan pembangunan; 5) Menyediakan fasilitas internet oleh provider untuk mewujudkan infrastruktur ICT dalam penumbuhan daerah ekonomi baru dan e-government.

METODOLOGI

Sesuai tujuan study ini diatas, maka metode yang digunakan adalah evaluasi.

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pertum buhan varibael pembangunan manusia satu daerah dengan daerah lainnya. Sedangkan untuk

(10)

memperkuat hasil evaluasi tersebut dilakukan study pustaka dengan menelaah dokumen-dokeman dan literature yang terkait dengan pembangunan manusia kabupaten dan kota di Provinsi Sumsel.

Dokumen tersebut meliputi antara lain peraturan perundangan, rencana strategis provinsi, kabupaten dan kota, kebijakan – kebijakan peme rintah daerah, dan literature lainnya.

Selanjutnya, dalam melakukan analisis digunakan tool analytical hierarchy process (AHP). AHP merupakan salah satu alat dengan menggunakan teknik yang terstruktur untuk menghadapi keputusan yang kompleks. AHP memberikan suatu kerangka komprehensif dan rasional

untuk penataan masalah keputusan, untuk mewakili dan mengukur unsur-unsurnya, untuk menghubungkan elemen-elemen dengan tujuan secara keseluruhan, dan untuk mengevaluasi solusi alternatif.

Keunggulan AHP antara lain menyusun model permasalahan dengan lebih sederhana, data yang digunakan dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif serta hasil keputusan lebih komprehensif. Sehingga, AHP dapat membantu para pengambil keputusan untuk menemu kan satu pilihan alternative yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. AHP yang digunakan dalam tulisan ini yakni Aplikasi Expert Choice 2nd Editioni. Model AHP Pembangunan Manusia seperti pada Gambar 2.

Gambar 2.

Model AHP Pembangunan Manusia

Tahapan dalam menggunakan AHP secara singkat sebagai berikut : 1) Menentukan tujuan, alternatif dan kriteria yang digunakan. Tujuan dalam study yakni Mendapatkan

Kabupaten/ Kota yang memiliki pertumbuhan manusia terbaik. Alternatif pilihannya adalah seluruh kabupten dan Kota di lingkungan Provinsi Sumatera Selatan meliputi Kabupaten Banyuasin,

(11)

Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabu paten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kota Lubuklinggau, Kota Pagar Alam, Kota Palembang dan Kota Prabumulih. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk mengukur alternative prioritas terbaik meliputi perkembangan ekonomi, perkem bangan angka harapan hidup, perkembangan lama sekolah, dan perkembangan melek huruf. Dimana

keempat hal tersebut merupakan indikator-indikator dalam pembangunan manusia; 2) Menetapkan prioritas antara elemen hirarki dengan membuat serangkaian penilaian berdasarkan perbandingan berpasangan elemen.

Dalam melakukan perbandingan berpasangan merujuk pada Tabel 1; 3) Periksa konsistensi penilaian. Hal ini sangat penting untuk menjaga konsistensi dalam membandingkan antara criteria satu dengan lainnya. Nilai maksimal deviasi yang diperkenankan adalah sebanyak 10.0; 4) Mensintesis penilaian ini untuk menghasilkan satu set prioritas keseluruhan hirarki; 5) keputusan akhir.

Tabel 1.

Skala Perbandingan Berpasangan Expert Choice

HASIL

Pertumbuhan Penduduk

Sumsel merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk

terbesar ke-9 di Indonesia. Jumlah penduduknya pada tahun 2010 mencapai 7.450.394 jiwa, jumlah penduduk terbesar berada di Kota Palembang dengan jumlah

(12)

penduduk 1,455 juta jiwa, sedangkan lebih kecil berkisar antara 126,2 ribu jiwa yang terkecil di Kota Pagaralam sampai dengan yang terbesar di Kabupaten Banyuasin dengan jumlah 750,1 ribu jiwa. Jika dibandingkan dengan data tahun 2009-2010, jumlah penduduk Sumsel mengalami pertumbuhan sebesar 1,85 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk antara kabupa ten/kota dalam sepuluh tahun terakhir juga cukup bervariasi.

Kabupaten Musi Banyuasin, OKU dan Kota Prabumulih mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi yaitu berturut-turut 3,25, 3,04 dan 2,95 persen per tahun.

Sedangkan pertumbuhan penduduk terkecil terdapat di Kabupaten Empat Lawang dan OKU Selatan, masing- masing sebesar 0,74dan 0,62 persen.

Perkembangan IPM

Dalam bidang pembangunan manusia sebagaimana dijelaskan sebe lumnya bahwa Provinsi Sumsel tahun 2010 memiliki nilai IPM dalam katagori menengah atas yakni sebesar 72,95. Capaian nilai tersebut merupakan nilai rata-rata

dari IPM seluruh kabupaten/ kota di Sumsel. Bila dilihat berdasarkan nilai IPM dan pertumbuhan IPM kabupaten / kota menunjukan bahwa terdapat variasi yang cukup tinggi. Kota dengan nilai IPM tertinggi adalah Kota Palembang dengan nilai IPM sebesar 76,23 disusul oleh Kota Prabumulih dengan nilai IPM sebesar 74,27. Sedangkan IPM terendah dimiliki oleh Kabupaten Musi Rawas dengan nilai IPM sebesar 67,64, disusul oleh Kabupaten Empat Lawang dengan nilai IPM sebesar 68,78. Sedangkan dari sisi pertumbuhan pembangunan manusia, IPM Provinsi Sumsel mengalami peningkatan sebesar 0.34 point dibandingkan dengan IPM tahun 2009.

Pertumbuhan IPM paling tinggi adalah Kabupaten Organ Komering Ulu sebesar 0.78 point disusul Kabupaten Lahat dengan pertumbuhan 0,77 point.

Sedangkan dengan pertumbuhan terendah adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yakni sebesar 0.33 point, disusul Kabupaten Banyuasin sebesar 0.33 point. Kondisi tersebut menunjukan bahwa pertumbuhan pembangunan manusia di Provinsi Sumsel sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Variasi perkembangan IPM kabupaten/kota di Sumsel seperti pada Grafik 2.

(13)

Grafik 2.

Perkembangan IPM Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Selatan 2009 – 2010

Perkembangan Kesehatan

Perkembangan kesehatan menjadi salah satu aspek terpenting dalam menilai pertumbuhan pembangunan manusia. Dimana hal tersebut menunjukan peningkatan kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Indikator yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk pada umumnya yakni angka-angka harapan hidup, kematiaan bayi, angka kesakitan dan status gizi. Untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan perlu pemberdayaan sumber daya manusia berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh

masyarakat perlu mendapat perhatian utama. Angka Harapan Hidup Provinsi Sumatera Selatan meningkat 0.20 tahun dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 69.40 tahun. Peningkatan angka harapan hidup tertinggi yakni Kota Prabumulih (0.40 tahun) diikuti secara berturut-turut Kabupaten Musi Rawas (0.36 tahun), Kabupaten Lahat (0.33 tahun), dan Kabupaten Ogan Ilir (0.29 tahun).

Sedangkan peningkatan terendah yakni Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Ogan Komering Ulu Timur (0.07), diikuti Empat Lawang (0.08), Ogan Komering Ulu (0.10), dan Kota Lubuk Linggau (0,15). Peningkatan Angka Harapan Hidup pada setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumsel selengkapnya seperti pada Grafik 3.

(14)

Grafik 3.

Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Selatan 2009 – 2010

Peningkatan tersebut dapat diartikan juga sebagai peningkatan kualitas kesehatan penduduk Sumsel. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator perbaikan dalam bidang kesehatan seperti antara lain menurun nya persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu aktivitasnya yang ditunjukan menurunnya angka kesakitan karena terganggu kesehatannya sebesar 2,70 persen atau menjadi 29,68 persen tahun 2010. Begitu juga untuk sakit atau lamanya terganggu aktivitas sehari- harinya cenderung menurun menjadi rata-rata 5,01 hari pada tahun 2010.

Perkembangan Pendidikan

Kunci penting lainnya dalam pembangunan manusia adalah perkembangan pendidikan masya rakat, dimana dapat dilihat dari

meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan, yang antara lain ditandai oleh menurunnya jumlah penduduk buta huruf;

meningkatnya secara nyata persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan pendidikan lanjutan dan berkembangnya pen didikan kejuruan yang ditandai oleh meningkatnya jumlah tenaga terampil.

Persentase penduduk Sumsel dengan usia 15 tahun ke atas yang melek huruf pada tahun 2010 mencapai 97,36 persen.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya angka melek huruf mengalami peningkatan sebesar 0.15 persen.

Kabupaten / kota yang memiliki pening katan persentase tertinggi adalah Musi Banyuasin (0.47 persen) diikuti Ogan Komering Ilir (0,32 persen), Pagaralam (0.26 persen). Sedangkan yang memiliki pertumbuhan terendah meliputi Ogan

(15)

Komering Ulu (nol persen), Muara Enim (nol persen) dan Musi Rawas masing-masing 0.01 persen. Nilai

angka melek huruf dan perkembangannya setiap kabupaten/kota seperti pada Grafik 4.

Grafik 4.

Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Selatan 2009 – 2010

Indikator bidang pendidikan lainnya yakni rata-rata lama sekolah, dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk usia 15 tahun keatas memiliki rata-rata lama sekolah 7,82 tahun. atau mengalami peningkatan sebesar 0.16 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk tingkat kabupaten/kota rata-rata lama sekolah tertinggi tercatat di Kota Palembang yang mencapai 9,96 tahun, sedangkan rata-rata lama sekolah terpendek terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu baru 6,74 tahun atau setara tamat Sekolah Dasar. Demikian juga di

Kabupaten Banyuasin dan Musi Rawas, di mana rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki setara kelas 1 SLTP dan perempuan hanya setara kelas 6 SD.

Sedangkan untuk peningkatan rata-rata lama sekolah paling panjang adalah Kabupaten Organ Komering Ulu selama 0.67 tahun dan Kabupaten Musi Banyuasin selama 0.46 tahun, sedangkan dengan peningkatan terpendek meliputi Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Ogan Ilir dan Kota Palembang dengan masing- masing selama 0.01 tahun. Peningkatan rata-rata lama sekolah selengkapnya seperti pada Gafik 5.

(16)

Grafik 5.

Perkembangan Rata-rata lama sekolah kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Selatan 2009-2010

Perkembangan Ekonomi

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pada tahun 2010 perkembangan ekonomi Provinsi Sumsel mengalami peningkatan sebesar 6,9 persen. Pertumbuhan tersebut telah menurunkan tingkat pengangguran sebesar 6,65 persen per Agustus 2010. Selain itu juga, peningkatan ekonomi telah menurun kan jumlah penduduk miskin menurun dari 1,332 juta jiwa pada tahun 2007 menjadi 1,105 juta jiwa pada tahun 2010 atau berkurang sekitar 0,164 juta jiwa atau 19,15 persen pada tahun 2007 menjadi

14,80 persen pada tahun 2010. Dengan membaiknya kedua indikator tersebut juga meningkatkan kemampuan daya beli penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2010 pengeluaran per kapita penduduk Sumsel mengalami peningkatan sebesar 1.60. Peningkatan tertinggi adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu (6.70), diikuti Kabupaten Lahat (5.60) dan Musi Banyuasin (4.60). Sedangkan Kabupaten / kota dengan peningkatan terendah meliputi Ogan Kemering Ilir, Banyuasin, Ogan Ilir dan Kota Palembang yakni hanya 0.10. Perkembangan selengkapnya seperti pada Grafik 6.

Grafik 6.

Perkembangan Pengeluaran Perkapita Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Selatan 2009-2010

(17)

PEMBAHASAN Analisa

Analisa dalam menentukan kabupatan / kota yang memiliki perkembangan pembangunan manusia terbaik di Provinsi sumsel, pembahasan dilaku kan dengan menganalisa prioritas indicator, perkembangan ekonomi, perkembangan kesehatan dan perkem bangan pendidikan serta perkem bangan pembangunan manusia terbaik.

Prioritas Indikator

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, indikator dalam pengukuran perkembangan manusia di Sumsel menggunakan empat indikator yang meliputi perkembangan ekomoni yang dilihat dari nilai pengeluaran perkapita, Perkem bangan Kesehatan dilihat dari angka harapan hidup dan Perkembangan Pendidikan dilihat dari lama sekolah dan melek huruf.

Penentuan prioritas indikator dilakukan

dengan memban dingkan secara berpasangan pada semua indikator.

Hasil analisa menunjukan bahwa perkembangan Kesehatan lebih penting karena memiliki nilai tertinggi yakni sebesar 0.395; kemudian perkembangan pendidikan degan nilai 0.326 dan perkembangan ekonomi sebesar 0.278. Hasil Prioritas indikator dengan tujuan seperti Grafik 7. Hal tersebut menunjukan bahwa indikator kesehatan lebih prioritas dibandingkan dengan pendidikan dan ekonomi, Indikator pendidikan lebih prioritas dibandingkan ekonomi. Kemudian, nilai inkonsistensi dalam melakukan perbandingan berpasangan sebesar 0.02 atau dengan kata lain, penentuan perbandingan antara indikator satu dengan lainnya telah sangat konsisten.

Dimana nilai standar inkonsistensi yang diperbolehkan dalam Aplikasi AHP adalah sebesar sebesar 0.10. (sepuluh persen).

Grafik 7.

Nilai Prioritas Indikator dengan Tujuan

Perkembangan Ekonomi Terbaik Hasil penentuan prioritas kabupaten dan kota sebagai

alternative dalam perkembangan ekonomi khususnya pengeluaran per kapita sebagai indikator pembangunan manusia

(18)

menunjukan bahwa Kabupaten Musi Rawas merupakan prioritas pertama dengan nilai tertinggi 15,1 persen, kedua adalah Kota Palembang dengan nilai 10,2 persen, sedangkan

ketiga Organ Komering Ulu, Kota Prabumulih, Kabupaten Pagar Alam dengan nilai 8,3 persen. Nilai prioritas selengkapnya seperti pada Grafik 8.

Grafik 8.

Nilai Prioritas Alternative dengan Perkembangan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi tanpa migas Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 sebesar 6,89 persen. Pertumbuhan tersebut didukung dari sektor angkutan dan komunikasi sebesar 13 persen, sektor jasa-jasa sebesar 7,55 persen. Sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga mampu tumbuh di atas 7 persen. Selanjutnya dilihat dari kontribusi kepada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor pertanian memiliki kontribusi paling besar yakni 40,4 persen, sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi 30,3 persen. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Musi Rawas juga didukung

kondisi usaha di Sumatera Selatan secara umum menunjukkan perkembangan usaha yang cukup baik seiring dengan pulihnya perekonomian global yang berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap komoditas primer.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik memberikan dampak pada tingkat pengangguran di Kabupaten Musi Rawas. Pada tahun 2010, Kabupaten Musi rawas memiliki paling sedikit jumlah pengangguran di Provinsi Sumsel yakni hanya 2.40 persen.

Menurunkan angka kemiskinan sebesar 2,02 persen yang dilihat salah satunya dengan persentase rumah tangga dengan Indikator kualitas dinding permanen mencapai 99,64 persen. Sehingga kondisi

(19)

tersebut telah meningkatkan pengeluaran perkapita tahun 2009- 2010, Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel menunjukan bahwa Kabupaten Musi Rawas memiliki peningkatan sebasar Rp. 4,09 ribu.

Peningkatan tersebut merupakan tertinggi dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di lingkungan Sumsel.

Dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, Kabupaten Musi Rawas menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan, mem bangun struktur perekonomian yang kokoh, menciptakan jaringan infrastruktur transportasi dan ekonomi yang andal dan terintegrasi.

Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan diselenggarakan dengan mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha, meningkatkan akses dan layanan permodalan dan pengembangan usaha bagi masyarakat miskin, memelihara dan mengembangkan kesempatan kerja, mengembangkan potensi wilayah serta memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar dan sarana ekonomi sesuai dengan karakteristik kebutuhan.

Sedangkan untuk membangun perekonomian yang kokoh dilakukan

dengan mengembangkan sistem agribisnis dan agroindustri, mewujud kan peningkatan investasi dan perdagangan, menjamin kepastian usaha, dan menyederhanaan sistem prosedur, serta membangun sektor pariwisata sebagai penggerak perekonomian dan lapangan kerja.

Menciptakan jaringan infrastruktur transportasi dan ekonomi yang andal dan terintegrasi dilakukan antara lain dengan meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan jembatan, membangun system transportasi baik darat, udara dan kereta api serta angkutan sungai, Mendorong peran serta aktif masyarakat dan swasta untuk pembiayaan pembangunan prasarana jalan.

Perkembangan Kesehatan Terbaik Hasil penentuan prioritas kabupaten dan kota sebagai alternative dalam perkembangan kesehatan khususnya angka harapan hidup sebagai indikator pembangunan manusia menunjukan bahwa Kota Prabumulih merupakan prioritas pertama dengan nilai tertinggi sebesar 15,4 persen, kedua Kabupaten Musi Rawas dengan nilai 13,1 persen, Ketiga Kabupaten Lahat 10,3 persen.

Prioritas selengkapnya seperti pada Grafik 9.

(20)

Grafik 9.

Nilai Prioritas Alternative dengan Perkembangan Kesehatan

Pencapaian tersebut seiring dengan visi yang telah ditetapkan oleh Kota Prabumulih menjadi "Penggerak Masyarakat Prabumulih Sehat 2011”, pencapaian pembangunan kesehatan ditandai dengan: 1) Lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat; 2) Perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit; 3) Pelayanan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Jawa Timur;

4) Masyarakat memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.

Membangun Organisasi Keseha tan yang mampu memberikan pela yanan prima dan didukung sarana serta sumber daya manusia yang profesional. Data BPS Provinsi Sumsel menunjukan bahwa Kota Prabumulih telah memiliki Sarana Kesehatan

antara lain: 1) Rumah Sakit Umum (RSU) sebanyak : 3 unit dengan jumlah tempat tidur banyak 367 unit; 2) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebanyak 7 unit; 3) Puskesmas Pembatu sebanyak 16 unit

Sedangkan SDM bidang kesehatan, Kota Prabumulih juga telah memiliki antara lain: 1) Tenaga Medis sebanyak 97 orang; 2) Tenaga Perawat sebanyak 540 orang; 3) Tenaga Non Perawat sebanyak 34 orang; 4) Sarjana Kesehatan lainnya sebanyak 36 orang.

Untuk mencapai visi kesehatan tersebut, Pemerintah Kota Prabumulih melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Membina dan mengendalikan penye lenggaraan pelayanan kesehatan serta melaksanakan pelayanan kesehatan khusus yang bermutu, aman merata dan terjangkau; 2) Menggerakan pembangunan berwawa san kesehatan dan memfasilitasi terciptanya lingkungan yang sehat; 3) Mendorong

(21)

terciptanya gerakan hidup bersih dan sehat; 4) Membangun Sistem Kesehatan Wilayah dalam upaya memelihara kesinambungan Pembangunan dan Pelayanan Kesehatan.

Perkembangan Pendidikan Terbaik Perkembangan pendidikan dalam pembangunan manusia Provinsi Sumsel diukur dengan dua indikator yakni perkembangan angka melek

huruf dan perkembangan rata-rata lama sekolah penduduknya.

Analisa AHP perkembangan angka melek huruf di Provinsi Sumsel menempatkan Kabupaten Empat Lawang sebagai prioritas pertama dengan nilai 20.5 persen, diikuti Kabupaten Musi Banyuasin dengan nilai 19.3 persen, Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan nilai 10.9 persen.

Nilai prioritas alternatif selengkapnya seperti pada Grafik 10.

Grafik 10.

Nilai Prioritas Alternative dengan Perkembangan Melek Huruf

Kemudian untuk Perkembangan rata-rata lama sekolah, Alternatif prioritas pertama yakni Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan nilai 24.6 persen, diikuti Kabupaten Lahat

dengan nilai 18.8 persen dan Kabupaten Musi Banyuasin dengan nilai 14.3 persen.

Nilai prioritas alternatif selengkapnya seperti pada Grafik 11.

Grafik 11.

Nilai Prioritas Alternative dengan Perkembangan Lama Sekolah

(22)

Prestasi dalam mengurangi tingkat keaksaraan tidak terlepas masih tinggi angka melek huruf di Kabupaten Empat Lawang. Tahun 2009 tingkat keaksaraan di Empat Lawang masih 9,04 persen. Kemudian tahun 2010 turun menjadi 7,75 persen sedangkan 2011 kembali turun menjadi 6,78 persen dari jumlah penduduk 221.176 jiwa. Artinya Pemerintah Empat Lawang telah mengurangi sebanyak 2,26 persen buta aksara. Program pemberantasan tuna aksara yang telah berjalan baik selama dua tahun terakhir. Sebagai upaya untuk mendorong terjadinya percepatan dalam pengentasan ke tuna aksaraan yang bersinergi dengan program penanggulangan kemis kinan dan percepatan pembangunan manusia, Kabupaten Empat Lawang membentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di seluruh wilayah Kabupaten Empat Lawang. Sedangkan untuk mengefektifkan pemberatasan buta aksara, Bidang Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Empat Lawang menyelenggarakan pelati han Keaksaraan Fungsional (KF).

Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki pertumbuhan terbaik dalam

penyelenggaraan pendidikan khusus nya dalam meningkatkan rata-rata lama sekolah. Hal ini dapat dikatakan sebagai hasil pelayanan prima dalam program pendidikan non formal dan informal Kabupaten Komering Ulu.

Komitmen pelayanan prima pendidikan ditunjukan dengan upaya mendekatkan akses pendidikan kepada masyarakat.

Pada tahun 2010 bertambah sekolah baru sebanyak 31 unit dimana 15 diantaranya dibangun masyarakat serta bertambahnya tenaga guru sebanyak 816 orang. Peningkatan sarana dan guru tersebut telah meningkatkan jumlah siswa sebanyak 15.995 orang.

Selain itu, pemerintah Ogan Komering Ulu menyelenggarakan pendidikan penyetaraan diantaranya Kejar Paket A, Paket B dan Paket C.

Perkembangan Pembangunan Manusia Terbaik

Prioritas alternative yang memiliki nilai terbaik dalam perkem bangan pembangunan manusia adalah Kabupaten Musi Rawas dengan nilai 11.0 persen, diikuti Kota Prabumulih dengan nilai 10.1 persen, Kabupaten Lahat dengan nilai 9.5 persen, Kabupaten Musi Banyuasin dengan nilai 9.5 persen dan selengkapnya seperti pada Grafik 12.

(23)

Grafik 12.

Nilai Prioritas Perkembangan Terbaik Pembangunan Manusia Sumsel

Selanjutnya, hasil analisa AHP pada sensitifitas kinerja kriteria perkembangan pengeluaran per kapita, perkembangan angka harapan hidup, perkembangan melek huruf dan perkembangan rata- rata sekolah terhadap pembangunan manusia di setiap kabupaten dan kota di Provinsi Sumsel seperti pada Grafik 13.

Kabupaten Musi Rawas memiliki perkembangan angka harapan hidup dan pengeluaran perkapita telah cukup tinggi. Sedangkan untuk perkembangan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah masih relative rendah. Untuk capai perkembangan ekonomi telah dibahas sebelumnya.

Selanjuntya perkembangan kesehatan Kabupaten Musi Rawas

didukung dengan peningkatan kemudahan mengakses sarana dan prasarana kesehatan antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manaje men kesehatan.

Untuk fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskes mas keliling, telah didirikan di seluruh kecamatan di Kabupaten Musi Rawas.

Namun demikian, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala antara lain.

Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah rumah sakit.

(24)

Dalam upaya terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat, arah pembangunan kesehatan antara lain berfokus pada: 1) Peningkatan kualitas pelayanan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan kelas III Rumah Sakit; 2) Peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah; 3) Peningkatan ketersediaan obat dan pengawasan obat, makanan dan

keamanan pangan; 4) Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk terutama keluarga miskin; 5) Peningkatan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan tenaga kesehatan; 6) Peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyara- kat; 7) Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan.

Grafik 13.

Sensitifitas Kinerja Kriteria Pembangunan Manusia Sumsel

KESIMPULAN

Perkembangan pembangunan IPM kabupaten dan kota di Provinsi Sumsel rata-rata sebesar 0.51 point, dimana perkembangan angka harapan hidup sebesar 0.21 tahun, angka melek huruf 0.16 persen, rata- rata lama seholah selama 0.20 tahun

dan pengeluran perkapita sebesar Rp.

2.35 ribu.

Hasil Analisa AHP Expert Choice 2nd Edition, Kabupaten dan kota dengan nilai perkembangan terbaik yakni Kabupaten Musi Rawas dengan nilai 10.1 persen.

Sedangkan untuk perkembangan pada

(25)

setiap indikator pembangunan manusia sebagai berikut:

1. Perkembangan Angka harapan hidup terbaik yakni Kota Prabumulih dengan nilai 15.4 persen dan Kabupaten Musi Rawas dengan nilai 13.1 persen.

2. Perkembangan Angka Melek Huruf dengan nilai terbaik yakni Kabupaten Empat Lawang dengan nilai 20.5 persen dan Kabupaten Musi Banyuasin dengan nilai 19.3 persen.

3. Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah terbaik yakni Kabupaten Komering ulu dengan nilai 24.6 persen dan Kabupaten Lahat dengan nilai 18.8 persen.

4. Perkembangan ekonomi yakni pengeluaran perkapita adalah Kabupaten Musi Rawas dengan nilai 15.1 persen dan Kota Palembang dengan nilai 10.2 persen.

SARAN

Secara umum, perkembagan indikator pembangunan manusia pada setiap kabupaten dan kota ditunjang dengan berbagai kebijakan dalam peningkatan sarana dan prasarana dalam bidang kesehatan, pendidikan dan akses ekonomi.

Namun demikian, Provinsi Sumsel masih dihadapkan pada permasalahan belum meratanya pembangunan manusia, dimana salah satu penyebabnya kesulitan sebagian masyarakat dalam mengakses sarana kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Oleh karena itu, Provinsi Sumsel perlu meningkatkan sarana akses seperti jalan-jalan, transportasi, dan sarana kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ernest H. Forman dan Mary Ann Selly, 2001 Decision By Objectives : How To Convince Others That You Are Right, Singapore, World Scientific Publishing

2. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik, 2011, Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2011. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

3. Bank Indonesia, 2011, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV – 2010.

Palembang: Kantor Bank Indonesia Palembang.

4. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2010, Sumatera Selatan Dalam angka 2010.

Palembang: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan.

5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Selatan, 2011, Arah Kebijakan Pembangunan Tahun 2012 Provinsi Sumatera Selatan. Palembang: Badan

(26)

Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

6. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Sumatera Selatan, 2008, Kajian Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 Palembang: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Sumatera Selatan.

7. Suripto, 2009, Evaluasi Pendidikan Dasar Tingkat Kecamatan di Kabupaten Banyuasin: Jurnal Pembangunan Manusia Volume 4 No. 11 Tahun 2010. Palembang: Balitbangda.

Provinsi Sumsel hal. 132 – 149.

8. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2010, Indikator Kesejahteraan Rakyat Sumatera Selatan 2009.

Palembang: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan.

9. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 13 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 – 2013.

10. Indeks Pembangunan Manusia,

diakses dari

http://arsip.tkpkri.org/indeks- pembangunan-manusia.html (Diakses: 19 September 2011).

11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011-2015:

sumber http://www.musi- rawas.go.id/musirawas/program-

kerja.html (Diakses tanggal 11 Agustus 2012)

12. Buta Aksara Empat Lawang Turun:

http://koransn.blogspot.com/2011/12/b uta-aksara-empat-lawang-turun.html (Diakses tanggal 11 Agustus 2012) 13. Kesehatan Kota Prabumulih sumber

http://www.kotaprabumulih.

go.id/Kesehatan.html (Diakses tanggal 11 Agustus 2012)

(27)

59

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi audit delay itu sendiri baik faktor internal maupun faktor eksternal (Aryaningsih, 2013). Penelitian tentang audit delay

NPL  (Non  Performing  Loan).  Rasio  ini  menunjukkan  bahwa  kemampuan  manjemen  bank  dalam  mengelola  kredit  bermasalah  yang  diberikan  oleh  bank. 

BP-PAUD dan Dikmas Sumatera Selatan memiliki SDM sebanyak 24 orang, dan mempunyai wilayah kerja Provinsi Sumatera Selatan (17 Kabupaten/Kota) dan Provinsi Kepulauan Bangka

Dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat, 3 Kabupaten daerah Tertinggal (Kabupaten Kepulauan Mentawai, Solok Selatan dan Pasaman Barat) memiliki ketimpangan

1) Penelitian yang dilakukan menggunakan data hasil produksi seluruh wilayah Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Selatan dari bidang Pangan dan Hortikultura. 2)

Salah satu sekolah yang memiliki anak-anak berimajinasi tinggi yaitu Pusat Paud Islam Terpadu (PPIT) Al-Ishlah yang merupakan sekolah unggul yang memberikan pelayanan

Sumber data yang dipergunakan adalahdata sekunder, yaitu data yang telah jadi berupa laporan keuangan, dokumen yang berasal dari koperasi Credit Union Pancuran

Prayitno (2013:103) menjelaskan bahwa kinerja guru BK meliputi konsep dasar BK, bidang pelayanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta aspek-aspek terkait