12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menjelaskan tentang Program Keluarga Harapan (PKH) yang kemudian lebih difokuskan pada pelaksanaan graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Malang. Sejauh ini peneliti masih belum ada penelitian yang meneliti mengenai pelaksanaan graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Malang. Namun terdapat beberapa penelitian lain yang membahas mengenai Program Keluarga Harapan (PKH) yaitu:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Risna Kusumaningrum, Fentiny Nugroho dan Alfrojems, Universitas Indonesia tahun 2020, yaitu sebuah jurnal berjudul “Faktor-Faktor Keberhasilan Keluarga Penerima Manfaat Untuk Mencapai Graduasi dari Program Keluarga Harapan”. Hasil penelitian mereka menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mendorong Keluarga Penerima Manfaat (KPM) berhasil mencapai graduasi dari Program Keluarga Harapan (PKH). Adapun faktor-faktor tersebut adalah yaitu pola pikir, pengalaman pahit di masa lalu, daya juang dan semangat yang tinggi, tidak mudah putus asa, kemampuan pengelolaan uang, memanfaatkan peluang,
13
disiplin dan komitmen, dan kepekaan sosial. terdapat dua faktor dominan diantaranya, yaitu pola pikir dan kemampuan pengelolaan uang.15
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terdapat pada kerangka awal penelitian. Jika mereka meneliti faktor-faktor keberhasilan graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH), maka peneliti melakukan penelitian mengenai pelaksanaan Graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kota Malang.
Kedua, penelitian milik A. Nururrochman Hidayatulloh, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) pada tahun 2019, yaitu sebuah jurnal berjudul “Peningkatan Kualitas Hidup Keluarga Penerima Manfaat Dalam Kajian Program Keluarga Harapan : Tinjauan Empirik Dampak Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Penerima Manfaat”.
Penelitian ini menjelaskan bahwa Program Keluarga Harapan (PKH) telah memberikan kesejahteraan pada masyarakat di wilayah Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan dimana penelitian ini dilakukan. Terdapat perbaikan pada sektor pendidikan dan sektor kesehatan penerima manfaat. Selain itu program Keluarga Harapan juga memiliki kontribusi pada sektor ekonomi yang dibuktikan oleh penilaian ‘baik’ oleh 62,96 % responden.16
Penelitian ini lebih berfokus pada kesejahteraan yang dirasakan oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) berkat Program Keluarga Harapan (PKH).
15 Kusumaningrum, Risna. dkk. 2020. Faktor-Faktor Keberhasilan Keluarga Penerima Manfaat Untuk Mencapai Graduasi dari Program Keluarga Harapan. Vol. 19 No. 3. Hal. 265-275
16 Hidayatulloh, A. Nururrochman. 2019. Peningkatan Kualitas Hidup Keluarga Penerima Manfaat Dalam Kajian Program Keluarga Harapan : Tinjauan Empirik Dampak Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Penerima Manfaat. Vol. 43. No. 2. Hal. 97-116
14
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan tindak lanjut dari kesejahteraan yang dirasakan oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Setelah sejahtera, KPM akan tergraduasi baik secara mandiri ataupun alamiah.
Penelitian ini berfokus pada proses graduasi itu terjadi pada Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Ketiga, penelitian milik Achmad Buchory, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) pada tahun 2019, sebuah jurnal berjudul “Survei Tentang Pengaruh Pemasangan Stiker Labeling Miskin KPM PKH Terhadap Graduasi Mandiri dan Tekanan Patologi Sosial”.
Penelitian ini dilakukan di 4 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Tegal, Kabupaten Demak, Kabupaten Pati dan Kotamadya Pekalongan. Hasil dari penelitian ini membahas mengenai sebuah kebijakan yang mendorong Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang tidak mau keluar dari Program Keluarga Harapan (PKH) akan mengundurkan diri secara graduasi mandiri. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) lama dan kemudian diganti dengan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang baru. Namun, permasalahannya adalah tidak semua Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang graduasi mandiri adalah dari keluarga yang sejahtera. Ada 67% Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang graduasi mandiri berasal dari keluarga pra- sejahtera.17
17 Buchory, Achmad. 2019. Survei Tentang Pengaruh Pemasangan Stiker Labeling Miskin KPM PKH Terhadap Graduasi Mandiri dan Tekanan Patologi Sosial. Vol. 43. No. 3. Hal. 219-226
15
Berangkat dari hal tersebut maka penelitian yang peneliti lakukan merupakan jawaban dari penelitian yang dilakukan oleh Achmad Buchory.
Melihat fakta bahwa terdapat Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari kategori keluarga pra-sejahtera yang ikut graduasi mandiri dari Program Keluarga Harapan (PKH), maka peneliti menggali tentang pelaksanaan graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Malang.
B. Konsep Kemiskinan
Kemiskinan merupakan permasalahan yang telah ada dari dahulu hingga saat ini. Terjadi perdebatan mengenai penyebab pasti kemiskinan. Dari sejumlah teori yang sudah ada, teori kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu, teori individu dan teori struktur sosial. Teori perilaku individu digambarkan dengan baik melalui teori ekonomi klasik. Ringkasnya teori perilaku individu mengindikasikan bahwa kemiskinan lahir dari perilaku seseorang yang malas dan tidak produktif. Sedangkan teori struktur sosial yang diwakilkan oleh pendapat kelompok marx mengindikasikan bahwa kemiskinan yang mengakibatkan perilaku tertentu pada seorang individu. Seseorang tidak produktif dikarenakan bentuk adaptasinya terhadap keadaan miskin tersebut.
1. Definisi Kemiskinan
Terdapat berbagai definisi mengenai kemiskinan yaitu:
a. Menurut Charles Booth, seorang penggagas awal dari sociological studies of poverty di Inggris mengatakan bahwa mereka yang hampir tidak memiliki pemasukan yang mencukupi untuk membuat dirinya
16
hidup mandiri adalah dikategorikan miskin. Sedangkan mereka yang memiliki pemasukan yang tidak mencukupi diri mereka untuk hidup mandiri dengan layak dikategorikan sebagai sangat miskin.18
b. Menurut World Bank, seseorang yang berpenghasilan kurang dari $ 1,90 perhari adalah orang yang dikategorikan sangat miskin.19
c. Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.20
Dari pengertian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa kemiskinan merupakan suatu keadaan ketika seseorang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar mereka dengan pendapatan yang kurang/tidak memadai sehingga membuat kehidupan mereka menjadi tidak layak.
2. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa hal. Nasikun menyebutkan beberapa penyebab kemiskinan yaitu:
a. Policy Induces Processes, yaitu kemiskinan yang didorong oleh kebijakan itu sendiri;
18 Kane, Sharon & Kirby, Mark. 2003. Skill Based Sociology Wealth, Poverty and Welfare. North America: Palgrave Macmillan. Hal 48.
19 Frykholm, Amy. 2016. Ending Extreme Poverty. (Online). Diakses melalui https://www.worldbank.org/en/news/feature/2016/06/08/ending-extreme-poverty pada tanggal 23 Januari 2021
20 Undang-Undang No 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin. Bab 1. Pasal 1. Ayat (1).
17
b. Socio-Economic Dualism, yaitu kemiskinan yang terjadi akibat kekuatan kapitalisme;
c. Population Growth, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh pertambahan/pertumbuhan jumlah penduduk;
d. Resorces Management and The Environment, yaitu kemiskinan yang diakibatkan eksploitasi sumber daya yang berdampak pada kesejahateraan masyarakat;
e. Natural Cycles Processes, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh siklus alam;
f. The Marginalization of Woman, yaitu kemiskinan yang terjadi akibat memarjinalisasi keberadaan perempuan;
g. Cultural and Ethnic Factors, yaitu kemiskinan yang diakibatkan oleh budaya dan etnik dari suatu tempat;
h. Explotative Intermediation, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh keberadaan pihak yang bermuka dua;
i. Internal Political Fragmentation and Civil Stratfe, yaitu kemiskinan yang dikarenakan kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang memiliki fragmentasi politik yang kuat; dan
j. International Processes, yaitu kemiskinan yang diakibatkan oleh politik internasional yang membuat negar-negara lain menjadi miskin.
Selain 10 penyebab kemiskinan tersebut, juga terdapat penyebab kemiskinan yang terjadi di pedesaan akibat keterbatasan sumber daya yang dimiliki yaitu:
18
a. Natural Assets, yaitu aset alam yang minim dimiliki seperti air dan tanah;
b. Human Assets, yaitu kualitas sumber daya manusia yang rendah;
c. Physical Assets, yaitu akses sarana prasarana penunjang dan fasilitas umum;
d. Financial Assets, yaitu keuangan yang tidak memadai; dan e. Social Assets, yaitu jaringan, pengaruh politik dan relasi.21
Dari seluruh penyebab kemiskinan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kemiskinan dapat terjadi karena hal-hal detail dan penting seperti campur tangan pemerintah. Beberapa kebijakan yang bertujuan untuk membantu justru menjadi boomerang bagi masyarakat itu sendiri. Selain itu kemiskinan juga terjadi karena kebiasaan masyarakat yang diperparah dengan keterbatasan yang mereka miliki.
3. Jenis-Jenis Kemiskinan
Definisi serta penyebab kemiskinan yang beragam membuat munculnya berbagai jenis kemiskinan. Jenis-jenis kemiskinan yaitu:
a. Kemiskinan Absolut, adalah ketika seseorang memiliki pendapat yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan, papan, perumahan, kesehatan serta pendidikan yang dibutuhkan untuk hidup dan bekerja;
21 Nurwati, N. (2008). Kemiskinan: Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif Kebijakan. Jurnal Kependudukan Padjadjaran, 10(1), 1. Hal 123.
19
b. Kemiskinan Relatif, adalah keadaan miskin yang dialami seseorang diakibatkan oleh kebijakan pemerintah yang belum merata sehingga terjadi ketimpangan sosial;
c. Kemiskinan Kultural, adalah keadaan miskin yang terjadi diakibatkan kebiasaan dan budaya mereka yang tidak mau berusaha untuk mengubah kondisi mereka menjadi lebih layak;
d. Kemiskinan Struktural, adalah keadaan miskin yang terjadi dikarenakan minimnya akses terhadap sumber daya dalam suatu sistem yang menyebabkan kemiskinan meningkat;
e. Kemiskinan Buatan, adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh modernisasi yang berdampak kepada masyarakat yang kesulitan untuk mengakses sarana prasarana, sumber daya dan fasilitas ekonomi secara merata; dan
f. Kemiskinan Alamiah, adalah kemiskinan yang terjadi dikarenakan kelangkaan sumber daya, prasarana umum dan kondisi alam yang tandus.22
Berkaca pada hal tersebut kemiskinan terjadi dengan kondisi dan alasan tertentu, baik itu secara langsung ataupun tidak langsung. Menjadi miskin tidak hanya disebabkan oleh masalah keuangan saja, namun juga berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dalam kehidupan. Banyak dari mereka yang berjuang untuk lepas dari jeratan kemiskinan, namun juga
22 Ibid. Hal 122.
20
banyak dari mereka yang pasrah bahkan tidak mau berusaha untuk keluar dari lingkar kemiskinan.
4. Dampak Kemiskinan
Dampak kemiskinan adalah sebagai berikut yaitu:
a. Tingkat Kesejahteraan yang Rendah, yaitu kemiskinan menyebabkan kesejahteraan masyarakat lemah dalam aspek ekonomi. Mereka kesulitan untuk mencukup kebutuhan sehari-hari dan hal ini berdampak pada aspek yang lain;
b. Angka Kematian yang Tinggi, yaitu merupakan hal yang berkaitan dengan kemampuan untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang layak.
Masyarakat miskin cenderung kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan dikarenakan keterbatasan ekonomi;
c. Rendahnya Peluang Relasi dan Jaringan, yaitu kondisi masyarakat miskin yang sulit untuk mendapatkan relasi dan jaringan yang baik dalam sosial masyarakat;
d. Minimnya Keterlibatan Sosial Politik, yaitu masyarakat miskin tidak dalam posisi yang tepat dalam tatanan sosial politik yang berakibat pada pengembangan masyarakat miskin itu sendiri; dan
e. Keterbatasan Akses Pendidikan, yaitu keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat miskin berpengaruh terhadap akses pendidikan yang merupakan salah satu keterbatasan yang paling sering ditemui pada masyarakat miskin.23
23 Ibid. Hal 123-128
21
Hal-hal tersebut merupakan sebagian dari dampak yang diakibatkan oleh kemiskinan. Tentunya kemiskinan berdampak lebih besar dalam tatanan sosial bahkan menjadi pemicu munculnya masalah sosial lainnya seperti tingkat kriminalitas, pelanggaran-pelanggaran aturan, munculnya homeless, anak terlantar dan rendahnya tingkat pendidikan.
C. Konsep Bantuan Sosial 1. Definisi Bantuan Sosial
Bantuan Sosial muncul sebagai salah satu cara pemerintah untuk menyelesasikan masalah kemiskinan. Bantuan dapat berupa tunai maupun non-tunai yang diberikan langsung kepada penerima bantuan. Bantuan sosial sendiri memiliki definisi yang bermacam-macam yaitu:
a. Asian Development Bank mendefinisikan bantuan sosial sebagai program yang dirancang untuk membantu individu, rumah tangga, dan komunitas paling rentan untuk memenuhi dan meningkatkan standar hidupnya;24
b. International Monetary Fund (IMF) mendefinisikan bantuan sosial sebagai instrumen yang ditujukan untuk memitigasi dampak buruk dari bentuk-bentuk perubahan kondisi bagi masyarakat yang tergolong miskin;25
c. Permensos No 1 Tahun 2019 mendefinisikan bantuan sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga,
24 Supriyanto, Raditia W. Ramdhani, Elsa R, & Ramadhan, Eldi. 2014. Perlindungan Sosial Di Indonesia : Tatangan dan Arah Ke Depan. Jakarta: Kementerian BPPN. Hal 9.
25 Ibid.
22
kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial.26
Dari beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa bantuan sosial merupakan sebuah bantuan yang diberikan kepada mereka yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Keberadaan bantuan sosial cukup membantu kemaslahatan masyarakat miskin di Indonesia.
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial di Indonesia meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. Bantuan sosial termasuk dalam perlindungan sosial. Bantuan sosial dilakukan tanpa perlu kontribusi dari penerima bantuan. Selain bantuan sosial terdapat jaminan sosial yang juga memiliki tujuan yang hampir sama dengan bantuan sosial. Namun berbeda dengan bantuan sosial, jaminan sosial yang diberikan kepada masyarakat dilakukan dengan kontribusi dari masyarakat itu sendiri.
2. Bentuk Bantuan Sosial di Indonesia
Dalam pelaksanaannya bantuan sosial di Indonesia dibagi menjadi 2 jenis. Adapun jenis bantuan sosial tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bantuan Sosial Tunai
Bantuan sosial tunai merupakan bantuan yang diberikan kepada penerima bantuan berupa uang dengan nominal/jumlah tertentu; dan b. Bantuan Sosial Non-Tunai
26 Permensos No 1 Tahun 2019 Tentang Belanja Bantuan Sosial. Bab 1. Pasal 1. Ayat (1)
23
Bantuan sosial non-tunai adalah bantuan yang diberikan dengan cara non-tunai melalui mekanisme tertentu.
Saat ini bantuan sosial di Indonesia cukup beragam. Bantuan sosial dibuat menyesuaikan dengan fokus serta aspek tertentu. Bantuan sosial didesain untuk menyasar fokus-fokus tertentu. Beberapa kementerian juga telah merilis berbagai program bantuan sosial. Salah satunya adalah Kementerian Sosial yang telah menghadirkan berbagai macam program bantuan sosial. Adapun program bantuan sosial oleh Kementerian Sosial adalah sebagai berikut:
a. Kelompok Usaha Bersama (KUBE), merupakan kelompok keluarga miskin yang dibentuk untuk melakukan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
b. Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH), merupakan bantuan non-tunai yang dilakukan untuk merenovasi rumah warga fakir miskin agar lebih layak huni;
c. Bantuan Sarana Prasarana Lingkungan (SARLING), merupakan bantuan non-tunai melalui transfer ke rekening kelompok untuk kebutuhan pengadaan sarana prasarana lingkungan;
d. Bantuan Sembako, yang sebelumnya bernama Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) merupakan bantuan non-tunai yang diberikan kepada penerima bantuan berupa beras, telur, serta sumber protein lainnya;
e. Bantuan Sosial Tunai (BST), merupakan bantuan sosial berupa uang tunai yang diberikan kepada penerima bantuan sosial;
24
f. Program Keluarga Harapan (PKH), merupakan bantuan yang menyasar keluarga miskin dengan kriteria tertentu untuk peningkatan kualitas kehidupan keluarga miskin.
3. Dasar Hukum Bantuan Sosial di Indonesia
Untuk menopang keberlangsungan upaya pengentasan kemiskinan, pemerintah menetapkan Undang-Undang, Peraturan Presiden serta Ketetapan Menteri untuk menunjang pelaksanaan penyaluran bantuan sosial di Indonesia. Beberapa dasar hukum yang berkenaan dengan bantuan sosial, khususnya program bantuan sosial dari Kementerian Sosial adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial;
c. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin;
d. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia;
e. Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;
g. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 63 Tahun 2017 Tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai;
h. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 1 Tahun 2019 Tentang Penyaluran Belanja Bantuan Sosial; serta
25
i. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 20 Tahun 2019 Tentang Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai.
Selain beberapa UU, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri tersebut masih terdapat regulasi lain yang mengatur tentang pelaksanaan bantuan sosial di Indonesia.
4. Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial di Indonesia
Mekanisme penyaluran bantuan sosial di Indonesia khususnya bantuan sosial milik Kementerian Sosial mempunyai mekanisme yang menyesuaikan dengan karakteristik program. Namun pada umumnya mekanisme penyaluran bantuan sosial Kementerian Sosial adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Mekanisme Penyaluran Bansos
Sumber : Perdirjen Perbendaharaan No.Per-15/PB/2018
26 D. Konsep Program Keluarga Harapan
1. Definisi Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.27 Program Keluarga Harapan (PKH) telah hadir sejak tahun 2007 sebagai upaya perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dan tindak lanjut upaya pengentasan kemiskinan.
2. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)
Terdapat beberapa Tujuan dari Program Keluarga Harapan (PKH), tujuan tersebut adalah meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial; Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan; Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial; Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan; dan Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga Penerima Manfaat.28
27 Permensos Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan. Bab 1. Pasal 1. Ayat (1).
28 Ibid. Pasal 2.
27
3. Sasaran Program Keluarga Harapan (PKH)
Sasaran pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah keluarga miskin yang terdaftar pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dikelola oleh Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN), Kementerian Sosial RI.29 Mereka yang menjadi peserta Program Keluarga Harapan (PKH) selanjutnya disebut sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
4. Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) adalah keluarga penerima bantuan sosial PKH yang telah memenuhi syarat dan ditetapkan dalam keputusan.30 Menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) membutuhkan proses panjang. Adapun hal-hal yang berkenaan dengan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Penerima Program Keluarga Harapan (PKH)
Terdapat komponen kesehatan yang harus dipenuhi oleh keluarga miskin untuk mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH). Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kriteria Kesehatan, terdiri dari Ibu hamil/menyusui dan Anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun.
2) Kriteria Pendidikan, terdiri dari Anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah atau sederajat, Anak sekolah menengah
29 Ibid. Pasal 3.
30 Ibid. Pasal 1. Ayat (5).
28
pertama/madrasah tsanawiyah atau sederajat, Anak sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau sederajat dan Anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.
3) Kriteria kesejahteraan sosial, terdiri dari Lanjut usia mulai dari 70 tahun dan Penyandang disabilitas yang diutamakan penyandang disabilitas berat.31
b. Hak dan Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Bantuan Sosial dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) cukup ketat dalam pelaksanaannya. Hal itu dilihat dari hak dan kewajiban yang juga turut harus dipenuhi oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Adapun Hak dan Kewajiban yang harus dipenuhi oleh Keluarga Penerima Manfaat adalah sebagai berikut:
1) Hak Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) berhak mendapatkan, Bantuan Sosial PKH; Pendampingan PKH; Pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan/atau kesejahteraan sosial; dan Program Bantuan Komplementer di bidang pangan, kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya sesuai kebijakan pemerintah.
31 Ibid. Pasal 5.
29
2) Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
a) Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pada kondisi normal terdiri dari :
i. Komponen Kesehatan terdiri dari ibu hamil/nifas/menyusui, anak usia dini (0-6 tahun) yang belum bersekolah wajib memeriksakan kesehatan pada fasilitas/layanan kesehatan sesuai dengan protokol kesehatan;
ii. Komponen Pendidikan terdiri dari anak usia sekolah wajib belajar 12 tahun, Wajib mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran paling sedikit 85% (delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif;
iii. Komponen Kesejahteraan dan/atau penyandang disabilitas yang mengikuti kegiatan dibidang sosial sesuai kebutuhan yang dilakukan minimal setahun sekali;
iv. KPM hadir dalarn pertemuan kelompok atau Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) setiap bulan;
v. Seluruh anggota KPM harus memenuhi kewajibannya, kecuali jika terjadi keadaan kahar (force majeure);
vi. KPM yang tidak memenuhi kewajibannya akan dikenakan sanksi, Mekanisme sanksi ditetapkan lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan verifikasi komitmen,
vii. Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pada kondisi COVID-19 terdiri dari :
30
i. Komponen Kesehatan terdiri dari ibu hamil nifas/menyusui, anak usia dini (0-6 tahun) yang belum bersekolah wajib melaksanakan pola hidup sehat dan menerapkan protokol kesehatan;
ii. Komponen Pendidikan terdiri dari anak usia sekolah wajib belajar 12 tahun, wajib mengikuti kegiatan belajar dengan penerapan protokol kesehatan sesuai peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah darı gugus tugas covid;
iii. Komponen Kesejahteraan Sosial terdiri dari lanjut usia dan/atau penyandang disabilitas berat wajib mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial yang dilakukan sesuai kebutuhan minimal setahun sekali dengan menerapkan protokol kesehatan;
iv. KPM wajib menerima dan menerapkan materi-materi yang ada dalam modul P2K2 khususnya modul kesehatan dan penerapan protokol kesehatan.32
c. Batasan Bantuan Terhadap Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Dalam Surat Keputusan Direktur Jaminan Sosial Keluarga tentang Indeks Bantuan Sosial, bahwa terdapat ketentuan yang menyebutkan batasan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), yaitu:
32 Kementerian Sosial RI. 2021. Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Jakarta. Hal 24-25
31
1) Komponen Kesehatan, yaitu Ibu hamil/nifas dibatasi maksimal kehamilan kedua dan Anak usia dini sebanyak-banyaknya dua anak dalam Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
2) Komponen Pendidikan, yaitu Anak usia sekolah SD/sederajat, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat masing-masing hanya 1 anak dalam Keluarga Penerima Manfaat (KPM);
3) Komponen Kesejahteraan Sosial, yaitu Lanjut usia dengan usia 70 tahun atau lebih dari 70 tahun atau penyandang disabilitas berat (Fisik/ mental) sebanyak-banyaknya 1 orang dalam Keluarga Penerima Manfaat (KPM);
Kemudian apabila dalam suatu keluarga terdapat banyak anak dengan kategori usia yang berbeda-beda, maka yang didahulukan adalah anak usia dini.33
5. Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH)
Bantuan sosial yang didapatkan oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH) adalah uang tunai sebesar Rp. 900.000,- hingga Rp. 3.000.000,- per tahun. Penyaluran bantuan dilakukan sebanyak 4 tahap. Selain itu juga terdapat bantuan lain yang disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu:
a) Komponen Kesehatan, Ibu hamil/nifas dan anak usia dini masing- masing mendapatkan Rp. 3.000.000,- per tahun.
33 Wisnubroto, Kristantyo. 2021. Program keluarga Harapan 2021, Berikut Syarat dan Ketentuan Penerimanya. (Online). Diakses melalui https://indonesia.go.id/layanan/keuangan/sosial/program- keluarga-harapan-pkh-2021-berikut-syarat-dan-ketentuan-penerimanya pada tanggal 22 Januari 2021.
32
b) Komponen Pendidikan, Anak SD/sederajat : Rp. 900.000 per tahun;
Anak SMP/sederajat : Rp. 1.500.000 per tahun; dan Anak SMA/sederajat : Rp. 2.000.000 juta per tahun.
c) Komponen Kesejahteraan Sosial, Disabilitas Berat/Lansia Rp.
2.400.000 per tahun.34
6. Pengelolaan Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) memiliki konsep yang kompleks dan detail. Adapun hal-hal yang berkenaan dengan pengelolaan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah sebagai berikut:
a) Tahapan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)
Terdapat beberapa tahapan pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH), diantaranya:
i. Perencanaan, dilakukan untuk menentukan lokasi dan jumlah calon Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang bersumber pada DTKS.
ii. Pertemuan Awal dan Validasi, bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada calon Keluarga Penerima Manfaat (KPM) serta validasi (pencocokan data) dengan fakta dan bukti di lapangan.
iii. Penetapan Keluarga Penerima Manfaat PKH, Keluarga miskin yang memenuhi kriteria akan ditetapkan menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) berdasarkan hasil validasi.
34 Ibid.
33
iv. Penyaluran Bantuan Sosial PKH, penyaluran dilakukan secara berkala. Penyaluran dilakukan secara non-tunai melalui Kartu Keluarga Sejahtera dan rekening bank penyalur.
v. Pemutakhiran Data, bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
vi. Verifikasi Komitmen Keluarga Penerima Manfaat PKH, Verifikasi komitmen bertujuan untuk melihat sejauh mana Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melakukan kewajibannya serta sebagai cara pendamping PKH melakukan input data verifikasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
vii. Pendampingan PKH, dilakukan untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Salah satu bentuk pendampingan adalah kegiatan P2K2.
Gambar 2.2 Modul P2K2
Sumber : Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan
34
d. Transformasi Kepesertaan PKH, terdapat penilaian kembali terhadap Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Jika berstatus eligible maka bantuan PKH akan dilanjutkan. Tetapi jika berstatus non- eligible, maka KPM PKH akan diterminasi/graduasi.
Adapun mekanisme bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3 Mekanisme Pelaksanaan PKH
Sumber : pkh.kemensos.go.id b) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring atau pemantauan dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH). Pemantauan dilakukan pada saat input, process, dan output. Setelah itu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur pencapaian dari tujuan program dalam waktu
35
dan tempat tertentu dalam aspek input, process, output, result dan impact.
c) Kelembagaan
Kelembagaan Program Keluarga Harapan (PKH) terdiri dari Tim Koordinasi Nasional, Tim Koordinasi Teknis, dan Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) yang dibentuk di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan.
d) Pengelolaan Sumberdaya
Sumber daya yang dimaksud adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat pada pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH). Sumber daya manusia terdiri atas: Penasihat Nasional; Tenaga Bantuan Teknis;
Tenaga Ahli; Koordinator Regional; Koordinator Wilayah; Koordinator Daerah Kabupaten/Kota; Supervisor Pekerjaan Sosial; Pendamping Sosial; Asisten Pendamping Sosial; Dan Administrator Pangkalan Data.
Rekruitmen sumber daya manusia PKH dilakukan secara terbuka dan transparan. Selain itu sumber daya manusia PKH juga terikat pada Kode Etik dan diawasi oleh Komisi Etik. Mereka diberikan peningkatan kapasitas kepada sumber daya manusia PKH serta sertifikasi bagi mereka yang melakukan menilai sejauh mana penguasaan serta penerapan standar kompetensi. Kemudian untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) turut diadakan Rapat Koordinasi, Sosialisasi PKH serta Pelaporan.
36 e) Sistem Pengaduan Masyarakat
Layanan ini digunakan oleh masyarakat untuk memastikan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) benar-benar mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan haknya.
f) Program Lainnya
i. Program Bantuan Komplementer
Program bantuan komplementer adalah program lainnya yang terintegrasi dan berhak didapatkan oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) pada aspek-aspek lain.
Beberapa program tersebut diantaranya adalah Program Indonesia Sehat, Program Indonesia Pintar, Program Bantuan Sembako, Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH), Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (Progres LU), Program Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (Progres PD) dan bantuan sosial lainnya sesuai dengan kebijakan pemerintah.
ii. PKH Akses
Program Keluarga Harapan (PKH) Akses adalah pemberian bantuan sosial PKH kepada masyarakarat di wilayah yang sulit untuk dijangkau baik secara geografis, ketersediaan infrastruktur maupun SDM dengan pengondisian secara khusus Pasal 1 ayat 2 PERMENSOS Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan. Kriteria wilayah PKH Akses adalah pulau-pulau kecil
37
terluar, daerah tertinggal/terpencil, dan perbatasan antar negara.
Mekanisme pelaksanaan PKH akses hampir sama dengan Program Keluarga Harapan (PKH) pada umumnya dan diatur lebih lanjut pada Petunjuk Pelaksanaan PKH Akses.
iii. PKH Adaptif
Program Keluarga Harapan (PKH) Adaptif adalah pemberian bantuan sosial PKH kepada masyarakat yang terdampak bencana alam, bencana sosial serta komunitas adat terpencil. Data calon penerima manfaat PKH bersumber dari DTKS atau diluar dari DTKS.35
7. Graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Graduasi adalah tidak terpenuhinya kriteria kepesertaan dan/atau meningkatnya suatu kondisi sosial ekonomi, yang dibuktikan melalui kegiatan pemutakhiran data. Pada tahapan pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) terdapat pemutakhiran data. Melalui data tersebut Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dinilai atas kelayakannya (eligible/non-eligible) untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan Program Keluarga Harapan.
Graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) memiliki tujuan, yaitu:
a) Mendukung upaya percepatan pengentasan kemiskinan yang sejalan dengan tujuan PKH;
b) Memastikan penerima bantuan sosial PKH tepat sasaran;
c) Meminimalisir timbulnya kesenjangan sosial; dan
35 Kementerian Sosial RI. Op.Cit. Hal 25-52
38 d) Mewujudkan rasa keadilan sosial.
Graduasi terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Graduasi Alamiah, yaitu berakhirnya bantuan PKH dikarenakan tidak terpenuhinya kriteria penerima Program Keluarga Harapan; dan
2) Graduasi Sejahtera Mandiri, yaitu berakhirnya bantuan PKH dikarenakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) telah meningkat ekonominya dan dikategorikan mampu sehingga tidak layak untuk mendapatkan bantuan sosial PKH.36
Gambar 2.4 Alur Graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Sumber : Keputusan Dirjen Linjamsos No : 03/3/BS.02.01/10/2020
36 Keputusan Dirjen Linjamsos No : 03/3/BS.02.01/10/2020 Tentang Petunjuk Teknis Graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan Tahun 2020. Bab II. Huruf (B)
39
Gambar 2.5 Arah Kebijakan Graduasi KPM PKH Tahun 2021
Sumber : Keputusan Dirjen Linjamsos No : 03/3/BS.02.01/10/2020