• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ETSA DENTIN DAN JUMLAH PENGOLESAN PRIME & BOND 2.1 TERHADAP KEBOCORAN MIKRO TUMPATAN RESIN KOMPOSIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH ETSA DENTIN DAN JUMLAH PENGOLESAN PRIME & BOND 2.1 TERHADAP KEBOCORAN MIKRO TUMPATAN RESIN KOMPOSIT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ETSA DENTIN DAN JUMLAH PENGOLESAN PRIME & BOND 2.1 TERHADAP KEBOCORAN MIKRO TUMPATAN RESIN KOMPOSIT

Sari Kusumadewi

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Salah satu bahan tumpatan yang banyak digunakan saat ini adalah resin komposit.

Kelebihan resin komposit antara lain warna dapat dibuat semirip mungkin dengan gigi, kekuatan mekanis tinggi, koefisien muai panas rendah, perubahan dimensi kecil dan tahan terhadap abrasi. Kelemahan resin komposit adalah kurang dapat beradaptasi dengan struktur gigi sehingga menyebabkan timnul celah interfasial (interfacial gap) pada batas-batas tumpatan antara bahan tumpatan dan struktur gigi, sehingga dapat menyebabkan kebocoran mikro. Kelemahan resin komposit tersebut dapat diatasi dengan dua cara yaitu etsa asam dan penggunaan bahan bonding. Etsa dapat dilakukan pada email maupun dentin. Awalnya etsa dentin masih menjadi kontroversi sehubungan dengan efeknya terhadap pulpa. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa bahan etsa asam fosfat dapat mengangkat smear layer, melebarkan orifice dari tubuli dentinalis dan demineralisasi dentin hingga kedalaman 7,5 µm. Etsa dapat mengangkat kristal hidroksiapatit dan membuka serabut kolagen dentin.

Serabut ini harus dipertahankan kelembabannya untuk mencegah collaps. Pada penggunaan bahan bonding, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah jumlah pengolesan bahan bonding dentin. Hal ini akan berpengaruh terhadap ketebalan hybrid layer yang terbentuk serta kekuatan perlekatan bahan dengan struktur gigi. Studi membuktikan bahwa hanya dibutuhkan satu kali pengolesan bahan bonding dentin dan yang penting adalah cukupnya bahan bonding untuk menghasilkan mechanical interlocking. Jika dengan satu kali pengolesan sudah menghasilkan permukaan yang mengkilap rata di semua bagian, maka tidak dibutuhkan aplikasi ulangan.

Kata kunci: resin komposit, kebocoran mikro, etsa dentin, bahan bonding dentin

PENDAHULUAN

Resin komposit memiliki beberapa kelebihan antara lain warna dapat dibuat semirip mungkin dengan gigi, kekuatan mekanis tinggi, koefisien muai panas rendah, perubahan dimensi kecil dan tahan terhadap abrasi. Kelemahan resin komposit adalah kurang dapat beradaptasi dengan struktur gigi sehingga menyebabkan timbul celah interfasial (interfacial gap) pada batas-batas tumpatan antara bahan tumpatan dan struktur gigi, sehingga dapat menyebabkan kebocoran mikro. Kelemahan resin komposit tersebut dapat diatasi dengan dua cara yaitu etsa asam dan penggunaan bahan bonding.

Cara pertama adalah dengan etsa asam yang dapat diaplikasikan pada lapisan email maupun dentin. Etsa pada email dengan asam fosfat 85% pertama kali diperkenalkan oleh Buonocore pada tahun 1955. Etsa asam pada email akan menghasilkan lubang-lubang mikro

(2)

(microporosities) dimana resin berpenetrasi ke dalam lubang mikro tersebut dan membentuk

“resin tags” yang meningkatkan kekuatan perlekatan struktur gigi dan resin komposit.1 Selanjutnya Fusayama dkk. memperkenalkan etsa asam pada dentin. Pada awalnya cara ini menimbulkan kontroversi di kalangan peneliti. Sejumlah peneliti menyatakan bahwa etsa asam fosfat 37% pada dentin selama 15 detik menunjukkan hasil klinis yang kurang diharapkan setelah 4 tahun pemakaian. Aplikasi asam secara langsung pada permukaan dentin, yang terletak dekat dengan rongga pulpa, dianggap dapat memicu inflamasi pulpa sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan2. Sementara beberapa hasil penelitian lain menemukan hal yang bertentangan yaitu etsa asam fosfat tidak menyebabkan inflamasi pulpa, namun sebaliknya justru bermanfaat untuk menghilangkan smear layer sehingga memudahkan adaptasi bahan bonding yang diaplikasikan kemudian. Sejumlah penelitian menunjukkan hasil klinis yang baik terhadap kekuatan perlekatan bahan bonding yang diaplikasikan pada permukaan dentin yang telah di etsa3.

Cara kedua untuk meningkatkan ikatan resin komposit dengan struktur gigi adalah dengan penggunaan bahan adhesif. Sistem adhesif dikenal di bidang ilmu kedokteran gigi tumpatan sebagai cara yang digunakan untuk memperoleh kekuatan tarik perlekatan antara bahan tumpatan resin komposit dengan struktur gigi. Dalam perkembangannya, bahan adhesif di Kedokteran Gigi dikenal sebagai bahan bonding karena kemampuannya tidak hanya sekedar melekatkan, tetapi juga dapat saling mengikat, mengait dan mengunci secara erat4. Sistem adhesif terdiri atas tiga tahapan apikasi yaitu: a) kondisioner, digunakan untuk membersihkan dinding kavitas sehingga siap menerima bahan bonding dentin; b) Primer, berfungsi untuk meningkatkan adhesi bahan bonding dentin pada dinding kavitas; c) Bahan bonding dentin, yang dapat menembus ke dalam tubuli dentinalis dan mengikat bahan tumpatan resin komposit5. Saat ini, bahan bonding telah lebih disederhanakan dengan diciptakannya “one-component system” atau “single-bottle system” yang menggabungkan primer dan bahan bonding dentin dalam satu botol. Sistem ini lebih praktis dalam hal kemasan, namun tetap membutuhkan beberapa tahapan aplikasi6. Jumlah pengolesan bahan bonding dentin akan berpengaruh terhadap kekuatan perlekatan bahan tersebut dengan struktur gigi7. Prime & Bond 2.1 (Dentsply/Caulk) merupakan salah satu contoh produk yang menggabungkan primer dan bahan bonding dentin dalam satu kemasan. Prime & Bond 2.1 pada awalnya dianjurkan oleh pabrik pembuatnya untuk dioleskan dua kali. Pengolesan pertama dapat berperan seperti tahap aplikasi primer yaitu untuk membasahi dan menurunkan tegangan permukaan dentin, serta meningkatkan adhesi bahan bonding pada dinding kavitas.

Pada p[engolesan kedua, bahan ini akan mengisi celah yang ada dan menutupi seluruh permukaan dentin7. Pabrik pembuatnya kini mengubah petunjuk pemakaian bahan bonding menjadi cukup satu kali pengolesan8. Adanya perubahan petunjuk pemakaian tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengolesan Prime & Bond 2.1 merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan adhesi bahan tersebut. Bahan bonding dentin ini digunakan sebelum penumpatan resin komposit untuk mencegah terjadinya kebocoran mikro.

Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk mengetahui pengaruh etsa asam fosfat 37%

pada dentin dan jumlah pengolesan Prime & Bond 2.1 terhadap tingkat kebocoran mikro tumpatan resin komposit.

(3)

PEMBAHASAN

Kebocoran mikro merupakan rembesan mikroorganisme, cairan rongga mulut maupun kotoran di sepanjang celah interfasial antara bahan tumpatan dan dinding kavitas gigi9. Kebocoran mikro disebabkan lemah/gagalnya ikatan yang terbentuk antara bahan tumpatan dengan struktur gigi. Kebocoran mikro berhubungan erat dengan rendahnya kekuatan tarik perlekatan antara bahan tumpatan dengan struktur gigi. Hal ini dapat diatasi dengan aplikasi etsa asam dan bahan bonding. Kebocoran mikro yang terjadi dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor sifat fisik resin komposit maupun faktor etsa dan bahan bonding.

Penelitian terdahulu dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebocoran mikro dengan sifat pengkerutan dan koefisien ekspansi termal resin komposit. Penelitian yang berkembang selanjutnya dan berlaku hingga saat ini justru menemukan hal yang bertentangan yaitu bahwa kebocoran mikro merupakan salah satu akibat dari sifat fisik resin komposit yaitu adanya pengkerutan saat polimerisasi dan perbedaan koefisien ekspansi termal antara struktur gigi dan bahan restorasi resin komposit. Kedua hal tersebut dapat menimbulkan tekanan pada daerah interfasial antara resin dan struktur gigi, mengakibatkan gagalnya ikatan dan terbentuknya celah/gap. Gejala klinisnya adalah post-insertion sensitivity, marginal staining, recurrent decay hingga lepasnya tumpatan10.

Medina dkk11 melakukan penelitian dengan tujuan membuktikan hubungan antara etsa dentin dan jumlah pengolesan bahan bonding dentin dalam menghasilkan kekuatan tarik perlekatan tertinggi. Pada penelitian ini terdapat kombinasi antara penggunaan etsa dentin dan tanpa etsa dentin, masing-masing diikuti dengan satu dan dua kali pengolesan bahan bonding dentin. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan etsa asam fosfat dapat mengangkat smear layer, melebarkan orifice dari tubuli dentinalis dan demineralisasi dentin hingga kedalaman 7,5 µm12. Kekuatan perlekatan bahan bonding dentin terbukti lemah dengan adanya smear layer sehingga disarankan untuk mengetsa permukaan dentin sebelum aplikasi bahan bonding dentin13. Etsa dapat mengangkat kristal hidroksiapatit dan membuka serat kolagen dentin. Serabut ini harus dipertahankan kelembabannya untuk mencegah collaps 14 15 16.

Penelitian tersebut di atas menggunakan bahan bonding generasi kelima yang menggabungkan primer dan adhesif dalam satu larutan sehingga disebut juga one-bottle system. Sisten ini lebih sederhana dan ceoat untuk digunakan di klinik. Meskipun demikian, sistem ini masih memerlukan tahapan etsa/kondisioner terpisah dan sejumlah aplikasi primer/adhesif 8. Salah satu produk bahan bonding generasi kelima adalah Prime & Bond 2.1 (Dentsply/De Trey, Konstanz 78467, Germany). Prime & Bond 2.1 dikatakan cukup dioleskan satu kali pada dinding kavitas untuk memperoleh perlekatan yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya kebocoran mikro. Kandungan yang terdapat pada Prime & Bond 2.1 adalah PENTA (dipentaerythritol penta acrylate phosphoric acid ester), urethane modified BIS-GMS resin, TEDGMA (triethylene glycol dimethacrilate), dan fotoinisiator dalam aceton solvent8.

Saat aplikasi primer/adhesif, sisa air pada dentin bercampur dengan aceton/hydrophylic resin (PENTA). Aceton menguap, menyisakan molekul PENTA dalam serabut kolagen15. Polimerisasi yang terjadi selanjutnya akan menghasilkan suatu hybrid layer atau resin-dentin interdiffusion zone17 18. Kelompok yang di etsa menunjukkan gambaran hybrid layer dan resin tag yang tebal, sebaliknya kelompok yang tidak dietsa menunjukkan hybrid layer dan resin tag yang tipis bahkan tidak ada. Penelitian yang

(4)

dilakukan oleh Cadroy, Boj dan Garcia-Godoy19 terhadap Prime & Bond 2.1 juga membuktikan tidak adanya hybrid layer pada kelompok yang tidak di etsa. Dari data mengenai ketebalan hybrid layer pada kelompok etsa dan non etsa, tidak ditemukan hubungan antara ketebalan hybrid layer dengan kekuatan tarik perlekatan 20 21 22 23.

. Mereka menemukan bahwa kekuatan tarik perlekatan lebih dipengaruhi oleh luas area perlekatan, bukan oleh ketebalan hybrid layer16. Kelompok etsa menunjukkan adaptasi yang baik dengan resin pada intertubular hybrid layer dan resin tag pada peritubular hybrid layer. Adaptasi ini penting utnuk mencegah kebocoran mikro 24. Kelompok non etsa hanya dapat berikatan dengan permukaan dentin namun tidak dapat menembus smear layer dan membentuk resin tag.

Jumlah pengolesan bahan bonding dentin yang bertambah tidak berpengaruh pada kekuatan tarik perlekatan8. Dibandingkan satu kali pengolesan, dua kali pengolesan bahan bonding dentin menghasilkan hybrid layer yg juga tebal namun tidak ada perbedaan dalam hal kekuatan tarik perlekatan. Ketebalan hybrid layer mempengaruhi kualitas perlekatan bahan bonding melalui tiga hal. Pertama, bahan bonding merupakan unfilled resin yang mengalami pengkerutan saat polimerisasi. Dengan dua kali pengolesan bahan bonding, hybrid layer yang terbentuk makin tebal sehingga pengkerutan yang terjadi selama polimerisasi juga makin nesar. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kebocoran mikro25. Kedua, unfilled resin memiliki sifat mekanis yang rendah sehingga berpengaruh pada kekuatan perlekatan 26. Ketiga, dengan dua kali pengolesan atau lebih, berarti dibutuhkan dua atau lebih semprotan udara. Hal ini dapat meningkatkan timbulnya oxygen inhibition yang akan melemahkan perlekatan27. Studi membuktikan bahwa hanya dibutuhkan satu kali pengolesan bahan bonding dentin. Yang penting adalah adanya bahan bonding yang cukup untuk menghasilkan mevhanical interlocking. Jika dengan satu kali pengolesan sudah menghasilkan permukaan yang mengkilap rata di semua bagian, maka tidak dibutuhkan aplikasi ulangan8.

Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah bahwa pengkerutan dan koefisien ekspansi termal berhubungan dengan terjadinya kebocoran mikro tumpatan resin komposit. Hal ini bisa diatasi dengan etsa asam dan pengolesan bahan bonding dentin.

Kedua hal tersebut berpengaruh pada pembentukan hybrid layer dan resin tag namun tidak ada hubungan antara ketebalan hybrid layer dengan kekuatan tarik perlekatan. Kekuatan tarik perlekatan Prime & Bond 2.1 tercapai maksimal dengan pengetsaan terlebih dahulu diikuti cukup satu kali pengolesan bahan bonding dentin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Annusavice, K.J., 2004, Phillips, Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Penerjemah: Johan A.B., dan Susi P., EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

2. Dijken, 1994, Clinical Evaluation of Four Dentin Bonding Agent in Class V Abrasion Lesions: a four-year-follow-up, Dent Mater., 10: 319-324

3. Kanca, J.A., 1991, A Method for Bonding to Tooth Structure Using Phosphoric Acid as Dentin-Enamel Conditioner, Qiuntessence Int., 22:285-290

4. Phillips, R.W., 1991, Science of Dental Material edisi 9, WB Saunders Co., Philadelphia, h.22

5. Combe, EC, 1992, Notes on Dental Materials, 6th. Churchill Livingstone, Edinburgh

(5)

6. Latta, MA, Barkmeier WW, 1999, Dental Adhesive in Contemporary Restorative Dentistry, dalam George Freedman, Esthetic Dentistry (ed), The Dental Clinic of North America, WB Saunders Co. Philadelphia, 42 (4): 567-575

7. Nakajima, M., dkk, 2000, Bond Strenght of Single Bottle Dentin Adhesive To Caries Affected Dentin, Oper Dent., 26:277-286

8. Swift, EJ, Bayne, SC, 1997, Shear Bond Strenght of A New One-bottle dentin Adhesive, Am J Dent., 10(4): 184-188

9. Jablonski, S., 1982, Ilustrated Dictionary of Dentistry, WB Saunders Co., Philadelphia, h.502

10. Reeves, GW., Fitchie, JG, Hembree, JH., Puckett, AD, 1995, Microleakage of New Dentin Bonding System Using Human adn Bovine Teeth, Oper Dent., 20(6): 230-235 11. Medina III, V, Shinkai, K., Shirono, M., Tanaka, N., Katoh, Y., 2001, Effect of

Bonding Variable on Shear Bond Strenght And Interfacial Morphology og A One- Bottle Adhesive, Oper Dent., 26:277-286

12. Van Meerbeek, B., 1998, A TEM Study of Two Water-Based Adhsive System Bonded to Dry and Wet Dentin, J Dent Res., 77(1): 50-59

13. Blomlof, J., Cederlund, A., Jonsson, B., Ohlson, NG, 2001, Acid Conditioning Combined with Single-Component and Two-Component Dentin Bonding Agents, Quintessence Int., 32:711-715

14. Kanca, JA., 1992, Resin Bonding To Wet Substrate I Bonding to Dentin, Quintessence Int., 23(1) 39-41

15. Jacobsen, T., Soderhold, KJ., 1995, Some Effect of Water on Dentin Bonding, Dent Mater., 11(2) 132-136

16. Carvalho, DC., 2002, Dentin Bonding: Past and Present.

http://www.brooks.at.mi/dis/DMNOTES/dba

17. Nakabayashi, N., Pashley, DH., 1998, Hybridization of Dental Hard Tissue, Tokyo.

Quintessence

18. Eick, JD., Gwinneth, AJ, Pashley, DH., Robinson SJ, 1997, Current Concepts on Adhesion To Dentin, Critical Reviews on Oral Biology and Medicine 8(3) 306-335 19. Cadroy. I., Boj, JR., Garcia-Godoy, F., 1997, Bond Strenght and Interfacial

Morphology of Adhesive to Primary Teeth Dentin, Am J Dent. 10(5) 242-246

20. Yoshiyama, M., Carvalho, RM., Sano, H., Homer, JA., Brewer, PD., Pashley, DH., 1996, Regional Bond Strenght of Resins to Human Root Dentin, J.Dent., 24(6) 435- 442

21. Vargas, MA., Cobb, DS., Denehy, GE., 1997, Interfacial Micromorphology and Shear Bond Strenght of Single Bottle Primer/Adhesive, Dent Mater., 13(5) 316-324

22. Prati, C., Chersoni, S., Mongiorgi, R., Pashley, DH., 1998, Resin Infiltrated Dentin Layer Formation of New Bonding System, Oper Dent., 22: 194-199

23. Prati, C., Chersoni, S., Mongiorgi, R., Montanari, G., Pashley, DH., 1999, Thickness and Morphology of Resin Infiltrated Dentin Layer in Young, Old and Sclerotic Dentin, Oper Dent., 24(2) 66-72

24. Cox, C., 1992, Microleakage Related to Restorative Procedures, Proceeding of Finnish Dental Society 88 (Supplement 1) 83-93

25. Craig, RG., 1997, Restorative Dental Materials, 10th ed. The CV Mosby Co., Inc., St.

Louis

26. Amory, C., Yvon, J., 1994. Shear Bond Strenght Characteristic of A Light-Cured Resin Composite vs Dentin Characteristic, Dent Mater., 10(3): 203-209

27. Holderegger, C., Paul, SJ., Luthy, H., Scharer, P., 1997, Bond Strenght of One-Bottle Dentin Bonding Agents on Human Dentin, Am J Dent., 10(2) 71-76

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meningkatnya pembangunan ekonomi, makin banyak perhatian diberikan kepada hewan untuk tuju- an kenikmatan, tidak hanya pada aspek estetikanya saja me-

Hal tersebut menjadi alasan yang mendasari rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana kondisi objektif kemampuan menulis anak usia dini pada kelompok A TK Trisula Perwari Kecamatan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis Peserta Didik yang

Pada kedua kelompok terlihat hasil yang signifikan dalam penilaian pengaruh pemberian minuman di kedua kelompok (nilai p = 0.0005), namun untuk mengetahui apakah

Sudut serang pada turbin Darrieus-H merupakan sudut antara garis chord sudu dengan garis komponen kecepatan relatif. Pada turbin angin Darrieus-H ini, besarnya sudut

Chapter IV : Presents implementation of teaching Recount text by using diary writing as technique that researcher try to offer and apply it in writing subject, and

Sudah  pada  tempatnyalah  saat ini apabila  para  pakar  kesehataD  masyarakat  meneliti Iebih  aktif lagi  bahaya penggunaan  pestisida yang berlebihan, oleh

Hal ini begayut dengan konsep persepsi yang merupakan esensi dari kebudayaan etnik Riung dalam konteks hubungan vertikal antara manusia dengan Sang Pencipta..