• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENAMBAHAN BANTUAN SOSIAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PENERIMA MANFAAT (KPM) DI MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENAMBAHAN BANTUAN SOSIAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PENERIMA MANFAAT (KPM) DI MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

EVALUASI PENAMBAHAN BANTUAN SOSIAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA

PENERIMA MANFAAT (KPM) DI MASA PANDEMI COVID-19

Elly Kuntjorowati, dkk

KEMENTERIAN SOSIAL RI

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PELAyANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

yOGyAKARTA 2020

(3)

EVALUASI PENAMBAHAN BANTUAN SOSIAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PENERIMA MANFAAT (KPM) DI MASA PANDEMI COVID-19

Penulis : Elly Kuntjorowati, Murdiyanto, Andayani, Listyawati, Tri Laksmi Udiati, Sri Yuni Murti Widayanti, Ani Mardiyati, Tri Gutomo, Siti Wahyu Iryani, Lidia Nugraha Ningsih Ayal, Indriana Mei Listiyani

Konsultan/Editor : DR. Suharko, M.Si Setting/Lay Out : Tim B2P3KS Press Desain Cover : Tim B2P3KS Press

Hak Cipta © 2020, pada penulis

Hak publikasi pada Penerbit B2P3KS Press

Dilarang memperbanyak, memperbanyak sebagian atau seluruh isi dari buku dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit

Cetakan ke 1: Desember Tahun : 2020

Diterbitkan oleh B2P3KS Press

Jl. Kesejahteraan Sosial Nomor.1 Sonosewu Yogyakarta Telp (0274) 377265, 373530 Fax (0274) 373530 Email : b2p3ks_press@yahoo.co.id

Anggota IKAPI DIY ISBN: 978-979-698-474-9

(4)

KATA PENGANTAR

Program keluarga harapan yang selanjutnya disebut (PKH) adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu penanganan fakir miskin. Data diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat (KPM). Program ini merupakan salah satu program untuk mewujudkan perlindungan sosial yang terencana, terarah, dan berkelanjutan dalam skala nasional. Program keluarga harapan (PKH) dilaksanakan secara berkelanjutan yang dimulai pada tahun 2007 di 7 provinsi. Sampai dengan tahun 2020, PKH sudah dilaksanakan di 34 provinsi dan mencakup 512 kabupaten/kota dan 6.709 Kecamatan, dengan jumlah KPM 9.841.270 KPM pada tahu 2019 menjadi 10.000.000 di tahun 2020.

Program keluarga harapan bertujuan meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial; mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan; menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian keluarga penerima manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial; dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar kelompok pendapatan.

Covid-19 yang merupakan pandemi global mempunyai dampak kepada seluruh penduduk dunia tak terkecuali Indonesia. Keluarga penerima manfaat PKH yang merupakan

(5)

keluarga sangat miskin tidak pula terlepas dari ancaman penularan penyakit tersebut.

Presiden membuat kebijakan jaring pengaman sosial melalui kementerian sosial terkait pandemi global tersebut, yang diturunkan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 02/3/BS.02.01/4/2020 tentang Indeks dan Faktor Penimbang Bantuan Sosial Program keluarga harapan dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Tahun 2020. Kebijakan tersebut adalah penambahan 25% jumlah nominal PKH dan perubahan waktu pencairan dari tiga bulan menjadi setiap bulan yang diharapkan dapat mengurangi beban ekonomi KPM.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembuat kebijakan dan research serta masyarakat yang membutuhkan acuan tentang PKH.

Yogyakarta, November 2020 KepalaB2P3KS Yogyakarta

(6)

PENGANTAR PENERBIT

Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan yang maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahNya maka buku yang berjudul:

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Kesejahteraan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di masa Pandemi Covid-19 bisa terbit tepat pada waktunya. Buku ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang adanya penambahan nilai nominal PKH sebesar 25%

untuk setiap komponen bantuan PKH serta adanya perubahan jadwal pencairan dari tiga bulan menjadi setiap bulan, hal tersebut dimaksudkan untuk membantu perekonomian KPM di masa Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 di berbagai negara dan tidak terlepas pula di Indonesia telah mangakibatkan terpuruknya kondisi perekonomian dunia dan menyebabkan banyak pengangguran karena pemutusan hubungan kerja dan melemahnya daya beli masyarakat. Kebijakan penambahan 25% nominal PKH serta perubahan jadwal pencairan menjadi setiap bulan diharapkan membantu perekonomian KPM agar setiap bulan bisa terpenuhi.

Akhirnya diucapkan terima kasih kepada Pihak-pihak terkait sehingga buku ini bisa terbit tepat pada waktunya.

Yogyakarta, November 2020 Penerbit

(7)
(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

PENGANTAR PENERBIT ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvii

ABSTRAK ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Metode Penelitian ... 6

1.5.1.Jenis penelitian ... 6

1.5.2.Penentuan Responden ... 8

1.5.3.Lokasi penelitian ... 9

1.5.4.Tehnik Pengumpulan Data ... 9

1.5.5.Analisa Data ... 12

1.5.6.Ringkasan Bab I ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

2.1. Kemiskinan ... 17

2.2. Perlindungan Sosial ... 19

(9)

2.3. Jaminan Sosial ... 21

2.4. Bantuan Sosial ... 24

2.5. Kesejahteraan Sosial ... 25

2.6. Program Keluarga Harapan ... 28

2.6.1 Kriteria PKH adalah keluarga miskin yang memenuhi minimal salah satu syarat, yaitu: ... 30

2.6.2 Bantuan PKH di Masa Pandemi Covid-19 Diberikan Dengan Ketentuan Sebagai Berikut. ... 30

2.6.3. Mekanisme penyaluran bantuan nontunai melalui Bank Umum Milik Negara dan Bank Pembangunan Daerah ... 32

2.6.4 Distribusi Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) ... 32

2.6.5 Peserta yang tidak memenuhi kewajiban dikenakan penangguhan dan/atau penghentian bantuan dengan ketentuan sebagai berikut: ... 34

2.6.6 Pendampingan komponen lansia dilaksanakan oleh Pendamping Lanjut Usia Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia ... 36

2.7. Dampak Covid-19 Terhadap KPM PKH ... 39

2.7.1. Pengertian Covid 19 ... 39

2.7.2. Cara penularan dan pencegahan covid 19 sebagai berikut ... 40

2.7.3. Dampak Covid 19 Bagi Masyarakat . ... 41

2.7.4 Rincian Besaran Bansos KPM PKH Per Bulan di Masa Covid-19 Per Komponen Sebagai Berikut: ... 41

2.8. Kerangka Pikir ... 42

2.9. Efektivitas ... 42

2.10. Ringkasan Bab II... 44

BAB III DESKRIPSI WILAYAH ... 47

3.1. Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah ... 47

(10)

3.1.1. Luas Wilayah Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah ... 47 3.1.2. Jumlah penduduk Kabupaten Magelang ... 47 3.2. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Magelang ... 49 3.3. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Magelang ... 49 3.4. Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Magelang ... 51 3.5. Kabupaten Nganjuk ... 52 3.5.1. Luas Wilayah Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur ... 52 3.5.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Nganjuk ... 54 3.5.3. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Nganjuk ... 54 3.5.4. Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Nganjuk ... 56 3.6. Kabupaten Mojo Kerto Provinsi Jawa Timur ... 57 3.6.1. Luas Wilayah Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur ... 57 3.6.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Mojokerto ... 60 3.6.3. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Mojokerto ... 60 3.6.4. Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Mojokerto ... 61 3.7. Kota Yogyakarta ... 62 3.7.1. Luas Wilayah Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 62 3.7.2. Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta ... 64 3.7.3 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Yogyakarta ... 65

(11)

3.7.4. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial

Kota Yogyakarta ... 66

3.8. Kabupaten Bangkalan ... 67

3.8.1. Luas Wilayah Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur ... 67

3.8.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Bangkalan ... 68

3.8.3. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bangkalan ... 68

3.8.4. Jumlah Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) .... 69

3.9. Ringkasan Bab III ... 70

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 71

4.1. Usia Responden ... 71

4.2. Tingkat Pendidikan Responden ... 72

4.3. Status Perkawinan Responden ... 74

4.4. Pekerjaan Responden Pre Covid-19 ... 75

4.5. Pekerjaan Respoden di Masa Pandemi Covid-19... 76

4.6. Pekerjaan Suami Responden Pre Covid-19 ... 77

4.7. Pekerjaan Suami Responden di Masa Covid-19 ... 78

4.8. Penghasilan Responden Pre dan di Masa Covid-19 ... 80

4.9. Pengeluaran Responden Pre dan di Masa Covid-19 ... 83

4.10. Jumlah Anak Responden ... 86

4.11. Jumlah Tanggungan Responden ... 87

4.12. Jumlah Komponen PKH Yang Diterima ... 89

4.13. Ringkasan Bab IV ... 90

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 91

5.1. Kategori Penilaian Efektivitas ... 91

5.2. Analisis Efektivitas Aspek CIPP di Lima Lokasi (Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Magelang dan Kota Yogyakarta) ... 92

(12)

5.3. Analisis Skor Pre-test (Sebelum Covid-19) dan Post- test (Masa Covid-19) Aspek Context ... 94 5.4. Analisis Skor Pre-test (Sebelum Covid-19) dan Post- test (Masa Covid-19) Aspek Input ... 96 5.5. Analisis Skor Pre-test (Sebelum Covid-19) dan Post- test (Masa Covid-19) Aspek Process ... 98 5.6. Analisis Skor Pre-test (Sebelum Covid-19) dan Post- test (Masa Covid-19) Aspek Product ... 99 5.7. Analisa Pre dan Post Test (Uji Hipotesis) Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa Pandemi Covid-19. ... 102 5.8. Analisa Wilcoxon Signed Rank Test Terhadap Kondisi sebelum dan sesudah Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Aspek Context ... 103 5.9. Uji Beda Terhadap Skor Context Pre dan Post Test Terhadap Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa Pandemi Covid-19 ... 104 5.10. Uji Hipotesa Terhadap Efektivitas Aspek Context ... 106 5.11. Analisa Wilcoxon Signed Rank Test Terhadap Kondisi

sebelum dan sesudah Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa Pandemi Covid- 19 Ditinjau dari Aspek Input ... 107 5.12. Uji Beda Terhadap Skor Input Pre dan Post Test

Terhadap Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa Pandemi Covid- 19 ... 108 5.13. Uji Hipotesa Terhadap Efektivitas Aspek Input ... 109 5.14. Analisa Wilcoxon Signed Rank Test Terhadap

Kondisi sebelum dan sesudah Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Aspek Process ... 110

(13)

5.15. Uji Beda Terhadap Skor Process Pre dan Post Test Terhadap Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa

Pandemi Covid-19 ... 111

5.16. Uji Hipotesa Terhadap Efektivitas Aspek Proses ... 112

5.17. Analisa Wilcoxon Signed Rank Test Terhadap Kondisi sebelum dan sesudah Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Aspek Product ... 113

5.18. Uji Beda Terhadap Skor Product Pre dan Post Test Terhadap Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH Terhadap Kesejahteraan KPM di Masa Pandemi Covid-19 ... 114

5.19. Uji Hipotesa Terhadap Efektivitas Aspek Input ... 116

5.20. Faktor Pendukung dan Penghambat... 117

5.21. Ringkasan Bab V ... 118

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 119

5.1. Kesimpulan ... 119

5.2. Rekomendasi ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kenaikan Setiap Komponen Bantuan PKH Sebelum dan Selama Covid-19 ... 4 Tabel 2 Waktu Penyaluran Bansos PKH Tahun 2020 Sebelum

dan Selama Covid-19 ... 5 Tabel 3 Kuesioner Pengumpulan Data ... 10 Tabel 4 Indeks dan Komponen Bantuan Sosial Program

keluarga harapan Tahun 2020 di Masa Pandemi

Covid-19 ... 31 Tabel 5 Proyeksi Penduduk Kabupaten Magelang ... 48 Tabel 6 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di

Kabupaten Magelang Tahun 2020 ... 50 Tabel 7 Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial Kabupaten

Magelang Tahun 2020 ... 52 Tabel 8 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Nganjuk Tahun 2020 ... 54 Tabel 9 Data Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Nganjuk Tahun 2020 ... 57 Tabel 10 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di

Kabupaten MojokertoTahun 2020 ... 60 Tabel 11 Data Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Mojokerto Tahun 2020 ... 61 Tabel 12 Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS ) Kota Yogyakarta Tahun 2020 ... 65 Tabel 13 Data Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial Kota Yogyakarta Tahun 2020 ... 66 Tabel 14 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Bangkalan Tahun 2020 ... 69

(15)

Tabel 15 Jumlah Data PSKS Kabupaten Bangkalan

Tahun 2020 ... 69

Tabel 16 Usia Responden ... 71

Tabel 17 Pekerjaan Responden Pre Covid-19 ... 75

Tabel 18 Penghasilan KPM Per Bulan Sebelum Covid-19 dan di Masa Covid-19 ... 81

Tabel 19 Pengeluaran Keluarga Per Bulan Sebelum Covid-19 dan di Masa Covid-19 ... 84

Tabel 20 Kategori Penilaian Efektivitas ... 92

Tabel 21 Analisis Skor Efektivitas Aspek Context, Input, Process dan Product ... 93

Tabel 22 Uji Normalitas Pada Data Skor ... 102

Tabel 23 Analisa Wilcoxon Signed Rank Test ... 104

Tabel 24 Hasil Uji Hipotesa Wilcoxon Aspek Context ... 106

Tabel 25 Analisa Wilcoxon Signed Rank Test ... 107

Tabel 26 Hasil Uji Hipotesa Wilcoxon Aspek Input ... 110

Tabel 28 Hasil Uji Hipotesa Wilcoxon Aspek Proses ... 113

Tabel 29 Analisa Wilcoxon Signed Rank Test ... 114

Tabel 30 Hasil Uji Hipotesa Wilcoxon Aspek Produk ... 116

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan ... 34 Gambar 2 Materi Pada Program Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga Sebagai Program

Complementary PKH ... 38 Gambar 3 Kerangka Pikir ... 43

(17)
(18)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Pendidikan Responden ... 73

Grafik 2 Status Perkawinan Responden ... 74

Grafik 3 Pekerjaan Responden di Masa Covid-19 ... 76

Grafik 4 Pekerjaan Suami Responden Pre Covid-19 ... 78

Grafik 5 Pekerjaan Suami Responden di Masa Covid-19 ... 79

Grafik 6 Jumlah Anak ... 87

Grafik 7 Jumlah Tanggungan ... 88

Grafik 8 Jumlah Komponen Penerimaan PKH ... 89

Grafik 9 Skor Context kelima lokasi ... 95

Grafik 10 Skor Input kelima lokasi ... 96

Grafik 11 Skor Proses kelima lokasi ... 98

Grafik 12 Skor Product kelima lokasi ... 100

Grafik 13 Uji Beda Skor Context Pre dan Post Test ... 105

Grafik 14 Uji Beda Skor Input Pre dan Post Test ... 108

Grafik 15 Uji Beda Skor Process Pre dan Post Test ... 111

Grafik 16 Uji Beda Skor Product Pre dan Post Test ... 115

(19)
(20)

ABSTRAK

Program keluarga harapan (PKH) merupakan suatu program yang ditujukan bagi rumah tangga sangat miskin dan merupakan upaya pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, program tersebut sudah dimulai sejak tahun 2007.

Program tersebut juga merupakan program perlindungan sosial yang juga dikenal di dunia internasional dengan istilah conditional cash transfers (CCT). Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan perekonomian dunia termasuk Indonesia, dan memberikan perubahan di semua sisi pembangunan termasuk pada PKH.

Penelitian mendesak perlu segera dilakukan karena PKH juga dimaksudkan agar kondisi ekonomi rumah tangga miskin tetap terjaga kala menghadapi economic shock seperti pandemi Covid-19.

Kementerian sosial dalam hal ini Direktorat Perlindungan dan Jaminan Sosial membuat kebijakan terkait dengan pandemi Covid-19 yaitu dengan melakukan penambahan 25% pada jumlah nominal pada setiap jenis komponen PKH dan perubahan pencairan bantuan PKH menjadi setiap bulan dari sebelumnya tiap tiga bulan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efektivitas penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa Covid-19.

Metode penelitian yang digunakan adalah evaluasi survey dengan berpedoman pada questioner.Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisa data menggunakan context, input, process dan product (CIPP) pada pre Covid-19 dan di masa Covid-19. Uji hipotesa dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks untuk menetapkan antara hipotesa nihil dan alternatif.

(21)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa Covid- 19 sangat efektif sehingga hipotesa alternatif yang mengatakan terdapat efektivitas penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa pandemi Covid-19 diterima dan hipotesa nihil yang mengatakan tidak terdapat efektivitas penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa pandemi Covid-19 ditolak

(22)

Pada bab 1 ini menampilkan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, penentuan responden penelitian dan analisa data.

Latar Belakang Penelitian 1.1.

Program keluarga harapan yang selanjutnya disebut PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin (KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Program keluarga harapan merupakan upaya pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, program tersebut sudah dimulai sejak tahun 2007. Program tersebut juga merupakan program perlindungan sosial yang juga dikenal di dunia internasional dengan istilah conditional cash transfers (CCT). Hal ini terbukti cukup berhasil dalam menanggulangi kemiskinan yang dihadapi oleh berbagai negara dengan penduduk mengalami kemiskinan kronis (Kemensos RI, 2020). Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2020 meningkat 9,78%

sehigga menjadi 26,42 juta orang (Badan Pusat Statistik, 2020a).

Penduduk miskin itulah yang menjadi sasaran PKH, karena PKH memang diperuntukkan bagi keluarga miskin dan rentan yang terdata dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) yang dikelola oleh pusat data dan informasi (Pusdatin), Kementerian

BAB I

PENDAHULUAN

(23)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

Sosial RI. Keluarga miskin tersebut harus mempunyai komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial untuk ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) PKH (Kemensos RI, 2020). Program keluarga harapan sejak awal kemunculannya selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah penerima, guna untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, hingga tahun 2019 jumlah penerima PKH sebanyak 9.841.270 KPM (Kemensos RI, 2020). Program ini selain untuk mengentaskan kemiskinan, juga memberikan perlindungan sosial yang diarahkan pada jaring pengaman sosial (social safety net) melalui pemberian program sembako, dengan tujuan agar masyarakat miskin tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari.

Penelitian mendesak perlu dilakukan karena program ini didesain untuk memastikan standar hidup keluarga rumah tangga sangat miskin tetap terjaga ketika berhadapan dengan economic shock seperti pandemi Covid-19. Program Keluarga Harapan (PKH), yang dihadirkan sejak tahun 2007, merupakan program yang ditujukan untuk mengurangi beban rumah tangga sangat miskin (RTSM). Program ini merupakan program conditional cash transfer (CCT) dari World Bank, dan terbukti bahwa program ini berhasil mengentaskan kemiskinan. PKH mensyaratkan dan menentukan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh keluarga penerima manfaat KPM. Persyaratan tersebut dapat berupa kehadiran di fasilitas pendidikan (bagi anak usia sekolah), ataupun kehadiran di fasilitas kesehatan (bagi anak balita, atau bagi ibu hamil). Hal yang menarik dari program ini adalah syarat yang diterapkan dalam program ini merupakan bentuk intervensi untuk membidik masalah kesejahteraan dan kesenjangan gender dalam kehidupan sehari-hari.

Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan perekonomian dunia termasuk Indonesia, dan memberikan perubahan di semua sisi pembangunan termasuk pada PKH. Covid-19 yang merupakan singkatan dari Coronavirus Disease 2019, adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

(24)

Pendahuluan

Virus penyebab Covid-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes RI, 2020b).

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO telah menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia. Penambahan jumlah kasus Covid-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antarnegara (Kemenkes RI, 2020a). Jumlah positif Covid-19 di seluruh dunia hingga tanggal 25 Juli 2020 sebanyak 15.919.531 juta orang, dengan kematian sejumlah 641.636 orang, dinyatakan sembuh 9.696.544 orang, dan 213 negara telah melaporkan kasus Covid- 19. Indonesia sudah melaporkan kasus positiv Covid-19 hingga tanggal 24 Juli 2020 sejumlah 95.418 orang, meninggal 4.665 orang, sembuh 53.945 orang, dan 34 provinsi sudah melaporkan jumlah positif Corona (Google.Com, 2020).

Penyebaran Covid-19 yang bersifat luar biasa serta peningkatan jumlah kematian yang meluas antar lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, maka presiden menetapkan melalui keputusan presiden memberikan jaring pengaman sosial kepada PKH dan program sembako, yaitu dengan memperluas jumlah KPM. Sejak Bulan Maret 2020 jumlah KPM diperluas menjadi 10 juta dari sebelumnya 9,2 juta dengan pencairan setiap bulan, jika sebelum Covid-19 pencairan setiap tiga bulan sekali (Setkab, 2020). (Keppres) Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Keppres Nomor 11 Tahun 2020 tersebut juga telah

(25)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

membuat Kementerian Sosial memberikan jaring pegaman sosial kepada PKH dan program sembako yaitu dengan memperluas menaikkan 25 persen untuk setiap komponen jenis bantuan, dan berlaku untuk selama sembilan bulan dimulai pada Bulan April 2020. Program Jaring Pengaman Sosial bagi Keluarga Miskin dan rentan Terdampak Covid-19 sebagaimana diguliirkan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia. Ada banyak jenis kegiatan yang sengaja dihadirkan oleh Kemensos RI yang semata-mata untuk menjawab problem mendasar masyarakat yang notabene timbul akibat Covid-19 tersebut, semuanya melalui proses dan perencanaan yang matang sehingga dipastikan program tersebut berjalan sesuai harapan dan betul- betul menjadi solusi permasalahan sosial-ekonomi masyarakat.

Berdasarkan keputusan presiden tersebut kemudian Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial mengeluarkan surat keputusan tentang nilai bantuan PKH melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 02/3/

BS.02.01/4/2020 tentang Indeks dan Faktor Penimbang Bantuan Sosial Program keluarga harapan dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Tahun 2020. Perincian nilai nominal di masa Covid-19 tersebut dapat diketahui pada tabel 1.

Tabel 1

Kenaikan Setiap Komponen Bantuan PKH Sebelum dan Selama Covid- 19

Sebelum Covid-19 Di masa Covid-19

No Kategori Bantuan per tahun 12 bulan

No Kategori Bantuan per tahun 15 bulan

1.

2.

3.

4.

5..

6.

7.

Bumil AUD SD SMP SMA DB LU

Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,- Rp. 900.000 ,- Rp. 1.500.000,- Rp.2.000.000,- Rp.2.400.000,- Rp.2.400.000,-

1.

2 . 3.

4.

5.

6.

7.

Bumil AUD SD SMP SMA DB LU

Rp.3.750.000,- Rp.3.750.000,- Rp. 1.125.000,- Rp.1.875.000,- Rp. 2.500.000,- Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,-

Sumber : Direktorat Jamnan Sosial Keluarga Tahun 2020

(26)

Pendahuluan

Tabel 2

Waktu Penyaluran Bansos PKH Tahun 2020 Sebelum dan Selama Covid-19

Sebelum Covid-19 Tiap 3 bulan Selama Covid-19 Setiap Bulan Mulai April No Katagori Tahap Nominal per

3 bulan No Katagori Tahap Bulan Nominal 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Bumil AUD SD SMP SMA DB LU

I (Januari-Maret) I (Januari-Maret) I (Januari-Maret) I (Januari-Maret) I (Januari-Maret) I (Januari-Maret) I (Januari-Maret)

750.000 750.000 225.000 375.000 500.000 600.000 600.000

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Bumil AUD SD SMP SMA DB LU

I I I I I I I

- - - - - - -

- - - - - - - 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Bumil AUD SD SMP SMA DB LU

II (April-Juni) II (April-Juni) II (April-Juni) II (April-Juni) II (April-Juni) II (April-Juni) II (April-Juni)

750.000 750.000 225.000 375.000 500.000 600.000 600.000

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Bumil AUD SD SMP SMA DB LU

I I I I I I I I I I I I I I

April April April April April April April

750.000+250.000 750.000+250.000 225.000+ 75.000 375.000+125.000 500.000+ 166.000 600.000+200.000 600.000+200.000

Penambahan Bulan Mei 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Bumil AUD SD SMP SMA DB LU

I I I I I I I I I I I I I I

Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei

250.000 250.000 75.000 125..000 166.000 200.000

Penambahan Bulan Juni Bumil

AUD

I I I I

Juni Juni

250.000 250.000

Sumber: Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, Kemensos, 2020 Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya oleh Maya Dehani dkk (2018) dan Hendri (2014) menyatakan bahwa pelaksanaan program PKH di daerah-daerah yang menjadi lokasi penelitian tersebut, telah berlangsung dengan baik dan mampu mencapai tujuan- tujuan

(27)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

program PKH yang ingin dicapai. Akan tetapi, dengan adanya perubahan (penambahanan jumlah dan waktu pencairan dana) ini, diperlukan adanya penelitian untuk melihat bagaimana efektivitas perubahan-perubahan yang dilakukan tersebut.

Rumusan Masalah 1.2.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah: Bagaimana efektivitas bantuan sosial PKH antara sebelum dan sesudah penambahan nilai nominal ?

Tujuan Penelitian 1.3.

Atas dasar rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: “Diketahuinya efektivitas bantuan sosial PKH antara sebelum dan sesudah penambahan nilai nominal?

Manfaat Penelitian 1.4.

Manfaat praktis sebagai kontribusi bagi Kementerian Sosial RI pada umumnya dan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial pada khususnya sebagai pembuat kebijakan.

Manfaat lain bagi instansi terkait terutama pemerintah daerah, Dinas Sosial yang merupakan kepanjangan tangan Kementerian Sosial di daerah dan membantu pelaksanaan program-progran Kemensos pada umumnya dan PKH pada khususnya. Manfaat bagi peneliti dapat dijadikan rujukan ataupun referensi bagi yang membutuhkan dan tertarik pada PKH di masa Covid-19.

Metode Penelitian 1.5.

Pada metode penelitian ini akan diuraikan mengenai beberapa pokok bahasan, antara lain: jenis penelitian, penentuan responden, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Jenis penelitian 1.5.1.

Jenis penelitian ini adalah evaluasi survey terhadap kondisi sebelum dan sesudah program penambahan bantuan

(28)

Pendahuluan

sosial PKH di masa Covid-19. Evaluatif berasal dari kata evaluasi, yang artinya penilaian terhadap suatu program yang dilakukan pada suatu waktu tertentu dengan membandingkan dengan tujuan program. Menurut Borg and Gall, evaluasi merupakan proses membuat penilaian tentang manfaat, nilai, atau keseimbangan program. Secara etimologi kata survei berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua suku kata yakni sur yang berasal dari kata super yang berarti di atas atau melampui, sedangkan suku kata vey berasal dari kata videre yang berarti melihat. Jadi survey berarti melihat di atas atau melampui.

penelitian. Evaluasi survey menurut Widodo digunakan untuk memecahkan masalah-masalah isu skala besar yang actual dengan populasi sangat besar, tetapi untuk pengukuran variabel lebih sederhana dengan instrument yang sederhana dan singkat.

Arah minat penelitian survey ialah membuat taksiran yang akurat mengenai karakteritik-karakteristik keseluruhan populasi dengan mengkaji sampel- sampel yang ditarik dari populasi tersebut (Widodo,T, 2002).

Dalam evaluasi survei informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Umumnya, pengertian survei dibatasi pada pengertian survei sampel di mana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi (sampel) untuk mewakili seluruh populasi Maksud dan tujuan dari penelitian survei yakni:

1.Penjajakan (Eksploratif) 2.Deskriptif 3.Penjelasan (Eksplanatory) 4.Evaluasi 5.Prediksi 6.Penelitian Operasional 7.Pengembangan Indikator social (Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, 1989). Penelitian suvey mengkaji populasi (universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu,untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi relative dari variabel-variabel (Kerlinger, Fred N, 2000).

Margono mendefenisikan metode penelitian survey adalah pengamatan/penyeledikan yang kritis untuk mendapatkan

(29)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu. Penelitian survey umumnya bertujuan untuk mencapai generalisasi, dan sebagian lain juga untuk membuat prediksi (Margono,S, 2005). Asmadi Alsa mengemukakan rancangan survey merupakan prosedur dimana peneliti melaksanakan survey atau memberikan angket atau skala pada satu sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini, perilaku, atau karakteritik responden. Dari hasil survey ini, peneliti membuat klaim tentang kecenderungan yang ada dalam populasi (Alsa, Ahmadi, 2007).

Berdasarkan pemaparan pendapat dari para ahli diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian sur vei adalah metode penelitian yang mengkaji populasi yang besar dengan menggunakan metode sampel yang memiliki tujuan untuk mengetahui perilaku, karakteristik, dan membuat deskripsi serta generalisasi yang ada dalam populasi tersebut.

Tahapan dalam penelitian survey ini sebagai berikut: 1.

Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survei.

2. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan.

3. Pengambilan populasi dan sampel. 4. Pembuatan kuisioner dan instrumen-instrumen. 5. Pengumpulan data di lapangan. 6.

Pengolahan data. 7. Analisis dan pelaporan.

Penentuan Responden 1.5.2.

Responden ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan, yakni keluarga penerima manfaat PKH yang menerima bantuan sosial di masa pandemi covid-19 dengan jumlah sebanyak 30 orang per lokasi. Secara umum, untuk penelitian koreslasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar, sedangkan dalam penelitian kausal komparatif dan eksperimental 15 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai. Untuk penelitian suvei sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel di pandang cukup memadai, sedangkan untuk kelompok-kelompok sampel pada tiap-

(30)

Pendahuluan

tiap lokasi berkisar antara 20-50 individu (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2006). Persyaratan minimal jumlah individu untuk memeriksa hubungan antara subkelompok, peneliti harus mendapatkan ukuran sampel minimum yang akan mewakili populasi secara akurat menjadi sasaran. Karena sampel yang besar belum tentu mewakili populasi dan begitu juga sampel yang ukurannya kecil (Cohen, Louis, Manion, Lawrence and Morrison Keith, 2007).

Populasi keluarga penerima manfaat di Kabupaten Magelang ada sejumlah 68.858 KPM, Kota Yogyakarta sejumlah 11.009 KPM, Kabupaten Nganjuk sejumlah 63.049 KPM, Kabupaten Mojokerto sejumlah 32.054 KPM, dan Kabupaten Bangkalan sejumlah 69.327 KPM.

Lokasi penelitian 1.5.3.

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu daerah yang telah mendapat bantuan sosial PKH di masa pandemi covid- 19, antara lain: Kota Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Bangkalan.

Tehnik Pengumpulan Data 1.5.4.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik, antara lain:

Wawancara 1.5.4.1

Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain wawancara dengan kuesioner. Wawancara dapat digunakan sebagai cara pengumpulan data dengan tanya jawab secara sistematis dan bertujuan kepada tujuan penelitian. Data hasil wawancara merupakan data primer untuk menguji kebenaran (Sugiyono, 2015). Pelaksanaan wawancara di masa pandemi Covid-19 dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan.

Kuesioner 1.5.4.2

Angket atau kuesioner merupakan sebuah instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dengan didalamnya berisi pertanyaan dan pernyataan yang

(31)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

dijawab oleh responden (Arikunto, Suharsimi, 2006). Berikut ini kisi-kisi instrumen yang digunakan.

Tabel 3

Kuesioner Pengumpulan Data

Tahapan Evaluasi Indikator Responden Instrumen

Context : Legalitas

Mengetahuikementerian/

Lembaga Pelaksana Program

KPM Kuesioner pre-post

Kebutuhan KPM Mengetahui jumlah nominal yang diterima

KPM

Kuesioner pre-post Mengetahui penambahan

nominal 25%

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui perubahan waktu pencairan

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui penggunaan bantuan PKH

KPM Kuesioner pre-post

Tujuan Program Mengetahui bantuan program untuk pendidikan anak

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui penggunaan bantuan PKH untuk esehatan

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui perubahan sikap terhadap kepentingan pendidikan anak

KPM

Kuesioner pre-post

Dukungan Mengetahui pendukung program

KPM Kuesioner pre-post

Input SDM

Mengetahui kemampuan pendamping sebagai pendamping program

KPM

Kuesioner pre-post

Sarana Prasarana Mengetahui jaringan internet memadai

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui tempat pencairan KPM Kuesioner pre-post Mengetahui protokol kesehatan

dalam pencairan di masa Covid- 19

KPM

Kuesioner pre-post

Mengetahui harus ke faskes bagi bumil dan balita

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui fasdik bagi anak KPM Kuesioner pre-post Anggaran Mengetahui tidak dipungut

biaya pencairan

KPM Kuesioner pre-post

Persyaratan pencairan

Mengetahui adanya verifikasi data KPM

KPM Kuesioner pre-post

(32)

Pendahuluan Proses

Mekanisme Pencairan

Mengetahui pemberitahuan dari Bank Himbara

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui waktu pencairan KPM Kuesioner pre-post Mengetahui besar bantuan

yang diterima

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui perubahan

pencairan dari tiga bulan menjadi satu bulan

KPM

Kuesioner pre-post

Faktor Pendukung Mengetahui pertemuan peningkatan kemampuan keluarga

KPM

Kuesioner pre-post

Faktor penghambat

Mengetahui keharusan memiliki HP untuk komunikasi

KPM Kuesioner pre-post

Product Efektivitas Penambahan Bantuan

Mengetahui perekonomian terbantu

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui bantuan bermanfaat bagi pendidikan

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui bantuan bermanfaat bagi kesehatan

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui P2K2 bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan

KPM Kuesioner pre-post

Kepuasan KPM Mengetahui tingkat kepuasan terhadap bantuan sosial PKH

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui tingkat kepuasan terhadap pelayanan pendamping

KPM Kuesioner pre-post

Mengetahui tingkat kepuasan terhadap sistem perbankan

KPM Kuesioner pre-post

Sumber : Rancangan penelitian

Tabel 3 tersebut memperlihatkan instrumen pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini. Pertanyaan yang diajukan meliputi context, input, process dan product (CIPP) beserta jenis pertanyaan yang diajukan. Instrument berupa predan post test yang ditanyakan kepada 150 KPM di lima lokasi yakni Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Magelang dan Kota Yogyakarta.

Observasi.

1.5.4.3

Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui secara objektif mengenai kondisi kesejahteraan KPM penerima bantuan sosial

(33)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

PKH di masa pandemi Covid-19, terutama tentang pemenuhan gizi keluarga serta sekolah daring, sehingga dapat melengkapi informasi yang telah diperoleh melalui teknik wawancara.

Dengan demikian data yang diperoleh akan lebih banyak dan mendalam, khususnya yang berkaitan dengan dampak bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa pandemi covid-19. Menurut Arikunto observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki (Arikunto, Suharsimi, 2006).

Data Sekunder 1.5.4.4

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah foto, arsip dan dokumen yang berhubungan dengan tujuan penelitian, sehingga dapat melengkapi data yang telah diperoleh.

Data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan, menganalisis dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat memberikan data-data untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Data sekunder bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data sekunder yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan kebijakan. Pemanfaatan dokumentasi sebagai salah satu sumber data merupakan hal yang sangat penting karena dapat membantu penulis merumuskan hasil penelitian (Sugiyono, 2011).

Analisa Data 1.5.5.

Teknik analisis data merupakan sebuah teknik olah data yang bertujuan untuk memperoleh kesimpulan yang tepat.

Dalam penelitian survei ini peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner dibentuk dalam skala pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala Likert : 4,3,2,1. Skor 4 untuk

(34)

Pendahuluan

mereka yang menjawab sangat tahu, untuk tahu diberi skor 3, tidak tahu diberi skor 2 dan sangat tidak tahu diberi skor 1.

Pada penelitian evaluasi survey ini peneliti juga akan melakukan analisa statistik dan uji hipotesa terhadap kondisi sebelum Covid-19 dan di masa Covid-19. Hipotesa alternatif tersebut adalah terdapat nilai signifikan dan efektivitas terhadap penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa pandemi Covid-19 dari aspek Context, Input, Process dan Product. Hipotesa nihil tidak terdapat nilai signifikan dan efektivitas terhadap penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa pandemi Covid-19 dari aspek Context, Input, Process dan Product.

Analisa persentatif dilakukan untuk mengevaluasi mengenai skor Context antara sebelum Covid-19 dan di masa Covid-19. Context meliputi (tujuan program), Input (dukungan program), Process (mekanisme pelaksanaan program) dan Product (hasil program) (CIPP). Model evaluasi CIPP merupakan evaluasi yang dikembangkan oleh Daniel Stuffleabem dkk di Ohio State University. Ke empat kata CIPP tersebut adalah merupakan sasaran evaluasi (Stufflebeam, D, 2003). Peneliti terutama akan mengevaluasi kondisi sebelum Covid-19 dan di masa Covid-19 terhadap kesejahteraan KPM di masa pandemi Covid-19.

Context bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan program sudah tercapai, dan evaluasi Context ini juga untuk mengetahui kebutuhan dan kondisi aktual, sehingga yang akan dievaluasi berupa: 1) legalitas/perundangan terhadap program PKH di masa pandemi Covid-19; 2) kebutuhan KPM terdampak Covid-19; 3) Tujuan yang akan dicapai; dan dukungan pemerintah daerah/stakeholders terkait. Input bertujuan mengetahui strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan program, sehingga yang akan dievaluasi berupa persyaratan untuk mencapai tujuan program di masa pandemi Covid-19. 1) SDM pelaksana; 2) sarana dan prasarana; 3) anggaran; dan 4) persyaratan pencairan di masa pandemi Covid-19; Process bertujuan untuk mengetahui

(35)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

pelaksanaan program, oleh karena itu yang akan dievaluasi meliputi : 1). mekanisme pelaksanaan program; 2). faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan program.

Product bertujuan untuk mengetahui efektivitas program, oleh karena itu yang akan dievaluasi meliputi : 1). Efektivitas program PKH di masa pandemi Covid-19; 2). Tingkat kepuasan KPM sebagai penerima program.

Peneliti juga akan melakukan analisa menggunakan Wilcoxon Signed Ranks yang merupakan uji hipotesis nonparametris untuk mengukur tingkat signifikansi perbedaan antara 2 kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi berdistribusi tidak normal. Hipotesa nol/ nihil (Ho) dirumuskan dengan kalmat negative yaitu tidak terdapat efektivitas penambahan bantuan social PKH terhadap kesejahteraan KPM, sedangkan hipotesa alternatif (Ha) dirumuskan dengan kalimat positif yaitu terdapat efektifitas penambahan bantuan social PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa pandemic Covid-19. Uji Wilcoxon Signed Rank Test merupakan uji alternatif dari uji pairing t test atau t paired apabila tidak memenuhi asumsi normalitas.

analisis statistic deskriptif (uji non parametric), yaitu dengan mengemukakan hasil survey dan kuisioner dari responden.

Kemudian untuk membuktikan hipotesa penelitian bahwa terdapat perbedaan kondisi sebelum dan setelah penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan sosial KPM di masa Covid-19, digunakan analisa statistic deskriptif dengan Uji Wilcoxon Signed Rank (Uji jenjang–Bertanda Wilcoxon) dengan menggunakan program SPSS 22. Uji Wilcoxon Signed–Rank merupakan uji nonparametrik berdasarkan sampel berpasangan dimana pada uji ini data harus dilakukan pengurutan terlebih dahulu baru kemudian diproses lebih lanjut (Djarwanto, 2003).

Ringkasan Bab I 1.5.6.

Pada bab I telah dikemukakan mengenai latar belakang penelitian, mengapa penelitian mendesak perlu segera dilakukan karena program keluarga harapan (PKH) ini bertujuan untuk

(36)

Pendahuluan

memastikan standar hidup keluarga rumah tangga sangat miskin tetap terjaga dan kondisi ekonomi tersebut tetap terjaga ketika berhadapan dengan economic shock akibat dari adanya pandemi global Covid-19 yang berpengaruh pada kemerosotan kondisi ekonomi masyarakat dan keluarga penerima manfaat pada khususnya. Presiden melalui kementerian sosial telah menetapkan kebijakan terhadap PKH terkait dengan pandemi Covid-19, yakni adanya penambahan 25% dan perubahan jadwal pencairan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas penambahan bantuan sosial program keluarga harapan (PKH) terhadap kesejahteraan keluarga penerima manfaat (KPM) di masa pandemi Covid-19. Metode penelitian berisikan mengenai jenis penelitian, tehnik pengumpulan data, lokasi penelitian, responden penelitian, dan analisa data menggunakan CIPP secara pre dan post dan melakukan uji hipotesa dengan menggunakan Wilcoxcon Signed Ranks melalui pengajuan hipotesa nihil/ nol (Ho) yang yang mengatakan tidak terdapat efektifitas penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa pandemic Covid-19. Pengajuan hipotesa alternatif(Ha) adalah terdapat efektivitas penambahan bantuan sosial PKH terhadap kesejahteraan KPM di masa Covid-19. Pada bab 1 ini ditampilkan pula kerangka pemikiran peneliti.

(37)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

(38)

Pada bab II kajian pustaka ini berisi tentang beberapa teori dari pakar terutama teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yang digunakan untuk mendukung dan memberikan pengetahuan kepada pembaca. Beberapa kajian teori yang ditempilkan antara lain tentang kemiskinan, Perlindungan sosial, bantuan sosial, jaminan sosial, program keluarga harapan, kriteria penerima program, dampak Covid-19 terhadap masyarakat, serta sistem pencairan Covid-19 di masa Covid-19. Beberapa kajian pustaka tersebut antara lain :

Kemiskinan 2.1.

Secara umum, kemiskinan adalah suatu kondisi yang menghambat seseorang, kelompok maupun masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar lainnya, sehingga tingkat kesejahteraan dan kualitas hidupnya rendah.

Kemiskinan menurut Propenas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kemiskinan kronik (chronic poverty) atau kemiskinan struktural (structural poverty) yang terjadi terus menerus, dan kemiskinan sementara (transcient poverty) ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara akibat dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi krisis ataupun karena bencana alam.

Menurut Chambers bahwa pada dasarnya kemiskinan disebabkan oleh lima ketidak beruntungan pada kelompok keluarga miskin, yaitu: keterbatasan kepemilikan asset (poor);

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

(39)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

kondisi fisik yang lemah; keterisolasian; kerentanan; dan ketidakberdayaan. Atas dasar kelima hal tersebut, maka Chambers menyatakan bahwa fenomena kemiskinan setidaknya dilihat dalam perspektif yang lebih komprehensif, dengan suatu pendekatan yang dapat merujuk pada pemahaman tentang kemiskinan terpadu.

Dalam konsep kesejahteraan sosial, kemiskinan merupakan masalah sosial yang disandang oleh seseorang atau sekelompok warga masyarakat yang menyebabkan mereka mengalami keterbatasan tingkat kesejahteraan sosialnya. (Nugroho, Heru, 2000) menambahkan, bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensional yang tidak saja melibatkan faktor ekonomi, akan tetapi juga politik dan budaya. Faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dibedakan menjadi kemiskinan struktural, kemiskinan kultural, dan kemiskinan sumber daya ekonomi.

Keluarga miskin atau masyarakat miskin pada umumnya memiliki karakteristik tertentu.

Kemiskinan juga dapat dimaknai sebagai masalah sosial yang disandang oleh seseorang atau sekelompok warga masyarakat yang menyebabkan mereka mengalami keterbatasan tingkat kesejahteraan sosialnya. Kesejahteraan sosial yang dimaksud menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan dirinya, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Secara umum, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok ornag tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang dialami oleh seseorang, keluarga, kelompok masyarakat atau komunitas masyarakat yang tidak mampu (tidak berdaya) memenuhi kebutuhan dasar fisik, sosial, dan politik.

Faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dibedakan menjadi kemiskinan struktural, kemiskinan kultural, dan kemiskinan sumber daya ekonomi. Keluarga miskin atau

(40)

Kajian Pustaka

masyarakat miskin pada umumnya memiliki karakteristik tertentu. Beberapa karakteristik kemiskinan menurut SMERU (Isdijoso, Widjajanti, Suryahadi,Asep, Akhmadi, 2016) sebagai berikut: ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, papan), tidak adanya akses terhadap kebutuhan dasar lainnya (kesehatan pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi, tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan matapencaharian yang berkesinambungan, dan ketidakmampuan serta ketidakberuntungan sosial (anak terlantar janda miskin, kelompok marjinal, dan terpencil).

Berbagai indikator di atas menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya bidang pendidikan dan kesehatan, terutama bagi Keluarga Miskin (KM) dan rentan perlu ditingkatkan. Hal itu sejalan dengan upaya pemerintah membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta meluncurkan program-program yang ditujukan bagi keluarga miskin.

Perlindungan Sosial 2.2.

Pemerintah sebagai penyelenggara negara berwenang dalam menentukan kebijakan sosial sebagai perangkat dalam penanggulangan kemiskinan. Mashall dan Rein seperti yang dikutip oleh Edi Suharto, mengartikan kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tindakan yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan warga negara melalui penyediaan pelayanan sosial atau bantuan keuangan (Suharto, Edi, 2008) Kebijakan sosial adalah perencanaan untuk mengatasi biaya dan sosial, peningkatan pemerataan, pendistribusian pelayanan dan bantuan sosial.

Kebijakan pemerintah dalam usaha penanggulangan masalah kemiskinan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial rumah tangga dan keluarga miskin. Peningkatan tersebut ditandai dengan menguatnya daya beli rumah tangga miskin yang didorong oleh terciptanya penghasilan dan berkurangnya beban pengeluaran keluarga miskin, serta dapat meningkatkan

(41)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

kemandirian dalam bentuk simpanan atau aset keluarga miskin. Dengan demikian keluarga miskin dapat menikmati pertumbuhan ekonomi keluarga secara berkualitas.

Dalam konteks ini, kebijakan sosial yang dimaksud adalah kebijakan sosial terpusat, yakni seluruh tujuan sosial, jenis, sumber dan jumlah pelayanan sosial seluruhnya telah ditentukan oleh pemerintah. Kebijakan sosial tersebut bersifat selektivitas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sosial warga masyarakat tertentu saja, yaitu mereka yang mengalami masalah sosial dan membutuhkan pelayanan tertentu misalnya keluarga miskin, orangtua dan anak terlantar. Selain itu Kebijakan sosial juga secara komprehensif diarahkan tidak hanya untuk mengatasi satu bidang masalah, melainkan beberapa masalah sosial yang terkait, diatur dan dirumuskan secara integrasi dalam satu formulasi kebijakan sosial terpadu (Suharto, Edi, 2008). Kebijakan Sosial yang telah diuraikan di atas dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Perlindungan sosial didefinisikan sebagai segala bentuk kebijakan dan intervensi publik yang dilakukan untuk merespon beragam resiko, kerentanan dan kesenggaraan, baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial, terutama yang dialami oleh mereka yang hidup dalam kemiskinan. Karakter atau nuansa publik dalam definisi ini menunjuk pada tindakan kolektif, yakni penghimpunan dan pengelolaan sumber daya berdasarkan prinsip gotong royong dan kebersamaan, yang dilakukan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah, nonpemerintah, maupun kombinasi dari kedua sektor tersebut.

Tujuan perlindungan sosial adalah: 1) Mencegah dan mengurangi resiko yang dialami manusia sehingga terhindar dari kesengsaraan yang parah dan berkepanjangan, 2) Meningkatkan kemampuan kelompok-kelompok rentan dalam menghadapi dan ke luar dari kemiskinan, kesengsaraan dan ketidakamanan sosial-ekonomi, 3) Memungkinkan kelompok-kelompok miskin untuk memiliki standar hidup yang bermartabat sehingga tidak

(42)

Kajian Pustaka

diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya (Suharto, Edi, 2008).

Jaminan Sosial 2.3.

Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The Social Security Act tahun untuk mengatasi masalah- masalah 1935 pengangguran, manula, orang-orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Meskipun penyelenggaraan jaminan sosial di negara-negara maju belakangan ini mengalami perubahan, pada dasamya penyelenggaraan jaminan sosial di sana pada hakekatnya difahami sebagaibentuk nyata perlindungan negara terhadap rakyatnya (Mudiyono, 2002).

Negara menjalankan fungsi perlindungan kepada warga negara yang lemah melalui pemberian dukungan finansial, tepatnya santunan. Mereka dianggap “berhak” untuk mendapatkan santunan ini karena mekanisme pasar gagal dalam menyediakan sumber-sumber pendapatan seperti lapangan kerja yang langka. Disamping itu santunan itu juga diberikan kepada kelompok lemah yang lain. Secara yuridis formal, keharusan untuk memberikan jaminan sosial adalah hal yang bersifat universal. Declaration of Human Rights pasal 25 secara eksplisit menetapkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat perlindungan jika mencapai hari tua, sakit, cacat, plenganggur dan meninggal dunia.

Berkait dengan hal tersebut, di Indonesia Jaminan Sosial tertuang dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN adalah program negara yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan kesejahteraan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, masyarakat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilangnya tau kurangnya pendapatan, karena sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.

(43)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

Secara yuridis, penyelenggaraan jaminan sosial memiliki posisi yang kuat, karena telah diamanatkan oleh UUD 1945.

Pemerintah sendiri sebenarnya telah menderivasikan dalam berbagai produk hukum, misalnya UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa jaminan sosial dimaksudkan untuk: a. menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi. Pengertian sebagaimana sebenarnya menjadi instrumen pelaksanaan dari amanat UUD’1945, khususnya bagi warga negara yang tergolong miskin dan anak-anak terlantar sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 34 UUD’ 45 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”.

Negara menjalankan fungsi perlindungan kepada warga negara yang lemah melalui pemberian dukungan finansial, tepatnya santunan. Mereka dianggap berhak untuk memperoleh santunan karena mekanisme pasargagal dalam menyediakan sumber-sumber pendapatan seperti lapangan kerja yang langka. Disamping itu santunan diberikan kepada kelompok lemah yang lain, meskipun kelemahan bukan disebabkan oleh kegagalan pasar. Yang termasuk kategori ini adalah mereka yang karena kondisi fisiknya tidak mampu memperoleh pendpatan sebagaimana disediakan pasar, seperti penyandang disabilitas, orang sakit, dan ibu hamil.

Dalam merumuskan sistem dan strategi untuk menegakkan jaminan sosial, ada tiga isu penting. Pertama, apakah jaminan sosial akan diselenggarakan secara universal bagi seluruh rakyat (bagi seluruh masyarakat) atau hanya kepada sekelompok warga negara (selektif). Kedua, dalam bentuk apa jaminan sosial tersebut diberikan, Income transfer, benefits in cash, ataukah benefit in-kind. Negara- negara yang memiliki sistem administrasi maju memiiki informasi detail tentang rekening bank dari setiap warga negaranya. Dalam kondisi seperti, warga negara/masyarakat

(44)

Kajian Pustaka

yang memiliki kriteria tertentu yang telah ditetapkan secara periodik menerima transfer pandapatan dari negara. Tidak semua jaminan sosial yang diberikan dalam bentuk uang. Ada sejumlah santunan negara yang diberikan dalam bentuk barang (in kind) atau pelayanan seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan perumahan, Ketiga, apakah jaminan sosial merupakan kewajiban negara tau kewajiban masyarakat. Artinya siapa saja yang berperan dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan jaminan sosial. Apakah negara sebagai representasi masyarakat ataukah individu-individu keluarga, atau kelompok sosial (Mudiyono, 2002).

Secara yuridis, penyelenggaraan jaminan sosial memiliki posisi kuat karena telah diamatkan oleh UUD 1945. Pemerintah telah menderivasikan dalam berbagai produk hukum, misalnya Undang-Undang Nomor 11 Tahu 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa jaminan sosial merupakan perwujudan dari sekuritas sosial, yaitu keseluruhan sistem perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga negara yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat guna memelihara taraf kesejahteraan sosial.

Pengertian sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 9 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tersebut sebenarnya menjadi instrumen pelaksanaan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya bagi warga negara yang tergolong miskin dan anak- anak terlantar sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 34 Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”.

Bagian Ketiga pasal 9 Undang-undang nomor 11 tahun 2009 menyebutkan bahwa jaminan sosial dimaksudkan untuk (a) menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi (b) menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya. Jaminan sosial diberikan

(45)

Evaluasi Penambahan Bantuan Sosial PKH

dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan, dan diberikan dalam bentuk tunjangan berkelanjutan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009).

Upaya untuk mewujudkan sistem jaminan sosial secara yuridis semakin kuat ketika dalam amandemen UUD’ 45 ditetapkan bahwa “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya Secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” (amandemen terhadap Pasal 28).

Pengaturan tentang jaminan sosial ini sebenamya juga telah diatur dalam Pasal 9 UU tentang Kesejahteraan Sosial.

Bantuan Sosial 2.4.

Bantuan sosial dapat didefinisikan sebagai semua upaya yang diarahkan untuk meringankan penderitaan, melindungi, dan memulihkan kondisi kehidupan fisik, mental, dan sosial (termasuk kondisi psikososial, dan ekonomi) serta memberdayakan potensi yang dimiliki agar seseorang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap hidup secara wajar (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Bantuan sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap resiko sosial (Tim Pengendali Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Sosial secara Non Tunai, 2017). Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud bantuan sosial adalah bantuan sosial PKH, yaitu program bantuan dana non tunai dan jasa (pelayanan) kesehatan, Pendidikan, dan kesejahteraan sosial kepada keluarga penerima manfaat (KPM).

Bantuan social PKH merupakan salah satu bantuan social berupa uang yang diberikan kepada KPM berdasarkan penetapan Kementerian Sosial selaku pemberi bantuan sosial dalam bentuk tabungan yang dapat diambil setiap waktu sesuai kebutuhan penerima bantuan setelah tahapan penyaluran dan bantuan social tersebut dapat ditabung. Batuan sosial PKH sebagai bantuan non tunai bersyarat karena KPM diwajibkan kesediaannya untuk memenuhi komitmen program.

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur pengendalian produk tidak sesuai usulan untuk memenuhi persyaratan klausul 8.3 yaitu organisasi harus menetapkan prosedur untuk memperoleh konsesi kepada

jumlah anggota keluarga berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan daging sapi di Kabupaten Jember, (2) elastisitas harga daging sapi sebesar -4,701 menunjukkan daging sapi

PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

Posisi strategis media menjadi salah satu faktor bagaimana media harus dikuasia oleh pemilik modal yang mempunyai kepentingan politik sehingga kapitalisasi media

Bantuan sosial yang didapatkan oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH) adalah uang tunai sebesar Rp. Penyaluran bantuan dilakukan sebanyak

Dari penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk lebih lanjut meneliti mengenai dampak Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap kesejahteraan sosial (studi kasus penerima bantuan

Hasil dari penelitian ini adalah pengaplikasian strategi komunikasi agar performa organisasi dapat efektif adalah dengan enam hal yaitu komunikasi yang terbuka dalam

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan gelar S-1 Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang