• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI DANAU TOBA KABUPATEN SIMALUNGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI DANAU TOBA KABUPATEN SIMALUNGUN"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI DANAU TOBA KABUPATEN

SIMALUNGUN

OLEH

GEMINI ARJA SARAGIH 150501056

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI DANAU TOBA KABUPATEN SIMALUNGUN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra destinasi terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Citra destinasi dalam penelitian ini dibagi menjadi empat komponen pembentuk citra destinasi, yaitu karakteristik alam, faktor bencana, amenitas dan infrastruktur.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis dan sumber data berupa data primer dengan jenis data cross section yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Data diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden yang meneliti tentang karakteristik alam, faktor bencana, amenitas infrastruktur dan minat untuk berkunjung ke Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dan path analysis dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Terdapat pengaruh signifikan citra destinasi (karakteristik alam, faktor bencana, amenitas dan infrastruktur) secara simultan terhadap afektif destinasi/minat berkunjung di Danau Toba Kabupaten Simalungun. Secara parsial karakteristik alam, faktor bencana dan amenitas berpengaruh signifikan. Tetapi infrastruktur tidak berpengaruh signifikan terhadap afektif destinasi/minat berkunjung. Citra destinasi (karakteristik alam, faktor bencana, amenitas dan infrastruktur) dan afektif destinasi/minat berkunjung secara simultan berpengaruh langsung dan signifikan terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Secara parsial karakteristik alam, faktor bencana, amenitas dan infrastruktur tidak berpengaruh langsung terhadap tingkat kunjungan wisatawan, namun berpengaruh tidak langsung melalui afektif destinasi/minat berkunjung.

Kata kunci : Citra Destinasi, Afektif Destinasi, Tingkat Kunjungan Wisatawan

(6)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF DESTINATION IMAGE ON THE LEVEL OF TOURIST VISIT IN LAKE TOBA SIMALUNGUN REGENCY

This research aims to determine the influence of destination image to the level of tourist visit in Lake Toba Simalungun Regency. The destination image in this research is divided into four components of the destination image-forming, namely natural characteristics, disaster factors, amenities and infrastructure.

This research is a quantitative study with the type and data source of primary data with cross section data types obtained directly from the object being researched. Data obtained from questionnaires given to respondents who examined the characteristics of nature, disaster factors, infrastructure and interests to visit the Lake Toba Simalungun Regency. The data analysis used in this study is multiple regression analysis and path analysis using SPSS program.

The results of this study show that: there is a significant influence of destination image (nature characteristics, disaster factors, amenities and infrastructure) simultaneously against affective destinations/interests visiting in Lake Toba Simalungun Regency. Partially natural characteristics, catastrophic factors and significant amenities are influential. But infrastructure has no significant effect on affective destinations/visiting interests. Destination image (Nature characteristics, disaster factors, amenities and infrastructure) and affective destination/interest visit simultaneously directly and significantly impact on the level of tourist visit in Lake Toba Simalungun Regency. Partially natural characteristics, catastrophic factors, amenities and infrastructures do not directly affect the level of tourist arrivals, but do not directly influence through affective destinations/visiting interests.

Keywords: Destination Image, Affective Destination, Level of Visitor Arrivals

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat, kasih dan pertolongan-Nya yang begitu besar sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Citra Destinasi Terhadap Tingkat Kunjungan Wisatawan di Danau Toba Kabupaten Simalungun”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua penulis Almarhum ayah St. Jalesman Saragih dan Ibunda tercinta Aspidawati Purba yang menjadi motivasi bagi saya untuk melanjutkan hidup, pendidikan dan atas segala cinta, kasih, doa maupun dukungan yang tulus yang diberikan kepada penulis.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si,. Selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec., selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, pikiran dan juga masukan untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP dan Bapak Drs. Murbanto Sinaga, MA., selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi saya.

7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.

8. Kepada Abang dan Kakak saya Hotdin Saragih, Rama Lenny Saragih, Jenri Saragih, Nurmaya Saragih, dan terkhusus kepada abang saya Junelpri Saragih yang selalu menjadi panutan bagi saya. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas doa dan dukungan kalian kepada saya, dari

(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Destinasi (Destination Image) ... 13

2.1.1 Pengertian Citra Destinasi ... 13

2.1.2 Pengaruh Citra Destinasi Pariwisata ... 15

2.1.3 Pembentuk Citra Destinasi Pariwisata ... 15

2.1.4 Afektif Destinasi (Minat Berkunjung) ... 19

2.2 Wisatawan ... 20

2.2.1 Pengertian Istilah Pariwisata ... 23

2.2.2 Bentuk dan Jenis Pariwisata ... 24

2.2.3 Permintaan Pariwisata ... 27

2.2.4 Penawaran Pariwisata ... 30

2.2.5 Teori Permintaan dan Penawaran ... 32

2.3 Penelitian Terdahulu ... 33

2.4 Kerangka Konseptual ... 35

2.5 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

3.2 Jenis Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.3.1 Populasi ... 38

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.6 Batasan Operasional ... 41

3.7 Defenisi Operasional ... 41

3.8 Variabel Penelitian ... 42

(10)

3.9.1 Deskriptif Presentase ... 44

3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 45

3.9.2.1 Uji Signifikansi Parsial (t) ... 45

3.9.2.2 Uji Simultan (F) ... 46

3.9.2.3 Besaran Koefisien Determinasi ... 46

3.9.3 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 48

4.1.1 Letak Geografis ... 48

4.1.2 Pariwisata Danau Toba Kab.Simalungun ... 49

4.1.3 Perkembangan Pariwisata Danau Toba ... Kab.Simalungun ... 49

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Karakteristik Responden ... 52

4.2.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

4.2.1.2 Berdasarkan Umur ... 54

4.2.1.3 Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 54

4.2.1.4 Berdasarkan Pekerjaan ... 55

4.2.1.5 Berdasarkan Jumlah Berkunjung ... 56

4.3 Hasil Pengolahan Data ... 57

4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 57

4.3.1.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 57

4.3.1.2 Uji Simultan (F) ... 60

4.3.1.3 Hasil Koefisien Determinasi ... 61

4.3.2 Analisis Jalur (PATH Analysis) ... 62

4.3.3 Hasil Analisis Jalur (PATH Analysis) ... 66

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... 33

4.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ... 51

4.2 Karakterisitik Responden ... 53

4.3 Karakteristik Responden ... 54

4.4 Karakteristik Responden ... 55

4.5 Karakteristik Responden ... 56

4.6 Karakteristik Responden ... 56

4.7 Hasil Uji Statistik t ... 58

4.8 Hasil Uji F ... 61

4.9 Uji Koefisien Determinasi ... 62

4.10 Hasil Uji PATH Analysis ... 63

4.11 Uji ANOVA PATH Analysis ... 63

4.12 Uji Determinasi PATH Analysis ... 64

4.13 Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, Total ... 67

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Grafik Kunjungan Wisatawan ... 10

2.1 Kurva Permintaan dan Penawaran ... 32

2.2 Kerangka konseptual ... 36

4.1 Peta Kabupaten Simalungun ... 49

4.2 Hasil PATH Analysis ... 66

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Kuesioner Penelitian 2 Daftar Nama Responden 3 Hasil Tabulasi Data

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pariwisata telah menjadi industri yang mendunia dan juga bisnis yang semakin berkembang. Industri pariwisata yang semakin berkembang diiringi oleh persaingan antar pengelola destinasi wisata yang semakin ketat. Para pengelola destinasi wisata saling berlomba untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan.

Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa dan perluasan kesempatan kerja nomor satu. Berkembangnya sektor pariwisata dapat menarik sektor lainnya untuk berkembang pula, karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat, peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Dengan adanya keterkaitan antara sektor industri pariwisata dengan sektor-sektor lainnya, diharapkan mampu menghasilkan devisa dan dapat pula untuk menyerap tenaga kerja sehingga dampaknya mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sektor pariwisata di Indonesia sangat penting sebagai salah satu pemasukan bagi pemerintah dari sektor non migas. Jauh sebelum krisis minyak pada tahun 1980-an akibat dari turunnya harga minyak di pasaran Internasional yang menyebabkan penerimaan devisa negara Indonesia dari ekspor minyak mengalami penurunan, menjadikan pemerintah Indonesia mulai melihat potensi besar dari keberagaman sumber daya alam, yang disertai dengan memiliki adat

(15)

istiadat dan kebudayaan yang memiliki keunikan tersendiri.

Usaha menumbuh kembangkan industri pariwisata di Indonesia didukung dengan UU No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan yang menyebutkan bahwa

“Keberadaan objek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan rasa cinta lingkungan, serta melestarikan alam dan budaya setempat”. Perkembangan suatu daerah pada dasarnya selaras dengan tingkat perkembangan penduduk dan kegiatannya yang merupakan elemen-elemen penunjang dalam perkembangannya.

Meningkatkan kunjungan wisata dibangun dari terciptanya kepuasan wisatawan terhadap destinasi wisata dan bagaimana kesan dari tempat wisata tersebut. Tingkat kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti sarana dan prasarana, sejarah tempat, risiko bencana atau keamanan (safety), pelayanan (service) dan bagaimana keterbukaan masyarakat di sekitar objek wisata tersebut.

Destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan Kepariwisataan Indonesia. Destinasi merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana ia dapat tinggal selama waktu tertentu.

Pertumbuhan ekonomi yang relatif meningkat memberikan harapan dan juga peluang bagi negara-negara di dunia untuk ikut mengembangkan pariwisata dan menjadikannya sebagai sumber pendapatan negara.

Indonesia mempunyai sumber daya dan modal yang besar dalam usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisatawan, karena bangsa Indonesia

(16)

3

memiliki kekayaan alam yang melimpah, pantai, danau, peninggalan sejarah, peninggalan purbakala, serta seni dan budaya yang dapat dijadikan aset-aset wisata. Keadaan ini selaras dengan isi Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisatawan diantaranya, dikemukakan bahwa kekayaan alam, flora, fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah serta seni dan budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar nilainya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisatawan.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), Saat ini sektor pariwisata Indonesia berkontribusi kira-kira 4% dari total perekonomian. Pada tahun 2019, Pemerintah Indonesia ingin meningkatkan angka ini dua kali lipat menjadi 8%

dari PDB, yang mengimplikasikan bahwa dalam waktu 4 tahun mendatang, jumlah pengunjung perlu ditingkatkan dua kali lipat menjadi kira-kira 20 juta.

Dalam rangka mencapai target ini, pemerintah akan berfokus pada perbaikan infrastruktur (termasuk teknologi informasi dan komunikasi), akses, kesehatan &

kebersihan dan juga meningkatkan kampanye promosi online (marketing) di luar negeri. Pemerintah juga merevisi kebijakan akses visa gratis di tahun 2015 untuk menarik lebih banyak turis asing.

Kurangnya infrastruktur yang layak di Indonesia adalah masalah yang berkelanjutan, bukan hanya karena hal ini sangat meningkatkan biaya-biaya logistik sehingga membuat iklim investasi kurang menarik namun juga mengurangi kelancaran perjalanan untuk pariwisata. Infrastruktur di Bali luar biasa dan di Jakarta cukup layak (kecuali untuk kemacetan lalu lintas yang sangat

(17)

besar), namun di luar Bali dan Jakarta kebanyakan infrastruktur di negara ini kurang layak, terutama di wilayah Timur Indonesia karena kurangnya bandara, pelabuhan, jalan dan hotel. Kurangnya konektivitas di dalam dan antar pulau berarti ada sejumlah besar wilayah di Indonesia dengan potensi pariwisata yang tidak bisa didatangi dengan mudah.

Pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu citra wisata yang positif, sebab dalam industri pariwisata, citra wisata itulah salah satu hal yang mempengaruhi niat wisatawan untuk berkunjung ketempat tersebut.

Seperti halnya dalam industri lainnya, dalam industri pariwisata pun tingkat keamanan (safety) atau risiko bencana sarana transportasi menjadi hal pendorong tingkat wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut.

Aksesibilitas merupakan salah satu komponen penting produk wisata.

Aksesibilitas memampukan wisatawan menjangkau antraksi dan akomodasi yang ditawarkan di pasar wisata, juga memungkinkan wisatawan mengunjungi destinasi wisata dengan mudah dan nyaman.

Faktor kemudahan dalam arti efisien dan kenyamanan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari unsur aksesibilitas ini. Oleh sebab itu kualitas aksesibilitas akan menentukan daya tarik objek wisata. Untuk melihat mutu aksesibilitas wisata digunakan empat indikator utama, yakni mutu kapal penumpang maupun barang, bus wisata, dan jalan raya. Oleh sebab itu persepsi yang buruk terhadap aksesibilitas untuk menuju suatu tempat destinasi wisata akan berdampak kurang menguntungkan bagi peningkatan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata.

(18)

5

Menurut Echner & Ritchie (dalam Jørgensen, 2004;13) citra destinasi (destination image) sebagai “kesan tempat” atau “persepsi area”. Lalu menurut Hunt (dalam Jorgensen, 2004:13) mendeskripsikan bahwa citra destinasi yang positif menghasilkan peningkatan kunjungan dan berdampak besar pada wisatawan.

Menurut Echtner & Ritchie (dalam Jørgensen, 2004;15) citra destinasi didefinisikan tidak hanya sebagai atribut destinasi tetapi juga kesan menyeluruh yang ditampilkan oleh destinasi. Citra destinasi terdiri dari karakteristik fungsional yang mennyangkut aspek nyata dari destinasi dan karakteristik psikologis yang menyangkut aspek tidak berwujud. Selain itu citra destinasi dapat diatur secara kontinum mulai dari ciri-ciri yang dapat digunakan untuk membandingkan semua destinasi yang unik menjadi sangat sedikit.

Motif-motif orang melakukan kegiatan wisata telah banyak dikaji dalam berbagai studi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa motif psikologis dan sosio-antropologis memainkan peran yang kuat. Motif psikologis terkait dengan apa yang secara fundamental diformulasikan oleh psikolog Abraham Maslow sebagai pemenuhan berbagai kebutuhan manusia. Dua diantara kebutuhan tersebut yang terkait dekat dengan motivasi berwisata adalah kebutuhan aktualisasi diri dan pengakuan sosial. Kaitan antara kebutuhan dan motif manusia dalam konteks pariwisata, mulai dari kebutuhan psikologis, rasa aman, rasa memiliki, harga diri, aktualisasi diri, perluasan pengetahuan dan estetika.

Citra destinasi yang negatif dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, seperti karakteristik alam yang buruk, akomodasi yang kurang baik, infrastruktur

(19)

yang buruk, dan bencana alam atau pun bencana non alam yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian manusia. Keempat hal ini berpengaruh besar dan memberikan citra negatif terhadap niat wisatawan untuk berkunjung kesuatu tempat wisata karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa takut untuk mengunjungi tempat tersebut.

Berdasarkan teori permintaan dan penawaran kunjungan wisatawan akan naik apabila ada penurunan harga dan penawaran yang baik, perubahan citra dari obyek wisata, dan peningkatan daya tarik obyek wisata. Sehingga strategi pengembangan obyek wisata, pelayanan dan kenyamanan harus selalu ditingkatkan agar terciptanya citra destinasi suatu wisata yang positif.

Salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara di Indonesia ialah destinasi wisata Danau Toba. Danau Toba adalah danau alami berukuran besar di Indonesia yang berada di kaldera Gunung Berapi Super. Danau ini memiliki panjang 100 kilometer, lebar 30 kilometer, dan kedalaman 1600 meter. Danau ini terletak di tengah pulau Sumatra bagian utara dengan ketinggian permukaan sekitar 900 meter.

Letak Danau Toba yang berada di Provinsi Sumatera Utara ini memiliki pulau di tengah-tengahnya, yang bernama pulau Samosir. Secara administratif dan geografis, Danau Toba dikelilingi oleh 7 kabupaten. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah Kabupaten Simalungun, Tobasa (Toba Samosir), Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir. (Wikipedia)

Danau Toba adalah pemegang rekor danau terbesar di Indonesia sekaligus juga di Asia Tenggara. Danau ini juga selain menjadi lokasi wisata, juga menjadi

(20)

7

lokasi bebagai penelitian ataupun proyek ilmiah karena keunikannya. Danau ini masuk dalam daftar 50 danau terbesar di dunia. Akibat luasnya danau ini, akses dari sisi luar danau toba ke Pulau Samosir (di tengah danau) menggunakan moda transportasi berupa kapal ferry atau kapal motor.

Danau Toba memiliki kedalaman hingga 1600 meter, sehingga menjadikannya masuk dalam 10 danau terdalam di dunia. Kedalaman di berbagai lokasi pada danau ini berbeda-beda, dan hal inilah sebagai faktor munculnya berbagai bermacam-macam spesies hewan ataupun tumbuhan yang hidup di dalamnya. Luas permukaan air danau ini adalah 1.124 km2 dengan permukaan danau yang berada pada ketinggian 903 m di atas permukaan laut. (Wikipedia)

Keberadaan Danau Toba dengan keindahan alamnya menjadikan daerah di sekitarnya sebagai prioritas Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Sumatera Utara (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, 2007). Saat ini kawasan Danau Toba ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan Destinasi Pariwisata Unggul (DPU) di provinsi Sumatera Utara. Menyadari hal tersebut, pemerintah menetapkan Kawasan Danau Toba (KDT) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) bidang pariwisata yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Di Kawasan Danau Toba bagian Kabupaten Simalungun terdapat beberapa daerah tujuan wisata seperti Parapat, Tigaras (Pantai Paris, Grace, Ardana, Batu Hoda dan lain-lain), Simarjarunjung, Haranggaol, dan lain-lain. Salah satu daerah yang paling terkenal dan banyak diminati adalah Parapat yang juga merupakan ibu kota Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Parapat merupakan pintu gerbang

(21)

utama menuju Pulau Samosir dan sering juga disebut Kota Wisata Parapat. Kota ini berkembang dan dikenal sebagai kawasan wisata sampai mengalami perkembangan pesat sekitar tahun 1990-an yang memiliki banyak hotel, penginapan, restoran dan sarana pendukung pariwisata lainnya termasuk dermaga yang menghubungkan Parapat dengan Pulau Samosir yang berada di tengah- tengah Danau Toba. Selain itu, Tigaras merupakan salah satu destinasi yang muali berkembang dan juga menjadi salah satu alternatif untuk menuju pulau samosir yang dapat ditempuh dari pelabuhan Tigaras ke pelabuhan Simanindo menggunakan kapal fery dan kapal motor.

Namun pengelolaan pariwisata Danau Toba dinilai masih perlu pembenahan. Tingkat kunjungan wisata Danau Toba Kabupaten Simalungun masih tergolong minim pengunjung bila dibandingkan dengan tempat-tempat wisata lain bahkan di negara lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti infrastruktur yang masih tergolong buruk, fasilitas publik yang kurang memadai, tingkat keamanan yang minim, perkembangan yang lambat dan masih banyak lagi. Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat agar dapat meningkatkan angka kunjungan wisata di Danau Toba.

Danau Toba sebagai destinasi wisata yang disukai banyak orang pernah mengalami beberapa bencana, baik itu bencana alam maupun bencana non alam.

Salah satu bencana yang baru-baru ini terjadi yaitu bencana tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba sekitar satu mil dari pelabuhan Tigaras Kabupaten Simalungun pada tanggal 18 juni 2018. Ketiadaan

(22)

9

kelengkapan seperti pelampung menyebabkan banyaknya orang yang hilang dan meninggal. Kelebihan muatan menjadi penyebab utama tragedi tenggelamnya kapal tersebut, sehingga membuat kapal oleng dan terbalik. Jumlah korban hilang dalam kejadian ini sebanyak 164 orang, korban meninggal sebanyak 3 orang dan korban yang selamat sebanayak 21 orang. (wikipedia)

Satu lagi bencana yang baru-baru ini terjadi yaitu bencan tanah longsor yang terjadi di Parapat Kabupaten Simalungun pada tanggal 30 Desember 2018.

Kejadian ini sempat menghalangi akses menuju Parapat dan Tapanuli. Terlebih kejadian ini terjadi pada hari libur Natal dan tahun baru, sehingga menghambat wisatawan yang ingin berwisata ke Danau Toba mengurungkan niat untuk berwisata ke Danau Toba.

Kejadian-kejadian tersebut tentunya memberikan citra yang negatif terhadap objek wisata Danau Toba. Pasca kejadian tersebut banyak media atau orang yang menyatakan jumlah kunjungan wisatawan di Danau Toba mengalami penurunan.

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan di Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Tabel 1.1

Jumlah kunjungan wisatawan di Danau Toba Kab. Simalungun Tahun 2015- Juni 2019

Tahun Objek Wisata Jumlah

(Orang) Parapat Tigaras Haranggaol

2015 133.700 93.525 3.012 230.237

2016 142.895 99.876 3.230 246.001

2017 290. 028 103.000 3.472 396.500

2018 120.069 14.050 2.823 136.942

2019/ Juni 45.002 16.500 598 62.100

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Simalungun

(23)

Berdasarkan tabel jumlah kunjungan wisatawan diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat kunjungan wisatawan pada tahun 2018 sampai 2019 Juni mengalami penurunan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumya. Objek wisata yang mengalami penurunan jumlah pengunjung secara signifikan adalah objek wisata Parapat dan Tigaras dengan tingkat penurunan lebih dari 60 persen.

Padahal kalau dilihat dari data pada tahun 2015 sampai 2017 jumlah pengunjung sudah mulai menunjukkan peningkatan. Data ini menunjukkan bahwa memang telah terjadi penurunan jumlah pengunjung pasca terjadinya bencana.

Hal tersebut juga dapat ditunjukkan melalui gambar grafik di bawah ini.

Sumber : Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kab. Simalungun Gambar 1.1

Grafik kunjungan wisatawan di Danau Toba Kab. Simalungun Tahun 2015- Juni 2019

Pada tahun 2015 sampai dengan 2017, objek wisata Danau Toba Kabupaten simalungun telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tetapi pada tahun 2018 sampai 2019 mengalami penurunan. Banyak faktor yang

0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000

2015 2016 2017 2018 2019/Juni

Tingkat Kunjungan Wisatwan

(24)

11

mungkin mempengaruhi hal tersebut, mulai dari faktor bencana (alam dan non alam) faktor karakteristik alam, amenitas (fasilitas) atau infrastruktur.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul “PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP

TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI DANAU TOBA

KABUPATEN SIMALUNGUN”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah citra destinasi (karakteristik alam, faktor bencana, amenitas, dan infrastruktur) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap afektif destinasi/minat berkunjung di Danau Toba Kabupaten Simalungun?

2. Apakah citra destinasi (karakteristik alam, faktor bencana, amenitas, dan infrastruktur) dan afektif destinasi/minat berkunjung secara simultan dan parsial berpengaruh langsung terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Danau Toba Kabupaten Simalungun?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mengacu pada perumusan masalah, yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah citra destinasi (karakteristik alam, faktor bencana, amenitas, dan infrastruktur) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap afektif destinasi di Danau Toba Kabupaten Simalungun.

(25)

2. Untuk mengetahui apakah citra destinasi (karakteristik alam, faktor bencana, amenitas, dan infrastruktur) dan afektif destinasi/minat berkunjung secara simultan dan parsial berpengaruh langsung terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Danau Toba Kabupaten Simalungun.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Intansi

a. Hasil penelitian dapat dijadikan gambaran tentang keadaan dan evaluasi kedepan, juga untuk kemungkinan pengembangan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh suatu bidang yang sedang dikelola oleh instansi yang bersangkutan.

b. Hasil penelitian dapat memberikan masukan serta bahan pertimbangan dalam membuat sebuah keputusan ataupun menyususun strategi bagi instansi yang bersangkutan.

2. Bagi Peneliti

Penulisan skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian, juga untuk menerapkan teori-teori yang telah didapat selama kuliah.

3. Bagi Akademisi

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan bagi peneliti berikutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah akademik.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Citra Destinasi (Destination Image) 2.1.1 Pengertian Citra Destinasi

Menurut Echner & Ritchie (dalam Jørgensen, 2004;13) citra destinasi sebagai “kesan tempat” atau “persepsi area”. Lalu, menurut Hunt (dalam Jørgensen, 2004;13) mendeskripsikan bahwa citra destinasi yang positif menghasilkan peningkatan kunjungan dan berdampak besar pada wisatawan.

Menurut Echtner & Ritchie (dalam Jørgensen, 2004;15) citra destinasi didefinisikan tidak hanya sebagai atribut destinasi tetapi juga kesan menyeluruh yang ditampilkan oleh destinasi. Citra destinasi terdiri dari karakteristik fungsional yang menyangkut aspek nyata dari destinasi dan karakteristik psikologis yang menyangkut aspek tidak berwujud. Selain itu citra destinasi dapat diatur secara kontinum mulai dari ciri-ciri yang dapat digunakan untuk membandingkan semua destinasi yang unik menjadi sangat sedikit .

Untuk meningkatkan pariwisata dan pemasaran pariwisata, citra merupakan faktor penting yang mempengaruhi permintaan pariwisata.

Berdasarkan sudut pandang ini, citra yang terdiri dari tingkat pencerahan obyektif, tayangan, prasangka, mimpi, harapan, emosi dan pikiran sangat menentukan wisatawan memilih destinasi liburan mereka. Mengingat definisi citra adalah fenomena perseptif atau kesan tempat yang membentuk pikiran konsumen logis- emosional citra seharusnya memiliki komponen kognitif dan emosional (Baloglu dan Bringberg, 1997:11).

(27)

Sedangkan menurut Tasci dan Kojak citra destinasi adalah persepsi individu terhadap karakteristik destinasi yang dapat dipengaruhi oleh informasi promosi, media massa serta banyak faktor lainnya.

Citra (image) pariwisata menurut Pitana dan Diarta (2009) adalah kepercayaan yang dimiliki oleh wisatawan mengenai produk atau pelayanan yang wisatawan beli atau akan beli. Citra destinasi tidak selalu terbentuk dari pengalaman atau fakta, tetapi dapat dibentuk sehingga menjadi faktor motivasi atau pendorong yang kuat untuk melakukan perjalanan wisatawan ke suatu destinasi pariwisata. Citra destinasi berdasarkan penilaian wisatawan dapat berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya.

Lawson dan Baud Bovy (dalam Lopes, 2011;307-308) mendefinisikan konsep citra destinasi sebagai ekspresi dari semua pengetahuan obyektif, prasangka, imajinasi dan pikiran emosional seorang individu atau kelompok tentang lokasi tertentu. Kemudian Kotler, Haider dan Rein (dalam Lopes, 2011;307-308) mendefinisikan citra sebagai jumlah dari semua keyakinan, ide dan kesan bahwa seseorang terkait dengan sebuah destinasi.

Keseluruhan citra destinasi adalah kombinasi dari komponen kognitif dan afektif (Mazursky & Jacoby, 1986, Stern & Krakover,, 1993), sedangkan menurut Beerli dan Martin (2004) pengalaman nyata berlibur di sebuah destinasi wisata berpengaruh penting dalam citra destinasi dari kognitif dan pandangan emosional (dalam Lopes, 2011;307).

2.1.2 Pengaruh Citra Destinasi Pariwisata

Lim dan O’Cass (dalam Lopes, 2011;311) menyatakan bahwa tujuan citra

(28)

15

yang kuat lebih mudah dibedakan dari para pesaingnya dan destinasi wisata dengan citra yang kuat dan lebih bercitra positif, lebih mungkin terpilih pada proses pengambilan keputusan akhir. Kemudian menurut Fakeye dan Crompton (1991) destinasi pariwisata dengan citra yang kuat dan terkonsolidasi memiliki jaminan dan kesejahteraan di pasar. Dengan demikian, citra menjadi salah satu aset utama destinasi pariwisata dan yang paling memberikan pengaruh terhadap keputusan wisatawan ketika memilih destinasi wisata.

Dalam bukunya yang berjudul Destination Image: Origins, Developments and Implication, Lopes (2011;308) menuliskan bahwa faktor psikologis seperti motivasi wisatawan dan nilai-nilai budaya sangat mempengaruhi pembangunan citra destinasi pariwisata bahkan sebelum wisatawan mengunjunginya (San Martin & Rodriguez, 2008)

Oleh karena itu, citra adalah konsep yang paling penting untuk menafsirkan pilihan yang dibuat oleh wisatawan (Mayo, 1973; Govers dan Go, 2003). Disisi lain govers dan Buka (2003) memperingatkan bahwa sulit bagi wisatawan untuk mendapatkan citra yang jelas tentang destinasi pariwisata tanpa mengunjunginya terlebih dahulu (dalam Lopes, 2011;308).

2.1.3 Pembentuk Citra Destinasi Pariwisata

Citra destinasi dibentuk oleh 4 (empat) faktor utama, yaitu faktor karakteristik alam, amenitas, infrastruktur dan fator bencana (alam dan non alam).

1. Karakteristik Alam

Karakteristik alam di suatu objek wisata menjadi salah satu daya tarik wisata bagi para wisatawan. Karakteristik alam yang dimaksud yaitu sesuatu yang

(29)

dihasilkan oleh alam, seperti iklim, pemandangan, air, matahari dan lain-lain.

Apabila suatu objek wisata memiliki karakteristik alam yang baik atau khas, maka akan menjadi nilai lebih untuk wisata tersebut, sehingga wisatawan tertarik untuk mengunjunginya.

2. Faktor Bencana

Bencana dibagi dalam dua jenis, yaitu bencana alam yang terjadi karena alam dan bencana non alam yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian manusia.

bencana alam yang disebabkan oleh alam, seperti tanah longsor, banjir, tsunami, angin topan, gempa bumi dan lain-lain. Sedangkan bencana non alam yang disebabkan oleh manusia, seperti kapal tenggelam, tabrakan, kebakaran dan lain- lain.

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut.

bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Bencana non alam artinya bencana yang terjadi karena disebabkan oleh manusia dan bukan disebabkan oleh alam. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006).

(30)

17

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala gejala alam yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban

manusia (Kamadhis UGM, 2007).

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana alam, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non- alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit dan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Bencana non alam yang disebabkan oleh manusia, seperti kapal tenggelam, kecelakaan lalu lintas, kebakaran dan lain-lain. Faktor ini juga berpengaruh besar terhadap pembentukan citra destinasi wisata yang negatif maupun positif. Bencana non alam bisa saja di antisispasi atau dicegah apabila ada ketelitian oleh pihak-pihak tertentu.

Lim dan O'Cass (dalam Lopes, 2011;311) menyatakan bahwa tujuan dengan citra yang kuat lebih mudah dibedakan dari para pesaingnya dan destinasi wisata dengan citra yang kuat dan lebih bercitra positif, lebih mungkin terpilih pada proses pengambilan keputusan akhir. Kemudian menurut Fakeye dan

(31)

Crompton (1991) destinasi pariwisata dengan citra yang kuat dan terkonsolidasi memiliki jaminan dan kesejahteraan di pasar.

Dengan demikian, citra menjadi salah satu aset utama destinasi pariwisata dan yang paling memberikan pengaruh terhadap keputusan wisatawan ketika memilih destinasi wisata.

3. Amenitas

Amenitas adalah semua bentuk fasilitas yang memberikan pelayanan bagi wisatawan untuk segala kebutuhan selama tinggal atau berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti hotel, restaurant, bar, discotheques, cafe, shopping center, souvenir shop, akomodasi, kebersihan, dan keramahtamahan. Disamping daya tarik wisata, wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata juga membutuhkan adanya fasilitas yang menunjang perjalanan dan memberikan berbagai kemudahan bagi wisatawan yang datang dalam rangka meningkatkan pengalaman rekreasi mereka.

Selain faktor atraksi, amenitas juga mempunyai peranan yang sangat besar bagi wisatawan yang akan mengunjungi suatu destinasi. Semakin lengkapnya suatu destinasi mempunyai amenitas atau fasilitas yang lengkap maka akan semakin banyak pula wisatawan yang akan mengunjungi destinasi tersebut.

4. Infrastruktur

Infrastruktur adalah suatu sistem fasilitas fisik yang mendukung kehidupan, keberlangsungan dan pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu masyarakat atau komunitas. Infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada katersediaan sarana prasarana penunjang. Dalam konteks

(32)

19

infrastruktur di Indonesia, infrastruktur di Indonesia lebih dikenal dengan prasarana (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sarana memiliki sifat mobile seperti mobil, kereta, dan lain-lain. Sedangkan prasarana memiliki sifat tidak mobile dan merupakan elemen pendukung kegiatan perkotaan seperti jalan, lahan parkir, jembatan, dan lain-lain.

peranan infrastruktur adalah sebagai aspek penting dalam pencapaian pembangunan, baik dalam bidang sosial maupun dalam bidang ekonomi. Peranan infrastruktur dapat dikatakan sebagai mediator antara lingkungan sebagai suatu elemen dasar dengan sistem ekonomi dan sosial masyarakat. Selain itu, peranan infrastruktur juga merupakan elemen pendukung kegiatan perkotaan. Prasarana perlu disediakan dalam suatu kota karena prasarana merupakan kebutuhan dasar (basic needs) dan prasarana dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi.

Pengembangan sektor pariwisata sangat terkait dan bergantung pada perkembangan infrastruktur yang tersedia. Peran infrastruktur menjadi sangat penting karena dengan pengembangan infrastruktur dan sistem infrastruktur yang tersedia, akan dapat mendorong perkembangan sektor pariwisata. Infrastruktur dapat mempengaruhi perasaan atau minat seseorang untuk melakukan perjalanan.

2.1.4 Afektif Destinasi (Minat Berkunjung)

Afektif adalah yang berkaitan dengan minat, sikap dan nilai. afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.

Komponen afektif ini terkait dengan motif wisatawan untuk memilih satu tujuan

(33)

dengan mengorbankan yang lain. Komponen afektif menjadi operasional sehubungan dengan evaluasi wisatawan terhadap pilihan tujuan wisata.

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Hendarto (2006: 2), menyatakan bahwa emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merk tertentu merupakan komponen afektif dari sikap tertentu. Emosi atau perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti konsumen sangat evaluatif sifatnya, yaitu mencakup penilaian seseorang terhadap objek sikap secara langsung dan menyeluruh.

Komponen afektif mengacu pada apa yang dirasakan wisatawan pada sebuah destinasi. Wisatawan membentuk perasaan mereka terhadap destinasi sebagai sebuah keyakinan atau opini.

2.2 Wisatawan

Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata.

Wisatawan sangat beragam, tua-muda, miskin-kaya, asing- nusantara, semuanya mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda. Dalam istilah ekonomi, wisatawan disebut dengan konsumen dan penyedia wisata ialah produsen. Jika ditinjau dari arti kata wisatawan yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).

(34)

21

Wisatawan adalah orang yang berwisata, yaitu orang yang bepergian ke suatu tempat dengan tujuan untuk bertamasya, melihat-lihat daerah lain, menikmati sesuatu, mempelajari sesuatu, menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, atau melepas penat dan bersenang-senang. Ada dua macam wisatawan, yaitu Wisatawan mancanegara adalah pelancong dari luar negeri, atau orang yang bertamasya ke negeri lain. Wisatawan domestik adalah wisatawan yang berpelancong ke tempat lain tetapi masih di negaranya sendiri.

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan pikiran dan benar- benar ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor

(Kusumaningrum, Dian. 2009:17).

Menurut Dian Kusumaningrum (2009:18), wisatawan berdasarkan sifatnya, yaitu:

1. Wisatawan modern idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual.

2. Wisatawan modern materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok.

3. Wisatawan tradisional idealis, ialah wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial dan budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.

(35)

4. Wisatawan tradisional materialis, wisatawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.

Menurut James J. Spillane (1987:24) ada dua kategori dianggap wisatawan dan tidak dianggap wisatawan yaitu:

1. Yang bisa dianggap wisatawan:

a. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, dan lain-lain.

b. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan- pertemuan atau karena tugas-tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas pemerintahan, diplomasi, agama, olah raga, dan lain-lain.

c. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

d. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun tinggal di suatu negara kurang dari 24 jam.

2. Yang tidak dianggap sebagai wisatawan:

a. Mereka yang datang baik dengan maupun tanpa kontrak kerja dengan tujuan mencari pekerjaan atau mengadakan kegiatan usaha di suatu negara.

b. Mereka yang datang untuk mengusahakan tempat tinggal tetap di suatu negara.

c. Penduduk di daerah tapal batas negara dan mereka yang bertempat tinggal di suatu negara dan bekerja di negara yang berdekatan.

d. Pelajar, mahasiswa dan orang-orang muda di asrama-asrama pelajar dan asrama-asrama mahasiswa. Mereka tidak dianggap sebagai wisatawan karena tujuan mereka bukan untuk berwisata.

(36)

23

e. Wisatawan-wisatawan yang melewati suatu negara tanpa tinggal, walaupun perjalanan tersebut berlangsung lebih dari 24 jam.

2.2.1 Pengertian Istilah Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari kata “pari”

yang berarti berkeliling atau bersama dan kata “wisata” berarti perjalanan. Jadi pariwisata berarti perjalanan keliling dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1996:112). Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan pasal 1 menyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Sedangkan Spillane (1987:22) menguraikan bahwa suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi 3 persyaratan yaitu:

a. Harus bersifat sementara

b. Harus bersifat sukarela dengan arti tidak terjadi karena paksaan

c. Tidak melakukan pekerjaan yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran.

Gamal Suwantoro (2004:3) menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat lain keluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosisal, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

(37)

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas dapat disismpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang bersifat sementara atau tidak untuk tinggal di tempat yang dikunjungi.

2.2.2 Bentuk Dan Jenis Pariwisata a. Bentuk Pariwisata

Pendit (1994:39) mengemukakan pariwisata dapat dibagi dalam kategori sebagai berikut:

1) Menurut asal wisatawan:

a) Dari dalam negri bisa disebut pariwisata domestik atau pariwisata nusantara

b) Dari luar negri bisa disebut pariwisata internasional atau pariwisata mancanegara

2) Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran:

a) Kepergian wisatawan keluar negri yang memberi dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negri disebut pariwisata pasif

b) Kedatangan wisatawan ke dalam negri, memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negri disebut pariwisata aktif

3) Menurut jangka waktu:

a) Pariwisata jangka pendek, apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu DTW (Daerah Tujuan Wisata) hanya beberapa hari saja

b) Pariwista jangka panjang, apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu DTW (Daerah Tujuan Wisata) waktunya sampai berbulan-bulan.

(38)

25

4) Menurut jumlah wisatawan:

a) Disebut pariwisata tunggal, apabila wisatawan yang bepergian hanya seseorang atau satu keluarga

b) Disebut pariwisata rombongan, apabila wisatawan yang bepergian satu kelompok atau rombongan yang bepergian untuk wisata , bisa 15-20 orang atau lebih

5) Menurut alat angkut yang digunakan:

a) Pariwisata udara b) Pariwisata laut c) Pariwisata kereta api d) Pariwisata mobil d. Jenis Pariwisata

Menurut Spillane (1987:29), jenis-jenis pariwisata berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu:

1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi keinginantahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, dan mendapatkan ketenangan.

2) Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)

Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari liburan untuk

(39)

beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.

3) Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain- lain.

4) Pariwisata untuk Olahraga (sport tourism)

Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

a) Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.

b) Sporting tourism of the practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain- lain.

5) Pariwisata untuk urusan dagang (business tourism)

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk

(40)

27

profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.

6) Pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism)

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi.

2.2.3 Permintaan Pariwisata

Menurut McEarchen (2000) permintaan pasar suatu sumber daya adalah penjumlahan seluruh permintaan atas berbagai penggunaan sumber daya tersebut.

Sedangkan menurut Nophirin (dalam Irma Afia Salma dan Indah Susilowati, 2004) permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu.

Permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi atas dua, yaitu potential demand dan actual demand. Yang dimaksud Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang dan tabungan relatif cukup). Sedangkan actual demand adalah orang- orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu. Kedua bentuk permintaan ini perlu mendapat

(41)

perhatian dalam perencanaan kegiatan promosi untuk menarik wisatawan berkunjung pada suatu DTW tertentu. (Oka A. Yoeti, 2008).

1) General Demand Factors

Secara umum, permintaan terhadap barang dan jasa industri pariwisata banyak tergantung dari hal-hal sebagai berikut, antara lain adalah:

a. Purchasing Power

Kekuatan untuk membeli banyak ditentukan oleh disposable income (pendapatan yang siap dibelanjakan) yang erat kaitannya dengan tingkat hidup dan intensitas perjalanan yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan yang bebas digunakan seseorang, maka semakin besar kemungkinan seseorang melakukan perjalanan wisata yang diinginkannya.

b. Demographic Structure and Trends

Permintaan terhadap produk industri pariwisata ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk, serta struktur usia penduduk. Jumlah penduduk yang banyak, tetapi pendapatan perkapitanya kecil maka kesempatan melakukan perjalanan wisata juga kecil. Penduduk yang masih muda dengan pendapatan relatif tinggi akan lebih besar pengaruhnya ketimbang penduduk yang berusia pensiun. Jumlah penduduk mempengaruhi angka kunjungan wisatawan.

c. Sosial and Cultural Factors

Industrialisasi tidak hanya menghasilkan struktur pendapatan masyarakat yang tinggi, juga yang meningkatkan pemerataan pendapatan dalam masyarakat sehingga waktu senggang meningkat dan ada liburan

(42)

29

yang dibayar membuat orang-orang berkecenderungan sering melakukan perjalanan wisata ke DTW yang mereka inginkan.

2) Factors Determining Specific Demand

Faktor-faktor yang menentukan permintaan khusus terhadap daerah tujuan wisata tertentu yang akan dikunjungi adalah sebagai berikut:

a. Citra

Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Apakah jika berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata tertentu akan menemukan seperti yang dibayangkan, dan terhindar dari pikiran negatif seperti ancaman gempa atau bom. Oleh sebab itu suatu obyek wisata harus memiliki citra yang bagus di mata wisatawan.

b. Harga

Dalam kepariwisataan berlaku price differentiation secara umum sebagai suatu strategi dalam pemasaran. Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan antara sesama tour operator. Bila perbedaan dalam fasilitas tidak begitu berbeda, calon wisatawan akan lebih suka memilih harga paket wisata yang lebih murah.

c. Daya tarik wisata

Pemilihan daerah tujuan wisata lebih banyak ditentukan oleh daya tarik yang terdapat di daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, apakah sesuai dengan keinginan. Misalnya daya tarik orang ingin ke Yogyakarta karena ingin melihat candi Borobudur dan candi Prambanan, serta

(43)

menyaksikan Sendratari Ramayana dan bukan untuk melihat Jalan Malioboro.

d. Kemudahan Berkunjung

Kemudahan transportasi ke DTW yang akan dikunjungi akan mempengaruhi pilihan wisatawan. Biasanya, tersedianya prasarana yang memadai akan menjadi pilihan pelabuhan yang bersih dan nyaman, jalan yang tidak berlubang-lubang menuju objek wisata, tersedia listrik dan air bersih yang cukup di hotel mereka menginap.

e. Informasi dan Layanan Sebelum Kunjungan

Faktor Tourist Information Service sangat penting untuk diketahui wisatawan karena dapat menjelaskan tempat-tempat yang akan dikunjungi wisatawan, kendaraan yang akan dipakai, waktu dan apa saja yang perlu dibawa, pelayanan pemesanan tiket, perpanjangan visa, penukaran valuta asing dan sebagainya. Semuanya ini penting untuk menentukan pilihan bagi wisatawan apakah ia akan menentukan pilihan berkunjung pada DTW tersebut atau tidak.

2.2.4 Penawaran Pariwisata

Menurut Oka A. Yoeti (2008: 155) dalam ilmu ekonomi, penawaran (supply) diartikan sejumlah barang, produk, atau komoditi yang tersedia dalam pasar yang siap untuk dijual kepada konsumen yang membutuhkannya.

Penawaran juga dapat diartikan sebagai sejumlah barang (goods), jasa (service) atau komoditi yang tersedia di pasar dengan harga tertentu pada suatu waktu tertentu.

(44)

31

Menurut Spillane (1987), aspek-aspek penawaran pariwisata terdiri dari : 1. Proses Produksi Industri Pariwisata

Kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri ditunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara terpadu dan baik.

2. Pentingnya Tenaga Kerja dan Penyediaannya

Perkembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja. Berkembangnya suatu daerah pariwisata tidak hanya membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat, tetapi juga menarik pendatang-pendatang baru dari luar daerah, justru karena tersedianya lapangan kerja tadi.

3. Pentingnya Infrastruktur / Prasarana

Motivasi yang mendorong orang untuk mengadakan perjalanan akan menimbulkan permintaan-permintaan yang sama mengenai prasarana, sarana- sarana perjalanan dan perhubungan, sarana-sarana akomodasi dan jasa-jasa, serta persediaan-persediaan lain. Industri pariwisata memerlukan prasarana ekonomi, seperti jalan raya, jembatan, terminal, pelabuhan, lapangan udara. Di samping itu dibutuhkan pula prasarana bersifat public utilities, seperti pembangkit tenaga listrik, proyek penjernihan air bersih, fasilitas olahraga dan rekreasi, pos dan telekomunikasi, bank, money changer, perusahaan asuransi, periklanan, percetakan, dan banyak sektor perekonomian lainnya.

4. Pentingnya Kredit

Faktor-faktor penentu dari pertumbuhan pariwisata adalah berbagai fasilitas (PMA, PMDN, Kredit Bank, dan lain-lain) yang diberikan oleh pemerintah.

(45)

2.2.5 Teori Pemintaan dan Penawaran

Pada hakikatnya, penawaran dalam industri pariwisata menurut Oka A.

Yoeti (2008:167) tidak lain adalah padanan dari permintaan pariwisata bila mereka datang berkunjung pada suatu Daerah Tempat Wisata (DTW).

Teori penawaran dalam pengertian ekonomi menyatakan bahwa terdapat suatu hubungan langsung antara harga suatu barang atau jasa dan kuantitas barang atau jasa yang ditawarkan produsen, jika hal lain-lainnya tetap sama atau tidak terjadi perubahan (cateris paribus). Adapaun alasan dibelakang hukum ini adalah bahwa jika harga dari suatu barang atau jasa naik, sedangkan harga-harga lainnya tetap sama maka produsen cenderung untuk menghasilkan barang atau jasa dalam jumlah lebih besar dari barang atau jasa itu. (Oka A. Yoeti, 2008)

Hal tersebut dapat dilihat pada gambar kurva permintaan dan penawaran seperti gambar berikut ini.

Sumber : Mankiw, Gregory N. (2008) Gambar 2.1

Kurva Permintaan dan Penawaran

Pada gambar 2.1 dijelaskan bahwa berdasarkan teori permintaan dan penawaran kunjungan wisatawan akan naik apabila ada penurunan harga dan

(46)

33

tarik obyek wisata, begitu juga sebaliknya. Sehingga strategi pengembangan obyek wisata, pelayanan dan kenyamanan harus selalu ditingkatkan agar terciptanya citra destinasi suatu wisata yang positif.

Seperti kita ketahui dalam Oka A. Yoeti (2008: 158), permintaan (demand) selalu berpasangan dengan penawaran (supply). Dalam ilmu ekonomi,

“Teori permintaan” mengatakan bahwa ada hubungan timbal balik antara harga dengan permintaan. Jika harga suatu barang atau jasa naik, sedangkan harga barang-barang dan jasa lainnya tetap sama, maka konsumen cenderung melakukan substitusi, menggantikan barang yang harganya naik dengan barang lain (yang mempunyai fungsi sama) yang harganya relatif lebih murah. Misalnya bila wisata pantai tarifnya naik, konsumen akan memilih wisata batik.

2.3 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N

o

Penelitian Judul Penelitian

Variabel Hasil Penelitian 1 Y Galih

Handawan (2015)

Pengaruh Citra Destinasi Pariwisata Waduk Sempro Terhadap Minat Wisatawan Berkunjung Ulang

Citra Destinasi, Minat Wisatawan Berkunjung Ulang

Persepsi citra

destinasi pariwisata

Waduk Sempro

berpengaruh positif

terhadap minat

wisatawan untuk berkunjung kembali ke Destinasi Pariwisata Waduk Sempro

2 Gheraldin Bella

Pengaruh Citra Destinasi

Citra Destinasi,

Cognitive destination image berpengaruh

(47)

Aviolitason a

(2017)

Terhadap Minat Kunjungan Ulang Wisatawan Umbul Sewu Pengging, Boyolali

Minat Kunjungan Ulang Wisatawan

positif secara signifikan terhadap minat kunjung ulang wisatawan Umbul Sewu Pengging Boyolali dan affective destination image berpengaruh positif secara signifikan terhadap minat kunjung ulang wisatawan Umbul

Sewu Pengging

Boyolali. Kedua variabel

tersebut juga

berpengaruh secara bersama-sama

terhadap minat kunjung ulang wisatawan Umbul Sewu Pengging Boyolali

3 Asya Hanif (2016)

Pengaruh Citra Destinasi Terhadap Kepuasan Wisatawan Serta

Dampaknya Terhadap Loyalitas Wisatawan

Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan, Loyalitas Wisatawan

Variabel citra destinasi berpengaruh signifikan terhadap variabel kepuasan wisatawan, Selanjutnya variabel

citra destinasi

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas wisatawan. Selain itu variabel kepuasan wisatawan berpengaruh signifikan terhadap variabel loyalitas wisatawan

4 Ratna Acintya Putri (2015)

Pengaruh Citra Destinasi, Fasilitas Wisata Dan Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan

Citra Destinasi, Fasilitas Wisata, Experiental Marketing, Loyalitas Melalui Kepuasan

Citra destinasi, fasilitas wisata dan experiential marketing

secara parsial

maupun simultan mempengaruhi

kepuasan pengunjung

dan loyalitas

pengunjung

(48)

35

5 Ni Ketut Sutrisnawa ti

(2018)

Dampak

Bencana Alam Bagi Sektor Pariwisata di Bali

Bencana Alam, Sektor Pariwisata

Bencana erupsi gunung Agung di tahun 2017 yang berlangsung hingga tahun 2018, telah

memberi dampak

terhadap sebagian besar masyararakat Bali terutama yang bekerja di sektor

pariwisata.

Berkurangnya

kunjungan wisatawan akibat travel warning, serta ditutupnya

bandara Ngurah Rai untuk beberapa hari akibat semburan abu

vulkanik sempat

membuat

industri di sektor pariwisata

Sumber : Diolah Oleh Peneliti 2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian digunakan sebagai landasan untuk menjawab permasalahan penelitian (Supramono dan Haryanto, 2005:35).

Landasan yang dimaksud berupa tinjauan literatur atas berbagai teori dengan hasil penelitian sebelumnya, berkenaan dengan masalah yang sedang diteliti. Menurut Supramono dan Haryanto, di dalam teori sendiri terdapat tiga elemen utama, yaitu:

1. Seperangkat konsep (konstrak) 2. Hubungan antar variabel

(49)

3. Tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena yang telah terjadi

Oleh sebab itu, kerangka teoritis juga memiliki konsep (variabel), hipotesis (proposisi) dan model. Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Citra Destinasi (X)

Sumber : Diolah Oleh Peneliti

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya harus diuji secara empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian di bidang ini.

Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan Karakteristi

k Alam (X1)

Amenitas (X3) Faktor Bencana

(X2)

Infrastruktu r (X4)

Afektif Destinasi/Minat

Berkunjung (Z)

Tingkat Kunjungan Wisatawan

(Y)

(50)

37

H1 : Citra destinasi (karakteristik alam, faktor bencana, amenitas, dan infrastruktur) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap afektif destinasi/minat berkunjung di Danau Toba Kabupaten Simalungun.

H2 : Citra destinasi (karakteristik alam, faktor bencana, amenitas, dan infrastruktur) dan afektif destinasi/minat berkunjung secara simultan dan parsial berpengaruh langsung terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Danau Toba Kabupaten Simalungun.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 bulan. Untuk tiga bulan pertama digunakan untuk menyusun proposal penelitian dan proses seminar, dan dua bulan berikutnya digunakan untuk penelitian di lapangan sampai kepada penulisan akhir skripsi. Tempat penelitian ini dilakukan di Danau Toba Kabupaten Simalungun, yaitu Tigaras, simarjarunjung dan Parapat Danau Toba Kabupaten Simalungun.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah untuk mendapatkan sesuatu yang objektif dan rasional. Jenis penelitian ini termasuk deskriptif analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2011:90) mengemukakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan pengunjung Danau Toba Kabupaten Simalungun. Daerah objek wisata Danau Toba Kabupaten Simalungun meliputi Parapat, Tigaras, Simarjarunjung dan Haranggaol. Daearah-daerah ini merupakan daerah objek wisata Danau Toba Kabupaten Simalungun.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Citra Destinasi Wisata Alam Terhadap Keputusan Berkunjung ke Kebun Raya Cibodas ”

objek penelitian dengan judul: “Pengaruh Citra Destinasi Terhadap Intensi Berkunjung Kembali Wisatawan Dengan Kepuasan Terhadap Sport Event Sebagai Variabel

Berdasarkan penjelasan tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Citra Destinasi Wisata Alam Terhadap Keputusan Berkunjung ke Kebun Raya Cibodas” survey

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa citra destinasi, Electronic Word Of Mouth (E-WOM), dan fasilitas memiliki pengaruh positif terhadap minat berkunjung generasi Z muslim

Pengaruh citra destinasi terhadap minat berkunjung ulang Hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti terkait dengan persepsi citra destinasi maka indikator tanggapan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 Media sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada destinasi wisata di Kabupaten Banyumas, 2 Citra

PENGARUH CITRA DESTINASI, VARIASI PRODUK, DAN FASILITAS TERHADAP MINAT BERKUNJUNG ULANG WISATAWAN LOKAL DI KAWASAN WISATA PANTAI LASIANA KOTA KUPANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah

Citra Destinasi dan Strategi Positioning secara bersama sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung bagi wisatawan ke destinasi wisata Pantai