• Tidak ada hasil yang ditemukan

menguji berbagai instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan antara lain metode penentuan sasaran, validasi data dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "menguji berbagai instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan antara lain metode penentuan sasaran, validasi data dan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia saat ini membutuhkan campur tangan pemerintah dan semua pihak secara bersama-sama agar tercapai negara yang makmur tanpa adanya kemiskinan.Penanganan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait masih belum maksimal.Dalam menangani permasalahan kemiskinan, pemerintah membentuk beberapa organisasi sektor publik yang bertujuan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia.Penilaian keberhasilan dari penanganan kemiskinan yang ada di Indonesiabisa dilakukan pemerintahdengan mengukur kinerja dari organisasi sektor publik tersebut.Pengukuran kinerja sangat dibutuhkan karena dengan mengukur kinerja organisasi sektor publik pemerintah dapat menilai keberhasilan sebuah organisasi dalam melaksanakan program yang diharapkan dan pelayanan publik yang lebih baik lagi.

Value for moneymerupakan salah satu metode pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dari organisasi sektor publik.Menurut Mardiasmo (2002) value for moneyadalah konsep pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang didasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.Ekonomi berarti sejauhmana organisasi sektor publik dalam meminimalkan biaya yang diberikan pemerintah untuk mencapai tujuan organisasi. Efisiensi berarti pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau penggunaan input tertentu untuk mencapai output yang maksimal, sedangkan efektivitas berarti sejauh mana tingkat pencapaian dari organisasi yang telah ditargetkan atau ditetapkan sebelumnya. Prinsip value for money bertujuan untuk menilai pelaksanaan dalam sebuah organisasi sektor publik yang telah dilakukan.

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu program sektor publik yang dikelola oleh Dinas Sosialyang ada di Indonesia.Program Keluarga Harapan adalah suatu bentuk program pemerintah berupa bantuan tunai yang diberikan kepada keluarga sangat miskin sebagai upaya penanganan kemiskinan dan perlindungan sosial di Indonesia.Program Keluarga Harapan dimulai sebagai program uji coba pada tahun 2007. Periode uji coba ini dimaksudkan untuk

(2)

2 menguji berbagai instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan antara lain metode penentuan sasaran, validasi data dan verifikasi kepatuhan terhadap persyaratan(www.kemsos.go.id.).

Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga merupakan organisasi yang memberikan bantuan PKH kepada keluarga sangat miskin selama anggota keluarga tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Persyaratan sebagai penerima bantuan PKH tersebut berupa kehadiran di fasilitas pendidikan yaitubagi anak SD usia 7 sampai 15 tahun diwajibkan bersekolah, termasuk mereka yang berusia 16 sampai 21 tahun tetapi belum menyelesaikan pendidikan dasar dapat menerima manfaat PKH dengan kewajiban mendapatkan pendidikan kelompok belajar paket A dan paket B. Seluruh anak penerima bantuan PKH harus hadir di sekolah sedikitnya 85% setiap3 bulan, apabila kehadiran di fasilitas pendidikan kurang dari 85%, maka besarnya bantuan yang diberikan bisa dikurangi ataupun pemberian bantuan bisa dihentikan.

Persyaratan lainnya sebagai penerima bantuan PKH yaitu kehadiran di fasilitas kesehatanyaitu khususnya bagi ibu hamil dan menyusui diharapkan dapat lebih intensif mengunjungi lembaga-lembaga pelayanan kesehatan dasar seperti pos pelayanan terpadu (posyandu),pondok bersalin desa (polindes), dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)(www.pkh.depsos.go.id.).

Pemberian bantuan PKHdiberikan dalam 4 tahap pemberian bantuan, untuk Tahap I diberikan pada bulan Juni, Tahap II diberikan pada bulan Agustus, Tahap III diberikan pada bulan Oktober dan Tahap IV diberikan pada bulan Desember.Penyaluran pemberian bantuan PKH langsung diberikan kepada ibu dari keluarga sangat miskin di Kantor Pos yang sudah ditetapkan.Ketika ibu dari keluarga sangat miskin ingin mengambil bantuan PKH, beliau harus membawa kartu anggota PKH agar ibu dari keluarga sangat miskin (KSM) tersebut bisa mengambil bantuan PKH. Apabila seorang ibu tidak bisa mengambil langsung bantuan atau berhalanganhadir untuk mengambil bantuan, maka pengambilan bantuan bisa diwakilkan oleh anggota keluarga yang lain dengan membawa surat kuasa yang ditandatangani oleh ibu dari KSM yang telah diberi materai Rp 6000, membawa kartu tanda penduduk(KTP) dari ibu penerima bantuan, serta membawa

(3)

3 kartu keluarga (KK) dari keluarga sangat miskin tersebut. Besaran bantuan yang diberikan kepada anggota PKH yaitu untuk bantuan tetap sebesar Rp 500.000, bantuan pendidikan SD sebesar Rp 450.000, bantuan pendidikan SMP sebesar Rp 750.000, bantuan pendidikan SMA sebesar Rp 1.000.000, bantuan Kesehatan untuk Ibu Hamil/Nifas, dan bantuan bayi dan atau balita sebesar Rp 1.000.000 (www.pkh.depsos.go.id).

Di Kota Salatiga, Program Keluarga Harapan mulai diadakan pada tahun 2013. Pada tahun tersebut bantuan PKH diberikankepada 3 kecamatan yaitu Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Sidomukti dan Kecamatan Sidorejo.

Penerima bantuanProgram Keluarga Harapan pada tahun 2013 berjumlah 1.225 keluarga sangat miskin dengan total bantuan yang diberikan sebesar Rp 744.375.000. Penerima bantuan di Kecamatan Argomulyo berjumlah 571 keluarga sangat miskin dengan bantuan sebesar Rp 337.550.000, penerima bantuan di Kecamatan Sidomukti berjumlah 361 keluarga sangat miskin dengan bantuan sebesar Rp 180.150.000 dan penerima bantuan di Kecamatan Sidorejo berjumlah 293 keluarga sangat miskin dengan bantuan sebesar Rp 226.675.000(www.pkh.depsos.go.id).

Penelitian terdahulu yang terkait dengan pengukuran kinerja menggunakan analisis value for money telah dilakukan oleh Afiati (2011) yaitu dengan mengukur kinerja dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kebupaten Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari rasio ekonomi yang telah dilakukan BAPPEDA Kabupaten Semarang menunjukkan kurang baik, rasio efisiensi menunjukkan sangat baik, dan rasio efektivitas menunjukkan sudah efektif. Penggunaan dana yang tidak melebihi anggaran sangat mempengaruhi hasil kinerja dari BAPPEDA Kabupaten Semarang. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan BAPPEDA Kabupaten Semarang menjalankan 11 program pada tahun 2009 sehingga pada tahun 2010 program- program tersebut tidak dilaksanakan kembali.

Penelitian terdahulu yang terkait dengan pengukuran kinerja menggunakan analisis value for money juga telah dilakukan oleh Arfan (2014) yaitu dengan mengukur kinerja dari Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari hasil

(4)

4 penelitian yang telah dilakukan, rasio ekonomi yang dihasilkan dari penelitian tersebut menunjukkan ekonomis, rasio efisiensi yang dihasilkan menunjukkan efisien dan rasio efektivitas menunjukkan bahwa kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta sudah efektif.

Hidayat (2015) juga pernah meneliti mengenai topik yang sejenis yaitu mengenai pengukuran kinerja Dinas Pendidikan Kota Surabaya menggunakan analisis value for money. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat capaian kinerja Dinas Pendidikan Kota Surabaya selama tahun 2013 dan 2014 dinilai lebih ekonomis atau lebih hemat, tingkat efisiensi menunjukkan capaian kinerja Dinas Pendidikan Kota Surabaya selama tahun 2013 dan 2014 dinilai efisien, dan tingkat efektivitas menunjukkan bahwa capaian kinerja Dinas Pendidikan Kota Surabaya selama tahun 2013 dan 2014 dinilai sudah efektif.

Dari penelitianyang telah dilakukan di Kabupaten Semarang, Yogyakarta dan Kota Surabaya dapat dilihat bahwa dari 3 rasio yang telah dilakukan menunjukkan rasio ekonomi yang dihasilkan BAPPEDA Kabupaten Semarang, Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya masih kurang ekonomi karena rasio ekonomi yang dihasilkan BAPPEDA Kabupaten Semarang kurang ekonomi, rasio efisiensi yang dihasilkanBAPPEDA Kabupaten Semarang, Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya sudah efisien dan rasio efektivitas yang dihasilkan BAPPEDA Kabupaten Semarang, Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya sudah efektif.

Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, data yang digunakan adalah data realisasi anggaran dan anggaran dari pemerintah. Dengan menggunakan data realisasi anggaran dan anggaran dari pemerintah, penelitian menggunakan analisis value for money dapat dilakukan untuk menilai keberhasilan dari kinerja organisasi.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data anggaran dari pemerintah dan realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskin.Penelitian inimerupakanreplikasidari penelitiansebelumnya dengan mengukur kinerja UPPKH Kota Salatiga menggunakan analisis value for money.

(5)

5 Perbedaannya terdapat pada objekpenelitian.Objek penelitian ini adalah Program Keluarga Harapan (PKH) yang dikelola oleh Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Salatiga.

Pemberian bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga sejauh ini masih terdapat kritikan terkait dengan pemotongan bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga. Adanya pemotongan atau pengurangan bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga disebabkan persyaratan menjadi anggota PKH tidak dilaksanakan dengan baik oleh KSM.Pemotongan bantuan oleh UPPKH Kota Salatiga dikarenakan masih ada anak KSM yang kehadiran di sekolah kurang dari 85% serta ada ibu hamil dan menyusui kehadiran di fasilitas kesehatan kurang dari 85%. Ketidaksesuaian persyaratan dari anak KSM di sekolah membuat adanya pengurangan biaya bantuan.Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi kinerja dari UPPKH Kota Salatiga dalam memberikan bantuan kepada keluarga sangat miskin.

Dalam pelaksanaan pemberian bantuan PKH, pengukuran kinerja perlu dilakukan karena dapat dipergunakan untuk mengevaluasi kekurangan dalam pelaksanaan pemberian bantuan Program Keluarga Harapan di Kota Salatiga.Adapun rumusan persoalan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah realisasi bantuan yang diberikan kepada KSM sudah sesuai dengan anggaran dari pemerintah? (2) Bagaimana kinerja dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga diukur menggunakan rasio ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk menganalisis kesesuaian anggaran dari pemerintah dengan realisasi bantuan yang diberikan kepada keluarga sangat miskin serta untuk mengevaluasi kinerja Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga tahun 2013 – 2015 menggunakan rasio ekonomi, rasio efisiensi, dan rasio efektivitas.Penelitian ini diharapkan dapat mengukur kinerja Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga tahun 2013-2015. Penelitian inijuga diharapkan memberi perspektif baru dalam menilai kinerja dari UPPKH Kota Salatigasehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan data tambahan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya

(6)

6 yang berkaitan dengan pengukuran kinerja organisasi sektor publik.Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah supaya memberikan pengawasan terhadap pemberian bantuan untuk masyarakat miskin.

KONSEP DAN DEFINISI KONSEP

Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja

Kinerja menurut Mahsun (2006) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.Sedangkan kinerja menurut Moeheriono (2012)merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau kelompok telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolok ukur yang ditetapkan oleh organisasi.Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam pengukuran maka kinerja organisasi tidak mungkin dapat dilihat bila tidak ada tolok ukur keberhasilannya.

Pengukuran kinerja (Performance measurement) menurut Moeheriono (2012) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Nordiawan dan Hertianti (2010), pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis untuk menilai apakah program/kegiatan yang telah direncanakan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut dan yang paling penting adalah apakah telah mencapai keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan. Dari definisi pengukuran kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah proses capaian dari kinerja organisasi atau kelompok dalam melaksanakan suatu kegiatan yang telah ditentukan organisasi atau kelompok sebelumnya.

(7)

7 Pengukuran kinerja perlu dilakukan supaya organisasi atau kelompok dapat mengetahui capaian dari pelaksanaan kinerja yang telah dilakukan sebelumnya dan agar organisasi dapat mengetahui rencana kerja yang telah ditentukan sebelumnya sudah terlaksana atau sesuai dengan apa yang diharapkan organisasi tersebut.Menurut Moeheriono (2012) ada beberapa aspek yang dapat dilakukan oleh organisasi dalam pengukuran kinerja antara lain:

a. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi, dengan menetapkan secara umum apa yang diinginkan organisasi sesuai dengan tujuan, visi dan misinya.

b. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada pengukuran kinerja secara langsung yang membentuk keberhasilan utama dan indikator kinerja.

c. Mengukur tingkat capaian dan sasaran organisasi, menganalisis hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi.

d. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya.

Menurut Mardiasmo(2002), tujuan pengukuran kinerja yaitu:

a. Untuk mengkomunikasi strategi secara lebih baik (top down dan buttom up),

b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi,

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta motivasi untuk mencapai goal congruence,

d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Manfaat pengukuran kinerja menurut Mahsun (2006) baik untuk internal maupun eksternal organisasi sektor publik, antara lain:

(8)

8 1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan

untuk pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukantindakan untuk memperbaiki kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan system pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Kendala dalam pengukuran kinerja organisasi sektor publik menurut Mahsun (2006) antara lain:

a. Tujuan organisasi bukan memaksimalkan laba

Kinerja organisasi sektor publik tidak hanya dinilai berdasarkan rasio-rasio keuangan karena sebenarnya organisasi ini tidak pernah ada net profit karena memang bukan profit oriented.

b. Sifat output adalah kualitatif, intangible, dan indirect

Pada umumnya output organisasi sektor publik tidak berwujud barang atau produk fisik tetapi berupa pelayanan. Sifat pelayanan ini cenderung kualitatif, intangible, dan indirect sehingga sulit diukur.

c. Antara input dan output tidak mempunyai hubungan secara langsung (discretionarycost center ) karena sulitnya menetapkan standar sebagai tolok ukur produktivitas.

d. Tidak beroperasi berdasarkan market forces sehingga tidak ada pembanding yangindependen dan memerlukan instrumen pengganti mekanisme pasar dalammengukur kinerja.

(9)

9 e. Mengukur kepuasan masyarakat yang heterogen dari jasa pelayanan

organisasisektor publik tidak mudah dilakukan.

Value for Money

Konsep Value for Money

Value for money merupakan konseppengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Value for money merupakan metode pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama.

Menurut Mahmudi (2007), penilaian kinerja berdasarkan value for money adalah pengukuran kinerja untuk mengukur ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu kegiatan, program dan organisasi. Pengukuran kinerja value for money merupakan bagian terpenting setiap pengukuran kinerja organisasi sektor publik.Pemerintah sebagai wakil rakyat harus mempertanggungjawabkan setiap rupiah yang dikeluarkan. Penilaian kinerja dilakukan untuk mengukur sejauh mana akuntabilitas pemerintah dalam memberikan dana publik, apakah dalam pelaksanaannya telah memenuhi prinsip ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Value for money merupakan penghargaan terhadap nilai uang dan merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama.

Berdasarkan ketiga elemen tersebut organisasi dapat mengukur tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Elemen-elemen Value for Money

Menurut Mahmudi (2010) value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu:

a. Ekonomi

Ekonomi merupakan pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input

(10)

10 dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input. Ekonomi adalah seluruh sumber daya input diperoleh dengan harga yang lebih rendah (spending less) yaitu harga yang mendekati pasar. Ukuran ekonomi berupa anggaran yang dialokasikan.Pengertian ekonomi sering disebut juga kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan.Pemanfaatan sumber daya di bawah anggaran menunjukkan adanya penghematan, sedangkan melebihi anggaran menunjukkan adanya pemborosan.

b. Efisiensi

Efisiensi merupakan pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.

Efisiensi merupakan perbandingan output atau input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisiensi apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well). Konsep efisiensi merupakan konsep yang bersifat relatif atau tidak absolut.

c. Efektivitas

Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan.

Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan.Karena output yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik lebih banyak bersifat output tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk dikuantifikasikan, maka pengukuran efektivitas sering mengalami kesulitan.

(11)

11 Kesulitan tersebut karena pencapaian hasil (outcome) tidak bisa diketahui dalam jangka pendek akan tetapi jangka panjang setelah program berakhir sehingga ukuran efektivitas biasanya dapat dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan (judgment).

METODA PENELITIAN Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Program Keluarga Harapanyang dikelola oleh Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Salatiga.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, data primer dalam penelitian ini adalah keluarga sangat miskin penerima bantuan PKH, anggaran dari pemerintah tahun 2013-2015, dan laporan realisasi bantuan tahun 2013–2015. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa informasi – informasi yang berkaitan dengan Program Keluarga Harapan.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan wawancara langsung kepada Ibu Wahyu Nugraheni selaku Operator dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga dan meminta dokumen-dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pemberian bantuan Program Keluarga Harapan.

MetodaAnalisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kualitatif.Deskriptif kualitatif merupakan prosedur penelitian yang berupa data tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu meminta dokumen- dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pemberian bantuan Program Keluarga Harapan.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(12)

12 1. Analisis kesesuaiananggaran dari pemerintah dengan realisasi bantuanyang

diberikan kepada keluarga sangat miskin.

Menganalisis kesesuaian pemberian bantuan dapat dilakukan dengan mengurangi nilai anggaran dari pemerintah dengan realisasi bantuan untuk keluarga sangat miskin.Setelah mengetahui selisih antara realisasi bantuan untuk keluarga sangat miskin dengan anggaran dari pemerintah, selanjutnyaakan dilakukan analisis dan identifikasi penyebab terjadinya selisih dari realisasi bantuan yang terjadi.

2. Analisis kinerja Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga dengan menggunakan analisis value for money.

Analisis value for money adalah metode pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dari organisasi sektor publik. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik menggunakan analisis value for moneydapat dilakukan dengan menggunakan rasio ekonomi, rasio efisiensi dan rasio efektivitas.

a. Rasio Ekonomi

Rasio ekonomi merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan organisasi untuk melaksanakan pelayanan publik atau melaksanakan kegiatan yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut.Tingkat ekonomi dari kegiatan organisasi sektor publik dapat dilihat dari anggaran bantuan dari pemerintah dengan realisasi bantuan yang telah diberikan berdasarkan presentase tingkat pencapaiannya.Rasio ekonomi dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Jika < 100% berarti ekonomis Jika > 100% berarti tidak ekonomis Jika = 100% berarti ekonomis berimbang b. Rasio Efisiensi

(13)

13 Rasio efisiensi merupakan pencapaian dari organisasi dengan input terendah untuk menghasilkan output yang tertentu. Pemberian bantuan dikatakan efisien jika hasil dari pemberian bantuan sudah memenuhi target yang ditentukan oleh pemerintah dengan anggaran yang sedikit.

Rasio efisiensi dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Jika < 100% berarti sangat efisien Jika > 100% berarti tidak efisien Jika = 100% berarti efisien berimbang c. Rasio Efektivitas

Rasio efektivitas merupakan ukuran keberhasilan dari organisasi untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan.Rasio efektivitas dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Sangat ekonomi : < 100%

Efektif : > 90% - 100%

Cukup efektif : > 80% - 90%

Kurang efektif : > 60% - 80%

Tidak efektif : < 60%

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Kesesuaian AnggaranPemerintah dengan Realisasi Bantuan.

(14)

14 Kesesuaian anggaran dari pemerintah dengan realisasi bantuan dapat dilihat dengan menganalisis hasil realisasi bantuan yang diberikan kepada keluarga sangat miskin dengan anggaran dari pemerintah.Ketika menganalisis kesesuaian anggaran dapat dilakukan membandingkan anggaran yang dikeluarkan dengan realisasi bantuan yang diberikanuntuk setiap tahun pemberian bantuan dari tahun 2013-2015.

Analisis Kesesuaian Anggaran Pemerintah dan Realisasi Bantuan tahun 2013 Berikut adalah tabel yang menunjukkan data realisasi pembayaran PKH pada tahun 2013.

Tabel1

Realisasi Pembayaran PKH tahun 2013 Tahun /

Tahap Pemberian

Bantuan

Kecamatan

Anggaran Pemerintah Realisasi Bantuan

Sisa Bantuan Jumlah

KSM Nominal Jumlah

KSM Nominal

2013 / IV

Argomulyo 571 Rp 337.550.000 571 Rp 337.550.000 0 Sidorejo 361 Rp 226.675.000 361 Rp 226.675.000 0 Sidomukti 293 Rp 180.150.000 292 Rp 179.600.000 Rp 550.000 Jumlah Bantuan 1.225 Rp 744.375.000 1.224 Rp 743.825.000 Rp 550.000 Sumber : Dinas Sosial 2016

Berdasarkan tabel 1 diatas pemberian bantuan Program Keluarga Harapan yang dianggarkan oleh pemerintahsebesar Rp 744.375.000.Dari pemberian bantuan yang telah dianggarkan pemerintah tersebut, realisasi bantuan yang telah berhasildiberikan kepada keluarga sangat miskin sebesar Rp743.825.000 atau dalam pemberian bantuan tersebut kesesuaian anggaran dari pemerintah dengan realisasi bantuan mencapai 99,92%.

Pemberian bantuan di Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Sidomukti realisasi bantuan yang diberikan kepada keluarga sangat miskin telah sesuai dengan anggaran dari pemerintah.Kesesuaian bantuan yang diberikan di Kecamatan Argomulyo danKecamatan Sidomukti terjadi karena semua keluarga

(15)

15 sangat miskin telah mengambil bantuan PKH.Sedangkan di Kecamatan Sidorejo realisasi bantuan yang diberikan kepada KSM tidak sesuai dengan anggaran dari pemerintah.Ketidaksesuaian pemberian bantuan PKH terjadi karena ada 1 KSM di Kecamatan Sidorejo yang telah pindah tempat tinggal ke luar Salatiga.Perbedaan pemberian bantuan kepada keluarga sangat miskin tersebut sebesar Rp 550.000 atau dalam pemberian bantuan yang telah diberikan ketidaksesuaian anggaran dari pemerintah dengan realisasi bantuan hanya mencapai 0,08%.Ketidaksesuaian pemberian bantuan sebesar 0,08% membuat masih adanya selisih bantuan atau sisa bantuan yang terjadi sebesar Rp 550.000.

Analisis Kesesuaian Anggaran Pemerintah dan Realisasi Bantuan tahun 2014 Berikut adalah tabel yang menunjukkan data realisasi pembayaran PKH pada tahun 2014.

Tabel2

Realisasi Pembayaran PKHtahun 2014 Tahun /

Tahap Pemberian

Bantuan

Kecamatan

Anggaran Pemerintah Realisasi Bantuan

Sisa Bantuan Jumlah

KSM Nominal Jumlah

KSM Nominal

2014/ I

Argomulyo 571 Rp 168.125.000 571 Rp 168.125.000 0 Sidomukti 292 Rp 92.625.000 292 Rp 92.625.000 0 Sidorejo 361 Rp 119.375.000 361 Rp 119.375.000 0

2014/ II

Argomulyo 570 Rp 302.219.000 570 Rp 302.219.000 0 Sidomukti 292 RP 159.987.500 292 Rp 159.987.500 0

Sidorejo 361 Rp 203.342.500 360 Rp 202.852.500 Rp 490.000

2014/ III

Argomulyo 569 Rp 167.425.000 566 Rp 167.175.000 Rp 250.000 Sidomukti 292 Rp 92.562.500 292 Rp 92.562.500 0

Sidorejo 361 Rp 116.837.500 357 Rp 116.587.500 Rp 250.000 2014/ IV

Argomulyo 557 Rp 157.400.000 555 Rp 157.150.000 Rp 250.000 Sidomukti 286 Rp 88.750.000 283 Rp 88.750.000 0

(16)

16 Sidorejo 352 Rp 114.787.500 350 Rp 114.787.500 0 Jumlah Bantuan - Rp 1.783.436.500 - Rp 1.782.196.500 Rp 1. 240.000 Sumber: Dinas Sosial 2016

Pada tabel2 diatas dapat dilihat bahwaTahap Ipemberian bantuan Program Keluarga Harapan, bantuan yang dianggarkan pemerintah untuk keluarga sangat miskin sebesar Rp 380.125.000. Dari pemberian bantuan yang dianggarkan pemerintah tersebut, realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskin sebesar Rp 380.125.000.Berdasarkan realisasi bantuan yang telah diberikan kepada KSM, pemberian bantuan di Kecamatan Argomulyo, di Kecamatan Sidomukti dan di Kecamatan Sidorejo dapat dikatakan berhasil karena semua bantuan yang telah dianggarkan pemerintah telah berhasil diberikan kepada keluarga sangat miskin atau tidak ada sisa bantuan yang ada.Pemberian bantuan yang diberikan kepada keluarga sangat miskin tidak ada sisa bantuan karena semua keluarga sangat miskin telah mengambil bantuan PKH.

Pada Tahap II pelaksanaan pemberian bantuan PKH, bantuan yang dianggarkan pemerintahsebesar Rp 665.549.000.Dari anggaran yang diberikan pemerintah tersebut, realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskin sebesar Rp 665.059.000. Pemberian bantuan yang telah diberikan di Kecamatan Argomulyo danKecamatan Sidomukti tidak ada selisih atau sisa bantuan. Namun, pemberian bantuan yang telah diberikan di Kecamatan Sidorejo terjadi selisih atau sisa bantuan sebesar Rp 490.000.Selisih atau sisa bantuan sebesar Rp 490.000 disebabkan karena ada 1 KSM yang pindah tempat tinggal ke Bali dan tidak mengambil bantuan PKH.

Pada Tahap III pelaksanaan pemberian bantuan PKH, bantuan yang dianggarkan oleh pemerintah sebesar Rp 376.825.000.Dari bantuan yang telah dianggarkan pemerintah tersebut, realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskin sebesar Rp 376.325.000.Di Kecamatan Sidomukti realisasi bantuan yang telah diberikan kepada KSM telah sesuai dengan anggaran dari pemerintah.Sedangkan di Kecamatan Argomulyo danKecamatan Sidorejo terjadiselisihpemberian bantuan yang diberikan kepada KSM.Selisih pemberian bantuan di Kecamatan Argomulyo sebesar Rp 250.000. Selisih pemberian bantuan

(17)

17 disebabkan karena ada 2 KSM yang tidak komit atas verifikasi pendidikan yaitu selama 3 bulan kehadiran anak dari KSM di fasilitas pendidikan kurang dari 85%

yang membuat KSM tidak bisa mengambil bantuan dan ada 1 KSM yang tidak mengambil bantuan PKH karena telah pindah tempat tinggal dan tidak lapor pada RT/RW setempat. Sedangkan selisih pemberian bantuan yang terjadi di Kecamatan Sidorejo sebesar Rp 250.000. Selisih pemberian bantuan tersebut disebabkan karena ada 1 KSM yang tidak mengambil bantuan PKH, ada 1 KSM yang pindah tempat tinggal ke Bali, ada 1 KSM yang pergi sementara dari Kota Salatiga dan tidak ada anggota keluarga lain yang mengambil bantuan, serta ada 1 KSM yang tidak komit atas verifikasi pendidikan yaitu selama 3 bulan kehadiran anak KSM di fasilitas pendidikan kurang dari 85% yang membuat KSM tidak bisa mengambil bantuan.

Sedangkan pada Tahap IV pelaksanaan pemberian bantuan PKHdi Kota Salatiga, anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk keluarga sangat miskin sebesar Rp 360.937.500. Dari bantuan yang telah dianggarkanpemerintah tersebut, realisasi bantuan yang telah diberikan kepada KSM sebesar Rp 360.687.500.Realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskin di Kecamatan Sidomukti dan Kecamatan Sidorejo tidak ada selisih atau sisa bantuan yang terjadi.Sedangkan di Kecamatan Argomulyo terjadi selisih atau adanya sisa bantuan sebesar Rp 250.000.Selisihpemberian bantuan di Kecamatan Argomulyo disebabkan karena ada 1 KSM yang pindah tempat tinggal dan tidak melapor RT/RW setempat.

Dari 4 Tahap pemberian bantuan yang telah diberikan oleh UPPKH Kota Salatiga kepada keluarga sangat miskin pada tahun 2014 tersebutdapat dilihat bahwa pemberian bantuan Program Keluarga Harapan pada Tahap I lebih baik daripada pemberian bantuan pada Tahap II, Tahap III dan Tahap IV karena anggaran yang diberikan oleh pemerintah semuanya telah berhasil diberikan kepada KSM dan tidak ada selisih atau sisa bantuan yang terjadi dalam pemberian bantuan pada Tahap I. Sedangkan pemberian bantuan yang kurang baik terjadi pada pemberian bantuan Tahap III. Pemberian bantuan pada Tahap III kurang baik karena terjadi selisih atau adanya sisa bantuan sebesar Rp 500.000.Selisih

(18)

18 pemberian bantuan yang terjadi pada pemberian bantuan Tahap III lebih besar daripada selisih pemberian bantuan pada Tahap II dan Tahap IV.Pada pemberian bantuan Tahap II terjadi selisih bantuan sebesar Rp 490.000 sedangkan pada pemberian bantuan Tahap IV terjadi selisih bantuan sebesar Rp 250.000. Dari selisih bantuan yang terjadi pada pemberian bantuan Tahap II, Tahap III, dan Tahap IV tersebut, selisih pemberian bantuan yang paling besar terjadi pada pemberian bantuan Tahap III. Selisih pemberian bantuan pada Tahap III paling besar karena ada 7 KSM yang tidak mengambil bantuan PKH yang membuat selisih atau sisa bantuan paling banyak dibandingkan dengan Tahap II dan Tahap IV.

Dari pemberian bantuan PKH tahun 2014 kesesuaian anggaran yang telah diberikan kepada KSM mencapai 99,93%. Dari kesesuaian anggaran yang yang diberikan kepada KSM tersebut, ketidaksesuaian anggaran bantuan dengan realisasi bantuan hanya sebesar 0,07%. Pada pemberian bantuan PKH yang dilakukan UPPKH Kota Salatiga pada tahun 2014 tersebut, masih adanyabeberapa KSM yang telah pindah dari Kota Salatiga namun masih diberi anggaran bantuan.

Alasan masih diberikannya anggaran kepada KSM yang telah pindah ke kota lain karena pelaporan dari hasil pemutakhiran data yang telah di lakukan oleh pendamping lupa dilaporkan kepada operator atau pendamping tidak melaporkan hasil pemutakhiran data kepada operator. Padahal pemutakhiran data telah dilakukan pendamping sewaktu-waktu yaitu pendamping selalu mengkonfimasi keadaan dan keberadaan dari peserta bantuan Program Keluarga Harapan dengan datang ke rumah dari penerima bantuan PKH.Namun karena pendamping lupa melaporkan pemutakhiran data yang telah diperolehkepada operator membuat KSM yang sebenarnya telah pindah dari Salatiga masih tetap mendapat anggaran bantuan. Pemberian anggaran kepada KSM yang telah pindah dari Kota Salatiga membuat anggaran dari pemerintah akansia-sia diberikan kepada keluarga sangat miskin tersebut karena anggaran bantuan tersebut tidak akan diambil oleh KSM yang bersangkutan dan membuat terjadinya selisih bantuan dalam pelaksanaan pemberian bantuan PKH.Pada pemberian bantuan yang diberikan kepada KSM terjadi pemotongan bantuan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Program

(19)

19 Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga. Pemotongan bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga karena anak dari anggota PKH tersebut tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ketika anak dari KSM tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka bantuan akan dipotong sebesar 10% dari total bantuan yang diberikan.Berikut ini tabel yang terkait dengan pemotongan bantuan oleh UPPKH Kota Salatiga;

Tabel 3

Pemotongan Bantuan PKH tahun 2014 Tahun/Tahap

Pemberian Bantuan

Kecamatan

Tidak Memenuhi Persyaratan Kehadiran

Pemotongan Bantuan

SD SMP Ibu

Hamil Balita

2014 / I

Argomulyo 0 0 0 0 0

Sidomukti 0 0 0 0 0

Sidorejo 0 0 0 0 0

2014 / II

Argomulyo 15 6 - 9 Rp 2.331.000

Sidomukti 17 4 - 13 Rp 2.467.500

Sidorejo 19 6 - 33 Rp 2.422.500

2014 / III

Argomulyo 5 3 - 3 Rp 725.000

Sidomukti 9 4 - 3 Rp 312.500

Sidorejo 23 11 - 42 Rp 2.287.500

2014 / IV

Argomulyo - 2 - 1 Rp 350.000

Sidomukti 2 - - 3 Rp 1.000.000

Sidorejo 2 2 - 6 Rp 837.500

Jumlah Pemotongan Bantuan Rp 12.733.500

Sumber: UPPKH Kota Salatiga 2016

Padatabel 3 diatas dapat dilihat bahwa pemotongan bantuan terjadi karena anak dari KSM tidak hadir di sekolah lebih dari 85% yang menyebabkan pemotongan bantuan oleh UPPKH Kota Salatiga karena tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan serta pemotongan bantuan disebabkan juga karena kehadiran ibu hamil dan anak balita difasilitas kesehatan kurang dari 85%

(20)

20 yang membuat terjadinya pemotongan bantuan kepada KSM tersebut.

Pemotongan bantuan dilakukan sebesar 10% dari total bantuan yang diberikan ketika persyaratan menjadi anggota PKH tidak terpenuhi oleh KSM tersebut.

Pada Tahap 1 pemberian bantuan tidak terjadi pemotongan bantuan karena kehadiran anak dari anggota PKH sudah mencapai 85% dan anak balita di posyandu lebih dari 85% yang membuat tidak dilakukannya pemotongan bantuan oleh UPPKH Kota Salatiga. Pada Tahap II pemberian bantuan terjadi pemotongan bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga sebesar Rp 7.221.000 karena di Kecamatan Argomulyo, Sidomukti dan Sidorejo terdapat 36 anak SD dan12 anak SMP yang kehadiran difasilitas pendidikan kurang dari 85% serta terdapat 36 anak balita dan 6 ibu hamil yang kehadiran di fasilitas kesehatan atau posyandu kurang dari 85%. Pada Tahap III pemberian bantuan terjadi pemotongan bantuan sebesar Rp 4.300.000 karena terdapat 21 anak SD dan 8 anak SMP yang kehadiran disekolah selama 3 bulan kurang dari 85% serta terdapat 15 anak balita dan 7 ibu hamil yang kehadiran di fasilitas kesehatan atau posyandu kurang dari 85%.Sedangkan pada Tahap IV pemberian bantuan terdapat pemotongan bantuan sebesar Rp 2.187.000 karena terdapat 32 anak SD dan 16 anak SMP yang kehadiran di sekolah selama 3 bulan kurang dari 85% dan terdapat 18 anak balita dan 5 ibu hamil yang kehadiran di fasilitas kesehatan atau posyandu kurang dari 85%.

Berdasarkan analisis pemotongan bantuan tersebut dapat dilihat bahwa pemotongan bantuan terjadi paling banyak karena anak balita yang kehadiran di posyandu kurang dari 85%. Ketika kehadiran dari anak KSM tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka pemberian kepada KSM tersebut akan di potong sebesar 10% dari total pemberian bantuan yang seharusnya diperoleh.

Pemotongan bantuan untuk anak balita dilakukan karena anak balita tersebut tidak hadir dalam posyandu yang dilakukan oleh lingkungan tempat tinggal KSM tersebut. ketidakhadiran anak balita di posyandu berdampak pemotongan bantuan sebesar 10% dari total bantuan yang diberikan. Pemotongan 10% bantuan dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga kalau ada 1 balita yang kehadirannya di posyandu kurang dari 85%. Ketika ada 2 anak balita dalam satu KSM, maka

(21)

21 pemotongan bantuan yang di terima oleh KSM sebesar 20% karena setiap 1 anak balita yang kehadirannya tidak memenuhi persyaratan akan dipotong 10% dari total bantuan

Analisis Kesesuaian Anggaran Pemerintah dan Realisasi Bantuan tahun 2015 Berikut adalah tabel yang menunjukkan data realisasi pembayaran PKH pada tahun 2015.

Tabel 4

Realisasi Pembayaran PKH tahun 2015 Tahun /

Tahap Pemberian

Bantuan

Kecamatan

Anggaran Pemerintah Realisasi Bantuan

Selisih Pemberian

Bantuan Jumlah

KSM Nominal Jumlah

KSM Nominal

2014/ I

Argomulyo 555 Rp 141.897.500 553 Rp 141.535.000 Rp 362.500 Tingkir 182 Rp 52.175.000 181 Rp 52.062.500 Rp 112.500 Sidomukti 285 Rp 80.522.500 284 Rp 80.522.500 0

Sidorejo 349 Rp 103.118.750 349 Rp 103.118.750 0

2014/ II

Argomulyo 553 Rp 463.578.750 551 Rp 462.802.500 Rp 776.250 Tingkir 181 Rp 166.512.500 181 Rp 166.512.500 0 Sidomukti 285 Rp 259.433.750 284 Rp 258.433.750 Rp 1.000.000

Sidorejo 349 Rp 315.545.000 349 Rp 315.545.000 0

2014/ III

Argomulyo 553 Rp 165.035.000 550 Rp 164.672.500 Rp 362.500 Tingkir 181 Rp 63.912.500 181 Rp 63.912.500 0 Sidomukti 285 Rp 95.120.000 283 Rp 94.870.000 Rp 250.000

Sidorejo 349 Rp 121.848.750 348 Rp 121.848.750 0

2014/ IV

Argomulyo 545 Rp 160.330.000 545 Rp 160.330.000 0 Tingkir 180 Rp 61.548.750 180 Rp 61.548.750 0 Sidomukti 284 Rp 91.328.750 283 Rp 91.078.750 Rp 250.000

Sidorejo 348 Rp 118.300.000 348 Rp 118.300.000 0

(22)

22

Jumlah Bantuan Rp 2.460.207.500 Rp 2.457.093.750 Rp 3.113.750 Sumber: Dinas Sosial 2016

Pada tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa pemberian bantuan PKH tahun 2015 diberikan pada Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Sidomukti dan Kecamatan Sidorejo. Dana yang dianggarkan pemerintah pusat untuk Program Keluarga Harapan tahun 2015 sebesar Rp 2.460.207.500.Pada Tahap I pemberian bantuan Program Keluarga Harapan,bantuan yang dianggarkan pemerintah sebesar Rp 377.713.500.Dari anggaran yang telah diberikan pemerintah tersebut, realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskinsebesarRp 377.238.750.Pada pemberian bantuan di Kecamatan Sidomukti dan Kecamatan Sidorejo, tidak ada selisih bantuan dalam pemberian bantuan kepada keluarga sangat miskin.Namun, pada pemberian bantuan di Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Tingkir terjadi selisih atau adanya sisa bantuan dalam pemberian bantuan.Di Kecamatan Argomulyo terjadi selisih atau adanya sisa bantuan sebesar Rp 362.000.Selisih bantuan tersebut disebabkan karena ibu dari KSM sedang bekerja dan tidak boleh ijin kerja untuk mengambil bantuan PKH di Kantor Pos. Sedangkan selisih bantuan yang terjadi di Kecamatan Tingkir sebesar Rp 112.500.Selisih bantuan tersebut terjadi karena ibu dari KSM tersebut sedang bekerja dan tidak boleh ijin kerja untuk mengambil bantuan PKH di Kantor Pos.

Pada Tahap II pemberian bantuan Program Keluaga Harapan, bantuan yang dianggarkan pemerintah sebesar Rp 1.205.070.000.Dari anggaran yang telah diberikan pemerintah tersebut, realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskin sebesar Rp 1.203.293.750.Realisasi bantuan yang telah diberikan di Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidorejotidak ada selisih atau sisa bantuan yang terjadi dalam pemberian bantuan.Namun, pada pemberian bantuan di Kecamatan Argomulyodan Kecamatan Sidomukti terjadi selisih atauadanya sisa bantuan yang terjadi dalam pemberian bantuan.Di Kecamatan Argomulyo terjadi selisih atau sisa bantuan sebesar Rp 776.250.Selisih bantuan terjadi karena ada 1 KSM yang tidak mengambil bantuan karena ibu dari KSM tersebut sedang

(23)

23 bekerja dan tidak boleh ijin untuk mengambil bantuan PKH.Sedangkan di Kecamatan Sidomukti selisih atau sisa bantuan yang terjadi sebesar Rp 1.000.000.Selisih bantuan tersebut terjadi karena ada 1 KSM yang telah pindah tempat tinggal ke Hongkong dan tidak ada salah satu keluarga dari KSM tersebut yang ada di Kota Salatiga untuk mengambil bantuan PKH.

Pada Tahap III pemberian bantuan Program Keluarga Harapan, bantuan yang dianggarkan pemerintah untuk keluarga sangat miskin sebesar Rp 445.916.250.Berdasarkan anggaran pemerintah tersebut, realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskin sebesar Rp 445.303.750.Pada pemberian bantuan yang telah diberikan di Kecamatan Tingkir danKecamatan Sidorejo tidak ada selisih atau sisa bantuan dalam pemberian bantuan PKH.Pada pemberian bantuan di Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Sidomuktiterjadi selisih atau sisa bantuan dalam pemberian bantuan.Di Kecamatan Argomulyo selisih atau sisa bantuan yang terjadi sebesar Rp 362.000.Selisih pemberian bantuantersebut disebabkan ada salah satu anak dari KSM yang tidak mau bersekolah yang membuat keluarga sangat miskin tersebut tidak menerima bantuan PKH karena tidak memenuhi persyaratan yaitu kehadiran difasilitas pendidikan.Sedangkan di Kecamatan Sidomukti terjadi selisih atau sisa bantuan sebesar Rp 250.000.Selisih pemberian bantuan tersebut karena ada 1 KSM yang telah pindah tempat tinggal ke Hongkong dan tidak ada anggota dari KSM tersebut yang ada di Kota Salatiga untuk mengambil bantuan.

Sedangkan pada Tahap IV pemberian bantuan Program Keluarga Harapan, bantuan yang dianggarkan pemerintah sebesar Rp 431.507.500.Berdasarkan bantuan yang telah dianggarkan pemerintah, realisasi bantuan yang telah diberikan kepada keluarga sangat miskin sebesar Rp 431.257.500.Pemberian bantuan yang telah diberikan di Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir, dan Kecamatan Sidorejo tidak terjadi selisih atau sisa bantuan dalam pemberian bantuan.Sedangkan dalam pemberian bantuan di Kecamatan Sidomukti ada selisih atau sisa bantuan yang terjadi sebesar Rp 250.000.Selisih pemberian bantuan tersebut terjadi karena ada 1 KSM yang pindah ke Hongkong dan tidak ada anggota keluarga dari KSM yang mengambil bantuan PKH.

(24)

24 Dari 4 Tahap pemberian bantuan yang telah diberikan oleh UPPKH Kota Salatiga kepada keluarga sangat miskin pada tahun 2015 dapat dilihat bahwa pemberian bantuan pada Tahap IV lebih baik dari pada pemberian bantuan pada Tahap I. Tahap II, dan Tahap III karena pemberian bantuan pada Tahap IV hanya berselisih Rp 250.000. Walaupun dalam setiap pemberian bantuan ada selisih bantuan yang terjadi, namun dari 4 Tahap pemberian bantuan PKH selisih bantuan pada Tahap IV lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian pada tahap yang lainnya.

Pada pemberian bantuan Tahap I selisih bantuan yang terjadi sebesar Rp 475.000, pada Tahap II selisih bantuan yang terjadi sebesar Rp 1.776.250, dan selisih bantuan yang terjadi pada Tahap III sebesar Rp 612.500. Dari selisih bantuan yang terjadi dalam pemberian bantuan tahun 2015, pemberian bantuan yang kurang baik terjadi pada pemberian bantuan Tahap II karena terjadi selisih atau sisa bantuan sebesar Rp 1.776.250 atau selisih bantuannya paling besar diantara pemberian bantuan yang lainnya. Selisih bantuan pada Tahap II paling besar disebabkan ada 1 KSM yang tidak komit atas verifikasi pendidikan, ada 1 KSM yang tidak mengambil bantuan karena tidak mendapat ijin kerja, dan ada 1 KSM yang telah pindah ke Hongkong.

Dalam pemberian bantuan PKH yang dilakukan UPPKH Kota Salatiga pada tahun 2015, masih terdapatnya KSM yang sebenarnya telah pindah dari Kota Salatiga misalnya ke Hongkong namun masih diberi anggaran bantuan dan masih adanya KSM yang tidak komit atas verifikasi pendidikan karena anak dari KSM tersebut tidak memenuhi persyaratan. Alasan masih diberikannya anggaran bantuan kepada KSM yang telah pindah ke kota lain karena pelaporan dari hasil pemutakhiran data yang telah di lakukan oleh pendamping lupa dilaporkan kepada operator. Padahal pemutakhiran data telah dilakukan pendamping sewaktu-waktu yaitu pendamping selalu mengkonfimasi keadaan dan keberadaan dari peserta bantuan Program Keluarga Harapan dengan datang ke rumah dari penerima bantuan PKH. Ketika anggaran bantuan yang diberikan kepada KSM yang telah pindah tempat tinggal tersebut tidak diambil, maka bantuan yang diberikan kepada KSM akan mengalami selisih bantuan atau terjadi sisa bantuan.

(25)

25 Adanya KSM yang tidak diberi ijin untuk mengambil bantuan PKH dari tempatnya bekerja membuat KSM tidak bisa mengambil bantuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Sedangkan masih adanya KSM yang tidak komit atas verifikasi pendidikan karena anak dari KSM tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Pada pemberian bantuan yang diberikan kepada KSM, pemotongan bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga karena anak dari anggota PKH tersebut tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ketika anak dari KSM tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka bantuan akan dipotong sebesar 10% dari total bantuan yang diberikan. Berikut ini merupakan tabel yang terkait dengan pemotongan bantuan PKH tahun 2015:

Tabel5

Pemotongan Bantuan PKH tahun 2015 Tahun/Tahap

Pemberian Bantuan

Kecamatan Tidak Memenuhi Persyaratan Kehadiran

Pemotongan Bantuan

SD SMP SMA Ibu

Hamil

Balita

2015 / I Argomulyo 6 3 - - 1 Rp 305.000

Sidomukti 12 1 - 1 4 Rp 840.000

Sidorejo 2 5 - - 5 Rp 206.250

Tingkir - - - 0

2015 / II Argomulyo 3 1 - 1 1 Rp 1.008.250

Sidomukti 7 3 2 - 5 Rp 612.500

Sidorejo 9 4 - - 3 Rp 1.085.000

Tingkir - - - - 0

2015 / III Argomulyo 9 2 - 4 1 Rp 690.000

Sidomukti 6 3 - - 3 Rp 380.000

Sidorejo 4 2 1 - 2 Rp 251.250

Tingkir - - - 0

2015 / IV Argomulyo 2 - - - - Rp 45.000

Sidomukti 2 1 - - 2 Rp 146.250

(26)

26

Sidorejo 4 - - - 2 Rp 162.500

Tingkir 4 1 1 - 3 Rp 138.750

Jumlah Pemotongan Bantuan Rp 5.870.750

Sumber: UPPKH Kota Salatiga 2016

Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa pemotongan bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga terjadi karena kehadiran anak SD dan SMP di sekolah selama 3 bulan kurang dari 85% dan kehadiran balita dan ibu hamil selama 3 bulan kurang dari 85%. Pemotongan bantuan oleh UPPKH Kota Salatiga sebesar 10% dari total bantuan yang diberikan kepada KSM. Pada Tahap I pemberian bantuan terjadi pemotongan bantuan sebesar Rp 1.351.250 karena ada 20 anak SD dan 9 anak SMP yang tidak sesuai dengan persyaratan yaitu kehadiran di sekolah selama 3 bulan kurang dari 85% serta terdapat 1 ibu hamil dan 10 balita yang tidak sesuai dengan persyaratan yaitu kehadiran di fasilitas kesehatan atau posyandu kurang dari 85% selama 3 bulan. Pada Tahap II pemberian bantuan terjadi pemotongan bantuan sebesar Rp 2.705.750 karena terdapat 19 anak SD dan 8 anak SMP yang kehadiran di sekolah kurang dari 85% serta terdapat 1 ibu hamil dan 9 balita yang tidak sesuai dengan persyaratan di fasilitas kesehatan. Pada Tahap III pemberian bantuan terjadi pemotongan bantuan sebesar Rp 1.321.250 dikarenakan terdapat 19 anak SD dan 7 anak SMP yang kehadirannya disekolah tidak sesuai dengan persyaratan serta terdapat 4 ibu hamil dan 6 balita yang kehadiran di posyandu kurang dari 85%. Sedangkan pada Tahap IV pemberian bantuan terjadi pemotongan bantuan sebesar Rp 492.500 dikarenakan terdapat 12 anak SD, 2 anak SMP dan 1 anak SMA yang kehadiran di sekolah tidak sesua dengan persyaratan serta terdapat 7 balita yang kehadiran di posyandu tidak sesuai dengan persyaratan menjadi anggota PKH.

Dari pemberian bantuan yang dilakukan UPPKH Kota Salatiga, pemotongan bantuan banyak terjadi karena kehadiran anak SD di sekolah kurang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Kehadiran anak SD di sekolah sebenarnya diharapkan dapat mencapai 85% agar kedepannya mereka bisa bersekolah dengan baik. Namun, kenyataannya masih banyak pemotongan bantuan terjadi karena

(27)

27 kehadiran anak SD yang tidak mencapai 85%. Kedepannya diharapkan untuk anak SD kehadiran di sekolah lebih diutamakan agar pemotongan bantuan bisa berkurang agar KSM bisa menerima bantuan tanpa pemotongan bantuan yang dilakukan sebelumnya.

Analisis Kinerja Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga Menggunakan AnalisisValue For Money

Pengukuran kinerja menggunakan analisis value for money dapat digunakan untuk mengukur kinerja dari organisasi sektor publik. Pengukuran kinerja dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga menggunakan analisis value for money dapat dilakukan menggunakan rasio ekonomi, rasio efisiensi dan rasio efektivitas.

Analisis Kinerja UPPKH Kota Salatiga Menggunakan Rasio Ekonomi

Rasio ekonomi merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan organisasi untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut.Tingkat ekonomi dari kegiatan organisasi sektor publik dapat dilihat dari anggaran bantuan dari pemerintah dengan realisasi bantuan yang telah diberikan berdasarkan presentase tingkat pencapaiannya.Pemberian bantuan Program Keluarga Harapan dikatakan ekonomi ketika anggaran dari pemerintah lebih besar daripada realisasi bantuan yang diberikan kepada keluarga sangat miskin.Apabila realisasi bantuan yang diberikan kepada KSM lebih besar dari anggaran pemerintah maka pemberian bantuan yang diberikan tidak ekonomi karena ada kekurangan anggaran bantuan yang diberikan kepada keluarga sangat miskin.

Berikut ini rasio ekonomi yang dihasilkan dari pemberian bantuan PKH tahun 2013-2015:

Tabel6

Rasio Ekonomi UPPKH Kota Salatiga Tahun 2013-2015 Tahun Anggaran

Pemerintah

Realisasi Bantuan

Rasio Ekonomi %

2013 Rp 744.375.000 Rp 743.825.000 99.92

(28)

28 2014 Rp 1.783.436.500 Rp 1.782.196.500 99.93

2015 Rp 2.460.207.500 Rp 2.457.093.750 99.87

Rata-rata rasio ekonomi 99.90

Sumber : Dinas Sosial 2016 (data diolah)

Rasio Ekonomi pemberian bantuan Program Keluarga Harapan di Kota Salatiga:

Tahun 2013 =

=

99,92%

Tahun 2014 =

=

99,93%

Tahun 2015 =

=

99,87%

Dari perhitungan rasio ekonomi dapat dilihat bahwa rasio ekonomi darikinerja UPPKH Kota Salatiga dapat dikatakanekonomis karena pemberian bantuan yang diberikan kepada keluarga sangat miskin dibawah 100%. Rata–rata yang dihasilkan dari pemberian bantuan PKH tahun 2013-2015 adalah 99,90%.

Pada tahun 2013 persentase realisasi bantuan yang diberikan menunjukkan 99,92%, tahun 2014 menunjukkan 99,93%, dan pada tahun 2015 menunjukkan 99,87%. Walaupun rasio ekonomi dari pemberian bantuan PKH sudah baik, namun pada tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan 0,01% dari yang sebelumnya 99,92% menjadi 99,93% sedangkan pada tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,06% dari yang sebelumnya 99,93% menjadi 99,87%. Dari perhitungan rasio ekonomi diatas dapat di lihat bahwa ketika pemberian bantuan yang diberikan kepada KSM sudah tercapai dengan anggaran bantuan yang ada, maka pemberian bantuan dapat dikatakan ekonomi karena kinerja dari UPPKH Kota Salatiga dalam memberikan bantuan kepada KSM sudah baik. Pemberian bantuan dikatakan ekonomi ketika bantuan yang diberikan kepada KSM tidak melebihi dari anggaran yang diberikan pemerintah. Ketika anggaran dari pemerintah itu cukup, maka pemberian bantuan dapat dikatakan berhasil karena tidak ada kekurangan dana bantuan.

(29)

29 Analisis Kinerja UPPKH Kota Salatiga Menggunakan Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi merupakan pencapaian dari organisasi dengan input terendah untuk menghasilkan output yang tertentu. Pemberian bantuan dikatakan efisien jika hasil dari pemberian bantuan sudah memenuhi target yang ditentukan oleh pemerintah dengan anggaran yang sedikit.

Berikut ini rasio efisiensi yang dihasilkan dari pemberian bantuan PKH tahun 2013-2015:

Tabel 7

Rasio Efisiensi UPPKH Kota Salatiga Tahun 2013-2015 Tahun Realisasi Bantuan Anggaran

Pemerintah

Rasio Efisiensi(%)

2013 Rp 743.825.000 Rp 744.375.000 100.06 2014 Rp 1.782.196.500 Rp 1.783.436.500 100.07 2015 Rp 2.457.093.750 Rp 2.460.207.500 100.12

Rata-rata rasio efisiensi 100.08

Sumber : Dinas Sosial 2016 (data diolah)

Rasio Efisiensi pemberian bantuan Program Keluarga Harapan di Kota Salatiga Tahun 2013 =

= 100,06%

Tahun 2014 =

= 100,07%

Tahun 2015 =

= 100,12%

Dari perhitungan rasio efisiensi diatas dapat dilihat bahwa rata-rata efisiensi dari pemberian bantuan PKH pada tahun 2013-2015 sebesar 100,08%. Pemberian bantuan PKH tahun 2013-2015 termasuk dalam kategori tidak efisien, namun ketidakefisiensian dari pemberian bantuan kepada keluarga sangat miskin hanya sebesar 0,08%. Ketika ketidakefisiensian yang dihasilkan hanya sebesar 0,08%

atau kurang dari 1 %, maka pemberian bantuan yang diberikan kepada KSM dapat dikatakan efisien karena ketidakefisiensian yang terjadi sangat kecil. Pada tahun

(30)

30 2013 rasio efisiensi dari kinerja UPPKH Kota Salatiga menunjukkan 100,06%, tahun 2014 menunjukkan 100,07%, dan tahun 2015 menunjukkan 100,12%.

Dari data rasio efisiensi pemberian bantuan kepada keluarga sangat miskin dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 ke tahun 2014 efisiensi pemberian bantuan PKH mengalami penurunan 0,01%. Penyebab penurunan rasio efisiensi tahun 2014 karena masih ada KSM yang belum mengambil bantuan PKH, adanya KSM yang pindah tempat tinggal, dan kehadiran anak dari KSM di fasilitas pendidikan kurang dari 85% yang membuat KSM tidak bisa mengambil bantuan PKH karena tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Sedangkan rasio efisiensi pemberian bantuan PKH pada tahun 2014 ke tahun 2015 juga mengalami penurunan sebesar 0,05%. Penurunan rasio efisiensi tahun 2015 karena masih adanya KSM yang tidak mengambil bantuan dan ada KSM yang telah pindah tempat tinggal yang masih diberi anggaran bantuan.

Analisis Kinerja UPPKH Kota Salatiga Menggunakan Rasio Efektivitas Rasio efektivitas merupakan ukuran keberhasilan dari organisasi untuk mencapaisuatu tujuan kegiatan.. Efektivitas dari organisasi sangat penting diukur karenakalau suatu organisasi berhasil dalam melaksanakan tujuannya, maka organisasi tersebut bisa melanjutkan apa yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut. Suatu kegiatan dikatakan efektif bukan karena dilihat dari anggaran yang dikeluarkan oleh organisasi yang cukup besar, namun suatu kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan dari organisasi tersebut berhasil dicapai.

Berikut ini adalah rasio efektivitas yang dihasilkan dari pemberian bantuan PKH tahun 2013-2015:

Tabel 8

Rasio Efektivitas UPPKH Kota Salatiga Tahun 2013-2015 Tahun Anggaran

Pemerintah

Realisasi Bantuan

Rasio Efektivitas %

2013 Rp 744.375.000 Rp 743.825.000 99.92 2014 Rp 1.783.436.500 Rp 1.782.196.500 99.93

(31)

31 2015 Rp 2.460.207.500 Rp 2.457.093.750 99.87

Rata-rata rasio efektivitas 99.90 Sumber : Dinas Sosial 2016 (data diolah)

Rasio Efektivitas pemberian bantuan Program Keluarga Harapan di Kota Salatiga:

Tahun 2013 =

=

99,92%

Tahun 2014 =

=

99,93%

Tahun 2015 =

=

99,87%

Dari perhitungan rasio efektivitas diatas dapat dilihat bahwa efektivitas kinerja dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kota Salatiga tahun 2013- 2015 efektif karena rata-rata efektivitas dari realisasi bantuan yang diberikan kepada keluarga sangat miskin sebesar 99,90%. Dari rata-rata yang dihasilkan tersebut, pada tahun 2013 realisasi bantuan yang diberikan kepada KSM menunjukkan 99,92%, tahun 2014 menunjukkan 99,93% dan tahun 2015 menunjukkan 99,87%.

Dari data rasio efektivitas pemberian bantuan kepada keluarga sangat miskin dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 ke tahun 2014 efektivitas dari pemberian bantuan PKH mengalami kenaikan sebesar 0,01%, sedangkan efektivitas pemberian bantuan pada tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 0,06%. Penurunan rasio efektivitas tahun 2015 disebabkan masih adanya KSM yang tidak mengambil bantuan dan masih adanya KSM yang tidak sesuai dengan verifikasi pendidikan yaitu kehadiran anak dari KSM di fasilitas pendidikan kurang dari 85% yang membuat KSM tidak bisa mengambil bantuan PKH karena tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Berdasarkan rumus rasio ekonomi dan rasio efektivitas atas pemberian bantuan kepada keluarga sangat miskin diatas dapat dilihat bahwa walaupun rumus dan hasil yang diperoleh dari rasio ekonomi dengan rasio efektivitas pada pemberian bantuan PKH tersebut sama, namun penjelasan mengenai hasil yang

(32)

32 diperoleh dari kedua rasio tersebut berbeda karena tujuan dan interpretasi dari kedua rasio tersebut berbeda. Pada rasio ekonomi ketika hasil yang diperoleh lebih kecil dari 100% maka dikatakan ekonomis karena anggaran bantuan yang diberikan tidak tepat yang membuat terjadi penghematan dalam pemberian bantuan, sedangkan ketika hasil yang diperoleh dari rasio efektivitas lebih kecil dari 100% maka dikatakan efektif karena realisasi bantuan yang telah diberikan lebih sedikit dari anggaran dari pemerintah. Rata – rata yang dihasilkan dari rasio ekonomi dan rasio efektivitas dari pemberian bantuan PKH sebesar 99,90%. Dari rasio ekonomi yang telah dihasilkan, rata-rata yang dihasilkan kurang dari 100%

maka rasio ekonomi dari pemberian bantuan tersebut dapat dikatakan sangat ekonomis karena rata-rata yang dihasilkan sebesar 99,90%. Berdasarkan rasio ekonomis yang telah dihasilkan, pemberian bantuan yang telah diberikan kepada KSM sangat ekonomis karena dari anggaran bantuan yang diberikan pemerintah masih terjadi selisih atau masih adanya sisa bantuan yang membuat realisasi bantuan tidak sesuai dengan anggaran dari pemerintah. Sedangkan berdasarkan rata-rata rasio efektivitas yang dihasilkan dari pemberian bantuan tersebut dikatakan efektif karena rata-rata yang dihasilkan dari rasio efektivitas sebesar 99,90%.

Efektivitas dari pemberian bantuan sebenarnya tidak hanya dilihat dari besarnya pemberian bantuan yang telah diberikan kepada KSM yang sudah sesuai dengan anggaran dari pemerintah. Namun, efektivitas dari pemberian bantuan juga dilihat dari seberapa jauh dampak yang diberikan dengan pemberian bantuan terhadap KSM tersebut. dari data pemberian bantuan diatas dapat dianalisis bahwa pemberian bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga sudah efektif karena bantuan yang diberikan sudah sampai ke KSM dengan baik dan juga banyak KSM yang merasa terbantu dengan adanya bantuan PKH yang diberikan kepada mereka. Alasan pemberian bantuan yang diberikan kepada KSM sudah efektif juga karena semua persyaratan-persyaratan sebagai anggota PKH juga telah berhasil dilaksanakan dengan dengan baik oleh KSM. Ketika persyaratan menjadi anggota PKH sudah dilaksanakan dengan baik oleh anggota PKH maka, mereka dapat mengambil bantuan yang telah diberikan sesuai dengan kriteria

(33)

33 yang telah ditentukan. Kriteria yang dimaksudkan yaitu untuk anak usia 6-15 tahun terdaftar di SD dan SMPdengan kehadiran 85% hari sekolah dalam 3 bulan selama tahun ajaran berlangsung, untuk anak usia 15-21 tahun namun belum menyelesaikan pendidikan dasar dapat menerima bantuan apabila anak tersebut bersekolah atau mengikuti pendidikan kesetaraan dan memenuhi ketentuan yang berlaku, dan bagi balita, ibu hamil dan menyusui diharapkan dapat lebih intensif mengunjungi lembaga - lembaga pelayanan kesehatan dasar seperti pos pelayanan terpadu (posyandu), pondok bersalin desa (polindes), dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kesesuaian anggaran dari pemerintah dengan realisasi bantuan yang telah diberikan kepada KSM serta untuk mengevaluasi kinerja Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kota Salatiga menggunakan rasio ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Berdasarkan hasil dan penjelasaan yang telah diuraikan sebelumnya, maka ditarik simpulan: 1) Pemberian bantuan yang diberikan oleh UPPKH Kota Salatiga kepada KSM sudah berhasil karena semua bantuan telah berhasil diambil oleh KSM atau dapat dikatakan bahwa kesesuaian anggaran dari pemerintah dengan realisasi bantuan yang diberikan kepada KSM sudah sesuai karena selisih bantuan yang terjadi disebabkan adanya kesalahan dalam pemutakhiran data yang dilakukan oleh pendamping, 2) Ditinjau dari rasio ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dapat disimpulkan bahwa pemberian bantuan yang dilakukan oleh UPPKH Kota Salatiga tahun 2013-2015 sudah baik karena pemberian bantuan yang telah dilakukan UPPKH Kota Salatiga sudah memenuhi kriteria dari rasio ekonomi, rasio efisiensi, dan rasio efektivitas.

Implikasi Terapan

Berdasarkan hasil analisis diatas, implikasi terapan pada penelitian ini memberikan saran kepada Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH)

(34)

34 Kota Salatiga agarlebih melakukan pengawasanatas pemutakhiran data yang diberikanoleh pendamping agar KSM yang telah pindah dari Kota Salatiga tidak diberi anggaran bantuan karena kalau masih diberi anggaran bantuan maka bantuan tersebut tidak akan diambil oleh KSM. Sebaiknya anggaran bantuan yang diberikan kepada KSM yang pindah dari Kota Salatiga tersebut diberikan kepada masyarakat miskin yang lainnya karena masih banyakmasyarakat miskin yang belum menerima bantuan dari pemerintah.

Keterbatasan dan Saran Penelitian Yang Akan Datang

Ketika mengunduh data di www.kemsos.go.id dan www.pkh.depsos.go.id, peneliti menjumpai informasi yang berkaitan dengan PKH masih sedikit atau masih belum lengkapnya informasi-informasi yang terkait dengan bantuan PKH.

Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Program Keluarga Harapan disarankan untuk mencari informasi-informasi mengenai Program Keluarga Harapan di Dinas Sosial agar data yang diperoleh lebih lengkap dan terpercaya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Composite Reliability, dapat disimpulkan bahwa terdapat variabel Social Influence (SIF) yang reliabel karena

Bagi sekolah dan guru yang berada di wilayah terpencil, permasalahannya juga tentang cara mengatasi keterbatasan-keterbatasan fundamental seperti akses internet yang tidak ada

• Nilai komponen, L n dan C n pada rangkaian LPF ternormalisasi (dari tabel yang tersedia) adalah harga komponen saat frekuensi sudut.  C = 1 rad/s, sehingga diperlukan

mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan mengenai model pembelajaran blended learning yang mereka jalankan, yang mana persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000)

Sehingga kedepan program ini bisa dikembangkan untuk desa-desa yang lain baik di Banjarnegara maupun desa lain yang masih perlu dukungan dan dorongan motivasi

Bantuan sosial yang didapatkan oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH) adalah uang tunai sebesar Rp. Penyaluran bantuan dilakukan sebanyak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat jenis teripang tersebut bersifat aktif terhadap uji BSLT yang ditandai dengan nilai LC 50 kurang dari 1000

(1) Pengurangan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah diberikan kepada pasien umum yang berobat pada hari-hari tertentu seperti